Anda di halaman 1dari 5

A.

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar
yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini
tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300
tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara reguler.
WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih
menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan
tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia
menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka (Mukhriani dkk.,
2017).
Pemanfaatan tumbuh tumbuhan sebagai obat-obatan sudah menjadi tradisi
dan budaya khusus masyarakat di pedesaan. Sejak tahun 1985, WHO (World
Health Organization) telah memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah
memanfaatkan tumbuhan obat (herbal medicine, phytotherapy , phytomedicine ,
atau botanical medicine) untuk kesehatan. Pada tahun 2003, WHO
merekomendasikan pemanfaatan obat tradisional dan herbal untuk kesehatan,
pencegahan dan pengobatan, terutama penyakit kronis, degeneratif dan kanker
(Sari dan Suhartati, 2016). Penyakit yang sering timbul dimasyarakat diantaranya
ialah penyakit-penyakit kronis dan degeneratif yang disebabkan oleh adanya
aktivitas radikal bebas (Phanm-Huy dkk., 2008).
Radikal bebas adalah agen pengoksidasi, memiliki satu atau lebih banyak
elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya, sehingga membuatnya menjadi
molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif (mudah bereaksi) dengan molekul
lain. Reaksi radikal bebas ini menyebabkan kerusakan dalam sel dan jaringan
yang berkontribusi untuk pengembangan patologi. (Guez dkk., 2017).
Radikal bebas dapat diatasi dengan penggunaan antioksidan baik sintetik
maupun alami Antioksidan alami berasal dari tanaman-tanaman herbal.
Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa komponen-
komponen yang ditemukan di tanaman-tanaman herbal dapat mengurangi bahaya
radikal bebas terutama radiasi UV dengan mekanisme mengurangi inflamasi
induksi sinar UV, mengeliminasi Reactive Oxygen Species (ROS) dan radikal
bebas yang membahayakan kulit (Altuntaş & Yener, 2015). Selain itu zat
antioksidan dapat menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel
dapat dihambat (Winarsi, 2007).
Aktivitas antioksidan alami terdapat pada senyawa flavonoid tanaman
yang dapat menangkap molekul radikal bebas (Amic et al. 2003). Secang
mengandung senyawa fenolik seperti flavonoid , mempunyai aktivitas antioksidan
penangkap radikal bebas. Senyawa antioksidan dari bahan alami atau tumbuhan
memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan sintetik karena residu yang
dihasilkan lebih mudah terdegradasi (Sari dan Suhartati, 2016).
Tanaman secang (Caesalpinia sappan L.) dari familia Caesalpiniaceae
secara tradisional digunakan untuk pengobatan yang memiliki variasi sifat
medisinal yaitu sebagai antikonvulsan, antiinflamasi, antiproliferatif,
antikoagulan, antivirus, imunostimulan, antioksidan dan antimikroba. Tanaman
ini berupa pohon kecil dengan tinggi 5-10 m. Habitat alami pohon ini tumbuh di
tempat-tempat yang berbukit dengan tipe tanah seperti liat dan berbatu-batu
dengan ketinggian tempat rendah dan sedang. (Kusmiati dkk., 2014).
Kemampuan pengobatan dengan pemanfaatan tanaman secang disebabkan
oleh banyaknya kandungan senyawa kimia didalam tanaman sepang seperti
alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, steroid, dan terpenoid. Khasiat tanaman
secang sebagai antimikroba, antioksidan, maupun zat pewarna alami. Komponen
senyawa bioaktif yang terkandung dalam kayu secang, yaitu brazilin, brazilein,
3’-Ometilbrazilin, sappanone, chalcone, sappancalchone dan komponen umum
lainnya, seperti asam amino, karbohidrat dan asam palmitat yang jumlahnya
relatif sangat kecil. Daun secang mengandung polifenol dan 0,16- 0,20% minyak
atsiri. Bagian batang atau kayu sepang mengandung tanin, asam galat, resin,
brazilein, d-alfa phellandrene, oscimene, minyak atsiri, resorsin dan brazilin.
Brazilin adalah golongan senyawa yang memberi warnamerahpada kayu sepang
dengan struktur C6H14O5. Brazilin merupakan senyawa antioksidan yang
mempunyai katekol dalam struktur kimianya (Asfar dan Yasser, 2018).
DAFTAR PUSTAKA
Altuntas, E. dan Yener G., 2015, Anti-Aging Potential Of A Cream Containing
Herbal Oils And Honey: Formulation And In Vivo Evaluation Of
Effectiveness Using Non- Invasive Biophysical Techniques, IOSR Journal of
Pharmacy and Biological Sciences (IOSR-JPBS), Vol.10 (06).
Amic, D., Beslo, D., Trinajstic, N., Davidovic. 2003. Structure-Radical Scavenging
Activity Relationships of Flavonoids. Croatia Chem Acta 76.
Asfar, A.M.I.A dan Yasseer M., 2018, Isolasi Senyawa Flavonoid dari Kayu Sepang
(Caesalpinia Sappan L.) dengan Metode Ultrasonic Assisted Solvent
Extraction Dan Karakterisasinya Dengan Metode Gas Chromatography Mass
Spectrometry(GCMS), Prosiding Seminar Hasil Penelitian (SNP2M) 2018.
Guez, C.M., dkk., 2017, Evaluation Of Basil Extract (Ocimum Basilicum L.) On
Oxidative, Anti-Genotoxic And Anti-Inflammatory Effects In Human
Leukocytes Cell Cultures Exposed To Challenging Agents, Brazilian Journal
of Pharmaceutical Sciences, Vol. 53 (1).
Kusmiati, Dameria, dan Dody P., 2014, Analisa Senyawa Aktif Ekstrak Kayu
Secang (Caesalpinia sappan L.) yang Berpotensi Sebagai Antimikroba,
Seminar Nasional Teknologi Hijau 1.
Mukhriani, Subehan, dan Yusniat R., 2017, Isolasi Senyawa Aktif dari Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L.) dan Pengujiannya Terhadap Proliferasi Sel
Osteoblas,
Pham-Huy, L.A., He H., Pham-Huy C., 2008, Free Radicals, Antioxidants In Disease
And Healt, International Journal Biomedical Science, Vol. 04 (02).
Sari, R. dan Suhartati, 2016, Secang ( Caesalpinia sappan L.): Tumbuhan Herbal
Kaya Antioksidan, Info Teknis EBONI, Vol. 13 (01).
Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas, Yogyakarta: Kanisius.
Yemirta, 2010, Identifikasi Kandungan Senyawa Antioksidan Dalam Kayu Secang
(Caesalpinia sappan), Jurnal Kimia dan Kemasan, Vol. 32 (02).
Utari, F.D., Sumirat dan Muhammad D., 2017, Produksi Antioksidan dari Ekstrak
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.) Menggunakan Pengering
Berkelembaban Rendah, Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, Vol. 06 (03).

Anda mungkin juga menyukai