Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Tanaman


2.1.1 Tinjauan tentang Persea americana Mill
2.1.1.1 Taksonomi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Spesies : Perseae americana Mil

Gambar 2.1 Daun Persea americana Mill. (manfaatsehat.id, 2018)

6
7

2.1.1.2 Nama Daerah


Alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat,
jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboopooan, pookat
(Lampung)(Materia Medika Indonesia, 2006).
2.1.1.3 Sinonim Botani
Persea gratisima Gaertm. F (Materia Medika Indonesia, 2006).
2.1.1.4 Morfologi tanaman
Tanaman alpukat berupa pohon dengan ketinggian 3-10m, ranting tegak
dan berambut lurus, daun berdesakan diujung ranting, bentuk bulat telur atau
corong, awalnya berbulu pada kedua belah permukaannya dan lama-kelamaan
menjadi licin. Bunga alpukat berupa malai dan terletak di dekat ujung ranting,
bunganya sangat banyak berdiameter 1-1,5 cm, bewarna kekuningan, berbulu
halusdan benang sari dalam 4 karangan, buah alpukat berbentuk bola lampu
sampai bulat telur, bewarna hijau kekuningan berbintik ungu, gandul/halus, dan
harum, biji berbentuk bola dan hanya terdapat satu biji dalam 1 buah (Materia
Medika Indonesia, 2006).
Daun tumbuh berdesakan di ujung ranting. Bentuk daun ada yang bulat
telur atau menjorong dengan panjang 10-20 cm, lebar 3 cm, dan panjang tangkai
1,5-5 cm. bunga berbentuk malai, tumbuh dekat ujung ranting dengan jumlah
banyak, garis tengah 1-1,5 cm, warna putih kekuningan, berbulu halus. Buah
berbentuk bola berwarna hijau atau hijau kekuningan dan biji berbentuk bola.
Daun alpukat disebut daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan
helaian saja, tanpa upih atau pelepah daun. Bagian tanaman yang berfungsi
sebagai alat pengambilan dan pengolahan zat-zat makanan serta alat penguapan
air dan pernapasan, daun berwarna hijau tua dan pucuk hijau muda sampai agak
kemerahan(Materia Medika Indonesia, 2006).
2.1.1.5 Ekologi dan Penyebaran
Tanaman alpukat merupakan tanaman buah. Tanaman alpukat berasal
dari daratan rendah dan dataran tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan
masuk ke Indonesia pada abad ke 18. Secara resmi antara tahun 1920-1930
8

Indonesia telah meneliti 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika
Serikat untuk memperoleh varietas unggul guna meningkatkan kesehatan gizi,
khususnya di daerah dataran tinggi(Materia Medika Indonesia, 2006).
2.1.1.6 Budidaya Tanaman
Tanaman alpukat dapat diperbanyak dengan bijidengan cara okulasi dan
dengan cara enten.Persyaratan yang dikehendaki adalah lapisan tanah yang
gembur subur. (Materia Medika Indonesia, 2006).
2.1.1.7 Kandungan Kimia Tanaman
Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat (Persea america
miller) adalah saponin, alkaloida dan flavonoida serta polifenol, quersetin dan
gula alkali persiit. Flavanoida merupakan kelompok flavanol turunan senyawa
benzena dapat digunakan sebagai senyawa dasar zat warna alam. Menurut
Chang dan Kinghorn (2001) ada tiga kelompok flavanoida yang amat menarik
perhatian dalam fisiologi tumbuhan yaitu antosianin, flavanol, dan flavon.
Antosianin adalah pigmen berwarna merah, ungu, dan biru. Kedua, antosianin
sering berhubungan dengan flavon atau flavonol yang menyebabkan warnanya
menjadi lebih biru. Ketiga, antosianin berhubungan satu sama lain, khususnya
pada konsentrasi tinggi dan ini dapat menyebabkan efek kemerahan atau
kebiruan, bergantung pada antosianin dan pH vakuola tempat mereka
terhimpun (Kanisius, 1997).
Berdasarkan penelitian Maryati dkk.(2007), penapisan fitokimia daun
alpukat menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, tanin katekat,
kuinon, saponin, dan steroid/ triterpenoid. Menurut (Sulaeman dkk.,1999) tanin
merupakan senyawa fenolik kompleks yang tersebar luas dalam tanaman,
seperti daun, buah yang belum matang, batang dan kulit kayu. Pada buah yang
belum matang, tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme
dalam bentuk oksidasi tanin. Lestari (2014) menyatakan ekstraksi tanin dari
daun alpukat, diketahui total tanin yang terkandung dalam ekstrak tersebut
berkisar antara 15.81 – 22.07 %. Tanin tersebut akan menghasilkan warna
coklat (Hidayat dan Saati, 2006).
9

Sifat kimiawi dan efek farmakologis : daun berasa pahit, kelat, peluruh
kencing, biji anti radang, menghilangkan sakit, dan rematik. Kandungan kimia
: buah dan daun mengandung saponin, alkaloida, dan flavonoida, buah juga
mengandung tanin dan daun mengandung polifenol, quersetin dan gula alkohol.
Buah alpukat mengandung minyak sekitar 8-18% yang banyak digunakan
untuk campuran kosmetik, fitosterol, seperti beta-sitosterol yang dapat
menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol, dalam minyak alpukat
terkandung lemak jenuh 14%, lemak tak jenuh 75%, kadar air < 0,2%, vitamin
A 90 IU/100 gram sebagai retinol, vitamin E 11,2mg. Biji alpukat mengandung
77 % gliserida dan 11% asam linoleat (Dwi, Gita, dan Thufail, 2016).
2.1.1.8 Kandungan Pada Daun Persea americana Mill
Kandungan zat aktif yang terdapat di daun alpukat (Persea
americamiller) adalah flavonoid, quersetin (Mursito, 2007 : 41). Flavonoid
dalam tubuh manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk
mencegah kanker. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah
keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Flavonoid dapat berperan secara
langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme
seperti bakteri dan virus. Quersetin adalah senyawa kelompok flavonol
terbesar, quersetin dan glikosidannya berada dalam jumlah sekitar 60-75% dari
flavonoid. Quersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis
penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi
lemak. Quersetin memperlihatkan kemampuan mencegah proses oksidasi dari
LowDensity Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan
menghelat ion logam transisi(Dwi, Gita, dan Thufail, 2016).
2.1.1.9 Manfaat Persea americana Mill
Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya
sebagai makanan buah segar, selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang
biasa dilakukan masyarakat Eropa digunakan sebagai bahan pangan yang
diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain daging buah alpukat adalah untuk
10

bahan dasar kometik dan anti bakteri terhadap Stapilococcus. Air rebusan daun
alpukat diminum sebagai teh untuk mengobati rematik, daun alpukat dapat
dimanfaatkan untuk mengobati sakit kepala, sakit tenggorokan, sakit perut,
disentri dan menstruasi yang tidak teratur, sedangkan bijinya untuk obat sakit
gigi.
Biji alpukat bila diperas menghasilkan minyak alpukat bewarna putih
agak hijau, mengandung 77% gliserida dan 11% asam linoleat yang memiliki
nilai tambah yang lebih baik, banyak digunakan untuk obat gosok, kosmetik
dan sabun. Minyak alpukat karena sifat-sifatnya memiliki prospek
menggantikan vaselin yang saat ini banyak digunakan.
Daun alpukat juga dimanfaatkan untuk kencing batu, darah tinggi, sakit
kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran napas membengkak (bronchial
swellings), menstruasi tidak teratur. Daun alpukat juga bisa digunakan untuk
memperlancar pengeluaran air seni, penghancuran air seni, penghancuran batu
saluran air kemih, dan obat sariawan. Hasil percobaan farmakologi menunjukan
bahwa infus daun alpukat mempunyai daya melarutkan batu saluran kemih. Di
samping itu infus tersebut mempunyai aktifitas sebagai anti dan menghambat
pertumbuhan spesies Pseudomonas.

Alpukat mengandung sejumlah minyak dibandingkan dengan buah-


buahan lainnya. Selain itu, banyak metabolit sekunder juga telah diisolasi dari
berbagai bagian tanaman alpukat. Karotenoid dominan di Alpukat Lutein. α-
karoten, β-karoten, zeaxanthin, neoxanthin dan violaxanthin dan lainnya
karotenoid hadir dalam jumlah kecil di dalamnya. Tokoferol juga telah
diidentifikasi dalam ekstrak aseton nya. Telah dilaporkan bahwa karotenoid
lipofilik mungkin memiliki potensi efek anti-karsinogenik. Senyawa, Persin,
terisolasi dari daun alpukat telah digunakan untuk melaksanakan induksi
apoptosis pada sel kanker payudara manusia. Hipotesis ini telah dikonfirmasi
oleh penelitian yang menunjukkan bahwa edition dari alpukat untuk salad dan
salsa meningkatkan penyerapan karotenoid oleh tubuh.
11

Ada banyak jenis alpukat. Berbagai jenis yang paling umum adalah
Hass alpukat. Nutrisi dan fitokimia hadir dalam satu-setengah dari alpukat
(68g).

Tabel 2.1Nutrisi Daun Alpukat

Quantity Quantity
No. Analyte No. Analyte
(g) (g)
1. Total sugar 0,2 11. Vitamin B-6 0,2 mg
High-
6,7 g or 114
2. monounsaturated 12. Biacin 1,3 mg
kcal
faith acids
3. Sodium 5,5 mg 13. Pantothenic acid 1,0 Mg
4. Pottasium 345 mg 14. Riboflavin 0,1 mg
5. Magnesium 19,5 mg 15. Choline 10 mg
Lutein/Zeaxanthi
6. Vitamin A 43 μg 16. 85 μg
n
7. Vitamin C 6,0 mg 17 Phytosterois 57 mg
8. Vitamin E 1,3 mg 18. Dietary fiber 4,6 g
9. Vitamin K1 1,4 μg
10. Folate 60 mg

2.1.2 Tinjauan tentang Annona squamosa


2.1.2.1 Taksonomi
Divisio : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Annonales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
12

Spesies : Annona squamosa L

Gambar 2.2Daun Annona squamosa (www.khasiat.co.id, 2018)

2.1.2.2 Etiologi Tanaman


Sarikaya tumbuh di daerah tropik pada ketinggian sampai 1.000 m dpl,
terutama di India, sifat tanaman tahan kekeringan. Pohon ini memerlukan
kelembapan yang memadai selama pertumbuhannya, dan sangat responsif
terhadap penambahan pengairan.Dapat tumbuh pada tanah berpasir sampai
tanah lempung berpasir dan dengan sistem drainase yang baik pada pH 5,5-7,4.
Tumbuhan ini menyukai iklim panas, tidak terlalu dingin atau banyak hujan.
Tumbuhan ini tahan kekeringan dan akan tumbuh subur bila mendapatkan
pengairan yang cukup. Pentingnya kelembapan tampak dari kenyataan bahwa
baik di India maupun di Asia Tenggara terbentuknya buah dihambat oleh
permulaan adanya hujan, jadi pembungaan juga akan terhambat. Walaupun
tanaman ini tumbuh pada tipe-tipe tanah yang kisarannya luas, mulai tanah
berpasir sampai tanah liat berlempung (clay loam), namun untuk dapat berbuah
maksimal pohon ditanam pada tanah berpasir atau tanah liat berpasir. Pada
tanah yang dangkal, penimbunan akan memperbaiki kedalaman tanah dan
13

drainase, serta pemberian mulsa dapat memacu perkembangan perakaran yang


dapat memperoleh hara dari permukaan tanah. (Anonim, 2010).
Di Jawa banyak tanaman sebagai tanaman buah. Perbanyakan dapat
dengan biji dan pencangkokan. Ditanam dengan jarak tanam 4x3 meter.
Kelebatan pertumbuhan dan hasil buah dapat dijaga dengan pengaturan
pengairan, pemupukan dan pemangkasan yang baik. Tanaman mulai berbuah
pada umur 1-2 tahun dan untuk mendapatkan hasil yang maksimal tidak
dilakukan pemangkasan. Buah lebat dicapai setelah tanaman berumur 3-4
tahun. Pemanenan dilakukan pada saat buah berwarna kekuningan atau sekitar
110-120 hari setelah berbunga (Anonim, 2010b).
2.1.2.3 Morfologi Tanaman Annona squammosa
Tanaman ini berupa perdu sampai pohon, berumah satu, berkelamin
banci, tinggi 2-7, m. Batang gilik, percabangan simpodial, ujung rebah, kulit
batang coklat muda. Daun tunggal, berseling, helaian bentuk elips memanjang
sampai bentuk lanset, ujung tumpul, sampai meruncing pendek, panjang 6-17
cm, lebar 2,5-7,5 cm, tepi rata, gundul, hijau mengkilat. Bunga tunggal, dalam
berkas, 1-2 berhadapan atau di samping daun. Daun kelopak segitiga, waktu
kuncup bersambung seperti katup, kecil. Mahkota daun mahkota segitiga, yang
terluar berdaging tebal, panjang 2-2,5 cm, putih kekuningan, dengan pangkal
yang berongga berubah ungu, daun mahkota yang terdalam sangat keeil atau
mereduksi. Dasar bunga bentuk tugu (tinggi). Benang sari berjumlah banyak,
putih, kepala sari bentuk topi, penghubung ruang sari melebar, dan menutup
ruang sari. Putik banyak, setiap putik tersusun dari 1 daun buah, ungu tua,
kepala putik duduk, rekat menjadi satu, mudah rontok. Buah majemuk agregat,
berbentuk bulat membengkok di ujung, garis tengah 5-10 cm, permukaan
berduri, berlilin, bagian buah dengan ujung yang melengkung, pada waktu
masak sedikit atau banyak melepaskan diri satu dengan yang lain, daging buah
putih keabuabuan (Anonim, 2010c).
14

2.1.2.4 Kandungan Annona squammosa


Srikaya merupakan tumbuhan yang serbaguna, buahnya dapat dimakan
dan merupakan sumber bahan pengobatan, serta produk industri. Kandungan
alkaloid dari srikaya membuktikan dapat digunakan sebagai anti oksidan.
Tumbuhan ini pada umumnya mengandung alkaloid tipe asporfin (anonain)
dan bisbenziltetrahidroisokinolin (retikulin). Buah yang telah masak ditemukan
sitrulin, asam aminobutirat, ornitin, arginin, biji mengandung senyawa
poliketida dan suatu senyawa turunan bistetrahidrofuran, asetogenin, asam
lemak, asam amino dan protein. Komposisi asam lemak penyusun minyak
lemak biji Srikaya terdiri dari metil palmitat, metilstearat, metil linoleat, daun
mengandung alkaloid tetrahidro isokinolin, bunga mengandung asarn kaur-1 6-
ene-1 9-oat diinformasikan sebagai kornponen aktif bunga srikaya. (Anonim,
2010d).
2.1.2.5 Manfaat Annona squammosa
Tanaman ini secara tradiosional digunakan untuk terapi epilepsy,
desentri, gangguan jantung, konstipasi, pendarahan, penyakit otot, tumor, dan
juga keguguran. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai obat, yaitu
daun, akar, buah, kulit kayu, dan bijinya. Daun digunakan untuk mengatasi:
batuk, demam, reumatik, menurunkan kadar asam urat darah yang tinggi,
diare,disentri, luka,bisul, skabies, kudis, dan ekzema. Biji digunakan untuk
mengatasi pencernaan lemah, cacingan, dan mematikan kutu kepala dan
serangga. Buah muda digunakan untuk mengobati diare, disentri akut, dan
gangguan pencernaan (atonik dispepsia). Akar digunakan untuk mengobati
sembelit, disentri akut, depresimental, dan nyeri tulang punggung. Kulit kayu
digunakan untuk mengobati diare, disentri, dan luka berdarah.

2.2 Tinjauan tentang ekstraksi


Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkhasiat obat
umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda, sehingga perlu dipisahkan secara
selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Salah satu contohnya adalah alkaloid
15

yang banyak terdapat pada tanaman berbunga. Secara kimia alkaloid merupakan basa
organik yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid
di dalam tanaman berada dalam bentuk garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid
bebas dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform, sedangkan garam-garam
organik larut dalam larutan air (Goeswin, 2007).
Prinsip dasar ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar
dan senyawa non-polar dalam pelarut non-polar. Serbuk simplisia diekstraksi berturut-
turut dengan pelarut yang berbeda polaritasnya (Harbone, 2006). Proses ekstraksi
merupakan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dengan
menggunakan pelarut yang dipilih dengan zat yang diinginkan larut.

Tabel 2.2Indeks Polaritas Untuk Ekstraksi

Pelarut Indeks Titik Viskositas Kelarutan


Polaritas Didih (° C) (cPolse) dalam air
(% w/w)
n-Hexane 0.0 69 0.33 0.001
Diklorometan 3.1 41 0.44 1.6
n-Butanol 3.9 118 2.98 7.81
Iso-Propanol 3.9 82 2.30 100
n-Propanol 4.0 92 2.27 100
Kloroform 4.1 61 0.57 0.815
Etil asetat 4.4 77 0.45 8.7
Aseton 5.1 56 0.32 100
Metanol 5.1 65 0.60 100
Etanol 5.2 78 1.20 100
Air 9.0 100 1.00 100

Dari penelitian Darwis (2000), ada beberapa metode ekstraksi senyawa yang
umum digunakan, diantaranya adalah:
16

2.2.1 Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang
digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa
bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan
dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga
metabolit sekunder yang ada di dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik
dan ekstraksi senyawa akan berhasil karena dapat diatur lama perendaman yang
digunakan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang
tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut.Maserasi
merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan cara merendam serbuk
bahan dalam larutan penyari. Metode ini digunakan untuk menyari zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengembang dalam pelarut, serta tidak
mengandung benzoin. Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya mudah
ditemukan dan pengerjaannya sederhana (Mustofa, 2008). Kerugian dari metode
maserasi antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama,
cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan
yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin dan lilin (Sudjadi, 1986). Pembuatan
ekstrak dengan metodemaserasi mengikuti syarat yaitu bahan dihaluskan dengan cara
dipotong-potong atau dibuat serbuk, kemudian disatukan dengan bahan pengekstraksi
(Voight, 1994). Waktu lamanya maserasi berbeda-beda, masing-masing farmakope
mencantumkan 4-10 hari, menurut pengataman 5 hari sudah memadai (Voight, 1994).
Metode ini tidak menggunakan pemanasan, sehingga zat aktif yang terkandung
dalam bahan tidak rusak. Selama maserasi bahan disimpan di tempat yang terlindungi
dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi perubahan warna. Ekstraksi sinambung
dilakukan dengan alat soklet. Pelarut penyari yang ditempatkan di dalam labu akan
menguap ketika dipanaskan melewati pipa samping alat soklet dan mengalami
pendinginan saat melewati kondensor. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai
diperoleh hasil ekstraksi yang dikehendaki. Alat soklet terdiri dari labu destilasi
sebagai tempat menampung pelarut dan ekstrak, tabung sifon sebagai tempat
17

menampung sampel dan tempat terjadinya ekstraksi, pipa di samping tabung sifon
sebagai jalur pelarut yang menguap kemudian didinginkan dan akan jatuh kedalam
tabung sifon. Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
ozotropik dan tidak dapat digunakan dan tidak dapat digunakan ekstraksi dengan
campuran pelarut, misalnya heksan: diklorometan = 1 : 1 atau pelarut yang diasamkan
atau dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam pelarut
cair didalam wadah. Keuntungan ekstraksi dengan cara sokletasi adalah pelarut yang
digunakan lebih sedikit dan waktu yang dibutuhkan lebih sedikit daripada dengan
maserasi atau perkolasi. Kerugian cara ini adalah tidak dapat digunakan untuk
senyawa-senyawa yang termolabil
Berdasarkan penelitian dari Basuki (2009), metode ekstraksi yang paling efektif
dalam mengekstrak Gelidium sp. Untuk menghambat pertumbuhan E.colidan
Salmonella typhimurium adalah sokletasi 2 kali penyarian dengan luas zona
penghambatan sebesar 30,3 mm2dan 23,9 mm2.
2.2.2 Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melelui pelarut organik pada sampel sehingga
pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Efektivitas dari proses
ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam
pelarut yang digunakan. Keuntungan dari metode ini adalah tidak diperlukannya proses
pemisahan ekstrak sampel, sedangkan kerugiannya adalah selama proses tersebut,
pelarut menjadi dingin sehingga tidak melarutkan senyawa dari sampel secara efisien.
2.2.3 Sokletasi
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang
dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara memanaskan pelarut
hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang sudah membasahi sampel
kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan kembali menjadi uap untuk
membasahi sampel, shingga penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi
pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang
tidak terpengaruh oleh panas (Hasrianti, Nururrahmah, dan Nurasia, 2016).
18

2.2.4 Destilasi uap


Destilasi uap merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Proses destilasi uap
lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan terhadap suhu tinggi, yang
lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih banyak
digunakan untuk minyak atsiri. Keuntungan dari metode ini antara lain adalah kualitas
ekstrak yang dihasilkan cukup baik, suhu dan tekanan selama proses ekstraksi diatur
serta waktu yang diperlukan singkat.
2.3 Tinjauan Tentang Lipid
Lipid adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam
tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah
lipid. Untuk memberikan defenisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa
yang termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Para ahli
biokimia sepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika
seperti lemak, dimasukkan kedalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat
fisika yang dimaksud ialah:
1. Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik
misalnya ester, aseton, kloroform, benzena yang sering disebut “pelarut organik”.
2. Ada hubungan dengan asam lemak atau esternya.
3. Mempunyai kemungkinan digunakan oleh mahluk hidup. Jadi berdasarkan sifat
fisika tersebut, lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara
ekstraksi dengan menggunakan pelarut lemak tersebut.
Jaringan bawah kulit di sekitar perut, jaringan sekitar ginjal mengandung
banyak lipid terutama lemak kira-kira sebesar 90%, dalam jaringan otak atau dalam
telur terdapat lipid kira-kira sebesar 7,5 sampai 30% (Poedjiadi, 2006).
Salah satu Minyak dan lemak berperan sangat penting dalam gizi kita terutama
karena merupakan sumber energi, cita rasa, serta sumber vitamin A, D, E, dan K.
Manusia dapat digolongkan mahluk omnivore. Artinya makanannya terdiri dari bahan
hewani maupun nabati, karena itu dapat menerima minyak dan lemak dari berbagai
19

sumber maupun tanaman. Minyak merupakan jenis makanan yang paling padat energi,
yaitu mengandung 9 kkal per gram atau 37 kilojoul per gram (Winarno, 2002).
Senyawa-senyawa yang termasuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa
golongan. Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam
tiga golongan besar, yakni:
1. Lipid sederhana yaitu ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya: lemak
atau gliserida dan lilin (waxes).
2. Lipid gabungan yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan,
contohnya: fosfolipid.
3. Derivate lipid yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis lipid,
contohnya: asam lemak, gliserol, dan sterol.
Disamping itu berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam
dua golongan yang besar, yakni:
1. Lipid yang dapat disabunkan yaitu dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak
2. Lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid.

2.4 Tinjauan Trigliserida


Trigliserida adalah asam lemak dan merupakan jenis lemak yang paling banyak
di dalam darah. Kadar Trigliserida yang tinggi dalam darah (hipertrigliseridemia) juga
dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Tingginya trigliserida sering
disertai dengan keadaan kadar HDL rendah. Kadar trigliserida dalam darah banyak
dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan (Gandha, 2009).

Trigliserida tersusun dari tiga molekul asam lemak yang teresterifikasi menjadi
satu dengan gliserol, sebagai bagian dari lemak netral. Jaringan adipose memiliki
simpanan Trigliserida yang berfungsi sebagai gudang lemak. Trigliserida penyimpan
lipid yang terdapat dijaringan adiposa, bentuk lipid ini akan terlepas setelah di
hidrolisis oleh enzim lipase menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Albumin serum
mengikat asam lemak bebas untuk pengangkutannya ke jaringan yang akan dipakai
menjadi sumber bahan bakar yang penting (Mayes dan Peter A, 2003).
20

Trigliserida berfungsi sebagai cadangan energi, apabila sel membutuhkan maka


enzim lipase dalam sel akan memecahkan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak
yang akan dilepaskan kedalam pembuluh darah untuk mensubtitusi kekurangan energy
pada sel. Sel-sel yang membutuhkan komponen tersebut akan mengalami proses
oksidasi yang menghasilkan energi, karbohidrat CO2 dan air H2O.

Trigliserida yang dibentuk dari kilomikron atau liporotein akan dihidrolisis


menjadi gliserol dan asam lemak bebas oleh enzim LPL. LPL ini dibentuk oleh adiposit
dan disekresi ke dalam sel endotelial yang berdekatan dengannya. Aktivasi LPL
dilakukan oleh apoprotein C-II yang dikandung oleh kilomikron dan lipoprotein (very
low density lipoprotein/VLDL) (Sugondo, 2009).

Gambar 2.3 Struktur Kimia Trigliserida (Berg dkk., 2012)

Terdapat tiga jalur dalam metabolisme lipoprotein. Ketiga jalur tersebut antara
lain sebagai berikut:

a. Jalur metabolisme eksogen

Makanan yang mengandung lemak terdiri atas Trigliserida dan kolesterol.Selain


dari makanan, di dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang diekskresi bersama
empedu ke usus halus baik lemak dari makanan maupun dari hati disebut lemak
eksogen (Adam, 2009).
21

Semakin banyak kita mengonsumsi makanan berlemak, maka akan semakin


banyak lemak yang disimpan di hati yang akan mengakibatkan sintesis kolesterol akan
meningkat. Kolesterol yang berlebihan akan diekskresi dari hati ke dalam empedu
sebagai kolesterol atau garam empedu. Kemudian akan diabsorbsi ke dalam sirkulasi
porta dan kembali ke hati sebagai bagian dari sirkulasi enterohepatik (Murray dkk.,
2009).

Di dalam enterosit mukosa usus halus, trigliseridaakan diserap sebagai asam lemak
bebas sedangkan kolesterol sebagai kolesterol. Kemudian di dalam usus halus asam
lemak bebas akan diubah menjadi trigliserida sedangkan kolesterol akan mengalami
esterifikasi menjadi kolesterol ester. Dimana keduanya bersama dengan fosfolipid dan
apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang dikenal dengan nama kilomikron
(Adam, 2009).

Kilomikron ini akan masuk ke saluran limfe yang akhirnya masuk ke dalam aliran
darah melalui duktus torasikus. Trigliserida dalam kilomikron akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL) menjadi asam lemak bebas yang dapat
disimpan kembali sebagai trigliserida di jaringan lemak (adiposa), tetapi bila berlebih
sebagian trigliserida akan diambil oleh hati sebagai bahan untuk membentuk
trigliserida hati. Kilomikron yang sudah kehilangan sebagian besar trigliseridaakan
menjadi kilomikron remnant yang mengandung kolesterol ester yang cukup banyak
yang akan dibawa ke hati (Adam, 2009).

b. Jalur metabolisme endogen

Trigliserida dan kolesterol di hati akan disekresi ke dalam sirkulasi sebagai


lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi, VLDL akan mengalami hidrolisis oleh enzim
lipoprotein lipase dan akan berubah menjadi Intermediate Density Lipoprotein (IDL)
yang juga akan mengalami hidrolisis menjadi LDL. LDL adalah lipoprotein yang
paling banyak mengandung kolesterol. Sebagian LDL akan dibawa ke hati, kelenjar
adrenal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk LDL. Sebagian lainnya
akan mengalami oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag (Adam, 2009).
22

c. Jalur reverse cholesterol transport

HDL dilepaskan sebagai partikel kecil miskin kolesterol mengandung


apolipoprotein A, C dan E disebut HDL nascent. HDL nascent yang berasal dari usus
halus dan hati mengandung apolipoprotein A1. HDL nascent mengambil kolesterol
bebas yang tersimpan di makrofag. Setelah mengambil kolesterol bebas, kolesterol
tersebut akan diesterifikasi menjadi kolesterol ester oleh enzim LCAT. Selanjutnya
sebagian kolesterol ester tersebut dibawa oleh HDL yang akan mengambil dua jalur.
Jalur pertama akan ke hati sedangkan jalur kedua kolesterol ester dalam HDL akan
dipertukarkan dengan trigliserida dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester
transfer protein (CETP) untuk dibawa kembali ke hati (Adam, 2009).

2.5 Tinjauan Hiperlipidemia


2.5.1 Definisi Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah suatu kondisi kadar lipid darah yang melebihi kadar
normalnya. Hiperlipidemia disebut juga peningkatan lemak dalam darah dan karena
sering disertai peningkatan beberapa fraksi lipoprotein, disebut juga
hiperlipoproteinemia. Hiperlipidemik dapat berupa hiperkolesterolemia dan
hipertrigliseridemia (Kumalasari, 2005).

Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang kaya energi, yang berfungsi sebagai
sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan
atau dibentuk di dalam tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak
untuk digunakan di kemudian hari.Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan
membantu melindungi tubuh terhadap cedera.Lemak merupakan komponen penting
dari selaput sel, selubung saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu.

Hiperlipidemiadiklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu hiperkolesterolemia


dan hipertrigliseridemia. Hiperkolesterolemia ditandai dengan kadar kolesterol total >
240 mg/dl dan LDL > 160 mg/dl dengan atau tanpa disertai peningkatankadar TG dan
penurunan HDL sedangkan hipertrigliseridemia ditandai dengan kadar TG > 200 mg/dl
23

dan kadar HDL < 40 mg/dl (Harikumar et al, 2014). Perubahan kadar kolesterol di
dalam darah diakibatkan oleh beberapa faktor terutama pola hidup tidak sehat seperti
konsumsi diet tinggi lemak, merokok, dan konsumsi alkohol. Peningkatan kejadian
obesitas dan diabetes mellitus juga menjadi faktor yang menyebabkan hiperlipidemia
(Rohilla et al, 2012). Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
Atherosklerosis adalah adanya peningkatan kadar lipid darah seperti peningkatan kadar
LDL (Low Density Lipoprotein) darah, Kolesterol total dan trigliserida darah serta
penurunan HDL (High Density Lipoprotein) darah.
Dua lemak utama dalam darah adalah kolesterol dan trigliserida.Lemak
mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa larut dalam darah; gabungan
antara lemak dan protein ini disebut lipoprotein. Lipoprotein yang utama adalah:

▪ Kilomikron

▪ VLDL (Very Low Density Lipoproteins)

▪ LDL (Low Density Lipoproteins)

▪ HDL (High Density Lipoproteins)

▪ Sintesis dan metabolisme

1. Kilomikron

Kilomikron adalah lipoprotein yang paling besar, dibentuk di usus dan


membawa trigliserida yang berasal dari makanan. Beberapa ester kolestril juga terdapat
pada kilomikron.Kilomikron melewati duktus toraksikus ke aliran darah. Trigliserida
dikeluarkan dari kilomikron pada jaringan ekstrahepatis melalui suatu jalur yang
berhubungan dengan VLDL yang mencakup hidrolisi oleh sistem lipase lipoprotein
(LPL), suatu penurunan progresif pada diameter partikel terjadi ketika trigliserida di
dalam inti tersebut dikosongkan.Lipid permukaan, yakni apo-A-1, apo-A-II, dan apo-
C, ditransfer ke dalam hepatosit.

2. Lipoportein berdensitas sangat rendah (VLDL)


24

Hati mensekresikan VLDL yang berfungsi sebagai sarana untuk mengekspor


trigliserida ke jaringan perifer.VLDL mengandung Apo-B-100 dan Apo-C. Trigliserida
VLDL dihidrolisis oleh lipase lipoprotein menghasilkan asam lemak bebas untuk
disimpan didalam jaringan seperti di otot jantung dan otot rangka. Hasil dari deplesi
trigliserida menghasilkan sisa yang disebut lipoprotein berdensitas menengah (IDL).
Partikel LDL mengalami endositosis secara langsung oleh hati, sisa HDL dikonversi
menjadi LDL dengan menghilangkan trigliserida yang diperantaraioleh lipase hati.
Proses tersebut menjelaskan fenomena klinis pergeseran beta (beta shift). Peningkatan
VLDL dalam plasma dapat disebabkan karena peningkatan sekresi precursor VLDL
dan juga penurunan katabolisme LDL.

3. Lipoprotein berdensitas rendah (LDL)

Katabolisme LDL terutama terjadi didalam hepatosit dan dalam sebagian besar
sel bernukleus melibatkan endositosis yang diperantarai oleh reseptor berafinitas
tinggi.Ester kolesteril dari inti LDL kemudian dihidrolisis, yang menghasilkan
kolesterol bebas untuk sintesis membrane sel. Ses-sel juga mendapatkan kolesterol dari
sintesis de-novo melalui suatu jalur yang melibatkan pembentukan asam mevalonat
yang dikatalisis oleh HMG koA reduktase.Hati memainkan peran utama dalam
pengolahan kolesterol tubuh. Tidak seperti sel lainnya, hepatosit mampu
mengeliminasi kolesterol dari tubuh melalui sekresi kolesterol dalam empedu dan
mengkonversikan kolesterol menjadi asam empedu yang juga disekresikan dalam
empedu.

4. Lipoprotein Berdensitas Tinggi (HDL)

Apolipoprotein disekresi oleh hati dan usus.Sebagian besar lipid dari


permukaan satu lapis kilomikron dan VLDL selama liposis.HDL juga mendapatkan
kolesterol dari jaringan perifer dari suatu jalur yang melindungi homeostasis kolesterol
sel. HDL juga dapat membawa ester kolestril langsung ke hati melalui suatu reseptor
pengait/ docking (reseptor scavenger, SR-BI) yang tidak melakukan endositosis
terhadap lipoprotein (Bertram, Katzung).
25

Gliserol
1. Lemak Sederhana
Asam Lemak
a. Glokolipid Fosfolipid empedu

Fosfolipid membran sel


b. Fosfolipid

Lesitin

Kilomikron

VLDL
2. Lemak Gabungan/ c. Lipoprotein
Lemak
Lemak majemuk LDL

HDL

Jenuh

a. Asam Lemak
Tidak Jenuh
Filosterol
3. Derivat Lemak

Kolesterol
b. Sterol

Gambar 2.4Bagan Hiperlipidemia (Tirtawinata, 2006)

2.5.2 Klasifikasi Hiperlipidemia


Hiperlipidemia herediter (hiperlipoproteinemia) adalah kadar kolesterol dan
trigliserida yang sangat tinggi, yang sifatnya diturunkan. Hiperlipidemia herediter
mempengaruhi system tubuh dalam fungsi metabolisme dan membuang lemak (Balai
Informasi Tekhnologi LIPI, 2009). Terdapat 5 jenis hiperlipo proteinemia yang
masing-masing memiliki gambaran lemak darah serta resiko yang berbeda:

1. Hiperlipoproteinemia tipe I
26

Hiperkilomikronemia familia merupakan penyakit keturunan yang jarang


terjadi dan ditemukan pada saat lahir. Dimana tubuh penderita tidak mampu membuang
kilomikron dari dalam darah. Anak-anak dan dewasa muda dengan kelainan ini
mengalami serangan berulang dari nyeri perut. Hati dan limpa membesar, pada kulitnya
terdapat pertumbuhan lemak berwarna kuning pink (xantoma eruptif). Pemeriksaan
darah menunjukkan kadartrigliserida yang sangat tinggi. Penyakit ini tidak
menyebabkan terjadi aterosklerosis tetapi bisa menyebabkan pankreatitis, yang bisa
berakibat fatal penderita diharuskan menghindari semua jenis lemak (baik lemah jenuh,
lemak tak jenuh maupun lemak tak jenuh ganda).

2. Hiperlipoproteinemia tipe II

Hiperkolesterolemia familial, merupakan suatu penyakit keturunan yang


mempercepat terjadinya aterosklerosis dan kematian dini, biasanya karena serangan
jantung. Kadar kolesterol LDLnya tinggi. Endapan lemak membentuk
pertumbuhan xantoma di dalam tendon dan kulit. 1 diantara 6 pria penderita penyakit
ini mengalami serangan jantung pada usia 40 tahun dan 2 diantara 3 pria penderita
penyakit ini mengalami serangan jantung pada usia 60 tahun. Penderita wanita juga
memiliki resiko, tetapi terjadinya lebih lambat. 1 dari 2 wanita penderita penyakit ini
akan mengalami serangan jantung pada usia 55 tahun. Orang yang memiliki 2 gen dari
penyakit ini (jarang terjadi) bisa memiliki kadar kolesterol total sampai 500-1200
mg/dL dan seringkali meninggal karena penyakit arteri koroner pada masa kanak-
kanak. Tujuan pengobatan adalah untuk menghindari faktor resiko, seperti merokok,
dan obesitas, serta mengurangi kadar kolesterol darah dengan mengkonsumsi obat-
obatan. Penderita diharuskan menjalani diet rendah lemak atau tanpa lemak, terutama
lemak jenuh dan kolesterol serta melakukan olah raga secara teratur. Menambahkan
bekatul gandum pada makanan akan membantu mengikat lemak di usus. Seringkali
diperlukan obat penurun lemak.

3. Hiperlipoproteinemia tipe III


27

Penyakit keturunan yang menyebabkan tingginya kadar kolesterol VLDL dan


trigliserida. Pada penderita pria, tampak pertumbuhan lemak di kulit pada masa dewasa
awal. Pada penderita wanita, pertumbuhan lemak ini baru muncul 10-15 tahun
kemudian. Baik pada pria maupun wanita, jika penderitanya mengalami obesitas, maka
pertumbuhan lemak akan muncul lebih awal. Pada usia pertengahan, aterosklerosis
seringkali menyumbat arteri dan mengurangi aliran darah ke tungkai. Pemeriksaan
darah menunjukkan tingginya kadar kolesterol total dan trigliserida. Kolesterol
terutama terdiri dari VLDL. Penderita seringkali mengalami diabetes ringan dan
peningkatan kadar asam urat dalam darah. Pengobatannya meliputi pencapaian dan
pemeliharaan berat badan ideal serta mengurangi asupan kolesterol dan lemak jenuh.
Biasanya diperlukan obat penurun kadar lemak. Kadar lemak hampir selalu dapat
diturunkan sampai normal, sehingga memperlambat terjadi aterosklerosis.

4. Hiperlipoproteinemia tipe IV

Penyakit umum yang sering menyerang beberapa anggota keluarga dan


menyebabkan tingginya kadartrigliserida. Penyakit ini bisa meningkatkan resiko
terjadinya aterosklerosis.Penderita seringkali mengalami kelebihan berat badan dan
diabetes ringan. Penderita dianjurkan untuk mengurangi berat badan, mengendalikan
diabetes dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak darah.

5. Hiperlipoproteinemia tipe V

Penyakit keturunan yang jarang terjadi, dimana tubuh tidak mampu


memetabolisme dan membuang kelebihan trigliserida sebagaimana mestinya.

Selain diturunkan, penyakit ini juga bisa terjadi akibat :

▪ Penyalahgunaan alkohol

▪ Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

▪ Gagal ginjal

▪ Makan setelah menjalani puasa selama beberapa waktu.


28

Jika diturunkan, biasanya penyakit ini muncul pada masa dewasa awal.
Ditemukan sejumlah besar pertumbuhan lemak (xantoma) di kulit, pembesaran hati
dan limpa serta nyeri perut. Biasanya terjadi diabetes ringan dan peningkatan asam
urat. Banyak penderita yang mengalami kelebihan berat badan. Komplikasi utamanya
adalah pankreatitis, yang seringkali terjadi setelah penderita makan lemak dan bisa
berakibat fatal. Pengobatannya berupa penurunan berat badan, menghindari lemak
dalam makanan dan menghindari alkohol. Bisa diberikan obat penurun kadar lemak
(http://www.medicastore.com, 2018).

Hiperlipidemia

Kadar Lipidemia Kadar Lipidemia Kadar Lipidemia Kadar Lipidemia


Tinggi Sedang Rendah Turun

≥ 201 mg/dl ≥ 151 mg/dl ≥ 131 mg/dl ≥ 34 mg/dl


≤ 201 mg/dl ≤ 150 mg/dl ≤ 130 mg/dl ≤ 35 mg/dl

Gambar 2.5Pengukuran Kadar Lipid (Tirtawinata, 2006)

2.5 Tinjauan Tikus (Rattus norvegicus)


Tikus putih (Rattus norvegicus) banyak digunakan sebagai hewan percobaan
pada berbagai penelitian.Tikus putih tersertifikasi diharapkan lebih mempermudah
para peneliti dalam mendapatkan hewan percobaan yang sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan. Kriteria yang dibutuhkan oleh peneliti dalam menentukan tikus putih
sebagai hewan percobaan, antara lain: kontrol (recording) pakan, kontrol (recording)
kesehatan, recording perkawinan, jenis (strain), umur, bobot badan, jenis kelamin,
silsilah genetik. Terdapat tiga galur tikus putih yang memiliki kekhususan untuk
digunakan sebagai hewan percobaan antara lain Wistar, long evansdan Sprague dawley
29

(Malole dan Pramono, 2009). Tikus putih digunakan untuk mempelajari dan
memahami keadaan patologis yang kompleks misalnya pada penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi (Rapp, 2007). Rattus norvegicus memiliki beberapa keunggulan, yaitu
pemeliharaan dan penanganan mudah, serta kemampuan reproduksi tinggi (Malole dan
Pramono, 2009).

Adapun data fisiologis tikus putih disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Data Fisiologis Tikus Putih (Wolfenshon dan Lloyd, 2013)

Nilai Fisiologis Kadar

Berat tikus dewasa Jantan 450 - 520g

Betina 250 - 300 g

Kebutuhan makan 5 - 10g/100g berat badan

Kebutuhan minum 10 ml/100 g berat badan

Jangka hidup 3 - 4 tahun

Temperatur rektal 36C - 40C

Detak Jantung 250 – 450 kali / menit

Tekanan Darah

Sistol 84 – 134 mmHg

Diastol 60 mmHg

Laju pernafasan 70 – 115 kali / menit

Serum protein (g/dl) 5.6 - 7.6

Albumin (g/dl) 3.8 - 4.8


30

Globulin (g/dl) 1.8 – 3

Glukosa (mg/dl) 50 – 135

Nitrogen urea darah (mg/dl) 15 – 21

Kreatinin (mg/dl) 0.2 - 0.8

Total bilirubin (mg/dl) 0.2 - 0.55

Kolesterol (mg/dl) 40 – 130

Sumber: (Wolfenshon dan Lloyd, 2013).

Rattus norvegicus mempunyai 3 galur, yaitu Sprague Dawley, Wistar, dan Long
Evans.Galur Sprague Dawley memiliki tubuh yang ramping, kepala kecil, telinga tebal
dan pendek dengan rambut halus, serta ukuran ekor lebih panjang daripada badannya.
Galur Wistar memiliki kepala yang besar dan ekor yang pendek, sedangkan galur Long
Evans memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil 17 serta bulu pada kepala dan bagian
tubuh depan berwarna hitam (Malole dan Pramono, 2009). Rattus norvegicus adalah
hewan percobaan paling populer dalam penelitian yang berkaitan dengan pencernaan
(Hofstetter et al., 2005). Hewan ini dipakai dengan pertimbangan: (1) pola makan
omnivora seperti manusia (Malole dan Pramono, 2009); (2) memiliki saluran
pencernaan dengan tipe monogastrik seperti manusia (Hofstetter et al., 2005); (3)
kebutuhan nutrisi hampir menyamai manusia (Wolfensohn dan Lloyd, 1998); serta (4)
mudah di cekok dan tidak mengalami muntah karena tikus ini tidak memiliki kantung
empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 2009).
Wolfenshon and Lloyd (2013) menyatakan bahwa berat tikus jantan dewasa
yaitu 450-520 gram sedangkan berat 250-300 gram berlaku pada tikus betina. Tikus
jantan lebih berat dibanding tikus betina pada semua kelompok umur serta terjadinya
perubahan bobot organ (ginjal, hati, paru, dan limpa), nilai hematologi, nilai biokimia
darah (AST dan ALT) seiring dengan bertambahnya umur tikus (Marice and
Sulistyowati, 2011).
31

Kebutuhan makan dan minum masing-masing 5 hingga 10 gram per 100 gram
berat badan dan 10 mililiter (ml) per 100 gram berat badan serta jangka hidup 3 sampai
4 tahun. Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan
mudah diperoleh dari sumber daya komersial.Namun demikian, pakan yang diberikan
pada tikus sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi yang tepat. Pakan ideal
untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi kebutuhan zat makanan antara lain
protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar kira-kira 5%, harus cukup mengandung
vitamin A, vitamin D, asam linoleat, tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin,
piridoksin dan kolin serta mineral-mineral tertentu.

Pakan yang diberikan pada tikus harus mengandung asam amino esensial
seperti Arginin, Isoleusin, Leusin, Methionin, Fenilalanin, Treonin, Tryptofan, dan
Valine (Wolfenshon and Lloyd, 2013).Selain pakan, hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan tikus putih sebagai hewan percobaan adalah perkandangan yang baik.
Kandang tikus terbuat dari kotak plastik yang ditutup dengan kawat berlubang ukuran
1,6 cm2. Kulit biji padi dapat digunakan sebagai alas kandang tikus. Alas kandang
diganti setiap 3 hari bertujuan agar kebersihan tikus tetap terjaga dan tidak
terkontaminasi bakteri yang ada di feses serta urine tikus (Marice and Sulistyowati,
2011).

2.6 Penelitian Tumbuhan Obat


Indonesia dikaruniai kekayaan alam yang melimpah.Alam Indonesia dengan
keanekaragaman hayati merupakan sumber kecantikan yang tidak ada habisnya.Pada
zaman yang sudah serba modern ini, ternyata jamu masih diakui keberadaannya oleh
masyarakat Indonesia.Seruan kembali ke alam atau istilah back to nature menjadi
bahan pembicaraan seiring dengan semakin dirasakannya manfaat ramuan alam
tradisional.Mengingat potensi yang sangat membantu meningkatnya kualitas kesehatan
masyarakat, pemanfaatan ramuan tersebut seharusnya terus digalakkan (Tilaar,
1998).Pemanfaatan produk alam yang lebih dikenal dengan istilah jamu guna untuk
penyembuhan dan pemeliharaan kesehatan di kalangan masyarakat Indonesia
memegang peranan yang sangat besar.Hal ini terjadi karena sebagian besar dari produk
32

alam merupakan warisan nenek moyang yang tidak diragukan lagi khasiatnya dan terus
dikembangkan pemanfaatannya di berbagai daerah. Peranan jamu akan semakin terasa
pada daerah-daerah terpencil, dimana sulit diperoleh pelayanan medis atau obat-obat
modern. Disamping itu sebagian masyarakat masih banyak mencari pengobatan
tradisional dan mencoba melakukan pengobatan sendiri dengan cara tradisional bila
menderita sakit (Tilaar, 1998)
Kegiatan penelitian tumbuhan obat umumnya diawali dengan kajian etnobotani,
lalu kegiatan eksplorasi, kemudian pengujian kandungan bioaktif dalam tumbuhan
yang berpotensi obat.Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan
tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak
hanya mengenai data botani taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan
botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tumbuhan, serta
menyangkut pemanfaatan tumbuhan tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan
budaya dan kelestarian sumber daya alam (Martin, 1998). Etnobotani merujuk pada
kajian interaksi antara manusia dengan tumbuhan. Kajian ini merupakan bentuk
deskriptif dari pendokumentasian pengetahuan botani tradisional yang dimiliki
masyarakat setempat yang meliputi kajian botani, kajian etnofarmakologi, kajian
etnoantropologi, kajian etnoekonomi, kajian etnolinguistik dan kajian etnoekologi
(Martin, 1998).
Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan untuk mencari,
mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari
kepunahan (Kusumo et al., 2002). Langkah pertama praeksplorasi adalah mencari
informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi
tentang jenis dan habitat tumbuhnya.Informasi ini kemudian dikembangkan pada saat
eksplorasi ke 15 lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis
tumbuhan (Krismawati et al., 2004).4. Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat Tumbuhan
obat merupakan sumber senyawa bioaktif yang berkhasiat mengobati berbagai jenis
penyakit. Hingga saat ini, sumber alam nabati masih tetap merupakan sumber bahan
kimia baru yang tidak terbatas, baik senyawa isolat murni yang dipakai langsung
33

(misalnya alkaloida morfin, papaverin) maupun melalui derivatisasi menjadi senyawa


bioaktif turunan yang lebih baik, dalam arti lebih potensial dan lebih aman, misalnya
molekul artemisinin dari Tanaman Artemisia annua L. Dideritivatisasi menjadi
artemisinin eter yang lebih efektif terhadap penyakit malaria dan kurang toksik
(Sinambela, 2002). Penelitian kimiawi tumbuhan tropika Indonesia telah banyak
dilaporkan oleh sejumlah peneliti baik dari dalam ataupun dari mancanegara, yang
memperlihatkan keanekaragaman molekul dari berbagai macam senyawa dengan
keanekaragam manfaat, baik sebagai bahan dasar obat, kosmetika, zat warna,
insektisida, dan suplemen.Tumbuhan dari suku Moraceae merupakan sumber utama
senyawa flavonoida, aril-benzofuran, stilben tersubsitusi gugus isoprenil dan oksigensi
(Krismawati et al., 2004).Suku Clusiaceae (Guttiferae) dikenal sebagai sumber
senyawa santon, kumarin, benzofenon dan biflavonoid yang tersubstitusi gugus
isoprenil oksigenasi (Peres et al., 2000).

Anda mungkin juga menyukai