TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Indonesia telah meneliti 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika
Serikat untuk memperoleh varietas unggul guna meningkatkan kesehatan gizi,
khususnya di daerah dataran tinggi(Materia Medika Indonesia, 2006).
2.1.1.6 Budidaya Tanaman
Tanaman alpukat dapat diperbanyak dengan bijidengan cara okulasi dan
dengan cara enten.Persyaratan yang dikehendaki adalah lapisan tanah yang
gembur subur. (Materia Medika Indonesia, 2006).
2.1.1.7 Kandungan Kimia Tanaman
Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat (Persea america
miller) adalah saponin, alkaloida dan flavonoida serta polifenol, quersetin dan
gula alkali persiit. Flavanoida merupakan kelompok flavanol turunan senyawa
benzena dapat digunakan sebagai senyawa dasar zat warna alam. Menurut
Chang dan Kinghorn (2001) ada tiga kelompok flavanoida yang amat menarik
perhatian dalam fisiologi tumbuhan yaitu antosianin, flavanol, dan flavon.
Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru. Kedua, antosianin
sering berhubungan dengan flavon atau flavonol yang menyebabkan warnanya
menjadi lebih biru. Ketiga, antosianin berhubungan satu sama lain, khususnya
pada konsentrasi tinggi dan ini dapat menyebabkan efek kemerahan atau
kebiruan, bergantung pada antosianin dan pH vakuola tempat mereka
terhimpun (Kanisius, 1997).
Berdasarkan penelitian Maryati dkk.(2007), penapisan fitokimia daun
alpukat menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, tanin katekat,
kuinon, saponin, dan steroid/ triterpenoid. Menurut (Sulaeman dkk.,1999) tanin
merupakan senyawa fenolik kompleks yang tersebar luas dalam tanaman,
seperti daun, buah yang belum matang, batang dan kulit kayu. Pada buah yang
belum matang, tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme
dalam bentuk oksidasi tanin. Lestari (2014) menyatakan ekstraksi tanin dari
daun alpukat, diketahui total tanin yang terkandung dalam ekstrak tersebut
berkisar antara 15.81 – 22.07 %. Tanin tersebut akan menghasilkan warna
coklat (Hidayat dan Saati, 2006).
9
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : daun berasa pahit, kelat, peluruh
kencing, biji anti radang, menghilangkan sakit, dan rematik. Kandungan kimia
: buah dan daun mengandung saponin, alkaloida, dan flavonoida, buah juga
mengandung tanin dan daun mengandung polifenol, quersetin dan gula alkohol.
Buah alpukat mengandung minyak sekitar 8-18% yang banyak digunakan
untuk campuran kosmetik, fitosterol, seperti beta-sitosterol yang dapat
menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol, dalam minyak alpukat
terkandung lemak jenuh 14%, lemak tak jenuh 75%, kadar air < 0,2%, vitamin
A 90 IU/100 gram sebagai retinol, vitamin E 11,2mg. Biji alpukat mengandung
77 % gliserida dan 11% asam linoleat (Dwi, Gita, dan Thufail, 2016).
2.1.1.8 Kandungan Pada Daun Persea americana Mill
Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat (Persea
americamiller) adalah flavonoid, quersetin (Mursito, 2007 : 41). Flavonoid
dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk
mencegah kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah
keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Flavonoid dapat berperan secara
langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme
seperti bakteri dan virus. Quersetin adalah senyawa kelompok flavonol
terbesar, quersetin dan glikosidannya berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari
flavonoid. Quersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis
penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi
lemak. Quersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari
LowDensity Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan
menghelat ion logam transisi(Dwi, Gita, dan Thufail, 2016).
2.1.1.9 Manfaat Persea americana Mill
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya
sebagai makanan buah segar, selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang
biasa dilakukan masyarakat Eropa digunakan sebagai bahan pangan yang
diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain daging buah alpukat adalah untuk
10
bahan dasar kometik dan anti bakteri terhadap Stapilococcus. Air rebusan daun
alpukat diminum sebagai teh untuk mengobati rematik, daun alpukat dapat
dimanfaatkan untuk mengobati sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit perut,
disentri dan menstruasi yang tidak teratur, sedangkan bijinya untuk obat sakit
gigi.
Biji alpukat bila diperas menghasilkan minyak alpukat bewarna putih
agak hijau, mengandung 77% gliserida dan 11% asam linoleat yang memiliki
nilai tambah yang lebih baik, banyak digunakan untuk obat gosok, kosmetik
dan sabun. Minyak alpukat karena sifat-sifatnya memiliki prospek
menggantikan vaselin yang saat ini banyak digunakan.
Daun alpukat juga dimanfaatkan untuk kencing batu, darah tinggi, sakit
kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran napas membengkak (bronchial
swellings), menstruasi tidak teratur. Daun alpukat juga bisa digunakan untuk
memperlancar pengeluaran air seni, penghancuran air seni, penghancuran batu
saluran air kemih, dan obat sariawan. Hasil percobaan farmakologi menunjukan
bahwa infus daun alpukat mempunyai daya melarutkan batu saluran kemih. Di
samping itu infus tersebut mempunyai aktifitas sebagai anti dan menghambat
pertumbuhan spesies Pseudomonas.
Ada banyak jenis alpukat. Berbagai jenis yang paling umum adalah
Hass alpukat. Nutrisi dan fitokimia hadir dalam satu-setengah dari alpukat
(68g).
Quantity Quantity
No. Analyte No. Analyte
(g) (g)
1. Total sugar 0,2 11. Vitamin B-6 0,2 mg
High-
6,7 g or 114
2. monounsaturated 12. Biacin 1,3 mg
kcal
faith acids
3. Sodium 5,5 mg 13. Pantothenic acid 1,0 Mg
4. Pottasium 345 mg 14. Riboflavin 0,1 mg
5. Magnesium 19,5 mg 15. Choline 10 mg
Lutein/Zeaxanthi
6. Vitamin A 43 μg 16. 85 μg
n
7. Vitamin C 6,0 mg 17 Phytosterois 57 mg
8. Vitamin E 1,3 mg 18. Dietary fiber 4,6 g
9. Vitamin K1 1,4 μg
10. Folate 60 mg
yang banyak terdapat pada tanaman berbunga. Secara kimia alkaloid merupakan basa
organik yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid
di dalam tanaman berada dalam bentuk garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid
bebas dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform, sedangkan garam-garam
organik larut dalam larutan air (Goeswin, 2007).
Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar
dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Serbuk simplisia diekstraksi berturut-
turut dengan pelarut yang berbeda polaritasnya (Harbone, 2006). Proses ekstraksi
merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan
menggunakan pelarut yang dipilih dengan zat yang diinginkan larut.
Dari penelitian Darwis (2000), ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang
umum digunakan, diantaranya adalah:
16
2.2.1 Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang
digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga
metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik
dan ekstraksi senyawa akan berhasil karena dapat diatur lama perendaman yang
digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang
tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut.Maserasi
merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
bahan dalam larutan penyari. Metode ini digunakan untuk menyari zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengembang dalam pelarut, serta tidak
mengandung benzoin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya mudah
ditemukan dan pengerjaannya sederhana (Mustofa, 2008). Kerugian dari metode
maserasi antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama,
cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan
yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin dan lilin (Sudjadi, 1986). Pembuatan
ekstrak dengan metodemaserasi mengikuti syarat yaitu bahan dihaluskan dengan cara
dipotong-potong atau dibuat serbuk, kemudian disatukan dengan bahan pengekstraksi
(Voight, 1994). Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope
mencantumkan 4-10 hari, menurut pengataman 5 hari sudah memadai (Voight, 1994).
Metode ini tidak menggunakan pemanasan, sehingga zat aktif yang terkandung
dalam bahan tidak rusak. Selama maserasi bahan disimpan di tempat yang terlindungi
dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi perubahan warna. Ekstraksi sinambung
dilakukan dengan alat soklet. Pelarut penyari yang ditempatkan di dalam labu akan
menguap ketika dipanaskan melewati pipa samping alat soklet dan mengalami
pendinginan saat melewati kondensor. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai
diperoleh hasil ekstraksi yang dikehendaki. Alat soklet terdiri dari labu destilasi
sebagai tempat menampung pelarut dan ekstrak, tabung sifon sebagai tempat
17
menampung sampel dan tempat terjadinya ekstraksi, pipa di samping tabung sifon
sebagai jalur pelarut yang menguap kemudian didinginkan dan akan jatuh kedalam
tabung sifon. Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
ozotropik dan tidak dapat digunakan dan tidak dapat digunakan ekstraksi dengan
campuran pelarut, misalnya heksan: diklorometan = 1 : 1 atau pelarut yang diasamkan
atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut
cair didalam wadah. Keuntungan ekstraksi dengan cara sokletasi adalah pelarut yang
digunakan lebih sedikit dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit daripada dengan
maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini adalah tidak dapat digunakan untuk
senyawa-senyawa yang termolabil
Berdasarkan penelitian dari Basuki (2009), metode ekstraksi yang paling efektif
dalam mengekstrak Gelidium sp. Untuk menghambat pertumbuhan E.colidan
Salmonella typhimurium adalah sokletasi 2 kali penyarian dengan luas zona
penghambatan sebesar 30,3 mm2dan 23,9 mm2.
2.2.2 Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melelui pelarut organik pada sampel sehingga
pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Efektivitas dari proses
ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam
pelarut yang digunakan. Keuntungan dari metode ini adalah tidak diperlukannya proses
pemisahan ekstrak sampel, sedangkan kerugiannya adalah selama proses tersebut,
pelarut menjadi dingin sehingga tidak melarutkan senyawa dari sampel secara efisien.
2.2.3 Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang
dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara memanaskan pelarut
hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang sudah membasahi sampel
kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap untuk
membasahi sampel, shingga penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi
pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang
tidak terpengaruh oleh panas (Hasrianti, Nururrahmah, dan Nurasia, 2016).
18
sumber maupun tanaman. Minyak merupakan jenis makanan yang paling padat energi,
yaitu mengandung 9 kkal per gram atau 37 kilojoul per gram (Winarno, 2002).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar, yakni:
1. Lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya: lemak
atau gliserida dan lilin (waxes).
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan,
contohnya: fosfolipid.
3. Derivate lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnya: asam lemak, gliserol, dan sterol.
Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam
dua golongan yang besar, yakni:
1. Lipid yang dapat disabunkan yaitu dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak
2. Lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.
Trigliserida tersusun dari tiga molekul asam lemak yang teresterifikasi menjadi
satu dengan gliserol, sebagai bagian dari lemak netral. Jaringan adipose memiliki
simpanan Trigliserida yang berfungsi sebagai gudang lemak. Trigliserida penyimpan
lipid yang terdapat dijaringan adiposa, bentuk lipid ini akan terlepas setelah di
hidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Albumin serum
mengikat asam lemak bebas untuk pengangkutannya ke jaringan yang akan dipakai
menjadi sumber bahan bakar yang penting (Mayes dan Peter A, 2003).
20
Terdapat tiga jalur dalam metabolisme lipoprotein. Ketiga jalur tersebut antara
lain sebagai berikut:
Di dalam enterosit mukosa usus halus, trigliseridaakan diserap sebagai asam lemak
bebas sedangkan kolesterol sebagai kolesterol. Kemudian di dalam usus halus asam
lemak bebas akan diubah menjadi trigliserida sedangkan kolesterol akan mengalami
esterifikasi menjadi kolesterol ester. Dimana keduanya bersama dengan fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan nama kilomikron
(Adam, 2009).
Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe yang akhirnya masuk ke dalam aliran
darah melalui duktus torasikus. Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi asam lemak bebas yang dapat
disimpan kembali sebagai trigliserida di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila berlebih
sebagian trigliserida akan diambil oleh hati sebagai bahan untuk membentuk
trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliseridaakan
menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester yang cukup banyak
yang akan dibawa ke hati (Adam, 2009).
Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai
sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan
atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak
untuk digunakan di kemudian hari.Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan
membantu melindungi tubuh terhadap cedera.Lemak merupakan komponen penting
dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu.
dan kadar HDL < 40 mg/dl (Harikumar et al, 2014). Perubahan kadar kolesterol di
dalam darah diakibatkan oleh beberapa faktor terutama pola hidup tidak sehat seperti
konsumsi diet tinggi lemak, merokok, dan konsumsi alkohol. Peningkatan kejadian
obesitas dan diabetes mellitus juga menjadi faktor yang menyebabkan hiperlipidemia
(Rohilla et al, 2012). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
Atherosklerosis adalah adanya peningkatan kadar lipid darah seperti peningkatan kadar
LDL (Low Density Lipoprotein) darah, Kolesterol total dan trigliserida darah serta
penurunan HDL (High Density Lipoprotein) darah.
Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida.Lemak
mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa larut dalam darah; gabungan
antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein. Lipoprotein yang utama adalah:
▪ Kilomikron
1. Kilomikron
Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam sebagian besar
sel bernukleus melibatkan endositosis yang diperantarai oleh reseptor berafinitas
tinggi.Ester kolesteril dari inti LDL kemudian dihidrolisis, yang menghasilkan
kolesterol bebas untuk sintesis membrane sel. Ses-sel juga mendapatkan kolesterol dari
sintesis de-novo melalui suatu jalur yang melibatkan pembentukan asam mevalonat
yang dikatalisis oleh HMG koA reduktase.Hati memainkan peran utama dalam
pengolahan kolesterol tubuh. Tidak seperti sel lainnya, hepatosit mampu
mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi kolesterol dalam empedu dan
mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu yang juga disekresikan dalam
empedu.
Gliserol
1. Lemak Sederhana
Asam Lemak
a. Glokolipid Fosfolipid empedu
Lesitin
Kilomikron
VLDL
2. Lemak Gabungan/ c. Lipoprotein
Lemak
Lemak majemuk LDL
HDL
Jenuh
a. Asam Lemak
Tidak Jenuh
Filosterol
3. Derivat Lemak
Kolesterol
b. Sterol
1. Hiperlipoproteinemia tipe I
26
2. Hiperlipoproteinemia tipe II
4. Hiperlipoproteinemia tipe IV
5. Hiperlipoproteinemia tipe V
▪ Penyalahgunaan alkohol
▪ Gagal ginjal
Jika diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal.
Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit, pembesaran hati
dan limpa serta nyeri perut. Biasanya terjadi diabetes ringan dan peningkatan asam
urat. Banyak penderita yang mengalami kelebihan berat badan. Komplikasi utamanya
adalah pankreatitis, yang seringkali terjadi setelah penderita makan lemak dan bisa
berakibat fatal. Pengobatannya berupa penurunan berat badan, menghindari lemak
dalam makanan dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak
(http://www.medicastore.com, 2018).
Hiperlipidemia
(Malole dan Pramono, 2009). Tikus putih digunakan untuk mempelajari dan
memahami keadaan patologis yang kompleks misalnya pada penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi (Rapp, 2007). Rattus norvegicus memiliki beberapa keunggulan, yaitu
pemeliharaan dan penanganan mudah, serta kemampuan reproduksi tinggi (Malole dan
Pramono, 2009).
Adapun data fisiologis tikus putih disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Data Fisiologis Tikus Putih (Wolfenshon dan Lloyd, 2013)
Tekanan Darah
Diastol 60 mmHg
Rattus norvegicus mempunyai 3 galur, yaitu Sprague Dawley, Wistar, dan Long
Evans.Galur Sprague Dawley memiliki tubuh yang ramping, kepala kecil, telinga tebal
dan pendek dengan rambut halus, serta ukuran ekor lebih panjang daripada badannya.
Galur Wistar memiliki kepala yang besar dan ekor yang pendek, sedangkan galur Long
Evans memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil 17 serta bulu pada kepala dan bagian
tubuh depan berwarna hitam (Malole dan Pramono, 2009). Rattus norvegicus adalah
hewan percobaan paling populer dalam penelitian yang berkaitan dengan pencernaan
(Hofstetter et al., 2005). Hewan ini dipakai dengan pertimbangan: (1) pola makan
omnivora seperti manusia (Malole dan Pramono, 2009); (2) memiliki saluran
pencernaan dengan tipe monogastrik seperti manusia (Hofstetter et al., 2005); (3)
kebutuhan nutrisi hampir menyamai manusia (Wolfensohn dan Lloyd, 1998); serta (4)
mudah di cekok dan tidak mengalami muntah karena tikus ini tidak memiliki kantung
empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 2009).
Wolfenshon and Lloyd (2013) menyatakan bahwa berat tikus jantan dewasa
yaitu 450-520 gram sedangkan berat 250-300 gram berlaku pada tikus betina. Tikus
jantan lebih berat dibanding tikus betina pada semua kelompok umur serta terjadinya
perubahan bobot organ (ginjal, hati, paru, dan limpa), nilai hematologi, nilai biokimia
darah (AST dan ALT) seiring dengan bertambahnya umur tikus (Marice and
Sulistyowati, 2011).
31
Kebutuhan makan dan minum masing-masing 5 hingga 10 gram per 100 gram
berat badan dan 10 mililiter (ml) per 100 gram berat badan serta jangka hidup 3 sampai
4 tahun. Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan
mudah diperoleh dari sumber daya komersial.Namun demikian, pakan yang diberikan
pada tikus sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang tepat. Pakan ideal
untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat makanan antara lain
protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus cukup mengandung
vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin,
piridoksin dan kolin serta mineral-mineral tertentu.
Pakan yang diberikan pada tikus harus mengandung asam amino esensial
seperti Arginin, Isoleusin, Leusin, Methionin, Fenilalanin, Treonin, Tryptofan, dan
Valine (Wolfenshon and Lloyd, 2013).Selain pakan, hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan tikus putih sebagai hewan percobaan adalah perkandangan yang baik.
Kandang tikus terbuat dari kotak plastik yang ditutup dengan kawat berlubang ukuran
1,6 cm2. Kulit biji padi dapat digunakan sebagai alas kandang tikus. Alas kandang
diganti setiap 3 hari bertujuan agar kebersihan tikus tetap terjaga dan tidak
terkontaminasi bakteri yang ada di feses serta urine tikus (Marice and Sulistyowati,
2011).
alam merupakan warisan nenek moyang yang tidak diragukan lagi khasiatnya dan terus
dikembangkan pemanfaatannya di berbagai daerah. Peranan jamu akan semakin terasa
pada daerah-daerah terpencil, dimana sulit diperoleh pelayanan medis atau obat-obat
modern. Disamping itu sebagian masyarakat masih banyak mencari pengobatan
tradisional dan mencoba melakukan pengobatan sendiri dengan cara tradisional bila
menderita sakit (Tilaar, 1998)
Kegiatan penelitian tumbuhan obat umumnya diawali dengan kajian etnobotani,
lalu kegiatan eksplorasi, kemudian pengujian kandungan bioaktif dalam tumbuhan
yang berpotensi obat.Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan
tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak
hanya mengenai data botani taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan
botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tumbuhan, serta
menyangkut pemanfaatan tumbuhan tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan
budaya dan kelestarian sumber daya alam (Martin, 1998). Etnobotani merujuk pada
kajian interaksi antara manusia dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk
deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki
masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian
etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi
(Martin, 1998).
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan untuk mencari,
mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari
kepunahan (Kusumo et al., 2002). Langkah pertama praeksplorasi adalah mencari
informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi
tentang jenis dan habitat tumbuhnya.Informasi ini kemudian dikembangkan pada saat
eksplorasi ke 15 lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis
tumbuhan (Krismawati et al., 2004).4. Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat Tumbuhan
obat merupakan sumber senyawa bioaktif yang berkhasiat mengobati berbagai jenis
penyakit. Hingga saat ini, sumber alam nabati masih tetap merupakan sumber bahan
kimia baru yang tidak terbatas, baik senyawa isolat murni yang dipakai langsung
33