Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

Penyuluhan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan yang

terjadi pada individu atau masyarakat untuk menjadi lebih baik sesuai tujuan

penyuluhan. Penyuluh pertanian merupakan sebuah pendidikan informal yang

ditujukan kepada para peternak dan keluarganya, proses penyuluhan ini terjadi

secara 2 arah dimana penyuluh sebagai sumber informasi dan peternak sebagai

penerima informasi. Otonomi berbagai daerah di Indonesia yang berbeda-beda

menyebabkan ketidak merataan kedaulatan pada bidang pertanian sehingga

produktivitas para petani menurun. Untuk meningkatkan usaha tani maka

diperlukannya kajian mengenai masalah-masalah yang dihadapi petani saat ini,

dengan mengkaji masalah yang ada dalam petani diharapkan akan mendapatkan

inovasi dan kreatifitas dalam produkvitas petani. KTT Kelurahan cangkiran

mempunyai banyak masalah, diantranya kekurangan pakan ketika musim

kemarau, perkawinan sapi banyak yang gagal, penyakit dan kebersihan

lingkungan kandang dan penanganan pasca panen.

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui permasalahan

yang ditemukan pada peternak sapi pada KTT Makmur Cangkiran serta

memberikan solusinya melalui penyuluhan yang tepat. Manfaat dari penyuluhan

adalah peternak KTT Makmur Cangkiran bisa memecahkan sendiri masalah yang

sedang dihadapi.
2

BAB II

DATA LAPANG

2.1. Keadaan Kelurahan Cangkiran

Berdasarkan hasil pengamatan data dilapangan didapatkan hasil sebagai

berikut:

Ilustrasi 1. Peta Wilayah Kelurahan Cangkiran

Kelurahan cangkiran berada di Kecamatan Mijen, Kota Semarang.

Kelurahan Cangkiran mempunyai luas wilayah 142,555 ha dengan jumlah

penduduk sebanyak 2.619 jiwa. Kelurahan Cangkiran sebelah Utara berbatasan

dengan kelurahan Jatisari, sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan babakan,

dan sebelah Selatan sampai Barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal.
3

Tabel 1. Mata Pencaharian


Mata pencaharian penduduk Jumlah warga
Petani Sendiri 64
Petani Buruh 302
Nelayan 0
Pengusaha 1
Buruh Industri 453
Buruh Bangunan 210
Pedagang 55
Angkutan 45
PNS/ABRI 41
Pensiunan 15
Jasa/lainnya 3
Jumlah 1.188
Sumber : Data BPS Kecamatan Mijen 2018.

Mata pencaharian penduduk Kelurahan Cangkiran paling banyak pada

sektor buruh industri, sehingga pekerjaan utama penduduk Kelurahan Cangkiran

adalah buruh industri. Penduduk bermata pencaharian petani sendiri sangat

sedikit, disebabkan karena kebanyakan penduduk yang mempunyai tanah sawah

sendiri menyewakan tanahnya untuk dikelola menjadi pertanian. Penduduk tidak

ada yang bermata pencaharian sebagai nelayan, karena Kelurahan Cangkiran tidak

berbatasan dengan laut.

Tabel 2. Jumlah Penduduk


Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 1817
Perempuan 1879
Jumlah 3696
Sumber : Data BPS Kecamatan Mijen 2018.

Jumlah penduduk yang ada di Kelurahan Cangkiran adalah 3696 orang.

Jumlah penduduk jika dibandingkan dengan jumlah mata pencaharian penduduk

selisihnya lebih dari setengah, dapat disimpulkan bahwa setengah dari populasi
4

tidak mempunyai mata pencaharian. Banyaknya penduduk yang tidak mempunyai

mata pencaharian disebabkan karena masih banyak anak dibawah umur,

menempuh pendidikan dan menjadi ibu rumah tangga.

Tabel 3. Data Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan Jumlah warga
Tidak sekolah 141
Tidak tamat SD 242
Belum tamat SD 220
Tamat SD 548
Tamat SMTP 687
Tamat SMTA 620
Tamat Akademi/D III 79
Tamat perguruan tinggi 83
Jumlah 2.619
Sumber : Data BPS Kecamatan Mijen 2018.

Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Cangkiran paling banyak

adalah lulusan SMTP atau setara dengan SMP. Tamatan Akademi/D III

mempunyai jumlah yang paling sedikit, karena akademi/D III sedikit yang

meminati. Tamatan Perguruan tinggi jumlahnya sedikit karena untuk

menempuhnya dibutuhkan usaha, waktu dan uang yang cukup banyak.

2.2. Kondisi Peternakan

Berdasarkan hasil pengamatan data dilapangan didapatkan hasil sebagai

berikut:
5

Tabel 4. Kondisi Peternakan Responden


No Nama Umur Pendidikan Jumlah Jumlah Luas
(tahun) Terakhir Anggota Ternak Lahan
Keluarga Kandang
1 Sumarsih 57 SD 4 3 10 m
2 Baedhoni 55 MI 3 5 50 m
3 Shomad 63 SD 5 4 15 m
4 Mudzakir 51 SMP 3 8 50 m
5 Listyo 49 SMA 4 6 55 m
Sumber : Data Primer Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi

KTT Kelurahan Cangkiran awalmula berdirinya yaitu dengan adanya

keluh kesah dari peternak dan warga karena bau dan penyakit yang dihasilkan

oleh ternak. Para peternak di KTT ini umumnya masih memelihara ternak didekat

dirumah mereka, oleh sebab itu KTT ini didirikan agar kandang ternak tidak

berdekatan dengan rumah. KTT Kelurahan Cangkiran terdapat beberapa jenis

ternak yaitu sapi potong dan kambing dan domba. Masyarakat sekitar juga

membuat beberapa peternakan unggas. Tanah yang digunakan pada KTT ini

bukanlah tanah milik peternak itu sendiri melainkan milik orang lain.

2.3. Potensi Sumber Daya

Berdasarkan hasil pengamatan data dilapangan didapatkan hasil sebagai

berikut:
6

Tabel 5. Penggunaan Areal Tanah


Areal Tanah Luas (Ha)
Tanah Sawah Tehnis 89,157
Setengah tehnis 16,661
Sederhana dan non pu 0
Tadah hujan 5
Sawah Lainnya 0
Tidak ada usaha 0
Tanah Kering Perkarangan utk Bangunan 9,335
dan halaman sekitar
Tegal/ kebun 6,517
Gembalaan, padang 1,270
rumput, lapangan, dll
Kolam, empang, tebat, 0
rawa
Tambak 0
Perkebunan 10,615
Hutan 0
Tidak ada usaha 4
Lainnya 0
Jumlah 142,555
Sumber : Data BPS Kecamatan Mijen 2018.

Areal tanah yang paling banyak digunakan adalah untuk tanah sawah

tehnis, jadi sebagian besar jumlah tanah di Kelurahan Cangkiran. Tanah

gembalaan untuk padang rumput mempunyai luas yang paling kecil, menjadikan

jumlah rumput yang diproduksi hanya sedikit. Tanah kering penggunaan paling

banyak pada bidang perkebunan, sehingga Kelurahan Cangkiran berpotensi untuk

bidang pertanian.
7

Tabel 7. Data Banyaknya Ternak dan Unggas di Kelurahan Cangkiran


Jenis Ternak/Unggas Jumlah
Sapi Perah 0
Sapi Biasa 30
Kerbau 20
Kambing/Domba 80
Kuda 0
Angsa 4
Ayam Kampung 1.131
Ayam Ras 501
Itik 1408
Sumber : Data BPS Kecamatan Mijen 2018.

Ternak yang paling banyak yang ada di Kelurahan Cangkiran adalah

ternak itik dan ayam kampung, karena penduduk lebih menyukai ternak yang

mudah dipelihara. Populasi sapi potong tergolong sedikit karena lingkungan yang

kurang mendukung untuk memeliharanya. Penduduk tidak ada yang memelihara

sapi perah karena keadaan lingkungan tidak mendukung, sehingga produksinya

kurang maksimal.

2.4. Masalah yang Ditemukan

Berdasarkan hasil pengamatan data dilapangan didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel. 7. Data Responden


Nama Responden Masalah
Sumarsih Terbatasnya Ketersediannya Pakan
Baedhoni Perkandangan yang kurang baik
Adi Shomad Pengolahan limbah yang kurang baik
Mudzakir Terbatasnya ketersedian pakan
Listyo Terbatasnya ketersedian pakan
Sumber : Data Praktikum Penyuluhan dan Komunikasi 2019.
8

Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil bahwa para peternak

mempunyai masalah dalam hal kurangnya ketersediaan pakan ketika musim

kemarau, hal tersebut diatasi dengan cara membeli pakan yang agak jauh dari

sana. Masalah kedua yaitu masalah reproduksi yang sering terjadi adalah masalah

perkawinan alami yang sering gagal karena kurangnya pengetahuan peternak akan

tanda-tanda birahi ternaknya sehingga terlambat untuk dikawinkan, masalah

ketiga penyakit sangat sering dialami karena kurangnya perhatian dan kebersihan

lingkungan kandang oleh peternak, yang akan menyebabkan ternak mudah

terserah penyakit dan produksi ternak menjadi turun atau akan mati, Masalah

keempat tentang penanganan pasca panen yang berupa menjualnya kepada blantik

yang akan menjadikan nilai keuntungan panen menurun.


9

BAB III

PENENTUAN DAN PEMBAHASAN MASALAH

3.1. Penentuan Masalah

Permasalahan yang ada di KTT Makmur Cangkiran adalah terbatasnya

pakan rumput ketika datang musim kemarau, kurangnya kebersihan lingkungan

kandang, kurangnya keterampilan perkawinan dan penanganan ternak pasca

panen. Permasalahan yang sering terjadi pada semua peternak adalah kurangnya

pakan ketika musim kemarau. Kurangnya pakan ketika musim dapat di

tanggulangi dengan cara mengawetkan pakan rumput menggunakan metode

silase. Menurut Erowati (2010) Teknologi silase adalah teknologi fermentasi yang

biasa digunakan untuk mengawetkan hijauan pakan ternak terutama di

peternakan-peternakan besar dan di negara-negara bermusim empat. Pengadaan

bahan pakan selain dengan pengawetan, juga dapat menggunakan pengolahan

limbah pertanian dengan metode amoniasi dan fermentasi untuk meningkatkan

kandungan nutrisi yang ada didalamnya. Menurut Komar (2010) Amoniasi yaitu

suatu cara pengolahan bahan pakan dengan menggunakan urea, amoniak berperan

untuk menghidrolisis ikatan lignin selulosa, menghancurkan ikatan lignin

hemiselulosa dan memuaikan serat selulosa sehingga memudahkan penetrasi

enzim selulase dan meningkatkan kadar nitrogen sehingga kandungan protein

kasar meningkat. Menurut Riswandi dkk. (2017) fermentasi yaitu suatu proses

anaerob dengan memanfaatkan campuran beberapa bakteri seperti proteolitik,

selulotik, lipolitik dan lignolitik.


10

3.2. Pembahasan Masalah

Berdasarkan obervasi lapangan di KTT Kelurahan Cangkiran yang telah

dikuinjungi, ditemukan masalah bahwa ketika musim kemarau tiba, pakan hijauan

produksinya menurun. Hal ini terjadi karena pada musim kemarau curah hujannya

sedikit, menyebabkan air yang digunakan untuk tumbuh rumput menjadi

berkurang. Menurut Anindita (2009) Pada saat musim kemarau curah hujan

menurun menyebabkan kualitas hijauan menurun karena kurangnya pengairan

ditambah lagi dengan intensitas matahari yang tinggi menyebabkan kualitas

hijauan cepat menurun.

Kelangkaan bahan pakan sumber hijauan menyebabkan sapi kekurangan

nutrisi untuk kebutuhan sehari-hari. Nutrisi yang kurang akan berpengaruh secara

langsung terhadap bobot badan sapi, bahkan bisa menyebabkan bobot badan sapi

menjadi turun. Menurut Astuti et al., (2015) Pakan memiliki peranan penting

dalam keberhasilan usaha peternakan, karena pertambahan bobot badan sapi

dipengaruhi oleh jumlah dan kandungan pakan yang dikonsumsi.


11

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Berdasarkan praktikum penyuluhan dan komunikasi dapat diketahui

bahwa masalah yang ada di KTT Makmur Cangkiran adalah masalah pakan yang

berkurang saat musim kemarau (musiman) dan perkandangan ternak yang kurang

baik. Pemanfaatan hijauan saat musim penghujan (saat hijauan banyak) harus

dilakukan agar tidak terjadi kekurangan pakan, salah satu caranya adalah dengan

mengawetkan hijauan dengan silase. Menurut Simanuhuruk et al. (2012) bahwa

silase merupakan cara untuk mengawetkan hijauan dengan fermentasi secara an

aerob. Pengolahan pakan bisa digunakan untuk meningkatkan kadar nutrisi pakan

dengan nutrisi yang rendah ketika musim kemarau, pengolahan pakan diantaranya

dengan cara fermentasi dan amoniasi. Menurut Komar (2010) amoniasi yaitu

suatu cara pengolahan jerami padi dengan menggunakan urea. Dalam proses

amoniasi, amoniak berperan untuk menghidrolisis ikatan lignin selulosa,

menghancurkan ikatan lignin hemiselulosa dan memuaikan serat selulosa

sehingga memudahkan penetrasi enzim selulase dan meningkatkan kadar nitrogen

sehingga kandungan protein kasar meningkat. Menurut Prio et al. (2013)

fermentasi yaitu proses anaerob dengan memanfaatkan campuran beberapa bakteri

seperti proteolitik, selulolitik, lipolitik dan lignolitik.


12

BAB V

PERENCANAAN KERJA

5.1. Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang diberikan penyuluh pada peternak sapi yaitu

sesuai dengan masalah yang berkaitan dengan pengolahan dan pengawetan pakan.

Materi penyuluhan mengenai penanganan terhadap penyediaan pakan yang

terbatas dengan memanfaatkan limbah pertanian yang dapat diolah untuk

meningkatkan kualitas pakan dan manajemen kandang yang baik. Menurut

Yunasaf dan Tasripin (2012), materi penyuluhan merupakan segala sesuatu yang

disampaikan dalam proses komunikasi yang menyangkut dalam setiap kegiatan

penyuluhan. Penyuluh dalam menyampaikan materi harus mempunyai

kemampuan berkomunikasi yang baik terhadap responden sehingga nantinya

dapat mempengaruhi responden untuk merubah perilaku menjadi lebih baik

melalui inovasi dari penyampaian materi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadono

(2009) bahwa materi yang disampaikan harus menarik perhatian peternak dan cara

penyampaian materi maka penyuluh harus menggunakan komunikasi yang baik

terhadap responden

5.2. Media Penyuluhan

Media yang digunakan dalam penyuluhan pengolahan dan pengawetan

bahan pakan yaitu media tercetak berupa liflet dan poster kemudian

menyampaikan materi dan memberikan motivasi agar peternak merubah pola


13

pemikirannya menjadi lebih maju. Alasan media leaflet dan poster karena media

cetak tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah dibawa, mudah dalam

proses penyampaian materi karena sasaran dapat mempelajarinya ulang dan

menyesuaikan frekuensi belajar sasaran. Menurut Satmoko dan Astuti (2016)

baahwa penggunaan media cetak mempunyai beberapa kelebihan diantaranya

yaitu relatif tahan lama, dapat dibaca berulang-ulang, dapat digunakan sesuai

kecepatan belajar masing-masing individu dan mudah dibawa. Akan tetapi, media

leaflet dan poster juga mempunyai beberapa kelemahan diantaranya yaitu harus

menarik agar tidak membosankan serta harus ada sumber literatur yang

terpercaya. Menurut Yunasaf dan Tasripin (2012), media cetak mempunyai

kekurangan yaitu sukar menampilkan gerak, membutuhkan tingkat literasi yang

memadai dan cenderung membosankan bila padat dan panjang.

5.3. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan cara penyampaian materi penyuluhan oleh

seorang penyuluh kepada sasaran beserta anggota keluarganya baik langsung

maupun secara tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan

inovasi baru. Menurut Satmoko dan Astuti (2016) metode yang digunakan daalam

penyuluhan sebaiknya metode yang mendidik, membimbing dan menerapkan,

sehingga peternak mampu menolong dirinya sendiri, mengubah cara berpikir, cara

bekerja demi kesejahteraannya. Metode penyuluhan yang digunakan yaitu metode

secara langsung melalui pendekatan kelompok berupa ceramah dan diskusi karena

mempunyai beberapa kelebihan antara lain dapat berkomunikasi secara langsung


14

dan terjadi umpan balik tanya jawab antara reponden dengan penyuluh. Alasan

memilih metode ceramah dan diskusi yaitu agar terjadi umpan balik atau tanya

jawab antara penyuluh dan peternyak sehingga penyuluh mengetahui tingkat

kepahaman dari peternak sendiri. Menurut Baba et al., (2011) bahwa metode

komunikasi penyuluhan secara langsung dapat terjadi proses tanya jawab antar

penyuluh dan peternak.

5.4. Jadwal Kegiatan

Praktikum penyuluhan akan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Mei

2019 pukul 16.40 WIB di Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Diopnegoro, Semarang.

Judul : Pengolahan dan Pengawetan Pakan menggunakan Metode fermentasi,

Amoniasi dan Silase.

Media : Folder dan Poster

Metode : Ceramah

Petugas :

 Moderator : Mohamad Budiarto

 Presentator : Dian Fitriani dan Ardi Prio Utomo

 Notulis : Ida Rahamawati

 Operator : Fairus Inaz

Materi : Potensi pakan yang tersedia, ciri-ciri pakan yang berkualitas dan cara

pengolahan pengawetan pakan.


15

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari hasil observasi yang kami lakukan di KTT Kelurahan Cangkiran

mempunyai masalah dibidang pakan ketika musim kemarau, kekurangan pakan

bisa diatasi dengan cara pengawetan pakan yaitu dengan dibuat silase dan

pengolahan pakan dengan meningkatkan kandungan nutrisi yaitu dengan dibuat

fermentasi dan amoniasi. Media yang digunakan dalam penyuluhan pengolahan

dan pengawetan bahan pakan yaitu media cetak berupa liflet dan poster. Metode

penyuluhan yang digunakan yaitu metode secara langsung melalui pendekatan

kelompok berupa ceramah dan diskusi.

6.2 Saran

Seharusnya pengadaan bahan pakan untuk sapi di siapkan sebelum musim

kemarau, dengan menggunakan teknik silase sebagai pengawetan rumput.


16

DAFTAR PUSTAKA

Anindita, F. 2009. Perbedaan Kualitas Nutrisi Hijauan Pada Musim Hujan dan
Kemarau Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi dan Kualitas Susu di
Kampung Barunagri, Lembang, Bandung Utara. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Astuti, A., Erwanto dan E. Santosa. 2015. Pengaruh cara pemberian konsentrat-
hijauan terhadap respon fisiologis dan performa sapi peranakan simmental.
J. Ilmiah Peternakan Terpadu 3 (4) : 201 – 207.

Baba, S., A. Muktiani, A. Ako dan M. I. A. Dagong. 2011. Keragaman dan


kebutuhan teknologi pakan peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang. J.
Media Peternakan. 34 (2) : 146 -154.

Komar, A. 2010. Teknologi Pengolahan Jerami sebagai Makanan Ternak. Cetakan


Keempat. Yayasan Dian Grahita, Bandung.

Nyoman, I. S dan Luh, N. G. B. 2012. Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan


alternatif untuk sapi bali dara. J. Ilmiah Peternakan. 15 (1) : 21 – 25.

Panjono, W., P. Budi., S. Bambang dan B. Endang. 2009. Pengaruh penjemuran


terhadap kenyamanan dan kinerja produksi sapi Peranakan Ongole. J.
Bulletin Peternakan. 33 (1): 17 – 22.
Riswandi, S. Sandi dan I. P. Sari. 2017. Amoniasi fermentasi (amofer) serat sawit
dengan penambahan urea dan effective microorganism-4 (em-4) terhadap
kualitas fisik, derajat keasaman (ph), bahan kering dan bahan oganik. J.
Ilmu Peternakan. 37 (3) : 131 -144.

Sadono, D. 2012. Perkembangan pola komunikasi dalam penyuluhan pertanian di


Indonesia. J. Komunikasi Pembangunan. 2 (7) : 45 – 56.

Satmoko, S. dan H. T. Astuti. 2016. Pengaruh bahsa booklet pada peningkatan


pengetahuan peternak sapi perah tentang inseminasi buatan di Kelurahan
Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. J. Penyuluhan. 2
(2) : 78 – 82.

Simanuhuruk, K., J. Sirait dan M. Syawal. 2012. Penggunaan silase biomassa


tanaman ubi kayu (kulit umbi, batang, dan daun) sebagai pakan kambing
Peranakan Etawa (PE). J. Pstura. 2 (2): 79 – 83.
17

Yunasaf, U. Dan D. S. Tasripin. 2012. Peran penyuluh dalam proses pembelajaran


peternak sapi perah di KSU Tandangsari Sumedang. J. Ilmu Ternak. 12 (1)
: 41 – 46.

Zulfikiri, D. 2011. Metode Penelitian Komunikasi. Remaja Roskadarya, Bandung.


18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisoner

I. Identitas Responden

1) Nama responden :

2) Umur :

3) Jenis kelamin :

4) Pendidikan terakhir :

5) Alamat :

6) Pekerjaan utama :

Pekerjaan sampingan :

7) Lama keanggotaan KTT :

8) Tahun mulai berternak :

9) Pengalaman berternak :

10) Populasi ternak :

11) Jumlah anggota keluarga :

II. Keadaan Umum Kelompok Tani Ternak

1) Berapa luas lahan yang dimiliki?

2) Berapa luas lahan yang digunakan untuk penanaman pakan ternak?

3) Berapa luas lahan untuk penggembalaan?

4) Apa jenis komoditas ternak di KTT ini?

5) Berapa populasi ternak yang ada di KTT ini?

6) Apa saja jenis komoditas peternakan yang ada di KTT ini?


19

Lampiran 1. Kuisoner (Lanjutan)

7) Permasalahan apa yang sering terjadi di KTT ini?

8) Apa solusi untuk menangani permasalahan yang ada?

9) Apakah KTT ini pernah diadakan penyuluhan?

10) Berapa kali dalam satu tahun?

11) Dari pihak manakah yang mengadakan penyuluhan tersebut?

12) Siapa sajakah yang turut serta dalam kegiatan penyuluhan tersebut?

13) Bagaimana respon warga setempat setelah diadakan penyuluhan?

14) Kapan penyuluhan dilaksanakan di KTT tersebut?

III. Pemilihan Bibit dan Reproduksi

1) Darimana asal bibit ternak di KTT ini?

2) Adakah karakteristik tersendiri yang di terapkan KTT dalam memilih bibit

ternak?

3) Biasanya menggunakan bibit dengan gen atau bangsa apa?

4) Apa alasan menggunakan bibit tersebut?

5) Apa keunggulan bibit yang dipilih atau dikembangkan?

6) Apa kelemahan bibit yang dipilih atau dikembangkan?

7) Metode perkawinan apa yang diterapkan di KTT ini?\

8) Apa alasan memilih metode tersebut?

IV. Pakan

1) Apa saja bahan pakan yang digunakan?

2) Berapa harga bahan pakan yang digunakan?

3) Berapa biaya yang dikeluarkan untuk bahan pakan?


20

Lampiran 1. Kuisoner (Lanjutan)

4) Bagaimana cara memperoleh bahan pakan?

5) Bagaimana cara pemberian pakan ke tenak di KTT ini?

6) Kapan waktu pemberian pakan ke ternak dalam sehari?

7) Apa alasan menggunakan bahan pakan tersebur?

8) Berapa jumlah hijauan yang ditanam dan diberikan?

9) Berapa perbandingan formulasi antara hijauan dan konsentratnya?

10) Berapa kebutuhan hijauan dan konsentrat per hari ternak?

11) Apakah apa suplemen tambahan aelain pakan yang diberikan?

V. Perkandangan

1) Model apa yang diterapkan untuk perkandangan ternak?

2) Bahan apa yang digunakan untuk membuat kandang tersebut?

3) Alasan apa memilih model dan bahan kandang tersebut?

4) Berapa lama kandang tersebut dapat bertahan?

5) Berapa ukuran kandang ternak?

6) Berapa kapasitas kandang ternak tersebut?

7) Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan kandang tersebut?

8) Bagaimana tata letak perkandangan di KTT ini?

9) Bagaimana kelengkapan perlengkapan yang ada di kandang tersebut?

10) Apa saja fasilitas pendukung kandang di KTT ini?

11) Berapa jumlah ternak dalam kandang di KTT ini?

12) Berapa kali sanitasi kandang?


21

Lampiran 1. Kuisoner (Lanjutan)

13) Bagaimana pemanfaatan limbah kotoran ternak?

VI. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

1) Apa saja penyakit yang menyerang pada ternak?

2) Apa penyebab penyakit tersebut?

3) Bagaimana cara mengatasinya?

4) Obat apa yang digunakan?

5) Bagaimana cara pencegahan penyakit tersebut?

6) Upaya apa yang telah dilakukan dalam pencegahan penyakit ternak?

7) Kapan pengecekan kesehatan ternak dilakukan?

8) Berapa biaya yang dikeluarkan untuk kesehatan ternak?

VII. Pengelolaan produksi atau pemeliharaa

1) Apa tujuan pemeliharaan ternak tersebut?

2) Bagaimana teknik pemeliharaan yang digunakan?

3) Bagaimana perawatan dalam pemeliharaan ternak?

4) Bagaimana pengawasan yang dilakukan selama pemeliharaan?

5) Apakah anda selalu melakukan penyaringan susu sebelum di setorkan?

6) Hal atau aspek apa saja yang bapak catat selama ini?

7) Berapa produksi biaya yang dikeluarkan?

8) Apa status kepemilikan ternak di KTT ini?

9) Bagaimana sistem pemeliharaan ternak di KTT tersebut?


22

Lampiran 1. Kuisoner (Lanjutan)

VIII. Penanganan pasca panen

1) Apa saja produk yang dihasilkan pasca panen?

2) Bagaimana pengelolaan produk pascapanen?

3) Apa saja kegiatan yang dilakukan pascapanen?

4) Dimana saja pendistribusian produk dipasarkan?

5) Apakah produk mempunyai brand/merek tersendiri?

IX. Pemasaran atau manajemen usaha

1) Berapa hasil keuntungan yang diperoleh?

2) Dimana lokasi pemasaran produk yang dihasilkan?

3) Berapa harga produk yang dipasarkan?

4) Kapan ternak dapat dijual belikan?

5) Apa saja transportasi yang digunakan di KTT ini?

6) Kepada siapa dijual atau siapa pembelinya

7) Apakah harga yang ditentukan memperoleh keuntungan?

8) Apakah pernah mengalamai kerugian selama pembangunan KTT ini?

9) Faktor apa yang menyebabkan kerugian?

10) Bagaimana penentuan harga?

11) Berapa jumlah ternak dalam sekali penjualan?

12) Bagaimana transportasi penjualan?


23

Lampiran 2. Dokumentasi

Responden 1 Responden 2

Responden 3 Responden 4

Responden 5 Peternakan Sapi


24

Lampiran 3. Soal Pretest dan Postest

Soal Pretest dan Postest :


1. apa bahan pakan utama ternak sapi?
a. Rumput
b. Jerami
c. Kulit kacang
d. Serat sawit
2. apa bahan pakan yang mudah di dapat ketika musim kemarau?
a. rumput
b. Legum
c. Kulit kacang
d. Jerami
3. apa metode untuk mengawetkan bahan pakan hijauan?
a. Amoniasi
b. Fermentasi
c. Silase
d. Grinding
4. Apa metode pengolahan pakan yang menggunakan urea?
a. Fermentasi
b. Amoniasi
c. Silase
d. Grinding
5. bahan pakan apa yang mempunyai kandungan nutrisi yang rendah?
a. Jerami
b. Legum
c. Bungkil Kedelai
d. Tepung ikan
6. apa permasalahan yang terjadi ketika musim kemarau?
a. Banyak jentik nyamuk
b. Banyak genangan air
c. Kelembaban tinggi
d. Kurangnya pakan hijauan

Anda mungkin juga menyukai