PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
NURI ANGGRAINI
482011805077
2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
banyak jenis tumbuhan yang dapat tumbuh. Diantara berbagai jenis tersebut
negara ini tersimpan khasiat yang sangat besar dari tanaman tersebut.
Namun sebagian besar dari tumbuhan obat itu tidak diketahui oleh manusia
kebutuhan obat menjadi suatu hal yang sangat penting. Tetapi seiring
samping yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu, kebanyakan
penggunaan obat. herbal alami dengan formulasi yang tepat sangat penting
dan tentunya lebih aman dan efektif. Tumbuhan yang sering digunakan
obatan.
Bagian yang biasa di gunakan terdapat pada bagian daun, bunga, dan
dalam. Tanaman cengkeh mempunyai sifat yang khas karena semua bagian
pohon mengandung minyak atsiri mulai dari akar, batang, daun sampai
kandungan minyak atsiri mencapai 2-3% dengan kadar eugenol antara 80-
aktif seperti saponin, flavonoid, tannin, dan minyak atsiri (Pramod et al,
proliferasi dari proses radang, sel neutrophil, dan sel endothelial (Negara
dkk, 2014).
kandungan kimia dari bunga cengkeh, tangkai cengkeh dan daun cengkeh
minyak daun cengkeh dengan dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB, dan
nyeri adalah asam salisilat. Data yang diamati berupa jumlah geliat mencit.
mendekati.
Penelitian ini menggunakan metode rancangan post test only control group
Konsentrasi 20%, 40%, dan 60%. Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil
pada kontrol negatif yaitu kelompok tikus yang diberi basis gel. Sementara
jumlah neutrofil pada kelompok kontrol positif yang diberi Aloclair gel
terhadap tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Maka dari itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang uji aktivitas ekstak etanol daun
norvegicus)
1.3.3. Bagaimana efek antinflamasi ekstrak etanol daun cengkeh dengan dosis
radang.
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkindom : trachiobonta
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonea
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum L. ( Suwarto, dkk. 2014).
9
10
2014).
Daun cengkeh adalah daun berwarna hijau dan bulat dengan bagian
ujung dan pangkal nya yang berbentuk runcing. Daun ini dapat anda
permukaan atas mengkilap, panjang 6-13,5 cm, lebar 2,5-5 cm, warna
hijau muda atau coklat muda saat masih muda dan hijau tua ketika tua.
Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan
tangkai pendek serta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh
dapat dilakukan secara vegetatif dan generatif. Tanaman ini tumbuh baik
kuning pucat, kental seperti minyak, bersifat mudah larut dalam pelarut
organik dan sedikit larut dalam air. Eugenol memiliki berat molekul
kerja eugenol sebagai zat antifungi dimulai dengan penetrasi eugenol pada
sitoplasma keluar dari dinding sel jamur. Apabila hal ini terus-menerus
komponen minyak atsiri dan komponen fenolik yang selama ini kurang
sebagai pelidung melawan efek bahaya radikal bebas dan diketahui pula
2.2. Ekstraksi
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
1) Cara Dingin
a. Maserasi
salah satu cara ekstraksi, dimana sediaan cair yang dibuat dengan
bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer,
selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi
ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tida
14
ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas
pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama
tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan penyari
akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Metode ini digunakan
stiraks, dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang
berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk
POM, 2014).
b. Perkolasi
silinder, yang bagian bawah nya diberi sekat berpori, cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
nya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan
15
POM, 2014).
2) Cara Panas
a. Refluks
b. Sokletasi
sokletasi memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi. Pelarut melewati alat
c. Digesti
memerlukan temperatur pada suhu lebih tinggi dari suhu ruangan pada
d. Infusa
simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Kecuali
penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu 90°C sambil sekali-
yang dikehendaki”.
e. Dekok
menit dihitung setelah suhu mencapai 90°C. Metode ini sudah sangat
2019).
2.3.1 Alkaloid
oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Setelah diisolasi, alkaloid
berbentuk padatan kristal yang tidak larut tetapi ada juga berbentuk amorf
seperti nikotin dan ada pula yang berupa cairan seperti konini
(Mukhriani, 2014).
tertentu, misalnya pada akar, kulit, buah bahkan pada getah tanaman. Fungsi
dari alkaloid ini bisa digunakan oleh tanaman sebagai racun untuk
dan berbentuk kristal, namun ada pula dalam bentuk cairan (misalnya
nikotin) pada suhu kamar. Senyawa ini merupakan turunan dari asam
(Arifuddin, 2013).
2.3.2 Flovonoid
gugus hidroksil sehingga larut dalam pelarut polar seperti etanol, butanol,
metanol, etil asetat, aseton dimetil sulfoksida dan air. Sedangkan gugus
yang kurang polar dari flavonoid cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
Salah satu sifat yang dimiliki oleh flavonoid sehingga dapat berperan
dengan struktur kimia C6C3C6, yang terdiri dari satu cincin Adan satu
(Redha, 2010).
19
daun, biji, akar, kulit kayu, batang dan bunga. Fungsi umum yang dimiliki
oleh flavonoid yaitu pemberi zat warna bunga pada tanaman dan membantu
(Raharjo, 2013).
Fungsi lain dari flavonoid dalam tanaman yaitu pemberi pigmen pada
2.3.3 Terpenoid
Beberapa ahli botani menganggap bahwa minyak atsiri disekresi dalam sel-
protoplasma akibat adanya peruraian lapisan resin dari dinding sel atau oleh
Fungsi dari senyawa ini yaitu karena aromanya dapat mengusir serangga,
2.3.4 Saponin
2.3.5 Tanin
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat (bentuk spesifik dari
dan memiliki struktur yang cukup beragam dengan berat molekul tinggi
Tanin alami memiliki sifat yang mudah larut dalam pelarut polar
seperti air, etanol, metanol, tetapi sukar larut pada pelarut non polar seperti
selain itu tanin memiliki warna kuning muda atau coklat muda, dan
adanya gugus fenol. Sebagian besar tanin dalam bentuk serbuk yang bersifat
amorf, serta memiliki massa longar dan bau yang khas (Lima dkk., 2012).
2.4 Inflamasi
suatu reaksi dari jaringan hidup guna melawan berbagai macam rangsangan
a. Inflamasi Akut
jelas pada jaringan luar. Hal ini akibat pecahnya sel mast sehingga
b. Inflamasi Kronik
ini dapat terjadi tergantung dari kedudukan dan inflamasi kronik. Elemen-
elemen jaringan yang diserang akan menghasilkan reaksi imun antara suatu
Inflamasi kronik mempunyai waktu kerja yang lama (Alfi Inayati, 2010).
5) Cedera kimiawi seperti korosif, agen pereduksi, toksin bakteri, asam dan
Basa
1. Kemerahan (rubor)
dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan
peradangan akut .
23
tubuh tidak dapat dilihat dan rasakan (Pober and Sessa, 2015).
4. Pembengkakan (tumor)
5. Fungsiolaesa
konsekuensi dari suatu proses inflamasi. Gerakan yang terjadi pada daerah
radang, baik yang dilakukan secara sadar atau secarare fleksakan mengalami
24
yang dapat memicu pelepasan mediator kimia plasma atau jaringan ikat.
jejas atau dapat juga berupa faktor plasma. Mediator yang dihasilkan oleh
disintesis secara lokal oleh sel di tempat inflamasi dan mediator sistemik
1). Histamin
histamin disimpan dalam sel mast dan dibebaskan sebagai hasil interaksi
(Askandari, 2015).
2). Serotonin
berbagai daerah pada sistem saraf pusat serta beragam jenis reseptor
3.) Bradikinin
( J biochem .2017).
4). Prostaglandin
5.) Leukotrien
(Amalia, 2016).
Obat obat yang tergolong obat antiinflamasi steroid antara lain kortison
radang (Askandari,2015).
28
adalah suatu golongan obat yang heterogen, bahkan secara kimia beberapa
heterogen tersebut memiliki kesamaan efek terapi dan efek samping karena
trombosit dan pembuluh darah ginjal yang terbentuk di segala jenis kondisi
yang terjadi pada operasi ringan . Obat ini bekerja dengan cara
peradangan).
cahaya.
2) Farmakokinetik
urine danfeses.
3) Farmakodinamik
31
(COX-2).
terhadap COX-
Animalia
Divisi :Chordata
Ordo :Rodentia
Kelas :Mamalia
Famili :Muridae
Genus : Rattus
2.8 KARAGEN
Karagenan adalah senyawa hidrokoloid yang terdiri dari natrium, magnesium, kalsium
sulfat dan ester (Nafiah, 2011). Karagenan diperoleh dari ekstraksi rumput laut merah kelas
Rhodophyceae dengan air maupun alkali cair. Karagenan merupakan kompleks polisakarida
yang dibentuk dari monomer galaktosa yang dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu lambda, iota
dan kappa.
Karagenan tipe lambda dihasilkan dari rumput laut jenis Chondrus crispus yang
mengandung 35% ester sulfat dan mempunyai anhidrogalaktosa pada posisi 3 dan 6, sedangkan
karagenan jenis kappa yang dihasilkan dari Eucheuma cottonii yang mengandung ester sulfat
26% dan memiliki anhidrogalaktosa pada posisi 3 dan 6, kappa merupakan salah satu polimer gel
kuat yang mempunyai struktur heliks tersier yang menyebabkan pembentukan gel. Karagenan jenis
iota yang dihasilkan dari Eucheuma spinosum yang mengandung ester sulfat 32% dan memiliki
Dalam percobaan menggunakan hewan karagenan sering digunakan untuk menguji aktivitas
antiinflamasi suatu obat. Sebagai agen pendinduksi inflamasi pemilihan karagenan berdasarkan
pada sifatnya yang antigenik dan tidak memberikan efek sistemik. Pada saat proses inflamasi
35
karagenan menginduksi cedera sel sehingga melepaskan mediator. Udema terbentuk pada saat
pelepasan mediator inflamasi, dan setelah di injeksi hanya mampu bertahan selama 5-6 jam selama
Ada dua fase yang melibatkan beberapa mediator inflamasi pada proses pembentukan udema
yang diinduksi oleh karagenan yaitu fase pertama terjadi selama 3 jam setelah diinduksi karagenan
dimana terjadi pelepasan mediator serotonin, histamin, bradikinin dan sintesis prostaglandin
meningkat disekitar jaringan luka. Sedangkan fase kedua terjadi mulai dari jam ketiga sampai jam
kelima dan terjadi pelepasan lisosom, prostaglandin dan protease (Arifah, 2017).
36
37
38
39
2.9 PenelitianTerkait
Metode ekstraksi :
Maserasi
Perkolasi Refluks Sokletasi
Digesti
Infusa
Dekok Mekanisme Kerja
Flavonoid : Menghambat
proses inflamasi dan Aktivitas antiinflamasi
menghambat daun cengkeh (syzygium
pelepasanmediator- aromaticum) pada tikus
mediator inflamasi. putih jantan (rattus
Mekanisme kerja minyak norvegicus)
atsiri :
Minyak atsiri dapat
menghambat agregrasi
Metabolit platelet dengan cara
sekunder : menghambat pembentukan
Alkaloid tromboksan
Flavonoid
Saponin
Tanin
minyak atsiri
BAB III
METODE PENELITIAN
with Control Group Design dengan rancangan kontrol negatif adalah CMC
ini adalah tikus putih jantan jenis galur wistar, berusia 2-3 bulan, berat badan
(r-1) x (t-1) ≥ 15
Keterangan :
r = total sampel
t = total
kelompok percobaan
(r-1) x (t-1) ≥ 15
(r -1) x (5-1) ≥ 15
(r -1) x (4) ≥ 15
4r - 4 ≥ 15
4r ≥ 15+4
4r ≥ 19
r ≥ 4,75 di bulat kan menjadi 5
(agustina, 2013).
44
diinduksi karagen
terikat yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsetrasi ekstrak etanol
600 mg/kgBB.
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei s/d Juni 2022.
1) Replacement
45
Hal ini juga dapat berarti penggantian vertebrata menjadi invertebrata. Ini
2) Reduction
Hal ini mungkin dicapai dengan mengurangi jumlah variabel melalui desain
3) Refinement
1) Alat Penelitian
Kandang tikus, tempat makan dan minum tikus, timbangan tikus, botol,
alumunium foil 1%, rotary evaporator, jarum oral (sonde), gelas ukur,
beaker glass, spuit injeksi, labu takar, corong pisah, pengaduk kaca,
lumpang dan stamper, pipet volume, dan stopwacth, kaca arloji, penangas
2) Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini berupa Daun cengkeh, Bahan
bouchardat.
2. Skrining Fitokimia
a. Pemeriksaan Alkaloid
dkk 2014).
b. Pemeriksaan Flavonoid
flavonoid.
49
c. Pemeriksaan Saponin
senyawa saponin.
d. Pemeriksaan Tanin
dan amati, jika terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman
3. Pembuatan Na CMC 1%
=4,5mg/kg BB
4,5 mg
X 4.200 mg = 18,9 mg
1000
mg
51
18,9 mg
X 0,2 = 2 ml
1,89 mg/ml
Dosis suspensi yang akan dibuat adalah 100 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan
600 mg/kgBB. Cara pembuatan dan cara perhitungan dosis ekstrak etanol daun
dalam lumpang dan ditambahkan suspensi Na- CMC 1% sedikit demi sedikit
dalam lumpang dan ditambahkan suspensi Na- CMC 1% sedikit demi sedikit
untuk satu ekor tikus 200 g di timbang 120 mg ekstrak kemudian dimasukkan
ke dalam lumpang dan ditambahkan suspensi Na- CMC 1% sedikit demi sedikit
dalam labu ukur, kemudian cukupkan dengan larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%) sampai 10 ml. Dipanaskan dan aduk sampai mengembang lalu dibiarkan
selama beberapa menit, untuk setiap tikus di injeksi 0,1 ml karagen 1% secara
Jumlah tikus
perlakuan oral.
Kelompok II ml
setelah 1 jam
perlakuan oral.
Dosis 1 6 (Ekor) Diberikan suspensi ekstrak etanol Di induksi karagen
Ekstrak
Tikus 96% daun cengkeh dengan dosis 100 1% sebanyak 0,1
daun
mg/kgBB ml
cengkeh
dengan setelah 1 jam
dosis 100
perlakuan oral.
mg/KgBB
Dosis 2 6 (Ekor) Diberikan suspensi ekstrak etanol 96 Di induksi karagen
Ekstrak
Tikus % daun cengkeh dengan dosis 300 1% sebanyak 0,1
daun
mg/kgBB ml
cengkeh
dengan setelah 1 jam
dosis 300
perlakuan oral.
mg/KgBB
tetap diberikan.
6. kemudian ditimbang lagi dan diberi kode tertentu pada awal penelitian,
tiap tikus diberi tanda dengan spidol sebatas mata kaki, agar pemasukan
7. Volume awal kaki tikus diukur sebelum diberi perlakuan dan dinyatakan
4,5 mg/kgBB dan empat kelompok lain diberikan bahan uji sesuai dosis
Keterangan :
Keterangan :
aplikasi SPSS versi 22. Pada analisis data ini dilakukan uji Kolmogorov
Smirnov untuk melihat normalitas data dan uji Levene untuk melihat
95%.
Jika data tidak berdistribusi normal atau homogen, maka uji Kruskal
3.15. Hipotesis
Abdulkhaleq L. A., Assi M., Abdullah R. et al. 2018. The Crucial Roles of
Inflammatory Mediators in inflammatory: A Review, Vet World.
Amalia, Dini. 2016. Uji Aktivtas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Pare
(Momordica CharantiaL.)Terhadap Mencit(MusMusculus).Universitas Islam
Negeri Alauddin.
Askandari. (2015). Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol 70% Buah Parijoto
(medinila speciosa Blume) Secara In Vitro dengan Metode Stabilisasi
Membran HRBC (Human Red Blood Cell). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Chen L., Deng H., Hengmin C. et al, 2018, Inflammatory Responses and
Inflammation-associated Diseases in Organs, Oncotarget, Volume 9, pp.
7204-7218 [online], (Diunduh tanggal 23 oktober 2019), Tersedia dari :
https://www.nebi.nlm.nih.gov /pmc /articles/PMC5805548/ Ditjen POM.
(2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 330.
Hariana, A,Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penebar Swadaya;Jakarta, 2007,
Hal 111.Istiqomah. (2013). Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Soklektasi terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti
fructus). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kalabharathi, H.L., Suresha, R.N., Pragathi, B., Pushpa, V.H., & Satish, A.M.,
2011. "Anti inflammatory activity of fresh tulsi leave (Ocimum Sanctum) in
albinorats". International Journal of Pharma and Bio Sciences, Volume.2
No.4:45-5
Lumbessy, M., Abidjulu, J., jessy J. E. Paendong., 2013. "Uji Total Flavonoid
Pada Beberapa tanaman Obat Tradisional di Desa Waitina Kecamatan
Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara". Jurnal
MIPA UNSRAT. Vol. 2 (1), hal. 50-55.
Malik, A., Edward, F., dan Waris, R. (2014). "Skrining Fitokimia dan Penetapan
Kandungan Flavonoid Total Ekstak Metanolik Herba Boroco (Celosia
argentea L.)". Jurnal Fitokimia Indonesia, Vol No. 1.
Mitchell R. N., Cotran R. S., 2013, Acute and Chronic Inflammation, In : Kumar
V, Abbas A.K, Fausto N, eds, Robbins and Cotran Pathologic Basis of
Disease, 8th ed, Philadelphia: Elsevier Saunders, pp. 43- 77.
Mitchell R., Kumar V., Abbas A. K. et al, 2015, Inflammation and Repair, In :
Robbins and Cotran Pathologic Basis Of Disease, Philadelphia: Elsavier
Saunders, pp.31-40.
Negara, R.F.K., Ratnawati, R., dan Dina, D.S.L.I. Juni, 2014. "Pengaruh
Perawatan Luka Bakar Derajat II Menggunakan EKstrak Etanol Daun Sirih
(Piper betle Linn.) Terhadap Peningkatan Ketebalan Jaringan Granulasi pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan(Galur wistar)". Majalah Kesehatan
FKUB, hlm 86-94 .
Pober J. S., Sessa W. C., 2015, Inflammation and the Blood Microvascular
System. Cold Spring Harb Perspect Biol, Volume 7(1), pp. 1-12 [online],
(Diunduh tanggal 5 November 2019), Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/artichles/PMC4292166/
Pramod, K., S.H. Ansari and J. Ali. 2010. Eugenol: a natural compound with
versatile pharmacological actions. Natural Product Communications 5(12) :
1999-2006.
Talahatu, D.R. dan papilaya, P.M., 2015, Pemanfaatan Ekstrak Daun Cengkeh
(Syzygium aromaticum L.) sebagai Herbisida Alami Terhadap Pertumbuhan
Gulma Rumput Teki (Cyperus Rotundus L.), Biopendix, 1 (2), 149-159.
Wijaya L., Saleh I., Theodorus et al, 2015. Efek Antiinflamasi Fraksi Daun
Andong (Cordyline fructicosa l) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus Novergicus)
Galur Sprague Dawley, Biomedical Journal of Indonesia, Vol.1(1), pp. 16 –
24 [online], (Diunduh tanggal 2 November 2019).
Yurista, S.R., Ferdian, R.A., dan Sargowo, D. (2016)." Principles of the 3Rs and
Arrive Guidlines in Animal Research". Jurnal Kardiologi Indonesia, Vol. 37
No. zanang X., Wu X., Hu Q. et al, 2019, Mitochondrial DNA in Liver Inflammation
and Oxidative Stress, Life Sciences, Volume 236, pp.