Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jambu biji sering disebut dengan nama jambu klutuk, tanaman jambu klutuk ini adalah tanaman
tropis yang berasal dari brazil dan disebarkan di Indonesia melalui Negara Thailand. Di
Indonesia untuk menemukan tanaman yang satu ini tidaklah susah, hampir disetiap daerah pasti
ada tanaman jambu biji. Biasanya tanaman ini terdapat diladang rumah-rumah warga, di
pedesaan maupun di perkotaan juga kita masih dapat menjumpai tanaman ini.

Jambu biji adalah salah satu tumbuhan yang sudah lama dimanfaatkan oleh masyarakat, namun
pemanfaatannya hanya sebatas pada buahnya untuk keperluan konsumsi karena mengandung
vitamin C yang sangat tinggi, tetapi pemanfaatan daunnya hanya sebagian kecil saja yaitu
sebagai obat anti diare, disentri, radang usus dan gangguan pencernaan karena mempunyai
kandungan zat tanin sebagai astringent dan anti mikroba.

Selain berbagai kegunaan di atas daun jambu biji diduga memiliki zat aktif golongan steroid
yang mempunyai daya spermicide. Bahan kimia yang terkandung dalam daun jambu biji
diantaranya adalah Beta-sitosterol, alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, eugenol, minyak atsiri dan
berbagai senyawa lainya (Albana dkk, 1999).

Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk membuat makalah tentang manfaat daun jambu
biji untuk pengobatan. Sebab banyaknya tanaman jambu biji di Indonesia ternyata manfaat
daunnya kurang mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia.

Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dapat digunakan sebagai sitotoksik. Penelitian
sebelumnya telah dibuktikan bahwa daun jambu biji mengandung kuersetin dengan kadar
61,71% dan berpotensi sebagai sitotoksik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas
sitotoksik ekstrak etanol 70% dari daun jambu biji terhadap sel kanker T47D. Metode yang
digunakan yaitu dengan perhitungan langsung (viable cell count) sehingga diketahui nilai LC50.
Penelitian ini menggunakan larutan uji dengan 6 konsentrasi yaitu 130,62; 67,98; 35,98; 18,43;
9,56 & 5 μg/ml. Nilai LC50 yang diperoleh dari ekstrak etanol 70% dari daun jambu biji tersebut
adalah sebesar 27,54 μg/ml.

1
B. Tujuan
a) Mengetahui berbagai manfaat daun jambu biji untuk pengobatan dan cara
memanfaatkannya.
b) Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas sitotoksik ekstrak etanol 70% dari
daun jambu biji terhadap sel kanker T47D

C. Rumusan Masalah

a) Apa saja manfaat daun jambu biji untuk pengobatan?


b) Bagaimana cara memanfaatkan daun jambu biji untuk pengobatan?

2
BAB II

Kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh tidak normal dan tidak
terkendali. Sel kanker bersifat ganas, tumbuh cepat dan dapat menyebar melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening, sehingga dapat tumbuh dan bermetastatis di tempat lain
(Departemen Kesehatan, 2007). Kanker payudara adalah kanker ganas yang berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara.
Setiap tahunnya penderita kanker payudara mencapai 1,1 juta perempuan dan jumlah ini
merupakan 10% dari kasus baru dari seluruh kanker.
Kanker payudara adalah jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Kanker jenis ini
merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker (Richie et al., 2003).
Peningkatan angka kejadian kanker payudara serta belum adanya terapi yang dianggap tepat
untuk mengatasinya memicu peneliti untuk mengeksplorasi bahan-bahan alam yang dianggap
potensial sebagai alternatif agen antikanker, salah satunya daun jambu biji.
Berdasarkan penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa daun jambu biji mengandung
kuersetin dalam kadar yang tinggi yaitu sebesar 61,71% (Karyani, 2005). Kuersetin (3,3’,4,5,7-
pentahydroxyflavone) dapat beraksi sebagai antikanker pada regulasi siklus sel, berinteraksi
dengan reseptor estrogen (ER) tipe II dan menghambat enzim tirosin kinase (Lamson et al.,
2000).

Pengobatan alternatif untuk penyakit kanker dapat dikembangkan dengan melibatkan evaluasi
praklinik senyawa kimia untuk membuktikan aktivitas sitotoksiknya. Pengujian sitotoksik secara
in vitro dengan sel sel T47D dapat digunakan sebagai penapisan awal untuk mendeteksi senyawa
yang bersifat sitotoksik. Pengujian secara in vitro memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan
pengujian secara in vivo yaitu lebih cepat, lebih murah dan membutuhkan lebih sedikit zat uji
(Harahap, 2007). Sel T47D diisolasi dari jaringan tumor duktal payudara seorang wanita berusia
54 tahun. Sering dipakai dalam penelitian kanker secara in vitro karena mudah penanganannya,
dan memiliki kemampuan replikasi yang tidak terbatas (Burdal et al., 2000).
Pengujian uji sitotoksik pada kultur sel dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan
langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik daun jambu biji (Psidium
guajava L.) terhadap sel T47D menggunakan ektrak etanol dari daun jambu biji.

3
1. Pengertian Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) berbau aromatik dan rasanya sepat. Daunnya merupakan
daun tunggal yang berwarna hijau keabuan, helai-helai daun berbentuk jorong sampai bulat
memanjang, ujung daunnya meruncing sedangkan pangkal daunnya juga meruncing tetapi ada
pula yang membulat, daun berukuran panjang antara 6cm sampai 15cm dan lebar antara 3cm
sampai 7,5cm sedangkan tangkainya kurang lebih 1cm. Daun berambut penutup pendek, tampak
berbintik-bintik yang sesungguhnya merupakan rongga-rongga lisigen, warnanya gelap namun
bila dalam keadaan terendam air menjadi tembus cahaya (Karta Sapoetra,1992).

Menurut pendapat Ris munandar (1989) daun, kulit batang, akar dan buah muda pada daun
jambu biji mengandung zat psidi tanin sedangkan khusus daun jambu biji mengandung minyak
atsiri, eugenol dan damar disamping zat-zat mineral lain yang banyak terdapat didalam buah.

Daun jambu biji mempunyai zat aktif diantaranya adalah minyak atsiri, alkaloid, flavonoid,
tanin, dan pektin. Selain itu tanin juga dapat menyerap racun dan menggumpalkan protein.
Dalam penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui kandungan
taninnya sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya,
senyawa itu bekerja sebagai astrengent yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar
(Winarno 1997).

Bagian daun (folium) mempunyai sifat khas manis, kelat dan menetralkan juga mempunyai
kandungan kimia zat samak, minyak atsiri, tri terpenoid, leuko sianidin, kuersetin, asam arjunolat
resin, dan minyak lemak (Anonymous, 2000).

Sedangkan menurut (Duke, 2004) tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) khususnya bagian
daun mengandung berbagai zat aktif diantaranya adalah amritoside, aromadendren, avicularin,
beta-sitosterol, calcium-oxalat, caryopphyllen-oxide, catechol-tannins, crataegolic acid, EO,
guajiverin, guaijaverin, guavin-a,b,c,d, guajivolic-acid, nerolidiol, oleanolic-acid, psidiolic-acid,
quercetin, sugar, ursolic-acid, xantophyll, gallo catechin,ellagic-acid, fat, genticid-acid,
hyperocid, leucocyanidine, hyperocide, aslinic-acid.

4
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) mengandung berbagai senyawa kimia aktif diantaranya
saponin, flavonoid, tri terpenoid, minyak atsiri (Menurut Ma’at & Albana), tanin, beta sitosterol
dan senyawa-senyawa lainnya (Duke, 2004).

2. Manfaat Daun Jambu Biji untuk Pengobatan

Daun jambu biji ternyata memiliki khasiat tersendiri bagi tubuh kita, baik untuk kesehatan
ataupun untuk obat penyakit tertentu. Dalam penelitian yang telah dilakukan ternyata daun
jambu biji memiliki kandungan yang banyak bermanfaat bagi tubuh kita. Diantaranya, anti
inflamasi, anti mutagenik, anti mikroba dan analgesik. Beberapa senyawa kimia yang terkandung
dalam daun jambu biji seperti, polifenol, karoten, flavonoid dan tannin. Dengan begitu
banyaknya kandungan yang terdapat dalam daun jambu biji tersebut, diperkirakan memiliki anti
oksidan yang erat khasiatnya dalam mengobati berbagai penyakit.

5
Daun jambu biji itu dapat bermanfaat ( berkhasiat ) antara lain yaitu : untuk pengobatan
Diare, Sariawan, Kencing manis , Ambeien, Kembung pada anak dan masih banyak khasiat yang
lainnya. Jadi kita gunakan terlebih dahulu pengobatan herbal karena pengobatan herbal itu tidak
begitu beresiko bagi kesehatan manusia dan sebenarnya paling baik itu adalah pengobatan yang
alami, yang tidak ada unsur zat-zat kimia.

3. Cara Memanfaatkan Daun Jambu Biji untuk Pengobatan yang Lain

Daun jambu biji (Psidii Folium ) dimanfaatkan untuk pengobatan dengan cara sebagai
berikut :

1. Diare

Daun Jambu biji segar seberat 30g ditambah segenggam tepung beras dan air 1-2 gelas direbus,
minum airnya 2 kali sehari. Cara lainnya kunyah 3 lembar daun jambu biji muda yang segar
dengan sedikit garam lalu ditelan, lakukan 2 kali sehari

2. Sariawan.

Rebus 1 genggam daun jambu biji segar ditambah 1 jari kulit batangnya dengan 1 liter air, saring
dan minum air rebusan ini 2 kali sehari.

3. Kencing manis.

Ambil 1 buah jambu biji yang masih mengkal dan dipotong potong, kemudian rebus dengan 3
gelas air hingga tinggal 1 gelas, saring terlebih dulu sebelum diminum. Minum 2 kali sehari.

4. Ambeien

Ambil beberapa lembar daun jambu batu muda atau pucuknya ditambah sebuah pisang batu, cuci
bersih kedua bahan tersebut, pisang batu tak perlu di kupas dan tumbuk keduanya, air perasannya
di tampung lalu di minum. Lakukan setiap hari secara teratur, walaupun rasa sakit sudah hilang
tetap minum air tersebut supaya benar benar sembuh.

6
5. Kembung pada anak anak

Petik 3 lembar daun jambu biji yang masih muda dan segar, rebus dengan 2 cangkir air
bersama 1/2 jari kulit batang pulosari dan 5 butir adas, rebus hingga air tinggal 1 cangkir,
sebelum diminum sebaiknya air di saring. Anak berumur 3tahun dapat diberi cairan ini sehari 3
kali, sebanyak 2 sendok makan, anak yang lebih tua diberi sehari 1 cangkir.

6. Luka berdarah atau borok di sekitar tulang.

Lumatkan daun jambu biji segar, tempelkan lumatan daun ini di tempat yang sakit, lakukan
beberapa kali sehari.

4. Cara bikin simplisia


1. Pengumpulan Bahan Baku
Bahan baku yang di ambil dalam pembuatan simplisia seharusnya didapat dari satu wilayah
yang sama dalam satu kali panen dengan kondisi tanah, air dan udara yang sama.Agar
kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman tersebut tidak berbeda - beda kadar nya. Waktu
panen sangan diperhatikan dalam pengumpulan bahan baku ini.
2. Sortasi Basah
Pada proses sortasi basah ini bahan baku tanaman yang akan dibuat simplisia dilakukan
sortir atau sortasi langsung setelah proses pemanenan. Tujuan dilakukannya sortasi basah ini
untuk memisahkan bahan organik asing yang terbawa saat proses pemanenan seperti tanah,
pasir, batu dll yang dapat mengganggu pada proses selanjutnya.Walaupun namanya sortasi
basah tapi proses ini tidak menggunakan air untuk mengerjakannya.
3. Pencucian
Proses pencucian ini dilakukan menggunakan air yang mengalir agar air yang
membersihkan tanaman yang akan dibuat simplisia selalu baru. Tujuan dilakukannya pencucian
adalah agar lebih membersihkan sisa - sisa bahan organik asing yang masih menempel pada saat
sortasi basah.

7
4. Perajangan
Bagian tanaman yang biasa dilakukan proses perajangan ini misalnya seperti bagian
Cortex (Kulit Kayu) Semen (Biji) Fructus ( Buah) Rhizoma (Akar). Tujuan dilakukannya proses
perajangan ini untuk memperluas permukaan bagian tanaman yang digunakan agar pada saat
proses pengeringan dapat mengering secara merata dan dengan waktu yang cepat.
5. Pengeringan
Proses pengeringan ini dapat dilakukan dengan tiga cara tergantung dari sifat kandungan
kimia yang spesifik dimiliki oleh tanaman yang akan dibuat simplisia. pengeringan dapat
dilakukan secara modern yaitu menggunkan oven dengan suhu yang digunkan adalah (40-50' C)
dengan cara tradisional yaitu menggunakan pemanasan dibawah sinar matahari langsung dan
dapat dilakukan dengan proses mengangin anginkan.
6. Sortasi Kering
Proses sortasi kering atau sortir kering ini tujuan dan maksudnya hampir sama dengan
proses sortasi basah, namun pada proses sortasi kering ini memisahkan bahan organik asing
yang kemungkinan timbul pada proses pemanasan atau pengeringan misalnya apabila ada yang
gosong atau pengeringan yang tidak merata.
7. Penggilingan
Apabila simplisia yang digunakan akan dibuat serbuk maka diperlukan proses penggilingan ini .
agar mempermudah saat proses ekstraksi apabila akan melakukan pengujian lanjutan.
8. Pengayakan
Pengayakan ini tujuannya untuk memisahkan simplisia yang telah digiling apabila ada ukuran
yang belum rata, biasanya untuk simplisia menggunakan ayakan mesh 20. Proses pengayakan
jangan menggunakan ayakan yang menghasilkan serbuk yang ukurannya terlalu kecil karena
dapat mempersulit pada proses pengujian lanjutan seperti Ekstrasi.
9. Pengemasan / Pengepakan
Pengemasan/ Pengepakan simplisia yang telah dibuat lebih baik disimpan dalam wadah yang
higroskopik yang kedap udara dan lebih baik terbuat dari kaca, agar simplisia yang ada
didalamnya tidak cepat mengalami pembusukan/ ditumbuhi mikroba.

8
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari pembahasan tentang daun jambu biji, ternyata daun jambu biji memiliki khasiat tersendiri
bagi tubuh kita, baik untuk kesehatan ataupun untuk obat penyakit tertentu. Seperti diare,
sariawan, kencing manis, ambeien,kangker payudara, kembung pada anak, dan luka berdarah
atau borok di sekitar tulang. Cara pemanfaatannya dengan cara ditumbuk, direbus, di bikin
simplisia dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan pengobatan.

Ekstrak etanol 70% daun jambu biji memiliki sifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara T47D
dengan nilai LC50 pada inkubasi 24 jam sebesar 27,54 μg/ml dalam rentang amat sangat toksik
yaitu 5-50 μg/ml dan memiliki potensi untuk obat sitotoksik.

2. DAFTAR PUSTAKA

Rismunandar, 1989. Tanaman Jambu Biji, Penerbit Sinar Baru, Bandung. Salisbury & Ross,
1999. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, Penerbit ITB, Bandung.

http://www.paseban.com/11021991/discussions/4417

http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2011/11/08/khasiat-daun-jambu-biji/

http://m4d13.blogspot.com/2012/01/khasiat-daun-jambu.html

Dwitiyanti Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta
Timur 13460
Burdall, E.S., Hanby, M.A., Landsdown, R.J.M., Speirs, V. (2003). Breast cancer cell line.
Breast Cancer Research. 5(2), 89-95
Departemen kesehatan RI. (2007). Pedoman penemuan dan penatalaksanaan penyakit kanker
tertentu di komunitas. Jakarta : Bakti Husada

Anda mungkin juga menyukai