Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH OBAT HERBAL BAGI KESEHATAN TERNAK

MAKALAH

Oleh :

Mohamad Budiarto 23010116130201

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
PENDAHULUAN

Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari tanaman. Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati terbesar setelah Amazon, ini dibuktikan dengan ditemukannya berbagai
tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan (Elfahmi et al., 2014). Tanaman obat sejak lama
digunakan oleh nenek moyang dan dilestarikan secara turun menurun (Wiryawan dkk., 2015). Jamu
dapat digunakan untuk kesehatan ternak selain untuk kesehatan manusia. Pemberian jamu untuk
ternak berdampak pada peningkatan nafsu makan, menjadi lebih sehat, dan tidak menimbulkan bau
yang menyengat. Masyarakat cenderung memilih menggunakan obat alami karena diyakini tidak
memiliki efek samping dan harga lebih terjangkau (Zainuddin, 2006).
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati urutan terbesar kedua di dunia setelah Brazil dan
mempunyai peluang besar dalam mengembangkan tanaman obat, karena iklim di Indonesia
memungkinkan untuk tanaman tumbuh sehingga produksi dapat berkesinambungan. Keanekan
ragaman hayati salah satunya dapat dikembangkan ialah jenis – jenis tanaman obat tradisional yang
dapat dijadikan sebagai bahan obat tradisional. Bahan obat tradisional digunakan sebagai alternatif
penggunaan obat paten dan dampak negatif dari obat tradisional belum terbukti secara ilmiah tetapi
beberapa penyakit ternyata lebih cocok ditanggulangi dengan obat tradisional. Obat tradisional
memiliki senyawa lebih kompleks yang mampu menggantikan antibiotik. Penggunaan obat
tradisional sebagai pengganti antibiotik dapat menanggulangi residu yang disebabkan oleh
penggunaan obat – obatan termasuk antibiotika.
PEMBAHASAN

Ramuan obat tradisional dari bahan alami tumbuh-tumbuhan telah digunakan secara turun
temurun oleh nenek moyang kita untuk menjaga stamina dan mengobati beberapa jenis penyakit.
Ramuan tradisional tersebut sering dikenal dengan istilah jamu (Marwadana, 2014). Saat ini jamu
tidak hanya digunakan untuk manusia saja, tetapi pemberian jamu sudah mulai dikenal di kalangan
peternak unggas. Mereka memanfaatkan beberapa tanaman obat sebagai obat tradisional untuk
ternaknya sebagai pengganti obat-obatan buatan pabrik yang dirasa cukup mahal terutama bagi
peternak skala menengah ke bawah (Sudirman, 2012).
Berawal dari data tentang khasiat tumbuhan obat yang secara tradisional telah lama dikenal
untuk pencegahan penyakit pada manusia dan juga aneka khasiatnya, maka tumbuhan obat diyakini
dapat juga digunakan sebagai aditif pakan alami multi fungsi (multi-function phytobiotic/MFP)
untuk ternak. Diantara khasiat tumbuhan obat tersebut adalah memperbaiki kondisi saluran
pencernaan (keseimbangan pH dan mikroflora) dan konversi pakan; meningkatkan kecernaan zat-
zat makanan, bobot badan, kekebalan tubuh dan performans reproduksi; menurunkan angka
kesakitan (morbidity) dan kematian (mortality); serta mencegah dan mengobati penyakit ternak.
Ramuan herbal mengandung zat bioaktif antara lain: minyak atsiri temulawak bersifat
bakteriostatik pada mikroba Staphylococcus sp dan Salmonella sp (Afifah, 2003) dan mempunyai
efek farmakologi yang melindungi hati/ hepaprotektor (Mahendra, 2005). Rimpang kunyit
mengandung kurkumin berkhasiat mematikan kuman dan mengurangi gerak usus serta sebagai
peluruh empedu (Rukmana, 2006). Citrol, geraniol dan minyak atsiri pada jahe dan sereh berkhasiat
sebagai antibakteri dan antijamur (Sarwono, 2010). Ekstrak lengkuas mengandung bahan metal
sinamat, galangin, cineol dan eugenol dapat menghambat pertumbuhan mikroba (Nursal, dkk.,
2006). Bawang putih mengandung senyawa allicin, selenium juga bersifat antibakteri pathogen,
antioksidan dan antiseptika (Wibowo, 2003). Sedangkan hasil penelitian Agustina, dkk., (2009)
dengan komposisi ramuan herbal yang sama telah dianalisis bahwa ramuan herbal mengandung zat
bioaktif yang berperan sebagai antibakteri dan mampu menghambat bakteri
Komponen aktif dalam bawang putih, allicin merupakan zat aktif yang mempunyai daya
bunuh pada bakteri dan anti radang, allicin merupakan suatu asam amino yang bekerja sebagai
antibiotik serta dapat menurunkan kolesterol darah maupundaging pada broiler dan beberapa
komponen kimia lainnya yaitu antihemolitik sebagai antilesu darah, selenium yaitu mikromineral
yang dapat menghindarkan penggumpalan darah, antoksin pembersih darah dan scordinin untuk
mempercepat pertumbuhatin sel Agustina, dkk., (2009).
Kandungan utama rimpang kunyit terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin,
desmetoksikurkumin, dan bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor dan
besi (Rahardjo dan Rostiana 2005). Winarto (2003) mengatakan bahwa zat warna kuning
(kurkumin) dimanfaatkan untuk menambah cerah atau warna kuning kemerahan pada kuning telur.
Kunyit jika dicampurkan pada pakan ayam, dapat menghilangkan bau kotoran ayam dan menambah
berat badan ayam, juga minyak atsiri kunyit bersifat antimikroba. Kandungan kimia minyak atsiri
kunyit terdiri dari ar-tumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol
(Rahardjo dan Rostiana 2005).
Temulawak, seperti halnya kunyit, mempunyai khasiat pengobatan untuk berbagai penyakit.
Temulawak juga memiliki sifat tonikum seperti kunyit yang berkhasiat sebagai penyegar dan
meningkatkan stamina sehingga badan tidak cepat lelah dan sifat imunostimulan yang berfungsi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta menangkal berbagai serangan kuman penyebab
penyakit, termasuk virus. Efek antioksidan kurkumin pada temulawak berfungsi untuk melindungi
tubuh dari serangan radikal bebas yang berbahaya dan bersifat karsinogenik serta penyakit lainnya
(Wijayakusuma, 2005).
Jahe (Zingiber officinale Rosc) adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi 30–60 cm.
Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan damar yang
merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa
rasa. Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, paradol, shogaol, zingerone, resin dan
minyak atsiri. Persenyawaan zingerone tidak dalam bentuk persenyawaan keton bebas, melainkan
dalam bentuk persenyawaan aldehid alifatis jenuh, terutama senyawa n-heptanal (Ravindran et al,
2005).
Lengkuas (Alpinia galanga L. Swartz) merupakan salah satu tanaman dari famili
Zingiberaceae yang rimpangnya dapat dimanfaatkan sebagai obat. Rimpang lengkuas merah
(Alpinia galanga) selama ini telah dikenal sebagai obat tradisional. Penelitian mengenai kandungan
senyawa dan identifikasi kandungan kimia lengkuas merah senyawa flavonoid, triterpenoid dan
minyak atsiri telah banyak dilakukan, selain itu rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1 %
minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terutama terdiri dari metil-sinamat 48 %, sineol 20 %
– 30 %, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu rimpang juga
mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan
galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, dan lain-lain. Penelitian yang lebih
intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim
xanthin oksidase sehingga bersifat sebagai antitumor, yaitu trans-p-kumari diasetat, transkoniferil
diasetat, asetoksi chavikol asetat, asetoksi eugenol setat, dan 4-hidroksi benzaidehida. Rimpang
lengkuas juga mengandung suatu senyawa diarilheptanoid yang dinamakan 1-(4-hidroksifenil)-7-
fenilheptan-3,5-diol (Tjitrosoepomo, 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L., M. Hatta, S. Purwanti. (2009). Penggunaan Ramuan Herbal Untuk Meningkatkan
Produktifitas Dan Kualitas Broiler. 1. Analisa Zat Bioaktif dan Uji Aktifitas Antibakteri
Ramuan Herbal Dalam Menghambat Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif.
Pengembangan Sistem Produksi dan Pemanfaatan Sumber Daya Lokal Untuk Kemandirian
Pangan Asal Ternak. Prosiding Seminar Peternakan Berkelanjutan. Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran. Jatinangor, 21 – 22 September 2009. Hal 60 – 75.
Afifah, E., dan Tim Lentera. (2003). Khasiat dan Manfaat Temulawak. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Elfahmi, Woerdenbag, H.J, and Kayser, O. 2014. Jamu: Indonesian traditional herbal medicine
towards rational phytopharmacological use. J. Herbal Medicine 4 (2) : 51–73.
Kusuma, W. 2008. Efektifitas Kunyit, Bawang Putih, dan Zink dalam Pakan Terhadap Aktivitas
dan Kapasitas Fagositosis Sel Polimorfonuklear. Ayam Broiler [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran Hewan, IPB.
Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya, Jakarta.
Marwadana, Z. 2014. Efektifitas Kombinasi Jumlah dan Bentuk Ramuan Herbal sebagai Imbuhan Pakan
terhadap Performa Broiler. J. Ilmu peternakan 2 (11) : 67 – 78.
Nursal, Wulandari S., dan Juwita W.S. (2006). Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia
coli dan Bacillus subtilis. J. Biogenesis 2 (2) : 64 – 66.
Rostiana,. Rahardjo. 2005. Evaluasi dan pemanfaatan plasma nuftah kunyit. Simposium Tanaman
Industri Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Bogor.
Sarwono. B. 2010. Jamu Untuk Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wibowo. 2003. Budidaya Bawang. Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Winarto, W. P. 2003. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wiryawan, K.G., Suharti, S., Bintang, M. 2015. Kajian Antibakteri Temulawak, Jahe dan Bawang
Putih terhadap Salmonella tyohimurium serta Pengaruh Bawang Putih terhadap Performance
dan Respon Imun Ayam Pedaging.
Zainuddin. 2002. Racikan Ramuan Tanaman Obat dalam Bentuk Larutan Jamu dapat
Mempertahankan dan Meningkatkan Kesehatan serta Produktivitas Ternak Ayam Buras.

Anda mungkin juga menyukai