Anda di halaman 1dari 23

`MAKALAH PRAKTIKUM FITOKIMIA 1

PEMBUATAN SIMPLISIA NABATI BERDASARKAN KANDUNGAN SENYAWA


ALKALOID DARI DAUN PEPAYA (Carica papaya Folium)

Kelompok :7
Disusun Oleh : 1. Tata Marthia Suherman (066117171)
2. Feri Nur Apriansyah (066117179)
3. Dini Septia Ariska (066117187)
4. Putri Balgis (066117195)
5. Femi Permatasari (066117202)
Dosen Pengampu : 1. Dra. Ike Yulia W, M.Farm., Apt
2. Yulianita M.Farm
3. Novi Fajar Utami M.Farm., Apt
4. Cyntia Wulandari M.Farm
5. Siti Mahyuni M.Sc
6. Myndia Fatmi M.Farm., Apt
Asisten Dosen : 1. Juju Julianti 6. Asri Wahyuni
2. Kyky Widayanti 7. Ivan Pangestu
3. Andini Eki Pertiwi 8. Sri Melia
4. Ainun Nisa R 9. Syafira Rizkqia
5. Lia Luviana 10. Widia Fitriyani

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan limpahan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum ini dengan tepat waktu.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Saya menyusun laporan yang berisi pembahasan tentang simplisia daun papaya
(Carica papaya Folium) ini untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing
mata kuliah fitokimia 1.
Saya mencoba menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. makalah ini memang
masih belum sempurna. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya
dalam hal pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, 02 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sumber bahan obat tradisional
yang telah digunakan rakyatnya secara turun-temurun sejak zaman nenek moyang
terdahulu. Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah selain karena bahan
bakunya mudah diperoleh, faktor ekonomi turut memengaruhi. Sebagian besar rakya
Indonesia hidup di pedesaan yang menyebabkan sulitnya jangkauan obat modern,
komunikasi dan transportasi, juga daya beli yang relative rendah.

Salah satu tanaman di Indonesia yang berkhasiat sebagai obat tradisional


adalah papaya (Carica papaya). Pada tanaman papaya, tidak hanya buahnya saja yang
dapat dimanfaatkan, melainkan daunnya juga dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional yang sudah dipercaya berkhasiat pada masyarakat terdahulu.

Adanya informasi secara tradisional dari masyarakat yang telah lama


memanfaatkan daun pepaya sebagai salah satu tanaman obat mendorong saya untuk
mengolah daun pepaya tersebut menjadi simplisia yang berkhasiat serta
mengidentifikasi kandungan zat apa yang terdapat dalam simplisia daun beluntas
tersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat dikemudian hari.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari cara pembuatan simplisia nabati dari beberapa macam tumbuhan asal.
2. Melatih keterampilan dalam pembuatan simplisia nabati.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Uraian Tumbuhan
 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
 Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
 Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
 Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
 Sub Kelas : Dilleniidae
 Ordo : Violales
 Famili : Caricaceae
 Genus : Carica
 Spesies : Carica papaya L.

Pepaya (Carica papaya) bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman pepaya


(Carica papaya) diduga berasal dari Amerika Tengah yang beriklim tropis.
Tanaman ini oleh para pedagang Spanyol disebarluaskan ke berbagai penjuru
dunia. Di Indonesia sendiri tanaman pepaya (Carica papaya) baru dikenal secara
umum sekitar tahun 1930-an khususnya di kawasan pulau Jawa. Tanaman ini
sangat mudah dijumpai karena mudah tumbuh pada segala musim (Dalimartha,
2009).
Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh
hingga setinggi 5 - 10 m dengan daun - daunan yang membentuk serupa spiral
pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang
panjang dan berlubang di bagian tengah. Pepaya adalah monodioecious (berumah
tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina,
dan banci (hermaf ridit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai “pepaya gantung”,
yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara
“parthenogenesis”. Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji subur) dan dijadikan
bahan obat tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning
pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan
jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah
sekitar pucuk. (Apriyanti, 2010).
Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing.
Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga
kuning. Bentuk buah membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang
(oval) bila dihasilkan tanaman banci. Tanaman banci lebih dalam budidaya karena
dapat menghasilkan buah lebih banyak dan buahnya lebih besar. Faedah daun
pepaya yang mengandung senyawa alkaloid saponin dan enzim papaya yang dapat
memecahkan molekul protein yang terkandung dalam telur Aedes sp. (Dalimartha,
2009).

2.1.2 Kandungan Kimia


Daun pepaya (Carica papaya L) mengandung berbagai macam zat antara
lain: vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalori, protein, lemak, hidrat Arang,
kalsium, fosfor, besi, air, enzim proteolitik papain, alkaloid karpin, pseudokarpin,
glikosid, karposida lalu terdapat juga damar. Daun pepaya mengandung bahan
aktif “Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.
(Napitupulu, 2014)

2.1.3 Multiguna Pepaya


Tanaman pepaya layak disebut tanaman “multiguna” sebab hampir seluruh
bagian tanaman berguna bagi manusia dan hewan. Tanaman pepaya dapat
digunakan sebagai bahan makanan dan minuman, ramuan tradisional, kosmetika
sampai pakan ternak. Rincian multiguna pepaya antara lain sebagai berikut:
(Apriyanti, 2010).
a. Akar
 Akar pepaya direndam dalam air, kemudian larutannya diminum.
Ramuan ini dapat menyembuhkan sakit ginjal dan kandung kencing.
 Air rebusan akar pepaya dapat dijadikan sebagai obat cacing kremi.
b. Batang
 Batang pepaya dipotong- potong untuk diambi l hatinya, lalu dijadikan
pakan ternak.
 Batang bagian dalam diparut, diperas untuk dibuang air dan getahnya,
lalu dicampur dengan gula dan garam. Ramuan ini dapat dimakan untuk
mencegah berbagai penyakit.
c. Daun
 Daun pepaya muda dapat dijadikan lalap mentah
 Daun pepaya muda dapat diperas dan diambil sarinya.
 Kegunaannya untuk obat malaria, kejang perut dan sakit panas.
 Daun pepaya banyak mengandung senyawa alkaloid, saponin dan enzim
papain.
 Daun pepaya dapat digunakan sebagai pengendali vektor nyamuk secara
hayati.
d. Bunga
 Bunga pepaya dapat dijadikan sayur lodeh ataupun pencampur pecel.
 Bunga pepaya gandul ditambah daun kuda-kudaan direbus lalu air
rebusannya diminum. Ramuan ini dapat menambah nafsu makan,
membersihkan darah, dan obat penyakit kuning.
e. Buah
 Buah pepaya muda dapat dijadika sayur lodeh, asem, sambal goring,
sambal godok, rujak manis dan sebagainya.
 Buah pepaya yang mengkal (kematangan 80%) dapat diolah menjadi
manisan, selai, sari buah, dan sebagainya.
f. Biji
 Pepaya ditumbuk halus dan dicamp ur cuka, ramuan ini jika ditelan
mendorong keluarnya keringat pada penderita masuk angin.
 Biji pepaya juga dapat diolah menjadi minyak dan tepung.
g. Getah
 Getah pepaya sering disebut “papain” merupakan bahan yang
mengandung enzim proteolitik.
 Papain berguna untuk melunakkan daging, menghaluskan kulit pada
industri penyamakkan kulit, bahan k osmetika dan bahan baku industri
farmasi
2.2 Deskripsi daun papaya
Dari beberapa penelitian dijelaskan, batang dan daun pada tumbuhan pepaya
mengandung banyak getah putih seperti susu (white milky latex) yang berpeluang
dikembangkan sebagai antikanker. Manfaat getah pepaya untuk kesehatan dibuktikan
Bouchut secara ilmiah, seperti dikutip Journal Society of Biology yang menyatakan
daun pepaya bersifat anti tumor atau kanker. Peran itu dimungkinkan oleh kandungan
senyawa karpain alkaloid bercincin laktonat dengan tujuh kelompok rantai metilen.
Dengan konfigurasi itu tak hanya tumor dan penyakit kulit yang disembuhkan, karpain
ternyata juga ampuh menghambat kinerja beberapa mikroorganisme yang menggangu
fungsi pencernaan sehingga efektif untuk menekan penyebab tifus. (Rukmana, 2003)
Daun pepaya juga mengandung berbagai macam zat, antara lain vitamin A,
B1, kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, besi, dan air. Selain itu Lebih
dari 50 asam amino terkandung dalam getah pepaya, antara lain asam aspartat, treonin,
serin, asam glutamat, prolin, glisin, alanin, valine, isoleusin, leusin, tirosin, fenilalanin,
histidin, lysin, arginin, tritophan, dan sistein. Bahan-bahan tersebut biasanya dipadukan
dalam bahan baku industri kosmetik untuk menghaluskan kulit, menguatkan jaringan
agar lebih kenyal, dan menjaga gigi dari timbunan plak. (Rukmana, 2003)
Selain bermanfaat bagi kulit, daun pepaya terutama dapat digunakan untuk
kesehatan wanita antara lain untuk mengobati keputihan, demam akibat nifas,
melancarkan haid dan melancarkan air susu ibu (ASI). (Rukmana, 2003)
2.2.1 Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen
basa, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara
luas pada tanaman. Diperkirakan sekitar 15 – 20% vascular tanaman
mengandung alkaloid. Banyak alkaloid merupakan turunan asam amino lisin,
ornitin, fenilalanin, asam nikotin, dan asam antranilat. Asam amino disintesis
dalam tanaman dengan proses dekarboksilasi menjadi amina, amina kemudian
dirubah menjadi aldehida oleh amina oksida. Alkaloid biasanya pahit dan sangat
beracun. Alkaloida ditemukan pada berbagai bagian dari tumbuhan seperti pada
biji, buah, daun, batang dan akar.
Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae,
Solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim mengandung
alkaloid adalah Papaveraceae. Di dalam tanaman yang mengandung alkaloid,
alkaloid mungkin terdapat pada bagian tertentu dari tanaman. Namun ada bagian
tertentu dari tanaman tidak mengandung alkaloid. (Sastrohamidjojo, 1996)
2.2.2 Sifat-Sifat Alkaloid (Robinson, 1996)
1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
2. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.
3. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau
dalam bentuk garamnya.
5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
6. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.
7. Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.
8. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada
atom N-nya.
9. Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan
logam berat lainnya (dasar untuk identifikasi alkaloid).
2.2.3 Identifikasi Alkaloid (Robinson, 1996)
Identifikasi alkaloid dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi berikut :
a. Reaksi Pengendapan
 Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida
dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi
dragendorf maka akan menghasilkan endapan jingga.
 Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida.
Ketika sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan
kuning atau larutan kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya
larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer.
Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada
rumus bangun alkoloidnya.
 Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel
ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah
lalu ditambah alkohol endapannya larut.
b. Reaksi Warna
 Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna
kuning atau merah.
 Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid (1 bagian) dan H2SO4
pekat (9 bagian). Sampel ditambah pereaksi marquis akan
menghasilkan warna jingga.
 Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A (4 bagian) dan diazo B (1 bagian),
ditambah NaOH, dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol
menghasilkan warna merah.
Alkaloid terdiri dari beberapa jenis. Adapun untuk identifikasi jenis alkaloid lainnya
bisa menggunakan reaksi berikut diantaranya : . (Sastrohamidjojo, 1996)

Reaksi untuk alkaloid benzil isokuinolon contohnya morfin


1. Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat.
Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning kehijauan.
2. Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah H2SO4
pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning kehijauan.
Identifikasi alkaloid bisa juga dengan menggunakan pereaksi erlich (p-
dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna biru atau abu-
abu hijau untuk alkaloid ergot.

2.3 Penggunaan Empiris (Karyasari, 2002)

1. Obat Penambah Nafsu Makan


Untuk mengatasi masalah kurang nafsu makan, campurkan daun pepaya
segar dengan garam dapur dan air hangat secukupnya. Tumbuk sampai halus
saring airnya dan minum air saringan tersebut.
2. Melancarkan Pencernaan
Cukup mengkonsumsi rebusan daun ini atau di olah menjadi tumis sayur
maka anda akan mendapatkan manfaat yaitu terhindar dari masalah gangguan
pencernaan.
3. Menghilangkan Jerawat di Wajah
Cara alami mengobati jerawat menggunakan daun ini adalah tumbuk 2
lembar daun pepaya tua yang sudah di jemur sebelumnya, campurkan sedikit air
hangat lalu oleskan ramuan tersebut pada daerah wajah yang berjerawat. Diamkan
20-30 menit lalu cuci muka dengan air bersih.
4. Mencegah Penyakit Kanker
Megkonsumsi masakan daun pepaya secara teratur terbukti berhasiat
melawan penyakit kanker. Kandungan getah putih yang ada di dalamnya
merupakan zat anti kanker.
5. Mengempukkan Daging
Manfaat lain daun ini adalah membuat daging lebih empuk. Caranya
dibungkus dengan remasan daun tersebut lalu didiamkan beberapa saat kemudian
baru dimasak.
6. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi
Khasiat daun pepaya berikutnya adalah mengontrol tekanan darah dalam
tubuh. Rebus 5 lembar daun dengan ½ liter air kemudian ambil air rebusan
tersebut lalu tambahkan pemanis madu murni atau gula merah. Minum selagi
hangat
7. Mengobati Malaria
Untuk anda yang menderita penyakit malaria, campurkan 5 lembar daun
pepaya dengan temulawak, gula merah dan meniran secukupnya. Rebus dan
minum air rebusan daun tersebut secara teratur sampai malaria sembuh.
8. Melancarkan Asi Ibu Menyusui
Bagi ibu yang sedang menyusui, kegunaan daun pepaya bisa melancarkan
asi secara alami. Siapkan 5 lembar daun muda kemudian letakkan diatas api
sampai layu. Tempelkan selagi hangat diatas payudara ibu kecuali bagian puting.
9. Memperkuat Tulang dan Gigi
Konsumsi sayur daun pepaya secara teratur dapat memperkuat tulang dan
gigi anda. Kandungan alaminya dipercaya bisa membuat gigi lebih kuat dan
tulang lebih sehat.
10. Mengobati Nyeri Saat Haid
Bagi anda wanita yang sedang haid dan ingin menghilangkan rasa nyeri
secara mudah dan aman, cobalah ramuan tradisional daun ini. Campurkan 1
lembar daun pepaya mentah, asam jawa, dan garam kemudian rebus sampai
matang. Minum air ramuan tersebut.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Blender.
b. Penyaring (kain halus).
c. Pisau.
d. Wadah (baskom atau ember).
2. Bahan
a. Daun pepaya
3.2 Cara Kerja
1. Pembuatan Serbuk Simplisia
a) Pengumpulan Bahan Baku
Daun pepaya yang digunakan adalah daun pepaya yang sudah cukup
umur dengan ciri daun lebar dan berwarna hijau tua merata. Waktu panen sangat
erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman
yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut
mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Bahan simplisia ini
diambil dari daun pepaya dengan berat 2 kg.

b) Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan pada daun pepaya yang telah dikumpulkan
dengan memisahkan bagian yang akan digunakan dengan yang tidak layak
digunakan. Dipilih daun dengan kualitas yang baik yaitu daun yang berwarna
hijau tua merata. Selain pemilihan bagian daun pepaya yang akan digunakan,
pada sortasi basah ini dilakukan pemisahan daun pepaya dengan pengotor
seperti debu, hama, batang dan sebagainya yang harus dibuang.
c) Penimbangan sortasi basah
Untuk mengetahui berat awal pada bahan yang akan digunakan sebelum
proses pencucian. Berat daun pepaya yang terukur adalah gram
d) Pencucian
Setelah diperoleh daun yang akan digunakan kemudian daun dicuci
dengan air mengalir sampai bersih. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan
debu dan pengotoran lainnya yang masih menempel pada daun pepaya.
Dilakukan pembilasan 3 kali hingga diperoleh daun pepaya yang bebas dari
pengotor.
e) Perajangan
Tujuan perajangan pada simplisia adalah untuk mempermudah proses
pengeringan, pengepakan, dan penggilingan. Perajangan pada daun tidak boleh
terlalu besar dan terlalu kecil, ukurannya sekitar 3 mm.
f) Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven yang beralaskan
kertas pada suhu stabil yaitu 46°C selama 2 hari. Tujuan dari pengeringan ini
ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama.
g) Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Benda-benda asing pada daun pepaya seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain seperti pasir dan debu yang masih
ada dan tertinggal pada sirnplisia kering harus dipisahkan.
h) Penimbangan sortasi kering
Untuk mengetahui berat akhir pada bahan yang akan digunakan setelah
menjadi serbuk. Dengan berat gram
i) Pengemasan dan penyimpanan
Serbuk daun pepaya dikemas dalam wadah kaca yang tertutup baik,
terlindung dari sinar matahari, meminimalisir masuknya mikroba dan diberi
pengering (silica gel) agar menghambat pertumbuhan jamur atau kapang.
Disimpan dalam suhu kamar agar tidak merusak kandungan dari daun pepaya
tersebut yang tidak tahan panas
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Berat Awal 985 gram
Berat Akhir 492 gram
Susut Pengeringan 50,05 %
Rendemen 49,94 %
Dosis Konversi 17,73 gram

4.2 Perhitungan
4.2.1 Susut Pengeringan
Diketahui : Daun Pepaya (sesudah disortasi basah) = 985 gram
Daun Pepaya (setelah disortasi kering) = 492 gram
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑊)−𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑊𝑜)
: ×100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑊)
985 gram−492 gram
= ×100%
985gram

= 50,05 %
4.2.2 Rendemen
Simplisia Serbuk
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟
Diketahui : ×100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙
492 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
985 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 49,94 %
4.2.3 Dosis Konversi
Berdasarkan hasil penimbangan acak 10 lembar daun pepaya,
diperoleh hasil sebagai berikut :
Dosis
1 80 g
2 70 g
3 60 g
4 90 g
5 60 g
6 60 g
7 70 g
8 80 g
9 70 g
10 70 g
Rata-rata : 71 g

Diketahui :
Berat Rata-Rata = 71 g
Berast Sortasi Basah = 985 g
Berat Serbuk Simplisia Diperoleh = g

71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Diketahui :985 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 246 𝑔𝑟𝑎𝑚
71 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 985 𝑔𝑟𝑎𝑚 × 246 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 17,73 gram
4.3 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu proses pembuatan simplisia dari daun papaya
tersebut berhasil dilakukan. Pembuatan simplisia ini juga dilakukan untuk
mendapatkan hasil penetapan susut pengeringan pada simplisia tersebut. Pengertian
dari simplisia itu sendiri adalah bahan alamiah yang digunakan untuk obat dan
belum mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan.

Daun pepaya (Carica papaya L) mengandung berbagai macam zat antara


lain: vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalori, protein, lemak, hidrat Arang,
kalsium, fosfor, besi, air, enzim proteolitik papain, alkaloid karpin, pseudokarpin,
glikosid, karposida lalu terdapat juga damar. Daun pepaya mengandung bahan aktif
“Papain”, sehingga efektif untuk mengendalikan “ulat dan hama penghisap”.

Pembuatan simplisia pada daun papaya dilakukan melalui beberapa tahap


sehingga simplisia yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan. Tahapan
pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku. Daun pepaya yang
digunakan adalah daun pepaya yang sudah cukup umur dengan ciri daun lebar dan
berwarna hijau tua merata. Waktu panen sangat erat hubungannya dengan
pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu
panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif
dalam jumlah yang terbesar. Bahan simplisia ini diambil dari daun pepaya dengan
berat awal 2 kg.
Tahapan kedua yaitu dilakukan untuk memisahkan cemaran (kotoran dan
bahan asing lain) dari bahan simplisia. Cemaran asing ini nanti nya akan
menggangu kualitas dari simplisa itu sendiri. Setelah simpilisa di sortasi basah di
dapatkan 985 gram.
Selanjutnya bahan dilakukan pencucian dengan air mengalir. Pada saat
pencucian, air kran diatur supaya tidak mengalir dengan deras untuk mengindari
hilangnya senyawa/kandungan obat yang dimiliki pada daun papaya. Fungsi
menggunakan air mengalir juga supaya kotoran yang tidak dapat dipisahkan pada
saat sortasi basah dapat langsung terangkat dari bahan simplisia dan ikut terbawa air
yang mengalir tersebut.
Lalu dilakukan proses pengeringan menggunakan oven yang beralaskan
kertas pada suhu stabil yaitu 46°C selama 2 hari. Tujuan dari pengeringan ini ialah
untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak. Setelah simplisia kering
dilakukan proses sortasi kering, ini merupakan tahap terakhir dari pembuatan
simplisia untuk memisahkan kotoran yang ada pada simplisa, dan dilanjutkan
dengan penimbangan simplisia dengan hasil akhir 492 gram.
Pengepakan dan penyimpanan simplisia, hasil ini dibagi menjadi 2 yaitu
rajangan serta serbuk dengan masing-masing bobor 246 gram. Disimpan dengan
wadah kedap udara serta terhindar dari sinar matahari langsung supaya mutu
simplisia tetap terjaga.

Pada pemeriksaan mutu, kami lakukan perhitungan rendeman hasil dari


simplisia didapatkan nilai 49,94 % dan didapatkan hasil dari susut pengeringan
sebesar 50,05 % hal ini dikatakan sesuai karena pernyataan susut pengeringan
pada simplisi minimal 30 %
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pembuatan simplisia yang dilakukan dapat disimpulkan :


1. Daun papaya mengandung senyawa fitokimia enzim proteolitik papain, alkaloid
karpin, pseudokarpin, glikosid, karposida, lalu terdapat juga dapar.
2. Rendeman simplisia didapatkan nilai 49,94 %
3. Dan hasil dari susut pengeringan sebesar 50,05 % hal ini dikatakan sesuai karena
pernyataan susut pengeringan pada simplisi minimal 30 %
4. Dosis konversi yang didapat adalah 17,73 gram
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti M. 2010. 10 Tanaman Obat Paling Berkhasiat & Paling Dicari. Yogyakarta:
Pustaka Baru Pres

Ashari, Sumeru. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta.

Dalimarthasa, S. (2009): Atlas tumbuhan obat indonesia jilid enam. Pustaka bunda, Jakarta,
121-124

Karyasari, 2002. Materi Pelatihan Profesional Tanaman Obat. Kelas Profesional. Penyakit
dan Pengobatannya. Bogor: Karyasari

Napitupulu, rodame M dan Hidayat samsul. 2014. Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta

Rukmana, Rahmat. 2003. Pepaya Budidaya Dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Bandung, Indonesia:ITB

Sastrohamidjojo, H. (1996), Sintesis Bahan Alam. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.
LAMPIRAN

1. Pengumpulan Bahan Baku

2. Sortasi Basah

3. Penimbangan Sortasi Basah

4. Pencucian
5. Pengeringan

6. Sortasi Kering

7. Penimbangan Sortasi Kering

8. Pengepakan Dan Penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai