PENELUSURAN PUSTAKA
Dosen Pengampu :
Meita Ayuditiawati., M.Farm., Apt
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2023
Nama : Yunita Putri Utami
NIM : 01021078
Kelompok :5
Kelas : Reg C 2021
Tinjauan kimia Kandungan zat kimia utama dari selasih adalah minyak astiri.
Minyak ini terdiri atas methyl chavicol, linalool, geraniol,
citral, ocimenen, eugenol metyhl, ether, methyl cinnamate,
farsenol, furfural, hionene, dan juga 1.8 cincole.
Metode penyarian Pembuatan Ekstrak biji Selasih Sebanyak 500 gram biji
(pelarut penyarian) selasih (Ocimum basilicum L) di ekstraksi dengan metode
maserasi. Cairan pengekstraksi masing-masing terdiri dari
etanol, etil asetat, dan n-heksan dimasukkan kedalam bejana
maserasi, disimpan ditempat yang terhindar dari sinar
matahari selama 3 hari sambil dilakukan pengadukan
beberapa kali (minimal 2 kali sehari). Filtrat dikentalkan
menggunakan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental
Kandungan zat Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, efek antipiretik
aktifnya dari ekstrak biji selasih ini diduga karena adanya senyawa
flavonoid yang terkandung dalam biji selasih. Selasih
memiliki kandungan flavanoid. Penelitian Adesokan tahun
2008 membuktikan bahwa flavanoid dapat bersifat
antipiretik.
Metode skrining Selasih (Ocimum Basilicum L) merupakan tanaman yang
fitokimia banyak ditemukan di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Bagian-bagian dari selasih yang dapat dipergunakan sebagai
bahan obat yaitu biji, batang, tangkai dan bunga. Salah satu
khasiat dari selasih sebagai obat tradisonal adalah sebagai
antipiretik (penurun demam) namun belum ada data ilmiah
terhadap khasiatnya tersebut, selain itu juga biji selasih bisa
digunakan untuk meredakan muntah-muntah, mengobati
cacingan, batuk, luka, bengkak dll (Kardinan,2003)
Khasiat biji selasih biasa dimanfaatkan untuk obat-obatan dan juga
sebagai bahan tambahan untuk minuman yang tidak
mengandung alkohol. Tanaman selasih juga berkhasiat untuk
meredakan sakit pada saraf dan sakit kepala, menjadi zat
antiinflamasi dan zat anticonvulsant, dan juga mencegah
terjadinya penyakit stroke. Biji selasih ternyata juga menjadi
obat herbal ampuh untuk mengatasi susah tidur atau
kegelisahan (penderita insomnia). Hal ini dikarenakan
biji selasih mengandung bahan kimia yang dipercaya dapat
memberi khasiat menenangkan.
Hasil Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data kenaikan
suhu rectal pada semua kelompok uji hewan coba mencit
setelah di induksi dengan pepton 12,5%. Sedangkan hasil
penelitian setelah pemberian ekstrak biji selasih dengan
menggunakan pelarut etanol, etil asetat, n-heksan dengan
konsentrasi 10 %, Natrium CMC dan paracetamol terjadi
penurunan suhu badan pada hewan uji setelah induksi.
Penggunaan paracetamol sebagai pembanding, dimana
paracetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran
cerna, terrsebar ke seluruh cairan tubuh. Di metabolisme oleh
enzim mikrosom hati, diekskresi melalui ginjal.(Gan
Gunawan. 2007).
Kelebihan Cara penulisan pada jurnal ini rapi dan mudah dipahami
pembaca.
Kekurangan Karena ada perbedaan nyata, perlu untuk menguji lanjut letak
perbedaannya dengan melihat nilai koefisien
keseragamannya. Apabila nilai koefisien keseragaman lebih
kecil dari 5 % maka dilanjutkan ke uji BNJ (Beda Nyata
Jujur).
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Ekstrak biji selasih
(Ocimum basilicum L.) dapat berefek sebagai antipiretik
pada mencit (Mus musculus). Efek antipiretik yang paling
efektif digunakan untuk menurunkan suhu rektal mencit
demam yaitu pada ekstrak yang menggunakan pelarut etil
asetat.
Dafrtar Pustaka Adesokan, A.A., Yakubu, M.T., Owoyele, B.V., Akanji,
M.A., Soladoye, A.O., Lawal, O., 2008. Effect of
Administration of Aqueous and Ethanol Extracts of
Enantia chlorantha Stem Bark on Brewer’s Yeast Induced
Pyresis in Rats. African J. of Biochemistry 2(7):165-169.
Almatsier, S., 2002. Prinsip dasar ilmu gizi. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Dalimartha, S., 2008. Atlas tumbuhan obat indonesia jilid
3. Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.
Dian, D., 2007. Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun
Dadap Serep (Folia Erythrina lithosperma) Terhadap
Mencit Jantan Galur DDY. Bandung.
Gunawan, G.S., 2007. Farmakologi dan terapi edisi 5.
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI, Jakarta.
Jefri, C., et al., 2003. Uji pembanding Efek Antipiretik
Ekstrak Air Dringo (Acorus Calamus L.) dengan Kayu
Ules (Helictenes Isora L.) Pada Marmut Jantan Demam
Akibat Induksi Pepton Universitas Surabaya, Surabaya.
Kardinan, A., 2003. Selasih : Tanaman . Keramat Multi
Manfaat. Agromedia, Jakarta.
Lisdayanti. 2008. Uji Daya Antipiretik Ekstrak Daun
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Terhadap
penurunan Suhu Rektal Mencit (Mus musculus)
Betina.(skripsi)
Maksum, R., 2005. Peranan Bioteknologi dan Mikroba
Endofit Dalam Perkembangan Obat Herbal. Maj. Ilmu
Kefarmasian Indonesia
Pudjarwoto,T., Simanjuntak, C.H., Nur, I.P., 1992. Daya
Antimikroba Obat Tradisional Diare terhadap Beberapa
Jenis Bakteri Enteropatogen. Cermin Dunia Kedokteran
76.
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke
Sistem. Edisi 2. Jakarta.
Suwandito. 2008. Pepton. Http:www/Haifachem.com.
Diakses tanggal 11 Juni 2008.
As-Syifaa Vol 07 (02) : Hal. 158-163, Desember 2015
ISSN : 2085-4714
ABSTRACT
Seeds basil (Ocimum basilicum L.) has been known to the publicand is widely
used to treat a variety of diseases. One of its benefits as lowering fever but have not
been proven scientifically. This study was to determine whether there is an
antipyretic effecte basil seeds (Ocimum basilicum L.) and to determine the
effectiveness of extracts of basil seeds by using some of the solvent is n-hexane,
ethyl acetate and ethanol compared with paracetamol in mice (Mus musculus). This
study was an experimental study using RAL. Experimental animals used were 15
mice, stages of research giving treatment af mice in each group who had fasted for
12 hours, measured rectal temperature (initial temperature), then injected with 1 ml
peptone/tail subcutaneously. The data obtained were analyzed ANOVA followed
BNJ test. Test antipyretic extract basil seeds (Ocimum basilicum) with some solvent,
most effectively used as a solvent in the basil seeds that solvent ethyl acetate
compared with solvent n-hexane and ethanol. The results oft his study showed that
the extract of basil seeds antipyretic effect.
158
Uji aktivitas ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L.) dengan beberapa pelarut sebagai
antipiretik pada mencit (Mus musculus)
161
Uji aktivitas ekstrak biji selasih (Ocimum basilicum L.) dengan beberapa pelarut sebagai
antipiretik pada mencit (Mus musculus)
163
LAPORAN PRAKTIKUM I
PENELUSURAN PUSTAKA
Dosen Pengampu :
Meita Ayuditiawati., M.Farm., Apt
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2023
Nama : Uun Kunayah
NIM : 010210143
Kelompok :5
Kelas : Reg B
Ekstraksi
Sampel biji pala (Myristica fragrans) yang diperoleh dari
Desa Huntu, Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo,
Provinsi Gorontalo dan proses determinasi di Laboratorium
Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri
Gorontalo. Sampel yang telah diperoleh dibersikan dari
kotoran yang melekat dengan cara dicuci dengan air mengalir
kemudian dikeringkan, biji pala kemudian dikupas dan
dipisahkan bagian dalam biji pala, kemudian dihaluskan
menggunakan blender. Ditimbang serbuk biji pala (Myristica
fragrans L ), sebanyak 500 g, diektraksi dengan metode
maserasi menggunakan pelarut metanol. Proses maserasi
dilakukan selama 3 x 24 jam pada masing-masing pelarut
dengan sesekali
dilakukan pengadukan. Filtrat yang didapatkan dari semua
proses ektraksi masing-masing pelarut dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 40oC sampai
memperoleh ektrak kental.
Metode penyarian Pembuatan Ekstrak biji Selasih Sebanyak 500 gram biji
(pelarut penyarian) selasih (Ocimum basilicum L) di ekstraksi dengan metode
maserasi. Cairan pengekstraksi masing-masing terdiri dari
etanol, etil asetat, dan n-heksan dimasukkan kedalam bejana
maserasi, disimpan ditempat yang terhindar dari sinar
matahari selama 3 hari sambil dilakukan pengadukan
beberapa kali (minimal 2 kali sehari). Filtrat dikentalkan
menggunakan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh
ekstrak kental
Kandungan zat minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristin, elemisi,
aktifnya enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonema, dan asam
olenoat. Pada biji pala juga diketahui memiliki kandungan
metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, saponin,
tannin, fenol, dan terpenoid
Metode skrining Alkaloid
fitokimia Uji dilakukan dengan melarutkan Ekstrak 0.1 gram, dan
ditambahkan 5 mL kloroform dan 3 tetes amoniak. larutan
kemudian ditambahkan dengan H2SO4 2 M dan kemudian
dibagi menjadi 3 untuk diuji menggunakan pereaksi
Dragendorf, peraksi
Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil positif alkaloid ditandai
dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi Meyer,
endapan merah pada pereaksi Dragendrof dan endapan
coklat pada pereaksi Wagner Triterpenoid dan Steroid Uji
dilakukan dengan melarutkan ekstrak sebanyak 0.1 gram, dan
ditambahkan
larutan asetat anhidrat 3 tetes dan larutan H2SO4 pekat 1
tetes . Hasil positif triterpenoid. ditunjukan dengan warna
merah dan hasil positif steroid dengan warna hijau Tanin. Uji
dilakukan dengan melarutkan ekstrak sebanyak 0,1 gram dan
ditambahkan
aquades, dan dikocok hingga homogen. Sampel kemudian
ditambahkan 5 tetes FeCl3 1% dan dikocok. Hasil positif
yaitu terbentuk warna hijau kehitaman
Flavonoid
Uji Dilakukan dengan pelarutan ekstrak dengan etanol.
Kemudian dipindahkan dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan pita Mg. dan ditambahkan dengan larutan HCL
pekat 1 mL kedalam tabung reaksi. Hasil menunjukkan
larutan mengandung flavonoid
ditandai dengan adanya perubahan warna larutan menjadi
warna kuning, jingga dan hijau
Saponin
Uji dilakukan dengan menambahkan 2 ml ekstrak kedalam
tabung reaksi, dan ditambahkan aquades yang sudah
dipanaskan terlebih dahulu. Esktrak kemudian dikocok
selama 1 menit hingga terbentuk busa, diamkan selama 5
menit dan ditambahkan 1 tetes HCL kemudian diamati
hasilnya. Hasil positif larutan
dibuktikan dengan terjadi pembentukan busa yang stabil.
Pengujian statistic
Kelebihan Pada jurnal ini sangat detail dan lugas sehingga mudah
dipahami oleh pembaca.
Kekurangan Masih terdapat kesalahan penulisan kata.
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakuan, dapat
disimpulkan bahwa Ekstrak Metanol Biji Pala (Myristica
fragrans) dapat berperan dalam penyembuhan luka bakar
pada mencit jantan (Mus musculus), dimana kelompok uji
dengan konsentrasi ekstrak 10% memiliki efek penyembuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok
lainnya
Dafrtar Pustaka [1]. Sjamsuhidajat R, De Jong W,. 1997. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
[2]. Bone, K., & Mills, S. (2013). Principles and Practice of
Phytotherapy Second. Edition. Churchill Livingstone.
Elsevier. New York
[3]. Cho J.Y., Choi G.J., Son S.W., et al., (2007). Isolation and
antifungal activity of lignans from Myristica fragrans
against various plant pathogenic fungi, Pest Manag
Sci, 63, pp. 935–940.
[4]. Desiyana, L. S., Husni, M. A dan Zhafira, S. (2016). Uji
Efektivitas Sediaan Gel fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji
(Psidium guajava Linn.) Terhadap Penyembuhan
Luka Tterbuka Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal
Natural. Vol 16(2) : 23-32.
[5]. Dewi. Prastiana. S., 2010. Perbedaan Efek Pemberian
Lendir Bekicot (Achantina fulica) dan Gel Bioplacenton
Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Tikus
Putih [Skripsi]. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret.
[6]. Diki P. Wibowo, Yessi Febriani, Hesti Riasari, Diah L.
Aulifa. 2018. Essential Oil Composition, Antioxidant and
Antibacterial Activities of Nutmeg (Myristica
fragrans Houtt) From Garut West Java. Indonesian Journal
of Pharmaceutical Science and Technology. Bandung :
UNPAD
[7]. Eva Septerina Dwi Hapsari, Happy Indri Hapsari,
Christiani Bumi Pangesti. 2017.
Efektifitas Pemberian Ekstrak Biji Pala (Myristica
fragrans) Dalam Penyembuhan Luka. Surakarta :
STIKES Kusuma Husada Surakarta.
[8]. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara
Modern Menganalisis. Tumbuhan, Diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro,. Edisi 2. Bandung
: ITB
.
[9]. Nurul Inayah, Rachmawati Ningsih, Tri Kustono Adi.
2012. Uji Toksisitas dan Identifikasi Awal Golongan
Senyawa Aktif Ekstrak Etanol dan N-heksana Teripang
Pasir (Holothuria scabra) kering Pantai Kenjeran
Surabaya. J Alchemy. Volume 2 No 1
[10]. Praisia M. E. Rumopa, Henoch Awaloei , Christi
Mambo. 2016. Uji daya hambat ekstrak biji pala
(myristicae fragrans) terhadap pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes.
Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4, Nomor 2.
[11]. Revi, Y., Ria, A dan Linda, A. 2011. Formulasi Krim
Estrak Daun Kirinyuh(Euphatorium odoratum L) untuk
Penyembuhan Luka.Jurnal Kesehatan Pharma Medika.
Vol 3(1) : 229.
[12]. Robinson T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung,
[13]. Srivikaya R.W.Ollu, Putri Pandarangga, Nemay A.
Ndaong. 2019. Persembuhan luka incisi kulit mencit
(Mus musculus) dengan pemberian ekstrak etanol
teripang getah (Holothuria leucospilota). Jurnal Veterinel
Nasional. Vol. 2 No. 1
[14]. Suhirman S., dan Balitro, 2013. Diversifikasi Produk Biji
Pala, Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri. Vol 19 (3), hal. 17-20.
[15]. Tiwari, Kumar, Kaur Mandeep, Kaur Gurpreet & Kaur
Harleem. 2011. Phytochemical Screening and Extraction:
A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia vol. 1:
issue 1.
[16]. Wijaya, B.A. Citraningtyas, G. dan Wehantouw, F. 2014.
Potensi Ekstrak Etanol Alternatif Obat Luka Pada
Kulit Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Pharmacon. Jurnal
Ilmiah Farmasi-UNSRAT Volume 3. Nomor 3.
[17]. Zhang, Y., Wu, X., Ren, Y., Fu, J., & Zhang, Y. 2004.
Safety Evaluation of a Triterpenoid-Rich Extract from
Bamboo Shavings. Food and Chemical toxicology 42
(11)
Journal Syifa Sciences and Clinical Research (JSSCR)
Volume 5 Nomor 1, 2023
Journal Homepage: http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jsscr, E-ISSN: 2656-9612 P-ISSN:2656-8187
DOI : https://doi.org/10.37311/jsscr.v5i1.18996
ABSTRAK
Tanaman Pala (Myristica Fragrans L) merupakan salah satu tanaman rempah yang secara
empiris telah digunakan sebagai pilihan terapi pengobatan luka. Luka Bakar adalah kerusakan
integritas kulit akibat kontak antara lapisan kulit dengan sumber yang memiliki perbedaan
suhu yang tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak biji pala
(Myristica Fragrans L) terhadap penyembuhan luka bakar pada Mencit Jantan (Mus Musculus).
Ekstraksi menggunakan maserasi dengan pelarut Metanol. Mencit sebanyak 18 ekor dibagi
menjadai 6 kelompok, yaitu kontrol negatif (Na-CMC), kontrol positif (Bioplacenton®), dan
kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 3%, 5%, 7%, dan 10%. Luka bakar dibuat
dengan menggunakan plat besi ukuran 2 cm x 2 cm pada bagian punggung mencit, dan
diamati perbandingan perbaikan diamaeter luka bakar yang terjadi dari hari ke- 1 hingga hari
ke-20, dengan interval pengamatan hari ke-5, 10, 15, dan 20. Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dengan ANOVA satu arah yang dilanjutkan denga uji LSD untuk mengetahui
perbedaan antara kelompok uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol Biji Pala
(Myristica Fragrans L) memiliki efek penyembuhan terhadap luka bakar dimana kontsentrasi
paling efektif yakni pada konsentrasi ekstrak 10%, dengan persentase kesembuhan luka bakar
hingga 89,15%.
Kata Kunci:
Ekstrak; Biji Pala (Myristica Fragrans L); Luka Bakar; Uji Efektivitas
Diterima: Disetujui: Online:
27-12-2022 28-02-2023 01-03-2023
ABSTRACT
The Nutmeg Plant (Myristica Fragrans L) is one of the spices plants empirically used as a therapeutic
option for injury healing. Burn injury is damage to the skin's integrity caused by contact with a source
with a high-temperature difference. This research aimed to determine the effectiveness of Nutmeg
(Myristica Fragrans L) Seed extract on burn injury healing in Male Mice (Mus Musculus). Extraction
was carried out through Maceration with Methanol solvent. Eighteen mice were divided into 6 groups:
negative control (Na-CMC), positive control (Bioplacenton), and treatment groups with concentrations
of 3%, 5%, 7%, and 10%. Burn injury was created using a 2 cm x 2 cm iron plate on the mice's back,
and the healing of the burn injury diameter was observed from day 1 to day 20, with observation intervals
at day 5, 10, 15, and 20. The data were analyzed using one-way ANOVA followed by an LSD test to
determine the differences between test groups. The resalts indicate that the ethanol extract of Nutmeg
(Myristica Fragrans L) see haseng effect on burn injury, with the most effective concentration being the
extraet onoration of 10%, with a burn injury healing rate of up to 89,15%.
Copyright © 2023 Jsscr. All rights reserved.
Keywords:
Extract; Nutmeg (Myristica Fragrans L) seed, Burn Injury; Effectiveness
123
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
1. Pendahuluan
Kulit ialah jaringan pelapis seluruh permukaan tubuh, yang juga adalah organ
terbesar dari tubuh manusia baik dari segi permukaannya mapupun dari segi beratnya.
Kulit bekerja melindungi antara jaringan dibagian bawahnya dan lingkungan luar. Kulit
bekerja memberi perlindungan dari abrasi, dehidrasi, radiasi ultraviolet, dan invasi
mikroorganisme. Salah satu gangguan yang kerap ditemukan dibagian kulit ialah luka.
Luka didefinisikan sebagai kerusakan integritas epitel kulit. Seorang yang menderita
luka akan merasakan adanya ketidaksempurnaan yang memiliki dampak pada kualitas
hidup bagi penderita [1].
Setiap luka akan memiliki penanganan yang berbeda, sesuai dengan jenis luka,
tingkat kontaminasi, dalamnya luka, dan penyebab terjadinya luka tersebut. Luka bakar
adalah luka yang terjadi sebagai bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
dikarenakan kontak antara kulit dengan sumber yang memiliki suhu sangat tinggi (api,
air panas, bahan kimia, listrik, radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak
antara kulit dengan sumber panas (atau penyebab lain), terjadi reaksi kimia dari jaringan
sehingga sel tereduksi dan menjadi rusak. Perubahan ini umumnya tidak terjadi pada
luka akibat cedera lain, dan khusus terjadi pada luka bakar. Penanganan terapi luka
bakar didasarkan pada pencegahan infeksi sekunder pada luka, stimulansi
pembentukan jaringan kolagen, dan optimalisasi perkembangan sisa-sisa sel epitel agar
dapat menutup permukaan luka [1].
Walaupun terdapat pengembangan industri obat farmasi, tetapi penyediaan obat
yang dapat merangsang perbaikan luka bakar masih terbilang terbatas. Salah satu
pilihan alternatif yang berkembang saat ini adalah penggunaan obat tradisional, yang
dimana pada penggunaan empiris memiliki efektifitas yang memadai. Hal ini perlu di
kembangkan agar dapat digunakan secara optimal dan menyeluruh dalam perbaikan
pelayanan kesehatan. Adapun contoh salah satu tanaman obat tradisional yang dapat
dimanfaatkan dalam penyembuhan luka bakar adalah tanaman pala [3].
Tanaman pala (Myristica fragrans L) adalah tanam rempah yang tergolong dalam
tanaman berumah dua (dioecious) yang juga diketahui sebagai tanaman daerah tropis.
Bagian yang sering di gunakan adalah bagian biji pala. Kandungan yang terdapat dalam
biji pala antara lain minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristin, elemisi, enzim lipase,
pektin, hars, zat samak, lemonema, dan asam olenoat. Pada biji pala juga diketahui
memiliki kandungan metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin,
fenol, dan terpenoid yang dapat memiliki efek terhadap penyembuhan luka.
Penelusuran literatur menunjukkan bahwa selain digunakan sebagai rempah-rempah,
biji pala mempunyai potensi untuk pengobatan seperti karminati, hipolipidemik,
antriombotik, agregasi antiplatelet, antijamur, afrodisiaka, ansiogenik, anti-ulcerogenic,
nematosidal, antitumor, anti inflamasi, insektisidal, antibakteri, juga antioksidan [2,3].
Penelitian terkini yang dilakukan oleh Eva Septerina et al berjudul efektifitas
pemberian ekstrak biji pala (Myristica fragrans Houtt) dalam penyembuhan luka. Dengan
tujuan penelitian untuk melihat potensi krim biji pala dalam penyembuhan luka
sayatan. Hasil penelitian yang didapat, krim ekstrak biji pala 5 % memiliki efek
menyembuhkan luka. Rata- rata lama penyembuhan luka sayat pada kelompok
perlakuan adalah 4,5 hari, dan pada kelompok control 6,3 hari [7].
124
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131
Penelitian yang dilakukan juga oleh Diki P. Wibowo et al (2018) ini menunjukan
minyak atsiri biji pala dapat digunakan untuk penyakit infeksi akibat paparan bakteri
E.Coli, B. cereus, B. subtilis, S. aureus, dan MRSA. Minyak Atsiri biji pala memiliki LC50
pada konsentrasi 3,16 %. Yang menunjukkan minyak atsiri bij pala memiliki aktivitas
antioksidan yang kuat. Hasil pengujian menunjukkan bahwan KHM dari minyak atsiri
bij pala mempunyai nilai antara 0.31%- 10% [6].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Praisia M, et al dengan judul uji daya hambat
ekstrak biji pala (Myristica fragrans) terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus
dan streptococcus pyogenes. Hasil yang didapat pada kelompok perlakuan dengan
menggunakan pelarut methanol dan control positif sefuroksim, didapati diameter zona
hambat sefuroksim sebesar 37, 33 mm dan 42,67 mm, dan konsentrasi esktrak 100 %
memiliki diameter zona hambat sebesar 25,16 mm dan 24,16 mm. konsentrasi hambat
minimum adalah sebesar 16,16 mm dan 18,16 mm [10].
Pendekatan secara ilmiah pala (Myristica fragrans) untuk penyembuhan luka
dilihat dari kandungan beberapa senyawa yang ada pada ekstrak biji pala yang
berpotensi sebagai penyembuh pada luka. Ini mendorong kami sebagai peneliti untuk
menguji dan melihat pemanfaatan esktrak biji pala terhadap penyembuhan luka bakar
pada mencit. Pemilihan bagian biji juga dikarenakan masih sangat minimmnya studi
terkait uji luka bakar dengan menggunakan bagian bijij pala. Berdasarkan beberapa
uraian diatas, maka akan dilakukan studi penelitian berkaitan dengan uji efektifitas
ekstrak metanol biji pala (Myristica fragrans L) terhadap penyembuhan luka bakar pada
mencit (Mus musculus).
2. Metode
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yaitu untuk
mengetahui efektivitas ekstrak metanol biji pala (Myristica Fragrans) terhadap
penyembuhan luka bakar pada mencit (Mus Musculus). Mencit yang digunakan
sebanyak 18 ekor, yang dibagi dalam 6 kelompok uji, yakni kontrol negatif, kontrol
positif (Bioplacenton®), dan kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak 3%, 5%, 7%, dan
10%.
Alat dan Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu aquadest, etanol 70%,
ekstrak metanol biji pala (Myristica fragrans L ), FeCl3, hewan uji mencit jantan, HCl,
H2SO4, Kloroform, Krim penghilang bulu (Veet®), Lidocaine krim (Topsy®), Magnesium,
Metanol, Na-CMC, Perekasi Dragendroff, Pereaksi Meyer, Bioplacenton®, dan tisu.
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu batang pengaduk, bejana
maserasi, blender, evaporator, gelas kimia (Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), kain saring, plat
besi berukuran 2x2 cm, neraca analitik (Precisa®), penjepit, pipet, stopwatch, tabung
reaksi, wadah pengamatan.
Ekstraksi
Sampel biji pala (Myristica fragrans) yang diperoleh dari Desa Huntu, Kecamatan
Batudaa, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo dan proses determinasi di
Laboratorium Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri
Gorontalo. Sampel yang telah diperoleh dibersikan dari kotoran yang melekat dengan
cara dicuci dengan air mengalir kemudian dikeringkan, biji pala kemudian dikupas dan
dipisahkan bagian dalam biji pala, kemudian dihaluskan menggunakan blender.
Ditimbang serbuk biji pala (Myristica fragrans L ), sebanyak 500 g, diektraksi dengan
125
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
126
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131
Pengujian statistik
Data yang didapat pada penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan
parameter pengukuran diameter penyembuhan luar bakar pada mencit (Mus Musculus).
Analisis data menggunakan analisis One Way ANOVA varian satu arah untuk melihat
perbedaan pada setiap perlakuan dan uji post hoc untuk menguatkan hasil tersebut.
Hasil Senyawa
Saponin
Fraksi Alkaloid Terpenoid (H2SO4
Flavonoid (air Tannin
pelarut (HCl + + as. asetat
(Mg+HCl) panas (FeCl3)
dragendrfof) anhidrat)
+HCl)
Methanol + + + + +
Srivikaya et al menuliskan dalam hasil penelitiannya bahwa senyawa yang
berperan sebagai penyembuh luka yaitu alkaloid dan saponin [13]. Sedangkan menurut
Nurul et al dan Wijaya et al senyawa terpenoid berperan sebagai antioksidan dan
antimikroba yang membantu dalam penyembuhan luka [9,16]. Penelitian Desiyana et al
juga menyebutkan bahwa senyawa flavonoid dan tanin dapat berperan sebagai
penyembuh luka [4]. Dari hasil skrining fitokimia yang sudah dilakukan dapat
diketahui bahwa ekstrak biji pala memiliki beberapa kandungan senyawa metabolit
sekunder. Kelompok uji yang diberikan ekstrak biji pala memiliki kandungan senyawa
127
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
yang bersifat antibakteri, antioksidan, dan penyembuh luka. Senyawa yang bersifat
antibakteri adalah alkaloid dan flavonoid. Senyawa yang bersifat sebagai antioksidan
adalah terpenoid, dan yang berperan sebagai penyembuh adalah saponin dan tannin.
Hasil pengamatan diameter luka bakar dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 1.
Bioplacenton® digunakan sebagai terapi luka bakar dikarenakan efek bakterisid, dimana
memiliki kandungan neomisin sulfat 0,5% dan ekstrak plasenta 10%. Ekstrak plasenta
yang terdapat pada bahan ini dapat menstimulasi terjadinya regenerasi sel, sedangkan
neomisin sulfat dapat berperan sebagai bakteriosid. Indikasi dari obat ini adalah terapi
pada luka bakar, ulkus kronis, luka yang lama sembuh dan terdapat granulasi, ulkus
dekubistus, eksim pioderma, impetigo, furunkolosis dan infeksi kulit lainnya [5].
128
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131
Penurunan Tingkat
Hari Hari Rata-rata
diameter Penyembuhan
Kelompok uji 1 20 penyembuhan
luka luka bakar
(mm) (mm) (%)
(mm) (%)
13,10 12,00 1,10 8,40
Kontrol Negatif
14,10 12,80 1,30 9,22 10,32
(Na-CMC)
15,00 13,00 2,00 13,33
16,01 1,00 15,01 93,75
Kontrol Positif
15,00 0,70 14,30 95,33 95,18
(Bioplacenton®)
16,90 0,60 16,30 96,45
12,70 4,80 7,90 62,20
Kelompok 1
14,50 5,10 9,40 64,83 63,67
(Kons. 3%)
13,60 4,90 8,70 63,97
14,40 3,50 10,90 75,69
Kelompok 2
16,00 3,90 12,10 75,63 75,71
(Kons. 5%)
15,30 3,70 11,60 75,82
15,40 2,60 12,80 83,12
Kelompok 3
14,40 2,90 11,50 79,86 82,00
(Kons. 7%)
15,90 2,70 13,20 83,02
16,00 1,70 14,30 89,38
Kelompok 4
15,90 1,60 14,30 89,94 89,15
(Kons. 10%)
16,00 1,90 14,10 88,13
129
P-ISSN: 2656-8187, E-ISSN: 2656-9612
dapat mempercepat proses penyembuhan luka bakar pada mencit, dengan kelompok
yang paling memberikan efek adalah kelompok uji 6 (ekstrak biji pala 10%) yang
memiliki persentasi penyembuhan 89,15 %.
4. Kesimpulan
Referensi
[1]. Sjamsuhidajat R, De Jong W,. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
[2]. Bone, K., & Mills, S. (2013). Principles and Practice of Phytotherapy Second.
Edition. Churchill Livingstone. Elsevier. New York
[3]. Cho J.Y., Choi G.J., Son S.W., et al., (2007). Isolation and antifungal activity of
lignans from Myristica fragrans against various plant pathogenic fungi, Pest Manag
Sci, 63, pp. 935–940.
[4]. Desiyana, L. S., Husni, M. A dan Zhafira, S. (2016). Uji Efektivitas Sediaan Gel
fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Terhadap Penyembuhan
Luka Tterbuka Pada Mencit (Mus musculus). Jurnal Natural. Vol 16(2) : 23-32.
[5]. Dewi. Prastiana. S., 2010. Perbedaan Efek Pemberian Lendir Bekicot (Achantina
fulica) dan Gel Bioplacenton Terhadap Penyembuhan Luka Bersih Pada Tikus
Putih [Skripsi]. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.
[6]. Diki P. Wibowo, Yessi Febriani, Hesti Riasari, Diah L. Aulifa. 2018. Essential Oil
Composition, Antioxidant and Antibacterial Activities of Nutmeg (Myristica
fragrans Houtt) From Garut West Java. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science
and Technology. Bandung : UNPAD
[7]. Eva Septerina Dwi Hapsari, Happy Indri Hapsari, Christiani Bumi Pangesti. 2017.
Efektifitas Pemberian Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans) Dalam Penyembuhan
Luka. Surakarta : STIKES Kusuma Husada Surakarta.
[8]. Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis.
Tumbuhan, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro,. Edisi 2.
Bandung : ITB.
[9]. Nurul Inayah, Rachmawati Ningsih, Tri Kustono Adi. 2012. Uji Toksisitas dan
Identifikasi Awal Golongan Senyawa Aktif Ekstrak Etanol dan N-heksana
Teripang Pasir (Holothuria scabra) kering Pantai Kenjeran Surabaya. J Alchemy.
Volume 2 No 1
[10]. Praisia M. E. Rumopa, Henoch Awaloei , Christi Mambo. 2016. Uji daya hambat
ekstrak biji pala (myristicae fragrans) terhadap pertumbuhan bakteri
staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes. Jurnal e-Biomedik (eBm), .
Volume 4, Nomor 2
[11]. Revi, Y., Ria, A dan Linda, A. 2011. Formulasi Krim Estrak Daun Kirinyuh
(Euphatorium odoratum L) untuk Penyembuhan Luka.Jurnal Kesehatan Pharma
Medika. Vol 3(1) : 229.
[12]. Robinson T., 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut
Teknologi Bandung,
130
Journal Syifa Sciences and Clinical Research. 3(1): 123-131
131
LAPORAN PRKTIKUM I
PENELUSURAN PUSTAKA
Dosen Pengampu :
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2032
NAMA : DEDE KHOERIAH
NIM : 01020121
Kelompok :5
REG B 2020 - SEMESTER VI
S1 FARMASI
Judul EKSTRAKSI BIJI KETUMBAR DENGAN MEMPERGUNAKAN
PELARUT N-HEKSANA
Jurnal JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
Tahun 2021
Penulis Abdullah Kuntaarsa1, Zubaidi Achmad2, Purwo Subagyo3
Reviewer Dede khoeriah
Tanggal 20 juli 2023
Latar Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumber daya
Belakang alam yang besar, antaralain pada rempah-rempahnya. Bahkan Indonesia adalah
salah satu negarapengekspor rempah-rempah terbesar di dunia. Rempah-rempah
merupakan jenis tumbuhan dengan aroma dan rasa yang kuat yang sering
dimanfaatkan menjadi bumbu dapur. Selain itu rempah-rempah juga banyak
digunakan untuk bahan dasar kosmetik maupun obat-obatan. Karena banyaknya
manfaat, tidak heran rempah-rempah menjadi salah satu komoditas dengannilai
ekonomis yang tinggi. Bahkan,pada saat zaman penjajahan, salah satu alasan
utama para penjajah melakukan eksplorasi di Indonesia adalah untuk mengambil
dan memanfaatkan rempah-rempahnya.Salah satu rempah-rempah yang
memiliki banyak manfaat yaitu ketumbar (Coriandrum sativum L.).Ketumbar
sendiri sudah banyak digunakan sejak dahulu karena ketersediaan dan
manfaatnya yang banyak. Ketumbar disebut-sebut memiliki khasiat menjadi
analgesik,antiseptik, dan anti-diabetes. Selain itu ketumbar memiliki efek
stimulasi pada sistem pencernaan dengan menambah produksi enzim pada
pencernaan.
Ketumbar juga dinilai dapat meningkatkan fungsi hati (Rashid dkk, 2014).
Bahkan di Indonesia, ketumbar sudah lazim dikonsumsi untuk menjadi obat.
Umumnya, ketumbar dikonsumsi dengan merendamnya di air panas dan
diminum air rendamannya. Untuk mengambil kandungan dari ketumbar, dapat
pula dilakukan dengan cara ekstraksi minyak ketumbar dengan pelarut. Salah satu
pelarut yang paling umum digunakan untuk ekstraksi ialah N-Heksana.
Metode Bahan baku biji ketumbar dan n-heksana, sedangkan alat yang dipergunakan,
Penelitian gelas ukur 250 ml, labu ukur 5 ml, cawan petri, timbangan,ayakan 30 mesh dan
80 mesh, pipet tetes, botol penyimpanan, piknometer,stopwatch.
Klasifikasi Kerajaan: Plantae
tanaman Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Coriandrum
Spesies: C. sativum
Bagian Biji Ketumbar ( Coriandrum sativum L )
tanaman
yang
digunakan
Tinjauan Biji ketumbar yang telah diekstrak dengan metode penapisan fitokimia
kimia mengandung beberapa jenis senyawa kimia. Senyawa-senyawa ini yaitu alkaloid,
saponin, tanin, flavonoid, fenolik, triterpenoid, dan glikosida
Metode Pada proses pengambilan minyak dari biji-bijian, metode yang sering
penyarian digunakan yaitu ekstraksi pelarut menggunakan pelarut N-Heksana.
N-Heksana umum dijadikan pelarut dikarenakan recovery-nya mudah,
bersifat non-polar, dan memiliki selektivitas yang tinggi (Kumar, dll.
2017). Oleh sebab itu, kami menggunakan N-Heksana sebagai
pelarut pada proses ekstraksi.
Kandungan Biji ketumbar (Coriandrum sativum L) juga merupakan salah satu jenis
zat aktifnya tanaman bumbu-bumbuan yang sejak lama digunakan dan dimanfaatkan
olehmanusia sebagai obat atau untukmeningkatkan cita rasa bahan pangan
(Purseglove et al., 1981). Biji ketumba mengandung berbagai macam
mineral.Mineral yang banyak terkandung pada biji ketumbar adalah kalsium,
fosfor,magnesium, potassium, dan besi.
Kalsium selain berperan sebagai mineral tulang, juga berperan menjaga
tekanan darah agar tetap normal.Mineral fosfor berperan dalam
pembentukan dan pertumbuhan tulang.Fosfor juga berperan dalam menjaga
keseimbangan asam dan basa tubuh.Magnesium merupakan mineral yang
berperan dalam metabolisme kalsium dan potasium, serta membantu kerja enzim
dalam metabolisme energi.Potasium membantu keseimbangan cairan elektrolit
dalam tubuh. Besi merupakan mineral yang dibutuhkan dalam pembentukan sel
darah merah,hemoglobin, dan mioglobin otot. (Fauciet al., 2008; Astawan, 2009)
Metode Pada ketumbar, terkandung minyak atsiri sebanyak 0,8-1,8%. Minyak atsiri
Skrining ketumbar dikenal memiliki banyak manfaat dan memiliki sejarah panjang akan
fitokimia kegunaannya sebagai obat tradisional. Hal ini disebabkan karena kandungan
ketumbar yang direkomendasikan untuk keluhan
dyspepsia, kehilangan nafsu makan, kejang, insomnia, bahkan
kecemasan.Sedangkan minyak atsiri ketumbardisebut dapat meningkatkan
kontrol glukosa darah dan dapat digunakan sebagai agen anti-hiperglikemik
(Mandal dan Mandal, 2015)
Khasiat Beberapa manfaat dari ketumbar yang sudah banyak diketahui diantara nya,
mampu menurunkan kadar gula darah, meningkatkan kekebalan tubuh, untuk
kesehatan jantung, melindungi kesehatan otak, meningkatkan kesehatan
pencernaan dan usus, melawan infeksi dan bermanfaat juga untuk kesehatan kulit
dan rambut.
Hasil Jumlah volume yang digunakan pada minyak atsiri tentunya sangat berpengaruh
terhadap pengambilan minyak atsiri itu sendiri, Hal ini dikarenakan pelarut
tersebut memiliki titik optimum untuk mengekstrak suatu bahan dengan
perbandingan massa dan pelarut tertentu. bahwa semakin banyak volume pelarut
yang digunakanakan mendapatkan rendemen minyak yang lebih banyak. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa semakin banyak pelarut maka pemecahan dinding dan
membran sel akibat perbedaan tekanan antara dalam dan luar sel berjalan lebih
optimal sehingga semakin banyak.rendemen yang terambil (Koirewoa,2012).
Kelebihan Cara penulisan pada jurnal ini rapi dan mudah dipahami pembaca
Kekurangan terjadi penurunan rendemen minyak yang dihasilkan dengan volume pelarut 250
ml dan 300ml. Hal ini disebabkan karena jumlah volume yang terlalu besar dapat
mengakibatkan turbulensi semakin kecil sehingga berpengaruh pada rendemen
yang berkurang (Kusmartono, 2016)
Kesimpulan Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Suhu optimum ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut
N-Heksana yaitu pada 63oC dengan banyak minyak yang dihasilkan
sebanyak 1,260 ml.
2. Waktu optimum ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut N-Heksana yaitu pada
150 menit dengan banyak minyak yang dihasilkan sebanyak 1,561 ml.
3. Volume pelarut optimum ekstraksi biji ketumbar dengan pelarut
N-Heksana yaitu pada 200 ml dengan banyak minyak yang dihasilkan sebanyak
1,561 ml.
Daftar Anonim. 2015. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi
Pustaka Ekstraksi.https://dokumen.tips/download/link/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-ekstraksi [21 November 2019]
Ariyani, Fransiska, dkk. 2008. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Tanaman
Sereh dengan Menggunakan Pelaru Metanol, Aseton, dan N-
Heksana.WIDYA TEKNIK Vol. 7, No.2,(124-133).
Astawan, M. 2009. Ketumbar.http://cybehealt.cbn.net.id [24 December
2019]
ETH Zurich. 2014. Practica in Process Engineering II. Zurich: IPE
Separation Process laboratory
Fauci, B., K. Hauser, Longo, & Jameson. 2008. Princiciples of Internal
Medicine. 17th Ed.McGraw Hill Companies, New York.
Fishersci. Material Data Safety Sheet
(MSDS).https://fscimage.fishersci.com/ms ds/10951.htm. [9 Maret 2021]
Gamse, Thomas. Extraction, Liquid –Liquid Extraction, Solid – Liquid
Extraction, High Pressur Extraction. Graz : Department of Chemical
Engineering and Environmental Technology Graz University of
Technology
Indradjaja, Suryadi. 2017. Leaching (Ekstraksi Padat Cair).
https://docplayer.info/43823621-Leaching-ekstraksi-padat-cair.html [21
November 2019]
Koirewoa, Y.A., dkk. 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid
dalam Daun Beluntas. Manado: FMIPA UNSRAT
Kumar, dll. 2017. Green solvents and technologies for oil extraction from
oilseeds. Chemistry Central Journal. 11:9
Kusmartono, Bambang & Aning Yulianingtyas. 2016. Optimasi Volume
Pelarut dan Waktu Maserasi Pengambilan Flavonoid Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi L). Yogyakarta: Jurusan Teknik Kimia IST
AKPRIND
Kusuma, Kurnia Arifiani. 2017. Leaching (Ekstraksi Padat-Cair).
https://kupdf.net/download/leaching-ekstraksi-padat-cair-
repaired_5a070f4ce2b6f51148c0e653_pdf [21 November 2019]
Rahayu, Siti. 2017. Isolasi Pektin dari Kulit Pepaya (Carica Papaya L.)
dengan Metode Refluks Menggunakan Pelarut HCl Encer Palembang:
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Rashid, M.M, dkk. 2014. Effect of different levels of Dhania seed
(Coriandrum sativum) on the performance of broilers. Bangladesh:
Bangladesh Journal of Animal Science.
Mandal, Manisha dan Shyamapada Mandal. 2015. Coriander
(Coriandrum sativum L.) essential oil: Chemistry and biological activity.
India: Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine.
McCabe, W., Smith, J.C., and Harriot,P..1993. Unit Operation of
Chemical Engineering. United States of America: McGraw Hill Book,
Co.,
NHR Organic Oils. Material Data Safety Sheet (MSDS).
https://www.nhrorganicoils.com/uploads/20151110145600e_Coriander_
Seed_SDS.pdf. [9 Maret 2021]
Pubchem. Hexane.https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hexane
Purseglove. J.W., E.G. Brown, C.L. Green and S.R.J. Robbins. 1981.
Spice. Vol II. Longman. London.
Sakinah, Asri Nisa. 2016. Kajian Produksi Sirup Gula dari Daun Stevia
(Stevia Rebaudiana Bertoni ) Terhadap Karakteristik Sirup Gula.
Bandung: Universitas Pasundan.
Sumaatmadja, D. 1981. Prospek Pengembangan Industri Oleoresin di
Indonesia Komunikasi 201. Bogor: Balai besar Industri Hasil Pertanian.
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
Masuk: 16 Januari 2021, Revisi masuk: 27 Februari 2021, Diterima: 2 Agustus 2021
ABSTRACT
Coriander seeds (Coriandrum sativum L) are a spice plant that has been used
by humans as medicine or as food taste. Coriander seeds contain 0.8-1.8% essential oil.
Coriander essential oil has many benefits and has a long history of being used in
traditional medicine. The extraction of coriander seeds can be done by using a solvent
extraction process. One of the solvents used is N-Hexane. First coriander was washed
to remove dirt on coriander skin. Then the coriander was dried and mashed. After that the
extraction was carried out with temperature variations of 45O°C, 50O°C, 55O°C, 60O°C,
and 63O°C and time variations were 90, 120, 150, 180, 210, and 240 minutes, and
solvent volume variations were 150 ml, 200 ml, 250 ml, and 300 ml, with a coriander seed
weight of 70 grams and a constant stirring speed of 300 rpm. After being extracted, the
result was filtered and then distilled to obtain pure essential oil. From this study, it was
found that the best operating conditions were achieved at a temperature of 63O°C with
an oil yield of 1,260 ml. For optimal extraction time occurs at 150 minutes with an oil yield
of 1.561 ml. Then for the optimal solvent volume at 200 ml with an oil yield of 1.561 ml.
INTISARI
Biji ketumbar (Coriandrum sativum L) merupakan tanaman bumbu-bumbuan yang
sejak lama digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat atau untuk
meningkatkan cita rasa bahan pangan. Biji ketumbar, terkandung minyak atsiri sebanyak
0,8-1,8%. Minyak atsiri ketumbar memiliki banyak manfaat dan memiliki sejarah panjang
akan kegunaannya sebagai obat tradisional. Ekstraksi biji ketumbar dapat dilakukan
dengan proses ekstraksi dengan pelarut. Salah satu pelarut yang dapat digunakan ialah
N-Heksana.
Ketumbar terlebih dahulu dicuci untuk membuang kotoran yang terdapat pada
permukaan kulit ketumbar. Lalu ketumbar dikeringkan kemudian dihaluskan. Lalu
dilakukan ekstraksi dengan variasi suhu 45OC, 50OC, 55OC, 60OC, dan 63OC, kemudian
variasi waktu yaitu 90, 120, 150 , 180, 210, dan 240 menit, dan variasi volume pelarut
yaitu 150 ml, 200 ml, 250 ml, dan 300 ml, dengan berat biji ketumbar 70 gram dan
dengan kecepatan pengadukan yang tetap yaitu 300 rpm. Setelah diekstraksi, hasil
kemudian disaring kemudian didistilasi untuk mendapat minyak atsiri murni.
Pada penelitian ini didapat bahwa kondisi operasi terbaik dicapai pada suhu 63O C
dengan hasil minyak sebanyak 1,260 ml. Untuk waktu ekstraksi optimal terjadi pada
waktu 150 menit dengan hasil minyak 1,561 ml. Kemudian untuk volume pelarut optimal
yaitu pada 200 ml dengan hasil minyak sebanyak 1,561 ml.
60
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
61
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
62
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
63
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
64
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
°C 9 g/ml
°C 7 CH2-CH2- °C 0
g/ml OH g/ml
°C 3 CH2-OH °C 3
g/ml g/ml
65
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
66
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
67
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
68
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
2. 352 4.432
3. 354 4.523
4. 356 4.564
5. 358 4.600
6. 360 4.547
7. 362 4.434
8. 364 4.378
Gambar 3. Viskometer Redwood
Pada bagian keluaran minyak,
taruh labu ukur 25 ml. Setelah minyak Dari hasil tersebut dapat dilihat
dan labu ukur siap, secara bersamaan bahwa serapan maksimum dihasilkan
pada panjang gelombang 358 nm,
buka penutup dan mulai perhitungan
terbukti dari nilai absorbansi dengan
waktu menggunakan stopwatch. panjang gelombang 358 nm memiliki
Hentikan perhitungan waktu saat nilai tertinggi.
minyak sudah mencapai batas 25 ml
pada labu ukur. Lakukan pengulangan . Pengukuran Absorbansi pada
sebanyak tiga kali. Hasil rata-rata dari Berbagai Konsentrasi
ketiga perhitungan waktu kemudian Dari penentuan panjang gelombang
digunakan untuk menghitung viskositas diketahui bahwa serapan maksimum
minyak. dihasilkan pada panjang gelombang 358
nm. Dengan menggunakan panjang
gelombang yang sama, dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN pengukuran absorbansi minyak
Pembuatan Kurva Standar ketumbar dengan konsentrasi 10%, 5%,
Hasil Penentuan Panjang Gelombang 3%, dan 1% dalam pelarut N-heksana.
pada Serapan Maksimum Hasil pembacaan absorbansi dapat
dilihat pada tabel 4 berikut.
Untuk menentukan panjang
gelombang pada serapan maksimum Tabel 4. Hasil Pembacaan Absorbansi
dilakukan pengukuran absorbansi dari pada Berbagai Konsentrasi Minyak
minyak ketumbar murni dengan Ketumbar
berbagai panjang gelombang, dimulai
dari 350 nm dengan interval 2 nm. No. Konsentrasi Absorbansi (A)
Hasil pembacaan absorbansi dapat
dilihat pada tabel berikut.
1. 10% 3,117
Tabel 3. Hasil Pembacaan Absorbansi
Minyak Ketumbar Murni pada
2. 5% 2,686
Berbagai Panjang Gelombang
3. 3% 0,982
No. Panjang Absorbansi
gelombang (A) 4. 1% 0,273
1. 350 4.283
69
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
1,3
2. 120 0.176 0,554 1,109
27
1,5
3. 150 0.207 0,652 1,304
61
1,5
4. 180 0.204 0,643 1,285
38
1,5
5. 210 0.201 0,633 1,266
Gambar 4. Kurva Perngaruh 16
Suhu Ekstraksi Terhadap Hasil
Minyak Ketumbar 1,4
6. 240 0,198 0,624 1,245
93
70
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
71
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
72
JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: 1979-8415
Vol. 14 No. 1 Agustus 2021 E-ISSN: 2714-8025
73
TUGAS MATA KULIAH PRAK FITOKIMIA
REVIEW JURNAL
REVIEWER
NIM : 01020133
REGULER B
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB
2023
TUGAS MATA KULIAH PRAK FITOKIMIA
*************************************************************************
*Corresponding author: Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT, Jl. Kampus Unsrat, Manado,
Indonesia 95115; Email address:
liberty_chemistry_08@yahoo.com
, Jessy J. E. Paendonga
*Corresponding author: Jurusan Kimia FMIPA UNSRAT, Jl. Kampus Unsrat, Manado, Indonesia 95115; Email address:
liberty_chemistry_08@yahoo.com
Published by FMIPA UNSRAT (2012)
6 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
efek hipoglikemik dan dapat digunakan untuk kertas saring, magnetik stirer dan spektrofotometer
pengobatan secara tradisional dengan cara UV-Vis Milton Roy 501.
dikeringkan kemudian dihaluskan, dan air Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
seduhannya dapat diminum. Biji alpukat dipercaya adalah 2 macam biji alpukat. Alpukat pertama adalah
dapat mengobati sakit gigi, maag kronis, hipertensi alpukat varietas merah bundar atau disebut alpukat
dan diabetes melitus (Monica, 2006). Beberapa biasa memiliki ciri fisik: buah berukuran sedang, kulit
penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa buah kasar dan mudah rusak, berwarna merah saat
biji alpukat memiliki kandungan berbagai senyawa matang, daging buah berserat dan biji buah besar
berkhasiat, salah satunya adalah efek antidiabetes yang selanjutnya disebut alpukat A. Alpukat kedua
melalui kemampuannya menurunkan kadar glukosa adalah alpukat varietas hijau panjang atau disebut
darah (Zuhrotun,2007). alpukat mentega memiliki ciri fisik: buah berukuran
Hasil Skrining fitokimia yang dilakukan oleh besar, berwarna hijau kekuningan saat matang, kulit
Zuhrotun (2007) terhadap simplisia dan ekstrak buah licin, daging buah tebal berwarna kuning
etanol biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mentega dan biji buah besar yang selanjutnya disebut
mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid, kuinon, sebagai alpukat B. Buah alpukat diperoleh dari
saponin, tanin dan monoterpenoid dan perkebunan desa Maumbi Minahasa Utara Sulawesi
seskuiterpenoid. Utara.
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit Bahan-bahan kimia yang digunakan yaitu
sekunder yang diketahui mempunyai beberapa akuades, aluminium foil, etanol 95%, vanilin 4%, HCl
khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri pekat, dietil eter, reagen Folin Ciocalteu 50%, Na2CO3
dan antioksidan. Tanin merupakan komponen zat 2% dan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH).
organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa 2.2 Prosedur Penelitian
fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
2.2.1 Preparasi Sampel Biji Alpukat Kering
mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut (Desmiaty et al., Biji alpukat A dan B dicuci bersih, diiris tipis dan
2008). Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin dikering anginkan selama 1 minggu. Setelah kering
terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin memiliki biji alpukat diblender hingga menjadi serbuk dan
peranan biologis yang kompleks mulai dari diayak dengan menggunakan ayakan 65 mesh.
pengendap protein hingga pengkhelat logam. Tanin 2.2.2 Ekstraksi Biji Alpukat
juga dapat berfungsi sebagai antioksidan biologis Ekstraksi sampel dilakukan secara maserasi baik
(Hagerman, 2002). sampel alpukat segar maupun kering. Ditimbang
Antioksidan dalam pengertian kimia, merupakan sebanyak 20 g biji alpukat, direndam dalam 100 mL
senyawa pemberi elektron. Antioksidan bekerja etanol 95% selama 24 jam kemudian disaring
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada sehingga diperoleh filtrat. Perlakuan dilakukan
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas selama 48 jam. Filtrat yang diperoleh disatukan
senyawa oksidan tersebut bisa terhambat. kemudian dievaporasi untuk mendapatkan ekstrak
Antioksidan menstabilkan radikal bebas dengan etanol. Ekstrak hasil evaporasi didinginkan dalam
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal desikator sebelum analisis lebih lanjut.
bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai 2.2.3 Penentuan Kadar Air
dari pembentukan radikal bebas (Winarsi, 2007).
Salah satu metode yang digunakan untuk uji aktivitas Penentuan kadar air dilakukan dengan metode
antioksidan adalah metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil Sudarmadji (1989). Kadar air ditentukan dengan
(DPPH). Interaksi antioksidan dengan DPPH baik menimbang 2 g biji alpukat. Sampel dimasukkan ke
secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada dalam oven pada suhu 105 oC selama 3 jam,
DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari selanjutnya dikeluarkan dari oven dan didinginkan
DPPH dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua dalam desikator selama 30 menit, kemudian berat
elektron pada radikal bebas DPPH menjadi sampel ditimbang. Perlakuan ini dilakukan beberapa
berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu kali hingga berat sampel konstan.
tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% Kadar air = × 100%
panjang gelombang 517 nm akan hilang (Rohman et 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
al., 2010). 2.2.4 Penentuan Kandungan Total Tanin
Kandungan total tanin ditentukan dengan
2. Metode metode Chanwitheesuk et al. (2004) yang sedikit
2.1 Alat dan Bahan dimodifikasi. Sebanyak 0,5 g biji alpukat diekstraksi
dengan 10 mL dietil eter selama 20 jam, kemudian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini
disaring dan residu yang diperoleh dididihkan dengan
antara lain timbangan analitik, blender, ayakan 65
100 mL akuades selama 2 jam, kemudian
mesh, oven, desikator, petridish, sudip, batang
didinginkan dan disaring. Ekstrak yang diperoleh
pengaduk, gelas kimia, gelas ukur, mikropipet, pipet
ditambahkan dengan akuades hingga volume ekstrak
mohr, vortex mixer, labu Erlenmeyer, evaporator,
100 mL. Sebanyak 0,1 mL ekstrak ditambahkan
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10 7
dengan 0,1 mL reagen Folin Ciocalteu dan divortex, diinkubasi selama 30 menit. Aktivitas penangkap
ditambahkan dengan 2 mL Na2CO3 dan divortex lagi. radikal bebas dihitung sebagai persentase
Absorbansi dibaca pada λ 760 nm setelah diinkubasi berkurangnya warna DPPH dengan menggunakan
selama 30 menit pada suhu kamar. Hasil yang persamaan:
diperoleh diplotkan terhadap kurva standar asam
Aktivitas penangkap radikal bebas %
tanat yang dipersiapkan dengan cara yang sama.
𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
Kandungan total tanin dinyatakan dalam mg asam =1− × 100%
tanat/kg ektrak. 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
2.2.5 Penentuan Kandungan Tanin Terkondensasi
Kandungan tanin terkondensasi ditentukan 3. Hasil dan Pembahasan
menurut metode Julkunen-Tiitto dalam Suryanto dan 3.1 Rendemen Ekstrak Biji Alpukat
Wehantouw (2009). Sebanyak 0,1 mL larutan ekstrak Rendemen merupakan persentasi untuk bagian
200 mg/L biji alpukat dimasukkan ke dalam tabung yang dapat diekstrak dari bahan mentah. Besar
reaksi dan dibungkus dengan aluminium foil, rendemen hasil ekstraksi 20 g biji alpukat dalam 100
kemudian ditambahkan 3 mL larutan vanilin 4% (b/v) mL etanol 95% dihitung dalam persen rendemen
dalam metanol dan divortex. Selanjutnya yang dapat dilihat pada Tabel 1.
ditambahkan 1,5 mL HCl pekat dan divortex lagi.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa AK
Absorbansi dibaca pada λ 500 nm setelah campuran
memiliki rendemen yang paling tinggi yaitu 6,248%,
diinkubasi selama 20 menit pada suhu kamar.
selanjutnya BK 5,518%, AS 4,228% dan BS 3,124%.
Kandungan tanin terkondensasi dinyatakan dalam mg
Rendemen hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
katekin/kg ekstrak.
biji alpukat kering memiliki rendemen yang lebih
2.2.6 Uji Aktivitas Antioksidan tinggi dibandingkan dengan biji alpukat segar.
Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol biji Rendemen hasil yang diperoleh tidak menunjukkan
alpukat diukur dengan metode Gaulejac et al. dalam perbedaan yang begitu besar hal ini dikarenakan,
Kiay et al. (2011). Sebanyak 0,5 mL ekstrak 200 pelarut yang digunakan sama yaitu etanol. Etanol
mg/L biji alpukat ditambahkan dengan 2 mL larutan memiliki sifat polar sehingga komponen-komponen
DPPH dan divortex selama 2 menit. Tingkat polar dalam biji alpukat dapat diekstraksi dengan
berkurangnya warna dari larutan menunjukkan pelarut etanol.
efisiensi penangkap radikal. Absorbansi dibaca
dengan spektrofotometer pada λ 517 nm setelah
3.2 Kadar Air Biji Alpukat bahan untuk menghindari pengaruh aktivitas mikroba.
Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar air pada biji
Penentuan kadar air biji alpukat dilakukan untuk
alpukat segar lebih tinggi yaitu AS 56,466% dan BS
mengetahui banyaknya kandungan air dalam biji
59,807% sedangkan kadar air pada biji alpukat
alpukat segar dan kering. Persentasi kadar air biji
kering yaitu AK 12,868% dan BK 13,494%. Jumlah
alpukat segar dan kering dapat dilihat pada Tabel 2.
kadar air yang rendah membuat bahan akan lebih
Penentuan kadar air berguna untuk mengetahui tahan disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama
ketahanan suatu bahan dalam penyimpanannya dan sehingga kemungkinan rusak karena jamur pada saat
merupakan cara penanganan terbaik bagi suatu penyimpanan sangat kecil.
8 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
3.3 Penentuan Kandungan Total Tanin dengan menggunakan pereaksi Folin Ciocalteu dan
Tanin secara umum didefinisikan sebagai standar asam tanat. Penentuan fenol total digunakan
senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup untuk menentukan kandungan dari senyawa tanin
tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk yang terdapat pada setiap sampel. Metode ini
kompleks dengan protein. Kandungan total tanin mempunyai kelebihan di antaranya penampakan
ekstrak biji alpukat segar dan kering dapat dilihat warna yang lebih baik, dapat memperkecil perbedaan
pada Gambar 1. pada saat pengujian dan lebih spesifik (Rita, 2006).
Metode Folin tidak membedakan antar jenis
Kandungan total tanin dinyatakan dalam mg/kg
komponen fenolik. Semakin banyak jumlah gugus
asam tanat. Gambar 1 menunjukkan bahwa
hidroksil fenolik, maka semakin besar konsentrasi
kandungan total tanin tertinggi terdapat pada ekstrak
komponen fenolik yang terdeteksi (Khadambi, 2007).
biji alpukat kering. Ekstrak AK memiliki kandungan
tanin tertinggi yaitu 117 mg/kg diikuti ekstrak BK 112 3.4 Penentuan Kandungan Tanin Terkondensasi
mg/kg kemudian ekstrak AS 41,3335 mg/kg dan Penentuan kandungan tanin terkondensasi
ekstrak BS 41 mg/kg.. Tanin memiliki aktivitas diukur dengan menggunakan kurva standar katekin
biologis sebagai antioksidan sehingga kandungan (mg/kg). Hasil penentuan kandungan tanin
tanin dalam biji alpukat akan berpengaruh terhadap terkondensasi ekstrak biji alpukat segar dan kering
aktivitas antioksidan. dapat dilihat pada Gambar 2.
Penentuan kandungan total tanin dalam biji
alpukat diuji dengan menggunakan metode fenol total
Gambar 1 Diagram kandungan total tannin ekstrak biji alpukat (AK: biji alpukat biasa kering; BK: biji alpukat
mentega kering; AS: biji alpukat biasa segar; BS: biji alpukat mentega segar).
Gambar 2 Diagram kandungan tanin terkondensasi ekstrak biji alpukat (AK: biji alpukat biasa kering; BK: biji
alpukat mentega kering; AS: biji alpukat biasa segar; BS: biji alpukat mentega segar).
Kandungan tanin terkondensasi dalam ekstrak kandungan tanin yang lebih tinggi dari biji alpukat
biji alpukat pada Gambar 2 menunjukkan bahwa segar. Kandungan tanin terkondensasi berpengaruh
kandungan tanin terkondensasi pada biji alpukat terhadap aktivitas antioksidan karena tanin
kering lebih tinggi dibandingkan biji alpukat segar. merupakan salah satu antioksidan alami dalam
Berdasarkan hasil yang diperoleh, kandungan tanin tumbuhan.
terkondensasi tertinggi adalah ekstrak AK 20,855 Prinsip uji vanilin-HCl dalam penentuan
mg/kg, ekstrak BK 16,966 mg/kg, ekstrak AS 5,411 kandungan tanin terkondensasi yaitu vanilin
mg/kg dan ekstrak BS 4,411 mg/kg. Kandungan terprotonasi dalam asam, membentuk karbokation
tanin terkondensasi berkorelasi positif dengan dan bereaksi dengan flavonoid. Senyawa antara yang
kandungan total tanin. Biji alpukat kering memiliki dihasilkan mengalami reaksi dehidrasi dan
JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10 9
menghasilkan senyawa berwarna ungu atau merah Radikal bebas yang digunakan dalam penelitian ini
(Salunkhe et al.,1990). yaitu DPPH. Persentase aktivitas antioksidan dari
3.5 Uji Aktivitas Antioksidan ekstrak biji alpukat segar dan kering dapat dilihat
pada Gambar 3.
Senyawa radikal bebas biasanya digunakan
untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal bebas.
Gambar 3 Diagram aktivitas antioksidan ekstrak biji alpukat (AK: biji alpukat biasa kering; BK: biji alpukat
mentega kering; AS: biji alpukat biasa segar; BS: biji alpukat mentega segar).
Pada saat penambahan larutan DPPH pada Aktivitas antioksidan tertinggi biji alpukat
sampel biji alpukat, maka terjadi perubahan warna ditunjukkan oleh ekstrak biji alpukat biasa kering
dari ungu menjadi kuning. Intensitas berkurangnya (AK) yaitu sebesar 93,045%, kemudian biji alpukat
warna diukur absorbansinya pada panjang mentega kering (BK) 92,970%, alpukat biasa segar
gelombang 517 nm. Penurunan absorbansi ekstrak (AS) 85,870% dan biji alpukat mentega segar (BS)
menunjukkan peningkatan potensi ekstrak sebagai 67,645%. Biji alpukat memiliki kandungan
antioksidan. Gambar 3 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang relatif tinggi sehingga dapat
penangkap radikal bebas tertinggi yaitu ekstrak AK dipertimbangkan sebagai salah satu sumber
93,045% diikuti ekstrak BK 92,970% serta ekstrak antioksidan alami di samping khasiatnya sebagai
AS 85,870% sedangkan ekstrak BS sebesar antidiabetes.
67,645%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa biji
alpukat kering memiliki aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi daripada yang segar, hal ini berkorelasi
positif dengan kandungan tanin dalam ekstrak Daftar Pustaka
karena tanin memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Afrianti, L. H. 33 Macam Buah-buahan untuk
Semakin banyak kandungan tanin maka semakin Kesehatan. Alfabeta. Bandung. 2010.
besar aktivitas antioksidannya karena tanin tersusun
Chanwitheesuk, A.; Teerawutgulrag A.; Rakariyatham
dari senyawa polifenol yang memiliki aktivitas
N. Screening of Antioxidant Activity and
penangkap radikal bebas.
Antioxidant Compounds of Some Edible Plants of
Senyawa yang bereaksi sebagai penangkap Thailand. Food Chemistry. 2004. 92, 491-497.
radikal akan mereduksi DPPH membentuk DPPH-H
Desmiaty, Y.; Ratih H.; Dewi M.A.; Agustin R.
yang tereduksi. Reaksi ini diamati dengan adanya
Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati
perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun
ketika elektron ganjil dari radikal DPPH telah
Sambang Darah (Excoecaria bicolor Hassk.)
berpasangan dengan hidrogen dari senyawa
Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia.
penangkap radikal bebas (Molyneux, 2004).
Ortocarpus. 2008. 8, 106-109.
Hagerman, A. E. Tannin Handbook. Department of
4. Kesimpulan
Chemistry and Biochemistry, Miami University.
Kandungan total tanin ekstrak biji alpukat kering 2002.
yaitu ekstrak AK 117 mg/kg, ekstrak BK 112 mg/kg
Khadambi, T. N. Extraction of Phenolic Compounds
dan kandungan tanin terkondensasi ekstrak biji
and Quantification of The Total Phenol and
alpukat kering yaitu ekstrak AK 20,855 mg/kg,
Condensed Tannin Content of Bran Fraction of
ekstrak BK 16,966 mg/kg. Kandungan total tanin
Condensed Tannin and Condensed Tannin Free
ekstrak biji alpukat segar yaitu ekstrak AS 41,3335
Sorghum Varieties. University of Pretoria etd,
mg/kg dan ekstrak BS 41 mg/kg dan kandungan
Pretoria. 2007.
tanin terkondensasi ekstrak biji alpukat segar yaitu
ekstrak AS 5,411 mg/kg dan ekstrak BS 4,411 Kiay, N.; Suryanto E.; Mamahit L. Efek Lama
mg/kg. Perendaman Ekstrak Kalamansi (Citrus
microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan
10 JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
Tepung Pisang Goroho (Musa spp.). Chemistry International Food Research Journal. 2010. 17,
Progress. 2011. 4, 27-33 97-106.
Molyneux, P. The Use of the Stable Free Radical Salunkhe, D. K.; Chavan J.K.; Kadam S.S. Dietary
Diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for Estimating Tannins Consequences and Remedies. CRC Press,
Antioxidant Activity. Songklanakarin Journal of Boca Raton.1990.
Science and Technology. 2004. 26, 211-219. Sudarmadji, S.; Haryono B.; Suhardi. Prosedur
Monica, F. Pengaruh Pemberian Air Seduhan Serbuk Analisis untuk Bahan Makanan dan Pertanian.
Biji Alpukat (Persea americana Mill) terhadap Liberty, Yogyakarta.1989.
Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang diberi Suryanto, E.; Wehantouw F. Aktivitas Penangkap
Beban Glukosa. Skripsi. Universitas Diponegoro, Radikal Bebas dari Ekstrak Fenolik Daun Sukun
Semarang. Juli 2006. (Artocarpus Altilis F.). Chemistry Progress. 2009.
Rita, Y. Kandungan Tanin dan Potensi Anti 2, 1-7
Streptococcus Mutans Daun The Varietas Winarsi, H. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.
Assamica pada Berbagai Tahap Pengolahan. Kanisius, Yogyakarta. 2007.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Juni 2006
Zuhrotun, A. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji
Rohman, A.; Riyanto S.; Yuniarti N.; Saputra W.R.; Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk
Utami R.; Mulatsih W. Antioxidant Activity, Total Bulat. Universitas Padjadjaran, Bandung. (tidak
Phenolic and Total Flavaonoid of Extracts and dipublikasikan) Oktober 2007.
Fractions of Red Fruit (Padanus conoideus Lam).
LAPORAN PRAKTIKUM I
PENELUSURAN PUSTAKA
Dosen Pengampu :
Meita Ayuditiawati., M.Farm., Apt
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Juli 2023
Nama : Rahmat Rifqi Edyan Pratama
NIM : 0102139
Kelompok: 5
Kelas : Reg B 2020
Tahun 2015
Penulis Dede Sukandar, Sandra Hermanto, Eka Rizki Amelia dan
Muhamad Zaenudin
Reviewer Rahmat Rifqi Edyan Pratama
Tanggal 20 Juli 2023
Latar Belakang Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional pada saat ini
terus meningkat yang disebabkan adanya anggapan sebagian
besar masyarakat bahwa tanaman obat tidak menimbulkan
efek samping, sehingga masyarakat banyak yang
memanfaatkan tanaman obat sebagai salah satu alternatif
untuk mencegah dan mengobati berbagai macam penyakit.
Beberapa tanaman obat diduga memiliki sifat sebagai
antibakteri, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai antibiotik
alami. Salah satunya adalah kapulaga lokal (Amomum
compactum Sol. Ex Maton), termasuk famili Zingiberaceae,
merupakan tanaman rempah asli Indonesia yang banyak
dimanfaatkan dan memiliki khasiat melegakan tenggorokan,
menghilangkan bau mulut, mengobati perut kembung dan
radang tenggorokan. Minyak atsiri dan ekstrak metanol dari
biji dan buah kapulaga lokal (Amomum compactum Sol. Ex
Maton) dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan
cendawan Botrytis cinerea Pers asal buah anggur (Vitis sp.)
dan senyawa sineol diduga merupakan senyawa utama dalam
kapulaga lokal yang bersifat sebagai anticendawan.
Metode Penelitian 1.21 kg biji kapulaga, ekstraktor soxhlet, metanol 250 ml,
rotary evaporator, pelarut n-heksan, etil asetat dan n-butanol.
Klasifikasi , tanaman Kingdom (Kerajaan) : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Division (Divisi) : Magnoliophyta
Class (Kelas) : Liliopsida
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Amomum
Spesies : Amomum compactum soland ex Maton
Bagian tanaman yang Biji Kapulaga (Amomum compactum soland ex Maton)
digunakan
Tinjauan kimia Biji kapulaga mengandung 3-7% minyak atsiri yang terdiri
atas betakamfer, alfa borneol, terpineol, dan terpinil asetat.
Penyulingan biji kapulaga diperoleh minyak atsiri yang
disebut Oleum Cardamomi digunakan sebagai stimulus dan
pemberi aroma.
Metode Ekstraksi dan Sebanyak 1,21 kg biji kapulaga lokal yang telah dihaluskan
Fraksinasi diekstraksi menggunakan ekstraktor soxhlet dengan pelarut
metanol sebanyak 250 ml pada suhu 60 oC selama 7 jam dan
ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary
evaporator. Selanjutnya sebanyak 32 gram ekstrak kasar
metanol biji kapulaga lokal difraksinasi dengan metode
partisi cair-cair menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat
dan n-butanol.
Kelebihan Cara penulisan pada jurnal ini rapi dan mudah dipahami
pembaca.
Dede Sukandar, Sandra Hermanto, Eka Rizki Amelia dan Muhamad Zaenudin
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jalan Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Telp. (62-21) 7493606
Email: sukandarkimia@uinjkt.ac.id
119
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
presence of group C = C conjugated chromophore at Minyak atsiri dan ekstrak metanol dari biji dan
λmax 223 nm and are based on analysis using FTIR there buah kapulaga lokal (Amomum compactum
-OH alcohol functional group (3372 cm-1), aliphatic -
CH (2926 and 2854 cm-1) , C = C (1695 cm-1), aliphatic Sol. Ex Maton) dilaporkan mampu
CH2 (1402 cm1 -1 menghambat pertumbuhan cendawan Botrytis
), CH3 aliphatic (1384 cm ), and C-O (1203; 1126; 1091 cinerea Pers asal buah anggur (Vitis sp.) dan
and 1043 cm-1). senyawa sineol diduga merupakan senyawa
utama dalam kapulaga lokal yang bersifat
Keywords: Antibacterial, S. aureus, E. sebagai anticendawan(3).
coli, Amomum compactum Sol. Ex Hasil penelitian Ağaoğlu, et.al(4)
Maton, disk diffusion
menyatakan ekstrak dietil eter biji
kapulaga sabrang (Elettaria
cardamomum Maton), memiliki aktivitas
PENDAHULUAN
antimikroba pada beberapa jenis mikroba
yaitu Mycobacterium smegmatis,
Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus
pada saat ini terus meningkat yang disebabkan aureus, Escherichia coli, Salmonella
adanya anggapan sebagian besar masyarakat typhimurium,
bahwa tanaman obat tidak menimbulkan efek Enterococcus faecalis, Micrococcus
samping, sehingga masyarakat banyak yang luteus dan Candida albicans. Selain itu
memanfaatkan tanaman obat sebagai salah satu hasil penelitian Islam, et.al(5) menyatakan
alternatif untuk mencegah dan mengobati ekstrak metanol biji kapulaga sabrang
berbagai macam penyakit (1). (Elettaria cardamomum L. Maton)
memiliki aktivitas antibakteri pada
Beberapa tanaman obat diduga memiliki sifat konsentrasi 100 mg/mL terhadap bakteri
sebagai antibakteri, sehingga dapat Gram positif diantaranya S. aureus,
dimanfaatkan sebagai antibiotik alami. Salah Streptococcus-β-haemolytica, Bacillus
satunya adalah kapulaga lokal (Amomum subtilis, Bacillus megaterium, dan
compactum Sol. Ex Maton), termasuk famili Sarcina lutea dan bakteri Gram negatif
Zingiberaceae (Gambar 1), merupakan diantaranya K. pneumoniae,
tanaman rempah asli Indonesia yang banyak Pseudomonas aeruginosa, S.
dimanfaatkan dan memiliki khasiat melegakan typhimurium, Shigella dysenteriae, dan
tenggorokan, menghilangkan bau mulut, Shigella sonnei. Penelitian mengenai
a
k
t
i
v
i
t
a
s
(a) (b) a
Gambar 1. (a) Tanaman dan (b) Biji Kapulaga n
Lokal t
mengobati perut kembung dan radang i
tenggorokan.(2) bakteri kapulaga lokal umumnya
120
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
menggunakan ekstrak metanol, dietil eter hasil partisi yaitu fraksi n-heksana,
dan minyak atsirinya, tetapi belum fraksi etil asetat dan fraksi n-butanol. Uji
dilakukan pengujian aktivitas antibakteri fitokimia yang dilakukan meliputi uji
terhadap fraksi etil asetat hasil partisi alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid,
cair-cair ekstrak metanol. Oleh karena polifenol/ tannin dan saponin.
itu, penelitian ini dimaksudkan untuk
melakukan pengujian aktivitas antibakteri Uji Aktivitas Antibakteri
S. aureus dan E. coli dan karakterisasi
senyawa aktif pada fraksi etil asetat hasil Uji aktivitas antibakteri dilakukan pada
partisi cair-cair ekstrak metanol biji ekstrak metanol biji kapulaga dan fraksi-
kapulaga lokal (A. compactum Sol. Ex fraksi hasil partisi yaitu fraksi nheksana,
Maton) menggunakan kromatografi fraksi etil asetat dan fraksi nbutanol
GCMS, spektrofotometer UV-Vis dan terhadap bakteri S. aureus dan E. coli
FTIR. menggunakan metode difusi cakram
BAHAN DAN METODA dengan mengukur diameter zona bening
sebagai zona hambat dari sampel yang
diuji. Zona hambat yang terukur dari
Bahan Tumbuhan sampel dibandingkan dengan zona
Sampel tumbuhan berupa biji kapulaga hambat dari antibiotik (kloramfenikol)
lokal (Amomum compactum Sol. Ex sebagai kontrol positif. Selanjutnya
Maton) yang diperoleh dari Desa dibuat kurva hubungan antara sampel,
Cintaratu, Kecamatan Parigi, Kabupaten antibiotik, kontrol negatif (x) dengan
Pangandaran, Jawa Barat dan telah diameter daerah hambat
dilakukan determinasi di Herbarium (y).
Bogoriense, Bidang Botani Pusat
Penelitian Biologi LIPI Cibinong, Kromatigrafi Kolom
Bogor.
Kromatografi kolom dilakukan pada fraksi
teraktif hasil partisis cair-cair berdasarkan
Ekstraksi dan Fraksinasi hasil uji aktivitas antibakteri dengan fasa diam
Sebanyak 1,21 kg biji kapulaga lokal silika gel Merck 60 GF254 (0,2-0,5 mm) dan
yang telah dihaluskan diekstraksi fase gerak campuran etil asetat:n-heksana
menggunakan ekstraktor soxhlet dengan (3:2).
pelarut metanol sebanyak 250 ml pada
suhu 60 oC selama 7 jam dan ekstrak Analisa Kandungan Kimia
yang diperoleh dipekatkan menggunakan
Analisa kandungan kimia dalam fraksi aktif
rotary evaporator. Selanjutnya sebanyak
menggunakan spektrofotometer UV-Vis Perkin
32 gram ekstrak kasar metanol biji
Elmer Lambda 25 dan FTIR Spektrum One
kapulaga lokal difraksinasi dengan
Perkin Elmer.
metode partisi cair-cair menggunakan
pelarut n-heksan, etil asetat dan n-
butanol. HASIL DAN PEMBAHASAN
121
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
122
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
123
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
± 0,56 mm. Sedangkan ekstrak n- terhadap bakteri E. coli dan S. aureus masing-
heksana dan etil asetat memiliki zona masing sebesar 13 mm dan 30 mm(4,5).
hambat pada konsentrasi terendah 400
µg/ml terhadap bakteri S. aureus Besar zona hambat yang dihasilkan ketiga
masingmasing sebesar 13,65 ± 1,48 mm fraksi terhadap bakteri S. aureus cenderung
dan 12,30 ± 0,98 mm dan ekstrak n- lebih besar dibandingkan dengan bakteri E.
butanol pada konsentrasi terendah 800 coli. Adanya perbedaan kepekaan pada bakteri
µg/mL memiliki zona hambat sebesar Gram positif dan Gram negatif terhadap zat
13,85 ± 0,49 mm. Pada konsentrasi 3200 antibakteri yang terkandung dalam ketiga
µg/mL adanya peningkatan zona hambat fraksi tersebut diduga karena perbedaan
pada fraksi etil asetat terhadap S. aureus struktur dinding sel bakteri. Menurut Jawetz,
dengan zona hambat sebesar 15,15 ± et.al(13), perbedaan kepekaan pada bakteri
1,34 mm. Gram positif dan Gram negatif terhadap zat
Berdasarkan hasil uji antibakteri tersebut antibakteri diduga karena perbedaan struktur
aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus dinding sel seperti jumlah kandungan
mengalami peningkatan, sedangkan terhadap peptidoglikan, lipid dan aktivitas enzim yang
E. coli tidak mengalami peningkatan setelah menentukan penetrasi, pengikatan dan
dilakukan pasrtisi caircair. Hal ini diduga aktivitas antibakteri. Bakteri S. aureus (Gram
karena senyawa antibakteri terhadap bakteri positif) mempunyai struktur dinding sel yang
Gram negatif (E. coli) terdistribusi ke dalam mengandung polisakarida, protein, dan lipid
masingmasing ekstrak, sehingga daya yang rendah (1-4 %), sedangkan E. coli
hambatnya menurun. (negatif) mempunyai dinding sel dengan
Tidak terbentuknya zona hambat pada fraksi n- kandungan lipid yang tinggi (11-22 %) serta
heksana pada konsentrasi 200 µg/mL; fraksi struktur dinding sel yang berlapis tiga
etil asetat pada konsentrasi 200 µg/mL; dan (multilayer) yaitu lipoprotein, membran luar
fraksi n-butanol pada konsentrasi 200 µg/mL fosfolipid dan lipopolisakarida.
dan 400 µg/mL terhadap bakteri S. aureus Membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida
diduga kecilnya konsentrasi uji, sehingga dapat mengurangi masuknya zat antibakteri ke
belum mampu menyebabkan perubahan sistim dalam sel, sehingga dinding sel bakteri S.
fisiologis sel bakteri sehingga bakteri tersebut aureus lebih mudah ditembus oleh zat
mampu untuk tumbuh (12). antibakteri dibandingkan dengan dinding sel
Hasil uji antibakteri terhadap kontrol positif bakteri E. coli.
antibiotik kloramfenikol menghasilkan zona Besar diameter zona hambat setiap
hambat tertinggi terhadap bakteri S. aureus ekstrak lebih rendah dibandingkan
sebesar 27,80 ± 1,97 mm dan terhadap bakteri dengan kontrol positif antibiotik
E. coli sebesar 25,50 ± 0,70 mm pada kloramfenikol yang merupakan antibiotik
konsentrasi 3200 µg/mL, sedangkan kontrol berspektrum luas sehingga efektif
negatif DMSO tidak menghasilkan zona terhadap bakteri Gram positif maupun
hambat pada kedua bakteri uji. Hasil penelitian Gram negatif (14).
ini menunjukkan ekstrak kasar metanol biji Hasil uji antibakteri menunjukkan bahwa
kapulaga lokal (A. compactum Sol. Ex Maton) Fraksi 1 tidak memberikan hambatan
dan hasil partisinya memiliki aktivitas terhadap kedua bakteri uji, sedangkan
antibakteri S. aureus yang lebih rendah dari Fraksi 2 dan Fraksi 3 hanya mampu
ekstrak metanol dengan zona hambat sebesar menghambat bakteri S. aureus.
15 mm (100 mg/mL) maupun ekstak dietil eter Berdasarkan hal ini, diduga Fraksi 2 dan
biji kapulaga sabrang (Elettaria cardamomum Fraksi 3 memiliki komponen senyawa
Maton) yang menghasilkan zona hambat yang bersifat antibakteri dengan
124
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
spektrum sempit yang efektif melawan aureus pada konsentrasi 800 µg/mL.
sebagian bakteri Hasil uji antibakteri F1, F2 dan F3 tertera
Gram positif (15). pada Tabel 2.
Bakteri E. Bakteri
coli S.
aureus
Fraksi 1 - -
Fraksi 2 - 12,34±0,07
Fraksi 3 - 12,10±0,14
Diameter Zona Hambat (mm) Sampel
125
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
126
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
127
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
KESIMPULAN
128
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
129
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Kapulaga (Amomum Compactum Sol. Ex Maton)
: Dede Sukandar, dkk
130
[Type here]
131