Anda di halaman 1dari 27

PENGARUH KONSENTRASI UREA DAN NPK TERHADAP

KADAR JUMLAH DAN KUALITAS ETANOL DARI KULIT


NANAS (Ananas comosus L. Merr)

ANASTASIO VIERMAN NAINGGOLAN


J1A216017

Proposal Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
Universitas Jambi

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan suatu objek yang sangat penting dalam melakukan
segala bentuk aktivitas. Menurut Arif Alfatah & Muji Lestari (2009) energi adalah
sesuatu yang dibutuhkan oleh benda agar dapat melakukan usaha. Dalam
kenyataannya setiap dilakukan usaha selalu ada perubahan. Peningkatan populasi
manusia mengakibatkan konsumsi energi juga mengalami peningkatan,
ketergantungan terhadap energi fosil masih sangat tinggi dan belum dilakukannya
produksi energi terbarukan dalam skala besar untuk mengurangi ketergantungan
terhadap penggunaan energi fosil. Ketergantungan terhadap energi fosil secara
nyata memberikan dampak terhadap semakin menipisnya kandungan minyak
bumi yang dimiliki Indonesia. Menurut megawati (2015) cadangan minyak pada
tahun 2006 sempat pengalami peningkatan sebesar 2.8 persen menjadi 4370 juta
barel. Namun, pada tahun 2007 cadangan minyak turun sebesar 8.5 persen
menjadi 4000 juta barel, selanjutnya pada tahun 2008 cadangan minyak kembali
mengalami penurunan sebesar 7.5 persen menjadi 3700 juta barel. Penurunan
cadangan minyak disebabkan oleh kondisi sumur minyak yang sudah tua dan
mengalami penurunan produksi rata-rata 15 persen dalam setahun.
Penelitian yang dilakukan dalam mengembangkan energi alternatif dan
terbarukan sebagai pengganti energi fosil sudah banyak dilakukan dengan bahan
baku yang digunakan berasal dari limbah pertanian, akan tetapi belum terdapat
produksi yang dalam jumlah besar yang dilakukan. Salah satu penelitian yang
dilakukan untuk mengembangkan energi alternatif yaitu bioetanol. Menurut
Khairani (2007) bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat (selulosa) menggunakan bantuan mikroba. Produksi bioetanol
dari tanaman yang mengandung selulosa, dilakukan melalui proses konversi
lignoselulosa menjadi selulosa dengan beberapa metode diantaranya dengan
hidrolisis fisik, kimia, dan biologi. bioetanol merupakan energi terbarukan yang
memiliki keunggulan lebih dari bahan bakar fosil yaitu dapat menurunkan emisi
CO2 hingga sebesar 18 persen.

1
Menurut Seftian dkk (2012) Bioetanol memiliki karakteristik mudah
menguap, mudah terbakar, larut dalam air, tidak karsiogenik, dan tidak berdampak
negatif pada lingkungan. Bioetanol memiliki manfaat yang banyak salah satunya
dapat dikonsumsi manusia sebagai minuman beralkohol. Manfaat lainnya yaitu
sebagai bahan bakar dengan kandungan paling rendah 10 persen. Biaya produksi
dari bahan bakar alternatif bioetanol tergolong karena sumber bahan baku yang
berasal dari limbah pertanian yang memiliki nilai ekonomis yang rendah (Novia
dkk, 2014).
Nanas merupakan salah satu komoditas pertanian yang dikelola oleh
sebagian besar masyarakat Desa Tangkit Baru, Kecamatan Sungai Gelam,
Kabupaten Muaro Jambi. Dengan produksi buah nanas yang besar selain
dikonsumsi secara langsung masyarakat juga mengolahnya menjadi berbagai jenis
produk yaitu : dodol nanas dan selai nanas. Dengan adanya produk olahan dari
buah nanas tentu akan menghasilkan hasil samping atau limbah berupa kulit
nanas. Salah satu bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan bioetanol yaitu
kulit nanas. pemanfaatan kulit nanas sebagai bahan baku pembuatan bioetanol
juga dapat meningkatkan nilai tambah dari kulit nanas itu sendiri yang pada
awalnya tidak memiliki manfaat selain menjadi pupuk kompos. Kulit nanas
memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan bioetanol.
Selain kulit nanas, menurut Komarayanti dan Gusmailina (2010) bioetanol
dapat diproduksi dari berbagai jenis bahan baku yang berasal dari komoditas
pertanian, limbah pertanian, limbah industri maupun hasil hutan. Tumbuhan yang
memiliki potensi tinggi sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol adalah
tumbuhan yang memiliki kandungan karbohidrat tinggi. Contohnya : tebu, aren,
sorghum, ubi kayu, jambu mete, garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol
jagung, jerami dan bagas. Adapun manfaat lain dari kulit nanas selain sebagai
bahan baku pembuatan bioetanol yaitu, sebagai berikut : Wahyuni Sri (2015)
Cuka, Anggy (2016) Sediaan Gel Hand Sanitizer, Rina Ratih (2017) Sirup Kaya
Vitamin, Marlina dkk (2018) Desinfektan Alami, Agustina (2020) Antibakteri,
Prima Wahyu (2020) Sirup dan Natta de Pinna.

2
Pada penelitian sebelumnya Hastuti dkk (2015) menggunakan limbah
jambu citra, dengan melibatkan kombinasi penambahan ragi sebanyak 45 gr (1R)
dan 90 gr (2R) serta pupuk masing – masing dengan konsentrasi 45 gr (1P) dan 90
gr (2P). pupuk yang digunakan merupakan kombinasi dari pupuk kompos dan
NPK dengan komposisi 50% + 50 % dengan lama waktu fermentasi 72 jam.
Perlakuan yang optimal untuk menghasilkan bioetanol adalah dengan
penambahan 45 gr ragi dan 90 gr pupuk dalam setiap 100 gr limbah jambu citra.
Hasil yang didapatkan dari perlakuan tersebut yaitu bioetanol dengan kadar
alkohol 5,3 % dan volume 11,6 % dengan waktu destilasi yang dibutuhkan selama
62 menit. Pada penelitian Rahmah dkk (2015) media yang digunakan adalah nira
nipah murni dengan penambahan nutrisi sebanyak 1,8 gr yeast extract; 0,9 gr
NH4H2PO4 dan variasi (NH2)2CO (urea) 0,36 gr; 0,72 gr; 1,08 gr; dan 1,44 gr ke
dalam medium fermentasi. Variasi lama waktu fermentasi yang digunakan yaitu :
24, 36, 48, 60 dan 72 jam, sedangkan variasi urea yang digunakan 0,36; 0,72;
1,08; dan 1,44 gr. Konsentrasi bioetanol tertinggi yang dihasilkan sebesar 7,12 %
pada perlakuan urea 0,6 g/l dengan waktu fermentasi 36 jam. Pada penelitian
Agneisiswitasari (2018) bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit
nanas dengan penambahan massa nutrisi 8, 12 dan 16 gram dan variasi
perbandingan antara urea dan NPK (100% : 0% ; 75% : 25% ; 50% : 50% ; 25% :
75% ; 0% : 100% ). Hasil yield bioetanol dan konsentrasi bioetanol masing-
masing tertinggi yang didapatkan pada penambahan massa nutrient sebanyak 12
gram pada rasio 25% Urea : 75% NPK adalah sebesar 8,7887% dan 12,7401%.
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dapat yang telah dilakukan diatas,
penambahan Urea dan NPK pada bahan baku secara nyata dapat mempengaruhi
kadar alkohol yang dihasilkan, waktu destilasi serta volume atau rendemen etanol
yang dihasilkan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Pengaruh Konsentrasi Urea Dan NPK Terhadap Kadar Jumlah
Dan Kualitas Etanol Dari Kulit Nanas (Ananas Comosus L. Mer).

1.2 Rumusan Masalah


Penambahan nutrisi pada proses fermentasi sangat penting dilakukan
karena nutrisi merupakan sumber makanan mikroorganisme yang digunakan. Ada

3
banyak jenis nutrisi yang digunakan dalam proses fermentasi dan dapat diperoleh
dari bahan organik maupun anorganik, Urea dan NPK merupakan sumber nutrisi
organik yang digunakan pada proses fermentasi. Oleh karena itu akan dilakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh penambahan Urea dan NPK
terhadap kadar jumlah dan kualitas etanol dari kulit nanas.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi Urea dan NPK terhadap kadar jumlah dan kualitas etanol dari kulit
nanas.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penulisan ini diantaranya:
1. Bagi Penulis
-Untuk mempraktekkan teori yang diperoleh dibangku kuliah.
-Untuk menambah pengetahuan tentang pembuatan bioetanol dari kulit nanas
dengan penambahan Urea dan NPK pada proses fermentasi.
2. Bagi Peneliti Lain
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga bisa mengembangkan produk yang
lebih baik.
3. Bagi Masyarakat
Dapat mengembangkan bioetanol dari kulit nanas yang sebelumnya belum
banyak dimanfaatkan ini menjadi bahan bakar alternatif siap pakai.

1.5 Hipotesis
H0: konsentrasi Urea dan NPK pada proses fermentasi tidak berpengaruh terhadap
kadar jumlah dan kualitas bioetanol dari kulit nanas.
H1: konsentrasi Urea dan NPK pada proses fermentasi berpengaruh terhadap
kadar jumlah dan kualitas bioetanol dari kulit nanas.

4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Nanas (Ananas Comosus L. Merr)


Nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan tanaman buah yang berasal
dari amerika tropis yaitu Brazil, Argentina dan Peru. Tanaman nenas telah
tersebar keseluruh penjuru dunia, terutama disekitar daerah khatulistiwa yaitu
antara 25 oLU dan 25 oLS. Di Indonesia tanaman nenas sangat terkenal dan bayak
dibudidayakan ditegalan dari daerah rendah sampai ke dataran tinggi. Di
Indonesia daerah penghasil nenas terbesar adalah Subang, Bogor, Riau,
Palembang dan Blitar (Rahmat dan Fitri, 2007).
Adapun klasifikasi ilmiah tanaman nanas sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Ordo : Poales
Family : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Species : A. Comosus

Gambar 1. Tanaman nanas (Rahmat dan Fitri, 2007)


2.1.1 Morfologi Tanaman Nanas (Ananas Comosus L. Merr)
Menurut Sari (2002), Nanas merupakan tanaman herbal yang dapat hidup
dalam berbagaimusim. Tanaman ini digolongkan dalam kelas monokotil yang
bersifat tahunanyang mempunyai rangkaian bunga yang terdapat di ujung batang,
tumbuhnyameluas dengan menggunakan tunas samping yang berkembang
menjadi cabang-cabang vegetafif, pada cabang tersebut kelak dihasilkan buah.
Adapun morfologi tanaman nanas, sebagai berikut:

5
1. Akar
Menurut Bartholomew D P, Paull R R dan Rohrbach (2003) Akar nanas
bertumpuk-tumpuk dan dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping,
dengan sistem perakaran yang dangkal dan terbatas. Kedalaman perakaran pada
media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50cm, sedangkan di tanah jarang
mencapai kedalaman 30 cm. Akar tumbuh dari buku batang, kemudian masuk
kedalam ruang antara batang dengan daun. Bentuk akar menjadi lebih pipih dan
melingkar karena akar dalam keadaaan terjepit.Akar-akar cabang tumbuh setelah
akar adventif dapat keluar dari ruangan antara batang dan daun (Bartholomew D
P, Paull R E dan Rohrbach, 2003).
2. Batang
Tanaman nanas dapat dilihat apabila daun-daun dihilangkan. Hal
inidisebabkan batang nenas sangat pendek yaitu 20-25 cm dengan diameter bawah
2 sampai 3,5 cm, sedangkan diameter bagian tengah 5,5 sampai 6,5 cm
danmengecil pada bagian puncak. 2.0-3.5 cm. Batang tanaman nenas beruas-
ruasdengan panjang masing-masing ruas bervariasi antara 1 sampai 10 cm. Batang
berfungsi sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas, dan buah,
sehinggasecara visual batang tersebut tidak nampak karena di sekelilingnya
tertutup olehdaun. Tangkai bunga atau buah merupakan perpanjangan batang
(Collins 1968 dalam Oktaviani 2009).
3. Daun
Daun nanas memiliki bentuk memanjang dan sempit, panjang daun dapat
mencapai130-150 cm, dengan daun tua lebih pendek dari daun muda yang ada
diatasnya.Pertumbuhan daun nenas biasanya satu dalam seminggu. Pada mulanya
pertumbuhannya lambat, kemudian cepat. Pada fase vegetatif pertumbuhan
panjang daun terus meningkat sampai panjang maksimum sejalan dengan
bertambahnya umur tanaman. Tanaman nenas yang mempunyai pertumbuhan dan
perkembangan normal akan mempunyai daun sempurna lebih dari 35 helai pada
sekitar umur 12 bulan setelah dittanam (Samson 1980 dalam Irfandi 2005).
4. Bunga
Bunga tanaman nenas bersifat majemuk terdiri dari 50-200 kuntum bunga
tunggal atau lebih. Letak bunga duduk tegak lurus pada tangkai buah kemudian

6
berkembang menjadi buah mejemuk. Bunga nenas bersifat hermaprodit
mempunyai tiga kelopak, tiga mahkota, enam benang sari dan sebuah putikdengan
kepala putik bercabang tiga.Penyerbukan tanaman nenas bersifat sel incompatible
atau cross pollinated dengan perantara burung dan lebah. Bunga akan membuka
setiap hari dan jumlahnya sekitar antara 5–10 kuntum, pertumbuhan bunga
dimulai dari bagian dasar menuju bagian atas dan memakanwaktu antara 10–20
hari. Waktu dari tanam sampai berbentuk bunga sekitar6–16bulan (Ashari 1995
dalam Atikaduri 2003).
5. Buah
Buah nenas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari gabungan 100 -
200 bunga berbentuk silinder dengan panjang buah sekitar 20,5 cm, diameter 14,5
cm dan beratnya sekitar 2,2 kg (Collins 1960 dalam Rosmaina 2007). Menurut
Riana (2012) diameter dan berat buah nenas akan semakin bertambah sejalan
dengan pertambahan umurnya sedangkan tekstur buahnya akan semakin lunak.
Menurut Sari (2002) berdasarkan karakteristik daun dan buahnya, nenas dapat
digolongkan menjadi lima kelompok yang berbeda, yaitu sebagai berikut:
1. Cayenne, ciri-cirinya adalah daunnya tidak berduri atau berduri hanya
pada ujung-ujungnya dan ukuran durinya kecil-kecil. Bobot buahnya 2,3
kg, silindris, mata buah agak pucat sampai kuning, hati (core) sedang,
rasanya manis, kandungan serat sedikit. Varietas yang termasuk cayenne
yaitu smooth cayenne, cayenne lisse, smooth Guatemalan, typhone. Nenas
jenis cayenne banyak di tanam di Fillipina, Thailand, Hawaii, Kenya,
Meksiko dan Taiwan.
2. Queen, ciri-cirinya daunnya pendek, pinggir daun berduri, bobot buah
sekitar 0,5-1,1 kg, mata menonjol, warna kulit buah kuning, warna daging
buah kuning tua, hati kecil, rasanya manis, kandungan asam dan serat
rendah. Varietas yang termasuk jenis Queen misalnya Natal, Alexandria,
nenas Bogor atau Palembang. Warna kulit dan daging buah ketika matang
yaitu kuning keemasan namun warna daging buah lebih gelap. Panjang
tangkai buah 7-12 cm, ukuran mata kecil, lebih dari cayenne, renyah dan
memiliki aroma yang baik.

7
3. Spanyol (Spanish), ciri-cirinya mempunyai daun panjang, bobot buah 0,9-
1,8 kg, bentuk buah membulat, mata menonjol, warna kulit buah orange
atau merah, warna daging buah kuning pucat sampai putih, hati besar,
berserat, asam. Varietas yang termasuk Spanish yaitu red Spanish,
Singapore Spanish, nenas merah dan nenas buaya.
4. Abacaxi, ciri-cirinya pinggir daun berduri, bobot buah sekitar 1,4 kg,
bentuk buah konikal, warna kulit buah kuning, warna daging buah kuning
pucat sampai putih, hati kecil, rasanya manis. Golongan abacaxi banyak di
tanam di brazilia.
5. Maipure, ciri-cirinya memiliki pinggir daun berduri, bobot buah sekitar
0,8-2,5 kg, silinder, warna kulit buah kuning atau merah orange, warna
daging buah putih atau kuning tua, hati kecil sampai medium, rasanya
lebih manis dari pada cayenne, berserat. Nenas maipuredi budidayakan di
Amerika Tengah dan Selatan.

2.2 Nanas
Menurut Rosyidah (2010) Buah nanas mengandung vitamin (A dan C),
kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu)
dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat antiradang, membantu melunakkan
makanan di lambung, mengganggu pertumbuhan sel kanker, menghambat
agregasi platelet dan mempunyai aktifitas fibrinolitik. Kandungan seratnya dapat
mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Daun
mengandung kalsium oksalat dan pecticsubstances. Menurut Nugraheni (2016),
Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) mengandung air dan serat yang tinggi
seperti, homoselulosa67 %, selulosa38-48 %, alpa selulosa31 %, lignin17 %, serta
pentosa26 %. Daun nanas (Ananas comosus L. Merr)memiliki kandungan kalsium
oksalat, pectic substances, dan enzim bromelin (Nuraini, 2014). Nanas memiliki
kandungan nutrisi rendah seperti klori, sehingga tidak perlu khawatir berapa
banyak buah nanas yang dikonsumsi. Nanas memiliki Kandungan karbohidrat
termasuk didalamnya terdapat gula yang dapat meningkatkan kadar gula darah.
Nanas memiliki kandungan air dan serat yang tinggi, yang dapat membersihkan
permukaan mulut dan dapat bekerja sebagai sistem pencernaan. Tabel berikut ini

8
merupakan kandungan buah nanas dalam 100 gram menurut Suprianto (2016)
sebagai berikut :
Tabel 1. Kandungan gizi buah nanas dalam 100 gr
Kandungan Gizi Banyaknya
Kalori 52 kal
Protein 0,40 g
Lemak 0,20 g
Karbohidrat 16 g
Fosfor 11mg
Zat besi 0,30 mg
Vitamin A 130 SI
Vitamin B1 0,08 mg
Vitamin C 24 mg
Air 85,30 g
Bagian dapat dimakan (BDD) 53 %

Dari total keseluruhan buah nanas yang dikonsumsi hanya 53% dan
sisanya merupakan limbah dan belum banyak dimanfaatkan. Menurut
Muljohardjo (1984), bagian kulit buah nanas masih mengandung daging yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Saat ini banyak industri
yang memanfaatkan limbah untuk pembuatan produk baru yang bermanfaat bagi
makhluk hidup lainnya seperti kulit buah nanas yang dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan bioetanol, dimana dengan memanfaatkan kulit buah nanas
dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan (Harahap, 2014).
Menurut Ramdoni (2016) dalam harahap (2014) kulit buah nanas
mengandung gula yang tinggi yaitu sebesar 13,65 %. Kandungan gula tersebut
cukup tinggi sehingga limbah kulit nanas berpotensi dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol. Adapun kandungan gizi buah nanas dan hasil analisis
proksimat berdasarkan berat basah dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.

9
Tabel 2. Kandungan Gizi Kulit Buah Nanas Berdasarkan Berat Basah

Tabel 3. Hasil Analisis Proksimat Kulit Buah Nanas Berdasarkan Berat Basah

(Sumber: Harahap, 2014)

2.3 Bioetanol (C2H5OH)


Etanol (alkohol) merupakan golongan senyawa organik yang mengandung
unsur C, H dan O. etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH.
Rumus umum dari alkohol adalah R –OH. Secara struktur alkohol sama dengan
air, namun salah satu hidrogennya digantikan oleh gugus alkil. Gugus fungsional
alkohol adalah gugus hidroksil, OH. Pemberian nama alkohol biasanya dengan
menyebut nama alkohol biasanya dengan menyebut nama alkil yang terikat pada
gugus OH kemudian menambahkan nama alkohol (Siregar, 1988).
Karakteristik alkohol meliputi: berupa zat cair, tidak berwarna, berbau
spesifik, mudah terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air dalam segala
perbandingan. Etanol pada umumnya digunanakan sebagai pelarut untuk zat
organik maupun anorganik, bahan dasar industri asam cuka, ester, spritus dan
asetaldehid. Selain itu etanol juga digunakan untuk campuran minuman serta
digunakan sebagai bahan bakar yang terbarukan (Endah dkk, 2007). Adapun sifat-
sifat fisik-kimia etanol dapat dilihat pada Tabel 4.

10
Table 4. sifat-sifat fisik-kimia etanol
Karakteristik Nilai
Berat molekul g/mol 46,1
Titik beku, 0C -114,1
Titik didih normal, 0C 78,32
Densitas, g/ml 0,7983
Viskositas pada 200C, mPa.s (CP) 1,17
Panas penguapan normal, J/g 839,31
Panas pembakaran pada250C, J/g 29676,6
Panas jenis pada 250C, J (g0C) 2,42
Nilai oktan 106-111
Wujud pada suhu kamar Cair
Dicampur dengan natrium Bereaksi
Kelarutan dalam air Larut sempurna
Dapat terbakar Ya
Sumber: Jhonprimen (2012)

Pembuatan bioetanol dalam industri ada dua macam yaitu: 1) cara non
fermentasi (sintetik), yaitu proses pembuatan alkohol yang tidak menggunakan
enzim ataupun jasad renik, 2) cara fermentasi, merupakan proses metabolism
dimana terjadi perubahan kimia dalam substrat karena aktivitas enzim yang
dihasilkan oleh mikroba ( Endah dkk, 2007).
Etanol yang diproduksi melalui proses fermentasi menggunakan mikroba
disebut bioetanol. Proses pembuatan bioetanol terdiri dari tiga langkah meliputi:
pengubahan polisakarida menjadi gula sederhana, fermentasi dan terakhir adalah
destilasi (proses pemurnian etanol) (Morris dan Armada, 2006).
Menurut Hanum dkk (2013) etanol dikategorikan dalam dua kelompok
utama, yaitu;
1. Etanol 95-96% v/v, disebut “etanol hidrat” yang dibagi dalam:
a. Technical/raw spit grade, digunakan untuk bahan bakar spritus,
minuman, desinfektan dan pelarut.
b. Industrial grade, digunakan bahan baku industri pelarut.

11
c. Potable grade, untuk minuman berkualitas tinggi.
2. Etanol >99,5% v/v, digunakan untuk bahan bakar. Jika dimurnikan lebih
lanjut dapat digunakan untuk keperluan farmasi dan pelarut dilaboratorium
analisis. Etanol ini disebut fuel grade thanol (FGE) atau anhydrous ethanol
(etanol anhidrat) atau etanol kering, yakni etanol yang bebas atau minim air.
Bioetanol dapat diperoleh dari bahan pangan yang mengandung
karbohidrat. Menurut Iswari (2006) dalam Jafar (2012), karbohidrat merupakan
komponen organik yang paling banyak terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran,
legume, gandum dan memberikan tekstur dan rasa pada makanan-makanan
olahan. Karbohidrat disusun oleh 3 unsur utama yaitu karbon (C), hydrogen (H)
dan oksigen (O). karbohidrat dapat dibedakan menjadi karbohidrat sederhana dan
karbohidrat komplek. Karbohidrat sederhana seperti monosakarida dan disakarida,
sedangkan karbohidrat kompleks yaitu pati, glikogen, selulosa dan hemiselulosa.
Karbohirat juga dapat dibagi menjadi 4 golongan utama yaitu:
1. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa menjadi
bentuk yang lebih sederhana. Contoh: glukosa dan fruktosa.
2. Disakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisa menghasilkan dua
molekul monosakarida yang sama atau berbeda. Contoh: selobiosa, sukrosa
dan maltose.
3. Oligosakarida merupakan karbohidrat yang bila dihidrolisa menghasilkan dua
sampai enam molekul monosakarida.
4. Polisakarida yaitu karbohidrat yang bila dihidrolisa menghasilkan lebih dari
enam molekul monosakarida. Contoh: pati, glikogen, inulin dan selulosa.

Menurut prihandana (2007) bioetanol merupakan produk yang dapat


dihasilkan oleh beberapa bahan yang mengandung karbohidrat, yaitu:
1. Bahan berpati, antara lain ubi kayu atau singkong, tepung sagu, biji
jagung, biji shorgum, kentang, ganyong, garut, umbi dahlia.
2. Bahan bergula, antara lain molasses (tetes tebu), nira tebu, nira
kelapa, nira batang sorghum manis, nira aren (enau), nira nipah,
gewang, nira lontar.

12
3. Bahan berselulosa, antara lain limbah logging, limbah pertanian
(jerami padi, ampas tebu, tongkol jagung, onggok), batang pisang,
serbuk gergaji.

2.4 Ragi (Saccharomyces cerevisiae)


Ragi (yeast) adalah organisme yang memiliki sel tunggal dengan jenis
eukariotik yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Ragi berbeda
dengan bakteri karena memiliki ukuran sel lebih besar, memiliki organ-organ,
memiliki membrane inti sel, dan DNA terlokalisasi di dalam kromosom dalam inti
sel. Sehingga ragi dapat melakukan fungsi-fungsi sel yang berbeda pada setiap
lokasi sel-nya. Lebih jelasnya, ragi lebih mirip organisme tingkat tinggi seperti
hewan. Ragi secara evolusi lebih maju dibandingkan dengan bakteri seperti E.coli
(Yalun, 2008).
Menurut Chairul (2013) waktu yang optimal untuk Saccharomyces
cerevisiae 3 hari, pada waktu tersebut aktifitas Saccharomyces cerevisiae dapat
bekerja secara optimal serta kegiantan enzimatis tidak terhambat. Fase ini dikenal
sebagai fase eksponensial dimana sel akan tumbuh dan membelah diri hingga
mencapai jumlah maksimum.
Saccharomyces cereviseae tumbuh optimal pada pH berkisar 3-5 dalam
keadaan asam (Ikram, 2005). Jika nilai pH diluar dari range 3-5 maka
Saccharomyces cereviseae belum mampu beradaptasi secara optimal pada
lingkungan dan aktivitas fermentasinya akan menurun (Ageng, 2009).
Ragi jenis ini telah memiliki kemampuan yang luar biasa berdasarkan
sejarahnya pada industri fermentasi. Hal ini disebabkan karena kemampuannya
menghasilkan alkohol dan ragi ini disebut sebagai mikroorganisme aman
(Generally Regarded as Safe) yang paling komersial saat ini (Aguskrisno, 2011).
Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir dengan jenis Ascomycetes yang
banyak mengandung protein, karbohidrat dan lemak sehingga tidak menimbulkan
masalah jika dikonsumsi oleh manusia maupun hewan yang berguna untuk
melengkapi kebutuhan nutrien-nya sehari-hari. Ragi jenis ini juga mengandung
vitamin, khususnya vitamin B kompleks. Saccharomyces cerevisiae mudah

13
dicerna, enak dan tidak menularkan atau menimbulkan penyakit (Amaria dkk,
2001).

2.5 NPK dan UREA

2.5.1 NPK
Pupuk NPK (Nitrogen Phospat Kalium) merupakan salah satu bahan yang
dapat digunakan sebagai sumber nutrisi pada proses fermentasi. Penambahan
NPK pada proses fermentasi dapat mempengaruhi kadar alkohol yang akan
dihasilkan. Menurut Jumari dkk (2009) menyebutkan bahwa salah satu nutrien
yang dibutuhkan mikroorganisme fermentasi adalah Fosfor sedangkan dalam
berbagai uji coba pembuatan bioetanol, pupuk jenis NPK merupakan pupuk yang
paling banyak digunakan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hastuti dkk (2015) penambahan ragi
dan pupuk pada proses fermentasi bioetanol dengan bahan baku yang digunakan
yaitu limbah jambu citra secara nyata mempengaruhi kadar alkohol, waktu
destilasi dan volume bioetanol yang dihasilkan. Perlakuan yang optimal untuk
menghasilkan bioetanol adalah dengan penambahan 45 gram ragi dan 90 gram
pupuk dalam setiap 100 gram limbah jambu citra, pembuatan bioetanol dengan
perlakuan tersebut menghasilkan bioetanol dengan kadar alkohol 5,3 % dan
volume 11,6 % sedangkan waktu destilasi yang dibutuhkan hanya selama 62
menit.
2.5.2 Urea
Peranan nutrisi pada pertumbuhan ragi (Saccharomyces cerevisiae)
merupakan sangat penting yang berfungsi menyediakan energi, nitrogen, mineral
dan vitamin. Salah satu sumber nutrisi yang penting untuk pertumbuhan ragi
(Saccharomyces cerevisiae) adalah nitrogen yang dapat diperoleh dari urea. Urea
merupakan padatan butiran atau prill yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi
antara ammonia (NH3) dengan karbondioksida (CO2). Pupuk ini mengandung
nitrogen minimal 46 % diantara semua pupuk padatan (Austin, 1996). Pernyataan

14
ini sejalan dengan pendapat Palimbani (2007), menurutnya urea merupakan salah
satu sumber nutrisi yang mempunyai kadar nitrogen yang besar yaitu 46 %.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmah dkk (2015) pada proses
fermentasi nira nipah, perlakuan konsentrasi urea yang ditambahkan (0,2 ; 0,4 ;
0,6 0,8 g/l) dengan variasi lama waktu fermentasi 24 sampai 36 jam
mempengaruhi konsentrasi bioetanol yang dihasilkan. Konsentrasi bioetanol
tertinggi yang dihasilkan dari proses fermentasi nira nipah menggunakan yeast
saccharomyces cerevisiae adalah 7,12 % pada variasi urea 0,6 g/l dengan waktu
fermentasi 36 jam.

2.6 Fermentasi
Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa organik khususnya gula dan
lemak oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob menghasilkan produk-produk
organik yang lebih sederhana. Fermentasi etanol adalah proses biologi yang
melibatkan mikroorganisme untuk mengubah bahan organik menjadi komponen
sederhana. Selama proses fermentasi mikroorganisme memproduksi enzim untuk
menghidrolisis substrat menjadi komponen sederhana (gula) selanjutnya
mengubahnya menjadi etanol. Para penelitian menggunakan mikroorganisme
seperti kapang, khamir dan bakteri. Mikroba yang sering digunakan dalam proses
fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae. Kamir ini dapat tumbuh di media
yang mengandung gula sederhana seperti glukosa, fruktosa dan mannose (Lin dan
Tannaka, 2005).
Proses fermentasi terdiri atas glikolisis dan reaksi yang menghasilkan
NAD+ melalui transfer electron dari NADH ke piruvat. Pada fermentasi alkohol,
piruvat diubah menjadi etanol dalam 2 langkah. Langkah pertama yaitu dengan
melepaskan karbondioksida dari piruvat selanjutnya diubah ,menjadi senyawa
asetaldehida berkarbon dua. Langkah kedua asetaldehida direduksi oleh NADH
menjdi etanol (Campbell dkk, 2002).

15
2.7 Destilasi
Destilasi merupakan tahapan akhir untuk memperoleh etanol setelah
proses fermentasi selesai dilakukan. Prinsip dasar dari destilasi atau pemurnian
adalah memisahkan bahan kimia berdasarkan perbedaan titik didih dan
kemudahan menguap. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses ini yaitu
jenis bahan yang di destilasi, temperature atau suhu, volume bahan dan lama
proses destilasi (Lestari, 2010). Menurut Hasan (2016), perbedaan pada titik didih
selama proses destilasi berlangsung yang dapat memisahkan etanol air, titik didih
etanol lebih rendah dari titik didih air sehingga etanol mengalami penguapan
terlebih dahulu. Uap yang dihasilkan pada proses destilasi didinginkan
(dikondensasi), maka konsentrasi etanol dalam cairan yang dikondensasikan itu
akan lebih tinggi dari larutan asli-nya. Jika kondensat ini dipanaskan lagi dan
kemudian dikondensasikan, maka konsentrasi etanol akan lebih tinggi lagi.
Titik didih dari etanol yaitu sebesar 78oC sedangkan air memiliki titik
didih sebesar 100oC pada kondisi standar. Dengan memanaskan larutan pada suhu
antara 78oC sampai dengan 100oC akan mengakibatkan sebagia besar etanol
menguap dan melalui unit kondensasi maka dapat dihasilkan etanol dengan
konsentrasi 95 % (LIPI, 2008).

16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun 2021. Penelitian dilaksanakan
di laboratorium pangan dan laboratorium kimia Fakultas Pertanian, Universitas
Jambi.

3.2 Bahan Dan Alat Penelitian


Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu pisau, talenan, blender,
oven, timbangan, beker glass, spatula, hot plate, thermometer, PH meter,
Erlenmeyer, alkohol meter, saringan, magnetic stirrer, gelas ukur, mortar,
destilator, corong, kaki tiga, lampu Bunsen, autoclave, aluminium foil, volume
pipet, pipet tetes, labu takar, gelas ukur, biuret.
Bahan yang digunakan adalah kulit nanas (jenis nanas queen), ragi roti
(Saccharomyces cerevisiae), alkohol 70%, aquadest, H2SO4, NaOH, Urea
((NH2)2CO,) NPK (NH4H2PO4).

3.3 Rancangan Percobaan


Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL). konsentrasi nutrisi yang digunakan 9 gram, 12 gram dan 15 gram, dengan
perbandingan antara Urea dan NPK = (100% : 0%) ; (75% : 25%) ; (50% : 50%) ;
(25% : 75%) ; (0% : 100%). Masing-masing percobaan dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 30 satuan percobaan.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


3.4.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan yang digunakan dari penelitian ini adalah kulit dari buah nanas
varietas queen. ciri-cirinya daunnya pendek, pinggir daun berduri, bobot buah
sekitar 0,5-1,1 kg, mata menonjol, warna kulit buah kuning, warna daging buah
kuning tua, hati kecil, rasanya manis, kandungan asam dan serat rendah. Varietas
yang termasuk jenis Queen misalnya Natal, Alexandria, nenas Bogor atau

17
Palembang. Warna kulit dan daging buah ketika matang yaitu kuning keemasan
namun warna daging buah lebih gelap. Panjang tangkai buah 7-12 cm, ukuran
mata kecil, lebih dari cayenne, renyah dan memiliki aroma yang baik (Sari, 2002).
Tahapan awal yang dilakukan adalah pencucian kulit nanas sampai bersih
menggunakan air mengalir, kemudian ditimbang sebanyak 200 gram. Dilakukan
pengecilan ukuran dengan cara dipotong kemudian dihaluskan menggunakan
blender dengan penambahan 400 ml aquadest. Selanjutnya dilakukan penyaringan
menggunakan kain saring untuk memisahkan cairan dan ampas-nya, cairan yang
dihasilkan digunakan sebagai larutan induk. Selanjutnya dilakukan sterilisasi
menggunakan autoclave pada suhu 121oc selama 15 menit dan pasteurisasi pada
suhu 70oC selama 15 menit lalu didinginkan.
3.4.2 Tahapan Fermentasi
Sebanyak 500 ml sampel sari kulit nanas ditambahkan jenis ragi yang
digunakan yaitu ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) yang sebelumnya telah
dihaluskan menjadi bentuk bubuk sesuai dengan perlakuan. Kemudian dilakukan
pengadukan hingga homogen hingga butiran ragi tidak terlihat menggunakan
batang pengaduk (± 3 menit). Setelah itu dilakukan penyeimbangan PH hingga
mencapai 4 dengan penambahan NaOH jika PH berada di bawah 4 dan dilakukan
penambahan asam sulfat jika PH berada di atas 4, lalu dilakukan pengadukan
kembali hingga homogen. Selanjutnya campuran tersebut dituangkan ke dalam
Erlenmeyer dan ditutup menggunakan gabus dan kemudian difermentasi didalam
incubator pada suhu 27oc selama waktu yang telah ditentukan yaitu 72 jam (3
hari).
3.4.3 Tahapan Pemurnian (Kurniawan, 2014)
Setelah proses fermentasi terjadi selanjutnya dilakukan proses pemisahan
antara suspense dan filtrat-nya. Pada tahap fermentasi pada media akan terbentuk
3 lapisan : lapisan paling bawah adalah endapan, lapisan pada bagian pertengahan
adalah air dan lapisan paling atas adalah etanol.
Kemudian dilakukan proses destilasi untuk mendapatkan etanol. Proses
destilasi dilakukan pada suhu 78oc sampai 80oc sesuai dengan titik didih etanol
selama 4-6 jam. Pada suhu ini etanol akan terlebih dahulu menguap dan kemudian
dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi.

18
3.5 Parameter Yang Diamati
Adapun parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu, sebagai berikut :
3.5.1 Kadar Gula Pada Larutan
Alat yang digunakan pada proses pengukuran kadar gula pada larutan
dilakukan sebelum proses fermentasi dimulai menggunakan alar refraktometer.
Cara kerja proses ini dengan meneteskan sampel yang akan dilakukan pengujian
ke bagian prisma atau daylight, kemudian hasil akan mucul secara otomatis pada
layar refrektometer.
3.5.2 Kadar Alkohol Setelah Proses Destilasi (%) (Isroi, 2008)
Tujuan dari proses ini yaitu untuk mengetahui kandungan alkohol dari
cairan etanol yang diperoleh setelah mengalami proses pemurnian atau destilasi
menggunakan alat destilator. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar alkohol
adalah alkoholmeter, proses yang dilakukan yaitu dengan memasukkan destilat
yang diperoleh ke dalam gelas ukur 100 ml kemudian dilakukan pengukuran
menggunakan alkoholmeter dengan cara memasukkan-nya ke dalam gelas ukur
yang berisi destilat. Skala yang ditunjukkan dicatat sebagai data kadar bioetanol,
jika etanol yang dihasilkan kurang dari 100 ml maka pengukuran kadar alkohol
menggunakan piknometer dengan perbandingan berat jenis. Hasil perhitungan
berat jenis alkohol kemudian dikonversikan dengan menggunakantabel konversi
BJ alkohol.
𝑤3 − 𝑤1
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 (%) =
𝑤2 − 𝑤1
Keterangan : W1 = Piknometer Kosong
W2 = Piknometer + Aquadest
W3 = Piknometer + Etanol
3.5.3 Kadar Jumlah Etanol (Rendemen) (Yusra, 2011)
Hasil dari proses fermentasi dilakukan proses pengukuran untuk
mengetahui berapa jumlah etanol yang dihasilkan, proses yang dilakukan dengan
membagikan banyak alkohol yang didapatkan dengan masa kulit nanas yang
digunakan. Perhitungan dapat dilakukan menggunakan rumus :
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (𝑚𝑙 )
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐸𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 (𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛) = 𝑋 100
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐾𝑢𝑙𝑖𝑡 𝑁𝑎𝑛𝑎𝑠

19
3.5.2 PH (Putri, 2018)
Pengukuran PH dilakukan menggunakan alat PH Meter dengan cara
memasukkan ke dalam larutan yang akan dilakukan pengujian. Proses ini
dilakukan sebelum proses fermentasi dimulai, nilai yang dihasilkan kemudian
dicatat sebagai data penelitian.

3.6 Analisis Data


Data yang dihasilkan dicatat dan dinyatakan dalam persen (%) kemudian
dilakukan pengolahan data menggunakan anova satu arah untuk mengetahui
Pengaruh Konsentrasi Urea Dan Npk Terhadap Kadar Jumlah Dan Kualitas
Etanol Dari Kulit Nanas (Ananas Comosus L. Merr). Jika ada perbedaan yang
signifikan maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DNMRT)
pada taraf 5%.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adhyanti, Sirajuddin, S., & Jafar, N. (2012). Faktor risiko pola konsumsi natrium
kalium serta status obesitas terhadap kejadian hipertensi di puskesmas
Lailangga.

Ageng, D, dkk. 2009. Profil Fermentasi Sukrosa Menjadi Etanol Menggunakan


Zymomonas mobilis yang Dikoamobilkan dengan Ekstrak Kasar
Invertase. [Skripsi]. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. ITS.
Surabaya.

Aguskrisno. 2011. Pemanfaatan Mikroorganisme Dalam Penyuburan Tanah.

Alfatah, Arif dan Muji Lestari. 2009. Bahas Tuntas 1001 Fisika SMP Kelas VII,
VIII, IX. Yogyakarta : Pustaka Widyatama.

Amaria, Isnawati, Rini, dan Tukiran., (2001), Biomassa Saccharomyces cerevisiae


dari Limbah Buah dan Sayur sebagi Sumber Vitamin B, Himpunan
Makalah Seminar Nasional Teknologi Pangan.

Amelia Dwi Hastuti, dkk. 2015. Pengaruh Komunikasi Organisasi Terhadap


Kinerja Karyawan di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten
Sukoharjo. Vol.13 No.1.

Atikaduri, T. 2003. Karakteristik Sifat Fisik Dan Kimia Buah Serta Perubahannya
Selama Penyimpanan Dari Empat Populasi Nenas (Ananas comosus (L.)
Merr.).[Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Austin.G.T. 1996. Industri Proses Kimia. Jakarta : Erlangga.

21
Bartholomew DP, Paull RE and Rohrbach. 2003. The Pineapple: Botany,
Production and Uses. University of Hawaii at Manoa Honolulu USA.
CABIPublishing.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari,
R. et al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Erlangga, Jakarta.

Chairul, Y., S.R. 2013. Pembuatan Bioetan dari Nira Nipah Saccharomyces
cereviseae. Teknobiologi, IV (2).

Endah RD, Sperisa D, Adrian N, Paryanto (2007). Pengaruh kondisi fermentasi


terhadap yield etanol pada pembuatan bioetanol dari pati garut. Gema
Teknik, 2: 83-88.

Gusmailina dan Komarayati,Sri., 2010,“Prospek Bioetanol Sebagai Pengganti


Minyak Tanah, Pdf,Pusat Penelitian dan pengembangan hasil hutan,
Bogor.
Harahap, E. 2014. Makalah Pemanfaatan Kulit Nanas Jadi Bioetanol.

Hanum, N.N., 2013. Hubungan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dengan Profil
Lipid Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Cilegon Periode Januari-April 2013. Skripsi. FK dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasan, M., & Dkk. (2016). Analisa Dan Pengembangan Jaringan Wireless
Berbasis Mikrotik Router Os V.5.20 Di Sekolah Dasar Negeri 24 Palu.
Jurnal Elektronik Sistem Informasi Dan Komputer. Vol. 2(1)

Hastuti, Dwi, Endah, Erma Prihastanti, dan Sri Haryanti. 2015. Efektifitas
Penambahan Ragi Dan Pupuk Terhadap Kadar Alkohol Bioetanol

22
Dengan Bahan Baku Jambu Citra. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol.
23(1)

Irfandi. 2005. Karakterisasi Morfologi Lima Populasi Nanas ( Ananas comosus


L. Merr.). Skripsi Bidang Studi Holtikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.

Ikram, I. 2005. Karakterisasi Morfologi Lima Populasi Nanas (Ananas comosus


L. Merr). [Skripsi]. Bidang Studi Holtikultura Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.

Jhonprimen H.S, Andreas Turnip, M, dan Hatta Dahlan (2012), “Pengaruh Massa
Ragi, jenis Ragi, dan Lama Fermentasi pada Bioetanol dari Biji Durian”
Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 18, Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya.

Justitiamaitawati, A. 2018. Pengaruh Variasi Massa Urea Dan NPK Terhadap


Fermentasi Kulit Nanas (Ananas Comosus L. Merr) Menjadi Bioetanol.
Skripsi. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Samarinda. Samarinda.

Jumari, A., W.A. Wibowo, Handayani, dan I. Ariyani. 2009.Pembuatan


EtanolDari Jambu Mete dengan Metode Fermentasi.Ekuilibrium, 7(2):
48-54

Khairani, R., 2007. Tanaman Jagung Sebagai bahan Bio-fuel. Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Indonesia.

Kurniawan, T. B. 2014. Efek Interaksi Ragi Tape dan Ragi Roti Terhadap Kadar
Bioetanol Ketela Pohon (Manihot Utilissima, pohl) Varietas Mukibat.
[Skripsi]. Universitas Negeri Semarang.

23
Lestari, A. 2010. Pengaruh Paparan Debu Kayu Terhadap Gangguan Fungsi Paru
Tenaga Kerja Di Cv. Gion & Rahayu, Kec. Kartasura, Kab. Sukoharjo
Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta : Kesehatan Kerja FK Universitas Sebelas
Maret

Lin, Y. dan Tanaka, S. (2005), “Ethanol Fermentation from Biomass Resources :


Current State and Prospects”, Appl Microbiol Biotechnol, 69 : 627-642

LIPI. 2008. Energi Biomass. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Isroi. 2008. Mengukur Kadar Bioetanol.

Megawati. 2015. Bioetanol Generasi Kedua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Morris, M.dan Armada,H. 2006. Ethanol opportunities and questions. ATTRA.

Muljohardjo, Muchji. 1984.Nanas dan Teknologi Pengolahannya(Ananas


comosus) (L) Merr). Yogyakarta : Liberty.

Novia, Windarti, A. &Rosmawati. (2014).Pembuatanbioetanol dari jerami padi


denganmetode ozonolisis-simultaneous saccarificationand
fermentation(SSF).Jurnal Teknik Kimia,20(1), 38-48.

Nugraheni.,(2016). Sehat tanpa obat dengan nanas-seri apotek dapur.Yogyakarta:


Rapha Publishing, penerbit Andi.

Nuraini, D., 2014. Aneka Daun Berkhasiat Untuk Obat. Yogyakarta: Gava Media.
Oktaviani, D. 2009. Pengaruh Media Tanam Dan Asal Bahan Stek
Terhadap keberhasilan Stek Basal Daun Mahkota Nenas (Ananas
Comosus L.Merr). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor .

24
Palimbani.2007. Mengenal Pupuk Urea.

Putri, R. I. A. 2018. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Saccharomyces cereviseae


Terhadap Kadar etanol pada Bioetanol dari Kulit Nanas Madu (Ananas
Comosus L. Merr). Skripsi. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.

Rakhmat. F dan H. Fitri. 2007.Budidaya dan Pasca Panen nanas. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Kalimantan Timur.

Riana, E. 2012. Keanekaragaman Genetik Nenas (Ananas comosus L. Merr.)


di Kabupaten Kampar Provinsi Riau Berdasarkan Karakterisasi
Morfologi dan Pola Pita Isozim Peroksinase. Skripsi. Fakultas
Matematika danJurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Univesitas Riau.

Rosmania. 2007.Optimalisasi BA/TDZ Dan NAA Untuk Perbanyakan


Nenas(Ananas comosus L. Merr) Smooth Cayenne Melalui Teknik
In- Vitro.

Rosyidah. 2010. Great Giant pineapple GGPC Lumbung Nanas Raksasa Di


Indonesia

Rahmah, Yulia, Syaiful Bahri, dan Chairul. 2015. Fermentasi Nira Nipah Menjadi
Bioetanol Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae Dengan
Penambahan Urea Sebagai Sumber Nitrogen. JOM FTEKNIK, 2(2).

Rama Prihandana, Kartika noerwijan, Praptiningsih Gamawati Adinurani,


DwiSetyaningsih,Sigit Setiadi, & Ray Hendroko.2007 “Bioetanol Ubi
Kayu Bahan Bakar Masa Depan” Agromedia Pustaka,

Sari, R. N. 2002. Analisis Keragaman Morfologi dan Kualitas Buah, Populasi


Nanas Queen (Ananas comosus L. Merr.) di Empat Desa Kabupaten

25
Bogor. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Seftian, D., Antonius, F., dan Faizal, M. 2012. Pembuatan etanol dari kulit pisang
menggunakan metode hidrolisis enzimatik dan fermentasi. Jurnal Teknik
Kimia 18(1):10-16.

Siregar,M.1988. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta.

Suprianto, Cahyo., (2016). Grow your own fruits- panduan praktis menanam 28
tanaman buah populer di pekarangan. Yogyakarta : Lily Publisher,
Penerbit Andi.

Yusra, I. 2011. Pemanfaatan Kulit Naas Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol.


Skripsi. Keteknikan Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Yalun. 2008. Mengenal Ragi Saccharomyces cerevisiae.

26

Anda mungkin juga menyukai