OLEH :
PENDAHULUAN
Pada umumnya penyakit pada tubuh akan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri
merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai tanda bahaya adanya gejala penyakit dan
kerusakan jaringan. Pasien akan merasa tidak tenang dan nafsu makan berkurang apabila
rasa nyeri itu berlangsung lama dan terlalu keras, sehingga menyebabkan kesehatan secara
umum menjadi buruk.
Daun sirih (Piper betle, Linn) merupakan salah satu jenis tumbuhan dari famili
Piperaceae yang telah dikenal luas sehingga mempunyai beberapa nama daerah, misalnya
di Jawa Barat dikenal dengan sebutan seureuh (Moeljanto, 2003). Daun sirih (Piper betle,
Linn) dapat digunakan untuk pengobatan sakit kepala, konjungtivitis, gatal-gatal,
keputihan, pembengkakan gusi, rematik, luka, cedera, dan bau mulut, serta memiliki efek
analgetik, dan antipiretik. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih yaitu minyak
atsiri yang terdiri dari betlephenol, chavicol, sesquiterpen, hydroxychavicol, cavibetol,
estragol, eugenol, dan charvacrol. Daun sirih juga mengandung tanin, enzim diastase,
gula, dan pati (Pradhan dkk., 2013; Moeljanto, 2003; Ratnasooriya, 1990 dalam review
Bhalerao dkk., 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayati (2010) membuktikan bahwa ekstrak
etanol 70% daun sirih (Piper betle, Linn) memiliki efektivitas analgetik pada mencit yang
diinduksi asam asetat, namun sediaan dalam bentuk ekstrak etanol tidak memungkinkan
untuk diolah sendiri dan dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat. Sediaan yang dapat
diolah sendiri dan dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat yaitu dalam bentuk
sediaan infusa atau di masyarakat dikenal sebagai rebusan, oleh karena itu peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai aktivitas analgetik infusa daun sirih (Piper betle,
Linn) pada mencit yang diinduksi nyeri dengan asam asetat.
2
1) Mengetahui aktivitas analgetik infusa daun sirih (Piper betle, Linn) pada mencit
(Mus musculus) yang diinduksi nyeri dengan asam asetat secara intraperitoneal.
2) Mengetahui konsentrasi infusa daun sirih (Piper betle, Linn) yang memiliki
aktivitas analgetik paling baik bila dibandingkan terhadap kelompok
pembanding.
1) Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang khasiat daun sirih (Piper betle, Linn) sebagai
analgetik.
3) Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta dapat dijadikan
dasar pertimbangan pemakaian infusa daun sirih obat untuk mengatasi nyeri mereka.
Diharapkan dapat bermanfaat sebagai dasar penelitian selanjutnya baik tentang efek
daun sirih dan tablet asam mefenamat dengan khasiat yang sama maupun khasiat yang
berbeda.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Piper
Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, chavicol,
sesquiterpen, hydroxychavicol, cavibetol, estragol, eugenol, allylpyrocatechol, safrole,
pinene, limonene, dan charvacrol. Daun sirih juga mengandung enzim diastase, gula, pati,
vitamin C, riboflavin, tiamin, vitamin A, asam nikotinat, alkaloid (arakene), saponin,
steroid, protein 3-3,5%, karbohidrat
0,5-6,10%, mineral 2,3-3,3%, dan tanin 0,1-1,3% (Moeljanto, 2003; Pradhan dkk.,
2.5 Khasiat
Khasiat daun sirih adalah sebagai peluruh kentut, menghentikan batuk, mengurangi
peradangan, menghilangkan gatal-gatal, menyembuhkan atau menghentikan perdarahan
akibat mimisan, bermanfaat mengobati bisul, bau mulut, sakit mata, sakit gigi berlubang,
keputihan, sakit kepala, pembengkakan gusi, pengobatan reumatik, dan bronkitis (Hariana,
2006; Thomas, 1989; Pradhan dkk., 2013).
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit. Pembuatan infus merupakan cara yang paling
sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat
diminum panas atau dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan
berkurang khasiatnya apabila tidak menggunakan penutup pada pembuatan infus (Badan
POM RI).
Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai
90oC sambil sesekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Infus
simplisia yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infus simplisia yang
mengandung lendir tidak boleh diperas (Badan POM
RI).
1) Sifat farmakologis
2) Sifat farmakokinetik
Konsentrasi puncak dalam plasma tercapai dalam 2 sampai 4 jam, dan mempunyai
waktu paruh dalam plasma 2-4 jam. Pada manusia, sekitar 50% dosis asam mefenamat
diekskresi dalam urin dan 20% obat ini ditemukan dalam feses
(Aisyah dkk., 2012).
Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan sistem saluran cerna.
Biasanya efek samping ini berupa dispepsia atau rasa tidak nyaman pada saluran cerna
bagian atas dan diare. Efek samping yang kemungkinan parah yaitu anemia hemolitik.
Asam mefenamat tidak dianjurkan untuk pasien yang memiliki riwayat penyakit saluran
cerna. Jika tampak diare atau ruam kulit, obat ini harus segera dihentikan (Aisyah dkk.,
2012).
4) Dosis
Dosis permulaan 500 mg, kemudian 3-4 dd 250 mg p.c (Tjay dan Raharja, 2007).
BAB III
METODOLOGI
1) Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan analitik, spuit
disposible 1 ml dan jarum suntik, stopwatch, kandang mencit serta tempat minumnya, gelas
kimia, batang pengaduk, gelas ukur, corong, tissue gulung, spatel, kertas perkamen, sonde
oral, lumpang dan alu, kompor listrik, termometer, pipet volume, pipet tetes, botol gelas,
kertas saring, spidol permanent, blender.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain timbangan hewan, spuit 1ml,
stopwatch, kendang mencit, beker glass, sonde oral, lumpang, stamfer, timbangan digital.
2) Bahan
a) Hewan Uji
Mencit putih lebih kurang 2-3 bulan dengan berat badan 20-35 gram berjumlah 36
ekor. Untuk mengurangi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, maka
digunakan hewan uji dengan galur yang sama.
Mencit putih dengan berat badan lebih kurang 20gr sebanyak 3 ekor.
b) Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah infusa daun sirih (Piper betle, Linn)
sebagai bahan uji dan suspensi asam mefenamat dalam Na-CMC 1% sebagai obat
pembanding.
7
Bahan penelitian yang digunakan adalah infusa daun sirih (Piper betle, Linn)
sebagai bahan uji dan suspensi asam mefenamat dalam Na-CMC 1% sebagai obat
pembanding.
c) Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan adalah larutan asam asetat 0,5% sebagai penginduksi
nyeri dan larutan Na-CMC 1% sebagai pembawa.
Bahan kimia yang digunakan adalah larutan asam asetat 3% sebagai penginduksi
nyeri dengan jumlah 0,2ml dan larutan Na-CMC 1% sebagai pembawa.
Asam asetat glasial mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% b/b asam asetat (FI IV, 1995). Dari asam asetat glasial dibuat asam asetat 0,5% v/v,
dengan cara sebagai berikut: dipipet sejumlah 0,5 ml larutan asam asetat glasial dengan
pipet volume lalu diencerkan dengan aquadest hingga mencapai volume 100 ml.
Asam asetat glasial mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari
100,5% b/b asam asetat (FI IV, 1995). Dari asam asetat glasial dibuat asam asetat 3% v/v,
dengan cara sebagai berikut: dipipet sejumlah 0,2 ml larutan asam asetat glasial dengan
pipet.
8
Konsentrasi infusa daun sirih yang akan dibuat adalah 10%, 20%, dan 40% (b/v).
(1) Daun sirih dikumpulkan lalu dicuci dengan air mengalir hingga bersih, ditiriskan,
setelah kering dan bebas air kemudian dipotong kecil-kecil.
(2) Terlebih dahulu membuat infusa daun sirih konsentrasi 40% dan dilakukan
pengenceran untuk memperoleh infusa daun sirih konsentrasi 20% dan 10%.
(3) Ditimbang sejumlah 40 gram daun sirih yang telah dipotong lalu dimasukkan ke
dalam panci.
(4) Ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml, lalu ditambahkan aquadest dua kali bobot
daun sirih karena daun belum terendam semua, kemudian dipanaskan selama 15
menit dihitung ketika suhunya mencapai 96-98oC.
(5) Disaring menggunakan kain flanel atau kertas saring dan ditampung dalam botol
yang telah ditara. Bila volume belum mencukupi, ditambahkan aquadest hangat
melalui ampasnya sampai volume 100 ml.
(6) Dari infusa daun sirih konsentrasi 40% masing-masing dipipet 50 ml dan 25 ml untuk
membuat konsentrasi 20% dan 10%, kemudian ditambahkan aquadest hangat sampai
volume 100 ml.
9
Konsentrasi infusa daun sirih yang akan dibuat adalah 10% (b/v).
(1) Sirih dikumpulkan lalu dicuci dengan air mengalir hingga bersih, ditiriskan, setelah
kering dan bebas air kemudian dipotong kecil-kecil.
(2) Lalu membuat infusa daun sirih konsentrasi 10%.
(3) Ditimbang sejumlah 10 gram daun sirih yang telah dipotong lalu dimasukkan ke
dalam beker glass.
(4) Ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml, lalu ditambahkan aquadest dua kali bobot
daun sirih karena daun belum terendam semua, kemudian dipanaskan selama 15
menit dihitung ketika suhunya mencapai 96-98oC.
(5) Setelah dingin di ambil menggunakan spuit sebanyak 1ml.
Satu tablet asam mefenamat digerus didalam lumpang sampai halus, kemudian
sebanyak 50 ml Na-CMC 1% ditambahan kedalam asam mefenamat yang telah menjadi
serbuk, digerus sampai homogen. Ditambahkan sisa Na-CMC 1% hingga mencapai volume
100 ml. Dari suspensi asam mefenamat 0,5%, dapat diberikan pada mencit dengan dosis
1,82 mg/20gBB mencit (91 mg/kgBB).
Satu tablet asam mefenamat digerus didalam lumpang sampai halus, kemudian
sebanyak 20 ml Na-CMC 1% ditambahkan kedalam asam mefenamat yang telah menjadi
serbuk, digerus sampai homogen. Ditambahkan sisa Na-CMC 1% hingga mencapai
volume 100 ml . Dari suspensi asam mefenamat dapat diberikan pada mencit dengan dosis
0,2ml/20gBB.
(1) Sebelum digunakan, mencit dipuasakan makan terlebih dahulu selama ± 18 jam dan
minum tetap diberikan.
(2) Mencit dikelompokkan secara acak menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari
6 ekor. Adapun pembagian kelompok sebagai berikut :
10
(3) Mencit diberi tanda pada ekornya menggunakan spidol agar memudahkan pada saat
pengamatan.
(4) Mencit ditimbang satu persatu dan dicatat bobot badannya.
(1) Kelompok kontrol negatif diberi larutan Na-CMC 1% sebanyak 0,5 ml/20gramBB
diberikan secara peroral menggunakan sonde oral.
(2) Kelompok kontrol positif diberi larutan Na-CMC 1% sebanyak 0,5 ml/20gramBB
diberikan secara peroral menggunakan sonde oral.
(3) Kelompok pembanding diberi suspensi asam mefenamat dalam Na-CMC 1% dengan
dosis 91 mg/kgBB mencit secara oral menggunakan sonde oral, dimana dosis
mengacu pada penelitian sebelumnya (Inayati, 2010).
(4) Pada kelompok dosis I, dosis II, dan dosis III diberi infusa daun sirih dengan
konsentrasi masing-masing 10%, 20%, dan 40% sebanyak 0,5 ml/20 gram BB secara
oral.
(5) Setelah 45 menit, pada kelompok kontrol positif, kelompok pembanding, kelompok
dosis I, dosis II, dan dosis III diinjeksikan asam asetat 0,5% secara intraperitoneal
(i.p) dengan volume 0,5 ml/20 gram BB, kemudian hewan uji diletakkan pada tempat
pengamanan.
11
(6) Dihitung jumlah geliat mencit setiap lima menit selama enam puluh menit jangka
waktu pengamatan. Satu geliat ditandai dengan kedua pasang kaki ditarik ke
belakang sehingga abdomen menyentuh lantai atau dasar yang ditempatinya.
(7) Dari data kumulatif geliatan mencit selama enam puluh menit dapat dihitung
persentase proteksi analgetik kelompok pembanding dan kelompok uji (dosis I, dosis
II, dan dosis III) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(8) Data yang diperoleh dianalisis dengan bantuan komputer program SPSS Versi 20,
sehingga dapat diketahui apakah infusa daun sirih memiliki aktivitas analgetik atau
tidak dan diketahui pula daya analgetik dari obat pembanding dan ketiga variasi
konsentrasi yang dihitung ke dalam
persentase proteksi.
(1) Sebelum digunakan, mencit dipuasakan makan terlebih dahulu selama ± 16 jam dan
minum tetap diberikan.
(2) Mencit ditimbang satu persatu lalu catat berat badannya.
(3) Mencit dibagi menjadi 3 kelompok yang terdiri dari :
Mencit 1 : mencit diberikan infusa daun sirih 1% dari berat badan mencit
secara oral sebanyak 0,2ml.
Mencit 2 : mencit diberikan suspensi asam mefenamat secara oral sebanyak
0,2ml.
Mencit 3 : mencit diberikan larutan aquadest secara oral sebanyak 0,2ml
(sebagai kontrol).
(4) Setelah 30 menit kemudian kepada semua mencit diberikan larutan asam asetat 3%
sebanyak 1% dari berat badan mencit 0,2 ml secara i.p.
(5) Amati jumlah geliatan yang ditunjukkan oleh mencit dalam setiap 30 menit selama
60 menit.
BAB IV
geliat. Data rata-rata geliat mencit dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan grafiknya dapat
Setelah dilakukan pengamatan selama 60 menit, diperoleh data rata-rata geliat pada
masing-masing kelompok perlakuan setiap 30 menit selama 60 menit pengamatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelompok asam mefenamat memberikan respon geliat paling
banyak bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya, sedangkan kelompok
tidak memberikan respon geliat. Data geliat mencit dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan
grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.2.
4.2 Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas analgetik dari
infusa daun sirih dengan menggunakan metode perangsang kimia atau metode
geliat.Pemilihan sediaan infusa didasarkan pada penelitian terdahulu (Inayati, 2012),
dimana telah dilakukan penelitian terhadap ekstrak etanol daun sirih sebagai analgetik
dan terbukti memiliki efek sebagai analgetik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
14
apakah ada pengaruh dari pemberian infusa daun sirih pada mencit yang diinduksi asam
asetat 3%.
Hewan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih jantan
yang digunakan pada saat penelitian sebanyak 3 ekor.
Penilaian aktivitas senyawa uji dilakukan berdasarkan kemampuannya dalam
menekan atau menghilangkan rasa nyeri setelah diinduksi asam asetat 3% v/v.
Pada Gambar 4.1, terlihat bahwa pada menit ke-5 sudah memberikan respon geliat
pada semua kelompok perlakuan yang diinduksi asam asetat, artinya pada menit ke-5
asam asetat sudah mulai berefek, karena penyuntikkan asam asetat secara intraperitoneal
(i.p) dapat diabsorbsi dengan cepat dan akan memberikan respon yang cepat.
Hasil penelitian ini sama seperti penelitian sebelumnya (Inayati, 2012) yang
membuktikan bahwa ekstrak etanol daun sirih memiliki efek sebagai anagetik dan
senyawa yang diduga bertanggung jawab dalam efek analgesik adalah minyak
atsiri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian infusa daun sirih
pada mencit jantan yang diinduksi asam asetat 3% v/v, hal ini menunjukkan bahwa
infusa daun sirih memiliki aktivitas analgetik didasarkan pada kemampuannya dalam
menurunkan respon geliat mencit secara signifikan, infusa daun sirih yang diberikan,
semakin meningkat pula daya analgetiknya.
15
BAB V
5.1 Kesimpulan
1) Infusa daun sirih konsentrasi 10%, 20%, dan 40% memiliki aktivitas analgetik pada
mencit yang diinduksi asam asetat, dengan persentase proteksi berturut-turut 40,46%,
61,93%, dan 68,25%.
2) Infusa daun sirih konsentrasi 20% dan 40% memiliki aktivitas analgetik paling baik
dan dosis optimal antara ketiga variasi konsentrasi adalah infusa daun sirih 40%.
(1) Infusa daun sirih konsentrasi 10% memiliki aktivitas analgetik pada mencit yang
diinduksi dengan asam asetat dimana sebagai pembanding digunakan asam mefenamat
serta aquadest.
5.2 Saran
1) Perlu dilakukan pengamatan oleh dua orang atau lebih pada saat melakukan penelitian
dengan definisi operasional geliat mencit yang telah disamakan untuk menghindari
subjektivitas.
2) Perlu dilakukan pengujian analgetik dari infusa daun sirih dengan metode yang sama
tetapi dengan dosis ditingkatkan lagi untuk mendapatkan hasil yang optimal.
3) Perlu dilakukan pemurnian atau pemisahan senyawa metabolit sekunder dalam daun
sirih (Piper betle, Linn), kemudian dilakukan uji aktivitas analgetik untuk mengetahui
senyawa yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas analgetik.
4) Perlu dilakukan uji toksisitas akut dan kronis untuk menunjang tingkat keamanan
penggunaan infusa daun sirih sebagai sediaan herbal.
16
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2005. “Standarisasi Ekstrak Tumbuhan
Obat Indonesia, Salah Satu Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat
Asli Indonesia”. Dalam Info POM. Vol. 6, No. 4: 1-2
Bhalerao, S.A., Deepa R.V., Rohan V.G., Nikhil C.T., Yatin Y.R., Vinodkumar
S.D., dan Ashwin T. 2013. Phytochemistry, Pharmacological Profile and
Therapeutic Uses of Piper Betle, Linn. – An Overview. RRJP. Volume 1.
Issue 2: 12-13
Direktorat Obat Asli Indonesia. (tanpa tahun). Pembuatan Sediaan Herbal. Badan
Pom RI. Dalam:
http://perpustakaan.pom.go.id/ebook/Acuan/Sediaan/Herbal/BabI.pdf.
Dikutip tanggal 07 Juli 2015
Hamidy, M.Y., Zulkifli M., Ryan M.M. 2009. Gambaran Histopatologi Kerusakan
Hati Mencit yang Diproteksi dengan Air Rebusan Daun Sirih (Piper Betle
Linn). JIK. Jilid 3. Nomor 1. Hlm. 40-48
Hardman, Joel G., Lee E.L., dan Alfred G.G. 2012. Goodman & Gilman: Dasar
Farmakologi Terapi. Edisi 10. Vol. 2. Terjemahan Aisyah, Cucu, Ella E.,
Winny R.S., Amalia H.H., dan July M. Jakarta: EGC. Hlm. 666-695
Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta: Swadaya. Hlm.
86-87
Inayati, A. 2010. “Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi Ekstrak Etanol 70% Daun
Sirih (Piper betle, Linn) secara In Vivo”. Jakarta: skripsi. Jurusan Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
17
Hidayatullah Lasarus, A., Johanis A.N., Jane W. 2013. Uji Efek Analgesik
Ekstrak Daun Pepaya (Carica pepaya (L.)) pada Mencit (Mus musculus).
Jurnal eBiomedik (eBM). Volume 1. Nomor 2. 790-795
Lelo, Aznan, D.S Hidayat, S.J. 2004. Penggunaan Anti-Inflamasi Non-Steroid yang
Rasional pada Penanggulangan Nyeri Rematik. e-USU Repository. Hlm. 3-4
Maharani, L.F. 2010. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi Merah (Sesbania
grandiflora PERS. Var. rubra ) Terhadap Geliatan Mencit BALB/C yang di
Injeksi Asam Asetat 0,1%. Fakultas Kedokteran Unversitas Dipenogoro
Marlyne, R. 2012. “Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70% Bunga Mawar (Rosa
chinensis Jacq.) Pada Mencit yang Diinduksi Asam Asetat”. Jakarta:
skripsi. FMIPA Universitas Indonesia
Moeljanto, R.D. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa ke
Masa. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hlm. 1-11
Mustchler, E. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Edisi
5, di Terjemahkan oleh Widianto, M.B dan A.S, Ranti, Jakarta: Penerbit ITB.
Hlm. 177-208
Parwata, O.A, Wiwik S.R, dan Raditya Y. 2009. Isolasi dan Uji Antiradikal Bebas
Minyak Atsiri Pada Daun Sirih (Piper betle, Linn) Secara Spektroskopi Ultra
Violet-Tampak. Jurnal Kimia 3: 8
Puspitasari, J.D. 2012. “Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Campuran Daun Sirih
(Piper betle L.), Gambir (Uncaria gambir R.), dan Kapur Sirih (CaO)
Secara In Vivo”. Jakarta: skripsi. Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Rekha, V.P.B., Manideep K., B.R.S.S. Srinivasa, Y. Bharath, dan Krishna K.P.
2014. A Review on Piper betle L.: Nature’s Promising Medicinal Reservoir.
American Journal of Ethnomedicine. Volume 1. No. 5: 276-289 52
18
Sari, G.P. 2010. “Uji Efek Analgetik dan Antiinfamasi Ekstrak Kering Gambir
Secara In vivo”. Jakarta: skripsi. Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Sirait, M., Loohu, E., dan Sutrisno R.B., 1980. Materia Medika Indonesia. Jilid IV.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Hlm. 9298
Sulistia G., dkk., 1987. Farmakologi dan Terapi. Edisi 3. Bagian Farmakologi FKUI.
Jakarta: 183-187
Thomas A.N.S. 1989. Tanaman Obat Tradisional 1. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 65-
70
Tjay, T.H., Kirana R. 2007. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan, dan Efekefek
Sampingnya. Edisi 6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia. Hlm. 312-319, 348-354