Anda di halaman 1dari 33

1

PROPOSAL PENELITIAN

UJI EFEK ANTI INFLAMASI EKSTRAK METANOL DAUN MINDI  (Melia


azedarach L.) PADA MENCIT PUTIH JANTAN (Mus musculus)

Disususn dan Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pada Program S1 Farmasis Universitas Megarezky

EVI DESRIANTI
B1A118028

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGA REZKY
2021
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang banyak memiliki

manfaat, faktor tersebut karena di Indonesia memiliki iklim yang cocok dan tanah

yang subur.Diantara tanaman-tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai makanan

sehari-hari dan berguna dalam bidang pengobatan, orang awam biasa

menyebutnya dengan sebutan Obat Tradisional. Untuk saat ini penggunaan obat

tradisional mulai banyak dilakukan dan dimodifikasi dengan campuran bahan

alam lain ataupun bahanbahan kimia seperti parasetamol yang dicampurkan ke

dalam jamu pegel linu atau jamu rematik dimana akan meningkatkan kemanjuran

jamu tersebut. Pemakaian yang hanya dipakai sekali dua kali memang tidak

berbahaya bagi kesehatan. Dengan adanya obat tradisional ini masyarakat dapat

meminimaliskan biaya pengobatan dan memanfaatkan tanaman sekitar yang

sebenernya banyak memberikan manfaat (Yelin, 2019)

Pengobatan pasien dengan inflamasi pada umumnya untuk memperlambat

atau membatasi proses kerusakan jaringan yang terjadi pada daerah inflamasi.

Obat modern yang biasa digunakan ialah obat antiinflamasi non steroid (AINS)

yang memiliki efek samping merugikan tubuh seperti tukak lambung (Tjay dan

Rahardja, 2007). Oleh karena itu pemanfaatan tumbuhan obat dengan khasiat
2

antiinflamasi perlu dilakukan untuk menemukan alternatif pengobatan dengan

efek samping yang relatif lebih kecil (Julia, 2013)

Inflamasi adalah proses respon terhadap cedera jaringan dan infeksi.

Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan,

elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia berkumpul

pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu

mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan

membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk

mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Mia, 2018)

Pengobatan pasien dengan inflamasi umumnya menggunakan obat-obatan

golongan antiinflamasi non steroid (AINS) yang dapat memberikan efek samping

terhadap saluran cerna. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif lain dalam

mengatasi inflamasi dengan efek samping yang relatif lebih kecil dari obat

modern, seperti penggunaan obat tradisional (Triswanto, 2016)

Menurut penelitian sebelumnnya oleh (Reza Adrian, 2018) Daun mindi

mengandung senyawa flavonoid. Flavonoid yang merupakan salah satu metabolit

sekunder dari tanaman memiliki aktivitas yang cukup beragam diantaranya

aromatik, analgetik, relaksasi otot, antioksidan, antiinflamasi, dan antidiuretik.

Sedangkan hasil penelitian Kurniawan pada pada uji efek antidiare ekstrak etanol

daun mindi (Melia azedarach linn) pada mencit swiss webster jantan (Linda,

2013) melaporkan bahwa hasil uji fitokimia daun mindi mengandung alkaloid,

kuinon, flavonoid, saponin, tanin, polifenol, steroid, terpenoid serta pada pada

penelitian (Untung Sudharmono, 2013) yang menunjukkan uji fitokimia yang


3

telah dilakukan bahwa daun mindi mengandung alkaloid, flavonoid, zat pahit,

saponin, tannin, steroid dan kaemferol. Sedangkan berdasarkan penelitian yang

dilakukan (Luther, 2011) menyatakan daun mindi memiliki efek antiinflamaasi

dengan metode fraksi etil asetat.

Penelitian yang dilakukan oleh (Nur, 2016) melaporkan hasil dari

penapisan fitokimia dan persentase inhibisi radang dari tanaman tersebut dengan

metode pengujian yang sama. Metode dalam proses pengujiannya, yaitu

pengambilan dan pengujian metabolit sekunder dari tanaman, pengujian aktivitas

antiinflamasi, dan analisis data secara statistik. Hasil menunjukkan bahwa

tanaman-tanaman yang diuji memiliki aktivitas antiinflamasi.Kekuatan efek

antiinflamasi yang ditunjukkan oleh persentase inhibisi udema pada tanaman

tersebut berbeda-beda, tergantung pada dosisnya. Senyawa yang diduga

memberikan aktivitas antiinflamasi tersebut adalah senyawa golongan flavonoid

Dan menurut Hidayati pada penelitian (Anastasiai, 2017) flavonoid

berfungsi sebagai antiinflamasi dengan cara menghambat enzim siklooksigenase

dan lipooksigenase dapat memberikan harapan untuk pengobatan gejala

peradangan dan alergi. Sedangkan pada penelitian lain menjelaskan pula bahwa

senyawa bagian dari flavanoid yang memiliki efek sebagai antiinflamasi adalah

Kuersetin (Ongky, 2018)

Terkait dari hasil pengujian-pengujian sebelumnya dalam uji praklinik

dari tanaman daun mindi (Melia azedarach linn) diharapkan mampu memiliki

aktivitas farmakologi yang dapat bekerja untuk mengghasilkan manfaat

terapeutik.
4

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian

tentang uji efektifitas ekstrak metanol daun Mindi  (Melia azedarach L.) sebagai

agen antiinflamasi terhadap mencit jamtan (Mus musculus).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak daun Mindi

(Melia azedarach L.) dapat memberikan efek antiinflamasi terhadap mencit (Mus

musculus)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui efek daun Mindi

(Melia azedarach L.) apakah dapat memberikan efek antiinflamasi pada mencit

(Mus musculus)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini untuk memperoleh data informasi data ilmiah

dan menambah informassi tentang daun Mindi (Melia azedarach L.) sebagai

salah satu obat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi.

2. Manfaat Praktis
5

Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan oleh para pengambil

kebijakan, khususnya bidang kefarmasian, juga oleh masyarakat untuk dijadikan

sebagai alternatif pengobatan antiinflamasi.

3. Manfaat Metodologis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diigunakan sebagai referensi

untuk penelitian, khususnya bagi yang berminat melakukan penelitian serupa.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Daun Mindi  (Melia azedarach L) (Ripatul, 2017)

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Family : Meliaceae

Genus : Melia Species

Spesies : Melia azadarach L

Gambar2.1 Tanaman Mindi

Sumber: Ripatul, 2017

2. Nama Daerah

Indonesia, tanaman Mindi dikenal dibeberapa daerah dengan nama

Renceh, mindi (Sumatera); gringging, cakra-cikri (Jawa) (Ripatul, 2017)


7

3. Morfologi

Daunnya majemuk, menyirip ganda, tumbuh berseling dengan panjang 20-

80 cm. Anak daun bentuknya bulat telur sampai lanset, tepi bergerigi, ujung

runcing, pangkal membulat atau tumpul, permukaan atas daun berwarna hijau tua,

bagian bawah hijau muda, panjang 3-7 cm, lebar 1,5-3 cm. Bunga majemuk dalam

malai yang panjangnya 10-20 cm, keluar dari ketiak daun. Daun mahkota

berjumlah 5, panjangnya sekitar 1 cm, warnanya ungu pucat, dan berbau harum.

Buahnya buah batu, bulat, diameter sekitar 1,5 cm. Jika masak warnanya

cokelat kekuningan, dan berbiji satu. Pebanyakan dengan biji.Biji sangat beracun

dan biasa digunakan untuk meracuni ikan atau serangga (Kartasapoetra, 2000).

Mindi merupakan pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m, garis

tengah batang dapat berukuran 60 (-120) cm. Kulit batang coklat keabuan,

bertekstur halus, berlentisel, semakin tua kulit akan pecah atau bersisik. Daun

majemuk menyirip ganda dua namun terkadang melingkar atau sebagian daun

menyirip ganda tiga, berhadapan, berlentisel, berbentuk bulat telur hingga jorong,

pangkal daun berbentuk runcing hingga membulat, tepi daun rata sampai

bergerigi. Perbungaan muncul dari bagian aksiler daun-daun, daun penumpu

berbentuk benang; bunga-bunga berwarna keunguan, berbau harum.Buah berupa

buah batu, berbentuk jorong-bundar, berwarna kuning kecoklatan ketika ranum,

permukaannya halus, mengandung 5 biji. Biji berbentuk memanjang, berukuran

panjang 3.5 mm dan lebar 1.6 mm, berwarna coklat (Ripatul, 2017)

4. Kandungan Kimia
8

Berdasarkan telaah fitokimia yang telah dilakukan menunjukan bahwa

daun mindi mengandung alkaloid, flavonoid, zat pahit, saponin, tannin, steroid

dan kaemferol (Sudarmhono, 2013)

5. Kegunaan

Tumbuhan mindi (Melia azedarach L) mempunyai manfaat yang

serbaguna atau multipurpose spesies.Kulit batang dan daun dimanfaatkan sebagai

obat sakit kepala, demam, antiseptik, peptisida dan obat kanker. Kulit mindi

dipakai sebagai penghasil obat untuk mengeluarkan cacing usus. Kulit, daun dan

akar mindi telah digunakan sebagai obat rematik, demam, bengkak dan radang

(Khan, et al., 2008). Pernyataan diatas dipertegas oleh Sudharmono, (2014) bahwa

tumbuhan mindi banyak dimanfaatkan untuk mengobati darah tinggi, sakit

lambung, nyari perut, jamur di kulit kepala, obat pencahar, perangsang muntah,

peluruh kencing dan cacingan (Ripatul, 2017)

B. Uraian Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai

kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi

dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

dengan penyaringan (Mukhriani, 2014)

Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan menggunakan pelarut yang
9

sesuai, kemudian semua atau hampiSr semua pelarut diuapkan dan serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Dini, 2016)

1. Macam-Macam Ekstraksi

Menurut Ahmad najib 2018 metode ekstraksi ada dua yaitu metode

ekstraksi berdasarkan cara panas dan metode ekstraksi berdasarkan cara dingin.

Metode ekstraksi berdasarkan cara panas dapat dibagi berdasarkan pada cairan

penyari yang digunkan yaitu menggunkan air dengan pelarut organik seperti

metanol atau etanol. Metode ekstraksi secara panas menggunkana air sebagai

berikut : (Dini,2016)

a. Infusa

Infusa adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90°C selama 15-20 menit. Infus dipersiapkan dengan cara

merendam sampel dalam bejana, perlakuan ini dapat dilakukan pada sampel

yang segar maupun dalam bentuk simplisia (Ahmad, 2018)

b. Dekokta

Dekokta adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90°C selama 30 menit (Ahmad, 2018)

c. Destilasi

Pada metode ini, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air

mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air terendam secara sempurna

tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling (Ahmad, 2018)
10

Metode ekstraksi secara panas dengan mengguakan pelarut organik

adalah sebagai berikut:

a. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan yang lemah,

yaitu pada suhu 40-50°C, hanya untuk simplisia yang zat aktifnya tahan

terhadap pemanasan (Ahmad, 2018)

b. Refluks

Cara ini termasuk cara ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan

diekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas bulat yang

dilengkapi dengan pendingin tegak, kemudian dipanaskan hingga mendidih

cairan penyari akan menguap, uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak

dan turun kembali menyari zat aktif dalam simplisia. Simplisia yang biasa

diekstraksi dengan metode ini yaitu simplisia yang mempunyai komponen

kimai yang tahan terhadap pemanasan dan tekstur yang keras seperti akar,

batang, biji dan herbal (Ahmad, 2018).

c. Soxhletasi

Soxhletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan

dengan cara melakukan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantong

ekstraksi (kertas sari) didalam sebuah ekstraksi dari gelas yang bekerja

kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin baik dan

turunan menyari simplisia dalam klonsing dan selanjutanya masuk kembali

dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon (Ahmad, 2018)

Metode ekstraksi secara dingin sebagai berikut:


11

a. Maserasi

Maserasi merupakan jenis ekstraksi sederhana karena pengerjaan hanya

dilakukan dengan cara merendam bahan simplisia dalam cairan penyari.

Metode maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat

aktif yang mudah larut dalam cairan penyari (Ahmad, 2018)

b. Perkolasi

Perkolasi merupkan proses penyarian simplisia yang dilakukan pada

temperatur kamar dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, jika

penyarian sudah sempurna maka dihentikan penggunaan penambahan pelarut

(Ahmad, 2018).

1. Pemilihan Metode Ekstraksi

Pada umumnya pemilihan metode ada 2 aspek. Aspek pertama adalah

dengan melihat tekstur dari sampel yang akan disari. Bagi sampel yang memiliki

tekstur keras dapat digunakan dengan ekstraksi metode panas, sedangkan

ekstraksi dengan tekstur lunak dapat digunakan dengan metode dingin. Selain itu

pemilihan metode ekstraksi dapat didasarkan pada sifat polaritas daru senyawa

yang akan disari. Pemilihan berdasarkan polaritas pelarut dimana pelarut-pelarut

dengan sifat kepolaran yang tinggi akan menarik komponen polar, sedangkan

dengan pelarut dengan tingkat kepolaran yang rendah akan menarik komponen

non polar (Ahmad, 2018).

C. Anti Inflamasi

1. Definisi
12

Inflamasi merupakan rangkaian perubahan yang kompleks dalam jaringan

akibat cedera jaringan, baik yang disebabkan oleh bakteri, trauma, zat kimia,

panas dan nyeri. Tanda-tanda inflamasi adalah kemerahan, panas, bengkak dan

nyeri. Nyeri merupakan mekanisme untuk melindungi tubuh terhadap suatu

gangguan dan kerusakan di jaringan seperti peradangan, infeksi dan sakit pada

otot dengan pembebasan mediator nyeri diantaranya prostaglandin (Rahayu,

2016)

2. Klasifikasi

Inflamasi dapat dibedakan menjadi akut dan kronik. Inflamasi akut

memiliki onset dan durasi lebih cepat. Inflamasi akut dapat terjadi beberapa menit

hingga beberapa hari, ditandai dengan adanya cairan eksudasi protein plasma

maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan. Inflamasi kronik memiliki

durasi yang lebih lama (hari hingga tahun). Inflamasi kronis dapat bersifat

berbahaya. Tipe dari inflamasi kronik ditentukan oleh peningkatan limfosit dan

makrofag yang berhubungan dengan proliferasi vaskular dan fibrosis (Evy, 2011)

3. Tanda-Tanda Pokok Inflamasi

Reaksi inflamasi ditandai dengan kalor (panas), dolor (nyeri), rubor

(merah), penurunan fungsi, dan tumor (bengkak). Bengkak (edema) terjadi

disebabkan oleh terjadinya peningkatan permeabilitas kapiler (Ongky, 2018)

a. Rubor (Kemerahan)
13

Rubor atau kemerahan biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di

daerah yang mengalami peradangan, seiring dengan dimulainya reaksi

peradangan, arteriol yang memasok daerah tersebut berdilatasi sehingga

memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.

Kapiler yang tadinya kosong atau mungkin hanya sebagian meregang secara cepat

terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti,

menyebabkan kemerahan lokal pada peradangan akut (Price, 2006: 57-58). 15

b. Kalor (Panas)

Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan reaksi kemerahan pada reaksi

peradangan akut. Sebenarnya panas secara khas hanya terjadi pada permukaan

tubuh yang secara normal lebih dingin dari 37˚C yang merupakan suhu inti tubuh,

daerah peradangan menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak

darah (pada suhu 37˚C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah yang

terkena dibandingkan dengan ke daerah yang normal (Price, 2006: 57-58).

c. Dolor (Nyeri)

Dolor atau nyeri pada suatu reaksi terjadi akibat perubahan pH lokal atau

konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-ujung saraf.Juga

dapat timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia (pelepasan zat-zat kimia

tertentu seperti histamin atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf)

atau listrik melampaui nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Selain itu

pembengkakan jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal

yang menimbulkan nyeri (Price, 2006: 57-58).

d. Tumor (Pembengkakan)
14

Pembengkakan dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari

aliran darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang

tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat. Awalnya eksudat ini hanya

terdiri dari cairan kemudian leukosit meninggalkan aliran darah dan ikut

tertimbun sebagai bagian eksudat (Price, 2006: 57-58).

e. Fungsi Laesa (Gangguan Fungsi)

Perubahan fungsi merupakan bagian yang lazim pada reaksi peradangan,

bagian yang bengak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi

lokal yang abnormal otomatis akan memicu fungsi jaringan menjadi abnormal

(Price, 2006: 57-58). Tanda-tanda di atas merupakan akibat dari gangguan aliran

darah yang terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal,

eksudasi dan perangsangan reseptor nyeri. Radang dapat dihentikan dengan

meniadakan noksi atau dengan menghentikan kerja yang merusak. Walaupun

demikian, seringkali pada gangguan darah regional dan eksudasi terjadi emigrasi

sel-sel darah ke dalam ruang ekstrasel serta proliferasi histiosit fibroblast. Proses-

proses ini juga berfungsi primer pada perlawanan terhadap kerusakan serta

pemulihan kondisi asalnya, walaupun demikian juga dapat bekerja negatif. Reaksi

ini disebabkan oleh pembebasan bahan-bahan mediator (histamin, serotonin,

prostaglandin, dan kinin (Dini,2016).

4. Mekanisme Terjadinya Infamasi

Mekanisme inflamasi dimulai dengan adanya stimulus yang merusak

jaringan, mengakibatkan pelebaran dinding pembuluh darah. Selanjutnya, terjadi


15

perubahan volume darah dalam kapiler sehingga sel-sel pembuluh darah tersebut

meregang satu sama lain dan mengakibatkan protein plasma keluar. Hal ini

mengakibatkan terjadinya penumpukan cairan di dalam jaringan dan

dilepaskannya mediator histamin dan prostaglandin yang menimbulkan proses

inflamasi. Sementara, proses nyeri dimulai dengan adanya rangsangan nyeri

berupa zat kimia dan termik yang menyebabkan kerusakan membran sel sehingga

jaringan rusak dan melepaskan mediator nyeri prostaglandin. Prostaglandin

dilepaskan keperedaran darah dan dihantarkan ke otak sebagai rasa nyeri (Rahayu,

2016)

5. Obat Antiinflamasi

OAINS merupakan obat anti-inflamasi yang memiliki struktur molecular.

OAINS sering digunakan karena efektivitasnya yang baik sebagai analgetik,

antiinflamasi, dan antipiretik. Efektivitas kerja OAINS didapatkan dari

kemampuannya menghambat sintesis prostaglandin melalui penghambatan kerja

enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase diketahui bekerja pada jalur

konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin dan tromboksan, sehingga

ketika enzim ini dihambat maka asam arakhidonat tidak dapat dikonversi menjadi

prostaglandin dan tromboksan (Zahra, 2017).

D. Uraian Natrium Diklofenak

1. Uraian Kimia (Dini, 2016)


16

Nama Resmi : DICLOFENAC SODIUM

Nama Lain : Atrium diklofenak

Remus Kimia : 2-[(2,6-dichoropheny)amino] acid monosodium salt,2-

[(2,6 dichloropheny)amino] ascetic acid sodium salt,

sodium 2-[(2,6 dichorophenyl)amino] phenyl acetat GP

458450, volteran, voltarol

Rumus Molekul : C₁₄H₁₀CI₂NNaO₂

Berat Molekul : 318,13

Kelarutan : Mengkristal dalam air

Penggunaan : Antiinflamasi

2. Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak merupakan salah satu obat golongan NSAID yang

paling sering digunakan, dimana NSAID ini sendiri merupakan salah satu

golongan obat yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Natrium diklofenak

memiliki efek analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi dengan potensi tinggi dan

toleransi yang baik. Namun, dibalik keunggulan tersebut, obat ini juga memiliki

potensi efek samping, salah satunya terhadap ginjal (Indriyani, 2015).

3. Mekanisme Kerja

Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi,

fisik atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida
17

menjadi Asam arakidonat. Adam lemak polo tak jenuh ini kemudian untuk

sebagian diubah oleh enzim cyclo-oksigenase menjadi endeperoksida dan

seterusnya menjadi prostaglandin. Cyclo-oksigenase terdiri dari duaiso-enzim,

yaitu ,COX-1 (tromboxan dan prostacyclin) dan COX-2 (prostaglandin),

kebanyakan COX-1 terdapat di jaringan, Antara lain di pelat-pelat darah, ginjal,

dan saluran cerna. COX-2 dalam keadaan normal Tidak terdapat di jaringan tetapi

dibentuk Dalam proses peradangan oleh sel-sel radang (dini, 2016)

4. Farmakokinetik

Natrium diklofenak diabsorbsi secara cepat dan sempurna dalam lambung,

bertumpuk pada cairan sinovial, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 2 jam. Urin

merupakan Jalan utama seksresi obat ini dan metabolitnya (Dini, 2016)

5. Efek Samping

Efek samping natrium diklofenak terjadi pada kira-kira 30% penderita,

baik pada pasien lanjut usia dimana organ-organnya telah mengalami penurunan

fungsi maupun pada pasien sehat 6-8 Salah satu efek sampingnya yaitu gangguan

fungsi ginjal (Windy, 2015

E. Uraian Hewan Uji

1. Klasifikasi Hewan Uji Mencit (Mus musculus)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata
18

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus (Siregar, H., 2012)

2. Karakteristik Hewan Uji Mencit (Mus musculus) (Dini, 2016)

Berat badan dewasa

Mencit jantan : 20-40 gram

Mencit betina : 25-40 gram

Berat lahir : 0,5-1,5 gram

Luas permukaan tubuh : 20 g : 36 cm2

Temperature tubuh : 36,5-380C

Jumlah diploid : 40

Harapan hidup : 1,5-3 tahun

Komsumsi makanan : 15g/100g/hari

Komsumsi air minum : 15ml/100g/hari

Mula dilahirkan : Jantan : 50 hari

Betina : 50-60 hari

Siklus birahi : 4-5 hari

Lama kebuntingan : 19-21 hari

Jumlah anak perkelahiran : 10-18

Umur sapih : 21-28 hari

Waktu pemeliharaan komersial : 7-9 bulan/6-13 tetes


19

Produksi anak : 8/bulan

Jumlah pernafasan : 94-163 /menit

Komposisi air susu : Lemak : 12,1 %

Protein : 9,0%

Laktose : 3,2 %,

Tidal volume : 39,49%,

Penggunaan oksigen : 0,09 -0,23

Detak jantung : 325-780/menit

Volume darah : 76-80 mg/kg,

Tekanan darah : 113-147/81-106 mmhg

Butiran darah mencit : 7,0-125/108/mm3

Hematokrit : 39,49 %

Hemoglobin : 10,2 -16,6 mg/dl

Neutrofil : 6-15 x 103 /mm3

Lymphosit : 10-40 %

Eusinofil : 55-95 %

Monosil : 0-4 %

Basofil : 0,1-3,5 %

Platelet : 0-0,3 %

Protein susu : 3,5-7,2 gr/dl

Albumin : 2,5-4,8 gr/dl

Globulin : 0,6 gr/dl

Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dl


20

Creatinin : 17-28 mg/dl

Nitrogen dalam urea : 0,1 -0,9 mg/dl

Total bilirubin : 26,82 mg/dl

Cholesterol : 3,2 – 9,2 mg/dl

Kalsium dalam darah : 0,3 -1,10 mg/dl

Phospalinat dalam serum : 2,3-9,2 mg/dl

3. Morfologi Hewan Uji mencit (Mus musculus)

Hewan coba yang biasa digunakan dalam penelitian yaitu mencit putih

jantan, adapun alasan pemakain mencit sebagai hewan uji percobaan didasarkan

pada kemiripan fisiologi dengan manusi dan mencit muda ditangani, relatif

murah, mudah didapatkan, kecil, kandang tidak terlalu besar, omnivor, sistem

operasi mudah ( Eriadi, 2016).

Mencit (Mus musculus) adalah salah satu anggota kelompok kerajaan

hewan animalia. Hewan ini ditandai dengan ciri sebagai berikut: jinak, takut

cahaya, aktif pada malam hari, mudah berkembang biak, siklus hidup yang

pendek, dan tergolong poliestrus. Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang

paling umum digunkan pada penelitian laboratorium sebagai hewan percobaan,

yaitu sekitar 40-80%. Mencit memiliki banyak keunggulan sebagai hewan

percobaan (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), yaitu siklus hidup

yang relatif pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi

dan mudah dalam penanganannya (hasanah, 2015)


21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium yang

bertujuan untuk melihat efektivitas antiinflamasi dari ekstrak metanol daun Mindi

(Melia azedarach L.) terhadap mencit jantan (Mus musculus) yang diinduksi

karagenan
22

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2020. Ekstraksi akan

dilakukan di Laboratorium Fitokimia Universitas Megarezky Fakultas Farmasi

dan pengujian efek aktifitas antiinflamasi bertempat di Laboratorium

Biofarmaseutika Universities Megarezky Fakultas Farmasi

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah hewan mencit yang sehat yang

didapat di peternakan Makassar yang menyiapkan hewan uji mencit. Sampel

dalam penelitian ini adalah hewan uji mencit jantan berumur 2-3 tahun yang

memiliki berat badan 20-30 gram. Dan uji sampel pada penelitian ini adalah daun

Mindi  (Melia azedarach L.)

D. Alat dan Bahan

1. Alat Yang Digunakan

Pada penelitian ini alat-alat yang digunakan yaitu : aluminum foil (klin

palk), batang pengaduk (pyrex), corong (pyrex), erlemeyer 100 ml dan 250 ml

(pyrex), gelas ukur 100 ml (pyrex), gelas kimia (pyrex, labu ukur (pyrex, pipet

tetes (pyrex), sendok tanduk (plastik), spoit injeksi (one med), spoit oral (one

med), stopwatch, timbangan analitik.

2. Bahan Yang Digunakan


23

Bahan yang digunakan meliputi aquadest, daun Mindi  (Melia azedarach

L.) Metanol, karegenan, kapas, label, Na.CMC, Natrium Diklofenat, spoit injeksi

suplantar, tissue

E. Prosedur Kerja

1. Pengambilan Bahan Uji

DaunMindi  (Melia azedarach L.) yang diambil adalah daun yang segar,

pengambilan dilakukan pagi hari pukul 08.00-10.00 am

2. Pengolahan Bahan Uji

Sampel dicuci dan dikeringkan anginkan selama 5 hari, setelah kering sampel

diblender hingga sampel menjadi halus lalu diayak dengam ayakan 65 mesh

3. Pembuatan Ekstra

Sebanyak kurang lebih 100 gram serbuk daun Mindi diekstraksi secara

maserasi dengan menggunakan 350 mL metanol sampai semua serbuk terendam

dan diaduk lalu ditutup dan disimpan selama tiga hari (remaserasi). Selanjutnya

dilakukan penyaringan sehingga didapat filtrat dan residu.. Kemudian filtrat

tersebut dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak

yang kental kemudian ditimbang (Dian,2017)


24

3. Pembuatan Suspensi Na.CMC 1% b/v

Ditimbang Na.CMC1 gram dimasukkan kedalam 50 mL air suling panas

sedikit demi sedikit dan diaduk-aduk hingga terbentuk mucilago, dan dicukupkan

volumenya dengan air suling ad 100 mL (Amalia, D., 2016).

4. Pembuatan Suspensi Karagenin 1%

Karagenin 1% diperoleh dengan mensuspensikan1 gram karagenin dalam

natrium klorida 0,9% sampai 100 ml dalam labu ukur 100 ml (Amalia, 2016)

5. Pembuatan Suspensi Natrium Diklofenak

Sebanyak 10 tablet Natrium Diklofenak (setiap tablet mengandung

natrium diklofenak 25 mg) ditimbang, kemudian dihitung bobot rata-rata lalu

digerus. Natrium diklofenak ditimbang kemudian disuspensikan dengan dalam

larutan NaCMC 1% sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga homogen

kemudian dimasukkan ke dalam labu tentu ukur 100 ml kemudian volumenya

dicukupkan sampai 100 ml (Amalia, 2016)

F. Perlakuan Terhadap Mencit Putih Jantan

Disiapkan 15 ekor mencit putih jantan. Sebelum perlakuan mencit

dipuasakan selama 18 jam kemudian ditimbang berat badan mencit dan kaki
25

kanan diberi tanda di atas mata kaki. semua hewan uji diukur volume kakinya

menggunakan pletysmometer. Kemudian disuntik dengan karagen. Setelah 30

menit dilakukan pengukuran volume kaki hewan uji (volume radang). Hewan uji

dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 ekor mencit yaitu :

1. Kelompok I diberikan larutan Na.CMC 1% b/v sebagai kontrol negatif,

2. Kelompok II diberikan suspense ekstrak metanol daun Mindi  (Melia

azedarach L.)

3. Kelompok lll diberikan suspense ekstrak metanol daun Mindi  (Melia

azedarach L.)

4. Kelompok IV diberikan suspense metanol daun Mindi  (Melia azedarach L.)

5. Kelompok V diberikan suspensi Natrium Diklofenak sebagai kontrol positif

G. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil pengukuran volume udem kaki awal mencit

(Mus musculus), volume udem induksi, dan setelah perlakuan masing-masing

kelompok.Di hitung persentase rata-rata penurunan volume udem kaki mencit.

U−D
% efek anti inflamasi= x 100 %
U

H. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisi secara statistic dengan menggunakan metode

(ANOVA).
26

DAFTAR PUSTAKA

A. A. Kartika , Dkk, 2013. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Tikus (Rattus

Norvegicus) Dan Mencit (Mus Musculus) Di Fakultas Peternakan Ipb.

Departemen Ilmu Produksi Dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor. 1(3)

Amalia, Dini, 2016. Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Pare

(Momordica Charantia L.) Terhadap Mencit (Mus Musculus). Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin

Amira Puri Zahrah, Novita Carolia2, 2017 “Obat Anti-inflamasi Non-steroid

(OAINS): Gastro protektifvs Kardiotoksik” Fakultas Kedokteran,


27

Universitas Lampung Bagian Farmakologi, FakultasKedokteran,

Universitas Lampung

Anggaraini, Ongky Dyah, dkk, 2018 Efek Ekstrak Kulit Mangga Arumanis

terhadap Penurunan Edema Kaki Mencit Putih Jantan yang Diinduksi

PendidikanDokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember. 16(2)

Ardian, Reza, 2019. Potensi Ekstrak Etanol Daun Mindi (Meliaazedarach L)

Sebagai Diuretik Terhadap Tikus Putih Jantan Galur Wistar Jurusan

Farmasi MIPA

Audina, Mia, dkk 2018. Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Sumambu

(Hyptiscapitatajacq.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattusnorvegicus

L.)Yang Diinduksi Dengan Karagenan JurusanFarmasi Strata 1, Fakultas

MIPA, UniversitasTadulako, Palu. 12(2)

Eriadi, A., dan Arifin, H. 2016.Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh

(Chromola enodorata L) Pada Mencit Putih Jantan.Jurnal Fatmasi

Higea,Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang. 8(2)

Gloria, Yelin, dkk, 2019. Uji Efektivitas Antibakteri Daun Senggani (Melastoma

candidum) Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans. Pendidikan Dokter,

Fakultas Kedokteran, Universitas Prima Indonesia, Sumatera Utara. 5(1)

Hanum, Balqis Ripatul, 2017. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun

Mindi (Melia azedarach L) Terhadap Tingkat Kematian Kecoa


28

(Periplanetaamericana). Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Bandung

Hasanah, et al. 2015. Analisis Pertumbuhan Mencit (Mus musculus) ICR Dari

Hasil Perkawinan Inbreeding Dengan Pemberian Pekan AD1 dan AD2..

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar

Laurano, Lewis Luther, 2011. Uji Efek Antiinflamasi Fraksi Etil Asetat Ekstrak

Etanol Daun Mindi (Melia Azedarach L.) Pada Tikus Putih. Fakultas

Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya

Lestari, Rahayu, dkk, 2016. Uji Efek Anti-Inflamasi dan Analgesik Infusa Daun

Senggani (Melastoma malabathricum L.) Fakultas Farmasi Universitas

Pancasila Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.14(1)

Mangampa , Indriyani, Taufik Eko Nugroho2, 2015. Pengaruh Pemberian

Natrium Diklofenak Dosis 1,4 Mg/Kgbb Dan 2,8 Mg/Kgbb Terhadap

Kadar Serum Kreatinin Tikus Wistar. Fakultas Kedokteran, Universitas

Diponegoro. 4(4)

Mukhriani, 2018. “Ekstraksi Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa

Aktif” Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar

Narande, Julia Megawati, Dkk, 2013. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun

Suji (Dracaena Angustifolia Roxb) Terhadap Edema Kaki Tikus Putih

Jantan Galur Wistar. Farmasi Fmipa Unsrat Manado. 2(3)


29

Ningsih, Dian Riana, Dkk, 2017. Ekstrak Daun Mangga (Mangifera Indica L.)

Sebagai Antijamur Terhadap Jamur Candida Albicans Dan Identifikasi

Golongan Senyawanya. Jurusan Kimia Fmipa Universitas Jenderal

Soedirman. 2(1)

Pramitaningastut, Anastasia Setyopuspito Pramitaningastuti, Ebta Narasukma

Anggraeny, 2017. Uji Efektivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun

Srikaya (Annona Squamosa. L) Terhadap Edema Kaki Tikus Putih

Jantan Galur Wistar. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi

Semarang. 13(1)

Ramadhani, Nur, Sri Adi Sumiwi, 2016. Aktivitas Antiinflamasi Berbagai

Tanaman Diduga Berasal Dari Flavonoid Fakultas Farmasi Universitas

Padjadjaran. 14(2)

Sentat, Triswanto, 2016. Uji Aktivitas Anti Inflamasi Ekstrak Etanol Daun

Pandan Wangi (Pandanus Amaryllifolius Roxb.) Pada Mencit Putih

Jantan (Mus Musculus). Akademi Farmasi Samarinda, Samarinda,

Kalimantan Timur

Subekti, Laiitifa Windy, Taufik Eko Nugroho, 2015. Pengaruh Pemberian

Natrium Diklofenak Dosis 1,4 Mg/Kgbb Dan 2,8 Mg/Kgbb Terhadap

Kadar Ureum Tikus Wistar. Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,

Universitas Diponegoro Staf Pengajar Anestesi, Fakultas Kedokteran,

Universitas Diponegoro. 4(4)


30

Sudharmono, untung, 2014. Uji Keamananekstrak Etanol Daun Mindi (meliaa

zedarach l.) Pada Tikus Galur Wistar Berdasarkandosis Letal 50 Serta

Gambaran Histopatologi Hepar dan Ginjal, Fakultas Ilmu Keperawatan

UNAI

Suherman, Linda.P, dkk., 2013. Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Mindi

(Meliaazedarach Linn) Pada Mencit Swiss Webster Fakultas Farmasi,

Universitas Jenderal Achmad Yani. 1(1)

Utami, Evy Tri, dkk 2018. Efek Antiinflamasi Ekstrak Daun Sembukan

(Paederiascandens) Pada Tikus Wistar Antiinflammation Effect Of

Skunkvine (Paederiascandens) Extract In Wistar Rat. Kedokteran Gigi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 16(2)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja

A. Ekstraksi

Daun Mindi  (Melia azedarach L.)

Dihaluskan dengan cara diblender kemudian


diayak dengan ayakan 40 Mesh

Serbuk
Daun Mindi  (Melia azedarach L.)
31

- Diekstraksi dengan menggunakan


metode maserasi,
- Diekstraksi kembal iampas yang
diperoleh sampai 3 kali pengulangan

Filtrat Residu

- Dipekatkandengan rotary
evaporator

Ekstrak
Daun Mindi  (Melia azedarach L.)

Gambar : Ekstraksi Daun Mindi  (Melia azedarach L.)


32

B. Uji Efektifitas Antiinflamasi

Daun Mindi
(Melia azedarach L.)
MencitJantan
(Mus musculus)
- Ditimbang Dicucibersih, dipotong-
-Dipuasakan3-4 jam potongkecil,
-Dikelompokkan dikeringkandengancaradia
ngin-anginkan,
Diukur Volume Udem selanjutnyadibuatekstrak
Awal Kaki Mencit Ekstrak Serbuk Daun Mindi
(Melia azedarach L.)
Diinduksi dengan
Karagenin 1%

Diukur Volume
Udem Pasca Induksi

PerlakuanTerhadapHewan Uji

Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V


Na. CMC 1% b/v Ekstrak Methanol Ekstrak Methanol Ekstrak Methanol SuspensiNatrium
(kontrolNegatif) daun Mindi Daun Mindi Daun Mindi Diklofenak
100 mg/KgBB 200 mg/KgBB 300 mg/KgBB (kontrolpositif)

Pengukuran Volume Udem Kaki Mencit Putih Tiap Interval Waktu 30 Menit

Pengumpulan dan Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai