PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui cara pembuatan simplisia rimpang kencur
1.2.2 Untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan mutu dan
standardisasi
1.2.3 Untuk mengetahui parameter spesifik dan non spesifik
1.2.4 Untuk mengetahui fitoterapi dari obat tradisional jamu
1.2.5 Untuk mengetahui fitoterapi dari obat herbal terstandar
1.2.6 Untuk mengetahui fitoterpi dari obat fitofarmaka
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.
179/Men.Kes/Per/VII/1976 Tentang Produksi dan Distribusi Obat Tradisionil
adalah obat jadi atau obat berbungkus yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan,
hewan, mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran bahan-bahan tersebut
yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan
berdasarkan pengalaman :
- bahan alam
- bedasarkan pengalaman
Obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan
RI.No.246/Men.Kes/Per/V/1990 Tentang Izin Usaha IOT dan Pendaftaran O.T
Dan Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan Adalah bahan atau
ramuan bahan, yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Tahun 1976, merupakan awal pengembangan O.T di Indonensia dengan
dibentuknya direktorat pengawasan obat tradisional, pada direktorat pengawan
obat dan makanan, departemen kesehatan.
etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran bahan kimia obat yang merupakan hasil
isolasi atau sintetik berkhasiat obat narkotika atau psikotropika dan atau bahan
lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan penelitian
membahayakan kesehatan yang jenisnya ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makan.
3
Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau
ditempelkan pada permukaan pada permukaan kulit. Tetapi tidak tersedia dalam
bentuk suntikan atau aerosol. Dalam bentuk sediaan obat- obat tradisional ini
dapat berbentuk serbuk yang menyerupai bentuk sediaan obat modren, kapsul,
tablet, serbuk, larutan, ataupun pil (BPHN, 1993).
Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan kesehatan,
yang dimaksud dengan Obat bahan Alam Indonesia adalah Obat bahan Alam yang
diproduksi di Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim
penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, Obat bahan Alam Indonesia
dikelompokkan menjadi : Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka.
2.1.1 Simplisia
Simplisia berasal dari kata simpleks atau simple yang berarti sederhana.
Sederhana artinya mengacu pada istilah bahan-bahan obat yang masih dalam
wujud aslinya atau belum mengalami perubahan bentuk apapun. Departemen
kesehatan menyatakan bahwa simplisia adalah bahan alami yang di gunakan
untuk obat yang belum mengalami proses apapun juga, kecuali dinyatakan lain
merupakan bahan yang sudah dikeringkan. Berdasarkan hal tersebut, maka
simplisia di golongkan sebagai berikut :
1. Simplisia nabati
2. Simplisia hewani
Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berkhasiat yang dihasilkan oleh
hewan dan berupa bahan kimia murni.
4
Contoh : mel depuratum (madu)
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni. Contoh :
serbuk seng
b. Tanaman budidaya
Tanaman ini sengaja dibudidaya untuk itu bibit tanaman harus dipilih yang
baik, ditinjau dari penampilan dan kandungan senyawa berkhasiat, atau dengan
kata lain berkualitas atau bermutu tinggi. Simplisia yang berasal dari tanaman
budidaya selain berkualitas, juga sama rata atau homogen sehingga dari waktu ke
waktu akan dihasilkan simplisia yang bermutu. Dari simplisia tersebut akan
dihasilkan produk obat tradisional yang “reproducible”. Perlu diperhatikan pula
bahwa tanaman budidaya dapat bervariasi kualitasnya bila ditanam secara
monokultur (tanaman tunggal) dibanding dengan tanaman tumpangsari. Demikian
juga terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap penampilan dan kandungan
kimia suatu tanaman,antara lain tempat tumbuh, iklim, pemupukan, waktu panen,
pengolahan pasca panen dan sebagainya.
c. Tumbuhan liar
5
Tumbuhan liar artinya tumbuhan tersebut tidak dibudidaya atau tumbuh
liar. Sebetulnya tumbuhan liar tersebut dapat dibudidayakan. Namun hal ini jarang
dilakukan oleh petani karena tradisi atau kebiasaan. Agar bahan tumbuhan yang
berasal dan tumbuhan liar ini mutunya dapat dipertahankan, diperlukan
pengawasan kualitas secara intern yang baik.
Apabila suatu bahan baku simplisia yang berasal dari tumbuhan liar ini
melangka, padahal permintaan pasar tinggi, maka sering kita jumpai adanya
pemalsuan. Dan pengalaman dapat kita lacak kemudian dicatat asal-usul bahan
tumbuhan yang berasal dari tumbuhan liar tersebut, kita periksa kadar bahan
berkhasiat, sehingga kita dapat memilih bahan simplisia serupa untuk produk kita
di masa mendatang.
a. Sortasi basah
Tahap ini perlu dilakukan karena bahan baku simplisia harus benar dan
murni, artinya berasal dari tanaman yang merupakan bahan baku simplisia yang
dimaksud, bukan dari tanaman lain. Dalam kaitannya dengan ini, perlu dilakukan
pemisahan dan pembuangan bahan organik asing atau tumbuhan atau bagian
tumbuhan lain yang terikut. Bahan baku simplisia juga harus bersih, artinya tidak
boleh tercampur dengan tanah, kerikil, atau pengotor lainnya (misalnya serangga
atau bagiannya).
b. Pencucian
c. Perajangan
6
Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan
berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin
perajang singkong dengan ketebalan yang sesuai. Apabila terlalu tebal maka
proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau
berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia
karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya
bukan dan besi (misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat).
d. Pengeringan
Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia
Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di
bawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang
dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila
terpaksa dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka perlu ditutup
dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu.
Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata
dan tidak bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan
sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan aktifnya.
7
e. Sortasi kering
Simplisia yang telah kering tersebut masih sekali lagi dilakukan sortasi
untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan simplisia yang rusak karena
sebagai akibat proses sebelumnya.
g. Penyimpanan
Harus teratur, rapi, untuk mencegah resiko tercemar atau saling mencemari
satu sama lain, serta untuk memudahkan pengambilan, pemeriksaan, dan
pemeliharaannya. Simplisia yang disimpan harus diberi label yang mencantumkan
identitas, kondisi, jumlah, mutu, dan cara penyimpanannya. Adapun tempat atau
gudang penyimpanan harus memenuhi syarat antara lain harus bersih, tentutup,
sirkulasi udara baik, tidak lembab, penerangan cukup bila diperlukan, sinar
matahari tidak boleh leluasa masuk ke dalam gudang, konstruksi dibuat
sedemikian rupa sehingga serangga atau tikus tidak dapat leluasa masuk.
1. Parameter Spesifik
a. Identitas
8
Meliputi deskripsi tata nama (nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian
tumbuhan yang digunakan, nama tumbuhan indonesia) dan dapat mempunyai
senyawa identitas. Tujuannya untuk memberikan identitas objektif dari nama dan
spesifik dari senyawa identitas.
b. Organoleptik
2. Parameter Nonspesifik
9
Adalah masa per satuan volume pada suhu kamar tertenru (25oC) yang
ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya. Tujuannya untuk
memberikan batasan tentang besarnya masa per satuan volume yang merupakan
parameter khusus ekstrak cair sampaiekstrak pekat (kental) yang masih dapat
dituang. Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan
kontaminasi.
c. Kadar air
d. Kadar abu
e. Sisa pelarut
10
f. Residu pestisida
h. Cemaran mikroba
11
Kencur (Kaempferia galangal L) merupakan tanaman tropis yang
banyak tumbuh diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara.
Tanaman ini banyak digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai
bumbu dalam masakan sehingga para petani banyak yang membudidayakan
tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang diperdagangkan dalam jumlah yang
besar. Bagian dari tanaman kencur yang diperdagangkan adalah buah akar yang
tinggal didalam tanah yang disebut dengan rimpang kencur atau rizoma
(Soeprapto,1986).
Kerajaan: Plantae
Divisi: Spermaiophyta
Sob Divisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledonae
12
Ordo: Zingiberales
Famili: Zingiberaceae
Subfamili: Zingiberoideae
Genus: Kaempferia
Spesies: Kaempferia .galanga
13
diseduh dengan air masak dan diberi sedikit gula atau anggur dapat digunakan
sebagai minuman. Minuman ini berguna bagi kesehatan tubuh, jenis minuman ini
sudah diperiksa dipabrik-pabrik berupa minuman beras kencur. Rimpang kencur
di pergunakan untuk meramu obat-obatan tradisional yang sudah banyak di
produksi oleh pabrik-pabrik jamu maupun dibuat sendiri, rimpang mempunyai
khasiat obat antara lain untuk menyembuhkan batuk dan keluarnya dahak,
mengeluarkan angin dari dalam perut, bisa juga untuk melindungi pakaian dari
serangga perusak, caranya rimpang kering kencur disimpan diantara lipatan-
lipatan kain (Afrianstini,1990).
2.1.2 Jamu
14
tidak memerlukan pembuktian ilmiah maupun pembuktian klinis, cukup bukti
empiris (berdasarkan cerita turun temurun).
Jamu sudah dikenal sudah berabad-abad di indonesia yang mana pertama kali
jamu dikenal dalam lingkungan istana atau keraton yaitu kesultanan di djogjakarta
dan kasunanan di surakarta. Jaman dahulu resep jamu hanya dikenal dikalangan
keraton dan tidak diperbolehkan keluar dari keraton. Tetapi seiring dengan
perkembangan jaman, orang-orang lingkungan keraton sendiri yang sudah
modern, mereka mulai mengajarkan meracik jamu kepada masyarakat diluar
keraton sehingga jamu berkembang sampai saat ini tidak saja hanya di indonesia
tetapi sampai ke luar negeri.
Sejak dahulu kala, indonesia telah dikenal akan kekayaannya, tanah yang
subur dengan hamparan bermacam-macam tumbuhan yang luas. Tanah yang
subur dengan kekayaan tanaman sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
indonesia karena mereka bergantung dari alam dalam usahanya untuk memenuhi
bermacam-macam kebutuhan. Pengolahan tanah, pemungutan hasil panen, proses
alam tidak hanya menghasilkan makanan, tetapi juga berbagai produk yang
berguna untuk perawatan kesehatan dan kecantikan.
Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Berbeda dengan obat-obatan modern, standar
mutu untuk jamu didasarkan pada bahan baku dan produk akhir yang pada
umumnya belum memiliki baku standar yang sesuai dengan persyaratan.
Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan sebagai bahan untuk
memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat lainnya, tidak
perlu memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang bersangkutan.
Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik serta
identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat didalamnya.
Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan menjadi 2
macam analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
15
a. Analisis kuantitatif berfungsi untuk mengidentifikasi jenis dari suatu zat atau
simplisia yang terdapat pada bahan bakunya, sedangkan analisis kuantitatif
yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari zat atau simplisia yang akan
dianalisis.
b. Pengujian secara kualitatif obat tradisional jamu biasanya digunakan untuk
mengidentifikasi atau menganalisis jenis bahan baku dari suatu simplisia
baik dari jenis tumbuhan maupun jenis hewan.
16
2.1.3 Obat Herbal Terstandar
Obat herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak
atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun
mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tanaga kerja yang mendukung
dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses
produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan pembuktian
ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan mengikuti
standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan ekstrak tanaman obat,
standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun
kronis.
17
membuat ekstrak.Obat herbal ini umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah
berupa penelitian praklinis.Penelitian ini meliputi standarisasi kandungan senyawa
berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak yang higenis,
serta uji toksisitas akut maupun kronis.
Tolak Angin adalah obat herbal yang berguna untuk meredakan masuk
angin, perut mual, tenggorokan kering dan badan terasa dingin. Tolak Angin
dibuat oleh pendiri Sido Muncul pada tahun 1930 yaitu Ibu Rahmat Sulistyo.
Tolak Angin dibuat dari tumbuh-tumbuhan herbal dan madu serta ramuan lainnya.
Tolak Angin dikenal lewat jargonnya: orang pintar minum Tolak Angin. Tolak
Angin Tersedia 2 Varian. Tolak Angin Flu Dan Tolak Angin Anak
18
2.1.4 Fitofarmaka
19
serta syarat mutu sediaan memungkinkan untuk pemakaian pada manusia.
Pengujian klinik calon obat pada manusia terbagi dalam beberapa fase yaitu :
• Fase I :
• Fase II :
• Fase III :
• Fase IV :
20
Tiap 5 ml ( 1 sendok takar ) stimuno sirup mengandung ekstrak tanaman
Phillantus niruri 25 gram. Herba meniran adalah semua bagian diatas tanah
tanaman phyllantus niruri L.
Mikroskopik: daun: epidermis atas terdiri dari satu lapis sel dan agak
menonjol keluar, epidermis bawah lebih menonjol daripada epidermis atas, pada
penampang tangensial sel epidermis atas dan bawah mempunyai dimdimg
samping yang bergelombang, kutikula jelas dan berbintik, stomata tipe anisositik,
terdapat pada dua permukaan, pada permukaan bawah lebih banyak.
21
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
b. Bahan
Kencur Etanol
Jamu Kopi Rempah Aquadest
Cap Luwak Cobra Toluen
Stimuno cair rasa Etil asetat
anggur Alkohol
Kloroform HCL
Tolak angina
22
3.2 Cara Kerja
1. Simplisia Kencur
b. Mikroskopis
Letakkan sampel diatas kaca objek secukupnya, lalu tetesi dengan
aquadest dan tutup dengan cover glass.
Amati di bawah mikroskop
c. KLT
Buat larutan sampel dengan cara sampel dicampur etanol kemudian
di kocok lalu larutan disaring dengan kertas saring
Pembuatan larutan jenuh: Campurkan alkohol dan etil asetat (5:5)
masukkan dalam beaker glass kemudian masukkan kertas
saring,tutup beaker dengan aluminium foil
Pembuatan Plat KLT : Buat batas atas dan bawah masing – masing
0,5cm,pada batas bawah diberi tanda pada bagian tengah untuk
menotolkan sampel, lalu larutan sampel diambil dengan pipa
kapiler, ditotolkan pada tanda yang telah dibuat, masukkan dalam
beaker glass yang berisi larutan yang telah jenuh, tunggu sampai
23
larutan mencapai bats atas plat, angkat plat klt lalu di angin –
anginkan kemudian lihat batas noda di bawah sinar UV dan tandai
noda dengan pensil.
Hitung harga Rf nya.
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
Jarak yang ditempu pelarut
d. Susut Pengeringan
Kurs kosong masukkan dalam oven selam 30 menit pada suhu
105°C
Setelah 30 menit,keluarkan dari oven, setelah dingin timbang kurs
tadi
Masukkan 2gr sampel dalam kurs,masukkan ke furnes selama
30menit pada suhu 105°C
Setelah 30 menit,keluarkan lagi kemudian dinginkan lalu di
timbang
Rumus : (B-A)-(C-A) x 100 %
(B-A)
KET: A= kroes kosong
B= kroes + sampel
C= kroes+ sampel yang telah dipanskan
24
f. Kadar Sari Larut Air
Timbang sampel yang telah dihaluskan 2,5 gram masukkan
kedalam erlenmeyer
Tambahkan aquadest 25 ml dan kloroform 25 ml tutup dengan
aluminium foil,lalu kocok selama 6 jam kemudian biarkan selama
18 jam
Setelah 18 jam,saring dengan kapas akan terbentuk 2 lapisan
dimana lapisan atas air dan lapisan bawahnya kloroform
Pipet 10 ml bagian airnya lalu,tuang dalam cawan penguap lalu di
panaskan selam 30 menit lalu dinginkan dan ditimbang
Rumus : (berat sampel setelah dipanaskan) x 50 mlx100 %
(berat sampel(2,5g)) 20 ml
25
saring, kemudian dicuci denagn air panas, kemudian masukkaan
kedalam kroes
kemudian timbang dan masukkan dlam furnance 600°C
kemudian dingin kan dan timbang, hitung % kadar abu tidak larut
asam
Rumus : (abu setelah dipanaskan) x 100 %
(berat simplisia (1gram))
2. Jamu
a. Mikroskopis
Letakkan sampel diatas kaca objek secukupnya, lalu tetesi dengan
aquadest dan tutup dengan cover glass.
Amati di bawah mikroskop
b. KLT
Buat larutan sampel dengan cara sampel dicampur etanol kemudian
di kocok lalu larutan disaring dengan kertas saring
Pembuatan larutan jenuh: Campurkan alkohol dan etil asetat (5:5)
masukkan dalam beaker glass kemudian masukkan kertas
saring,tutup beaker dengan aluminium foil
Pembuatan Plat KLT : Buat batas atas dan bawah masing – masing
0,5cm,pada batas bawah diberi tanda pada bagian tengah untuk
menotolkan sampel, lalu larutan sampel diambil dengan pipa
kapiler, ditotolkan pada tanda yang telah dibuat, masukkan dalam
beaker glass yang berisi larutan yang telah jenuh, tunggu sampai
larutan mencapai bats atas plat, angkat plat klt lalu di angin –
anginkan kemudian lihat batas noda di bawah sinar UV dan tandai
noda dengan pensil.
Hitung harga Rf nya.
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
Jarak yang ditempu pelarut
26
c. Susut Pengeringan
Kurs kosong masukkan dalam oven selam 30 menit pada suhu
105°C
Setelah 30 menit,keluarkan dari oven, setelah dingin timbang kurs
tadi
Masukkan 2gr sampel dalam kurs,masukkan ke furnes selama
30menit pada suhu 105°C
Setelah 30 menit,keluarkan lagi kemudian dinginkan lalu di
timbang
Rumus : (B-A)-(C-A) x 100 %
(B-A)
KET: A= kroes kosong
B= kroes + sampel
C= kroes+ sampel yang telah dipanskan
27
Setelah 18 jam,saring dengan kapas akan terbentuk 2 lapisan
dimana lapisan atas air dan lapisan bawahnya kloroform
Pipet 10 ml bagian airnya lalu,tuang dalam cawan penguap lalu di
panaskan selam 30 menit lalu dinginkan dan ditimbang
Rumus : (berat sampel setelah dipanaskan) x 50 mlx100 %
(berat sampel(2,5g)) 20 ml
28
beaker glass yang berisi larutan yang telah jenuh, tunggu sampai
larutan mencapai bats atas plat, angkat plat klt lalu di angin –
anginkan kemudian lihat batas noda di bawah sinar UV dan tandai
noda dengan pensil.
Hitung harga Rf nya.
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
Jarak yang ditempu pelarut
b. Susut Pengeringan
Kurs kosong masukkan dalam oven selam 30 menit pada suhu
105°C
Setelah 30 menit,keluarkan dari oven, setelah dingin timbang kurs
tadi
Masukkan 2gr sampel dalam kurs,masukkan ke furnes selama
30menit pada suhu 105°C
Setelah 30 menit,keluarkan lagi kemudian dinginkan lalu di
timbang
Rumus : (B-A)-(C-A) x 100 %
(B-A)
KET: A= kroes kosong
B= kroes + sampel
C= kroes+ sampel yang telah dipanskan
29
(krus belum kering )
4. Fitofarmaka
a. KLT
Buat larutan sampel dengan cara sampel dicampur etanol kemudian
di kocok lalu larutan disaring dengan kertas saring
Pembuatan larutan jenuh: Campurkan alkohol dan etil asetat (5:5)
masukkan dalam beaker glass kemudian masukkan kertas
saring,tutup beaker dengan aluminium foil
Pembuatan Plat KLT : Buat batas atas dan bawah masing – masing
0,5cm,pada batas bawah diberi tanda pada bagian tengah untuk
menotolkan sampel, lalu larutan sampel diambil dengan pipa
kapiler, ditotolkan pada tanda yang telah dibuat, masukkan dalam
beaker glass yang berisi larutan yang telah jenuh, tunggu sampai
larutan mencapai bats atas plat, angkat plat klt lalu di angin –
anginkan kemudian lihat batas noda di bawah sinar UV dan tandai
noda dengan pensil.
Hitung harga Rf nya.
30
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
Jarak yang ditempu pelarut
b. Susut Pengeringan
Kurs kosong masukkan dalam oven selam 30 menit pada suhu
105°C
Setelah 30 menit,keluarkan dari oven, setelah dingin timbang kurs
tadi
Masukkan 2gr sampel dalam kurs,masukkan ke furnes selama
30menit pada suhu 105°C
Setelah 30 menit,keluarkan lagi kemudian dinginkan lalu di
timbang
Rumus : (B-A)-(C-A) x 100 %
(B-A)
KET: A= kroes kosong
B= kroes + sampel
C= kroes+ sampel yang telah dipanskan
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kencur
a. Organoleptis
b. Berat Sampel
Sebelum sortasi : 1,5 kg
Setelah sortasi : 250 g ( serbuk )
32
e. Kadar abu tidak larut dalam asam
Berat abu yg didapat : 0,16%
Kadar abu tidak larut asam : 16%
f. Nilai Rf
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
Jarak yang ditempu pelarut
Nilai Rf = 4,1/4,3
= 0,950
4.1.2 jamu
a. Organoleptis
Rasa : manis kelat kopi
Warna : putih
Pemerian : serbuk hablur
Bau : kopi
Kelarutan: larut daklam air, tidak larut dalam etanol
33
e. Penetapan kadar sari larut etanol
Berat sampel yang didapat :0,235
Kadar larut etanol : 23,5%
f. Nilai Rf
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
Jarak yang ditempu pelarut
Nilai Rf = 1,9/3,8
= 0,5
4.1.3 OHT
g. Organoleptis
Rasa : pedas, manis, hangat
Warna : coklat
Pemerian : cairan agak kental
Bau : khas seperti daun mint
Kelarutan: larut daklam air
k. Nilai Rf
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
34
Jarak yang ditempu pelarut
Nilai Rf = 1,4/4,3
= 0,31
4.1.4 Fitofarmaka
a. Organoleptis
Rasa : manis
Warna : hitam
Pemerian : larutan agak kental
Bau : khas menyengat
d. Nilai Rf
Rumus nilai Rf : jarak yang ditempu noda
Jarak yang ditempu pelarut
Nilai Rf = 1/3,8
= 0,26
35
4.2 Pembahasan
Dari simplisia yang didapat yaitu kencur yang akan dibuat menjadi sediaan
jamu, maka kami harus melakukan standarisasi bahan bakunya yaitu kencur,
sebelum di lakukan uji standarisasi, karena akan dibuat sediaan jamu yaitu kami
wedang jahe, maka simplisia kami jadikan serbuk simplisia dilakukan pengolah
seperti simplisia tersebut disortasi basah, kemudian lakukan perajangan dengan
diiris tipis supaya menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat yang berkhasiat
yang mudah menguap seperti minyak atsiri dan memepercapat proses
pengeringan.
Tujuan dari penegringan ini adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Dengan
mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan
mutu atau perusakan simplisia.
36
Pada praktikum kali ini adalah mengenai standarisasi simplisia. Tujuan
standarisai simplisia ini adalah untuk menjamin keseragaman khasiat (efikasi),
menjamin keaman dan stabilitas ekstrak, serta meningkatkan nilai ekonomi
produk herbal.
Penetapan kadar sari arut air dan etanol, penetapan kadar sari larut ini
prinsipnya yaitu dengan melarutkan sejumlah simplisia pada pelarut tertentu untuk
menentukan sejumlah senyawa aktif yang terkandung pada pelarut tersebut.dalam
metode ini, bahan dilarutkan pada pelarut etanol dan air, klorofrom untuk
ditentukan jumlah solute yang identic dengan jumlah senyawa yang dilarutkan
secara gravimetric. Penetapan kadar sari ini termasuk kedalam metode kuantitatif
karena kia dapat menentukan hasil angka dari penimbangan berat zat hasil
pemanasan pada cawan terhadap berat simplisia.
Dan dari hasil uji standarisasi yang didapat semua parameter uji telah
sesuai dengan standar, hanya saja pada kadar abu tidak larut asam, kadar yang
didapat melebihi kadar yang seharusnya yaitu tidak lebih dari 2,5% sedangkan
37
yang didapatkan adalah 16%. Yang mana artinya simplisia kencur tersebut kadar
abunya yang tidak larut asam besar. Dan bisa juga hal ini disebabkan oleh
kesalahan dalam proses pengujian seperti kurang ketelitian dalam penimbangan
dan perhitungan.
38
dalam proses pengujian yaitu kesalahan dalam proses penimbangan dan pada saat
perhitungan.
Fitofarmaka adalah sediaan herbal standar yang telah mengalami uji klinis
pada manusia telah terbukti keamanannya dan didukung oleh bukti-bukti ilmiah
dan khasiatnya jelas sesuai kaidah kedokteran modern (Trubus, Vol.8).
Sediaan yang kami bawa berupa Syrup Stimuno dimana stimuno ini
mengandung ekstrak meniran dan berkhasiat memperbaiki sistem imun. Sama
seperti pada OHT, karena sediaan berupa cairan jadi uji yang di lakukan hanya uji
kadar sari larut air dan etanol serta uji KLT, susut pengeringan, dan kadar abu.
Dan dari sampel yang diuji, nilai Rf yang didapatkan tidak pernah lebih
dari 1, dan noda yang terbentuk hanya satu, hal ini berarti sampel yang diuji murni
dan dalam sampel sediaan jamu dan OHT dan fitofarmaka yang memiliki
komposisi yang banyak, tetapi noda yang ditimbulkan hanya satu, yang berarti
proses pencampuran atau proses reaksinya telah selesai. Dan pada nilai Rf dari
simplisia kencur nilai Rf mendekati 1 yaitu 0,950. Hal ini dikarenakan jarak yang
ditempuh pelarut sudah melewati batas atas yang telah dibuat, sehingga jarak yang
ditempuh noda semakin tinggi.
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-
bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman.
Simplisia yang digunakan berasal dari tumbuhan, hewan, pelikan
(mineral) dan bisa bersumber dari tumbuhan liar atau tumbuhan budidaya
yang harus memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan pengobatan
tradisional.
Obat tradisional dapat berupa serbuk, larutan, pil, kapsul, dsb.
Tujuan susut pengeringan yaitu untuk mengetahui pengurangan berat
bahan setelah kering.
Tujuan kadar sari larut air dan etanol yaitu untuk mengetahui jumlah
senyawa yang dapat tersari dengan air dan etanol dari jamu.
Tujuan mikroskopik untuk mengetahui unsur-unsur anatomi dari sampel
(jamu).
Tujuan dari kadar abu total yaitu untuk mengetahui sisa yang tidak
menguap dari jamu pada saat pemanasan.
Tujuan dari KLT untuk mengetahui kemurnian suatu sampel melalui
noda.
5.2 Saran
minimal sebanyak 3 kali agar di dapatkan hasil yang optimal. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta dapat digunakan sebagai
40
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1976. Materia Medika Indonesia Jilid I-VI. Jakarta
: Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan.
41
Lampiran
Penimbangan Kroes
untuk susut pengeringan Penimbangan Kroes
untuk kadar abu
Proses penimbangan
hasil pemanasan kadar
sari larut air dan etanol
42
Hasil kadar sari larut
etanol yang telah disaring
Hcl encer
Penjenuhan chamber
43