Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat umumnya hanya mengkonsumsi pisang hanya daging buahnya saja, sedangkan
kulitnya langsung dibuang. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Apabila limbah kulit pisang tersebut dibiarkan begitu saja maka tidak menutup kemungkinan
untuk terjadinya penumpukan sampah atau limbah kulit pisang. Selain itu ketika seseorang
makan pisang dan membuang kulitnya sembarangan maka akan menyebabkan orang lain
tergelincir.

Oleh karena, itu pengolahan limbah kulit pisang merupakan salah satu alternatif masalah,
dengan cara memanfaatkannya yaitu dengan cara dibuat sebagi bahan tambahan pembuatan
brownis. Semua bagian dari tanaman pisang dapat dimanfaatkan bukan hanya daging buahnya
saja, namun daun dan akarnya pun dapat bermanfaat. Namun masih ada yang belum
memanfaatkan yaitu kulit pisang.

Maka dari itu, saya tertarik untuk mengangkat tema mengenai pemanfaatan kulit pisang
sebagai bahan dasar pembuatan brownies sebagai alternatif bahan pangan yang dapat dikonsumsi
banyak orang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah kulit pisang dapat dibuat sebagai bahan dasar pembuatan kue brownies?
2. Bagaimana proses pembuatan kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan brownies?
3. Apa saja kandungan yang terdapat pada kulit pisang?

1.3 Hipotesis

1. Kulit pisang dapat digunakan sebagai alternatif pembuatan makanan berupa kue
brownies.
2. Brownies dari kulit pisang mengandung cukup nutrisi bagi tubuh.
3. Kulit pisang memiliki banyak kandungan gizi yang penting bagi tubuh.

1
1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut :

1. Mengetahui apakah kulit pisang dapat dijadikan makanan berupa brownies.


2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat didalam kulit pisang.
3. Mendapat pengetahuan tentang cara untuk mengembangkan kreativitas.
4. Memberi motivasi untuk selalu mengembangkan kreativitas berwirausaha.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang saya harapkan dari penelitian ini dipaparkan sebagai berikut :

1. Dapat memanfaatkan kulit pisang yang tidak termanfaatkan.


2. Dapat memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan dasar pembuatan brownies.
3. Untuk menambah wawasan khususnya di bidang kewirausahaan.
4. Agar pelajar lebih berfikir kreatif saat akan berwirausaha.
5. Agar pelajar dapat mengembangkan kreatifitas kedalam berwirausaha.

1.6 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini terdiri dari V Bab yaitu : Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang yang
menjadi pengantar, penulis tertarik melakukan penelitian, rumusan masalah merupakan
pertanyaan yang akan diteliti, tujuan penelitian merupakan hal-hal yang akan diketahui
berdasarkan rumusan masalah yang akan dibuat, hipotesis penelitian merupakan penilaian
menurut hipotesa kita terhadap hal-hal yang akan dibuat, dan sistematis penulisan berisi outline
pelaporan penelitian.

Bab II berisi landasan teori atau tinjauan pustaka berisi tentang teori dan penjabaran tentang
hal-hal yang akan diteliti.

Bab III berisi metode penelitian dalam hal ini penulis mengambil metode penelitian kualitatif
yang teknik pengumpulan datanya berdasarkan hasil dari study pustaka dan browsing.

Bab IV berisi hasil penelitian dari dan pembahasan dari pertanyaan rumusan masalah.

Bab V berisi kesimpulan dan saran.

2
BAB II

Landasan Teori

A. Pisang

Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara
(termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika
Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dinamakan gedang.1 Pisang merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Tanaman pisang mempunyai nama latin musa para disiaca nama ini telah diproklamirkan sejak
sebelum masehi. Nama musa diambil dari nama seorang dokter Kaisar Romawi Octavianus
Augustus (63 SM-14 M) yang bernama Antonius Musa. Pada zaman Octavianus Augustus,
Antonius Musa selalu menganjurkan pada kaisarnya untuk makan pisang setiap harinya agar
tetap kuat, sehat, dan segar. Tanaman pisang berasal dari daerah tropis yang beriklim basah.
“Tanaman pisang dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran tinggi 1.000-3.000 mm
pertahun. Tanaman pisang lebih senang tumbuh di daerah yang subur dengan pH tanah 4,5-7,5
(Sumarjono, 1997). Sedangkan menurut Nuryani (1996: 7) “Tanaman pisang dapat tumbuh baik
di tanah yang kaya humus, tetapi dapat juga hidup di tanah kapur dengan iklim lembab banyak
sinar matahari.” Akar pisang tidak tahan kekeringan atau air yang berlebihan. Tanah yang sedikit
sinar matahari pertumbuhan pisang menjadi lambat. Klasifikasi botani tanaman pisang adalah
sebagai berikut:
a. Divisi : Spermatophyta
b. Sub divisi : Angiospermae
c. Kelas : Monocotyledonae
d. Keluarga : Musaceae
e. Genus : Musa
f. Spesies : Musa spp.
g. Menurut Munadjim (1988), Sejak mulai ditanam sampai berbuah dan dipetik, tanaman
pisang memerlukan waktu kira-kira satu tahun. Rata-rata setiap pohon dapat
menghasilkan 5-10 kg buah.” Setelah pohon induk berbuah dan dipetik, anak pohon
pisang mulai berbunga. Setelah 3-4 bulan baru pemetikan besar kecilnya buah pisang
tergantung dari banyak faktor, diantaranya jenis pisang, kesuburan tanah, kecepatan
tumbuh, iklim saat berbunga dan lain-lain. banyaknya buah tiap-tiap sisir tergantung
daripada letak sisirnya.
h. Secara umum, kandungan gizi ang terdapat dalam setiap buah pisang matang adalah
sebagai berikut: kalori 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8
miligram (mg), serat 0,7 gram, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 44
RE, Vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. Kandungan buah pisang sangat
banyak, terdiri atas mineral, vitamin, karbohidrat, serat, protein, lemak dan lain-lain,

3
sehingga apabila orang hanya mengonsumsi buah pisang saja, sudah tercukupi secara
minimal gizinya.

B. Kulit Pisang

Kulit pisang merupakan salah satu satu bagian dari tanaman pisang yang selama ini
keberadaannya terabaikan. Menurut Munadjin (1998) Kulit pisang merupakan bahan buangan
(limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira 1/3 dari buah pisang yang
belum dikupas. Kulit pisang adalah produk dari limbah industri pangan yang dimanfaatkan untuk
bahan pakan ternak. Kandungan unsur gizi kulit pisang cukup lengkap, seperti karbohidrat,
lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah
yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia

Tabel Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang

UNSUR JUMLAH
Air (%) 68,90
Karbohidrat (%) 18,50
Lemak (%) 2,11
Protein (%) 0,32
Kalsium (mg/100gr) 715
Fosfor (mg/100gr) 117
Besi (mg/100gr) 166
Vitamin B (mg/100gr) 0,12
Vitamin C (mg/100gr) 17,5
Sumber : Munadjin (1988:63)

Berdasarkan tabel di atas maka komposisi kimia terbanyak kulit pisang, di samping air
adalah karbohidrat, yaitu sebesar 18,50%. Karbohidrat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku untuk pembuatan alkohol yang berguna sebagai bahan bakar, bahan industri kimia bahan
kecantikan dan kedokteran. Manfaat lain kulit pisang yaitu sebagai bahan baku minuman
beralkohol (anggur) dan makanan ternak, seperti kambing, sapi, kelinci dan lain-lain. Hal ini
disebabkan nilai gizi kulit pisang cukup baik.

Kulit pisang mengandung serat yang cukup tinggi, vitamin C, B, kalsium, protein, dan
karbohidrat. Hasil penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung Shan, Taiwan,
memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata berpotensi mengurangi gejala depresi dan
menjaga kesehatan retina mata. Selain kaya vitamin B6, kulit pisang juga ternyata banyak
mengandung serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan
pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina.

4
C. Brownies

Ambarini (2004:6) menjelaskan Brownies adalah sejenis kue kering yang berwarna
coklat dan rasanya manis yang bahannya terdiri dari tepung terigu, margarine, telur, gula, dan
coklat (coklat bubuk dan coklat masak) dengan atau tanpa kacang kacangan. Menurut Ismayani
(2007:5) Brownies adalah jenis cake coklat yang padat awalnya merupakan adonan gagal dan
keras dimana adonan terbuat dari tepung terigu, telur, lemak, gula pasir dan coklat masak dengan
cara dipanggang atau dioven.Sedangkan menurut Astawan (2009:51) brownies adalah salah satu
jenis cake yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari pada cake
karena brownies tidak membutuhkan pengembang atau gluten.Berdasarkan penjelasan diatas
yang dimaksud Brownies adalah sejenis kue yang termasuk kelompok cake yang berwarna coklat
kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari pada cake.Bahannya terdiri dari tepung
terigu,margarine, telur, gula, dan coklat (coklat bubuk dan coklat masak)

Kandungan gizi Brownies tiap 100 g dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

UNSUR GIZI JUMLAH


Energi (kkal) 434
Karbohidrat (g) 76,6
Lemak (g) 14
Kalium (mg) 219
Natrium (mg) 303
Sumber : Astawan (2009:53)

Brownies merupakan sumber energi yang baik. Berdasarkan tabel diatas nilai energi per 100
gram brownies adalah 434 kkal, melebihi beras (335kkal/100 gram) ataupun mi (339 kkal/100
gram). Energi pada Brownies umumnya bersal dari karbohidrat (yaitu tepung dan gula) serta
lemak. Kadar karbohidrat pada brownies adalah 76,6 gram/100 gram sedangkan lemaknya
mencapai 14 gram/100 gram.Kandungan gizi yang lain dari Brownies adalah kalium (219
mg/100gram) dan natrium (303 mg/100 gram). Bagi penderita hipertensi tidak perlu menghindari
mengkonsumsi brownies. Kandungan natrium yang tinggi pada brownies dapat diimbangi oleh
kandungan kaliumnya. Natrium dan kalium 12 akan bekerja sama mempertahankan tekanan
osmotik didalam darah, selain juga membantu menjaga keseimbangan asam dan basa (Astawan,
2009:53).Pada saat ini Brownies telah mengalami banyak modifikasi dengan beragam aneka rasa
tambahan seperti brownies keju, brownies pisang,blueberry, strawberry, kacang-kacangan, kopi,
dan masih banyak lagi variasbrownieslainnya. Begitu pula dengan cara proses pembuatannya
yang tidak hanya dipanggang, namun dapat pula dengan proses pengukusan yang dikenal dengan
nama brownies kukus.

5
D. Kreatifitas dalam Kewirausahaan

Menurut freedam (1982) mengemukakan kretivitas sebagai kemampuhan untuk memahami


dunia, menginterpretasikan pengalaman dan memecahkan masalah dengan cara yang baru dan
asli.
            Menurut Wolfook ( 1984 ) memberikan batasan bahwwa kreativitas adalah kemampuhan
individu untuk menghasilkan sesuatu ( hasil ) yang baru atau asli atau pemecahan suatu masalah.

E. Ciri-ciri dan Faktor yang mempengaruhi Kreativitas

Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang menyebabkan seseorang


itu disebut kreatif. Indikator yang sebagai ciri dari kreativitas dapat diamati dalam dua aspek
yakni aspek aptitute dan nonaptitute. Ciri-ciri aptitute adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan
kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan
dengan sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan indikator kreativitas
dikemukan oleh (Munandar, S. C. U:1992) sebagai berikut :
1. Dorongan ingin tahu besar.
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik.
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.
4. Bebas dalam menyatakan pendapat.
5. Mempunyai rasa keindahan.
6. Menonjol dalam salah satu bidang seni.
7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah
terpengaruh oleh orang lain.
8. Rasa humor tinggi.
9. Daya imajinasi kuat.
10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan
sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang
jarang diperlihatkan anak-anak lain)

6
Kreativitas dapat terwujud membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi
intrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
A.    Motivasi Untuk Kreativitas
Pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya,
membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya
sepenuhnya (Rogers, 1982 dalam Munandar, 1988).
Motivasi intrinsik ini yang hendakanya dibangun dalam diri individu sejak dini. Hal ini
dapat dilakukan dengan memperkenalkan individu dengan kegiatan-kegiatan kreatif, dengan
tujuan untuk memunculkan rasa ingin tahu, dan untuk melakukan hal-hal baru.
B.     Kondisi Eksternal yang mendorong perilaku kretivitas
Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara konstruktif ikut mendorong munculnya
kreativitas. Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk
tumbuh. Individu memerlukan kondisi yang memungkinkan individu tersebut mengembangkan
sendiri potensinya.
Maka penting mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) yang dapat memupuk dorongan dalam
diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya.

F. Hambatan Kreativitas

Seorang pakar mengartikan hambatan kreativitas sebagai ” mental walls which block the
problem solver from correctly perceiving a problem or conceiving its solution” yaitu dinding
atau bangunan mental yang menghambat kita untuk memahami atau menemukan pemecahan atas
suatu masalah. Bangunan mental yang bersifat menghambat ini terdapat pada setiap orang dalam
kualitas dan kuantitas yang berbeda-beda.
 Hambatan Psikologis, hal ini dikarenakan kebanyakan kita telah mengikuti proses
pendidikan formal maupun informal yang sangat menekankan pentingnya satu jawaban
yang benar. Sehingga kurang mampu mengekspresikan kemampuan konseptual, dan
kurang mampu berkomuni-kasi dengan baik.
 Hambatan Budaya, hal ini dikarenakan adanya keseragaman berpikir atau pemujaan
terhadap berpikir logis dan rasional. Pemecahan masalah haruslah selalu bersifat serius

7
dan tanpa humor maupun canda, sehingga menghambat pengembangan perasaan dan
kreativitas.
 Hambatan Lingkungan sosial, hal ini dikarenakan lingkungan sosial yang selalu teratur,
yang tetap, permanen dan mapan, sehingga dapat mengurangi produktivitas dan
kreativitas.
 Hambatan Bahasa Berpikir, hal ini dikarenakan kita memiliki beragam bahasa yang
digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga kita tidak selalu dapat
menggunakan satu bahasa berpikir untuk menyelesaikan segala persoalan.
 Hambatan Keterpakuan Fungsional, hal ini dikarenakan pada kebiasaan kita untuk
memfungsikan peralatan, orang, ataupun teknologi hanya dengan satu cara atau dengan
kata lain terpaku pada apa yang dipelajari saja.
G. Hambatan Kebiasaan memandang, hal ini dikarenakan mendahulukan pemikiran yang
akan gagal dalam berwirausaha , karena telah melihat dari contoh wirausaha yang lainya.

8
BAB III

MEODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2017. Penelitian


dilakukan di Rumah Pameila (Komplek Baleendah Permai Blok L/10).

3.2 Desain/Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan meneliti kandungan zat yang ada di kulit pisang sebagai
bahan dasar pembuatan brownies

 Perencanaan Penelitian)

Nama Kegiatan Bulan Bulan Desember Bulan Januari


November

Tanggal Tanggal Tanggal

Menyusun Proposal 22-11-2017

Mengajukan Proposal 25-11-2017

Eksperimen 01-12-2017

Penyusunan Karya 26-01-2018


Tulis Ilmiah

Pengumpulan Karya
Tulis Ilmiah

3.3 Populasi dan Sampel

A. Populasi

9
Populasi dari penelitian ini adalah tumbuhan

B. Sampel

Sampel yang saya gunakan untuk penelitian ini adalah kulit pisang.

3.4 Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis data dengan cara kualitatif yaitu penulis
menganalisa dengan menggunakan kalimat-kalimat deskriptif dari data yang ada serta
menyimpulkan rasa dan tekstur dari sirup alternatif tersebut.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Pustaka

Merupakan metode dimana penulis mencari informasi dan mengumpulkan data dengan
cara membaca dan merangkum bacaan dari berbagai buku yang berkaitan dengan materi
penelitian.

2. Browsing

Merupakan metode dimana penulis mencari informasi dan data yang dikumpulkan
dengan membuka situs yang berhubungan dengan judul yang sebelumnya telah ditetapkan
penulis dan mencari fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Sehingga penulis mendapatkan
penilaian yang lebih luas.

Bab IV

Hasil Penelitian

10
4.1 Langkah-langkah Penelitian

4.1.1 Alat dan Bahan

Alat :

1. Wadah (untuk mengaduk bahan)


2. Pisau
3. Cup
4. Alat mixer manual
5. Panci
6. Blender
7. Talenan
8. Wajan Teflon

Bahan :

1. 4 buah kulit pisang Ambon


2. 1 butir telur
3. 100 gram margarine
4. 5 sdm air
5. 1 bungkus bahan brownies instan

4.1.2 Cara Kerja

1. Siapkan 4 butir kulit pisang.


2. Cuci bersih kulit pisang di aliran air mengalir.
3. Kukus kulit pisang sekitar 10 menit.
4. Setelah matang lalu angkat dan tiriskan, lalu diamkan kulit pisang hingga
dingin.
5. Setelah dingin potong kulit pisang menjadi dadu kecil-kecil.
6. Selanjutnya, blender kulit pisang tadi hingga halus.
7. Siapkan tempat untuk mengaduk bahan, masukkan tepung brownies dan
tambahkan 5 sendok makan air.
8. Tambahkan 1 butir telur.
9. Setelah itu masukkan kulit pisang yang sudah di blender tadi .
10. Masukkan juga 100 gram margarine yang sudah dilelehkan di wajan Teflon
sebelumnya. Aduk rata semua bahan.
11. Selanjutnya, masukkan adonan yang sudah diaduk tadi ke dalam cup roti , lalu
kukus ke dalam panci yang sebelumnya sudah di panaskan , tunggu hingga
matang sekitar 15 menit.

11
12. Akhirnya , brownies kulit pisang siap disajikan.

4.2.3 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian, inovasi brownies dengan bahan dasar kulit pisang memiliki bentuk
yang mengembang dan teksturnya pun lebih lembut dari brownies biasa. Ternyata kulit pisang
bisa dijadikan bahan dasar pembuatan brownies.

Kulit pisang yang baik digunakan adalah kulitpisang yang sudah sangat matang. Karna
jika memakai kulit pisang dari pisang yang baru matang akan meninmbulkan rasa pahit pada
brownies.

Bab V

12
Penutup

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan diatas,dapat disimpulkan bahwa masyarakat umumnya hanya


mengkonsumsi pisang hanya daging buahnya saja, sedangkan kulitnya langsung dibuang. Hal ini
dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Apabila limbah kulit pisang tersebut
dibiarkan begitu saja maka tidak menutup kemungkinan untuk terjadinya penumpukan sampah
atau limbah kulit pisang. Selain itu kulit pisang juga memiiki banyak nutrisi dan vitamin bagi
tubuh.

inovasi brownies dengan bahan dasar kulit pisang memiliki bentuk yang mengembang dan
teksturnya pun lebih lembut dari brownies biasa. Ternyata kulit pisang bisa dijadikan bahan
dasar pembuatan brownies. Kulit pisang yang baik digunakan adalah kulitpisang yang sudah
sangat matang.

5.2 Saran

Tumbuhkan jiwa kreativitas anda, dengan terus mengembangkan hal-hal yang telah
diuraikan di atas. Pastikan di masa akan datang Anda menjadi orang yang lebih baik, sukses
dalam berwirausaha, hidup lebih kaya dan bahagia, sekaligus terus berinovasi.

13

Anda mungkin juga menyukai