Anda di halaman 1dari 4

SELEDRI (Apium graveolens L.

) SEBAGAI NUTRACEUTICAL ALAMI

Disusun untuk memenuhi UTS Bioteknologi Hewan

Dosen Pengampu: Dr. Yasmi Purnamasari Kuntana, S.Si., MP

Disusun oleh:
Tegar Prakasa Abdillah Arif
140410210043

PROGRAM STUDI SARJANA BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2023
Seledri Sebagai Nutraceutical Alami

Di Indonesia seledri merupakan tumbuhan yang sering dijumpai, salah satunya karena
iklim yang sesuai untuk pertumbuhan, dan juga kebiasaan orang Indonesia yang cukup sering
menggunakan tumbuhan tersebut dalam berbagai hidangan. Seledri dapat tumbuh dengan
baik di tanah lempung berpasir yang sangat lebat serta di bawah kondisi iklim yang ringan.
Seledri (Apium graveolens L.) merupakan anggota keluarga Apiaceae. Seledri merupakan
salah satu herbal yang sering digunakan untuk diolah dalam makanan dan juga sebagai
tanaman pengobatan. Salah satu kegunaanya sebagai tanaman obat itulah yang membuat
tanaman ini cocok dianggap sebagai salah satu tanaman nutraceutical (Syahidah &
Sulistiyaningsih, 2018).
Nutraceutical sendiri memiliki pengertian yaitu sebuah produk yang selain
dikonsumsi untuk nutrisi, dapat juga digunakan sebagai obat. Produk nutraceutical dapat
didefinisikan sebagai suatu zat yang memiliki manfaat fisiologis atau memberikan
perlindungan terhadap penyakit kronis (Nasri dkk., 2014). Seledri mengandung vitamin A,
B1, B2, B6, C, E, K, dan Mineral lain seperti Fe, Ca, P, Mg, dan Zn. Kandungan seperti
vitamin C dalam seledri efektif untuk menguatkan sistem imun sehingga tubuh menjadi
resisten terhadap penyakit. Selain itu mineral yang dikandungnya juga mampu meringankan
efek anemia. Rasio yang ideal antara mineral Fe dan Mg pada seledri dapat membantu
menghentikan perkembangan penyakit kanker (Syahidah & Sulistiyaningsih, 2018).
Biji seledri mengandung sekitar 8% zat cair, 2% minyak atsiri, 15% minyak tetap
(non atsiri), 18,7% protein, 8% total abu, 11% serat kasar, 36.6% karbohidrat, dan 6% pati.
Asam lemak dalam minyak tetap non-atsiri terdiri dari petroselenat (64,3%), oleat (8,1%),
linoleat (18%), linolenat (0,6%), palmitat (6,9%), dan asam stearat (1,4%). Seledri adalah
sumber yang kaya akan vitamin C, potasium, kalsium dan magnesium. Seledri juga
mengandung kadar natrium yang tinggi. Sebagai tanaman obat, seledri telah digunakan
sebagai afrodisiak, antihelmintik, antispasmodik, karminatif, diuretik, pencahar, obat
penenang, stimulan, dan tonik. Bagian tanaman yang berkhasiat obat adalah akar, daun, dan
biji. Olahan seledri juga digunakan untuk pemurnian darah, untuk mengatur pergerakan usus
untuk evakuasi, stimulasi kelenjar, dan sebagai obat untuk penyakit. batu empedu dan batu
ginjal (Sowbhagya, 2013).
Kandungan dalam seledri dapat diketahui dengan meneliti jus seledri. Menggunakan
metode Folin-Ciocalteu, jus seledri yang dicampur dengan reagen dan kemudian diukur
menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan total kandungan flavonoid
pada seledri. Flavonoid bertindak sebagai pemulung radikal bebas dan antioksidan,
menunjukkan efek antimutagenik, antiinflamasi, dan antivirus. Dalam penelitian ini, 22
flavon, antara lain apigenin dan turunannya, luteolin dan turunannya, serta chrysoeriol dan
turunannya; 8 flavonol, terutama termasuk kaempferol dan turunannya; dan 8 flavanon,
terutama termasuk naringin dan turunannya, serta diosmetin dan turunannya, terdeteksi.
Penelitian menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan dalam seledri berkorelasi positif dengan
flavonoid, total asam fenolik, dan total senyawa fenolik, menjadikannya cocok sebagai
senjata melawan radikal bebas (Yan dkk., 2022).
Seledri juga memiliki sifat sebagai antihipertensi. Salah satu flavonoid yang
terkandung pada seledri, yaitu Apigenin, memiliki sifat antihipertensi. Senyawa ini dapat
menurunkan tekanan darah dengan menutup saluran Ca2+. Apigenin juga bekerja aktif
mengurangi kontraksi pembuluh darah dan mengurangi volume cairan ekstraseluler. Selain
itu, komponen bernama 3-n-butylphthalide dalam seledri memiliki aktivitas pengurangan
terbesar melawan tekanan darah tinggi. Ekstrak seledri mempunyai aktivitas vasorelaksan
dan antagonis kalsium sehingga berpotensi memiliki aktivitas antihipertensi (Indrawati &
Yulianto, 2022).
Ekstrak seledri telah dilaporkan menunjukkan efek anti-inflamasi pada tikus yang
dibuktikan dengan mengukur penekanan edema kaki akibat karagenan. Ekstrak biji seledri
telah dievaluasi untuk pengobatan dan pencegahan peradangan dan iritasi gastrointestinal.
n-Butyl phthalide, senyawa pemberi dampak rasa utama minyak atsiri seledri dilaporkan
bertanggung jawab atas manfaat kesehatan yang disebutkan di atas. 3-n-butylphthalide juga
dilaporkan sebagai relaxant otot (Sowbhagya, 2013).
Selain itu, seledri juga disebutkan memiliki efek lainnya terutama terhadap ginjal. Biji
seledri mempunyai efek langsung pada ginjal, meningkatkan eliminasi air dan mempercepat
pembersihan akumulasi racun dari persendian, serta bermanfaat untuk kondisi arthritis.
Seledri yang diberikan juga dengan Taraxacum radix (Dandelion) dapat digunakan untuk
meningkatkan efisiensi eliminasi oleh ginjal dan hati (Sowbhagya, 2013). Lalu minyak yang
dihasilkan seledri juga disebutkan dapat memiliki efek toksik yang signifikan untuk
membunuh larva Aedes aegypti. Aktivitas imunotoksisitas yang dihasilkan bergantung
kepada konsentrasi minyak seledri yang digunakan, yang dimana semakin besar
konsentrasinya maka semakin besar pula tingkat keberhasilan membunuh larva penyebar
malaria tersebut. Oleh karena itulah maka seledri juga dapat dikatakan sebagai antimalaria
dan larvasidal (Syahidah & Sulistyaningsih, 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Indrawati & Yulianto. 2022. Tisane Celery As a Non-Medical Therapy In Hypertension


Patients. International Conference of Kerta Cendekia. 2 (1): 174-181.
Nasri H., Baradaran A., Shirzad H., & Rafieian-Kopaei M. 2014. New Concepts in
Nutraceuticals as Alternative for Pharmaceuticals. International Journal of Preventive
Medicine, 5(12): 1487-1499.
Sowbhagya, H. B. 2013. Chemistry, Technology, and Nutraceutical Functions of Celery
(Apium graveolens L.): An Overview. Critical Reviews in Food Science and Nutrition,
54(3): 389–398.
Syahidah F.M., & Sulistyaningsih Rr. 2018. Potensi Seledri (Apium graveolens) Untuk
Pengobatan: Review Article. Farmaka, 16(1): 55-62.
Yan J., Yang X., He L., Huang Z., Zhu M., Fan L., Li H., Wu L., Yu L., & Zhu W. 2022.
Comprehensive Quality and Bioactive Constituent Analysis of Celery Juice Made from
Different Cultivars. Foods, 11(18): 2719.

Anda mungkin juga menyukai