Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN PRAKTIKUM I

PENELUSURAN PUSTAKA

Dosen Pengampu :
Meita Ayuditiawati., M.Farm., Apt

Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2023
Nama : Yunita Putri Utami
NIM : 01021078
Kelompok :5
Kelas : Reg C 2021

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
CIREBON
2023
Judul Uji Aktivitas Ekstrak Biji Selasih (Ocimum basilicum L.)
dengan Beberapa Pelarut Sebagai Antipiretik Pada Mrncit
(Mus musculus)
Jurnal As-Syifaa Vol 07 (02) : Hal. 158-163, Desember 2015
ISSN : 2085-4714
Tahun 2015
Penulis Siti Rahimah, Wahyu Hendrarti, Sitti Ramlah
Reviewer Yunita Putri Utami
Tanggal 20 Juli 2023
Latar Belakang Indonesia yang beriklim tropis merupakan salah satu negara
terbesar di dunia yang kaya akan keanekaragaman hayati. Di
Indonesia tersedia sekitar 30.000 spesies tanaman
(Dalimartha, 2008). Lebih dari 1000 spesies tumbuhan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Tumbuhan tersebut
menghasilkan metabolit sekunder dengan struktur molekul
dan aktivitas biologik yang beraneka ragam dan memiliki
potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat
berbagai penyakit sehingga dikenal dengan obat tradisional
(Maksum R, 2005). Kelebihan pengobatan dengan
menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional tersebut
selain tidak menimbulkan efek samping, juga tumbuhan-
tumbuhan tertentu mudah didapat di sekitar pekarangan
rumah, serta mudah dibuat. Proses pengolahan obat
tradisional pada umumnya sangat sederhana, diantaranya ada
yang diseduh dengan air, dibuat bubuk kemudian dilarutkan
dalam air, ada pula yang diambil sarinya. Cara pengobatan
pada umumnya dilakukan peroral (diminum) (Pudjarwoto et
al. 1992). Obat tradisional Indonesia masih sangat banyak
yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal
dari bahan tumbuhan.
Selasih (Ocimum Basilicum L) merupakan tanaman yang
banyak ditemukan di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Bagian-bagian dari selasih yang dapat dipergunakan sebagai
bahan obat yaitu biji, batang, tangkai dan bunga. Salah satu
khasiat dari selasih sebagai obat tradisonal adalah sebagai
antipiretik (penurun demam) namun belum ada data ilmiah
terhadap khasiatnya tersebut, selain itu juga biji selasih bisa
digunakan untuk meredakan muntah-muntah, mengobati
cacingan, batuk, luka, bengkak dll (Kardinan,2003)
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang
diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang, misalnya
terhadap toksin bakteri, peradangan, dan ransangan pirogenik
lain.
Bila produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dalam
batas yang dapat ditoleransi maka efeknya akan
menguntungkan tubuh secara keseluruhan, tetapi bila telah
melampaui batas kritis tertentu maka sitokin ini
membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen sistemik
tersebut sejauh ini belum diketahui. (Sherwood, 2001).
selasih memiliki berbagai macam kandungan senyawa kimia
yang bersifat polar dan non polar sehingga dengan alasan ini
digunakan beberapa macam pelarut yaitu etil asetat, etanol,
dan n-heksan untuk menguji aktivitas dari biji selasih sebagai
obat antipiretik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
apakah ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L) memiliki
aktifitas dan efektifitas dengan menggunakan beberapa
pelarut pada mencit (Mus musculus).
Metode Penelitian Alat yang digunakan antara lain timbangan analitik, pipet
volume, termometer, spoit, kanula, blender. Bahan-bahan
yang digunakan air suling, pepton, etil asetat, nheksan,
etanol, paracetamol, biji selasih, natrium CMC, alkohol, dan
mencit sebagai hewan uji.
Klasifikasi tanaman Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Amaranthaceae
Suku : Lamiaciae (Labiatae)
Marga : Ocimum
Jenis : Ocimum basilicum forma violaceum Back (Backer &
van den Brink, 1965)
Bagian tanaman yang Biji Selasih (Ocimum basilicum L.)
digunakan

Tinjauan kimia Kandungan zat kimia utama dari selasih adalah minyak astiri.
Minyak ini terdiri atas methyl chavicol, linalool, geraniol,
citral, ocimenen, eugenol metyhl, ether, methyl cinnamate,
farsenol, furfural, hionene, dan juga 1.8 cincole.

Metode penyarian Pembuatan Ekstrak biji Selasih Sebanyak 500 gram biji
(pelarut penyarian) selasih (Ocimum basilicum L) di ekstraksi dengan metode
maserasi. Cairan pengekstraksi masing-masing terdiri dari
etanol, etil asetat, dan n-heksan dimasukkan kedalam bejana
maserasi, disimpan ditempat yang terhindar dari sinar
matahari selama 3 hari sambil dilakukan pengadukan
beberapa kali (minimal 2 kali sehari). Filtrat dikentalkan
menggunakan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental
Kandungan zat Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, efek antipiretik
aktifnya dari ekstrak biji selasih ini diduga karena adanya senyawa
flavonoid yang terkandung dalam biji selasih. Selasih
memiliki kandungan flavanoid. Penelitian Adesokan tahun
2008 membuktikan bahwa flavanoid dapat bersifat
antipiretik.
Metode skrining Selasih (Ocimum Basilicum L) merupakan tanaman yang
fitokimia banyak ditemukan di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Bagian-bagian dari selasih yang dapat dipergunakan sebagai
bahan obat yaitu biji, batang, tangkai dan bunga. Salah satu
khasiat dari selasih sebagai obat tradisonal adalah sebagai
antipiretik (penurun demam) namun belum ada data ilmiah
terhadap khasiatnya tersebut, selain itu juga biji selasih bisa
digunakan untuk meredakan muntah-muntah, mengobati
cacingan, batuk, luka, bengkak dll (Kardinan,2003)
Khasiat biji selasih biasa dimanfaatkan untuk obat-obatan dan juga
sebagai bahan tambahan untuk minuman yang tidak
mengandung alkohol. Tanaman selasih juga berkhasiat untuk
meredakan sakit pada saraf dan sakit kepala, menjadi zat
antiinflamasi dan zat anticonvulsant, dan juga mencegah
terjadinya penyakit stroke. Biji selasih ternyata juga menjadi
obat herbal ampuh untuk mengatasi susah tidur atau
kegelisahan (penderita insomnia). Hal ini dikarenakan
biji selasih mengandung bahan kimia yang dipercaya dapat
memberi khasiat menenangkan.
Hasil Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data kenaikan
suhu rectal pada semua kelompok uji hewan coba mencit
setelah di induksi dengan pepton 12,5%. Sedangkan hasil
penelitian setelah pemberian ekstrak biji selasih dengan
menggunakan pelarut etanol, etil asetat, n-heksan dengan
konsentrasi 10 %, Natrium CMC dan paracetamol terjadi
penurunan suhu badan pada hewan uji setelah induksi.
Penggunaan paracetamol sebagai pembanding, dimana
paracetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran
cerna, terrsebar ke seluruh cairan tubuh. Di metabolisme oleh
enzim mikrosom hati, diekskresi melalui ginjal.(Gan
Gunawan. 2007).
Kelebihan Cara penulisan pada jurnal ini rapi dan mudah dipahami
pembaca.
Kekurangan Karena ada perbedaan nyata, perlu untuk menguji lanjut letak
perbedaannya dengan melihat nilai koefisien
keseragamannya. Apabila nilai koefisien keseragaman lebih
kecil dari 5 % maka dilanjutkan ke uji BNJ (Beda Nyata
Jujur).
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Ekstrak biji selasih
(Ocimum basilicum L.) dapat berefek sebagai antipiretik
pada mencit (Mus musculus). Efek antipiretik yang paling
efektif digunakan untuk menurunkan suhu rektal mencit
demam yaitu pada ekstrak yang menggunakan pelarut etil
asetat.
Dafrtar Pustaka  Adesokan, A.A., Yakubu, M.T., Owoyele, B.V., Akanji,
M.A., Soladoye, A.O., Lawal, O., 2008. Effect of
Administration of Aqueous and Ethanol Extracts of
Enantia chlorantha Stem Bark on Brewer’s Yeast Induced
Pyresis in Rats. African J. of Biochemistry 2(7):165-169.
 Almatsier, S., 2002. Prinsip dasar ilmu gizi. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
 Dalimartha, S., 2008. Atlas tumbuhan obat indonesia jilid
3. Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.
 Dian, D., 2007. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun
Dadap Serep (Folia Erythrina lithosperma) Terhadap
Mencit Jantan Galur DDY. Bandung.
 Gunawan, G.S., 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta.
 Jefri, C., et al., 2003. Uji pembanding Efek Antipiretik
Ekstrak Air Dringo (Acorus Calamus L.) dengan Kayu
Ules (Helictenes Isora L.) Pada Marmut Jantan Demam
Akibat Induksi Pepton Universitas Surabaya, Surabaya.
 Kardinan, A., 2003. Selasih : Tanaman . Keramat Multi
Manfaat. Agromedia, Jakarta.
 Lisdayanti. 2008. Uji Daya Antipiretik Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap
penurunan Suhu Rektal Mencit (Mus musculus)
Betina.(skripsi)
 Maksum, R., 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba
Endofit Dalam Perkembangan Obat Herbal. Maj. Ilmu
Kefarmasian Indonesia
 Pudjarwoto,T., Simanjuntak, C.H., Nur, I.P., 1992. Daya
Antimikroba Obat Tradisional Diare terhadap Beberapa
Jenis Bakteri Enteropatogen. Cermin Dunia Kedokteran
76.
 Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke
Sistem. Edisi 2. Jakarta.
 Suwandito. 2008. Pepton. Http:www/Haifachem.com.
Diakses tanggal 11 Juni 2008.
As-Syifaa Vol 07 (02) : Hal. 158-163, Desember 2015
ISSN : 2085-4714

UJI AKTIVITAS EKSTRAK BIJI SELASIH (Ocimum basilicum L.) DENGAN


BEBERAPA PELARUT SEBAGAI ANTIPIRETIK PADA MENCIT
(Mus musculus)

Sitti Rahimah, Wahyu Hendrarti, Sitti Ramlah

Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar


Email : st_rahima@yahoo.com.

ABSTRACT

Seeds basil (Ocimum basilicum L.) has been known to the publicand is widely
used to treat a variety of diseases. One of its benefits as lowering fever but have not
been proven scientifically. This study was to determine whether there is an
antipyretic effecte basil seeds (Ocimum basilicum L.) and to determine the
effectiveness of extracts of basil seeds by using some of the solvent is n-hexane,
ethyl acetate and ethanol compared with paracetamol in mice (Mus musculus). This
study was an experimental study using RAL. Experimental animals used were 15
mice, stages of research giving treatment af mice in each group who had fasted for
12 hours, measured rectal temperature (initial temperature), then injected with 1 ml
peptone/tail subcutaneously. The data obtained were analyzed ANOVA followed
BNJ test. Test antipyretic extract basil seeds (Ocimum basilicum) with some solvent,
most effectively used as a solvent in the basil seeds that solvent ethyl acetate
compared with solvent n-hexane and ethanol. The results oft his study showed that
the extract of basil seeds antipyretic effect.

Key words : Seeds basil, Ocimum basilicum, Antipyretics, Mus musculus.

PENDAHULUAN memiliki potensi yang sangat baik


Indonesia yang beriklim tropis untuk dikembangkan menjadi obat
merupakan salah satu negara terbesar berbagai penyakit sehingga dikenal
di dunia yang kaya akan dengan obat tradisional (Maksum R,
keanekaragaman hayati. Di Indonesia 2005).
tersedia sekitar 30.000 spesies Kelebihan pengobatan dengan
tanaman (Dalimartha, 2008). Lebih menggunakan ramuan tumbuhan
dari 1000 spesies tumbuhan dapat secara tradisional tersebut selain tidak
dimanfaatkan sebagai bahan baku menimbulkan efek samping, juga
obat. Tumbuhan tersebut tumbuhan-tumbuhan tertentu mudah
menghasilkan metabolit sekunder didapat di sekitar pekarangan rumah,
dengan struktur molekul dan aktivitas serta mudah dibuat. Proses
biologik yang beraneka ragam dan pengolahan obat tradisional pada

158
Uji aktivitas ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L.) dengan beberapa pelarut sebagai
antipiretik pada mencit (Mus musculus)

umumnya sangat sederhana, lain. Bila produksi sitokin pirogen


diantaranya ada yang diseduh dengan secara sistemik masih dalam batas
air, dibuat bubuk kemudian dilarutkan yang dapat ditoleransi maka efeknya
dalam air, ada pula yang diambil akan menguntungkan tubuh secara
sarinya. Cara pengobatan pada keseluruhan, tetapi bila telah
umumnya dilakukan peroral (diminum) melampaui batas kritis tertentu maka
(Pudjarwoto et al. 1992). Obat sitokin ini membahayakan tubuh.
tradisional Indonesia masih sangat Batas kritis sitokin pirogen sistemik
banyak yang belum diteliti, khususnya tersebut sejauh ini belum diketahui.
yang sebagian besar berasal dari (Sherwood, 2001). selasih memiliki
bahan tumbuhan. berbagai macam kandungan senyawa
Selasih (Ocimum Basilicum L) kimia yang bersifat polar dan non polar
merupakan tanaman yang banyak sehingga dengan alasan ini digunakan
ditemukan di negara-negara tropis beberapa macam pelarut yaitu etil
seperti Indonesia. Bagian-bagian dari asetat, etanol, dan n-heksan untuk
selasih yang dapat dipergunakan menguji aktivitas dari biji selasih
sebagai bahan obat yaitu biji, batang, sebagai obat antipiretik.
tangkai dan bunga. Salah satu khasiat Tujuan penelitian ini untuk
dari selasih sebagai obat tradisonal mengetahui apakah ekstrak biji selasih
adalah sebagai antipiretik (penurun (Ocimum basilicum L) memiliki aktifitas
demam) namun belum ada data ilmiah dan efektifitas dengan menggunakan
terhadap khasiatnya tersebut, selain beberapa pelarut pada mencit (Mus
itu juga biji selasih bisa digunakan musculus).
untuk meredakan muntah-muntah,
mengobati cacingan, batuk, luka, METODE PENELITIAN
bengkak dll (Kardinan,2003) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain
Demam mengacu pada timbangan analitik, pipet volume,
peningkatan suhu tubuh yang termometer, spoit, kanula, blender.
berhubungan langsung dengan tingkat Bahan-bahan yang digunakan
sitokin pirogen yang diproduksi untuk air suling, pepton, etil asetat, n-
mengatasi berbagai rangsang, heksan, etanol, paracetamol, biji
misalnya terhadap toksin bakteri, selasih, natrium CMC, alkohol, dan
peradangan, dan ransangan pirogenik mencit sebagai hewan uji.
159
Uji aktivitas ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L.) dengan beberapa pelarut sebagai
antipiretik pada mencit (Mus musculus)

Prosedur kerja air suling hingga 100 ml dalam labu


Penyiapan Sampel Penelitian takar.
Sampel penelitian yang Pembuatan suspensi paracetamol
digunakan adalah biji selasih. Suspensi paracetamol 500 mg
Pembuatan Ekstrak biji Selasih dibuat dengan menimbang sebanyak
Sebanyak 500 gram biji selasih 10 tablet paracetamol kemudian
(Ocimum basilicum L) di ekstraksi dihitung bobot rata-rata tiap tablet dan
dengan metode maserasi. Cairan ditimbang serbuk paracetamol yang
pengekstraksi masing-masing terdiri setara dengan 2 mg. Dimasukkan
dari etanol, etil asetat, dan n-heksan dalam lumpang dan di gerus.
dimasukkan kedalam bejana maserasi, Ditambahkan Na CMC 1% b/v sedikit
disimpan ditempat yang terhindar dari demi sedikit sambil digerus hingga
sinar matahari selama 3 hari sambil homogen lalu dimasukkan dalam labu
dilakukan pengadukan beberapa kali takar 100 ml dan volumenya
(minimal 2 kali sehari). Filtrat dicukupkan dengan Na CMC 1%
dikentalkan menggunakan rotary hingga 100 ml.
vacuum evaporator sehingga diperoleh Pemilihan dan Penyiapan Hewan uji
ekstrak kental. Dipilih mencit yang sehat
Pembuatan larutan pepton 12,5 % dengan bobot badan antara 20-30
Larutan pepton 12,5 % dibuat gram. Diambil sebanyak 15 ekor dan
dengan menimbang 2 gram pepton dikelompokkan dalam 5 kelompok
yang dilarutkan dalam 20 ml aquadest, masing-masing terdiri dari 3 ekor
dimasukkan kedalam gelas piala 100 mencit.
ml sambil diaduk pada suhu 80°C. Pengujian Efek antipiretik Ekstrak
Dimasukkan kedalam tabung reaksi, Biji selasih
kemudian disterilkan di dalam autoklaf. Lima belas ekor mencit dibagi
Pembuatan Na-CMC 1% (Parrot, menjadi 5 kelompok, masing-masing 3
1979) ekor mencit, semua kelompok
Sebanyak 50 ml aquadest dipuasakan selama 8-12 jam
panas (700 C) dimasukkan Na CMC kemudian diukur suhu rectal awalnya
sebanyak 1 gram sedikit demi sedikit selanjutnya diinduksi pepton 12,5%,
sambil diaduk hingga terbentuk larutan setelah 30 menit kemudian diukur
koloidal. Volume dicukupkan dengan kembali suhu rektalnya. Selanjutnya
untuk kelompok I, diberikan air suling.
160
Uji aktivitas ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L.) dengan beberapa pelarut sebagai
antipiretik pada mencit (Mus musculus)

Untuk kelompok II, III, dan IV masing- Analisis data


masing diberikan ekstrak etanol 10, Data suhu rektal mencit tiap
ekstrak n-heksan 10% dan ekstrak etil kelompok dirata-ratakan dan dianalisa
asetat 10%, Sedangkan untuk dengan menggunakan uji statistik
kelompok V diberikan suspensi rancangan acak lengkap ( RAL ).
paracetamol 2 mg/30kgBB.
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Hasil rata-rata pengamatan Pengukuran Suhu Tubuh Mencit (Mus
musculus)

Perlakuan Suhu Suhu Kenaikan Suhu Setelah Penurunan


Awal (°C) Demam (°C) suhu (°C) Perlakuan suhu (°C)
Na-CMC 37 38,3 1,36 38,6 0,2
N-heksan 10% 37,2 38,9 1,5 37,2 1,5
Etil asetat 10% 38,8 38,9 2,4 37,2 1,7
Etanol 10% 36,9 38,53 1,63 37,7 0,83
Paracetamol 37,2 38,8 1,56 37,33 1,73

PEMBAHASAN hati, diekskresi melalui ginjal.(Gan


Hasil penelitian yang telah Gunawan. 2007).
dilakukan diperoleh data kenaikan Penggunaan pepton sebagai
suhu rectal pada semua kelompok uji peningkatan kondisi demam pada
hewan coba mencit setelah di induksi mencit dilihat dari Penelitian yang
dengan pepton 12,5%. Sedangkan telah dilakukan Lisdayanti, 2008;
hasil penelitian setelah pemberian Desianti,2007; Jefri,dkk 2003 yang
ekstrak biji selasih dengan menggunakan pepton sebagai
menggunakan pelarut etanol, etil peningkatan kondisi demam. Pepton
asetat, n-heksan dengan konsentrasi merupakan protein digunakan sebagai
10 %, Natrium CMC dan paracetamol inducer demam yang akan
terjadi penurunan suhu badan pada menyebabkan demam pada mencit.
hewan uji setelah induksi. Protein secara berlebihan tidak
Penggunaan paracetamol menguntungkan tubuh. (Almatsier,
sebagai pembanding, dimana 2002). Pepton adalah Bio stimulasi
paracetamol diabsorpsi cepat dan alami, yang terdiri dari asam Amino
sempurna melalui saluran cerna, dengan bobot molekular rendah
terrsebar ke seluruh cairan tubuh. Di peptida dan asam humic yang berlaku
metabolisme oleh enzim mikrosom bersama-sama untuk mendukung
metabolisme dan mengkatalisasi

161
Uji aktivitas ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L.) dengan beberapa pelarut sebagai
antipiretik pada mencit (Mus musculus)

proses pertumbuhan. memiliki efek yang sangat berbeda


(Suwandito,2008). nyata dengan kontrol negatif dimana
Proses kehilangan panas pelarut etil asetat memberikan efek
melalui kulit dimungkinkan karena beda nyata lebih baik dibandingkan
panas diedarkan melalui pembuluh dengan pelarut n-heksan dan etanol.
darah dan juga disuplai langsung ke Berdasarkan hasil penelitian
fleksus arteri kecil melalui anastomosis yang didapat, efek antipiretik dari
arteriovenosa yang mengandung ekstrak biji selasih ini diduga karena
banyak otot. Kecepatan aliran dalam adanya senyawa flavonoid yang
fleksus arteriovenosa yang cukup terkandung dalam biji selasih. Selasih
tinggi (kadang mencapai 30 % total memiliki kandungan flavanoid.
curah jantung) akan menyebabkan Penelitian Adesokan tahun 2008
konduksi panas dari inti tubuh ke kulit membuktikan bahwa flavanoid dapat
menjadi sangat efisien. bersifat antipiretik.
Hasil analisis data secara KESIMPULAN
statistik dengan menggunakan Berdasarkan hasil penelitian
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada dan analisis data yang telah dilakukan
sampel ekstrak biji selasih pada taraf dapat disimpulkan bahwa : Ekstrak biji
kepercayaan 0,05 dan 0,01 diperoleh selasih (Ocimum basilicum L.) dapat
Fhitung 54,89 dengan Ftabel 3,48 dan berefek sebagai antipiretik pada
5,98 yang menunjukkan F hitung lebih mencit (Mus musculus). Efek
besar dibanding Ftabel maka dapat antipiretik yang paling efektif
disimpulkan bahwa kelima perlakuan digunakan untuk menurunkan suhu
memberikan pengaruh beda nyata rektal mencit demam yaitu pada
(signifikan). Karena ada perbedaan ekstrak yang menggunakan pelarut etil
nyata, perlu untuk menguji lanjut letak asetat.
perbedaannya dengan melihat nilai DAFTAR PUSTAKA
koefisien keseragamannya. Apabila Adesokan, A.A., Yakubu, M.T.,
Owoyele, B.V., Akanji, M.A.,
nilai koefisien keseragaman lebih kecil
Soladoye, A.O., Lawal, O.,
dari 5 % maka dilanjutkan ke uji BNJ 2008. Effect of Administration
of Aqueous and Ethanol
(Beda Nyata Jujur).
Extracts of Enantia chlorantha
Pada uji nyata jujur dapat dilihat Stem Bark on Brewer’s Yeast
Induced Pyresis in Rats.
bahwa untuk ekstrak yang
African J. of Biochemistry
menggunakan pelarut etil asetat 2(7):165-169.
162
Uji aktivitas ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L.) dengan beberapa pelarut sebagai
antipiretik pada mencit (Mus musculus)

Almatsier, S., 2002. Prinsip dasar ilmu Keramat Multi Manfaat.


gizi. PT. Gramedia Pustaka Agromedia, Jakarta.
Utama, Jakarta.
Lisdayanti. 2008. Uji Daya Antipiretik
Dalimartha, S., 2008. Atlas tumbuhan Ekstrak Daun Belimbing
obat indonesia jilid 3. Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Perpustakaan Nasional RI, Terhadap penurunan Suhu
Jakarta. Rektal Mencit (Mus musculus)
Betina.(skripsi)
Dian, D., 2007. Efek Antipiretik
Ekstrak Etanol Daun Dadap Maksum, R., 2005. Peranan
Serep (Folia Erythrina Bioteknologi dan Mikroba
lithosperma) Terhadap Mencit Endofit Dalam Perkembangan
Jantan Galur DDY. Bandung. Obat Herbal. Maj. Ilmu
Kefarmasian Indonesia
Gunawan, G.S., 2007. Farmakologi
dan terapi edisi 5. Pudjarwoto,T., Simanjuntak, C.H., Nur,
Departemen Farmakologi dan I.P., 1992. Daya Antimikroba
Terapeutik FKUI, Jakarta. Obat Tradisional Diare
terhadap Beberapa Jenis
Jefri, C., et al., 2003. Uji pembanding Bakteri Enteropatogen.
Efek Antipiretik Ekstrak Air Cermin Dunia Kedokteran 76.
Dringo (Acorus Calamus L.)
dengan Kayu Ules (Helictenes Sherwood, L., 2001. Fisiologi
Isora L.) Pada Marmut Jantan Manusia;dari Sel ke Sistem.
Demam Akibat Induksi Pepton. Edisi 2. Jakarta.
Universitas Surabaya,
Surabaya. Suwandito. 2008. Pepton.
Http:www/Haifachem.com.
Kardinan, A., 2003. Selasih : Tanaman Diakses tanggal 11 Juni 2008.

163
LAPORAN PRAKTIKUM I
PENELUSURAN PUSTAKA

Dosen Pengampu :
Meita Ayuditiawati., M.Farm., Apt

Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2023
Nama : Uun Kunayah
NIM : 010210143
Kelompok :5
Kelas : Reg B

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
CIREBON
2023
Judul Potensi Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans L) Terhadap
Penyembuhan Luka Bakar Pada Mrncit (Mus musculus)
Jurnal Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR) Vol
05 (01) : Hal. 123-131, 2023
E-ISSN : 2656-8187
Tahun 2023
Penulis Widy Susanti Abdulkadir, Endah Nurrohwinta Djuwarno,
Zulkarnain Marhaba
Reviewer Uun Kunayah
Tanggal 20 Juli 2023
Latar Belakang Tanaman pala (Myristica fragrans L) adalah tanam rempah
yang tergolong dalam tanaman berumah dua (dioecious) yang
juga diketahui sebagai tanaman daerah tropis. Bagian yang
sering di gunakan adalah bagian biji pala. Kandungan yang
terdapat dalam biji pala antara lain minyak atsiri, minyak
lemak, saponin, miristin, elemisi, enzim lipase, pektin, hars,
zat samak, lemonema, dan asam olenoat. Pada biji pala juga
diketahui memiliki kandungan metabolit sekunder berupa
alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, fenol, dan terpenoid
yang dapat memiliki efek terhadap penyembuhan luka.
Penelusuran literatur menunjukkan bahwa selain digunakan
sebagai rempah-rempah, biji pala mempunyai potensi untuk
pengobatan seperti karminati, hipolipidemik, antriombotik,
agregasi antiplatelet, antijamur, afrodisiaka, ansiogenik, anti-
ulcerogenic, nematosidal, antitumor, anti inflamasi,
insektisidal, antibakteri, juga antioksidan
Metode Penelitian Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni


yaitu untuk mengetahui efektivitas ekstrak metanol biji pala
(Myristica
Fragrans) terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit
(Mus Musculus). Mencit yang digunakan sebanyak 18 ekor,
yang dibagi dalam 6 kelompok uji, yakni kontrol negatif,
kontrol
positif (Bioplacenton®), dan kelompok perlakuan dengan
konsentrasi ekstrak 3%, 5%, 7%, dan 10%.
Alat dan Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu


aquadest, etanol 70%, ekstrak metanol biji pala (Myristica
fragrans L ), FeCl3, hewan uji mencit jantan, HCl, H2SO4,
Kloroform, Krim penghilang bulu (Veet®), Lidocaine krim
(Topsy®), Magnesium, Metanol, Na-CMC, Perekasi
Dragendroff, Pereaksi Meyer, Bioplacenton®, dan tisu.
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu batang
pengaduk,
bejana maserasi, blender, evaporator, gelas kimia (Pyrex®),
gelas ukur (Pyrex®), kain saring, plat besi berukuran 2x2 cm,
neraca analitik (Precisa®), penjepit, pipet,
stopwatch, tabung reaksi, wadah pengamatan.

Ekstraksi
Sampel biji pala (Myristica fragrans) yang diperoleh dari
Desa Huntu, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo,
Provinsi Gorontalo dan proses determinasi di Laboratorium
Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri
Gorontalo. Sampel yang telah diperoleh dibersikan dari
kotoran yang melekat dengan cara dicuci dengan air mengalir
kemudian dikeringkan, biji pala kemudian dikupas dan
dipisahkan bagian dalam biji pala, kemudian dihaluskan
menggunakan blender. Ditimbang serbuk biji pala (Myristica
fragrans L ), sebanyak 500 g, diektraksi dengan metode
maserasi menggunakan pelarut metanol. Proses maserasi
dilakukan selama 3 x 24 jam pada masing-masing pelarut
dengan sesekali
dilakukan pengadukan. Filtrat yang didapatkan dari semua
proses ektraksi masing-masing pelarut dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sampai
memperoleh ektrak kental.

Klasifikasi tanaman Kingdom : Plantae


Divisio : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Amaranthaceae
Suku : Lamiaciae (Labiatae)
Marga : Ocimum
Jenis : Ocimum basilicum forma violaceum Back (Backer &
van den Brink, 1965)
Bagian tanaman yang Biji
digunakan
Tinjauan kimia Kandungan zat kimia utama dari selasih adalah minyak astiri.
Minyak ini terdiri atas methyl chavicol, linalool, geraniol,
citral, ocimenen, eugenol metyhl, ether, methyl cinnamate,
farsenol, furfural, hionene, dan juga 1.8 cincole.

Metode penyarian Pembuatan Ekstrak biji Selasih Sebanyak 500 gram biji
(pelarut penyarian) selasih (Ocimum basilicum L) di ekstraksi dengan metode
maserasi. Cairan pengekstraksi masing-masing terdiri dari
etanol, etil asetat, dan n-heksan dimasukkan kedalam bejana
maserasi, disimpan ditempat yang terhindar dari sinar
matahari selama 3 hari sambil dilakukan pengadukan
beberapa kali (minimal 2 kali sehari). Filtrat dikentalkan
menggunakan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental
Kandungan zat minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristin, elemisi,
aktifnya enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonema, dan asam
olenoat. Pada biji pala juga diketahui memiliki kandungan
metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, saponin,
tannin, fenol, dan terpenoid
Metode skrining Alkaloid
fitokimia Uji dilakukan dengan melarutkan Ekstrak 0.1 gram, dan
ditambahkan 5 mL kloroform dan 3 tetes amoniak. larutan
kemudian ditambahkan dengan H2SO4 2 M dan kemudian
dibagi menjadi 3 untuk diuji menggunakan pereaksi
Dragendorf, peraksi
Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil positif alkaloid ditandai
dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi Meyer,
endapan merah pada pereaksi Dragendrof dan endapan
coklat pada pereaksi Wagner Triterpenoid dan Steroid Uji
dilakukan dengan melarutkan ekstrak sebanyak 0.1 gram, dan
ditambahkan
larutan asetat anhidrat 3 tetes dan larutan H2SO4 pekat 1
tetes . Hasil positif triterpenoid. ditunjukan dengan warna
merah dan hasil positif steroid dengan warna hijau Tanin. Uji
dilakukan dengan melarutkan ekstrak sebanyak 0,1 gram dan
ditambahkan
aquades, dan dikocok hingga homogen. Sampel kemudian
ditambahkan 5 tetes FeCl3 1% dan dikocok. Hasil positif
yaitu terbentuk warna hijau kehitaman

Flavonoid
Uji Dilakukan dengan pelarutan ekstrak dengan etanol.
Kemudian dipindahkan dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan pita Mg. dan ditambahkan dengan larutan HCL
pekat 1 mL kedalam tabung reaksi. Hasil menunjukkan
larutan mengandung flavonoid
ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi
warna kuning, jingga dan hijau

Saponin
Uji dilakukan dengan menambahkan 2 ml ekstrak kedalam
tabung reaksi, dan ditambahkan aquades yang sudah
dipanaskan terlebih dahulu. Esktrak kemudian dikocok
selama 1 menit hingga terbentuk busa, diamkan selama 5
menit dan ditambahkan 1 tetes HCL kemudian diamati
hasilnya. Hasil positif larutan
dibuktikan dengan terjadi pembentukan busa yang stabil.

Pembuatan luka bakar pada mencit

Hewan uji yang sudah diaklimatisasi lalu dicukur atau


dibersihkan rambutrambut pada punggung mencit sekitar 3
cm dibawah telinga. Pembuatan luka bakar di lakukan
dengan plat besi berukuran 2 cm x 2 cm yang sebelumnya
sudah dipanaskan
pada api bunsen selama 1 menit, dan ditempelkan selama 5
detik, setiap 1 mencit di beri1 luka. Hewan uji yang sudah
diberikan luka kemudian di lanjutkan pada pemberian ekstrak
uji sesuai kelompok, dan diamati penyembuhan luka bakar
setiap hari.

Pengamatan diameter luka bakar pada mencit


Mencit kemudian dibuat dalam 6 kelompok uji, dimana
kelompok 1 (Kontrol negatif), Kelompok 2 (Kontrol positif
bioplacenton®.), Kelompok 3 (Konsentrasi ekstrak 3%),
Kelompok 4 (Konsentrasi ekstrak 5%), Kelompok 5
(Konsentrasi ekstrak 7%), dan
Kelompok 6 (Konsentrasi ekstrak 10%). Masing-masing
kelompok terdiri atas 3 ekor mencit. Diberikan perlakuan
yang sama setiap hari dan diamati penyembuhan luka bakar
dengan melihat diameter luka bakar pada hari ke -5, 10, 15,
dan 20.

Pengujian statistic

Data yang didapat pada penelitian ini kemudian dianalisis


menggunakan parameter pengukuran diameter penyembuhan
luar bakar pada mencit (Mus Musculus). Analisis data
menggunakan analisis One Way ANOVA varian satu arah
untuk melihat
perbedaan pada setiap perlakuan dan uji post hoc untuk
menguatkan hasil tersebut.
Khasiat Penelusuran literatur menunjukkan bahwa selain digunakan
sebagai rempah-rempah, biji pala mempunyai potensi untuk
pengobatan seperti karminati, hipolipidemik, antriombotik,
agregasi antiplatelet, antijamur, afrodisiaka, ansiogenik, anti-
ulcerogenic, nematosidal, antitumor, anti inflamasi,
insektisidal, antibakteri, juga antioksidan
Hasil Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa antara kelompok
uji yang memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0.01
menunjukkan
adanya perbedaan signifikan terhadap penyembuhan luka
bakar pada mencit. Dari data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa semua kelompok uji yang menggunakan ekstrak dapat
mempercepat proses penyembuhan luka bakar pada mencit,
dengan kelompok
yang paling memberikan efek adalah kelompok uji 6 (ekstrak
biji pala 10%) yang memiliki persentasi penyembuhan 89,15
%.

Kelebihan Pada jurnal ini sangat detail dan lugas sehingga mudah
dipahami oleh pembaca.
Kekurangan Masih terdapat kesalahan penulisan kata.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakuan, dapat
disimpulkan bahwa Ekstrak Metanol Biji Pala (Myristica
fragrans) dapat berperan dalam penyembuhan luka bakar
pada mencit jantan (Mus musculus), dimana kelompok uji
dengan konsentrasi ekstrak 10% memiliki efek penyembuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
lainnya

Dafrtar Pustaka [1]. Sjamsuhidajat R, De Jong W,. 1997. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
[2]. Bone, K., & Mills, S. (2013). Principles and Practice of
Phytotherapy Second. Edition. Churchill Livingstone.
Elsevier. New York
[3]. Cho J.Y., Choi G.J., Son S.W., et al., (2007). Isolation and
antifungal activity of lignans from Myristica fragrans
against various plant pathogenic fungi, Pest Manag
Sci, 63, pp. 935–940.
[4]. Desiyana, L. S., Husni, M. A dan Zhafira, S. (2016). Uji
Efektivitas Sediaan Gel fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji
(Psidium guajava Linn.) Terhadap Penyembuhan
Luka Tterbuka Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal
Natural. Vol 16(2) : 23-32.
[5]. Dewi. Prastiana. S., 2010. Perbedaan Efek Pemberian
Lendir Bekicot (Achantina fulica) dan Gel Bioplacenton
Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Tikus
Putih [Skripsi]. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret.
[6]. Diki P. Wibowo, Yessi Febriani, Hesti Riasari, Diah L.
Aulifa. 2018. Essential Oil Composition, Antioxidant and
Antibacterial Activities of Nutmeg (Myristica
fragrans Houtt) From Garut West Java. Indonesian Journal
of Pharmaceutical Science and Technology. Bandung :
UNPAD
[7]. Eva Septerina Dwi Hapsari, Happy Indri Hapsari,
Christiani Bumi Pangesti. 2017.
Efektifitas Pemberian Ekstrak Biji Pala (Myristica
fragrans) Dalam Penyembuhan Luka. Surakarta :
STIKES Kusuma Husada Surakarta.
[8]. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara
Modern Menganalisis. Tumbuhan, Diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro,. Edisi 2. Bandung
: ITB
.
[9]. Nurul Inayah, Rachmawati Ningsih, Tri Kustono Adi.
2012. Uji Toksisitas dan Identifikasi Awal Golongan
Senyawa Aktif Ekstrak Etanol dan N-heksana Teripang
Pasir (Holothuria scabra) kering Pantai Kenjeran
Surabaya. J Alchemy. Volume 2 No 1
[10]. Praisia M. E. Rumopa, Henoch Awaloei , Christi
Mambo. 2016. Uji daya hambat ekstrak biji pala
(myristicae fragrans) terhadap pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes.
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 2.
[11]. Revi, Y., Ria, A dan Linda, A. 2011. Formulasi Krim
Estrak Daun Kirinyuh(Euphatorium odoratum L) untuk
Penyembuhan Luka.Jurnal Kesehatan Pharma Medika.
Vol 3(1) : 229.
[12]. Robinson T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung,
[13]. Srivikaya R.W.Ollu, Putri Pandarangga, Nemay A.
Ndaong. 2019. Persembuhan luka incisi kulit mencit
(Mus musculus) dengan pemberian ekstrak etanol
teripang getah (Holothuria leucospilota). Jurnal Veterinel
Nasional. Vol. 2 No. 1
[14]. Suhirman S., dan Balitro, 2013. Diversifikasi Produk Biji
Pala, Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri. Vol 19 (3), hal. 17-20.
[15]. Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep, Kaur Gurpreet & Kaur
Harleem. 2011. Phytochemical Screening and Extraction:
A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia vol. 1:
issue 1.
[16]. Wijaya, B.A. Citraningtyas, G. dan Wehantouw, F. 2014.
Potensi Ekstrak Etanol Alternatif Obat Luka Pada
Kulit Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Pharmacon. Jurnal
Ilmiah Farmasi-UNSRAT Volume 3. Nomor 3.
[17]. Zhang, Y., Wu, X., Ren, Y., Fu, J., & Zhang, Y. 2004.
Safety Evaluation of a Triterpenoid-Rich Extract from
Bamboo Shavings. Food and Chemical toxicology 42
(11)
Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR)
Volume 5 Nomor 1, 2023
Journal Homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jsscr, E-ISSN: 2656-9612 P-ISSN:2656-8187
DOI : https://doi.org/10.37311/jsscr.v5i1.18996

Potensi Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans L) Terhadap


Penyembuhan Luka Bakar pada Mencit (Mus musculus)
Widy Susanti Abdulkadir1*, Endah Nurrohwinta Djuwarno2, Zulkarnain Marhaba3
1,2,3 Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo,
Jl. Jenderal Sudirman No. 06 Kota Gorontalo 96128, Indonesia

* Penulis Korespondensi. Email: widi@ung.ac.id

ABSTRAK

Tanaman Pala (Myristica Fragrans L) merupakan salah satu tanaman rempah yang secara
empiris telah digunakan sebagai pilihan terapi pengobatan luka. Luka Bakar adalah kerusakan
integritas kulit akibat kontak antara lapisan kulit dengan sumber yang memiliki perbedaan
suhu yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak biji pala
(Myristica Fragrans L) terhadap penyembuhan luka bakar pada Mencit Jantan (Mus Musculus).
Ekstraksi menggunakan maserasi dengan pelarut Metanol. Mencit sebanyak 18 ekor dibagi
menjadai 6 kelompok, yaitu kontrol negatif (Na-CMC), kontrol positif (Bioplacenton®), dan
kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 3%, 5%, 7%, dan 10%. Luka bakar dibuat
dengan menggunakan plat besi ukuran 2 cm x 2 cm pada bagian punggung mencit, dan
diamati perbandingan perbaikan diamaeter luka bakar yang terjadi dari hari ke- 1 hingga hari
ke-20, dengan interval pengamatan hari ke-5, 10, 15, dan 20. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan ANOVA satu arah yang dilanjutkan denga uji LSD untuk mengetahui
perbedaan antara kelompok uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Biji Pala
(Myristica Fragrans L) memiliki efek penyembuhan terhadap luka bakar dimana kontsentrasi
paling efektif yakni pada konsentrasi ekstrak 10%, dengan persentase kesembuhan luka bakar
hingga 89,15%.
Kata Kunci:
Ekstrak; Biji Pala (Myristica Fragrans L); Luka Bakar; Uji Efektivitas
Diterima: Disetujui: Online:
27-12-2022 28-02-2023 01-03-2023

ABSTRACT
The Nutmeg Plant (Myristica Fragrans L) is one of the spices plants empirically used as a therapeutic
option for injury healing. Burn injury is damage to the skin's integrity caused by contact with a source
with a high-temperature difference. This research aimed to determine the effectiveness of Nutmeg
(Myristica Fragrans L) Seed extract on burn injury healing in Male Mice (Mus Musculus). Extraction
was carried out through Maceration with Methanol solvent. Eighteen mice were divided into 6 groups:
negative control (Na-CMC), positive control (Bioplacenton), and treatment groups with concentrations
of 3%, 5%, 7%, and 10%. Burn injury was created using a 2 cm x 2 cm iron plate on the mice's back,
and the healing of the burn injury diameter was observed from day 1 to day 20, with observation intervals
at day 5, 10, 15, and 20. The data were analyzed using one-way ANOVA followed by an LSD test to
determine the differences between test groups. The resalts indicate that the ethanol extract of Nutmeg
(Myristica Fragrans L) see haseng effect on burn injury, with the most effective concentration being the
extraet onoration of 10%, with a burn injury healing rate of up to 89,15%.
Copyright © 2023 Jsscr. All rights reserved.
Keywords:
Extract; Nutmeg (Myristica Fragrans L) seed, Burn Injury; Effectiveness

123
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612

Received: Accepted: Online:


2022 -12-27 2023-02-28 2023 -03-01

1. Pendahuluan
Kulit ialah jaringan pelapis seluruh permukaan tubuh, yang juga adalah organ
terbesar dari tubuh manusia baik dari segi permukaannya mapupun dari segi beratnya.
Kulit bekerja melindungi antara jaringan dibagian bawahnya dan lingkungan luar. Kulit
bekerja memberi perlindungan dari abrasi, dehidrasi, radiasi ultraviolet, dan invasi
mikroorganisme. Salah satu gangguan yang kerap ditemukan dibagian kulit ialah luka.
Luka didefinisikan sebagai kerusakan integritas epitel kulit. Seorang yang menderita
luka akan merasakan adanya ketidaksempurnaan yang memiliki dampak pada kualitas
hidup bagi penderita [1].
Setiap luka akan memiliki penanganan yang berbeda, sesuai dengan jenis luka,
tingkat kontaminasi, dalamnya luka, dan penyebab terjadinya luka tersebut. Luka bakar
adalah luka yang terjadi sebagai bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
dikarenakan kontak antara kulit dengan sumber yang memiliki suhu sangat tinggi (api,
air panas, bahan kimia, listrik, radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak
antara kulit dengan sumber panas (atau penyebab lain), terjadi reaksi kimia dari jaringan
sehingga sel tereduksi dan menjadi rusak. Perubahan ini umumnya tidak terjadi pada
luka akibat cedera lain, dan khusus terjadi pada luka bakar. Penanganan terapi luka
bakar didasarkan pada pencegahan infeksi sekunder pada luka, stimulansi
pembentukan jaringan kolagen, dan optimalisasi perkembangan sisa-sisa sel epitel agar
dapat menutup permukaan luka [1].
Walaupun terdapat pengembangan industri obat farmasi, tetapi penyediaan obat
yang dapat merangsang perbaikan luka bakar masih terbilang terbatas. Salah satu
pilihan alternatif yang berkembang saat ini adalah penggunaan obat tradisional, yang
dimana pada penggunaan empiris memiliki efektifitas yang memadai. Hal ini perlu di
kembangkan agar dapat digunakan secara optimal dan menyeluruh dalam perbaikan
pelayanan kesehatan. Adapun contoh salah satu tanaman obat tradisional yang dapat
dimanfaatkan dalam penyembuhan luka bakar adalah tanaman pala [3].
Tanaman pala (Myristica fragrans L) adalah tanam rempah yang tergolong dalam
tanaman berumah dua (dioecious) yang juga diketahui sebagai tanaman daerah tropis.
Bagian yang sering di gunakan adalah bagian biji pala. Kandungan yang terdapat dalam
biji pala antara lain minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristin, elemisi, enzim lipase,
pektin, hars, zat samak, lemonema, dan asam olenoat. Pada biji pala juga diketahui
memiliki kandungan metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,
fenol, dan terpenoid yang dapat memiliki efek terhadap penyembuhan luka.
Penelusuran literatur menunjukkan bahwa selain digunakan sebagai rempah-rempah,
biji pala mempunyai potensi untuk pengobatan seperti karminati, hipolipidemik,
antriombotik, agregasi antiplatelet, antijamur, afrodisiaka, ansiogenik, anti-ulcerogenic,
nematosidal, antitumor, anti inflamasi, insektisidal, antibakteri, juga antioksidan [2,3].
Penelitian terkini yang dilakukan oleh Eva Septerina et al berjudul efektifitas
pemberian ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt) dalam penyembuhan luka. Dengan
tujuan penelitian untuk melihat potensi krim biji pala dalam penyembuhan luka
sayatan. Hasil penelitian yang didapat, krim ekstrak biji pala 5 % memiliki efek
menyembuhkan luka. Rata- rata lama penyembuhan luka sayat pada kelompok
perlakuan adalah 4,5 hari, dan pada kelompok control 6,3 hari [7].

124
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131

Penelitian yang dilakukan juga oleh Diki P. Wibowo et al (2018) ini menunjukan
minyak atsiri biji pala dapat digunakan untuk penyakit infeksi akibat paparan bakteri
E.Coli, B. cereus, B. subtilis, S. aureus, dan MRSA. Minyak Atsiri biji pala memiliki LC50
pada konsentrasi 3,16 %. Yang menunjukkan minyak atsiri bij pala memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat. Hasil pengujian menunjukkan bahwan KHM dari minyak atsiri
bij pala mempunyai nilai antara 0.31%- 10% [6].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Praisia M, et al dengan judul uji daya hambat
ekstrak biji pala (Myristica fragrans) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus
dan streptococcus pyogenes. Hasil yang didapat pada kelompok perlakuan dengan
menggunakan pelarut methanol dan control positif sefuroksim, didapati diameter zona
hambat sefuroksim sebesar 37, 33 mm dan 42,67 mm, dan konsentrasi esktrak 100 %
memiliki diameter zona hambat sebesar 25,16 mm dan 24,16 mm. konsentrasi hambat
minimum adalah sebesar 16,16 mm dan 18,16 mm [10].
Pendekatan secara ilmiah pala (Myristica fragrans) untuk penyembuhan luka
dilihat dari kandungan beberapa senyawa yang ada pada ekstrak biji pala yang
berpotensi sebagai penyembuh pada luka. Ini mendorong kami sebagai peneliti untuk
menguji dan melihat pemanfaatan esktrak biji pala terhadap penyembuhan luka bakar
pada mencit. Pemilihan bagian biji juga dikarenakan masih sangat minimmnya studi
terkait uji luka bakar dengan menggunakan bagian bijij pala. Berdasarkan beberapa
uraian diatas, maka akan dilakukan studi penelitian berkaitan dengan uji efektifitas
ekstrak metanol biji pala (Myristica fragrans L) terhadap penyembuhan luka bakar pada
mencit (Mus musculus).

2. Metode
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yaitu untuk
mengetahui efektivitas ekstrak metanol biji pala (Myristica Fragrans) terhadap
penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus Musculus). Mencit yang digunakan
sebanyak 18 ekor, yang dibagi dalam 6 kelompok uji, yakni kontrol negatif, kontrol
positif (Bioplacenton®), dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 3%, 5%, 7%, dan
10%.
Alat dan Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu aquadest, etanol 70%,
ekstrak metanol biji pala (Myristica fragrans L ), FeCl3, hewan uji mencit jantan, HCl,
H2SO4, Kloroform, Krim penghilang bulu (Veet®), Lidocaine krim (Topsy®), Magnesium,
Metanol, Na-CMC, Perekasi Dragendroff, Pereaksi Meyer, Bioplacenton®, dan tisu.
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu batang pengaduk, bejana
maserasi, blender, evaporator, gelas kimia (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), kain saring, plat
besi berukuran 2x2 cm, neraca analitik (Precisa®), penjepit, pipet, stopwatch, tabung
reaksi, wadah pengamatan.

Ekstraksi
Sampel biji pala (Myristica fragrans) yang diperoleh dari Desa Huntu, Kecamatan
Batudaa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo dan proses determinasi di
Laboratorium Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo. Sampel yang telah diperoleh dibersikan dari kotoran yang melekat dengan
cara dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan, biji pala kemudian dikupas dan
dipisahkan bagian dalam biji pala, kemudian dihaluskan menggunakan blender.
Ditimbang serbuk biji pala (Myristica fragrans L ), sebanyak 500 g, diektraksi dengan

125
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612

metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Proses maserasi dilakukan selama 3 x


24 jam pada masing-masing pelarut dengan sesekali dilakukan pengadukan. Filtrat yang
didapatkan dari semua proses ektraksi masing-masing pelarut dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sampai memperoleh ektrak kental.
Skrining Fitokimia
Alkaloid
Uji dilakukan dengan melarutkan Ekstrak 0.1 gram, dan ditambahkan 5 mL
kloroform dan 3 tetes amoniak. larutan kemudian ditambahkan dengan H2SO4 2 M dan
kemudian dibagi menjadi 3 untuk diuji menggunakan pereaksi Dragendorf, peraksi
Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil positif alkaloid ditandai dengan terbentuknya
endapan putih pada pereaksi Meyer, endapan merah pada pereaksi Dragendrof dan
endapan coklat pada pereaksi Wagner [8].
Triterpenoid dan Steroid
Uji dilakukan dengan melarutkan ekstrak sebanyak 0.1 gram, dan ditambahkan
larutan asetat anhidrat 3 tetes dan larutan H2SO4 pekat 1 tetes. Hasil positif triterpenoid
ditunjukan dengan warna merah dan hasil positif steroid dengan warna hijau [8].
Tanin
Uji dilakukan dengan melarutkan ekstrak sebanyak 0,1 gram dan ditambahkan
aquades, dan dikocok hingga homogen. Sampel kemudian ditambahkan 5 tetes FeCl3
1% dan dikocok. Hasil positif yaitu terbentuk warna hijau kehitaman [8].
Flavonoid
Uji Dilakukan dengan pelarutan ekstrak dengan etanol. Kemudian dipindahkan
dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan pita Mg. dan ditambahkan dengan larutan HCL
pekat 1 mL kedalam tabung reaksi. Hasil menunjukkan larutan mengandung flavonoid
ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi warna kuning, jingga dan
hijau [8].
Saponin
Uji dilakukan dengan menambahkan 2 ml ekstrak kedalam tabung reaksi, dan
ditambahkan aquades yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Esktrak kemudian
dikocok selama 1 menit hingga terbentuk busa, diamkan selama 5 menit dan
ditambahkan 1 tetes HCL kemudian diamati hasilnya. Hasil positif larutan dibuktikan
dengan terjadi pembentukan busa yang stabil [8].
Pembuatan luka bakar pada mencit
Hewan uji yang sudah diaklimatisasi lalu dicukur atau dibersihkan rambut-
rambut pada punggung mencit sekitar 3 cm dibawah telinga. Pembuatan luka bakar di
lakukan dengan plat besi berukuran 2 cm x 2 cm yang sebelumnya sudah dipanaskan
pada api bunsen selama 1 menit, dan ditempelkan selama 5 detik, setiap 1 mencit di beri
1 luka. Hewan uji yang sudah diberikan luka kemudian di lanjutkan pada pemberian
ekstrak uji sesuai kelompok, dan diamati penyembuhan luka bakar setiap hari.

Pengamatan diameter luka bakar pada mencit


Mencit kemudian dibuat dalam 6 kelompok uji, dimana kelompok 1 (Kontrol
negatif), Kelompok 2 (Kontrol positif bioplacenton®.), Kelompok 3 (Konsentrasi ekstrak
3%), Kelompok 4 (Konsentrasi ekstrak 5%), Kelompok 5 (Konsentrasi ekstrak 7%), dan
Kelompok 6 (Konsentrasi ekstrak 10%). Masing-masing kelompok terdiri atas 3 ekor
mencit. Diberikan perlakuan yang sama setiap hari dan diamati penyembuhan luka
bakar dengan melihat diameter luka bakar pada hari ke -5, 10, 15, dan 20.

126
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131

Pengujian statistik
Data yang didapat pada penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan
parameter pengukuran diameter penyembuhan luar bakar pada mencit (Mus Musculus).
Analisis data menggunakan analisis One Way ANOVA varian satu arah untuk melihat
perbedaan pada setiap perlakuan dan uji post hoc untuk menguatkan hasil tersebut.

3. Hasil dan Pembahasan


Proses Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi total dengan menggunakan
pelarut methanol. Maserasi dilakukan selama 3x24 jam. Dari banyak sampel dan pelarut
diperoleh hasil rendamen seperti pada tabel 1. Hasil pada tabel 1 menunjukkan bahwa
simplisia Biji Pala (Myristica fragrans L) yang diekstraksi menggunakan metode maserasi
total dengan pelarut methanol sebanyak 4000 ml. Dari hasil ekstraksi dengan berat
sampel 500 gram, menghasilkan ekstrak kental sebesar 60.9 gram dengan persentase
rendemen 12,2 %. Ekstraksi menggunakan pelarut metanol (polar) mampu
menghasilkan rendemen yang besar dikarenakan kemampuannya dakam menarik
seluruh senyawa. Menurut Tiwari et al., metanol lebih efisien untuk menembus
membrane sel untuk mengekstrak bahan intraseluler dari bahan tumbuhan 15].
Tabel 1. Hasil Rendamen Biji Pala (Myristica fragrans L)
Pelarut Pelarut Berat Berat Ekstrak Rendamen
(mL) Sampel (g) Kental (g) (%)

Metanol 4000 500 60,9 12,2

Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa metabolit apa saja


yang terkandung dalam masing-masing ekstrak. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan pereaksi warna yang berbeda-beda untuk tiap senyawa metabolit
sekunder. hasil skrining fitokimia ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans L) dapat dilihat
pada tabel 2. Hasil menunjukkan ekstrak Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans L)
mengandung senyawa metabolit sekunder berupa senyawa Alkaloid, flavonoid, tannin,
saponin, dan terpenoid.

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans L)

Hasil Senyawa
Saponin
Fraksi Alkaloid Terpenoid (H2SO4
Flavonoid (air Tannin
pelarut (HCl + + as. asetat
(Mg+HCl) panas (FeCl3)
dragendrfof) anhidrat)
+HCl)
Methanol + + + + +
Srivikaya et al menuliskan dalam hasil penelitiannya bahwa senyawa yang
berperan sebagai penyembuh luka yaitu alkaloid dan saponin [13]. Sedangkan menurut
Nurul et al dan Wijaya et al senyawa terpenoid berperan sebagai antioksidan dan
antimikroba yang membantu dalam penyembuhan luka [9,16]. Penelitian Desiyana et al
juga menyebutkan bahwa senyawa flavonoid dan tanin dapat berperan sebagai
penyembuh luka [4]. Dari hasil skrining fitokimia yang sudah dilakukan dapat
diketahui bahwa ekstrak biji pala memiliki beberapa kandungan senyawa metabolit
sekunder. Kelompok uji yang diberikan ekstrak biji pala memiliki kandungan senyawa

127
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612

yang bersifat antibakteri, antioksidan, dan penyembuh luka. Senyawa yang bersifat
antibakteri adalah alkaloid dan flavonoid. Senyawa yang bersifat sebagai antioksidan
adalah terpenoid, dan yang berperan sebagai penyembuh adalah saponin dan tannin.

Hasil Pengamatan diameter luka bakar pada mencit

Hasil pengamatan diameter luka bakar dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 1.
Bioplacenton® digunakan sebagai terapi luka bakar dikarenakan efek bakterisid, dimana
memiliki kandungan neomisin sulfat 0,5% dan ekstrak plasenta 10%. Ekstrak plasenta
yang terdapat pada bahan ini dapat menstimulasi terjadinya regenerasi sel, sedangkan
neomisin sulfat dapat berperan sebagai bakteriosid. Indikasi dari obat ini adalah terapi
pada luka bakar, ulkus kronis, luka yang lama sembuh dan terdapat granulasi, ulkus
dekubistus, eksim pioderma, impetigo, furunkolosis dan infeksi kulit lainnya [5].

Gambar 1. Grafik Penurunan Diamter Luka Bakar Mencit

Senyawa alkaloid memiliki kemampuan sebagai antibakteri, dimana


mekanismenya yaitu menghambat sintesis peptidoglikan pada sel bakteri, yang
menyebabkan tidak terbentuknya secara utuh dinding sel bakteri dan mengakibatkan
kematian sel tersebut [12]. Flavonoid juga berperan penting dalam melindungi luka dari
pertumbuhan bakteri pada fase inflamasi dan dapat membantu mempercepat
penyembuhan luka [4]. Mekanisme Flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri
dengan jalan merusak permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai
hasil dari interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri dan juga mampu melepaskan
energi transduksi terhadap membran sitoplasma bakteri serta menghambat motilitas
bakteri [11].

128
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131

Tabel 3. Hasil Pengamatan diameter luka bakar pada mencit

Penurunan Tingkat
Hari Hari Rata-rata
diameter Penyembuhan
Kelompok uji 1 20 penyembuhan
luka luka bakar
(mm) (mm) (%)
(mm) (%)
13,10 12,00 1,10 8,40
Kontrol Negatif
14,10 12,80 1,30 9,22 10,32
(Na-CMC)
15,00 13,00 2,00 13,33
16,01 1,00 15,01 93,75
Kontrol Positif
15,00 0,70 14,30 95,33 95,18
(Bioplacenton®)
16,90 0,60 16,30 96,45
12,70 4,80 7,90 62,20
Kelompok 1
14,50 5,10 9,40 64,83 63,67
(Kons. 3%)
13,60 4,90 8,70 63,97
14,40 3,50 10,90 75,69
Kelompok 2
16,00 3,90 12,10 75,63 75,71
(Kons. 5%)
15,30 3,70 11,60 75,82
15,40 2,60 12,80 83,12
Kelompok 3
14,40 2,90 11,50 79,86 82,00
(Kons. 7%)
15,90 2,70 13,20 83,02
16,00 1,70 14,30 89,38
Kelompok 4
15,90 1,60 14,30 89,94 89,15
(Kons. 10%)
16,00 1,90 14,10 88,13

Senyawa saponin berperan dalam menstimulasi growth factor seperti TGF-β


(Transforming Growth Factor Beta), TGF-α (Transforming Growth Factor Alfa), dan Firoblast
Growth Factor terhadap percepatan migrasi sel epitel dan proliferasi fibroblast [2]. Tanin
berfungsi sebagai astringent yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori kulit,
memperkeras kulit, menghentikan eksudat, dan pendarahan dingin, sehingga luka lebih
cepat tertutup dan keropeng lebih cepat terlepas [11]. Tanin juga memiliki efek
antibakteri melalui perusakan pada dinding sel, membran sel, kebocoran membran sel,
inaktivasi enzim dan inaktivasi fungsi materi genetik dari sel bakteri [4]. Dalam
peningkatan proses penyembuhan luka senyawa terpenoid merupakan salah satu
senyawa yang cukup penting karena diketahui senyawa ini memiliki efek sebagai
antimikroba dan antioksidan yang bertanggungjawab dalam kontraksi luka dan
kecepatan epitelisasi yang mengalami peningkatan [16].
Dengan uji One Way Anova didapatkan bahwa adanya perbedaan antara masing-
masing kelompok uji. Hasil uji One Way Anova yang dilakukan dengan taraf
kepercayaan 99% (α = 0.01) menunjukkan hasil signifikansi (sig.) = 0.00 yang berarti
bahwa terdapat perbedaan signifikan pada data yang dianalisis. Berdasarkan hasil uji,
dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol biji pala dapat mempercepat penyembuhan
luka bakar pada mencit jantan. Hasil uji One Way Anova kemudian dilanjutkan dengan
uji post hoc menggunakan Least Significant Difference (LSD) terhadap masing-masing
kelompok uji, seperti tertera pada tabel 4.5. Dari data tersebut dapat disimpulkan bawah
antara kelompok uji yang memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0.01 menunjukkan
adanya perbedaan signifikan terhadap penyembuhan luka bakar pada mencit. Dari data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa semua kelompok uji yang menggunakan ekstrak

129
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612

dapat mempercepat proses penyembuhan luka bakar pada mencit, dengan kelompok
yang paling memberikan efek adalah kelompok uji 6 (ekstrak biji pala 10%) yang
memiliki persentasi penyembuhan 89,15 %.
4. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakuan, dapat disimpulkan bahwaEkstrak


Metanol Biji Pala (Myristica fragrans) dapat berperan dalam penyembuhan luka bakar
pada mencit jantan (Mus musculus), dimana kelompok uji dengan konsentrasi ekstrak
10% memiliki efek penyembuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
lainnya

Referensi
[1]. Sjamsuhidajat R, De Jong W,. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
[2]. Bone, K., & Mills, S. (2013). Principles and Practice of Phytotherapy Second.
Edition. Churchill Livingstone. Elsevier. New York
[3]. Cho J.Y., Choi G.J., Son S.W., et al., (2007). Isolation and antifungal activity of
lignans from Myristica fragrans against various plant pathogenic fungi, Pest Manag
Sci, 63, pp. 935–940.
[4]. Desiyana, L. S., Husni, M. A dan Zhafira, S. (2016). Uji Efektivitas Sediaan Gel
fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Terhadap Penyembuhan
Luka Tterbuka Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal Natural. Vol 16(2) : 23-32.
[5]. Dewi. Prastiana. S., 2010. Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achantina
fulica) dan Gel Bioplacenton Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Tikus
Putih [Skripsi]. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
[6]. Diki P. Wibowo, Yessi Febriani, Hesti Riasari, Diah L. Aulifa. 2018. Essential Oil
Composition, Antioxidant and Antibacterial Activities of Nutmeg (Myristica
fragrans Houtt) From Garut West Java. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science
and Technology. Bandung : UNPAD
[7]. Eva Septerina Dwi Hapsari, Happy Indri Hapsari, Christiani Bumi Pangesti. 2017.
Efektifitas Pemberian Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Dalam Penyembuhan
Luka. Surakarta : STIKES Kusuma Husada Surakarta.
[8]. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis.
Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro,. Edisi 2.
Bandung : ITB.
[9]. Nurul Inayah, Rachmawati Ningsih, Tri Kustono Adi. 2012. Uji Toksisitas dan
Identifikasi Awal Golongan Senyawa Aktif Ekstrak Etanol dan N-heksana
Teripang Pasir (Holothuria scabra) kering Pantai Kenjeran Surabaya. J Alchemy.
Volume 2 No 1
[10]. Praisia M. E. Rumopa, Henoch Awaloei , Christi Mambo. 2016. Uji daya hambat
ekstrak biji pala (myristicae fragrans) terhadap pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes. Jurnal e-Biomedik (eBm), .
Volume 4, Nomor 2
[11]. Revi, Y., Ria, A dan Linda, A. 2011. Formulasi Krim Estrak Daun Kirinyuh
(Euphatorium odoratum L) untuk Penyembuhan Luka.Jurnal Kesehatan Pharma
Medika. Vol 3(1) : 229.
[12]. Robinson T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung,

130
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131

[13]. Srivikaya R.W.Ollu, Putri Pandarangga, Nemay A. Ndaong. 2019. Persembuhan


luka incisi kulit mencit (Mus musculus) dengan pemberian ekstrak etanol teripang
getah (Holothuria leucospilota). Jurnal Veterinel Nasional. Vol. 2 No. 1
[14]. Suhirman S., dan Balitro, 2013. Diversifikasi Produk Biji Pala, Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri. Vol 19 (3), hal. 17-20.
[15]. Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep, Kaur Gurpreet & Kaur Harleem. 2011.
Phytochemical Screening and Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica
Sciencia vol. 1: issue 1.
[16]. Wijaya, B.A. Citraningtyas, G. dan Wehantouw, F. 2014. Potensi Ekstrak Etanol
Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta [L]) Sebagai Alternatif Obat Luka Pada
Kulit Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Pharmacon. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT.
Volume 3. Nomor 3.
[17]. Zhang, Y., Wu, X., Ren, Y., Fu, J., & Zhang, Y. 2004. Safety Evaluation of a
Triterpenoid-Rich Extract from Bamboo Shavings. Food and Chemical toxicology 42
(11)

131
LAPORAN PRKTIKUM I

PENELUSURAN PUSTAKA
Dosen Pengampu :

Meita Ayuditiawati, M.Farm., Apt

Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2032
NAMA : DEDE KHOERIAH
NIM : 01020121
Kelompok :5
REG B 2020 - SEMESTER VI

UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA

S1 FARMASI
Judul EKSTRAKSI BIJI KETUMBAR DENGAN MEMPERGUNAKAN
PELARUT N-HEKSANA
Jurnal JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
Tahun 2021
Penulis Abdullah Kuntaarsa1, Zubaidi Achmad2, Purwo Subagyo3
Reviewer Dede khoeriah
Tanggal 20 juli 2023
Latar Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumber daya
Belakang alam yang besar, antaralain pada rempah-rempahnya. Bahkan Indonesia adalah
salah satu negarapengekspor rempah-rempah terbesar di dunia. Rempah-rempah
merupakan jenis tumbuhan dengan aroma dan rasa yang kuat yang sering
dimanfaatkan menjadi bumbu dapur. Selain itu rempah-rempah juga banyak
digunakan untuk bahan dasar kosmetik maupun obat-obatan. Karena banyaknya
manfaat, tidak heran rempah-rempah menjadi salah satu komoditas dengannilai
ekonomis yang tinggi. Bahkan,pada saat zaman penjajahan, salah satu alasan
utama para penjajah melakukan eksplorasi di Indonesia adalah untuk mengambil
dan memanfaatkan rempah-rempahnya.Salah satu rempah-rempah yang
memiliki banyak manfaat yaitu ketumbar (Coriandrum sativum L.).Ketumbar
sendiri sudah banyak digunakan sejak dahulu karena ketersediaan dan
manfaatnya yang banyak. Ketumbar disebut-sebut memiliki khasiat menjadi
analgesik,antiseptik, dan anti-diabetes. Selain itu ketumbar memiliki efek
stimulasi pada sistem pencernaan dengan menambah produksi enzim pada
pencernaan.
Ketumbar juga dinilai dapat meningkatkan fungsi hati (Rashid dkk, 2014).
Bahkan di Indonesia, ketumbar sudah lazim dikonsumsi untuk menjadi obat.
Umumnya, ketumbar dikonsumsi dengan merendamnya di air panas dan
diminum air rendamannya. Untuk mengambil kandungan dari ketumbar, dapat
pula dilakukan dengan cara ekstraksi minyak ketumbar dengan pelarut. Salah satu
pelarut yang paling umum digunakan untuk ekstraksi ialah N-Heksana.
Metode Bahan baku biji ketumbar dan n-heksana, sedangkan alat yang dipergunakan,
Penelitian gelas ukur 250 ml, labu ukur 5 ml, cawan petri, timbangan,ayakan 30 mesh dan
80 mesh, pipet tetes, botol penyimpanan, piknometer,stopwatch.
Klasifikasi Kerajaan: Plantae
tanaman Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Coriandrum
Spesies: C. sativum
Bagian Biji Ketumbar ( Coriandrum sativum L )
tanaman
yang
digunakan

Tinjauan Biji ketumbar yang telah diekstrak dengan metode penapisan fitokimia
kimia mengandung beberapa jenis senyawa kimia. Senyawa-senyawa ini yaitu alkaloid,
saponin, tanin, flavonoid, fenolik, triterpenoid, dan glikosida
Metode Pada proses pengambilan minyak dari biji-bijian, metode yang sering
penyarian digunakan yaitu ekstraksi pelarut menggunakan pelarut N-Heksana.
N-Heksana umum dijadikan pelarut dikarenakan recovery-nya mudah,
bersifat non-polar, dan memiliki selektivitas yang tinggi (Kumar, dll.
2017). Oleh sebab itu, kami menggunakan N-Heksana sebagai
pelarut pada proses ekstraksi.
Kandungan Biji ketumbar (Coriandrum sativum L) juga merupakan salah satu jenis
zat aktifnya tanaman bumbu-bumbuan yang sejak lama digunakan dan dimanfaatkan
olehmanusia sebagai obat atau untukmeningkatkan cita rasa bahan pangan
(Purseglove et al., 1981). Biji ketumba mengandung berbagai macam
mineral.Mineral yang banyak terkandung pada biji ketumbar adalah kalsium,
fosfor,magnesium, potassium, dan besi.
Kalsium selain berperan sebagai mineral tulang, juga berperan menjaga
tekanan darah agar tetap normal.Mineral fosfor berperan dalam
pembentukan dan pertumbuhan tulang.Fosfor juga berperan dalam menjaga
keseimbangan asam dan basa tubuh.Magnesium merupakan mineral yang
berperan dalam metabolisme kalsium dan potasium, serta membantu kerja enzim
dalam metabolisme energi.Potasium membantu keseimbangan cairan elektrolit
dalam tubuh. Besi merupakan mineral yang dibutuhkan dalam pembentukan sel
darah merah,hemoglobin, dan mioglobin otot. (Fauciet al., 2008; Astawan, 2009)
Metode Pada ketumbar, terkandung minyak atsiri sebanyak 0,8-1,8%. Minyak atsiri
Skrining ketumbar dikenal memiliki banyak manfaat dan memiliki sejarah panjang akan
fitokimia kegunaannya sebagai obat tradisional. Hal ini disebabkan karena kandungan
ketumbar yang direkomendasikan untuk keluhan
dyspepsia, kehilangan nafsu makan, kejang, insomnia, bahkan
kecemasan.Sedangkan minyak atsiri ketumbardisebut dapat meningkatkan
kontrol glukosa darah dan dapat digunakan sebagai agen anti-hiperglikemik
(Mandal dan Mandal, 2015)
Khasiat Beberapa manfaat dari ketumbar yang sudah banyak diketahui diantara nya,
mampu menurunkan kadar gula darah, meningkatkan kekebalan tubuh, untuk
kesehatan jantung, melindungi kesehatan otak, meningkatkan kesehatan
pencernaan dan usus, melawan infeksi dan bermanfaat juga untuk kesehatan kulit
dan rambut.
Hasil Jumlah volume yang digunakan pada minyak atsiri tentunya sangat berpengaruh
terhadap pengambilan minyak atsiri itu sendiri, Hal ini dikarenakan pelarut
tersebut memiliki titik optimum untuk mengekstrak suatu bahan dengan
perbandingan massa dan pelarut tertentu. bahwa semakin banyak volume pelarut
yang digunakanakan mendapatkan rendemen minyak yang lebih banyak. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa semakin banyak pelarut maka pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara dalam dan luar sel berjalan lebih
optimal sehingga semakin banyak.rendemen yang terambil (Koirewoa,2012).
Kelebihan Cara penulisan pada jurnal ini rapi dan mudah dipahami pembaca
Kekurangan terjadi penurunan rendemen minyak yang dihasilkan dengan volume pelarut 250
ml dan 300ml. Hal ini disebabkan karena jumlah volume yang terlalu besar dapat
mengakibatkan turbulensi semakin kecil sehingga berpengaruh pada rendemen
yang berkurang (Kusmartono, 2016)
Kesimpulan Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Suhu optimum ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut
N-Heksana yaitu pada 63oC dengan banyak minyak yang dihasilkan
sebanyak 1,260 ml.
2. Waktu optimum ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut N-Heksana yaitu pada
150 menit dengan banyak minyak yang dihasilkan sebanyak 1,561 ml.
3. Volume pelarut optimum ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut
N-Heksana yaitu pada 200 ml dengan banyak minyak yang dihasilkan sebanyak
1,561 ml.
Daftar  Anonim. 2015. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi
Pustaka Ekstraksi.https://dokumen.tips/download/link/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-ekstraksi [21 November 2019]
 Ariyani, Fransiska, dkk. 2008. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Tanaman
Sereh dengan Menggunakan Pelaru Metanol, Aseton, dan N-
Heksana.WIDYA TEKNIK Vol. 7, No.2,(124-133).
 Astawan, M. 2009. Ketumbar.http://cybehealt.cbn.net.id [24 December
2019]
 ETH Zurich. 2014. Practica in Process Engineering II. Zurich: IPE
Separation Process laboratory
 Fauci, B., K. Hauser, Longo, & Jameson. 2008. Princiciples of Internal
Medicine. 17th Ed.McGraw Hill Companies, New York.
 Fishersci. Material Data Safety Sheet
(MSDS).https://fscimage.fishersci.com/ms ds/10951.htm. [9 Maret 2021]
 Gamse, Thomas. Extraction, Liquid –Liquid Extraction, Solid – Liquid
Extraction, High Pressur Extraction. Graz : Department of Chemical
Engineering and Environmental Technology Graz University of
Technology
 Indradjaja, Suryadi. 2017. Leaching (Ekstraksi Padat Cair).
https://docplayer.info/43823621-Leaching-ekstraksi-padat-cair.html [21
November 2019]
 Koirewoa, Y.A., dkk. 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid
dalam Daun Beluntas. Manado: FMIPA UNSRAT
 Kumar, dll. 2017. Green solvents and technologies for oil extraction from
oilseeds. Chemistry Central Journal. 11:9
 Kusmartono, Bambang & Aning Yulianingtyas. 2016. Optimasi Volume
Pelarut dan Waktu Maserasi Pengambilan Flavonoid Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi L). Yogyakarta: Jurusan Teknik Kimia IST
AKPRIND
 Kusuma, Kurnia Arifiani. 2017. Leaching (Ekstraksi Padat-Cair).
https://kupdf.net/download/leaching-ekstraksi-padat-cair-
repaired_5a070f4ce2b6f51148c0e653_pdf [21 November 2019]
 Rahayu, Siti. 2017. Isolasi Pektin dari Kulit Pepaya (Carica Papaya L.)
dengan Metode Refluks Menggunakan Pelarut HCl Encer Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya.
 Rashid, M.M, dkk. 2014. Effect of different levels of Dhania seed
(Coriandrum sativum) on the performance of broilers. Bangladesh:
Bangladesh Journal of Animal Science.
 Mandal, Manisha dan Shyamapada Mandal. 2015. Coriander
(Coriandrum sativum L.) essential oil: Chemistry and biological activity.
India: Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine.
 McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot,P..1993. Unit Operation of
Chemical Engineering. United States of America: McGraw Hill Book,
Co.,
 NHR Organic Oils. Material Data Safety Sheet (MSDS).
https://www.nhrorganicoils.com/uploads/20151110145600e_Coriander_
Seed_SDS.pdf. [9 Maret 2021]
 Pubchem. Hexane.https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hexane
 Purseglove. J.W., E.G. Brown, C.L. Green and S.R.J. Robbins. 1981.
Spice. Vol II. Longman. London.
 Sakinah, Asri Nisa. 2016. Kajian Produksi Sirup Gula dari Daun Stevia
(Stevia Rebaudiana Bertoni ) Terhadap Karakteristik Sirup Gula.
Bandung: Universitas Pasundan.
 Sumaatmadja, D. 1981. Prospek Pengembangan Industri Oleoresin di
Indonesia Komunikasi 201. Bogor: Balai besar Industri Hasil Pertanian.
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

EKSTRAKSI BIJI KETUMBAR DENGAN MEMPERGUNAKAN


PELARUT N-HEKSANA

Abdullah Kuntaarsa1, Zubaidi Achmad 2, Purwo Subagyo3


1, 2 ,3
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Industri, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta
Email: 1kunta@upnyk.ac.id, 2zubaidiachmad@upnyk.ac.id, 3subagyo_p@yahoo.com

Masuk: 16 Januari 2021, Revisi masuk: 27 Februari 2021, Diterima: 2 Agustus 2021

ABSTRACT
Coriander seeds (Coriandrum sativum L) are a spice plant that has been used
by humans as medicine or as food taste. Coriander seeds contain 0.8-1.8% essential oil.
Coriander essential oil has many benefits and has a long history of being used in
traditional medicine. The extraction of coriander seeds can be done by using a solvent
extraction process. One of the solvents used is N-Hexane. First coriander was washed
to remove dirt on coriander skin. Then the coriander was dried and mashed. After that the
extraction was carried out with temperature variations of 45O°C, 50O°C, 55O°C, 60O°C,
and 63O°C and time variations were 90, 120, 150, 180, 210, and 240 minutes, and
solvent volume variations were 150 ml, 200 ml, 250 ml, and 300 ml, with a coriander seed
weight of 70 grams and a constant stirring speed of 300 rpm. After being extracted, the
result was filtered and then distilled to obtain pure essential oil. From this study, it was
found that the best operating conditions were achieved at a temperature of 63O°C with
an oil yield of 1,260 ml. For optimal extraction time occurs at 150 minutes with an oil yield
of 1.561 ml. Then for the optimal solvent volume at 200 ml with an oil yield of 1.561 ml.

INTISARI
Biji ketumbar (Coriandrum sativum L) merupakan tanaman bumbu-bumbuan yang
sejak lama digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat atau untuk
meningkatkan cita rasa bahan pangan. Biji ketumbar, terkandung minyak atsiri sebanyak
0,8-1,8%. Minyak atsiri ketumbar memiliki banyak manfaat dan memiliki sejarah panjang
akan kegunaannya sebagai obat tradisional. Ekstraksi biji ketumbar dapat dilakukan
dengan proses ekstraksi dengan pelarut. Salah satu pelarut yang dapat digunakan ialah
N-Heksana.

Ketumbar terlebih dahulu dicuci untuk membuang kotoran yang terdapat pada
permukaan kulit ketumbar. Lalu ketumbar dikeringkan kemudian dihaluskan. Lalu
dilakukan ekstraksi dengan variasi suhu 45OC, 50OC, 55OC, 60OC, dan 63OC, kemudian
variasi waktu yaitu 90, 120, 150 , 180, 210, dan 240 menit, dan variasi volume pelarut
yaitu 150 ml, 200 ml, 250 ml, dan 300 ml, dengan berat biji ketumbar 70 gram dan
dengan kecepatan pengadukan yang tetap yaitu 300 rpm. Setelah diekstraksi, hasil
kemudian disaring kemudian didistilasi untuk mendapat minyak atsiri murni.

Pada penelitian ini didapat bahwa kondisi operasi terbaik dicapai pada suhu 63O C
dengan hasil minyak sebanyak 1,260 ml. Untuk waktu ekstraksi optimal terjadi pada
waktu 150 menit dengan hasil minyak 1,561 ml. Kemudian untuk volume pelarut optimal
yaitu pada 200 ml dengan hasil minyak sebanyak 1,561 ml.

Kata Kunci : Ketumbar, Ekstraksi, N-Heksana

60
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

PENDAHULUAN Laut Tengah dan Pegunungan


Latar Belakang Kaukasus di Timur Tengah. Di
Indonesia, tanaman ketumbar belum
Indonesia merupakan salah satu
dibudidayakan secara intensif dalam
negara yang mempunyai potensi
skala luas, penanaman hanya terbatas
sumber daya alam yang besar, antara
pada lahan pekarangan dengan sistem
lain pada rempah-rempahnya. Bahkan
tumpangsari dan jarang secara
Indonesia adalah salah satu negara
monokultur. Tanaman ketumbar
pengekspor rempah-rempah terbesar
(Coriandrum sativum Linn) diduga
di dunia. Rempah-rempah merupakan
berasal dari sekitar Laut Tengah dan
jenis tumbuhan dengan aroma dan rasa
Pegunungan Kaukasus di Timur
yang kuat yang sering dimanfaatkan
Tengah.(Astawan, 2009)
menjadi bumbu dapur. Selain itu
rempah-rempah juga banyak digunakan Biji ketumbar (Coriandrum sativum
untuk bahan dasar kosmetik maupun L) juga merupakan salah satu jenis
obat-obatan. Karena banyaknya tanaman bumbu-bumbuan yang sejak
manfaat, tidak heran rempah-rempah lama digunakan dan dimanfaatkan oleh
menjadi salah satu komoditas dengan manusia sebagai obat atau untuk
nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan, meningkatkan cita rasa bahan pangan
pada saat zaman penjajahan, salah (Purseglove et al., 1981). Biji ketumbar
satu alasan utama para penjajah mengandung berbagai macam mineral.
melakukan eksplorasi di Indonesia Mineral yang banyak terkandung pada
adalah untuk mengambil dan biji ketumbar adalah kalsium, fosfor,
memanfaatkan rempah-rempahnya. magnesium, potassium, dan besi.
Salah satu rempah-rempah yang Kalsium selain berperan sebagai
memiliki banyak manfaat yaitu mineral tulang, juga berperan menjaga
ketumbar (Coriandrum sativum L.). tekanan darah agar tetap normal.
Ketumbar sendiri sudah banyak Mineral fosfor berperan dalam
digunakan sejak dahulu karena pembentukan dan pertumbuhan tulang.
ketersediaan dan manfaatnya yang Fosfor juga berperan dalam menjaga
banyak. Ketumbar disebut-sebut keseimbangan asam dan basa tubuh.
memiliki khasiat menjadi analgesik, Magnesium merupakan mineral yang
antiseptik, dan anti-diabetes. Selain itu berperan dalam metabolisme kalsium
ketumbar memiliki efek stimulasi pada dan potasium, serta membantu kerja
sistem pencernaan dengan menambah enzim dalam metabolisme energi.
produksi enzim pada pencernaan. Potasium membantu keseimbangan
Ketumbar juga dinilai dapat cairan elektrolit dalam tubuh. Besi
meningkatkan fungsi hati (Rashid dkk, merupakan mineral yang dibutuhkan
2014). Bahkan di Indonesia, ketumbar dalam pembentukan sel darah merah,
sudah lazim dikonsumsi untuk menjadi hemoglobin, dan mioglobin otot. (Fauci
obat. Umumnya, ketumbar dikonsumsi et al., 2008; Astawan, 2009).
dengan merendamnya di air panas dan
Pada ketumbar, terkandung minyak
diminum air rendamannya.
atsiri sebanyak 0,8-1,8%. Minyak atsiri
Untuk mengambil kandungan dari
ketumbar dikenal memiliki banyak
ketumbar, dapat pula dilakukan
manfaat dan memiliki sejarah panjang
dengan cara ekstraksi minyak
akan kegunaannya sebagai obat
ketumbar dengan pelarut. Salah satu
tradisional. Hal ini disebabkan karena
pelarut yang paling umum digunakan kandungan ketumbar yang
untuk ekstraksi ialah N-Heksana. direkomendasikan untuk keluhan
dyspepsia, kehilangan nafsu makan,
kejang, insomnia, bahkan kecemasan.
1. Biji Ketumbar dan Sedangkan minyak atsiri ketumbar
Kandungannya disebut dapat meningkatkan kontrol
Tanaman ketumbar (Coriandrum glukosa darah dan dapat digunakan
sativum Linn) diduga berasal dari sekitar

61
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

sebagai agen anti-hiperglikemik (Mandal leaching berlangsung dalam tiga tahap


dan Mandal, 2015). yaitu yang pertama perubahan fase dari
zat terlarut yang diambil pada saat zat
Minyak ketumbar umumnya
pelarut masuk. Kedua terjadi proses
berwarna bening hingga kuning pucat.
difusi pada cairan dari dalam partikel
Namun, terdapat faktor-faktor lain yang
padat menuju keluar (Kusuma, 2017)
dapat mengubah warna minyak, missal
karena adanya proses penguapan, Secara umum ada lima tahap pada
reaksi oksidasi, pengubahan pelarut, proses leaching:
dan faktor-faktor lain.
1. Pelarut berpindah dari larutan ke
Sifat dari minyak ketumbar antara lain: permukaan padatan.
2. Pelarut menembus atau berdifusi
Wujud : cair, bening ke kuning pucat
ke dalam padatan (difusi intra
Titik didih : >100oC (760 mmHg)
partikel).
Densitas : 0.862–0,878 g/mL pada 20
3. Solute larut dari padatan ke solven.
°C
4. Solute berdifusi melalui campuran
(Material Safety Data Sheet)
ke permukaan padatan (difusi intra
2. Ekstraksi partikel)
5. Solute akan menyebar pada
Ekstraksi adalah proses dimana larutan.
satu atau lebih komponen dipisahkan (Almohsin, tanpa tahun)
secara selektif dari sebuah cairan atau
padatan menggunakan pelarut yang Banyak faktor yang dapat
tidak dapat larut. Proses pemisahan mempengaruhi proses ekstraksi,
tersebut bergantung pada kelarutan dari diantaranya adalah:
tiap komponen. Dari proses ekstraksi . 1. Rasio Campuran
akan menghasilkan dua fase, yaitu fase
ekstrak dan fase rafinat. Setelah itu Jumlah ekstrak akan menurun
untuk regenerasi pelarut, perlu dengan jumlah pelarut yang konstan
dilakukan langkah pemisahan lain, dan proporsi material simplisia yang
misalnya distilasi. meningkat. Dalam artian, walaupun
(ETH Zurich, 2014) simplisia terus ditambah, jika pelarut
Berdasarkan fasenya, ekstraksi yang digunakan tetap maka ekstrak
dibedakan menjadi dua: yang dihasilkan juga tidak akan
1. Ekstraksi padat – cair bertambah, karena keseimbangan
2. Ekstraksi cair – cair konsentrasi akan cepat tercapai tetapi
Ekstraksi gas – cair disebut absorpsi. tidak seluruh kandungan dalam
(Gamse, tanpa tahun) simplisia terlarut dalam pelarut yang
Pada percobaan ini metode digunakan. Semakin besar rasio antara
ekstraksi yang digunakan adalah pelarut dan bahan baku, maka akan
metode ekstraksi padat-cair atau memperbesar pula jumlah senyawa
leaching. Leaching adalah ekstraksi yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi
padat cair dengan perantara suatu zat akan semakin meningkat.
pelarut. Proses ini dimaksudkan untuk 2. Laju penetapan keseimbangan
mengeluarkan zat terlarut dari suatu Hal ini mempengaruhi waktu
padatan atau untuk memurnikan selesainya atau terpenuhinya proses
padatan dari cairan yang membuat ekstraksi. Dimana faktor ini dipengaruhi
padatan terkontaminasi. Metode yang oleh:
digunakan untuk ekstraksi akan a. Ukuran partikel dan derajat
ditentukan oleh banyaknya zat yang pengembangan (swelling) simplisia
larut, penyebarannya dalam padatan,
Semakin kecil ukuran partikel, semakin
sifat padatan dan besarnya partikel.
besar luas bidang kontak antara
Jika zat terlarut menyebar merata di
padatan dan solven, sehingga
dalam padatan, material yang dekat
mempercepat penetrasi pelarut ke
permukaan akan pertama kali larut
dalam bahan yang akan diekstrak serta
terlebih dahulu. Biasanya proses

62
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

semakin pendek jalur difusinya, yang Secara umum, kenaikan


menjadikan laju transfer massa semakin temperatur akan meningkatkan jumlah
tinggi dan mempercepat waktu zat terlarut ke dalam pelarut.
ekstraksi. Laju ekstraksi juga meningkat Temperatur pada proses ekstraksi
apabila ukuran partikel bahan baku terbatas hingga suhu titik didih pelarut
semakin kecil. Dalam arti lain, yang digunakan dan perlu diperhatikan
rendemen ekstrak akan semakin besar sifat termostabilitas senyawa yang akan
bila ukuran partikel semakin kecil. diekstraksi. Ekstraksi akan lebih cepat
Tetapi, ukuran partikel juga tidak boleh dilakukan pada suhu tinggi. Suhu tinggi
terlalu kecil karena akan menyulitkan meningkatkan pengeluaran (desorption)
saat proses filtrasi. senyawa dari bagian aktif (active sites)
karena perusakan sel bahan
Begitu juga dengan meningkat. Suhu ekstraksi
pengembangan, dimana semakin cepat meningkatkan suhu pelarut secara
terjadinya pengembangan akan konvektif.
semakin cepat pula terjadi proses difusi Pelarut panas mengalami
yang mempercepat proses ekstraksi penurunan tegangan permukaan
karena terjadi pelebaran kapiler. (surface tension) dan viskositas
Namun, adanya pengembangan karena (viscosity). Keadaan ini meningkatkan
mukus atau lendir yang terlalu banyak daya pembasahan (wetting) bahan dan
akan menghalangi proses ekstraksi penetrasi matriks (Jain et al., 2009).
karena proses difusi akan terhalangi Akan tetapi, suhu tinggi ini juga
oleh adanya lendir tersebut. memerlukan perhatian keselamatan
Pengembangan simplisia ini juga (safety) yang lebih intensif dalam
dipengaruhi oleh ukuran partikel, jika menggunakan pelarut mudah terbakar
partikel lebih kecil maka simplisia akan (Kaufmann dan Christen, 2002). Suhu
lebih cepat mengembang. tinggi yang berlebihan dapat
b. Suhu ekstraksi berdampak pada degradasi senyawa
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan target secara termal
difusivitas umumnya akan meningkat 4. Jumlah proses ekstraksi
dengan meningkatnya suhu, sehingga Jumlah proses ekstraksi juga
diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. meningkatkan efisiensi ekstraksi.
c. Sifat pelarut yang digunakan Misalnya, empat ekstraksi dengan 50
ml pelarut lebih efisien dibanding satu
Sifat pelarut yang mempengaruhi ekstraksi dengan 200 ml pelarut.
laju keseimbangan konsentrasi yaitu Biasanya, rendemen dapat maksimal
seperti viskositas. Dimana jika viskositas dengan 3-5 proses ekstraksi bahan
besar maka akan memperlambat proses secara berturut-turut .
ekstraksi karena lebih membutuhkan 5. Waktu ekstraksi
waktu dalam proses difusinya. Waktu merupakan parameter penting
d. Intensitas pergerakkan simplisia dalam ekstraksi. Umumnya, waktu
dan pelarut ekstraksi berkorelasi positif terhadap
Pergerakan disini maksudnya jumlah senyawa target, walaupun
adalah adanya proses pengadukkan terdapat resiko terjadinya degradasi
dalam ekstraksi. Sama halnya jika kita senyawa target itu sendiri. Waktu
melakukan pengadukan pada larutan ekstraksi tergantung pada bahan yang
gula, pengadukan yang semakin cepat diekstrak. (Anonim, 2015)
akan mempercepat proses kelarutan.
Saat dilakukan pengadukan saat 3. Pelarut
proses ekstraksi, maka akan lebih
cepat terjadi kesetimbangan Pelarut adalah benda cair atau gas
konsentrasi karena difusi semakin yang melarutkan benda padat, cair atau
cepat. gas, yang menghasilkan sebuah larutan.
3. Temperatur Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut

63
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

lain yang juga umum digunakan adalah Pelarut diharapkan memiliki


bahan kimia organik (mengandung selektivitas yang tinggi sehingga hanya
karbon) yang juga disebut pelarut akan melarutkan senyawa-senyawa
organik. Pelarut biasanya memiliki titik tertentu yang ingin diekstrak atau
didih rendah dan lebih mudah menguap, sedikit mungkin melarutkan
meninggalkan substansi terlarut yang senyawa-senyawa pengotor, sehingga
didapatkan. Untuk membedakan antara pemisahan dari campurannya pun
pelarut dengan zat yang dilarutkan, dapat berlangsung lebih sempurna.
pelarut biasanya terdapat dalam jumlah 3. Murah dan mudah diperoleh.
yang lebih besar. 4. Tidak korosif, tidak beracun, stabil
Sebagian besar reaksi kimia secara secara termal dan tidak mudah
luas dilakukan di dalam larutan. Larutan terbakar.
terdiri dari pelarut (solvent) dan zat 5. Tidak menyebabkan terbentuknya
terlarut (solute). Pelarut (solvent) pada emulsi.
umumnya adalah zat yang berada pada 6. Tidak reaktif.
larutan dalam jumlah yang besar, Pelarut hanya berfungsi melarutkan
sedangkan zat lainnya dianggap dan diharapkan tidak mengubah
sebagai zat terlarut (solute). Pelarut susunan kimia dari bahan yang
memenuhi beberapa fungsi dalam diekstrak (tidak terjadi reaksi antara
reaksi kimia, dimana pelarut melarutkan
pelarut dengan bahan yang diekstrak).
reaktan dan reagen agar keduanya
7. Titik didih
bercampur, sehingga hal ini akan
Titik didih pelarut cukup rendah
memudahkan penggabungan antara
sehingga hanya membutuhkan
reaktan dan reagen yang seharusnya
pemanasan yang tidak terlampau
terjadi agar dapat merubah reaktan
besar. Bila pemanasan yang diperlukan
menjadi produk. Pelarut juga bertindak
membutuhkan energi yang sangat
sebagai kontrol suhu, salah satunya
besar, dapat menimbulkan kerusakan
untuk meningkatkan energi dari
pada bahan yang diekstrak dan hal
tubrukan partikel sehingga
seperti itu tentu saja dihindari. Namun
partikel-partikel tersebut dapat bereaksi
titik didih pelarut pun tidak boleh
lebih cepat, atau untuk menyerap panas
terlampau rendah yang dapat
yang dihasilkan selama reaksi
menyebabkan kehilangan pelarut dalam
eksotermik. (Rahayu, 2017)
jumlah yang besar akibat pemanasan.
Faktor yang mempengaruhi dalam Titik didih pelarut pun harus seragam
berhasilnya proses ekstraksi adalah agar tidak menimbulkan residu di bahan
mutu dan pelarut yang dipakai. Ada dua pangan.
pertimbangan utama dalam memilih 8. Viskositas dan densitas
pelarut yang akan digunakan, yaitu Viskositas dan densitas dari pelarut
harus memiliki daya larut yang tinggi diharapkan cukup rendah agar pelarut
dan pelarut tersebut tidak berbahaya lebih mudah mengalir dan kontak
atau tidak beracun. (Sumaatmadja, dengan padatan berlangsung lebih
1981) baik.
9. Sifatnya terhadap air
Pelarut yang dipilih harus
Pelarut yang digunakan sebaiknya
disesuaikan dengan beberapa kriteria
bersifat hidrofilik terlebih bila bahan
berikut :
yang akan diekstrak masih
1. Kepolaran dan kelarutan pelarut mengandung sedikit air. Bila pelarut
yang digunakan bersifat hidrofob,
Pelarut yang dipilih memiliki
pelarut yang diharapkan dapat
kepolaran yang sama dengan bahan
menembus dinding sel dan melarutkan
yang akan diekstrak sehingga pelarut
isi sel (klorofil/bahan yang akan
dapat melarutkan solute dengan baik.
diekstrak) akan ditolak terlebih dahulu
Dengan tingkat kelarutan yang tinggi,
hanya sedikit pelarut yang diperlukan. oleh keberadaan air.
2. Selektivitas 10. Kecepatan alir pelarut

64
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

Kecepatan alir pelarut, sedapat Kloroform CHCl3 61 4.8 1.49


mungkin besar dibandingkan dengan
°C 8
laju alir bahan ekstraksi, agar ekstrak
yang terlarut dapat segera diangkut g/ml
keluar dari permukaan bahan padat.
11. Temperatur Etil asetat C4H8O2 77 6.0 0.89
Temperatur operasi yang tinggi °C 4
akan berpengaruh positif terhadap
g/ml
ekstraksi karena adanya peningkatan
kecepatan difusi, peningkatan kelarutan
dari larutan, dan penurunan viskositas Pelarut Polar Aprotic
pelarut. Dengan viskositas pelarut yang
rendah, kelarutan yang dapat dicapai
1,4-Dioksana /-CH2-CH 101 2.3 1.033
lebih besar. Temperatur yang
digunakan harus dapat disesuaikan
2-O-CH2- °C g/ml
dengan kelarutan pelarut, stabilitas
pelarut, tekanan uap pelarut, dan CH2-O-\
selektivitas pelarut.
(Sakinah, 2016)
Tetrahidrofuran /-CH2-CH 66 7.5 0.886
Pelarut dikelompokkan menjadi
pelarut non-polar, polar aprotik, dan
(THF) 2-O-CH2- °C g/ml
polar protik dan diurutkan berdasarkan
kenaikan polaritas. Polaritasnya CH2-\
dinyatakan sebagai konstanta dielektrik.
Macam-macam pelarut yang biasa
dipakai antara lain: Diklorometan CH2Cl2 40 9.1 1.32
Tabel 1. Macam-Macam Pelarut a(DCM) °C 6
g/ml
Solvent Rumus Titi Konsta Mas
k nta sa
kimia did dielektr jenis Acetona CH3-C(= 56 21 0.78
ih ik O)-CH3 °C 6
(gr/
ml) g/ml

Pelarut non Polar


Pelarut Polar Protic
Heksana C7H14 69 2.0 0.65
°C 5
Asam asetat CH3-C(= 118 6.2 1.04

Benzena C6H6 80 2.3 0.87 O)OH °C 9

°C 9 g/ml

Toluena C7H8 111 2.4 0.86 n-Butanol CH3-CH2- 118 18 0.81

°C 7 CH2-CH2- °C 0

g/ml OH g/ml

Dietil eter (C2H5)2O 35 4.3 0.71 n-Propanol CH3-CH2- 97 20 0.80

°C 3 CH2-OH °C 3

g/ml g/ml

65
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

Etanol CH3-CH2- 79 30 0.78


UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun
OH °C 9
yang lebih berperan adalah elektron
g/ml valensi.
Spektrofotometri UV-Vis memiliki
Metanol CH3-OH 65 33 0.79 prinsip kerja ketika molekul
°C 1 mengabsorbsi radiasi UV atau visible
dengan panjang gelombang tertentu,
g/ml
elektron dalam molekul akan
mengalami transisi atau pengeksitasian
Pada proses pengambilan minyak dari dari tingkat energi yang lebih rendah ke
biji-bijian, metode yang sering tingkat energi yang lebih tinggi dan
digunakan yaitu ekstraksi pelarut sifatnya karakteristik pada tiap
menggunakan pelarut N-Heksana. senyawa.
N-Heksana umum dijadikan pelarut Penyerapan cahaya dari sumber
dikarenakan recovery-nya mudah, radiasi oleh molekul dapat terjadi
bersifat non-polar, dan memiliki apabila energi radiasi yang dipancarkan
selektivitas yang tinggi (Kumar, dll. pada atom analit besarnya tepat sama
2017). Oleh sebab itu, kami dengan perbedaan tingkat energi
menggunakan N-Heksana sebagai transisi elektronnya (Rudi dkk, 2004).
pelarut pada proses ekstraksi yang akan Spektrofotometer UV-VIS dapat
kami lakukan. Berikut merupakan diukur dalam bentuk larutan. Analit
sifat-sifat dari N-Heksana. yang dapat diukur dengan
spektrofotometer sinar tampak adalah
Tabel 2. Sifat N-HeksanaN-Heksana
analit berwarna atau yang dapat dibuat
berwarna. Analit berwarna adalah analit
yang memiliki sifat menyerap cahaya
Rumus Molekul C6H14 secara alami. Analit yang dibuat
berwarna adalah analit yang tidak
berwarna sehingga harus direaksikan
Warna dan Cair, Bening dengan zat tertentu untuk membentuk
Wujud senyawa yang menyerap cahaya pada
panjang gelombang tertentu.
Pembentukan warna untuk zat atau
Berat Molekul 86,18 g/mol senyawa yang tidak berwarna dapat
dilakukan dengan pembentukan
kompleks atau dengan cara oksidasi
Berat Jenis 0,678
sehingga analit menjadi berwarna.

Titik Didih 62 – 69oC 5. Landasan Teori


Minyak ketumbar adalah minyak atsiri
(Material Safety Data Sheet) dari biji ketumbar yang berwarna kuning
pucat. Minyak ketumbar memiliki titik
4. Spektrofotometri didih sekitar 193 °C dengan densitas
Spektrofotometri merupakan salah sebesar 0.868 g/mL pada 25 °C
satu metode dalam kimia analisis yang (chemicalbook).
digunakan untuk menentukan Minyak ketumbar dapat dihasilkan
komposisi suatu sampel baik secara dengan cara ekstraksi padat-cair atau
kuantitatif dan kualitatif yang umum disebut leaching. Pada proses ini
didasarkan pada interaksi antara materi nantinya akan mengeluarkan zat
dengan cahaya. Peralatan yang terlarut dari bahan yang berupa
digunakan dalam spektrofotometri padatan atau akan memurnikan
disebut spektrofotometer. Cahaya yang padatan dari cairan yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel,

66
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

mengkontaminasi padatan. (Kusuma, 1. Motor pengaduk


2017). 2. Pengaduk mekanik
3. Pendingin balik
Umumnya pada proses leaching
4. Thermometer
terdapat lima tahap, berpindahnya
5. Labu leher tiga
pelarut dari larutan ke permukaan
6. Water Bath
padatan, menembusnya pelarut ke
dalam padatan (difusi intra partikel), 7. Statif
larutnya solute dari padatan ke solven,
berdifusinya solute melalui campuran
ke permukaan padatan (difusi intra
partikel), menyebarnya solute pada
larutan.
(Almohsin, tanpa tahun)
Ekstraksi pelarut merupakan
proses yang umum digunakan untuk
pengambilan minyak dari biji-bijian.
Salah satu pelarut yang umum
digunakan adalah pelarut N-Heksana. Gambar 2.. Rangkaian Alat Distilasi
N-Heksana umum digunakan
Keterangan :
dikarenakan N-heksana mudah
di-recovery, non-polar, dan 1. Pemanas
selektivitasnya tinggi (Kumar, dll. 2017). 2. Labu destilasi
Oleh karena itu, kami menggunakan 3. Keluaran air pendingin
N-Heksana sebagai pelarut pada 4. Masukan air pendingin
proses ekstraksi yang akan kami 5. Kondensor
lakukan. 6. Erlenmeyer
7. Klem
METODOLOGI PENELITIAN
8. Statif
Bahan baku biji ketumbar dan
n-heksana, sedangkan alat yang Cara Kerja
dipergunakan, gelas ukur 250 ml, labu
1. Tahap Persiapan
ukur 5 ml, cawan petri, timbangan,
ayakan 30 mesh dan 80 mesh, pipet Persiapan Bahan Baku
tetes, botol penyimpanan, piknometer Ketumbar yang didapat dicuci
,stopwatch terlebih dahulu untuk membuang
kotoran yang terdapat pada
permukaan kulit ketumbar. Lalu
dikeringkan menggunakan oven
sampai berat konstan, dengan suhu
60oC Kemudian ketumbar
dihaluskan menggunakan blender
dan diayak dengan ukuran -30+80
mesh.
Tahap Pembuatan Kurva Standar
a. Penentuan Panjang Gelombang
pada Serapan Maksimum
Gambar 1. Rangkaian Alat Ekstraksi Menyiapkan minyak ketumbar
murni dan larutan blanko (aquadest)
Keterangan : dan memasukkannya ke dalam kuvet.

67
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

Selanjutnya, memasukkan kuvet berisi Mengulangi percobaan pada poin


larutan blanko ke dalam spektronik sebelumnya dengan suhu tetap dengan
kemudian menekan measure blank variasi waktu ekstraksi 90, 120, 150 ,
yang sebelumnya sudah diatur panjang 180, 210, dan 240 menit. Suhu ekstraksi
gelombang 340 nm dan spektronik dan volume pelarut dibuat konstan.
sudah dipanasi. Kemudian mengganti
Ekstraksi dengan Variasi Volume
kuvet berisi larutan blanko dan kuvet
berisi minyak ketumbar murni dan catat Mengulangi percobaan pada poin
absorbansi dan transmitansinya. sebelumnya dengan suhu dan waktu
Setelah itu percobaan dapat diulangi tetap dengan variasi volume pelarut 150
dengan menambahkan intensitas ml, 200 ml, 250 ml, dan 300 ml. Suhu
panjang gelombang sebanyak 2 nm dan waktu ekstraksi dibuat konstan
hingga nilai absorbansi mengalami
penurunan. Distilasi Minyak Ketumbar

b. Pengukuran Absorbansi pada Hasil ekstraksi kemudian disaring


Berbagai Konsentrasi untuk memisahkan padatan ketumbar.
Selanjutnya, larutan didestilasi untuk
Membuat minyak ketumbar murni memisahkan minyak ketumbar dari
dengan berbagai konsentrasi. pelarutnya berdasarkan titik didih.
Selanjutnya, masukkan minyak Setelah itu dilakukan penimbangan
ketumbar murni ke dalam kuvet sampai sampai diperoleh berat konstan.
indikator batas. Kemudian, masukkan
kuvet berisi larutan blanko ke dalam Tahap Pengujian
spektronik kemudian menekan measure Untuk menganalisis hasil minyak
blank yang sebelumnya sudah diatur ketumbar dilakukan uji densitas dan uji
panjang gelombang maksimum yang viskositas.
sudah didapat sebelumnya dan a. Uji Densitas
spektronik sudah dipanasi. Kemudian
mengganti kuvet berisi larutan blanko Uji densitas dilakukan dengan
dan kuvet berisi minyak ketumbar murni, menggunakan piknometer 25 ml pada
catat absorbansinya. Setelah itu suhu kamar. Pertama-tama, timbang
percobaan diulangi dengan konsentrasi piknometer kosong. Kemudian,
minyak ketumbar murni yang berbeda piknometer diisi dengan minyak
beda. ketumbar hingga penuh dan tidak ada
gelembung udara, piknometer berisi
minyak kemudian ditimbang. Dari hasil
2. Tahap Percobaan penimbangan tersebut, hitung berat
a. Ekstraksi Ketumbar minyak dengan mengurangi hasil
penimbangan dengan berat piknometer
Ekstraksi dengan Variasi Suhu kosong. Setelah mendapat berat
minyak, bagi berat dengan volume
Alat dirangkai seperti gambar 1.
minyak untuk mendapat densitas dari
Selanjutnya n-heksana dengan volume
minyak ketumbar.
tertentu dan ketumbar dengan berat
tertentu dimasukkan ke dalam labu
leher tiga. Nyalakan waterbath hingga b. Uji Viskositas
suhu pelarut sudah mencapai suhu
yang diinginkan, kemudian nyalakan Untuk mencari viskositas dari
pengaduk dan pencatatan waktu minyak, kami menggunakan alat
dimulai. Dengan waktu yang telah viskometer redwood. Alat ini dapat
ditentukan, lakukan uji coba absorbansi membantu menghitung viskositas
dari hasil campuran. Ulangi ekstraksi bahan dari fungsi waktu alir. Untuk
dengan variasi suhu 45°C, 50°C, 55°C, menggunakan alat ini, pertama-tama
60, dan 63°C. tuang minyak ke dalam tempat bahan
(yang akan diuji) hingga batas.
Ekstraksi dengan Variasi Waktu

68
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

2. 352 4.432

3. 354 4.523

4. 356 4.564

5. 358 4.600

6. 360 4.547

7. 362 4.434

8. 364 4.378
Gambar 3. Viskometer Redwood
Pada bagian keluaran minyak,
taruh labu ukur 25 ml. Setelah minyak Dari hasil tersebut dapat dilihat
dan labu ukur siap, secara bersamaan bahwa serapan maksimum dihasilkan
pada panjang gelombang 358 nm,
buka penutup dan mulai perhitungan
terbukti dari nilai absorbansi dengan
waktu menggunakan stopwatch. panjang gelombang 358 nm memiliki
Hentikan perhitungan waktu saat nilai tertinggi.
minyak sudah mencapai batas 25 ml
pada labu ukur. Lakukan pengulangan . Pengukuran Absorbansi pada
sebanyak tiga kali. Hasil rata-rata dari Berbagai Konsentrasi
ketiga perhitungan waktu kemudian Dari penentuan panjang gelombang
digunakan untuk menghitung viskositas diketahui bahwa serapan maksimum
minyak. dihasilkan pada panjang gelombang 358
nm. Dengan menggunakan panjang
gelombang yang sama, dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN pengukuran absorbansi minyak
Pembuatan Kurva Standar ketumbar dengan konsentrasi 10%, 5%,
Hasil Penentuan Panjang Gelombang 3%, dan 1% dalam pelarut N-heksana.
pada Serapan Maksimum Hasil pembacaan absorbansi dapat
dilihat pada tabel 4 berikut.
Untuk menentukan panjang
gelombang pada serapan maksimum Tabel 4. Hasil Pembacaan Absorbansi
dilakukan pengukuran absorbansi dari pada Berbagai Konsentrasi Minyak
minyak ketumbar murni dengan Ketumbar
berbagai panjang gelombang, dimulai
dari 350 nm dengan interval 2 nm. No. Konsentrasi Absorbansi (A)
Hasil pembacaan absorbansi dapat
dilihat pada tabel berikut.
1. 10% 3,117
Tabel 3. Hasil Pembacaan Absorbansi
Minyak Ketumbar Murni pada
2. 5% 2,686
Berbagai Panjang Gelombang
3. 3% 0,982
No. Panjang Absorbansi
gelombang (A) 4. 1% 0,273

1. 350 4.283

69
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

Pengaruh Suhu Terhadap Hasil Dari gambar 4. dapat dilihat bahwa


hasil minyak terus naik sampai suhu
Ekstraksi Minyak Ketumbar
63oC. Hal ini membuktikan bahwa
Pada ekstraksi minyak ketumbar kenaikan suhu akan meningkatkan
dengan dengan variasi suhu 45°C, jumlah zat terlarut ke dalam pelarut.
50°C, 55°C, 60, dan 63°C menunjukkan Tetapi hal ini harus memperhatikan titik
nilai absorbansi yang berbeda. Dari didih pelarutnya yaitu n-Heksana. Suhu
persamaan matematis hubungan antara pada proses ekstraksi terbatas hingga
konsentrasi minyak dalam N-Heksana suhu titik didih pelarut (Anonim, 2015).
dengan absorbansi dapat didapat hasil Sesuai teori, titik didih dari pelarut
konsentrasi sebagai berikut: N-Heksana ialah 62 – 69o C. Maka dari
itu kami mengambil 63 oC sebagai batas
Tabel 5. Pengaruh Suhu Ekstraksi maksimum.
terhadap Hasil Minyak Ketumbar Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap
Hasil Ekstraksi Minyak Ketumbar
Hasil
Suhu Absor Konsentr Mi Yield Salah satu faktor yang
No.
(°C) bansi asi (%) nyak (%) mempengaruhi ekstraksi adalah waktu
(ml) proses ekstraksi. Pada percobaan kami,
kami melakukan variasi waktu ekstraksi
0,66 0,79 yaitu pada 90, 120, 150 , 180, 210, dan
1. 45 0.106 0,334 240 menit. Hasil minyak dari percobaan
8 9
dengan variasi waktu ekstraksi dapat
0,71 0,85 dilihat pada tabel berikut.
2. 50 0.113 0,356
2 2 Tabel 6.. Pengaruh Waktu
Ekstraksi terhadap Hasil Minyak
0,92 1,10 Ketumbar
3. 55 0.147 0,463
6 9
Kon Hasil
Abso Yiel
1,10 1,32 No Waktu sentr Mi
4. 60 0.176 0,554 rbans d
9 7 . menit asi nyak
i (%)
(%) (ml)
1,26 1,50
63 0.200 0,630
5. 0 8 1,2
1. 90 0.163 0,513 1,027
29

1,3
2. 120 0.176 0,554 1,109
27

1,5
3. 150 0.207 0,652 1,304
61

1,5
4. 180 0.204 0,643 1,285
38

1,5
5. 210 0.201 0,633 1,266
Gambar 4. Kurva Perngaruh 16
Suhu Ekstraksi Terhadap Hasil
Minyak Ketumbar 1,4
6. 240 0,198 0,624 1,245
93

70
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

Pengaruh Volume Pelarut terhadap


Hasil Ekstraksi Minyak Ketumbar
Pada percobaan ini juga dilakukan
ekstraksi dengan variasi volume pelarut.
Data hasil minyak pada berbagai
volume pelarut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 7. Pengaruh Volume Pelarut
terhadap Hasil Minyak Ketumbar
Gambar 5 Kurva Perngaruh Waktu
Ekstraksi Terhadap Hasil Minyak Kon Hasil
volu
No absor sen Mi Yield
me
Dilihat pada tabel 6 menunjukkan waktu . bansi trasi nyak (%)
(mL)
optimum untuk mengambil minyak atsiri (%) (ml)
terletak pada 150 menit. Dalam
pengambilan minyak atsiri tentunya 100 0.393 1,238 1,238 1,482
1.
waktu sangatlah berpengaruh. Hal ini
dapat dibuktikan dengan data diatas 150 0.269 0,847 1,271 1,521
2.
semakin lama waktu semakin banyak
minyak yang didapat sekaligus 200 0.207 0,652 1,304 1,561
3.
membuktikan pengambilan minyak
dapat dioptimalkan pada waktu 150 250 0.152 0,479 1,197 1,433
4.
menit.
300 0.117 0,369 1,106 1,323
5.
Namun, pada waktu 180 menit, 210
menit, dan 240 menit rendemen minyak
yang terambil tidak terlalu berbeda
dengan waktu 150 menit, hal tersebut
dapat terjadi dikarenakan reaksi
ekstraksi sudah mencapai titik jenuhnya
sehingga minyak atsiri sudah maksimal
pada waktu 150 menit. Maka dapat
disimpulkan waktu optimum untuk
pengambilan minyak atsiri adalah 150
menit.

Gambar 6. Kurva Pengaruh Volume


Pelarut Terhadap Hasil Minyak

Jumlah volume yang digunakan pada


minyak atsiri tentunya sangat
berpengaruh terhadap pengambilan
minyak atsiri itu sendiri, Hal ini
dikarenakan pelarut tersebut memiliki
titik optimum untuk mengekstrak suatu
bahan dengan perbandingan massa dan
pelarut tertentu. Dapat dilihat pada
gambar 6 menunjukkan bahwa semakin
banyak volume pelarut yang digunakan
akan mendapatkan rendemen minyak
yang lebih banyak. Hal ini sesuai

71
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

dengan teori bahwa semakin banyak Astawan, M. 2009. Ketumbar.


pelarut maka pemecahan dinding dan http://cybehealt.cbn.net.id [24
membran sel akibat perbedaan tekanan December 2019]
antara dalam dan luar sel berjalan lebih ETH Zurich. 2014. Practica in Process
Engineering II. Zurich: IPE
optimal sehingga semakin banyak
Separation Process laboratory
rendemen yang terambil (Koirewoa, Fauci, B., K. Hauser, Longo, &
2012). Namun, dapat dilihat pada Jameson. 2008. Princiciples of
gambar 5 bahwa terjadi penurunan Internal Medicine. 17th Ed.
rendemen minyak yang dihasilkan McGraw Hill Companies, New
dengan volume pelarut 250 ml dan 300 York.
ml. Hal ini disebabkan karena jumlah Fishersci. Material Data Safety Sheet
volume yang terlalu besar dapat (MSDS).
mengakibatkan turbulensi semakin kecil https://fscimage.fishersci.com/ms
sehingga berpengaruh pada rendemen ds/10951.htm. [9 Maret 2021]
yang berkurang (Kusmartono, 2016).
Gamse, Thomas. Extraction, Liquid –
Kesimpulan Liquid Extraction, Solid – Liquid
Extraction, High Pressure
Dari penelitian yang sudah Extraction. Graz : Department of
dilakukan, dapat diambil beberapa Chemical Engineering and
kesimpulan sebagai berikut : Environmental Technology Graz
1. Suhu optimum ekstraksi biji University of Technology
ketumbar dengan pelarut Indradjaja, Suryadi. 2017. Leaching
N-Heksana yaitu pada 63oC dengan (Ekstraksi Padat Cair).
banyak minyak yang dihasilkan https://docplayer.info/43823621-L
sebanyak 1,260 ml. eaching-ekstraksi-padat-cair.html
2. Waktu optimum ekstraksi biji [21 November 2019]
ketumbar dengan pelarut Koirewoa, Y.A., dkk. 2012. Isolasi dan
N-Heksana yaitu pada 150 menit Identifikasi Senyawa Flavonoid
dengan banyak minyak yang dalam Daun Beluntas. Manado:
dihasilkan sebanyak 1,561 ml. FMIPA UNSRAT
3. Volume pelarut optimum ekstraksi Kumar, dll. 2017. Green solvents and
biji ketumbar dengan pelarut technologies for oil extraction
N-Heksana yaitu pada 200 ml from oilseeds. Chemistry Central
dengan banyak minyak yang Journal. 11:9
dihasilkan sebanyak 1,561 ml.
Kusmartono, Bambang & Aning
DAFTAR PUSTAKA Yulianingtyas. 2016. Optimasi
Volume Pelarut dan Waktu
Anonim. 2015. Faktor–Faktor yang Maserasi Pengambilan Flavonoid
Mempengaruhi Ekstraksi. Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
https://dokumen.tips/download/lin Bilimbi L). Yogyakarta: Jurusan
k/faktor-faktor-yang-mempengaru Teknik Kimia IST AKPRIND
hi-ekstraksi [21 November 2019] Kusuma, Kurnia Arifiani. 2017. Leaching
Ariyani, Fransiska, dkk. 2008. Ekstraksi (Ekstraksi Padat-Cair).
Minyak Atsiri dari Tanaman Sereh https://kupdf.net/download/leachin
dengan Menggunakan Pelarut g-ekstraksi-padat-cair-repaired_5
Metanol, Aseton, dan N-Heksana. a070f4ce2b6f51148c0e653_pdf
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No.2, [21 November 2019]
(124-133). Rahayu, Siti. 2017. Isolasi Pektin dari
Kulit Pepaya (Carica Papaya L.)
dengan Metode Refluks
Menggunakan Pelarut HCl Encer.

72
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025

Palembang: Politeknik Negeri Dosen Tetap Jurusan Teknik Kimia,


Sriwijaya. Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta dengan jabatan
Rashid, M.M, dkk. 2014. Effect of
akademik Lektor pada bidang minat
different levels of Dhania seed
teknik kimia.
(Coriandrum sativum) on the
Ir. Zubaidi Achmad, M.T., lahir di Bantul
performance of broilers.
tanggal 3 Oktober 1959,
Bangladesh: Bangladesh Journal
menyelesaikan pendidikan S1 bidang
of Animal Science.
Teknik Kimia di UPN “Veteran”
Mandal, Manisha dan Shyamapada Yogyakarta tahun 1987 dan S2
Mandal. 2015. Coriander bidang Teknik Kimia di Universitas
(Coriandrum sativum L.) essential Gadjah Mada Yogyakarta tahun
oil: Chemistry and biological 1998. Saat ini tercatat sebagai
activity. India: Asian Pacific Dosen Tetap Jurusan Teknik Kimia,
Journal of Tropical Biomedicine. UPN “Veteran” Yogyakarta dengan
jabatan akademik Lektor Kepala
McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot, pada bidang minat teknologi proses.
P..1993. Unit Operation of
Chemical Engineering. United Ir. Purwo Subagiyo, MT lahir
States of America: McGraw Hill :Yogyakarta 10 Desember 1956,
Book, Co., Bidang Ilmu S1 Teknik Kimia di UPN
“Veteran” Yogyakarta tahun 1991 dan
NHR Organic Oils. Material Data Safety
S2 bidang Teknik Kimia di
Sheet (MSDS).
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
https://www.nhrorganicoils.com/u
tahun 2002. Saat ini tercatat sebagai
ploads/20151110145600e_Corian
Dosen Tetap Jurusan Teknik Kimia,
der_Seed_SDS.pdf. [9 Maret
UPN “Veteran” Yogyakarta dengan
2021]
jabatan akademik Asisten AHli pada
Pubchem. Hexane. bidang minat teknologi proses.
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/
compound/Hexane
Purseglove. J.W., E.G. Brown, C.L.
Green and S.R.J. Robbins. 1981.
Spice. Vol II. Longman. London.
Sakinah, Asri Nisa. 2016. Kajian
Produksi Sirup Gula dari Daun
Stevia (Stevia Rebaudiana
Bertoni ) Terhadap Karakteristik
Sirup Gula. Bandung: Universitas
Pasundan.
Sumaatmadja, D. 1981. Prospek
Pengembangan Industri
Oleoresin di Indonesia
Komunikasi 201. Bogor: Balai
besar Industri Hasil Pertanian.
BIODATA PENULIS
Ir. Abdullah Kunta Arsa, M.T. lahir di
Yogyakarta tanggal 16 Februari
1957, menyelesaikan pendidikan S1
bidang ilmu Teknik Kimia dari UPN
”Veteran” Yogyakarta tahun 1988,
dan S2 bidang ilmu Teknik Kimia dari
Universitas Gadjah Mada tahun
2000. Saat ini tercatat sebagai

73
TUGAS MATA KULIAH PRAK FITOKIMIA

Dosen : Meita Ayuditiawati.M,.MFarm,Apt

REVIEW JURNAL

Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji


Buah Alpukat (Persea americana Mill.)
Liberty P. Malangngia*, Meiske S. Sangia, Jessy J. E. Paendonga

REVIEWER

MIRZA MUHADY ARSHAD

NIM : 01020133

REGULER B

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS YPIB

Jl. Perjuangan No 07 , Mejasem Cirebon

2023
TUGAS MATA KULIAH PRAK FITOKIMIA

REVIEW JURNAL Nama : Mirza Muhady Arshad/01020133/Reg B

*************************************************************************

Judul Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.)
Liberty P. Malangngia*, Meiske S. Sangia
, Jessy J. E. Paendonga
Jurnal JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan tanin
serta\ menguji aktivitas antioksidan ekstrak biji alpukat segar
dan kering.Penentuan kandungan total tanin dilakukan
dengan metode Folin Ciocalteau, sedangkan penentuan tanin
terkondensasi dilakukan dengan metode Vanilin-HCl dan
aktivitas antioksidan diukur dengan metode.DPPH. Hasil
yang diperoleh menunjukkan kandungan total tanin biji
alpukat biasa kering, biji alpukat mentega kering, biji alpukat
biasa segar, biji alpukat mentega segar berturut-turut yaitu
117 mg/kg, 112 mg/kg ,41,3335 mg/kg dan 41 mg/kg.
Kandungan tanin terkondensasi biji alpukat biasa kering, biji
alpukat mentega kering, biji alpukat biasa segar,
biji alpukat mentega segar berturut-turut yaitu 20,855 mg/kg,
16,966 mg/kg, 5,411 mg/kg dan 4,411 mg/kg. Aktivitas
antioksidan tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak biji alpukat
biasa kering (93,045%), diikuti dengan biji alpukat mentega
kering (92,970%), biji alpukat biasa segar
(85,870%) dan biji alpukat mentega segar (67,645%). Biji
alpukat
memiliki persen aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga
dapat dipertimbangkan sebagai salah satu sumber antioksidan
alami.
Tahun Published by FMIPA UNSRAT (2012)
Penulis Liberty P. Malangngia*, Meiske S. Sangia, Jessy J. E.
Paendonga
Reviewer Mirza Muhady Arshad
Tanggal 15 Juli 2023
Latar Belakang Alpukat merupakan tanaman yang dapat tumbuh
subur di daerah tropis seperti Indonesia. Buah
alpukat merupakan salah satu jenis buah yang
digemari banyak orang karena selain rasanya yang enak, buah
alpukat juga kaya antioksidan dan zat gizi
seperti lemak yaitu 9,8 g/100 g daging buah (Afrianti,2010).
Sebagian besar masyarakat memanfaatkan alpukat pada
buahnya saja sedangkan bagian lain seperti biji kurang
dimanfaatkan. Biji alpukat memiliki efek hipoglikemik dan
dapat digunakan untuk pengobatan secara tradisional dengan
cara dikeringkan kemudian dihaluskan, dan air seduhannya
dapat diminum. Biji alpukat dipercaya dapat mengobati sakit
gigi, maag kronis, hipertensi dan diabetes melitus
(Monica,2006). Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa biji alpukat memiliki kandungan
berbagai senyawa berkhasiat, salah satunya adalah efek
antidiabetes melalui kemampuannya menurunkan kadar
glukosa darah (Zuhrotun,2007).
Tujuan Penelitian Untuk menentukan kandungan tanin serta menguji aktivitas
antioksidan ekstrak biji alpukat segar dan kering.
Metode Penelian • Penentuan kandungan total tanin dilakukan dengan
metode Folin Ciocalteau, sedangkan penentuan tanin
terkondensasi dilakukan dengan
• MetodePenentuan kadar air dilakukan dengan metode
Sudarmadji (1989) Vanilin-HC
• Kandungan total tanin ditentukan dengan
metode Chanwitheesuk et al. (2004)
• Kandungan tanin terkondensasi ditentukan
menurut metode Julkunen-Tiitto dalam Suryanto dan
Wehantouw (2009)
• Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol biji
alpukat diukur dengan metode Gaulejac et al. dalam
Kiay et al. (2011).
• Alat dan Bahan
- Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain timbangan analitik, blender, ayakan 65
mesh, oven, desikator, petridish, sudip, batang
pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, mikropipet, pipet
mohr, vortex mixer, labu Erlenmeyer, evaporator,
kertas saring, magnetik stirer dan spektrofotometer
UV-Vis Milton Roy 501.
- Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 2 macam biji alpukat

Subyek Penelitian (Bagian Biji alpukat segar dan kering.


Tanaman yg digunakan)
Metode Penyarian (Pelarut Biji alpukat A dan B dicuci bersih, diiris tipis dan dikering
Penyarian) anginkan selama 1 minggu. Setelah kering biji alpukat
diblender hingga menjadi serbuk dan diayak dengan
menggunakan ayakan 65 mesh.Ekstraksi sampel dilakukan
secara maserasi baiksampel alpukat segar maupun
kering.Ditimbang sebanyak 20 g biji alpukat, direndam dalam
100 mL etanol 95% selama 24 jam kemudian disaring
sehingga diperoleh filtrat. Perlakuan dilakukan selama 48
jam. Filtrat yang diperoleh disatukan kemudian dievaporasi
untuk mendapatkan ekstrak etanol. Ekstrak hasil evaporasi
didinginkan dalam desikator sebelum analisis lebih lanjut.
Kandungan Zat Aktifnya Polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon,
saponin, tanin dan monoterpenoid dan
seskuiterpenoid.
Metode Skrining Fitokimia Hasil Skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun
(2007) terhadap simplisia dan ekstrak etanol biji alpukat
menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol,
flavonoid, triterpenoid, kuinon,saponin, tanin dan
monoterpenoid dan seskuiterpenoid.
Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh menunjukkan kandungan total tanin biji
alpukat biasa kering, biji alpukat mentega kering, biji alpukat
biasa segar, biji alpukat mentega segar berturut-turut yaitu
117 mg/kg, 112 mg/kg , 41,3335 mg/kg dan 41 mg/kg.
Kandungan tanin terkondensasi biji alpukat biasa kering, biji
alpukat mentega kering, biji alpukat biasa segar, biji alpukat
mentega segar berturut-turut yaitu 20,855 mg/kg, 16,966
mg/kg, 5,411 mg/kg dan 4,411 mg/kg. Aktivitas antioksidan
tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak biji alpukat biasa kering
(93,045%), diikuti dengan biji alpukat mentega kering
(92,970%), biji alpukat biasa segar (85,870%) dan biji
alpukat mentega segar (67,645%). Biji alpukat memiliki
persen aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga dapat
dipertimbangkan sebagai salah satu sumber antioksidan
alami.
Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Sub Kingdom : Trachebionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan Dikotil)
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea S
Pesies : Persea americana
Tulisan ini diambil dari sumber:
https://lindungihutan.com/blog/pohon-alpukat-ciri-ciri-jenis-
dan-manfaat/
Copyright LindungiHutan.com
Dukung hutan Indonesia hijau kembali dengan menanam
pohon mulai 10 ribu/pohon melalui lindungihutan.com/mulai

Kekuatan Penelitian Dengan metode penelitian dengan experiment menjadikan


jurnal mudah dipahami dari segi bahasa,penulisan maupun
penjelasan.
Prosedur Penelitian dan uji di jelaskan dengan jelas,
1 Preparasi Sampel Biji Alpukat Kering
2 Ekstraksi Biji Alpukat
3 Penentuan Kadar Air
4 Penentuan Kandungan Total Tanin
5 Penentuan Kandungan Tanin Terkondensasi
6 Uji Aktivitas Antioksidan
Kelemahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 2 macam biji alpukat. Alpukat pertama adalah alpukat
varietas merah bundar atau disebut alpukat biasa memiliki
ciri fisik: buah berukuran sedang, kulit buah kasar dan mudah
rusak, berwarna merah saat matang, daging buah berserat dan
biji buah besar yang selanjutnya disebut alpukat A. Alpukat
kedua adalah alpukat varietas hijau panjang atau disebut
alpukat mentega memiliki ciri fisik: buah berukuran
besar, berwarna hijau kekuningan saat matang, kulit
buah licin, daging buah tebal berwarna kuning mentega dan
biji buah besar yang selanjutnya disebut sebagai alpukat
B.dari kedua biji alpukat yg berbeda varietas yg pembuatanya
dicampur secara brsamaan,mulai proses
blender,serbuk,saring, prosedur penelitian, apakah simplisia
dan ekstrak etanol biji alpukat menunjukkan bahwa biji
alpukat yang berbeda varietas mengandung zat aktif yang
sama? yaitu polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon,
saponin, tanin dan monoterpenoid dan
seskuiterpenoid
Kesimpulan Kandungan total tanin ekstrak biji alpukat kering yaitu
ekstrak AK 117 mg/kg, ekstrak BK 112 mg/kg dan
kandungan tanin terkondensasi ekstrak biji alpukat kering
yaitu ekstrak AK 20,855 mg/kg,ekstrak BK 16,966 mg/kg.
Kandungan total tanin ekstrak biji alpukat segar yaitu ekstrak
AS 41,3335 mg/kg dan ekstrak BS 41 mg/kg dan kandungan
tanin terkondensasi ekstrak biji alpukat segar yaitu ekstrak
AS 5,411 mg/kg dan ekstrak BS 4,411 mg/kg. Aktivitas
antioksidan tertinggi biji alpukat ditunjukkan oleh ekstrak biji
alpukat biasa kering (AK) yaitu sebesar 93,045%, kemudian
biji alpukat mentega kering (BK) 92,970%, alpukat biasa
segar (AS) 85,870% dan biji alpukat mentega segar (BS)
67,645%. Biji alpukat memiliki kandungan antioksidan yang
relatif tinggi sehingga dapat dipertimbangkan sebagai salah
satu sumber antioksidan alami di samping khasiatnya sebagai
antidiabetes
Daftar Pustaka • Afrianti, L. H. 33 Macam Buah-buahan untuk
Kesehatan. Alfabeta. Bandung. 2010.
Chanwitheesuk, A.; Teerawutgulrag A.;
Rakariyatham
N. Screening of Antioxidant Activity and
Antioxidant Compounds of Some Edible Plants of
Thailand. Food Chemistry. 2004. 92, 491-497.
• Desmiaty, Y.; Ratih H.; Dewi M.A.; Agustin R.
Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun
Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.)
Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia.
Ortocarpus. 2008. 8, 106-109.
• Hagerman, A. E. Tannin Handbook. Department of
Chemistry and Biochemistry, Miami University.
2002.
Khadambi, T. N. Extraction of Phenolic Compounds
and Quantification of The Total Phenol and
Condensed Tannin Content of Bran Fraction of
Condensed Tannin and Condensed Tannin Free
Sorghum Varieties. University of Pretoria etd,
Pretoria. 2007.
• Kiay, N.; Suryanto E.; Mamahit L. Efek Lama
Perendaman Ekstrak Kalamansi (Citrus
microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan Tepung Pisang
Goroho (Musa spp.). Chemistry
Progress. 2011. 4, 27-33
• Molyneux, P. The Use of the Stable Free Radical
Diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for Estimating
Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of
Science and Technology. 2004. 26, 211-219.
• Monica, F. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk
Biji Alpukat (Persea americana Mill) terhadap
Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang diberi
Beban Glukosa. Skripsi. Universitas Diponegoro,
Semarang. Juli 2006.
• Rita, Y. Kandungan Tanin dan Potensi Anti
Streptococcus Mutans Daun The Varietas
Assamica pada Berbagai Tahap Pengolahan.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Juni 2006
• Rohman, A.; Riyanto S.; Yuniarti N.; Saputra W.R.;
Utami R.; Mulatsih W. Antioxidant Activity, Total
Phenolic and Total Flavaonoid of Extracts and
Fractions of Red Fruit (Padanus conoideus Lam).
International Food Research Journal. 2010. 17,
97-106.
• Salunkhe, D. K.; Chavan J.K.; Kadam S.S. Dietary
Tannins Consequences and Remedies. CRC Press,
Boca Raton.1990.
• Sudarmadji, S.; Haryono B.; Suhardi. Prosedur
Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Liberty, Yogyakarta.1989.
• Suryanto, E.; Wehantouw F. Aktivitas Penangkap
Radikal Bebas dari Ekstrak Fenolik Daun Sukun
(Artocarpus Altilis F.). Chemistry Progress. 2009.
2, 1-7
• Winarsi, H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.
Kanisius, Yogyakarta. 2007.
• Zuhrotun, A. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol
Biji
Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk
Bulat. Universitas Padjadjaran, Bandung. (tidak
dipublikasikan) Oktober 2007.

JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10

*Corresponding author: Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT, Jl. Kampus Unsrat, Manado,
Indonesia 95115; Email address:

liberty_chemistry_08@yahoo.com

Published by FMIPA UNSRAT (2012)

dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo

Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.)

Liberty P. Malangngia*, Meiske S. Sangia


, Jessy J. E. Paendonga Jurusan Kimia, FMIPA, Unsrat, Manado

Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan

Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.)

Liberty P. Malangngia*, Meiske S. Sangia

, Jessy J. E. Paendonga

aJurusan Kimia, FMIPA, Unsrat, Manado


JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10

dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo

Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.)
Liberty P. Malangngi a* , Meiske S. Sangi a , Jessy J. E. Paendong a
a Jurusan Kimia, FMIPA, Unsrat, Manado
KATA KUNCI ABSTRAK
biji alpukat Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan tanin serta
tanin menguji aktivitas antioksidan ekstrak biji alpukat segar dan kering.
aktivitas antioksidan Penentuan kandungan total tanin dilakukan dengan metode Folin
Ciocalteau, sedangkan penentuan tanin terkondensasi dilakukan dengan
metode Vanilin-HCl dan aktivitas antioksidan diukur dengan metode
DPPH. Hasil yang diperoleh menunjukkan kandungan total tanin biji
alpukat biasa kering, biji alpukat mentega kering, biji alpukat biasa segar,
biji alpukat mentega segar berturut-turut yaitu 117 mg/kg, 112 mg/kg ,
41,3335 mg/kg dan 41 mg/kg. Kandungan tanin terkondensasi biji
alpukat biasa kering, biji alpukat mentega kering, biji alpukat biasa segar,
biji alpukat mentega segar berturut-turut yaitu 20,855 mg/kg, 16,966
mg/kg, 5,411 mg/kg dan 4,411 mg/kg. Aktivitas antioksidan tertinggi
ditunjukkan oleh ekstrak biji alpukat biasa kering (93,045%), diikuti
dengan biji alpukat mentega kering (92,970%), biji alpukat biasa segar
(85,870%) dan biji alpukat mentega segar (67,645%). Biji alpukat
memiliki persen aktivitas antioksidan yang tinggi sehingga dapat
dipertimbangkan sebagai salah satu sumber antioksidan alami.
KEYWORDS ABSTRACT
avocado seed A research has been conducted to measure the tannins and
tannins antioxidant activity of advocado seed fruit extracts. Two types of
antioxidant activity. advocados were used in this research: the ordinary local advocados and
the butter local advocados. Folin-Ciocalteu method was used to measure
the total tannin compounds, Vanillin-HCl method was used to measure
condensed tannin and DPPH method was used to measure the antioxidant
activity. The results showed that the total tannin of the dry ordinary local
advocados, dry butter local advocados, fresh ordinary local advocados and
fresh butter local advocados were 117 mg/kg, 112 mg/kg, 41,3335
mg/kg and 41 mg/kg respectively. Condensed tannin of the dry ordinary
local advocados, dry butter local advocados, fresh ordinary local
advocados and fresh butter local advocados were 20,855 mg/kg, 16,966
mg/kg, 5,411 mg/kg and 4,411 mg/kg. The highest antioxidant activity
was shown by the extract of dry ordinary local avocado seed (93,045%),
then dry butter avocado seed (92,970%), fresh ordinary avocado seed
(85,870%) and fresh butter avocado seed (67,645%). Avocado seed has
high percent of antioxidant activity that can be considered as a source of
natural antioxidants.

enak, buah alpukat juga kaya antioksidan dan zat gizi


1. Pendahuluan seperti lemak yaitu 9,8 g/100 g daging buah (Afrianti,
2010).
Alpukat merupakan tanaman yang dapat tumbuh
subur di daerah tropis seperti Indonesia. Buah Sebagian besar masyarakat memanfaatkan
alpukat merupakan salah satu jenis buah yang alpukat pada buahnya saja sedangkan bagian lain
digemari banyak orang karena selain rasanya yang seperti biji kurang dimanfaatkan. Biji alpukat memiliki

*Corresponding author: Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT, Jl. Kampus Unsrat, Manado, Indonesia 95115; Email address:
liberty_chemistry_08@yahoo.com
Published by FMIPA UNSRAT (2012)
6 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
efek hipoglikemik dan dapat digunakan untuk kertas saring, magnetik stirer dan spektrofotometer
pengobatan secara tradisional dengan cara UV-Vis Milton Roy 501.
dikeringkan kemudian dihaluskan, dan air Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
seduhannya dapat diminum. Biji alpukat dipercaya adalah 2 macam biji alpukat. Alpukat pertama adalah
dapat mengobati sakit gigi, maag kronis, hipertensi alpukat varietas merah bundar atau disebut alpukat
dan diabetes melitus (Monica, 2006). Beberapa biasa memiliki ciri fisik: buah berukuran sedang, kulit
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa buah kasar dan mudah rusak, berwarna merah saat
biji alpukat memiliki kandungan berbagai senyawa matang, daging buah berserat dan biji buah besar
berkhasiat, salah satunya adalah efek antidiabetes yang selanjutnya disebut alpukat A. Alpukat kedua
melalui kemampuannya menurunkan kadar glukosa adalah alpukat varietas hijau panjang atau disebut
darah (Zuhrotun,2007). alpukat mentega memiliki ciri fisik: buah berukuran
Hasil Skrining fitokimia yang dilakukan oleh besar, berwarna hijau kekuningan saat matang, kulit
Zuhrotun (2007) terhadap simplisia dan ekstrak buah licin, daging buah tebal berwarna kuning
etanol biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mentega dan biji buah besar yang selanjutnya disebut
mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon, sebagai alpukat B. Buah alpukat diperoleh dari
saponin, tanin dan monoterpenoid dan perkebunan desa Maumbi Minahasa Utara Sulawesi
seskuiterpenoid. Utara.
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu
sekunder yang diketahui mempunyai beberapa akuades, aluminium foil, etanol 95%, vanilin 4%, HCl
khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri pekat, dietil eter, reagen Folin Ciocalteu 50%, Na2CO3
dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat 2% dan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa 2.2 Prosedur Penelitian
fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
2.2.1 Preparasi Sampel Biji Alpukat Kering
mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al., Biji alpukat A dan B dicuci bersih, diiris tipis dan
2008). Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin dikering anginkan selama 1 minggu. Setelah kering
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki biji alpukat diblender hingga menjadi serbuk dan
peranan biologis yang kompleks mulai dari diayak dengan menggunakan ayakan 65 mesh.
pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin 2.2.2 Ekstraksi Biji Alpukat
juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis Ekstraksi sampel dilakukan secara maserasi baik
(Hagerman, 2002). sampel alpukat segar maupun kering. Ditimbang
Antioksidan dalam pengertian kimia, merupakan sebanyak 20 g biji alpukat, direndam dalam 100 mL
senyawa pemberi elektron. Antioksidan bekerja etanol 95% selama 24 jam kemudian disaring
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada sehingga diperoleh filtrat. Perlakuan dilakukan
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas selama 48 jam. Filtrat yang diperoleh disatukan
senyawa oksidan tersebut bisa terhambat. kemudian dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak
Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan etanol. Ekstrak hasil evaporasi didinginkan dalam
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal desikator sebelum analisis lebih lanjut.
bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai 2.2.3 Penentuan Kadar Air
dari pembentukan radikal bebas (Winarsi, 2007).
Salah satu metode yang digunakan untuk uji aktivitas Penentuan kadar air dilakukan dengan metode
antioksidan adalah metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil Sudarmadji (1989). Kadar air ditentukan dengan
(DPPH). Interaksi antioksidan dengan DPPH baik menimbang 2 g biji alpukat. Sampel dimasukkan ke
secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam,
DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari selanjutnya dikeluarkan dari oven dan didinginkan
DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua dalam desikator selama 30 menit, kemudian berat
elektron pada radikal bebas DPPH menjadi sampel ditimbang. Perlakuan ini dilakukan beberapa
berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu kali hingga berat sampel konstan.
tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% Kadar air = × 100%
panjang gelombang 517 nm akan hilang (Rohman et 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
al., 2010). 2.2.4 Penentuan Kandungan Total Tanin
Kandungan total tanin ditentukan dengan
2. Metode metode Chanwitheesuk et al. (2004) yang sedikit
2.1 Alat dan Bahan dimodifikasi. Sebanyak 0,5 g biji alpukat diekstraksi
dengan 10 mL dietil eter selama 20 jam, kemudian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
disaring dan residu yang diperoleh dididihkan dengan
antara lain timbangan analitik, blender, ayakan 65
100 mL akuades selama 2 jam, kemudian
mesh, oven, desikator, petridish, sudip, batang
didinginkan dan disaring. Ekstrak yang diperoleh
pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, mikropipet, pipet
ditambahkan dengan akuades hingga volume ekstrak
mohr, vortex mixer, labu Erlenmeyer, evaporator,
100 mL. Sebanyak 0,1 mL ekstrak ditambahkan
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10 7
dengan 0,1 mL reagen Folin Ciocalteu dan divortex, diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas penangkap
ditambahkan dengan 2 mL Na2CO3 dan divortex lagi. radikal bebas dihitung sebagai persentase
Absorbansi dibaca pada λ 760 nm setelah diinkubasi berkurangnya warna DPPH dengan menggunakan
selama 30 menit pada suhu kamar. Hasil yang persamaan:
diperoleh diplotkan terhadap kurva standar asam
Aktivitas penangkap radikal bebas %
tanat yang dipersiapkan dengan cara yang sama.
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
Kandungan total tanin dinyatakan dalam mg asam =1− × 100%
tanat/kg ektrak. 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
2.2.5 Penentuan Kandungan Tanin Terkondensasi
Kandungan tanin terkondensasi ditentukan 3. Hasil dan Pembahasan
menurut metode Julkunen-Tiitto dalam Suryanto dan 3.1 Rendemen Ekstrak Biji Alpukat
Wehantouw (2009). Sebanyak 0,1 mL larutan ekstrak Rendemen merupakan persentasi untuk bagian
200 mg/L biji alpukat dimasukkan ke dalam tabung yang dapat diekstrak dari bahan mentah. Besar
reaksi dan dibungkus dengan aluminium foil, rendemen hasil ekstraksi 20 g biji alpukat dalam 100
kemudian ditambahkan 3 mL larutan vanilin 4% (b/v) mL etanol 95% dihitung dalam persen rendemen
dalam metanol dan divortex. Selanjutnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.
ditambahkan 1,5 mL HCl pekat dan divortex lagi.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa AK
Absorbansi dibaca pada λ 500 nm setelah campuran
memiliki rendemen yang paling tinggi yaitu 6,248%,
diinkubasi selama 20 menit pada suhu kamar.
selanjutnya BK 5,518%, AS 4,228% dan BS 3,124%.
Kandungan tanin terkondensasi dinyatakan dalam mg
Rendemen hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
katekin/kg ekstrak.
biji alpukat kering memiliki rendemen yang lebih
2.2.6 Uji Aktivitas Antioksidan tinggi dibandingkan dengan biji alpukat segar.
Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol biji Rendemen hasil yang diperoleh tidak menunjukkan
alpukat diukur dengan metode Gaulejac et al. dalam perbedaan yang begitu besar hal ini dikarenakan,
Kiay et al. (2011). Sebanyak 0,5 mL ekstrak 200 pelarut yang digunakan sama yaitu etanol. Etanol
mg/L biji alpukat ditambahkan dengan 2 mL larutan memiliki sifat polar sehingga komponen-komponen
DPPH dan divortex selama 2 menit. Tingkat polar dalam biji alpukat dapat diekstraksi dengan
berkurangnya warna dari larutan menunjukkan pelarut etanol.
efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca
dengan spektrofotometer pada λ 517 nm setelah

Tabel 1  Rendemen ekstrak biji alpukat segar dan kering.


Jenis Sampel Rendemen (%) Warna
Biji alpukat biasa kering (AK) 6,248 Merah kecoklatan
Biji alpukat biasa segar (AS) 4,228 Merah kecoklatan
Biji alpukat mentega kering (BK) 5,518 Merah kecoklatan
Biji alpukat mentega segar (BS) 3,124 Merah kecoklatan

Tabel 2  Kadar air biji alpukat segar dan kering.


Jenis Sampel Kadar Air (%)
Biji alpukat biasa kering (AK) 12,868
Biji alpukat mentega kering (BK) 13,494
Biji alpukat biasa segar (AS) 56,466
Biji alpukat mentega segar (BS) 59,807

3.2 Kadar Air Biji Alpukat bahan untuk menghindari pengaruh aktivitas mikroba.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar air pada biji
Penentuan kadar air biji alpukat dilakukan untuk
alpukat segar lebih tinggi yaitu AS 56,466% dan BS
mengetahui banyaknya kandungan air dalam biji
59,807% sedangkan kadar air pada biji alpukat
alpukat segar dan kering. Persentasi kadar air biji
kering yaitu AK 12,868% dan BK 13,494%. Jumlah
alpukat segar dan kering dapat dilihat pada Tabel 2.
kadar air yang rendah membuat bahan akan lebih
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui tahan disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama
ketahanan suatu bahan dalam penyimpanannya dan sehingga kemungkinan rusak karena jamur pada saat
merupakan cara penanganan terbaik bagi suatu penyimpanan sangat kecil.
8 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
3.3 Penentuan Kandungan Total Tanin dengan menggunakan pereaksi Folin Ciocalteu dan
Tanin secara umum didefinisikan sebagai standar asam tanat. Penentuan fenol total digunakan
senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup untuk menentukan kandungan dari senyawa tanin
tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk yang terdapat pada setiap sampel. Metode ini
kompleks dengan protein. Kandungan total tanin mempunyai kelebihan di antaranya penampakan
ekstrak biji alpukat segar dan kering dapat dilihat warna yang lebih baik, dapat memperkecil perbedaan
pada Gambar 1. pada saat pengujian dan lebih spesifik (Rita, 2006).
Metode Folin tidak membedakan antar jenis
Kandungan total tanin dinyatakan dalam mg/kg
komponen fenolik. Semakin banyak jumlah gugus
asam tanat. Gambar 1 menunjukkan bahwa
hidroksil fenolik, maka semakin besar konsentrasi
kandungan total tanin tertinggi terdapat pada ekstrak
komponen fenolik yang terdeteksi (Khadambi, 2007).
biji alpukat kering. Ekstrak AK memiliki kandungan
tanin tertinggi yaitu 117 mg/kg diikuti ekstrak BK 112 3.4 Penentuan Kandungan Tanin Terkondensasi
mg/kg kemudian ekstrak AS 41,3335 mg/kg dan Penentuan kandungan tanin terkondensasi
ekstrak BS 41 mg/kg.. Tanin memiliki aktivitas diukur dengan menggunakan kurva standar katekin
biologis sebagai antioksidan sehingga kandungan (mg/kg). Hasil penentuan kandungan tanin
tanin dalam biji alpukat akan berpengaruh terhadap terkondensasi ekstrak biji alpukat segar dan kering
aktivitas antioksidan. dapat dilihat pada Gambar 2.
Penentuan kandungan total tanin dalam biji
alpukat diuji dengan menggunakan metode fenol total

Gambar 1  Diagram kandungan total tannin ekstrak biji alpukat (AK: biji alpukat biasa kering; BK: biji alpukat
mentega kering; AS: biji alpukat biasa segar; BS: biji alpukat mentega segar).

Gambar 2  Diagram kandungan tanin terkondensasi ekstrak biji alpukat (AK: biji alpukat biasa kering; BK: biji
alpukat mentega kering; AS: biji alpukat biasa segar; BS: biji alpukat mentega segar).

Kandungan tanin terkondensasi dalam ekstrak kandungan tanin yang lebih tinggi dari biji alpukat
biji alpukat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa segar. Kandungan tanin terkondensasi berpengaruh
kandungan tanin terkondensasi pada biji alpukat terhadap aktivitas antioksidan karena tanin
kering lebih tinggi dibandingkan biji alpukat segar. merupakan salah satu antioksidan alami dalam
Berdasarkan hasil yang diperoleh, kandungan tanin tumbuhan.
terkondensasi tertinggi adalah ekstrak AK 20,855 Prinsip uji vanilin-HCl dalam penentuan
mg/kg, ekstrak BK 16,966 mg/kg, ekstrak AS 5,411 kandungan tanin terkondensasi yaitu vanilin
mg/kg dan ekstrak BS 4,411 mg/kg. Kandungan terprotonasi dalam asam, membentuk karbokation
tanin terkondensasi berkorelasi positif dengan dan bereaksi dengan flavonoid. Senyawa antara yang
kandungan total tanin. Biji alpukat kering memiliki dihasilkan mengalami reaksi dehidrasi dan
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10 9
menghasilkan senyawa berwarna ungu atau merah Radikal bebas yang digunakan dalam penelitian ini
(Salunkhe et al.,1990). yaitu DPPH. Persentase aktivitas antioksidan dari
3.5 Uji Aktivitas Antioksidan ekstrak biji alpukat segar dan kering dapat dilihat
pada Gambar 3.
Senyawa radikal bebas biasanya digunakan
untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal bebas.

Gambar 3  Diagram aktivitas antioksidan ekstrak biji alpukat (AK: biji alpukat biasa kering; BK: biji alpukat
mentega kering; AS: biji alpukat biasa segar; BS: biji alpukat mentega segar).

Pada saat penambahan larutan DPPH pada Aktivitas antioksidan tertinggi biji alpukat
sampel biji alpukat, maka terjadi perubahan warna ditunjukkan oleh ekstrak biji alpukat biasa kering
dari ungu menjadi kuning. Intensitas berkurangnya (AK) yaitu sebesar 93,045%, kemudian biji alpukat
warna diukur absorbansinya pada panjang mentega kering (BK) 92,970%, alpukat biasa segar
gelombang 517 nm. Penurunan absorbansi ekstrak (AS) 85,870% dan biji alpukat mentega segar (BS)
menunjukkan peningkatan potensi ekstrak sebagai 67,645%. Biji alpukat memiliki kandungan
antioksidan. Gambar 3 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang relatif tinggi sehingga dapat
penangkap radikal bebas tertinggi yaitu ekstrak AK dipertimbangkan sebagai salah satu sumber
93,045% diikuti ekstrak BK 92,970% serta ekstrak antioksidan alami di samping khasiatnya sebagai
AS 85,870% sedangkan ekstrak BS sebesar antidiabetes.
67,645%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa biji
alpukat kering memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi daripada yang segar, hal ini berkorelasi
positif dengan kandungan tanin dalam ekstrak Daftar Pustaka
karena tanin memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Afrianti, L. H. 33 Macam Buah-buahan untuk
Semakin banyak kandungan tanin maka semakin Kesehatan. Alfabeta. Bandung. 2010.
besar aktivitas antioksidannya karena tanin tersusun
Chanwitheesuk, A.; Teerawutgulrag A.; Rakariyatham
dari senyawa polifenol yang memiliki aktivitas
N. Screening of Antioxidant Activity and
penangkap radikal bebas.
Antioxidant Compounds of Some Edible Plants of
Senyawa yang bereaksi sebagai penangkap Thailand. Food Chemistry. 2004. 92, 491-497.
radikal akan mereduksi DPPH membentuk DPPH-H
Desmiaty, Y.; Ratih H.; Dewi M.A.; Agustin R.
yang tereduksi. Reaksi ini diamati dengan adanya
Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati
perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun
ketika elektron ganjil dari radikal DPPH telah
Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.)
berpasangan dengan hidrogen dari senyawa
Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia.
penangkap radikal bebas (Molyneux, 2004).
Ortocarpus. 2008. 8, 106-109.
Hagerman, A. E. Tannin Handbook. Department of
4. Kesimpulan
Chemistry and Biochemistry, Miami University.
Kandungan total tanin ekstrak biji alpukat kering 2002.
yaitu ekstrak AK 117 mg/kg, ekstrak BK 112 mg/kg
Khadambi, T. N. Extraction of Phenolic Compounds
dan kandungan tanin terkondensasi ekstrak biji
and Quantification of The Total Phenol and
alpukat kering yaitu ekstrak AK 20,855 mg/kg,
Condensed Tannin Content of Bran Fraction of
ekstrak BK 16,966 mg/kg. Kandungan total tanin
Condensed Tannin and Condensed Tannin Free
ekstrak biji alpukat segar yaitu ekstrak AS 41,3335
Sorghum Varieties. University of Pretoria etd,
mg/kg dan ekstrak BS 41 mg/kg dan kandungan
Pretoria. 2007.
tanin terkondensasi ekstrak biji alpukat segar yaitu
ekstrak AS 5,411 mg/kg dan ekstrak BS 4,411 Kiay, N.; Suryanto E.; Mamahit L. Efek Lama
mg/kg. Perendaman Ekstrak Kalamansi (Citrus
microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan
10 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
Tepung Pisang Goroho (Musa spp.). Chemistry International Food Research Journal. 2010. 17,
Progress. 2011. 4, 27-33 97-106.
Molyneux, P. The Use of the Stable Free Radical Salunkhe, D. K.; Chavan J.K.; Kadam S.S. Dietary
Diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for Estimating Tannins Consequences and Remedies. CRC Press,
Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of Boca Raton.1990.
Science and Technology. 2004. 26, 211-219. Sudarmadji, S.; Haryono B.; Suhardi. Prosedur
Monica, F. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Biji Alpukat (Persea americana Mill) terhadap Liberty, Yogyakarta.1989.
Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang diberi Suryanto, E.; Wehantouw F. Aktivitas Penangkap
Beban Glukosa. Skripsi. Universitas Diponegoro, Radikal Bebas dari Ekstrak Fenolik Daun Sukun
Semarang. Juli 2006. (Artocarpus Altilis F.). Chemistry Progress. 2009.
Rita, Y. Kandungan Tanin dan Potensi Anti 2, 1-7
Streptococcus Mutans Daun The Varietas Winarsi, H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.
Assamica pada Berbagai Tahap Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. 2007.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Juni 2006
Zuhrotun, A. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji
Rohman, A.; Riyanto S.; Yuniarti N.; Saputra W.R.; Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk
Utami R.; Mulatsih W. Antioxidant Activity, Total Bulat. Universitas Padjadjaran, Bandung. (tidak
Phenolic and Total Flavaonoid of Extracts and dipublikasikan) Oktober 2007.
Fractions of Red Fruit (Padanus conoideus Lam).
LAPORAN PRAKTIKUM I
PENELUSURAN PUSTAKA

Dosen Pengampu :
Meita Ayuditiawati., M.Farm., Apt

Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2023
Nama : Rahmat Rifqi Edyan Pratama
NIM : 0102139
Kelompok: 5
Kelas : Reg B 2020

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL
CIREBON
2023
Judul AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
BIJI KAPULAGA (Amomum compactum Sol. Ex Maton)

Jurnal JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015: 119-129


ISSN 0853 – 2788

Tahun 2015
Penulis Dede Sukandar, Sandra Hermanto, Eka Rizki Amelia dan
Muhamad Zaenudin
Reviewer Rahmat Rifqi Edyan Pratama
Tanggal 20 Juli 2023
Latar Belakang Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini
terus meningkat yang disebabkan adanya anggapan sebagian
besar masyarakat bahwa tanaman obat tidak menimbulkan
efek samping, sehingga masyarakat banyak yang
memanfaatkan tanaman obat sebagai salah satu alternatif
untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit.
Beberapa tanaman obat diduga memiliki sifat sebagai
antibakteri, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik
alami. Salah satunya adalah kapulaga lokal (Amomum
compactum Sol. Ex Maton), termasuk famili Zingiberaceae,
merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang banyak
dimanfaatkan dan memiliki khasiat melegakan tenggorokan,
menghilangkan bau mulut, mengobati perut kembung dan
radang tenggorokan. Minyak atsiri dan ekstrak metanol dari
biji dan buah kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex
Maton) dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan
cendawan Botrytis cinerea Pers asal buah anggur (Vitis sp.)
dan senyawa sineol diduga merupakan senyawa utama dalam
kapulaga lokal yang bersifat sebagai anticendawan.

Metode Penelitian 1.21 kg biji kapulaga, ekstraktor soxhlet, metanol 250 ml,
rotary evaporator, pelarut n-heksan, etil asetat dan n-butanol.
Klasifikasi , tanaman Kingdom (Kerajaan) : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Division (Divisi) : Magnoliophyta
Class (Kelas) : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Amomum
Spesies : Amomum compactum soland ex Maton
Bagian tanaman yang Biji Kapulaga (Amomum compactum soland ex Maton)
digunakan

Tinjauan kimia Biji kapulaga mengandung 3-7% minyak atsiri yang terdiri
atas betakamfer, alfa borneol, terpineol, dan terpinil asetat.
Penyulingan biji kapulaga diperoleh minyak atsiri yang
disebut Oleum Cardamomi digunakan sebagai stimulus dan
pemberi aroma.

Metode Ekstraksi dan Sebanyak 1,21 kg biji kapulaga lokal yang telah dihaluskan
Fraksinasi diekstraksi menggunakan ekstraktor soxhlet dengan pelarut
metanol sebanyak 250 ml pada suhu 60 oC selama 7 jam dan
ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary
evaporator. Selanjutnya sebanyak 32 gram ekstrak kasar
metanol biji kapulaga lokal difraksinasi dengan metode
partisi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat
dan n-butanol.

Kandungan Biji kapulaga mengandung 3-7% minyak atsiri yang terdiri


zat aktifnya atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta
kamfer.
Metode skrining Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak metanol biji kapulaga
fitokimia dan fraksi-fraksi hasil partisi yaitu fraksi n-heksana, fraksi etil
asetat dan fraksi n-butanol. Uji fitokimia yang dilakukan
meliputi uji alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid, polifenol/
tannin dan saponin.
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol
etil asetat biji kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex
Maton) mengandung senyawa golongan fenol, tanin dan
terpenoid. Sedangkan ekstrak n-heksan mengandung
terpenoid dan ekstrak n-butanol mengandung fenol dan tanin.
Hasil yang diperoleh sedikit berbeda dari hasil penelitian
Kaushik, et.al yang melaporkan bahwa ekstrak kasar akuades
buah kapulaga sabrang (Elettaria cardamomum Maton)
mengandung senyawa golongan alkaloid, tanin, terpenoid dan
flavonoid. Pada ekstrak metanol dan fraksi kapulaga lokal
tidak terdeteksi adanya alkaloid.
Khasiat Khasiat antibakteri ekstrak biji kapulaga ini didasarkan pada
kandungan senyawa-senyawa aktif yang terdapat dalam biji
kapulaga, seperti minyak esensial, terpenoid, flavonoid, dan
senyawa lainnya. Beberapa manfaat dari aktivitas antibakteri
ekstrak biji kapulaga meliputi: Menghambat pertumbuhan
bakteri, mencegah infeksi, mengurangi resiko resistensi
antibiotic, dukungan system kekebalan tubuh, dsb.

Hasil Ekstrak metanol biji kapulaga lokal (Amomum compactum


Sol. Ex Maton) dihasilkan sebanyak 46,17 gram dengan
rendemen sebesar 3,8 % dan berwarna coklat kemerahan
berbentuk pasta. Pemilihan metode ekstraksi soxhlet
dilakukan karena memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya, yaitu pelarut
yang digunakan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh
hasil yang lebih pekat, proses ekstraksi berlangsung dengan
pelarut yang selalu baru sehingga dapat menarik zat aktif
yang lebih banyak, dan proses ekstraksi dapat diteruskan
sesuai keperluan tanpa perlu menambah volume pelarut.

Kelebihan Cara penulisan pada jurnal ini rapi dan mudah dipahami
pembaca.

Kekurangan Perlu dilakukan pemurnian lebih lanjut menggunakan


kromatografi kolom hingga diperoleh senyawa murni dan
dianalisa menggunakan spektroskopi NMR serta perlu
dilakukan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan
metode dilusi hingga diperoleh Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) serta uji
aktivitas antibakteri terhadap bakteri lainnya.
Kesimpulan Aktivitas antibakteri ekstrak kasar metanol biji kapulaga lokal
meningkat setelah dilakukan partisi cair-cair dengan fraksi
teraktif fraksi etil asetat terhadap S. aureus dengan zona
hambat sebesar 15,15 ± 1,34 mm (3200 µg/mL) dan terhadap
E. coli sebesar 14,00 ± 2,54 mm (800 µg/mL). Sedangkan
Fraksi 2 hasil fraksinasi dari fraksi etil asetat hanya mampu
menghambat S. aureus dengan zona hambat sebesar 12,35 ±
0,07 mm (800 µg/mL).
Dafrtar Pustaka 1. M. Poeloengan, M Andrini, N. Susan, I. Komala & M.
Hasnita. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit
Batang Bungur (Largerstoremia speciosa Pers)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Secara In Vitro. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan Dan Veteriner, 776–782. 2007.
2. IPTEKnet - Tanaman Obat Indonesia : Kapulaga-
tersedia pada http://www.iptek.net.id/. [Diakses pada
tanggal 6 Desember 2012 pukul 20.00 WIB. 2012]
3. I. Prasasty, Suranto & R. Setyaningsih. Aktivitas
Anticendawan Biji dan Buah Kapulaga Lokal
(Amomum cardamomum Willd.) terhadap Botrytis
cinerea Pers. asal Buah Anggur (Vitis sp.), BioSMART,
5(1), 61–64 ISSN: 1411–321 X (2003).
4. S.Ağaoğlu, N. Dostbil & S. Alemdar. Antimicrobial
Effect of Seed Extract of Cardamom (Elettarıa
cardamomum Maton). YÜ Vet Fak Derg, 16(2), 99–
101. (2006)
5. S. Islam, A. Rahman, M. I. Sheikh, M. Rahman, A. H.
M. Jamal, & F. Alam. In vitro Antibacterial Activity of
Methanol Seed Extract of Elettaria cardamomum (L.)
Maton. Agriculturae Conspectus Scientificus, 75(3),
113–117 (2010)
6. J.B. Harborne, Metode Fitokimia, Penuntun Cara
Modern Menganalisa Tumbuhan. Penerjemah: K.
Padmawinata & I. Sudiro. Bandung: Institut Teknologi
Bandung. 1987
7. P. Kaushik, P. Goyal, A. Chauhan, and G. Chauhan In
Vitro Evaluation of Antibacterial Potential of Dry Fruit
Extracts of Elettaria cardamomum Maton (Chhoti
Elaichi) Iran J Pharm Res. Summer; 9(3): 287–292
(2010)
8. A.G. Moat, J. W. Foster., M. P. Spector. Microbial
Physiology Fourth Edition. New York: Wiley-Liss.
2002.
9. T. Franklin, G.A. Snow.. Biochemistry of Antimicrobial
Action. London: Chapman and Hall. 1989
10. P.M. Davidson, A.L. Branen. Antimicrobia in Food.
New York: Marcel Dekker, Inc.1993.
11. M.T. Madigan, J.M. Martinko, J. Parker. Brock Biology
of Microorganisms. Tenth Edition. Southern Illinois:
University Carbondale. 2003.
12. I.B.C. Darmayasa, Daya Hambat Fraksinasi Ekstrak
Sembung Delan (Sphaerantus indicus L) Terhadap
Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Jurnal Biologi, XI(2), 74–77 ISSN: 14105292 (2008)
13. E. Jawetz, J.L. Melnick, E.A. Adelberg. Mikrobiologi
Kedokteran. Edisi 20. Penerjemah: Edi Nugroho & R.F.
Maulany. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 1986
14. B. Siswandono, Soekardjo. Kimia Medisinal. Surabaya:
Airlangga University Press. 1995.
ISSN 0853 – 2788
JKTI, Vol. 17, No. 2, Desember 2015: 119-129 Akreditasi No: 540/AU1/P2MI-LIPI/06/201

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK


BIJI KAPULAGA (Amomum compactum Sol. Ex Maton)

ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF Amomum compactum Sol. Ex Maton EXTRACT

Dede Sukandar, Sandra Hermanto, Eka Rizki Amelia dan Muhamad Zaenudin

Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jalan Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Telp. (62-21) 7493606
Email: sukandarkimia@uinjkt.ac.id

Diterima : 03 Agustus 2015, Revisi : 29 Agustus 2015, Disetujui : 24 September 2015


berdasarkan analisa menggunakan FTIR
terdapat gugus fungsi -OH alkohol (3372 cm-
1
), -CH alifatik (2926 dan 2854 cm-1), C=C
ABSTRAK (1695 cm-1), CH2 alifatik (1402 cm-1), CH3
alifatik (1384 cm-1), dan C-O (1203; 1126;
1091 dan 1043 cm-1).
Pengujian aktivitas antibakteri
terhadap ekstrak etil asetat biji kapulaga lokal Kata kunci : Antibakteri, S. aureus, E. coli,
(Amomum compactum Sol. Ex Maton) telah Amomum compactum Sol. Ex
dilakukan. Ekstraksi dilakukan menggunakan Maton difusi cakram
metode soxhletasi dengan pelarut metanol ABSTRACT
dan dipartisi cair-cair dengan pelarut n-
heksan, etil asetat dan n-butanol, uji aktivitas
antibakteri dilakukan menggunakan metode Testing of antibacterial activity against ethyl
difusi cakram, fraksinasi menggunakan acetate extract local cardamom seeds (Amomum
kromatografi kolom dan karakterisasi fraksi compactum Sol. Ex Maton) has been performed.
aktif menggunakan kromatografi GCMS, Extraction was carried out using the soxhlet method with
spektoskopi UV-Vis dan FTIR. Hasil uji methanol solvent and liquid-liquid partitioned with n-
aktivitas antibakteri diperoleh bahwa ekstrak hexane, ethyl acetate and n-butanol solvent,
etil asetat memiliki aktivitas antibakteri antibacterial activity test was performed using the disc
tertinggi terhadap S. aureus dan E. coli diffusion method, fractionation using column
dengan diameter zona hambat masing-masing chromatography and characterization of active fractions
sebesar 15,15 ± 1,34 dan 13,50 ± 0,70 mm using chromatography GCMS, UV-vis and FTIR
pada konsentrasi 3200 µg/mL. Hasil spectroscopy. The test results showed that the
fraksinasi dari fraksi etil asetat menggunakan antibacterial activity of ethyl acetate extract had the
kromatografi kolom dengan fase gerak etil highest antibacterial activity against S. aureus and E.
asetat : n-heksan (3:2) menghasilkan tiga coli with inhibition zone diameter of respectively
fraksi yaitu F1 (14,6 mg), F2 (8,1 mg) dan F3 15.15 ± 1.34 and 13.50 ± 0.70 mm at a concentration of
(4,6 mg). Fraksi 2 memiliki aktivitas 3200 mg/mL. Results of fractionation of the ethyl acetate
antibakteri tertinggi terhadap S. aureus fraction using column chromatography with a mobile
dengan diameter zona hambat sebesar 12,34 phase of ethyl acetate: n-hexane (3: 2) yielded three
± 0,07 mm pada konsentrasi 800 µg/mL. fractions, namely F1 (14.6 mg), F2 (8.1 mg) and F3 (4.6
Hasil karakterisasi fraksi 2 menggunakan mg). Fraction 2 had the highest antibacterial activity
analisa GCMS didapatkan tiga senyawa yang against S. aureus with inhibition zone diameter of 12.34
diduga bersifat antibakteri yaitu ± 0.07 mm at a concentration of 800 ug/mL. The results
2,9dihidroksi-1,8-sineol; 2,4-dihidroksi-1,8- of the characterization of the fraction 2 obtained using
sineol dan 2,2’-metilen bis [6-(1,1- GCMS analysis of three antibacterial compounds
dimetiletil)-4-etil] fenol. Hasil karakterisasi suspected of 2.9dihydroxy-1,8-cineol; 2,4-dihydroxy-1,8-
fraksi F2 menggunakan spektroskopi UV-Vis cineol and 2,2-methylene bis [6- (1,1-dimethylethyl) -4-
menunjukkan adanya gugus kromofor C=C ethyl] phenol. The results of the F2 fraction
terkonjugasi pada λ 223 nm dan characterization using UV-Vis spectroscopy showed the
maks

119
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

presence of group C = C conjugated chromophore at Minyak atsiri dan ekstrak metanol dari biji dan
λmax 223 nm and are based on analysis using FTIR there buah kapulaga lokal (Amomum compactum
-OH alcohol functional group (3372 cm-1), aliphatic -
CH (2926 and 2854 cm-1) , C = C (1695 cm-1), aliphatic Sol. Ex Maton) dilaporkan mampu
CH2 (1402 cm1 -1 menghambat pertumbuhan cendawan Botrytis
), CH3 aliphatic (1384 cm ), and C-O (1203; 1126; 1091 cinerea Pers asal buah anggur (Vitis sp.) dan
and 1043 cm-1). senyawa sineol diduga merupakan senyawa
utama dalam kapulaga lokal yang bersifat
Keywords: Antibacterial, S. aureus, E. sebagai anticendawan(3).
coli, Amomum compactum Sol. Ex Hasil penelitian Ağaoğlu, et.al(4)
Maton, disk diffusion
menyatakan ekstrak dietil eter biji
kapulaga sabrang (Elettaria
cardamomum Maton), memiliki aktivitas
PENDAHULUAN
antimikroba pada beberapa jenis mikroba
yaitu Mycobacterium smegmatis,
Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus
pada saat ini terus meningkat yang disebabkan aureus, Escherichia coli, Salmonella
adanya anggapan sebagian besar masyarakat typhimurium,
bahwa tanaman obat tidak menimbulkan efek Enterococcus faecalis, Micrococcus
samping, sehingga masyarakat banyak yang luteus dan Candida albicans. Selain itu
memanfaatkan tanaman obat sebagai salah satu hasil penelitian Islam, et.al(5) menyatakan
alternatif untuk mencegah dan mengobati ekstrak metanol biji kapulaga sabrang
berbagai macam penyakit (1). (Elettaria cardamomum L. Maton)
memiliki aktivitas antibakteri pada
Beberapa tanaman obat diduga memiliki sifat konsentrasi 100 mg/mL terhadap bakteri
sebagai antibakteri, sehingga dapat Gram positif diantaranya S. aureus,
dimanfaatkan sebagai antibiotik alami. Salah Streptococcus-β-haemolytica, Bacillus
satunya adalah kapulaga lokal (Amomum subtilis, Bacillus megaterium, dan
compactum Sol. Ex Maton), termasuk famili Sarcina lutea dan bakteri Gram negatif
Zingiberaceae (Gambar 1), merupakan diantaranya K. pneumoniae,
tanaman rempah asli Indonesia yang banyak Pseudomonas aeruginosa, S.
dimanfaatkan dan memiliki khasiat melegakan typhimurium, Shigella dysenteriae, dan
tenggorokan, menghilangkan bau mulut, Shigella sonnei. Penelitian mengenai
a
k
t
i
v
i
t
a
s

(a) (b) a
Gambar 1. (a) Tanaman dan (b) Biji Kapulaga n
Lokal t
mengobati perut kembung dan radang i
tenggorokan.(2) bakteri kapulaga lokal umumnya

120
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

menggunakan ekstrak metanol, dietil eter hasil partisi yaitu fraksi n-heksana,
dan minyak atsirinya, tetapi belum fraksi etil asetat dan fraksi n-butanol. Uji
dilakukan pengujian aktivitas antibakteri fitokimia yang dilakukan meliputi uji
terhadap fraksi etil asetat hasil partisi alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid,
cair-cair ekstrak metanol. Oleh karena polifenol/ tannin dan saponin.
itu, penelitian ini dimaksudkan untuk
melakukan pengujian aktivitas antibakteri Uji Aktivitas Antibakteri
S. aureus dan E. coli dan karakterisasi
senyawa aktif pada fraksi etil asetat hasil Uji aktivitas antibakteri dilakukan pada
partisi cair-cair ekstrak metanol biji ekstrak metanol biji kapulaga dan fraksi-
kapulaga lokal (A. compactum Sol. Ex fraksi hasil partisi yaitu fraksi nheksana,
Maton) menggunakan kromatografi fraksi etil asetat dan fraksi nbutanol
GCMS, spektrofotometer UV-Vis dan terhadap bakteri S. aureus dan E. coli
FTIR. menggunakan metode difusi cakram
BAHAN DAN METODA dengan mengukur diameter zona bening
sebagai zona hambat dari sampel yang
diuji. Zona hambat yang terukur dari
Bahan Tumbuhan sampel dibandingkan dengan zona
Sampel tumbuhan berupa biji kapulaga hambat dari antibiotik (kloramfenikol)
lokal (Amomum compactum Sol. Ex sebagai kontrol positif. Selanjutnya
Maton) yang diperoleh dari Desa dibuat kurva hubungan antara sampel,
Cintaratu, Kecamatan Parigi, Kabupaten antibiotik, kontrol negatif (x) dengan
Pangandaran, Jawa Barat dan telah diameter daerah hambat
dilakukan determinasi di Herbarium (y).
Bogoriense, Bidang Botani Pusat
Penelitian Biologi LIPI Cibinong, Kromatigrafi Kolom
Bogor.
Kromatografi kolom dilakukan pada fraksi
teraktif hasil partisis cair-cair berdasarkan
Ekstraksi dan Fraksinasi hasil uji aktivitas antibakteri dengan fasa diam
Sebanyak 1,21 kg biji kapulaga lokal silika gel Merck 60 GF254 (0,2-0,5 mm) dan
yang telah dihaluskan diekstraksi fase gerak campuran etil asetat:n-heksana
menggunakan ekstraktor soxhlet dengan (3:2).
pelarut metanol sebanyak 250 ml pada
suhu 60 oC selama 7 jam dan ekstrak Analisa Kandungan Kimia
yang diperoleh dipekatkan menggunakan
Analisa kandungan kimia dalam fraksi aktif
rotary evaporator. Selanjutnya sebanyak
menggunakan spektrofotometer UV-Vis Perkin
32 gram ekstrak kasar metanol biji
Elmer Lambda 25 dan FTIR Spektrum One
kapulaga lokal difraksinasi dengan
Perkin Elmer.
metode partisi cair-cair menggunakan
pelarut n-heksan, etil asetat dan n-
butanol. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Fitokimia Ekstrak metanol biji kapulaga lokal (Amomum


Uji fitokimia dilakukan pada ekstrak compactum Sol. Ex Maton) dihasilkan
metanol biji kapulaga dan fraksi-fraksi sebanyak 46,17 gram dengan rendemen
sebesar 3,8 % dan berwarna coklat kemerahan

121
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

berbentuk pasta. Pemilihan metode ekstraksi n


o
soxhlet dilakukan karena memiliki beberapa i
keuntungan dibandingkan dengan metode d
ekstraksi lainnya, yaitu pelarut yang digunakan
lebih sedikit dan secara langsung diperoleh Saponin - - - -
hasil yang lebih pekat, proses ekstraksi
berlangsung dengan pelarut yang selalu baru
sehingga dapat menarik zat aktif yang lebih Keterangan :
(+) Menunjukkan hasil positif pada uji fitokimia
banyak, dan proses ekstraksi dapat diteruskan (-) Menunjukkan hasil negatif pada uji fitokimia
sesuai keperluan tanpa perlu menambah
volume pelarut (6).
Partisi cair-cair ekstrak metanol biji kapulaga
Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa
lokal menghasilkan fraksi nheksana (0,83 g),
ekstrak kasar metanol etil asetat biji kapulaga
etil asetat (6.09 g) dan nbutanol (7 g) dengan
lokal (Amomum compactum Sol. Ex Maton)
masing-masing rendemen 2,59; 19,03 dan
mengandung senyawa golongan fenol, tanin
21,87 % (b/b).
dan terpenoid. Sedangkan ekstrak n-heksan
Hasil fraksinasi menunjukkan bahwa terdapat
mengandung terpenoid dan ekstrak n-butanol
lebih banyak golongan senyawa semi polar
mengandung fenol dan tanin. Hasil yang
dan senyawa polar dibanding senyawa non
diperoleh sedikit berbeda dari hasil penelitian
polar.
Kaushik, et.al(7) yang melaporkan bahwa
ekstrak kasar akuades buah kapulaga sabrang
Hasil Uji Fitokimia (Elettaria cardamomum Maton) mengandung
Hasil pengujian fitokimia terhadap ekstrak senyawa golongan alkaloid, tanin, terpenoid
kasar metanol dan ekstrak hasil partisi caircair dan flavonoid. Pada ekstrak metanol dan fraksi
tertera pada Tabel 1. kapulaga lokal tidak terdeteksi adanya
alkaloid.

Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kasar dan


Aktivitas Antibakteri
Hasil Fraksinasi
Uji aktivitas antibakteri dilakukan terhadap
Uji Ekstrak Ekstrak ekstrak metanol, fraksi n-heksana, etil asetat
Ekstrak Ekstrak dan n-butanol, serta kontrol positif
Fitokimia Kasar Fraksi Fraksi Fraksi
kloramfenikol maupun kontrol negatif pelarut
Metanol n- Etil n-
heksana asetat butanol dimetilsulfoksida (DMSO) menggunakan
bakteri uji Staphylococcus aureus dan
Alkaloid - - - Escherichia
- coli yang dilakukan secara in vitro
dengan metode difusi cakram. Perbedaan zona
Flavonoid - - - hambat
- masingmasing ekstrak terhadap bakteri
S. aureus dan E. coli terlihat pada Gambar 2
Fenol - + + dan +3.
Tanin - + + Hasil+ uji aktivitas antibakteri
menunjukkan bahwa ekstrak kasar
T + + + metanol
- hanya mampu membentuk zona
e hambat terhadap bakteri E. coli dengan
r
diameter zona hambat tertinggi sebesar
p
e 14,00 ± 3,39 mm pada konsentrasi 3200

122
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

Gambar 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri terhadap Bakteri S. aureus

Gambar 3. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri terhadap Bakteri E. coli


µg/mL:, tetapi tidak mampu menghambat terhadap senyawa non polar yang
pertumbuhan S. aureus. Hal ini diduga disebabkan komponen dasar penyusun
karena ekstrak metanol lebih aktif dinding sel bakteri Gram positif yaitu
menghambat bakteri Gram negatif (E. peptidoglikan yang salah satu
coli) tetapi tidak mampu menghambat penyusunnya adalah asam amino alanin
bakteri Gram positif (S. aureus), yang yang bersifat hidrofobik (non polar)
disebabkan lebih banyak mengandung sehingga mudah ditembuh oleh senyawa
senyawa polar. Menurut non polar, selain itu menurut Madigan,
Moat, et.al (8) senyawa dalam ekstrak et.al(11) bakteri Gram positif terdiri dari
polar dapat mudah berpenetrasi pada 90 % peptidoglikan yang mengandung
dinding sel bakteri Gram negatif karena asam amino D-alanin dan lapisan tipis
adanya gugus hidrofilik. Selain itu berupa asam teikoat.
menurut Franklin dan Snow(9) dinding sel
bakteri Gram negatif mengandung gugus Ekstrak n-heksana, etil asetat dan
protein yang disebut porin yang nbutanol hasil partisi mampu
membentuk pori-pori hidrofilik pada menghambat pertumbuhan bakteri S.
lapisan membran luar sel sehingga aureus maupun E. coli. Ketiga ekstrak
senyawa polar dapat lebih mudah tersebut memiliki zona hambat terhadap
menembus dinding sel. Sedangkan bakteri E. coli pada konsentrasi terendah
menurut Davidson dan Branen(10) bakteri 200 µg/mL masingmasing sebesar 12,05
Gram positif (S. aureus) lebih sensitif ± 0,35 mm, 12,25 ± 0,21 mm dan 12,30

123
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

± 0,56 mm. Sedangkan ekstrak n- terhadap bakteri E. coli dan S. aureus masing-
heksana dan etil asetat memiliki zona masing sebesar 13 mm dan 30 mm(4,5).
hambat pada konsentrasi terendah 400
µg/ml terhadap bakteri S. aureus Besar zona hambat yang dihasilkan ketiga
masingmasing sebesar 13,65 ± 1,48 mm fraksi terhadap bakteri S. aureus cenderung
dan 12,30 ± 0,98 mm dan ekstrak n- lebih besar dibandingkan dengan bakteri E.
butanol pada konsentrasi terendah 800 coli. Adanya perbedaan kepekaan pada bakteri
µg/mL memiliki zona hambat sebesar Gram positif dan Gram negatif terhadap zat
13,85 ± 0,49 mm. Pada konsentrasi 3200 antibakteri yang terkandung dalam ketiga
µg/mL adanya peningkatan zona hambat fraksi tersebut diduga karena perbedaan
pada fraksi etil asetat terhadap S. aureus struktur dinding sel bakteri. Menurut Jawetz,
dengan zona hambat sebesar 15,15 ± et.al(13), perbedaan kepekaan pada bakteri
1,34 mm. Gram positif dan Gram negatif terhadap zat
Berdasarkan hasil uji antibakteri tersebut antibakteri diduga karena perbedaan struktur
aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dinding sel seperti jumlah kandungan
mengalami peningkatan, sedangkan terhadap peptidoglikan, lipid dan aktivitas enzim yang
E. coli tidak mengalami peningkatan setelah menentukan penetrasi, pengikatan dan
dilakukan pasrtisi caircair. Hal ini diduga aktivitas antibakteri. Bakteri S. aureus (Gram
karena senyawa antibakteri terhadap bakteri positif) mempunyai struktur dinding sel yang
Gram negatif (E. coli) terdistribusi ke dalam mengandung polisakarida, protein, dan lipid
masingmasing ekstrak, sehingga daya yang rendah (1-4 %), sedangkan E. coli
hambatnya menurun. (negatif) mempunyai dinding sel dengan
Tidak terbentuknya zona hambat pada fraksi n- kandungan lipid yang tinggi (11-22 %) serta
heksana pada konsentrasi 200 µg/mL; fraksi struktur dinding sel yang berlapis tiga
etil asetat pada konsentrasi 200 µg/mL; dan (multilayer) yaitu lipoprotein, membran luar
fraksi n-butanol pada konsentrasi 200 µg/mL fosfolipid dan lipopolisakarida.
dan 400 µg/mL terhadap bakteri S. aureus Membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida
diduga kecilnya konsentrasi uji, sehingga dapat mengurangi masuknya zat antibakteri ke
belum mampu menyebabkan perubahan sistim dalam sel, sehingga dinding sel bakteri S.
fisiologis sel bakteri sehingga bakteri tersebut aureus lebih mudah ditembus oleh zat
mampu untuk tumbuh (12). antibakteri dibandingkan dengan dinding sel
Hasil uji antibakteri terhadap kontrol positif bakteri E. coli.
antibiotik kloramfenikol menghasilkan zona Besar diameter zona hambat setiap
hambat tertinggi terhadap bakteri S. aureus ekstrak lebih rendah dibandingkan
sebesar 27,80 ± 1,97 mm dan terhadap bakteri dengan kontrol positif antibiotik
E. coli sebesar 25,50 ± 0,70 mm pada kloramfenikol yang merupakan antibiotik
konsentrasi 3200 µg/mL, sedangkan kontrol berspektrum luas sehingga efektif
negatif DMSO tidak menghasilkan zona terhadap bakteri Gram positif maupun
hambat pada kedua bakteri uji. Hasil penelitian Gram negatif (14).
ini menunjukkan ekstrak kasar metanol biji Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa
kapulaga lokal (A. compactum Sol. Ex Maton) Fraksi 1 tidak memberikan hambatan
dan hasil partisinya memiliki aktivitas terhadap kedua bakteri uji, sedangkan
antibakteri S. aureus yang lebih rendah dari Fraksi 2 dan Fraksi 3 hanya mampu
ekstrak metanol dengan zona hambat sebesar menghambat bakteri S. aureus.
15 mm (100 mg/mL) maupun ekstak dietil eter Berdasarkan hal ini, diduga Fraksi 2 dan
biji kapulaga sabrang (Elettaria cardamomum Fraksi 3 memiliki komponen senyawa
Maton) yang menghasilkan zona hambat yang bersifat antibakteri dengan

124
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

spektrum sempit yang efektif melawan aureus pada konsentrasi 800 µg/mL.
sebagian bakteri Hasil uji antibakteri F1, F2 dan F3 tertera
Gram positif (15). pada Tabel 2.

Hasil Analisa GCMS


Hasil Kromatografi Kolom
Berdasarkan hasil analisa GCMS
Hasil kromatografi kolom dengan fase
diperoleh sedikitnya 20 puncak
gerak campuran etil asetat:n-heksana
kromatogram yang menunjukkan adanya
(3:2) diperoleh 30 fraksi dan dilakukan
dua puluh komponen senyawa yang
penggabungan menjadi 3 fraksi yaitu F1
terdapat dalam Fraksi 2. Adapun
(fraksi 1-9= 14,6 mg), F2 (fraksi 10-18=
kromatogram hasil analisa GCMS
8,1 mg) dan F3 (fraksi 19-30= 4,6 mg).
terdapat pada Gambar 4 dan Kedua puluh
Fraksi gabungan F1, F2, F3 hasil
senyawa dari hasil analisa GCMS dapat
pemisahan kromatografi kolom dilakukan
dilihat pada Tabel 3.
uji antibakteri terhadap E. coli dan S.
Tabel 2. Hasil Uji Antibakteri Hasil Pemisahan Kromatografi Kolom

Bakteri E. Bakteri
coli S.
aureus
Fraksi 1 - -
Fraksi 2 - 12,34±0,07
Fraksi 3 - 12,10±0,14
Diameter Zona Hambat (mm) Sampel

Gambar 4. Kromatogram Hasil Analisa GCMS Fraksi 2

125
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

Tabel 3. Komponen Senyawa Fraksi 2


Waktu % Bobot
No.
Retensi Area Molekul
1 16.486 8,17 172
2 17.796 3,21 186

3 18.540 1,86 170

4 18.840 6,69 186

5 19,210 13,41 226

6 19,930 24,95 186

7 20,870 4,71 170

8 21,845 1,09 168

9 23,360 1,69 184

10 27,475 2,24 266


11 28,725 2,69 282
12 30,605 1,57 278
13 30,835 8,38 256
14 31,490 3,40 266
15 34,555 3,87 284
16 35,160 3,27 266
17 38,540 2,38 354
18 39,980 1,28 368

19 40,560 3,12 278

20 41,665 2,01 364


kemiripan dengan senyawa 2,4-dihidroksi-
Senyawa yang diduga memiliki aktivitas 1,8-sineol
antibakteri yang terindentifikasi (2).
CH3
menggunakan GCMS pada fraksi 2 yaitu
senyawa pada waktu retensi (Rt) 19,930
dengan persen luas area 24,95 % yang
memiliki kemiripan dengan senyawa
2,9dihidroksi-1,8-sineol (1) dan senyawa
pada waktu retensi (Rt) 17.796 dengan
persen luas area 3,21 % yang memiliki

126
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

luas area 1,28 % yang memiliki kemiripan


dengan senyawa 2,2’metilen bis[6-(1,1-
dimetiletil)-4-etil] fenol (3).

Menurut Davidson dan Branen(10), sineol


merupakan senyawa golongan monoterpen Menurut Cowan (18), senyawa fenol, fenolat
yang dapat memberikan efek penghambatan atau polifenol merupakan salah satu
terhadap mikroba. Hasil penelitian Inouye, golongan senyawa metabolit sekunder
et.al(16) menunjukkan senyawa 1,8-sineol yang memiliki aktivitas antimikroba.
yang terdapat dalam minyak atsiri rimpang Senyawa 2,2’-metilen bis[6-(1,1-
Zingiber aromaticum dimetiletil)-4-etil] fenol juga ditemukan di
Val memiliki aktivitas antibakteri dalam ekstrak butanol kulit biji
Haemophilus influenzae, Streptococcus Anacardium excelsum yang memiliki
pyogens, Streptococcus pneumonia, aktivitas antibakteri terhadap bakteri B.
Staphylococcus aureus dan Escherichia Subtillis dengan zona hambat 19 mm (19).
coli. Selain itu penelitian Sukandar, et.al(17) Mekanisme penghambatan bakteri oleh
menunjukkan bahwa senyawa sineol dalam senyawa fenol dengan cara mengganggu
minyak atsiri rimpang lengkuas merah komponen penyusun peptidoglikan sel
(Alpinia purpurata K. Schum) memiliki bakteri, sehingga lapisan sel bakteri tidak
aktivitas antibakteri Bacillus cereus dan terbentuk secara utuh(20).
Pseudomonas aeruginosa dengan diameter Mekanisme senyawa fenol sebagai
zona hambat masing-masing 17,6 mm pada antibakteri pada konsentrasi rendah dengan
konsentrasi 20 %. merusak membran sitoplasma dan
Menurut Cowan(18) mekanisme kerja menyebabkan kebocoran inti sel,
antibakteri senyawa terpenoid dengan cara sedangkan pada konsentrasi tinggi senyawa
bereaksi dengan porin (protein fenol akan berkoagulasi dengan protein
transmembran) pada membran luar dinding seluler (22).
sel bakteri dan membentuk ikatan polimer
yang kuat sehingga mengakibatkan
rusaknya porin. Rusaknya porin yang
merupakan pintu keluar masuknya senyawa
yang dibutuhkan sel bakteri akan
mengurangi permeabilitas dinding sel
bakteri yang mengakibatkan sel bakteri
akan kekurangan nutrisi, sehingga
pertumbuhan bakteri terhambat atau mati.
Selain itu senyawa yang diduga memiliki
aktivitas antibakteri yaitu senyawa pada
waktu retensi (Rt) 39,980 dengan persen Gambar 5. Spektrum UV Fraksi 2

127
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

rendah (υ 2854 cm-1) yang dihasilkan


oleh yang diperkuat adanya serapan
tekukan CH dari CH2 (υ 1402 cm-1)
dan tekukan C-H dari CH3 (υ 1384 cm-
1 (21)
) .

KESIMPULAN

Aktivitas antibakteri ekstrak kasar metanol biji


kapulaga lokal meningkat setelah dilakukan
Gambar 6. Spektrum FTIR Fraksi partisi cair-cair dengan fraksi teraktif fraksi etil
2\ asetat terhadap S. aureus dengan zona hambat
sebesar 15,15 ± 1,34 mm (3200 µg/mL) dan
terhadap E. coli sebesar 14,00 ± 2,54 mm (800
Hasil Analisa Spektroskopi UV-Vis µg/mL). Sedangkan Fraksi 2 hasil fraksinasi dari
dan Spektroskopi FTIR. fraksi etil asetat hanya mampu menghambat S.
Hasil analisis spektroskopi UV-Vis aureus dengan zona hambat sebesar 12,35 ± 0,07
Fraksi 2 (Gambar 5) menunjukkan mm (800 µg/mL).
adanya transisi elektron dari π–π* Hasil analisa GCMS menunjukkan Fraksi 2
yang disebabkan kromofor C=C memiliki 3 komponen senyawa yang diduga
terkonjugasi (λmaks 223 nm) bersifat antibakteri yaitu 2,9dihidroksi-1,8-
( sineol; 2,4-dihidroksi-1,8sineol dan 2,2’-metilen
2
1 bis[6-(1,1dimetiletil)-4-etil] fenol.
)
Hasil analisa UV-Vis dan FTIR menunjukkan
. Fraksi 2 mengandung senyawa yang memiliki
kromofor C=C pada λmaks 223 nm serta memiliki
Berdasarkan hasil analisis gugus fungsi -OH (3372 cm-1), -CH (2926 dan
spektrum 2854 cm-1), C=C (1695 cm-1), CH dari -CH2
IR menunjukkan bahwa fraksi 2 (1402 cm-1), -CH dari -CH3 (1384 cm-1), dan
mengandung senyawa yang C-O (1203, 1126, 1091 dan 1043 cm-1).
memiliki gugus fungsi O–H yang
membentuk ikatan hidrogen
intramolekul (υ 3372 cm ) dengan
-1 SARAN
intensitas kuat yang diperkuat
serapan uluran C–O (υ 1203, 1126, Perlu dilakukan pemurnian lebih lanjut
1091 dan 1043 cm-1) dengan menggunakan kromatografi kolom hingga
intensitas lemah dan melebar (21). diperoleh senyawa murni dan dianalisa
Selain itu terdapat pula menggunakan spektroskopi NMR serta perlu
dilakukan pengujian aktivitas antibakteri
puncak serapan uluran C=C (υ 1695
menggunakan metode dilusi hingga diperoleh
cm-1) dengan intensitas kuat dan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan
melebar(23), serta puncak serapan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
uluran C–H dengan intensitas kuat dan serta uji aktivitas
tajam (υ 2926 cm-1) serta intensitas antibakteri terhadap bakteri lainnya

128
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

Maton. Agriculturae Conspectus


UCAPAN TERIMA KASIH Scientificus, 75(3), 113–117 (2010)
6. J.B. Harborne, Metode Fitokimia, Penuntun
Cara Modern Menganalisa
Terima kasih kami ucapkan kepada Tumbuhan. Penerjemah:
pimpinan dan staf Herbarium Bogoriense K.
Bidang Botani Pusat Penelitian BiologiLIPI Padmawinata & I. Sudiro. Bandung: Institut
Cibinong Jawa Barat, yang telah membantu Teknologi Bandung. 1987
mengidentifikasi spesimen tumbuhan dan 7. P. Kaushik, P. Goyal, A. Chauhan, and G.
kepada Kepala Pusat Laboratorium Terpadu Chauhan In Vitro Evaluation of Antibacterial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah Potential of Dry Fruit Extracts of Elettaria
memfasilitasi penelitian ini. cardamomum Maton (Chhoti Elaichi) Iran J
Pharm Res. Summer; 9(3): 287–292 (2010)
DAFTAR PUSTAKA 8. A.G. Moat, J. W. Foster., M. P. Spector.
Microbial Physiology Fourth Edition.
New York: Wiley-Liss. 2002.
1. M. Poeloengan, M Andrini, N. Susan, I.
9. T. Franklin, G.A. Snow.. Biochemistry of
Komala & M. Hasnita. Uji Daya
Antimicrobial Action. London: Chapman and
Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang
Hall. 1989
Bungur (Largerstoremia speciosa Pers)
Terhadap Staphylococcus aureus dan 10. P.M. Davidson, A.L. Branen. Antimicrobia in
Escherichia coli Secara In Vitro. Food. New York: Marcel Dekker, Inc.1993.
Seminar Nasional Teknologi 11. M.T. Madigan, J.M. Martinko, J. Parker.
Peternakan Dan Veteriner, 776–782. Brock Biology of Microorganisms. Tenth
2007. Edition.
2. IPTEKnet - Tanaman Obat Indonesia : Southern Illinois:
Kapulaga- tersedia pada University
http://www.iptek.net.id/. [Diakses pada Carbondale. 2003.
tanggal 6 Desember 2012 pukul 20.00 12. I.B.C. Darmayasa, Daya Hambat Fraksinasi
WIB. 2012] Ekstrak Sembung Delan (Sphaerantus
3. I. Prasasty, Suranto & R. Setyaningsih. indicus L) Terhadap Bakteri Escherichia coli
Aktivitas Anticendawan Biji dan Buah dan
Kapulaga Lokal (Amomum Staphylococcus aureus. Jurnal Biologi,
cardamomum Willd.) terhadap Botrytis XI(2), 74–77 ISSN: 14105292 (2008)
cinerea Pers. asal Buah Anggur (Vitis
sp.), BioSMART, 5(1), 61–64 ISSN: 13. E. Jawetz, J.L. Melnick, E.A. Adelberg.
1411–321 X (2003). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20.
4. S.Ağaoğlu, N. Dostbil & S. Alemdar. Penerjemah: Edi Nugroho & R.F.
Maulany. Jakarta: Buku Kedokteran
Antimicrobial Effect of Seed Extract of
EGC, 1986
Cardamom (Elettarıa cardamomum
14. B. Siswandono, Soekardjo. Kimia Medisinal.
Maton). YÜ Vet Fak Derg, 16(2), 99–
Surabaya: Airlangga
101. (2006)
University Press. 1995.
5. S. Islam, A. Rahman, M. I. Sheikh, M.
15. K. Todar, The Control of Microbial Growth.
Rahman, A. H. M. Jamal, & F. Alam. In vitro
Wisconsin: University of Wisconsin. 1997.
Antibacterial Activity of Methanol Seed
Extract of Elettaria cardamomum (L.) 16. S. Inouye, T. Takizawa, H. Yamaguchi.
Antibacterial Activity of Essential Oils and

129
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk

Their Mayor Constituents Againts


Respiratory Tract Pathogens by Gaeous
contact. J. Ant. Chem, 47, 565–573. (2001)
17. D. Sukandar, N. Radiastuti & S. Utami.
Aktivitas Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas
Merah (Alpinia purpurata K. Schum) Hasil
Distilasi. Jurnal Biologi Lingkungan, 3(2),
94–100. (2009)
18. M.M. Cowan. Plant Products
as
Antimicrobial Agents Clinical. Microbiology
Reviews, 12(4), 564–582 ISSN 0893–8512
(1999)
19. C. Celis, A. Garcia, G. Sequeda, G. Mendez,
R. Torrenegra. Antimicobial Activity of
Extracts Obtained from Anacardium
excelsum Againts Some Pathogenic
Microorganisms. Emir. J. Food Agric, 23(3),
249–257 (2011)
20. T. Robinson Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi. Bandung: ITB. 1995.
21. R.M. Silverstein, G.C. Bassler, T.C. Morrill.
Penyidikan Spektrofotometrik Senyawa
Organik edisi ke empat.
Penerjemah: Drs. A.J. Hartomo & Dra. Anny
Victor Purba, M,Sc. Jakarta: Erlangga. 1986.
22. W.A. Volk, M.F. Wheeler. Mikrobiologi
Dasar. Penerjemah:
Soenartono Adisoemarto. Jakarta: Erlangga.
1984.
23. U. Supratman, Elusidasi Struktur Senyawa
Organik. Bandung: Widya
Padjajaran. 2010.

130
[Type here]

131

Anda mungkin juga menyukai