Anda di halaman 1dari 14

UJI EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI BUNGA KENANGA (Cananga

odorata) TERHADAP MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

Oleh:

Ni Komang Virginia Pradini (19089016022)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

2022
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman tanaman herbal yang dimiliki Indonesia serta
ketersediaannya disekitar masyarakat sangat berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai obat-obatan dalam upaya memelihara, mempertahankan dan
mengobati masalah kesehatan dikalangan masyarakat. Pemanfaatan herbal
sebagai obat merupakan warisan budaya yang didasari oleh keterampilan,
pengetahuan dan pengalaman yang secara turun-temurun diwariskan oleh
generasi sebelumnya (Wijaya, 2000). Dari beberapa penelitian menyebutkan
bahwa kurang lebih sekitar 7.500 tanaman yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia yang dapat dipergunakan untuk pengobatan (Wiartha, 2011).
Secara empiris tanaman herbal diketahui memiliki berbagai efek
farmakologis seperti efek analgesik, antipiretik, anti inflamasi, anti oksidan,
anti kolesterol, antidiabetes, anti hipertensi dan lain sebagainya.

Bunga kenanga (Cananga odorata) adalah salah satu tanaman yang


dapat digunakan sebagai obat tradisional. Khasiat bunga kenanga adalah
sebagai obat penyakit kulit, asma, antibakteri dan antioksidan (Dusturia et al.,
2016). Ekstrak bunga kenanga mempunyai efek sebagai antioksidan,
antimikroba, antibiofilm, anti inflamasi, antivektor, repellent, antidiabetes,
antifertilitas dan antimelanogenesis (Tan et al, 2015).

Inflamasi biasanya diobati dengan menggunakan obat antiinflamasi


golongan steroid (AIS) dan obat antiinflamasi golongan nonsteroid (AINS).
Obat antiinflamasi dari bahan kimia sintesis banyak digunakan masyarakat
karena mempunyai efek yang cepat dalam menghilangkan inflamasi tetapi
juga mempunyai resiko efek samping yang berbahaya, antara lain
menimbulkan gangguan pada saluran cerna, sistem sirkulasi tubuh, saluran
pernafasan, proses metabolik, dan hipersensitivitas (Kertia, 2009). Oleh
karena itu pemanfaatan tumbuhan obat dengan khasiat antiinflamasi perlu
dilakukan untuk menemukan alternatif pengobatan dengan efek samping yang
relatif lebih kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas

1
2

antiinflamasi ekstrak bunga kenanga (Cananga odorata) dengan cara


melakukan pengujian terhadap edema kaki mencit putih jantan (Mus
musculus).

B. Rumusan Masalah

C. Metodologi Penelitian

Metode
Tempat & Waktu
Alat & Bahan
Alur Penilitian
.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Standarisasi Bahan Obat Alam

Standardisasi dalam kefarmasian adalah serangkaian parameter,


prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait
paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar
(kimia, biologi, dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai
produk kefarmasian umumnya. Persyaratan mutu bahan baku berupa simplisia
maupun ekstrak terdiri dari berbagai parameter standar umum (non spesifik)
dan parameter standar khusus (spesifik). Pemerintah melakukan fungsi
pembinaan dan pengawasan serta melindungi konsumen untuk tegaknya
trilogi “mutu-keamanan-manfaat”. Pengertian standardisasi juga berarti proses
menjamin bahwa produk akhir (obat atau produk ekstrak) mempunyai nilai
parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula)
terlebih dahulu.

Standarisasi dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan


produk yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap
manfaat obat yang berasal dari bahan alam. Salah satu penelitian yang telah
dilakukan adalah pembuatan ekstrak tumbuhan berkhasiat obat yang
dilanjutkan dengan standardisasi kandungannya untuk memelihara
keseragaman mutu, keamanan, dan khasiatnya. Standarisasi tumbuhan obat
meliputi bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi. Tumbuhan sebagai
bahan awal dianalogikan dengan komoditi bahan baku obat yang dengan
teknologi fitofarmasi diproses menjadi produk jadi. Ekstrak sebagai bahan
antara merupakan bahan yang dapat diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat
senyawa tunggal ataupun tetap sebagai campuran dengan ekstrak lain. Adapun
jika sebagai produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam bentuk sediaan obat
jadi yang siap digunakan.

3
4

2.2 Parameter Standarisasi Obat Bahan Alam

Sebagai tanaman obat, maka perlu dilakukan standardisasi.


Standardisasi dilakukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang
dapat menjamin aktivitas farmakologi tanaman tersebut. Standarisasi
merupakan proses penjaminan produk akhir (simplisia, ekstrak, produk atau
produk herbal) agar mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan.
parameter – parameter dalam standarisasi bahan obat alam dapat berupa
parameter non-spesifik dan parameter spesifik.
Parameter non spesifik : berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan
fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi :
kadar air, cemaran logam berat, aflatoksin, dll. Parameter spesifik : berfokus
pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggungjawab terhadap
aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisis
kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif.

2.3 Buah Manggis


a. Deskripsi buah manggis
1. klasifikasi

Regnum : Plantae
Divisio      : Magnoliophyta
Anak divisio    : Angiospermae
Classis            : Magnoliopsida
Ordo              : Malpighiales 
Familia           : Clusiaceae
Genus            : Garcinia
Spesies          :  Garcinia mangostana L

Nama simplisia : Garciniae mangostanae Cortex fructus


2. Deskripsi  Morfologi Manggis (Garcinia mangostana)

Berupa pohon dengan tinggi 6-20 m. Daun manggis berbentuk


oval memanjang, meruncing pendek , 12-23 X 4,5-10 cm. Di sini
hanya dikenal bunga betina, 1-3 pada ujung ranting, bergaris tengah 5-
6 cm. Dua daun kelopak yang terluar berwarna hijau kuning, dua yang
5

terdalam lebih kecil, bertepi merah, melengkung kuat dan tumpul.


Daun mahkota berbentuk telur terbalik, berdaging tebal, berwarna
hijau kuning, tepi berwarna merah atau semua berwarna merah.
Staminodia seringkali dalam kelompok. Bakal buah beruang 4-8.
kepala putik berjari-jari 4-8. Buah bentuk bola tertekan garis tengah
3,5-7 cm, berwarna ungu tua, dengan kepala putik duduk, besar dan
kelopak tetap. Dinding buah tebal, berdaging, berwarna ungu dengan
getah kuning. Biji 1-3, diselimuti oleh selaput biji yang tebal berair,
berwarna putih, dapat dimakan.
3. Khasiat buah manggis
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan pohon buah
yang berasal dari daerah asia tenggara meliputi Indonesia, Malaysia,
Thailand dan Myanmar. Secara umum, orang hanya mengkonsumsi
buahnya saja dan cenderung membuang kulit buah manggis tersebut.
Buah manggis (Garcinia mangostana L.), merupakan buah yang
memiliki prospek yang cukup baik untuk dikembangkan. Potensi
manggis tidak hanya terbatas pada buahnya saja, tetapi juga hampir
seluruh bagian tumbuhan manggis menyimpan potensi yang sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Penggunaan tumbuhan manggis
diyakini dapat menyembuhkan penyakit, beberapa diantaranya adalah
peluruh haid, obat sariawan, penurun panas, pengelat (adstringen),
disentri dan lain-lain. Kandungan kimia kulit manggis adalah xanton,
mangostin, garsinon, flavonoid dan tanin. Menurut hasil penelitian
kulit buah manggis memiliki aktivitas antibakteri, antioksidan dan anti
metastasis pada kanker usus. Xanton dilaporkan memiliki aktivitas
farmakologi sebagai antibakteri, antifungi, antiinflamasi,
antileukemia, antiagregasi platelet, selain itu xanton dapat
menstimulasi system saraf pusat dan memiliki aktivitas
antituberkulosis secara in vitro pada bakteri Mycobacterium
tuberculosi. Xanton jenis gentisin dan mangiferin memiliki aktivitas
sebagai antitumor dan inhibitor monoamine oksidase ( Fatimawali,
2013).
6

2.4 Standarisasi Kulit Buah Manggis


a. standarisasi simplisia
1) Penetapan Susut Pengeringan Simplisia

Penetapan susut pengeringan dengan menggunakan serbuk yang


dilakukan bertujuan untuk mengetahui kandungan air dan kandungan
senyawa lain yang menguap di bawah 105oC.
2) Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis

Ekstrak etanol dalam pembuatannya dilakukan di laboratorium Kimia


Analisis Fakultas Farmasi UAD. Ekstrak dibuat dengan metode
maserasi dengan pemanasan rendah. Cairan penyari yang digunakan
adalah etanol 70%. Pada serbuk kulit buah manggis dimaserasi dengan
pengadukan selama 6 jam dan dilakukan remaserasi dengan pelarut
etanol yang selalu baru, hal ini dilakukan untuk mencegah kejenuhan
pelarut sehingga senyawa dapat terekstraksi secara optimal.
1. Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis.
1) Penetapan Kadar Air.

Metode penetapan kadar air dengan menggunakan destilasi


toluen. Kandungan air dalam bahan yang dinyatakan dalam % v/b
terhadap berat ekstrak. Kadar air bahan berpengaruh terhadap
masa simpan. Kadar air yang tinggi menyebabkan kerentanan
terhadap aktivitas mikroba. Kandungan air dalam ekstrak
merupakan media tumbuhnya kapang dan jamur.
2) Penetapan Kadar Abu Total

Abu adalah oksida logam yang merupakan residu atau sisa


pembakaran. Penetapan kadar abu bertujuan untuk mengetahui
kandungan senyawa anorganik total dalam bentuk oksida
logamnya.
3) Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu kriteria dalam
menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan suatu
produk. Abu tidak larut asam dicerminkan oleh adanya
7

kontaminasi mineral atau logam yang tidak larut asam dalam


suatu produk. Kadar tidak larut dalam asam biasanya
mengandung silikat yang berasal dari tanah atau pasir. Jumlah
kotoran, tanah, tanah liat dan unsur logam Ag, Pb dan Hg.
4) Penetapan Bobot Jenis

Bobot jenis diartikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu


zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.
Tujuan pemeriksaan bobot jenis yaitu memberikan nilai
5) Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Kadar abu tidak larut asam merupakan salah satu kriteria dalam
menentukan tingkat kebersihan dalam proses pengolahan suatu
produk. Abu tidak larut asam dicerminkan oleh adanya
kontaminasi mineral atau logam yang tidak larut asam dalam
suatu produk. Kadar tidak larut dalam asam biasanya
mengandung silikat yang berasal dari tanah atau pasir. Jumlah
kotoran, tanah, tanah liat dan unsur logam Ag, Pb dan Hg.
6) Penetapan Bobot Jenis

Bobot jenis diartikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu


zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.
Tujuan pemeriksaan bobot jenis yaitu memberikan nilai besarnya
massa persatuan volume yang merupakan parameter khusus untuk
melihat kemampuan ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental)
dapat dituang.
7) Penetapan Batas Logam Timbal dan Kadmium

Timbal (Pb) dan Cd adalah logam yang bersifat toksik terhadap


manusia yang berasal dari tindakan mengkonsumsi makanan,
minuman, atau melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb
dan Cd, kontak lewat kulit, mata, dan melalui parenteral.
Dekstruksi basah dilakukan pada ekstrak dengan asam nitrat
8

pekat. Fungsi penambahan asam nitrat pekat (HNO3) yaitu untuk


mencegah pengendapan dan melarutkan semua logam-logam
yang ada dalam larutan. Kemudian kadar timbal (Pb) dan Cd
ditentukan dengan Spektroskopi Serapan Atom (guntarti, 2015).
2. Parameter spesifik
1) Parameter Identitas Ekstrak
Parameter ini meliputi :
a) Diskripsi tata nama antara lain :
nama ekstrak yaitu ekstrak etanol kulit buah manggis
nama latin yaitu ( Garcinia mangostana L. )
bagian tumbuhan yang digunakan yaitu kulit buah

nama Indonesia tanaman yaitu manggis


b) Senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi
petunjuk spesifik dengan metode tertentu yaitu senyawa
xanton.
2) Parameter Organoleptik Ekstrak
Parameter ini meliputi penggunaan panca indera dalam
mendiskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa. Tujuannya yaitu
pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif mungkin.
3) Parameter senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Parameter senyawa terlarut yaitu melarutkan ekstrak dengan
pelarut(alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solute yang
identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri.
Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut
lain misalnya heksana, diklorometan, metanol. Tujuannya yaitu
memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.
4) Uji Kandungan Kimia Ekstrak
a) Parameter pola kromatogram
Parameter pola kromatogram yaitu melakukan analisis
kromatografi sehingga memberikan pola kromatogram yang
khas. Tujuannya yaitu untuk memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram
9

(Kromatografi Lapis Tipis, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,


dan Kromatografi Gas).
b) Kadar chemical marker
Parameter ini memiliki pengertian dan prinsip yaitu dengan
tersedianya kandungan kimia yang berupa senyawa identitas
atau senyawa kimia utama ataupun kandungan kimia lainnya,
maka secara densitometri dapat dilakukan penetapan kadar
chemical marker tersebut. Tujuan parameter ini yaitu
memberikan data kadar senyawa identitas atau senyawa yang
diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi.
c) Kandungan Total fenolat
Fenol merupakan senyawa kimia yang sering ditemukan dalam
tanaman. Kandungan fenolat total sering ditetapkan dengan
metode Folin Ciocalteu.
d) Total Flavonoid
Prinsip dari metode ini adalah penetapan kadar flavonoid
sebagai aglikon yang dilakukan dengan menggunakan
pengukuran spektrometri dengan mereaksikan AlCl3 yang
selektif dengan penambahan.
5) Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Densitometer
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan metode
pemisahan fitokimia dan teknik yang paling cocok untuk
analisis. Metode ini hanya memerlukan waktu sedikit untuk
analisis dan jumlah cuplikan yang digunakan sangat sedikit.
Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir
yang disebut fase diam, ditempatkan pada penyangga berupa
plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang
akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan pada bercak atau
pita. Selain itu plat atau lapisan diletakkan dalam bejana
pengembang yang berisi larutan pengembang (fase gerak),
pemisahan terjadi selama perembatan kapiler (pengembangan).
10

Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditempatkan


atau dideteksi dengan pereaksi deteksi.
Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan
tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan
reaksi warna. Tetapi lazimnya untuk identifikasi menggunakan
lampu UV 254 nm dan 366 nm dan bercak dihitung harga Rf-
nya. Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,99 dan hanya dapat
ditentukan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor
100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0-100 (Stahl, 1985).
Sedangkan pereaksi semprot atau penampak bercak digunakan
pada deteksi senyawa tertentu. Misalnya dalam tanaman yang
banyak mengandung flavonoid menggunakan AlCl3 dan
minyak atsiri menggunakan vanilin asam sulfat.
Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT),yaitu :
a) Analisis Kualitatif
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk
uji identifikasi senyawa baku. Parameter pada
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan untuk
identifikasi adalah nilai Rf. Dua senyawa dikatakan
identik jika mempunyai nilai Rf yang sama diukur pada
kondisi Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang sama
dengan 3 sistem eluen yang berbeda.
b) Analisis Kuantitatif
Ada 2 cara yang digunakan untuk analisis kuantitatif
dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pertama, bercak
diukur langsung pada lempeng dengan menggunakan
ukuran luas atau dengan teknik densitometri. Cara kedua
adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar
senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan
metode analisis yang lain, misalkan dengan metode

Spektrofotometri yaitu Analisis kuantitatif dari suatu


senyawa yang telah dipisahkan dengan Kromatografi
11

Lapis Tipis (KLT) biasanya dilakukan dengan


densitometer langsung pada lempeng Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) (atau secara in situ). Densitometer dapat
bekerja secara serapan atau fluoresensi. Kebanyakan
densitometer mempunyai sumber cahaya monokromator
untuk memilih panjang gelombang yang cocok, sistem
untuk memfokuskan sinar pada lempeng, pengganda
foton, dan rekorder.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa parameter dalam


menstandarisasi bahan alam adalah Parameter non spesifik : berfokus pada
aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan
konsumen dan stabilitas, meliputi : kadar air, cemaran logam berat, aflatoksin,
dll, dan Parameter spesifik : berfokus pada senyawa atau golongan senyawa
yang bertanggungjawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang
dilibatkan ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa
aktif.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penyusunan makalah adalah dimana


dalam penyusunannya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dikarenakan luasnya ilmu pengetahuan dengan kemampuan penulis yang
terbatas, olehnya itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat di
harapkan penulis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fatimawali., Adithya, Yudistira., Frenly, Wehantow., 2013, Acute Toxicity Test


Of Etanol Extract From Mangosteen Pericarp (Garcinia Mangostana L. )
Against Artemia Salina Leach Larvae Using Brine Shrimp Lethality Test
(Bst), Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol. 2 (1)

Guntarti, Any., Kholif, Sholehah., Nurul, Irna., Windi, Fistianingrum., 2015,


Penentuan Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis
(Garcinia Mangostana) Pada Variasi Asal Daerah, Farmasains Vol. 2 (5)

Anda mungkin juga menyukai