Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM TEKNOLOGI OBAT HERBAL II

Kelompok A-1 (M1):

1. Syafriansyah Hidayatullah Dalimunthe 1130088


2. Fransiska Sianne Tedjakusuma 110116007
3. Stevani Wijaya 110116013
4. Monica Juliana 110116060
5. Tariq Hasan Fadhil 110116133
6. Felicia Reynaldo Tjioe 110116148

FORMULASI MINUMAN INSTAN DARI EKSTRAK JAHE

1. IDENTIFIKASI DAN KUALITAS BAHAN


Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang yang sangat popular sebagai rempah-
rempah dan bahan obat. Rimpang berbentuk jemari menggembung di ruas-ruas tengah.
Rasanya dominan pedas hal ini disebabkan oleh adanya senyawa keton bernama zingeron.
Jahe (Zingiberofficinale Rosc) adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi 30-60 cm.
Daun tanaman jahe berupa daun tunggal, berbentuk lanset dan berujung runcing. Jahe terdiri
dari rimpang dan berbentuk datar, tidak teratur dengan cabang-cabang yang berbentuk jari.
Panjangnya adalah 2 cm sampai 4 cm dan diameternya 1 cm sampai 2 cm. Permukaan
luarnya berwarna kelabu putih sampai pucat abu-abu-coklat bagian dalamnya berwarna
kuning abu-abu pucat. Bagian bercabang sedikit melengkung atau lonjong-bujur telur,
kadang-kadang dengan tunas yang melekat pada kedua ujungnya. Teksturnya padat. Jika
permukaan dipotong sedikit berserat, dan kekuningan putih atau putih keabu-abuan. (The
Korean Pharmacopeia, 10 th ed. P. 1308)
Berdasarkan aroma, warna, bentuk, dan ukuran rimpang, jahe dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah), jahe kecil (jahe emprit), dan jahe merah (jahe
sunti). Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
(Sastroamidjojo,1997)
Jahe Gajah Jahe Emprit Jahe Merah
Setiap Jenis Jahe memiliki perbedaan penggunaan yang disesuaikan dengan

karakteristik masing masing varietas. Jahe besar (Jahe Gajah) lebih banyak digunakan untuk
masakan, minuman, permen dan asinan. Jahe Kecil banyak digunakan sebagai penyedap rasa
pada makanan dan minuman. Sedangkan Jahe Merah mempunyai banyak keunggula dalam
senyawa kimia dibandingkan dengan jenis jahe yang lain sehingga lebih banyak digunakan
sebagai pengobatan.

Dari ketiga macam jahe diatas jahe putih besar (Jahe Badak atau Jahe Gajah) yang
akan kami gunakan. Jahe putih besar ditandai dengan ukuran rimpang yang besar, lebih besar
daripada klon-klon yang lainnya. Berwarna kuning muda atau kuning, berserat halus dan
sedikit. Beraroma maupun berasa kurang tajam. Jahe ini pada umumnya dimanfaatkan
sebagai bahan baku makanan dan minuman.

a. Klasifikasi Tanaman
 Divisi : Spermatophyta
 Subdivisi : Angiospermae
 Kelas : Monocotyledonae
 Ordo : Musales
 Family : Zingiberaceae
 Genus : Zingiber
 Spesies : officinale
b. Nama Lain

Di Sumatra disebut halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), pege (Toba), sipode
(Mandailing), lahia (Nias), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu), danjahi (Lampung). Di
Jawa, jahe dikenal dengan jahe (Sunda), jae (Jawa),jhai (Madura), dan jae (Kangean). Di
Sulawesi, jahe dikenal dengan nama layu (Mongondow), moyuman (Poros),
melito (Gorontalo), yuyo (Buol), siwei (Baree), laia (Makassar), dan pace (Bugis). Di Nusa
Tenggara, disebut jae (Bali), reja (Bima), alia (Sumba), dan lea (Flores). Di Kalimantan
(Dayak), jahe dikenal dengan sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan. Di Maluku, jahe
disebut hairalo (Amahai), pusu, seeia, sehi (Ambon), sehi (Hila), sehil (Nusalaut), siwew
(Buns), garaka (Ternate), gora (Tidore), dan laian (Aru). Di Papua, jahe disebut tali
(Kalanapat) dan marman (Kapaur). Adanya nama daerah jahe di berbagai wilayah di
Indonesia menunjukkan penyebaran jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia.
(Heynen,1987)

Apabila di luar negeri juga memiliki beberapa sebutan yaitu Nama ginger berasal
dari bahasa Perancis:gingembre ginger,red ginger (inggris), bahasa Inggris
lama:gingifere, sunthi (kanada), adrak, sunthi (Hindi), Djahe (Belanda), Latin: ginginer,
Yunani (Greek): zingiberis(ζιγγίβερις). Namun kata asli dari zingiber berasal dari bahasa
Tamil inji ver. (Khare,2007).

c. Kandungan Kimia dan Kegunaan


Konstituen jahe bervariasi tergantung pada apakah bentuk segar atau kering yang
digunakan. Umumnya, rimpang jahe mengandung minyak volatile zingiberene dan
bisabolene adalah komponen utama: minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar,
asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid,
polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung zingiberol, linaloal,
kavikol, dan geraniolzingerone zingiberenol, curcumene, camphene dan linalool adalah
komponen kecil.
Rimpang jahe kering per 100 gram bagian yang dapat dimakan mengandung 10
gram air, 10-20 gram protein, 10 gram lemak, 40-60 gram karbohidrat, 2-10 gram serat,
dan 6 gram abu. Rimpang keringnya mengandung 1-2% gingerol (Suranto, 2004).
Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat tempat tumbuh
tanaman jahe (paling baik pada usia 10 bulan bila ditanam di polybag, dan 12 bulan b ila
ditanam di lahan kebun). Gingerol juga bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe
bermanfaat sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat
berfungsi melindungi lemak atau membran dari oksidasi, menghambat oksidasi
kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh (Kurniawati, 2010). .
Jahe diperkirakan memiliki sifat karminatif, anti-muntah, antiinflamasi,
antispasmodic dan antiplatelet. Jahe segar dan kering terutama digunakan untuk
menyelesaikan perut, untuk meringankan gejala mabuk dan untuk meringankan penyakit
pagi. Jahe juga telah digunakan dalam pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid arthritis,
dan untuk migrain. Jahe juga rempah-rempah kuliner penting dan tajam. (Stockley-
Herbal Medicine Interactions. P. 204)
Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan dan
antikanker. Mengkonsumsi jahe secara rutin sangat baik pengaruhnya bagi kesehatan dan
kebugaran tubuh. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol dan
gingerone memiliki antioksidan di atas Vitamin E. Selain itu, jahe mampu menaikkan
aktivitas salah satu sel darah putih, yaitu sel natural killer (NK) dalam melisis sel
targetnya, yaitu sel tumor dan sel yang terinfeksi virus. (Zakaria et al., 1999).
d. Purity test/ Uji kemurnian simplisia
(Farmakope herbal keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no
261/menkes/SK/IV/2009, p 31)
 Kadar abu total tidak lebih dari 5.0 %
 Abu tidak larut asam tidak lebih dari 2.0 %
 Susut pengeringan tidak lebih dari 10 %
 Sari larut air tidak kurang dari 15.6 %
 Sari larut ethanol tidak kurang dari 4.3 %
 Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 1.7 % b/v
e. Efek samping
Di dalam evidence synthesis, Leach, & Kumar (2008) menyatakan ada penelitian
yang melaporkan efek merugikan ekstrak jahe seperti rasa panas pada lambung (6,9%),
perubahan rasa (7,5%), dyspepsia, nausea dan konjungtivis masing-masing (1,5%). Namun
demikian, tidak ada kejadian-kejadian berat yang merugikan hingga menyebabkan penderita
masuk rumah sakit untuk memperoleh pertolongan atau kematian.
f. Indikasi (Stockley-Herbal Medicine Interactions. P. 204)
 Mengurangi rasa mual (anti emetic), meningkatkan nafsu makan
Adanya kandungan enzim protease dan lipase pada jahe, sehingga dapat memecah
protein dan lemak, sehingga membantu dalam proses pemecahan dan penyerapan
makanan. Selain itu juga membantu menurunkan asam lambung, sehingga juga
dapat digunakan untuk mengurangi mual, untuk meringankan gejala mabuk dan
untuk meringankan morning sickness.
 Antiinflamasi
Kandungan gingerol yang terkandung pada jahe dapat menghambat kerja enzim
pada siklus siklooklisigenase 2 (COX2)yang merupakan penyebab inflamasi ahe
juga telah digunakan dalam pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid arthritis,
dan untuk migrain
 Menghangatkan tubuh
Kandungan gingerol dalam jahe dapat menghasilkan efek berupa rasa hangat, hal
ini disebabkan karena adanya mekanisme dilatasi sehingga meningkatkan
sirkulasi darah keseluruh tubuh.
g. Kontra indikasi (Clinical Pharmacology Made Incredibly Easy, 3 rd ed. P. 423-424)
 kehamilan karena emmenagogue / tindakan aborsi nya (empiris) dalam dosis> 2g
harian, dosis lebih besar dari 1g sehari harus digunakan hanya ketika pasien
berada di bawah pengawasan medis
 memiliki riwayat penyakit batu empedu tanpa berkonsultasi kepada dokter karena
tindakan cholagogue nya (spekulatif)
 bagi anak di bawah umur 2 tahun
 untuk mual dan muntah pasca operasi : 1- 2 gram bubuk akar jahe diberikan satu
jam sebelum induksi anestesi.
 Pasien dengan kondisi penyakit jantung, diabetes mellitus dan hipoglikemia harus
berkonsultasi dengan dokter dahulu.
h. Interaksi Obat (Stockley-Herbal Medicine Interactions. P. 204)
 Anestesi, General : kegunaan dalam pencegahan atau pengurangan efek samping
obat. Zingiber mengurangi rasa mual pasca operasi dan muntah (PONV) yang
disebabkan oleh anestesi. alternatif yang memungkinkan untuk obat-obatan di
PONV moderat. Kurangnya aktivitas untuk mual muntah dalam kasus-kasus
akut. Pertimbangkan pretreatment pada pasien bedah elektif.
 antiplatelet : Potensi atau interaksi teoritis yang memperparah keparahan, Hal ini
didasarkan pada Zingiber "NSAID " aktivitas (kejadian klinis yang signifikan
tetapi belum pasti, dapat meningkatkan risiko perdarahan). pemantauan
profesional disarankan untuk menghindari resiko..
 Cisplatin and Emetogenic Antineoplastic Chemotherapies: kegunaan dalam
pencegahan atau pengurangan efek samping obat. Zingiber mengurangi mual
akut dan muntah yang berhubungan dengan obat-obatan. Pertimbangkan
pretreatment dan pasca perawatan (hingga 24 jam) untuk mual.
 Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) and Analgesic Antiarthritics
kegunaan atau interaksi yang menunjang,pencegahan atau mengurangi efek
samping obat. Zingiber diberikan sebagai adjuvant membantu meningkatkan
bantuan gejala dan mengurangi efek samping dari obat yang memungkinkan
untuk dosis yang lebih rendah.
 Phenprocoumon dan Terkait Vitamin Oral K Antagonis dan Antikoagulan:
Zingiber secara teoritis memiliki efek aditif hemostasis (satu laporan kasus,
konflik dengan data klinis, menunjukkan risiko umumnya dibesar-besarkan).
Dengan Memantau INR.

2. DOSIS
Infus :1 sdt / cup yang diperlukan
Rimpang Kering : 0.25-1.0g pemberian oral seperti kapsul, tablet, bubuk, atau rebusan
maka diberikan tiga kali sehari
Tingtur : 1.5-5mL (1: 5, 40%) tiga kali sehari atau 1.5-3mL (1: 5, 90%) tiga kali sehari
Serbuk : 1-2g sebagai antiemetik dosis tunggal (Untuk gerakan sakit, mengambil 2-4g
harian)

3. FORMULA SEDIAAN
BAHAN DALAM 2 L
Jahe gajah 500 gram
Gula Pasir 500 gram
Batang Sereh 2 buah
Cengkeh 5 biji
Kayu manis 2 jari
Garam 1 gram
Air 2L

4. PEMBUATAN SEDIAAN

JAHE YANG TELAH DISORTIR

DICUCI

DIPOTONG

DITIMBANG

DIHANCURKAN

CAIRAN HASIL PERASAN

DIENDAPKAN SELAMA 10 MENIT

DIAMBIL AIR HASIL ENDAPAN DAN


PATINYA DIBUANG

DIMASAK DAN DIADUK DIMASUKKAN BAHAN


TAMBAHAN
PEMBENTUKAN KRISTAL

DIAYAK

DIKEMAS DAN DIBERI LABEL

1) Persiapan Bahan Baku


a) Dipiilih jahe yang sudah berusia 10-12 bulan lalu disortir, untuk
memisahkan rimpang dari kotoran berupa tanah, sisa tanaman atau kotoran
lainnya.
b) Dicuci dengan air bersih sambil disikat atau dengan menggunakan air
bertekanan tinggi
c) Ditiriskan dalam wadah yang berlubang agar tidak terdapat ada lagi air
cucian yang tersisa.
d) Ditimbang untuk mendapatkan bahan yang sesuai dengan takaran yang
dibutuhkan.
e) Dipotong untuk memudahkan proses penghancuran dalam blender
maupun pada saat diparut.
2) Ekstraksi (pemerasan)
a) Jahe diparut atau diblender selama 15 menit. Kemudian dicampurkan
dengan 2 liter air sedikit demi sedikit. Penambahan air dilakukan untuk
mempermudah proses ekstraksi dan meningkatkan total padatan terlarut
yang terestrak.
b) Disaring dan diperas untuk memisahkan filtrat jahe dan sarinya dengan
menggunakan saringan kain / saringan alumanium
c) Cairan hasil perasan diendapkan selama 10 menit untuk memisahkan pati
dengan air jahe agar pada saat pemasakan tidak terjadi penggumpalan
karena gelatinisasi pati dan penggumpalan pada saat penyeduhan jahe
instan.
d) Pati jahe dibuang dan diambil air jahenya saja untuk direbus
3) Pemasakan
a) Disiapkan bahan tambahan seperti gula, batang sereh, cengkeh, dan kayu
manis, dan garam secukupnya.
b) Air sari jahe dimasukan ke dalam panci alumanium dan dilarutkan
bersama bahan tambahan lainnya sebagai penambah aroma
c) Dilakukan proses pemasakan di atas api. Tahap ini bertujuan untuk
menguapkan kandungan air dari dalam bahan.
d) Selama pemasakan berlangsung, pengadukan dilakukan secara terus
menerus sekitar 2 jam hingga larutan berubah tekstur menjadi kental dan
berwarna kecoklatan.
e) Apabila sudah tidak terdapat larutan lagi, api dikecilkan dan terus
dilakukan pengadukan hingga kemudian terbentuk Kristal.
f) Pemanasan dihentikan dan api kompor dipadamkan. Namun pengadukan
tetap dilakukan agar bahan tercampur secara sempurna, penyeragaman
ukuran .jahe instan, dan pendinginan atau pengeringan kristal yang telah
terbentuk.
4) Pengayakan
a) Setelah dingin, serbuk kristal diangkat dari wajan dan disaring dan diayak
agar bubuk halus dan kasar terpisah
b) Bagian yang lolos dari penyaringan langsung dikemas. Bagian yang tidak
lolos dari saringan akan diblender dan disaring kembali.
c) Serbuk jahe instan yang telah disaring dilakukan pengemasan dengan
menggunakan plastik, alumunium foil, atau botol. Pengemasan bertujuan agar
produk tidak terkontaminasi dan memperpanjang masa simpan produk
d) Pelabelan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai produk jahe
instan.

5. SPESIFIKASI SEDIAAN
Uji Spesifikasi
Organoleptis
a. Bentuk Cairan
b. Warna Cokelat bening
c. Bau Rempah khas

Homogenitas Homogen

6. DAFTAR PUSTAKA
 Boon Heather, Smith Michael (2009) 55 Most Common Medicinal Herbs: The
Complete Natural Medicine Guide Second Edition Institute of Naturopathic
Education and Research, CCNM Toronto.
 Godfrey Anthony, Saunders Paul, Barlow Kerry, Gowan Matt (2011) Principles
and Practices of Naturopathic Botanical Medicine, Advanced Botanical Medicine .
V3 CCNM Press, Toronto.
 Stargrove Mitchell Bebell, Treasure Jonathan, McKee Dwight L (2008) Herb,
Nutrient and Drug Interactions: Clinical Implications and Therapeutic Strategies.
 Brinker Francis (1997) Herbal Contraindications and Drug Interactions: Plus
Herbal Adjuncts With Medicines, 4th Edition Eclectic Medical Publications.
 Sastroamidjojo S. Obat asli Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. 200
 Zakaria FR, Wiguna Y dan Hartoyo A.1999. Konsumsi sari jahe (Zingiber
officinaleRoscoe) meningkatkan aktifitas sel Natural Killer pada mahasiswa
pesantren Ulil Albab di Bogor. Bul Tek & Industri Pangan, Vol IX (3):
 Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan) Jilid III. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
 Khare, C.P. (2007). Indian Medicinal Plants New Delhi: Springer Science and
Business Media LLC.Hal.434-435.
 The Korean Pharmacopeia, 10 th ed. P. 1308
 Elizabeth, Williamson. 2009. Stockley-Herbal Medicine Interactions. P. 204
 William, & Wilkins. 2009. Clinical Pharmacology Made Incredibly Easy, 3 rd ed.
P. 423-424

Anda mungkin juga menyukai