Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP JAHE

1. Definisi Jahe Merah / Sunti (Zingiber officinale var rubrum)

Jahe adalah tumbuhan semak berbatang semu yang memiliki tinggi

mencapai 30 – 100 cm. Berdaun tunggal, berbentuk lanset dan panjang sekitar

15 -28 mm. Akar berbentuk rimpang dengan bagian dalam berwarna kuning.

Tanaman jahe menyukai sinar matahari hidup didaerah tropis da subtropis.

Nama lain jahe dari berbagai daerah diantaranya yaitu Halia (Aceh),

pege (Toba), sipodeh (Minangkabau), jae (Jawa), lai (Dayak), alia (Sumba),

pese (Bugis), sehi (Ambon), lali (Irian), adrak (India), gyin (Burma), halia

(Malaysia), ginger (Inggris) (Latief Abdul, 2014).

Jahe merah memiliki nama istilah Zingiber pfficinale. Tanaman ini

tersebar di seluurh Indonesia, ditanam dikebun atau di pekarangan. Umumnya

ditanam pada tanah yang mudah diolah seperti tanah lempung berdebu,

lempung berliat dan liat berpasir. Tanaman jahe merah dapat tumbuh pada

tempat dengan ketinggian sampai 900 m diatas permukaan laut. Jahe merah

rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil daripada jahe putih kecil.

Jahe merah berupa terna berbatang semu dengan tinggi 30 cm sampai 1

meter. Rimpang bila dipotong berwarna kuning atau jingga. Daun sempit

panjangnya 15 mm sampai 23 mm dengan lebar 8 mm sampai 15 mm dengan

tangkai daun berambut dan lidah daun memanjang. Bunganya berupa malai

tersembul di permukaan tanah berbentuk tongkat atau bulat telur yang sempit.
Mahkota bunga berbentuk tabung dengan helai agak sempit bentuk tajam

berwarna kuning kehijauan. Budidaya tanaman biasanya dilakukan dengan

rimpang dan dapat juga ditanam sebagai tanaman campuran bersama tanaman

palawija lainnya dengan membuat bedengan – bedengan. (Wasito Hendri,

2011)

Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum)

2. Jenis – jenis Jahe

Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu :

a. Jahe putih/kuning besar disebut juga jahe gajah atau jahe badak.

Ditandai ukuran rimpangnya besar dan gemuk, warna kuning muda

atau kuning, berserat halus dan sedikit. Beraroma tapi berasa kurang tajam.

Dikonsumsi baik saat berumur muda maupun tua, baik sebagai jahe segar

maupun olahan. Pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku makanan

dan minuman.
b. Jahe kuning kecil disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.

Jahe ini ditandai ukuran rimpangnya termasuk katagori sedang, dengan

bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa

tajam. Jahe ini selalu dipanen setelah umur tua. Kandungan minyak atsirinya

lebih besar dari jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas. Jahe ini cocok untuk

ramuan obat- obatan, atau diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.

c. Jahe merah

Ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga,

berserat kasar, beraroma serta berasa tajam (pedas). Dipanen setelah tua dan

memiliki minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil sehingga jahe merah pada

umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.

3. Manfaat Jahe Merah

Khasiat jahe sudah dikenal turun temurun di antaranya sebagai pereda

sakit kepala, batuk, masuk angin. Jahe juga sering digunakan sebagai obat

untuk meredakan gangguan saluran pencernaan, rematik, obat antimual, mabuk

perjalanan, kembung, kolera, diare, sakit tenggorokan, difteria, penawar racun,

gatal digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar (Setiawan, 2015).

Jahe memiliki rasa pedas sehingga memberikan rasa hangat pada tubuh

dan mengeluarkan keringat. Jahe mengandung minyak atsiri, yang

mengandung zingiberen, zingiberol, falandren, dll. Kandungan minyak atsiri

bermanfaat untuk menghilangkan nyeri, antiinflamasi, dan antibakteri. (Latief

Abdul, 2014).

Ekstrak jahe merah jika diminum dalam dosis rendah 0,2 – 2 mg/kg

menunjukkan efek analgesik dan anti-inflamasi sangat efektif, karena adanya


sinergisitas senyawa dalam ekstrak jahe merah. Bahkan ketika diberikan

kepada 8 volunter ternyata sangat efektif dalam mencegah mabuk laut

termasuk di dalamnya vertigo yang berhubungan dengan mabuk laut

(Grontved dkk, dalamHernani & Winarti, 2013).

Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari

University of Naples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk

mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe

pada wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan

plasebo atau vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam

beberapa penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis

gravidarum. Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan

memperlancar cairan pencernaan (Rahingtyas, 2008).

Ekstrak Jahe merah mengandung 3 - 7 % golongan senyawa fenol

seperti flovanoid dan alkaloid. Flovanoid bekerja sama seperti alopurinol

sebagai penghambat enzim xantin oksidase sehingga pembentukan asam urat

akan terhambat (Hayati, 2004 dalam Hernani dan Winarti, 2013). Alkaloid

dalam ekstrak jahe merah mampu menghambat sintesis dan pelepasan

leukotrin sehingga mengurangi rasa nyeri.

Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang penting dalam

membantu tubuh untuk mencerna dan menyerap makanan. Pertama, lipase

yang berfungsi memecah lemak dan kedua adalah protease yang berfungsi

memecah protein. Jahe juga sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif

yang berguna bagi tubuh. Senyawa kimia pada jahe di antaranya adalah

minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa : seskuiterpen, zingiberen,

bisabolena, zinger-on, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral,


zingiberal, felandren. Disamping itu terdapat juga shogaol, gingerol, pati,

damar, asam-asam organik seperti asam malat dan asam oksalat, vitamin : A, B

dan C, senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol (Setiawan, 2015).

Sebagai salah satu tanaman obat, jahe memiliki efek farmakologis seperti yang

terlihat pada tabel di bawah ini :

Efek Farmakologis dari Zat Aktif pada Tanaman Jahe

No Nama Zat Aktif Efek

Farmakologis

1 Limoen Menghambat jamur

Candida

albicans, obat flu

2 1,8-sineol Mengatasi ejakulasi prematur,

penguat lapar, perangsang

aktivitas syaraf pusat

3 10-dehidrogingerdion Merangsang keluarnya ASI

10-gingerdion Menghambat kerja

enzimsiklooksigenase

6-gingerdion

6-gingerol

4 ⍺-asam linolenik Anti-pendarahan diluar haid

Merangsang kekebalan tubuh,


merangsang produksi getah

bening

5 Arginin Mencegah kemandulan

6 Asam aspartate Perangsang syaraf, penyegar

7 Betha-sitoserol Perangsang hormon androgen,

menghambat hormon estrogen

8 Asam saprilik Antijamur Candida albicans

9 Capsaicin Meningkatkan aktivitas kelenjar

(Seluruh bagian tanaman) endokrin,

10 Asam klorogenik Mencegah proses penuaan

(Seluruh bagian tanaman)

11 Farnesol Bahan pewangi makanan,

parfum dan merangsang

regenerasi sel.

Sumber: (Hariana, 2002 dalam Hernani & Winarti, 2013)

4. Kandungan Kimia Jahe

Jahe memiliki beberapa kandungan kimia yang berbeda. Senyawa

kimia rimpang jahe menentukan aroma dan tingkat kepedasan jahe. Menurut

Rismunandar, beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimia

rimpang jahe adalah antara lain: jenis jahe, tanah sewaktu jahe ditanam, umur

rimpang saat dipanen, pengolahan rimpang jahe (Putri, 2014). Komponen yang

terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80,9%, protein 2,3%, lemak 0,9%,

mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12,3% (Rahingtyas, 2008).


Menurut Denyer, secara umum jahe mengandung pati, minyak atsiri,

serat, sejumlah kecil protein, vitamin, mineral, dan enzim proteolitik yang

disebut zingibain. Menurut penelitian Hernani dan Hayani (2001), jahe merah

mempunyai kandungan pati (52,9%), minyak atsiri (3,9%) dan ekstrak yang

larut dalam alkohol (9,93%) lebih tinggi dibandingkan jahe emprit (41,48; 3,5

dan 7,29%) dan jahe gajah (44,25; 2,5 dan 5,81%).

Rimpang jahe juga mengandung senyawa fenolik. Beberapa komponen

bioaktif dalam ekstrak jahe antara lain (6)-gingerol, (6)-shogaol,

diarilheptanoid dan curcumin. Jahe juga mengandung zat aktif shogaol dan

gingerol yang berfungsi untuk membangkitkan energi. Bahkan, para ahli

menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat sedunia (Anonim,

2007). Komponen kimia jahe lainnya dapat dilihat pada Tabel

Komposisi Kimia Jahe dalam 100 gram

Komponen Jumlah

Jahe Segar

Kalori (kal) 51

Protein (g) 1,5

Lemak (g) 1,0

Karbohidrat (g) 10,1

Kalsium (mg) 21

fosfor (mg) 39

Besi (mg) 4,3

Vitamin A (SI) 30
Thiamin (mg) 0,02

Niasin (mg) 0,8

Vitamin C (mg) 4

Serat kasar (g) 7,53

Total abu (g) 3,70

Kalium (mg) 57,0

Air (g) 86,2

Sumber : Departemen Kesehatan RI, (2000)

Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak

tak menguap (non volatile oil) dan pati. Minyak menguap biasa disebut minyak

atsiri. Minyak atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit kental, dan merupakan

senyawa yang memberikan aroma yang khas pada jahe (Soepardie, 2001 dalam

Yuwono, 2015). Sedangkan minyak tak menguap disebut oleoresin merupakan

komponen pemberi rasa pedas dan pahit (Setiawan, 2015: 20).

Kandungan minyak atsiri dan oleoresin pada rimpang jahe merah

cukup tinggi sehingga jahe merah memiliki peranan penting dalam dunia

pengobatan, baik pengobatan tradisional maupun untuk skala industri dengan

memanfaatkan kemajuan tekhnologi (Evans, 2002 dalam Hernani & Winarti,

2013). Rasa dominan pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama

zingeron. Senyawa lain yang turut menyebabkan rasa pedas pada jahe adalah

golongan fenilalkil keton atau yang biasa disebut gingerol dan [6]-gingerol.

Keduanya merupakan komponen yang paling aktif dalam jahe.

5. Kandungan Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe.)

Jahe mengandung senyawa volatile yakni terpenoid dan non volatile

yang terdiri dari gingerol, shogaol, paradol, zingerone dan senyawa turunan
mereka serta senyawa-senyawa flavonoid dan polifenol. Gingerol dan shogaol

merupakan kandungan utama senyawa flavonoid pada Jahe. Senyawa tersebut

mempunyai efek antioksidan yang dapat mencegah adanya radikal bebas

dalam tubuh. (Stailova et al, 2007)

Jahe merah mempunyai kandungan 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol

dan 6-shogaol yang lebih tinggi dibandingkan dengan jahe gajah yaitu sebesar

18.03, 4.09, 4.61, dan 1.36 mg/g sehingga banyak dikonsumsi masyarakat

sebagai bahan obat. (Fathona, 2011 ; Ermayanti, 2009).

Ekstrak rimpang jahe juga mengandung senyawa 7-α-hidroxylase.

Kandungan ini mampu menjaga memodulasi homeostasis dari metabolism

kolesterol. Penelitian oleh Lei tahun 2014 menemukan bahwa senyawa 7-α-

hidroxylase mampu menurunkan kolesterol total melalui mekanisme

menstimulas i konversi kolesterol menjadi asam empedu yang mudah

dieksresi. Kolesterol di hati dimetabolisme secara primer menjadi asam

empedu sebagian besar dalam bentuk cholic dan chedoexycholic acid dan

disekresikan melalui duktus biliaris ke dalam saluran cerna dan selanjutnya

dieksresikan melalui feses. Dalam saluran cerna kolesterol akan dikonversi

menjadi metabolit oleh normal flora. Mekanisme penurunan kolesterol yang

dipengaruhi oleh senyawa 7-α-hidroxylase, dengan meningkatkan eksresi

kolesterol baik dengan metabolism maupun menghamba t absorbsi kolesterol

di saluran cerna.

6. Cara kerja jahe dalam mengurangi emesis gravidarum

Menurut penelitian yang dilakukan Rofiah (2017) berjudul efektifitas

konsumsi jahe dan sereh dalam mengatasi morning sickness yaitu jahe bekerja

menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek antiemetik (anti mual)


pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Galanolakton,

merupakan unsur lain yang terkandung pada jahe, adalah suatu antagonis

kompetitif pada ileus 5-HT reseptor, yang menimbulkan efek anti emetik (anti

mual).

7. Dosis dan bentuk sediaan jahe

Menurut penelitian yang telah dilakukan Fitria (2013) tentang

efektivitas jahe untuk menurunkan mual muntah pada kehamilan trimester

satu, membuktikan bahwa jahe sebanyak 2,5 gram per hari dapat

menghilangkan mual yang disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi tidak

boleh melebihi 2,5 gram perhari, karena bisa memicu keguguran.

Bentuk persediaan yang dilakukan Fitria (2013) tentang efektivitas jahe

untuk menurunkan mual muntah pada kehamilan terimester 1 yaitu berupa

wedang jahe. Jenis jahe yang digunakan yaitu jahe putih/kuning kecil/jahe

emprit sebanyak 2,5 gram diiris dan diseduh air panas 250 ml ditambah gula

satu sendok makan (10 gram) diminum 2 x 1 selama 4 hari. Sedangkan

menurut penelitian yang telah dilakukan Rofi’ah (2017) tentang efektivitas

konsumsi jahe dan sereh dalam mengatasi morning sickness dalam pemberian

wedang jahe diberikan selama 7 hari.

8. Efek Samping

Menurut Rofi’ah dalam penelitiannya yang berjudul efektivitas konsumsi jahe

dan sereh dalam mengatasi morning sickness efek samping farmakologis yang

ditimbulkan diantaranya menimbulkan nafsu makan, memperkuat lambung,

peluruh kentut, peluruh keringat, pelancar sirkulasi darah, penurun kolestrol,

anti muntah, anti radang, anti batuk, dan memperbaiki pencernaan.


B. KONSEP SEREH

1. Pengertian

Sereh (Cymbopogon citratus), disebut juga lemon grass, citronella

grass atau fever grass merupakan salah satu tanaman obat. Sebagai

tanaman obat, khasiat sereh sudah banyak diketahui oleh masyarakat.

Sereh dimanfaatkan sebagai penghangat badan, peluruh keringat, obat

kumur, anti demam, pencegah muntah, mengobati sakit gigi, gangguan

berkemih, radang lambung, radang usus (Arief, 2006), penolak nyamuk

dalam semprotan atau lilin, aromaterapi, disinfektan rumah tangga, sabun,

dan sereh juga sebagai penghasil minyak

(http:// www.mardi.my/herbal.doc, 2007).

Karena beraroma seperti lemon, serai dapur sering disebut lemongrasss

(rumput lemon). Menurut ilmu takosnomi, bumbu dapur yang sering

terdapat dalam opor ayam ini temasuk dalam famili gramineae ( rumput-

rumputan) dan genus Cymbopogon. Sereh dapur merupakan tanaman

tahunan (perenial) dan stolonifera (berbatang semu). Berdaun memanjang

seperti pita, makin ke ujung main meruncing dan berwarna hijau,

sebagaimana layaknya famili rumput-rumputan yanga lain seperti ilalang

dan padi. Panjang daunnya berkisar 0,6 – 1,2 m yang tesusun pada stolon.

Rumput ini tidak menghasilkan biji meskipun dibiarkan tidak dipangkas

dalam kondisi dan waktu tertentu.

Serai atau lebih dikenal dengan sereh adalah tumbuhan anggota suku

rumput-rumputan yang dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk

mengharumkan makanan.
Minyak serai adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan jalan

menyuling bagaian atas tumbuhan tersebut. Minyak serai dapat digunakan

sebagai pengusir (repelen) nyamuk, baik berupa tanaman ataupun berupa

minyaknya.

2. Jenis-jenis serai

Sebelum membicarakan serai dapur ada baiknya jika membahas

macam-macam serai. Secara umum, serai dibagi menjadi 2 jenis, yaitu

serai dapur ( lemongrass) da serai wangi (sitronella). Keduanya memiliki

aroma yang berbeda. Minyak serai yang selama ini dikenal di Indonesia

merupakan minyak serai wangi ( citronella oil) yang biasanya terdapat

dalam komposisi minyak tawon dan minyak gandapura.

Minyak serai wangi telah dikembangkan di Indonesia dan minyak

atsirinya sudah diproduksi secara komersial dan termasuk komoditas

ekspor. Sedangkan minyak serai dapur (lemongrass oil) belum pernah

diusahakan secara komersial. Dari segi komposisi kimianya, keduanya

memiliki komponen utama yang berbeda. Serai wangi kandungan utamnya

adalah citronella, sedangkan serai dapur adalah sitral.

Serai dapur terbagi menjadi dua varitas, yaitu serai flexuosus

(Cymbopogon flexuosus) dan serai citratus ( Cymbopogon citratus ).

Dalam dunia perdagangan minyak atsiri, minyak serai flexuosus disebut

sebagai East Indian Lemongrass oil. Sedangkan serai citratus dikenal

dengan West Indian lemongrass oil. Keduanya dapat tumbuh subur di

Indonesia meskipun yang terbanyak dalah jenis West Indian. Perbedaan

yang sangat jelas dari keduanya terletak pada sifat-sifat minya atsiri yang
dihasilkan. Minyak serai India timur lebih berharga daripada India barat,

terutama karena kandungan sitralnya yang lebih tinggi.

C. KONSEP KEHAMILAN

1. Definisi

Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang

berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi

spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang

hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010). Kehamilan merupakan

proses alamiah (normal) dan bukan proses patologis, tetapi kondisi normal

dapat menjadi patologi. Menyadari hal tersebut dalam melakukan asuhan

tidak perlu melakukan intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali ada

indikasi (Sulistyawati, 2009). Kehamilan adalah suatu keadaan dimana

terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa yang kemudian mengalami

nidasi pada uterus dan berkembang sampai janin lahir (Muliawati &

Lestari, 2013).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu

triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari

bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9

bulan. ( Prawirohardjo, 2018)

Sesuai dengan evidence based practice, pemerintah telah menetapkan

progra kebijakan asuhan kehamilan ssebagai berikut : kunjungan ANC


minimal dilakukan 4 kali selama kehamilan (Kunjungan TM 1 sebelum

usia kehamilan 14 minggu. Dalam kunjungan ANC ini, diharapkan tenaga

kesehatan yang melakukan pelayanan pada ibu hamil TM 1 dengan mual

mntah dapat memberikan informasi mengenai cara mengurangi dan

mengatasi serta memberikan terapi yang sesuai (Pantikawati, 2010).

2. Perubahan Fisik Selama Kehamilan

Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami

perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan

kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan

kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan. Baik dari segi

anatomis maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara

menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia

kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

a. Sistem Reproduksi

Trimester 1

Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina

dan serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva

dan vagina mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat

wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu

perubahan konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan kenyal.


Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya

peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia &

hipertropi otot, dan perkembangan desidua. Dinding-dinding otot

menjadi kuat dan elastis, fundus pada serviks mudah fleksi disebut

tanda Mc Donald. Pada kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar

telur bebek dan pada kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur

angsa. Pada minggu-minggu pertama, terjadi hipertrofi pada istmus

uteri membuat istmus menjadi panjang dan lebih lunak yang disebut

tanda Hegar. Sejak trimester satu kehamilan, uterus juga mengalami

kontraksi yang tidak teratur dan umumnya tidak nyeri.

Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan.

Pematangan folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan,

masih terdapat satu corpus luteum gravidarum yang menghasilkan

hormon estrogen dan progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal

selama 6-7 minggu, kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.

b. Payudara / mammae

Trimester 1

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon

somatomamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi belum

mengeluarkan ASI. Vena-vena di bawah kulit juga akan lebih terlihat.

Areola mammae akan bertambah besar pula dan kehitaman. Kelenjar

sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menonjol keluar

dinamakan tuberkel Montgomery.


c. Kulit

Trimester 1

Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang

melanosit sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang

menyebabkan timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah

pigmentasi berwarna hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah

kulit abdomen. Bercak kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan

leher membentuk kloasma atau melasma gravidarum (topeng

kehamilan). Aksentuasi pigmen juga muncul pada areola dan kulit

genital. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang atau berkurang

setelah melahirkan. Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik

penonjolan kecil dan merah pada kulit wajah, leher, dada atas, dan

lengan. Kondisi ini sering disebut sebagai nevus angioma atau

teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang juga dapat ditemukan.

Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh hiperestrogenemia

kehamilan.

d. Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan

Trimester 1

Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang

sebagian besar diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan

peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil

pertambahan berat badan terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik

yang menyebabkan pertambahan air selular dan penumpukan lemak

serta protein baru, yang disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan,

terjadi peningkatan berat badan ibu kurang lebih 1 kg.


e. Perubahan Hematologis Ibu

Trimester 1

Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan.

Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester

awal kehamilan. Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama

kehamilan juga cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin

f. Sistem Kardiovaskuler

Trimester 1

Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu

pertama kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami

peningkatan yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler

sistemik serta peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat

sebagai akibat bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu ke

10-20.

g. Sistem Pernafasan

Trimester 1

Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan

yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering

mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak

ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan

diinduksi terutama oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha

nafas yang meningkat tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan

karbokdioksida berkurang.
h. Sistem Urinaria

Trimester 1

Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus

sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring

usia kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga

pelvis dan naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama

kehamilan. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF)

meningkat pada awal kehamilan

i. Sistem Muskuloskeletal

Trimester 1

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal.

Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi

relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan

jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan

fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium

selama kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisinya khususnya

produk terpenuhi.

j. Sistem Persarafan

Trimester 1

Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan perhatian,

konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa nifas awal. Namun,

penelitian yang sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas

dan seringkali bersifat anekdot.


k. Sistem Pencernaan

Trimester 1

Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan

posisi lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah.

Produksi asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena

pengaruh human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus

digestivus juga berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari

biasa. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang

mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa

yang bisa mengurangi rasa mual.

3. Keluhan yang terjadi pada ibu hamil

Keluhan yang terjadi pada ibu hamil adalah merasa sakit kepala, rasa mual

dan muntah (Morning Sickness), produksi air liur yang berlebihan

(Ptialism),mengidam, keringat bertambah, kelelahan, hidung

tersumbat/berdarah, gatal-gatal, frekuensi kemih meningkat (Nokturia) dan

diare (Hidayati, 2009)

D. EMESIS GRAVIDARUM

1. Pengertian Emesis Gravidarum

Emesisg gravidarum merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan

pada ibu hamil trimester satu. Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi

hari tetap dapat pula timbul setiap saat pada malam hari. Emesis

Gravidarum kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid

terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Winknjosastro,

2010).
Emesis gravidarum adalah keluhan umum yang disampaikan pada

kehamilan muda. Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal

pada wanita karena terdapat peningkatan hormone estrogen, progesterone

dan dikeluarkannya hormon chorionic gonadhotropin plasenta. Hormon –

hormon inilah yang diduga menyebabkan emesis gravidarum. (Manuaba,

2009)

2. Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti

Beberapa faktor predisposisi yang ditemukan :

a. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan

ganda hal ini menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang

peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik

gonadotropin dibentuk berlebihan

b. Faktor organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi

maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang

menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini.Alergi juga disebut

sebagai salah satu faktor organik karena sebagai salah satu respon dari

jaringan.ibu terhadap anak

c. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit

ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum

belum diketahui dengan pasti,takut terhadap kehamilan dan

persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat

menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan

muntah. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah

dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien


3. Etiologi

Penyebab dari emesis gravidarum disebabkan oleh perubahan

hormonal wanita, yaitu peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan

pengeluaran human chorionic gonadothropin plasenta. Perubahan ini

mengakibatkan perubahan pada pola kontraksi dan relaksasi otot polos

lambung dan usus sehingga menyebabkan keluhan mual dan muntah.

4. Manifestasi

Berikut ini adalah manifestasi klinis yang timbul pada penderita emesis

gravidarum:

a. Kepala pusing terutama di pagi hari.

b. Mual dan muntah sampai kehamilan berusia 4 bulan.

c. Nafsu makan menurun.

d. Produksi air liur meningkat, sensisitivitas terhadap bau-bau an tertentu.


E. KERANGKA TEORI

Kehamilan Trimester 1 UK < 14 minggu

Emesis Gravidarum

Penyebab Faktor predisposisi : Cara Mengatasi :

Peningkatan hormon estrogen 1. Primigravida 1. Farmakologis


dan HCG 2. Hidramnion 2. Nonfarmakologis
3. Kehamilan ganda
4. Mola hidatidosa

Farmakologi : Nonfarmakologis :

1. Piridoxine 1. Pola makan


2. Antiemetik 2. Dukungan emosional
3. Antihistamin 3. Istirahat
4. Ondansetron 4. Jahe
5. Kortikosteroid 5. Menghindari penyebab
6. Perawatan di RS mual muntah
6. Menghindari aktivitsa
mual muntah

Jenis – jenis Jahe :


a. Jahe sunti/jahe emprit/jahe putih kecil
b. Jahe merah
c. Jahe merah/jahe badak/jahe putih
besar

Mual muntah
berkurang

Gambar Kerangka Teori

Sumber : Winkjosastro (2010), Manuaba (2010), Niebyl (2010), Khairani (2012)

Anda mungkin juga menyukai