Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antioksidan merupakan zat yang dapat melawan pengaruh bahaya
dari radikal bebas yang terbentuk sebagai hasil metabilisme oksidatif,
yaitu hasil dari reaksi-reaksi kimia yang proses metabolik yang terjadi di
dalam tubuh (Amrun, dkk., 2007). Radikal bebas yang berupa sinar
ultraviolet adalah salah satu penyebab dari kerusakan kulit. Dalam kondisi
yang berlebih, sinar UV dapat menimbulkan beberapa masalah terhadap
kulit, mulai dari kulit kemerahan, pigmentasi, bahkan dalam waktu lama
menyebabkan resiko kanker. Radikal bebas yang dihasilkan akan
menyebabkan kerusakan DNA, bertindak sebagai akseptor radikal bebas
sehingga dapat menunda tahap inisiasi pembentukan radikal bebas (Redha,
2010; Sitorus et al., 2013).
Antioksidan dapat bekerja dengan cara mengatasi efek-efek
kerusakan pada kulit manusia yang diakibatkan oleh radikal bebas yang
merupakan faktor utama pada proses penuaan (againg) dan kerusakan
jaringan kulit. Karena sifat antioksidan inilah, maka daun mangga sangat
berpotensi untuk dibuat dalam sediaan kosmetik. Salah satu bentuk
sediaan kosmetik yang sering digunakan yaitu sediaan lotion.
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah
tanaman mangga. Tanaman mangga (Mangifera indica L.) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai obat herbal karena mengandung senyawa
metabolit sekunder. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap
tanaman mangga yaitu daun mangga sebagai antioksidan, antimikroba, dan

1
antitumor. Selain flavonoid tanaman mangga juga mengandung saponin,
tanin galat, tannin katekat, kuinon dan steroid atau tripenoid (Widijanti
dan Bernard, 2007).
Ekstrak daun mangga kami formulasi dalam bentuk lotion,
sehingga lebih praktis dan mudah digunakan. Pemakaiaan lotion
meninggalkan rasa dingin oleh karena evaporasi komponen air. Lotion
yang baik adalah tidak terlalu greasy (berminyak) saat digunakan dan
dapat menyerap dengan cepat saat dioleskan di kulit. Lotion merupakan
pilihan paling tepat jika membutuhkan pelembab, yang ringan atau bila
digunakan untuk seluruh tubuh. Karena bentuknya ringan dan tidak
meninggalkan residu, lotion bisa digunakan di pagi hari tanpa perlu
khawatir bisa menempel di pakaian dan juga digunakan jika tinggal di
iklim yang lembab atau ketika cuaca mulai panas (Zulkarnian et al., 2013).
Lotion ekstrak daun mangga kemudian perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas antioksidannya. Sampai saat ini
belum ada penelitian sejenis. Salah satu metode yang digunakan dalam
penentuan aktivitas antioksidan adaah metode DPPH (1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl). DPPH merupakan pereaksi yang bersifat radikal bebas.
Mekanisme metode ini adalah mereaksikan antioksidan yang terdapat pada
sampel dengan DPPH. Antioksidan akan mendonorkan atom hidrogennya
sehingga akan menghambat aktivitas dari radikal bebas (Sitorus et al.,
2013).
Berdasarkan pemaparan diatas penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Formulasi dan Aktivitas Sediaan Lotion
Antioksidan Ekstrak Daun Mangga (Mangifera indica L) Terhadap DPPH
(1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil)”. Sehubungan telah diketahui khasiat
daun mangga sebagai antioksidan yang mengandung vitamin C, flavonoid,
isoflavonoid, fenolik, dan beta karoten yang penting bagi kesehatan kulit.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun mangga (Mangifera indica L) dapat
diformulasikan dalam sediaan hand body bentuk lotion yang
memenuhi persyaratan uji mutu fisik, efektifitas, efikasi, dan
aseptabilitas?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak daun mangga (Mangifera
indica L) terhadap sifat mutu fisik, efektifitas, efikasi, dan
aseptabilitas sediaan hand body bentuk lotion?
3. Manakah formula terbaik terhadap sifat mutu fisik, efektifitas,
efikasi, dan aseptabilitas sediaan hand body bentuk lotion?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah ekstrak daun mangga (Mangifera indica L.)
dapat diformulasikan dalam sediaan hand body bentuk lotion yang
memenuhi persyaratan uji mutu fisik, efektifitas, efikasi, dan
aseptabilitas.
2. Mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi ekstrak daun mangga
(Mangifera indica L.) terhadap sifat mutu fisik, efektifitas, efikasi,
dan aseptabilitas sediaan hand body bentuk lotion.
3. Mengetahui formula manakah yang baik terhadap sifat mutu fisik,
efektifitas, efikasi, dan aseptabilitas sediaan hand body bentuk
lotion.

D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memperoleh sediaan hand body lotion yang memiliki sifat
mutu fisik, efektifitas, efikasi, dan aseptabilitas yang baik dan
memenuhi persyaratan
2. Dapat memberikan pengetahuan peneliti selanjutnya dan menjadi
bahan pertimbangan dalam pengembangan teknologi formulasi
kefarmasian.

3
3. Masyarakat dapat mengetahui manfaat daun mangga sebagai
tanaman obat yang murah, mudah didapat dan lebih aman untuk
digunakan sebagai lotion antioksidan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Teori
1. Daun Mangga
a) Definisi Daun Mangga
Tanaman mangga ialah tanaman buah tahunan berupa
pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian
menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan
Indonesia. Tanaman mangga berasal dari famili Anarcadiaceae,
genus Mangifera, species Mangifera indica (Singh, 1969). Genus
dari keluarga Anacardiaceae yang berasal dari Asia Tenggara
tercatat ada 62 spesies enam belas spesies diantaranya memiliki
buah yang dapat dimakan, tetapi hanya spesies Mangifera caesia,
Jack., Mangifera foetida, Lous., Mangifera odorata, Grift., dan
Mangifera indica, L. yang biasa dimakan. Diantara keempat
spesies mangga yang dapat dimakan tersebut, yang memiliki jenis
paling banyak adalah Mangifera indica, L. sebagian dari mangga
tersebut terpenting memiliki aroma yang cukup kuat (Broto,
2003).
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat
adalah tanaman mangga. Tanaman mangga (Mangifera indica L.)
merupakan tanaman yang berpotensi sebagai obat herbal karena
mengandung senyawa metabolit sekunder. Penelitian-penelitian
yang telah dilakukan terhadap tanaman mangga yaitu daun
mangga sebagai antioksidan, antimikroba, dan antitumor. Selain

5
flavonoid tanaman mangga juga mengandung saponin, tanin galat,
tanin katekat, kuinon dan steroid atau tripenoid (Widijanti dan
Bernard, 2007).
b) Klasifikasi Daun Mangga
Adapun klasifikasi tanaman daun mangga sebagai berikut:
1. Family : Anarcadiaceae
2. Genus : Mangifera L
3. Species : Mangifera Indica L
4. Kingdom : Plantae
5. Sub Kingdom : Viridiplantae
6. Infra Kingdom: Streptophyta
7. Super Divisi : Embryophyta
8. Divisi : Tracheophyta
9. Sub Divisi : Spermatophytina
10. Kelas : Magnoliopsida
11. Super Ordo : Rosanae
12. Ordo : Sapindales (Singh, 1969).
c) Morfologi Daun Mangga

Daun mangga merupakan daun tunggal yang tanpa


memiliki anakan dan penumpu, panjangnya dapat mencapai 8
sampai 40 cm serta lebar 2 sampai 12,5 cm. Letak daun mangga
berselang seling mengelilingi ranting. Pada bagian pangkal daun
mangga membesar dengan sisi pada bagian atasnya membentuk
alur yang panjang mencapai 1,25 sampai 12,50 cm. bentuk daun
mangga bervariasi ada yang berbentuk mata tombak, lonjong, segi

6
empat dengan ujungnya yang runcing serta pada tepi bagian daun
halus namun terkadang sedikit bergelombang.
d) Kandungan dan Manfaat Daun Mangga
Tanaman mangga (Mangifera indica L.) banyak digunakan
untuk penelitian karena tanaman tersebut berpotensi sebagai obat
herbal yang mengandung senyawa metabolit sekunder dan juga
berkhasiat sebagai antioksidan, antimikroba, dan antitumor. Selain
flavonoid tanaman mangga juga mengandung saponin, tannin
galat, tannin katekat, kuinon dan steroid atau tripenoid (Widijanti
dan Bernard, 2007).
2. Antioksidan
Antioksidan merupakan suatu zat yang mampu menetralisir
atau meredam dampak negatif dari adanya radikal bebas. Radikal
bebas sendiri merupakan suatu molekul yang mempunyai kumpulan
elektron yang tidak berpasangan pada suatu lingkaran luarnya.
Manfaat dari antioksidan untuk menangkal radikal bebas ini yang
menjadikan antioksidan sangat banyak diteliti oleh para peneliti.
Berbagai hasil penelitian, antioksidan diketahui dapat memperlambat
proses yang diakibatkan oleh radikal bebas seperti adanya tokoferol,
askorbat, flavonoid, dan adanya likopen (Andriani, 2007).
Antioksidan berfungsi sebagai pembatas kerusakan akibat
radikal bebas dengan cara menghambat dan melindungi dari oksigen
reaktif yang diproduksi oleh radikal-radikal bebas, sehingga dapat
mengurangi peradangan akibat sinar UV. Sumber-sumber antioksidan
dapat berupa antioksidan sintetik maupun antioksidan alami. Tetapi
saat ini penggunaan antioksidan sintetik mulai dibatasi karena
ternyata dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa antioksidan
sintetik seperti BHT (Butylated Hydroxy Toluena) ternyata dapat
meracuni binatang percobaan dan bersifat karsinogenik. Oleh karena
itu industri makanan dan obat-obatan beralih mengembangkan

7
antioksidan alami dan mencari sumber-sumber antioksidan alami baru
(Takashi dan Takayuni, 1997).
Radikal bebas adalah senyawa oksigen yang reaktif dan tidak
memiliki elektron yang tidak berpasangan. Jika tubuh memiliki kadar
radikal bebas yang tinggi memicu munculnya berbagai macam
penyakit degeneratif. Adanya antioksidan yang dapat membantu
melindungi tubuh dari radikal bebas dan dapat mengurangi atau
meredam dampak negatif dari radikal bebas tersebut, antioksidan
menjadi suatu komponen yang sangat penting.Antioksidan sendiri
merupakan suatu molekul yang sangat reaktif yang dapat
menghambat adanya reaksi oksidasi pada tubuh dengan mengikat
radikal bebas (Winarsi, 2007).
Radikal bebas yang berupa sinar ultraviolet salah satunya
adalah dapat menyebabkan terjadinya kerusakan kulit. Dalam kondisi
yang berlebih, sinar UV dapat menimbulkan beberapa masalah
terhadap kulit, mulai dari kulit kemerahan, pigmentasi, bahkan dalam
waktu lama menyebabkan resiko kanker. Radikal bebas yang
dihasilkan akan menyebabkan kerusakan DNA, yang berdampak pada
proliferasi sel secara terus menerus sehingga menjadi awal
terbentuknya kanker (Sari, 2015). Diperlukannya antioksidan yang
berfungsi untuk menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi
kekurangan elektron dari radikal bebas sehingga mampu menghambat
terjadinya reaksi berantai. Antioksidan dapat bertindak sebagai
penyumbang radikal hydrogen.
Ada banyak macam bahan pangan yang dapat menjadi sumber
antioksidan alami, misalnya rempah-rempah, teh, coklat, dedaunan,
biji-biji serelia, sayur-sayuran, enzim dan protein. Kebanyakan
sumber antioksidan alami adalah tumbuhan dan umumnya merupakan
senyawa fenolik yang tersebar di seluruh bagian tumbuhan (Sarastani,
dkk., 2002). Senyawa fenolik atau polifenolik antara lain dapat berupa
golongan flavonoid. Kemampuan flavonoid sebagai antioksidan telah

8
banyak diteliti belakangan tahun ini, dimana flavonoid memiliki
kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan juga
sebagai anti radikal bebas (Giorgio, 2000).
Flavonoid adalah salah satu kelompok senyawa metabolit
sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman
(Rajalakshmi dan S. Narasimhan, 1985). Flavonoid termasuk dalam
golongan senyawa phenolik dengan struktur kimia C6-C3-C6 (White
dan Y. Xing, 1951; Madhavi et al., 1985; Maslarova, 2001) (Gambar
1). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung
oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian
flavonoid ke dalam sub-sub kelompoknya (Hess, tt). Sistem
penomoran digunakan untuk membedakan posisi karbon di sekitar
molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996).
Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif
flavonoid sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang
terdapat pada sereal, sayur-sayuran dan buah, telah banyak
dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai antioksidan dengan cara
mendonasikan atom hidrogennya atau melalui kemampuannya
mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung rantai
samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon
(Cuppett et al., 1954).

Gambar 1. Kerangka C6 – C3 – C6 Flavonoid


Terdapat tujuh jenis senyawa flavonoid, yaitu flavon, isoflavon,
flavonol, flavonon, antosianin, katekin, dan khalkon.Isoflavon

9
diklasifikasikan sebagai fitoestrogen.Diduga struktur kimia isoflavon
mirip dengan hormon estrogen dan obat osteoporosis
sintetisipriflavon .Estrogen dan ipriflavon dapat melindungi densitas
mineral tulang pada wanita pasca menopause.Isoflavon dapat
menghambat kerusakan dan sekaligus menstimulasi pembentukan
tulang (Astawan, 2009).

3. Ekstraksi dan Metode Maserasi


a) Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu metode yang sering digunakan
untuk memisahkan dua zat atau komponen dalam suatu bahan.
Ekstraksi biasanya digunakan untuk memisahkan dua zat
berdasarkan beda kelarutan antara satu zat dengan zat yang lain
(Agoes, 2007). Proses ekstraksi secara umum dapat dilakukan
dengan cara maserasi, perkolasi, refluks, ekstraksi dengan alat
soxhlet, digesi, infusa dan dekok (DepKes RI, 2000).
Mutu ekstrak dalam proses ekstraksi dipengaruhi oleh
teknik ekstraksi, waktu ekstraksi, temperatur, jenis pelarut,
konsentrasi pelarut, dan perbandingan bahan-pelarut. Perkolasi
merupakan proses ekstraksi yang umum digunakan di industri dan
dipengaruhi oleh waktu dan perbandingan bahan pelarut (Tiwari
P, 2011). Waktu atau lamanya proses ekstraksi menentukan
kandungan senyawa yang keluar dari bahan. Begitu juga
perbandingan bahan pelarut, jumlah ekstraktan yang terlibat
dalam perpindahan menentukan tingkat perbedaan konsentrasi
yang sangat penting dalam proses difusi yang akan mempengaruhi
kandungan senyawa (DepKes RI, 2000).

b) Metode Maserasi
Maserasi yaitu penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai

10
selama 3-5 hari atau 1 minggu pada temperatur kamar terlindung
dari cahaya, cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasinya antara larutan didalam sel dan diluar sel. Larutan
yang konsetrasinya tinggi akan terdesak keluar dan digantikan
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel. Selama
proses maserasi dilakukan pengadukan dan penggantia cairan
penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan (Rowe, 2009).

4. Lotion
Lotion adalah sediaan kosmetik golongan emolien (pelembut)
yang mengandung air lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa
sifat, yaitu sebagai pelembab bagi kulit, memberi lapisan minyak
yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan.
Hand and body lotion (losion tangan dan badan) merupakan sebutan
umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al., 1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai sediaan dengan
medium air yang digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya
mengandung substansi tidak larut yang tersuspensi, dapat pula berupa
larutan dan emulsi dimana mediumnya berupa air. Biasanya ditambah
gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaiknya diberi alkohol
agar cepat kering, dan pada waktu dipakai memberikan efek sejuk
(Anief, 1984).
Jadi lotion adalah emulsi cair, yang terdiri dari fase minyak dan
fase air yang distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Lotion dimaksudkan untuk pemakaian luar
kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair

11
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan
kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah
pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit
(Lachman et al., 1994).

5. Metode DPPH
Metode DPPH merupakan metode yang paling mudah
digunakan untuk menentukan aktivitas antioksidan. DPPH atau 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl adalah radikal bebas yang stabil, berwarna
ungu, dan menyerap kuat pada panjang gelombang 517 nm dan
memiliki struktur C18H12N5O6. Warna ungu akan memudar menjadi

kuning pucat seiring dengan penangkapan atom H oleh DPPH.


Metode DPPH banyak digunakan karena prosesnya sederhana, cepat,
tepat, dan tidak tergantung pada kepolaran bahan yang akan diuji.
Metode DPPH juga sangat sensitif, sehingga tidak memerlukan
banyak sampel (Winata, 2011). Prinsip pengukuran aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH yaitu dengan
penangkapan atom H dari senyawa antioksidan bahan uji oleh radikal
bebas DPPH. Penangkapan atom H oleh DPPH dapat dilihat pada
Gambar.

Gambar Reaksi penangkapan atom H dari senyawa antioksidan oleh


DPPH

12
DPPH adalah radikal bebas stabil. Dalam bentuk teroksidasi,
DPPH akan menerima elektron dari senyawa lain dan membentuk
molekul diamagnetik stabil (Winata, 2011). Metode DPPH ini hanya
dapat digunakan untuk mengukur senyawa antioksidan yang terlarut
dalam pelarut organik, khususnya alkohol. Metode DPPH dapat
digunakan pada sampel padatan dan larutan yang tidak spesifik atau
digunakan untuk mengukur kapasitas antioksidan secara keseluruhan
(Molyneux, 2004). Semakin besar selisih absorbansi senyawa uji
dibandingkan kontrol maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya.
Prinsip pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan
metode DPPH yaitu dengan adanya penangkapan atom H dari
senyawa antioksidan dari bahan uji oleh radikal bebas DPPH. Radikal
DPPH tersebut kemudian akan mengikat atom H dari senyawa yang
mengandung antioksidan, setelah dihasilkan DPPH nonradikal dalam
bentuk tereduksi dan berwarna kuning lemah dan juga dihasilkan
radikal bebas pada tahap awal reaksi berlangsung. Setelah itu
beberapa molekul DPPH direduksi oleh satu molekul reduktan yang
akan menjadi radikal terakhir yang akan mengalami reaksi lanjutan
yang mengontrol keseluruhan stokiometri (Lukitaningsih, 2009).

B. Uraian Hubungan Antar Variabel Penelitian


Variabel bebas adalah variabel yang sengaja diubah-ubah untuk
dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah ekstrak daun mangga.
Variabel terikat merupakan variabel akibat dari variabel utama.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sediaan lotion antioksidan.

C. Kerangka Teori

13
Uji sifat fisik
 Organoleptis
Formulasi
 Homogenitas
lotion
 Daya Lekat
 Daya Sebar
BAB
pHIII

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Sediaan lotion

Ekstrak daun
mangga

Antioksidan

Variabel bebas Variabel terikat

B. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat ekstrak daun mangga yang diformulasikan dalam sediaan
hand and body bentuk lotion yang memenuhi persyaratan uji mutu
fisik, efektifitas, efikasi, dan aseptabilitas.

14
2. Terdapat pengaruh pada konsentrasi ekstrak daun mangga terhadap
sifat mutu fisik, efektifitas, efikasi, dan aseptabilitas sediaan hand and
body bentuk lotion.
3. Mengandung formulasi terbaik yaitu pada formulasi pertama terhadap
sifat mutu fisik, efektifitas, efikasi, dan aseptabilitas sediaan hand and
body bentuk lotion.

C. Jenis dan Rancangan Penelitian


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah
penelitian eksperimental laboratorium, dengan metode DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazil) menggunakan ekstrak daun mangga
(Mangifera indica L).
2. Rancangan Penelitian
Rencana penelitian yang di gunakan adalah post-test only
control Group Design, karena pemeriksaan variabel tidak mungkin
dilakukan sebelum perlakuan, tetapi di lakukan setelah perlakukan
(post test).

D. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Farmasi
Program Studi S1 Farmasi Stikes Cendekia Utama Kudus.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu : September – Januari 2019

E. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian

15
Daun mangga (Mangifera indica L) yang di gunakan dalam
penelitian ini di peroleh dari daerah Undaan Lor Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus dan ekstrak daun mangga (Mangifera indica L) di
olah di Laboratorium Teknologi Farmasi Stikes Cendekia Utama
Kudus.
2. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak daun
mangga (Mangifera indica L) diambil dari kebun belakang rumah ibu
“A” di Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
Diambil daun yang masih muda dan segar yang tidak dimakan hama,
dan yang tidak mudah rusak, berwarna hijau kekuningan.
a. Kriteria inklusi
1) Daun segar
2) Berwarna hijau kekuningan
3) Bagian daun halus
b. Kriteria ekslusif
1) Daun kering dan di makan hama
2) Berwarna coklat tua
3) Bagian daun yang kasar

F. Definisi Oparasional

Definisi Oprasional
Tanaman mangga adalah tanaman yang
berasal dari negara india. Kemudian telah
menyebar ke berbagai wilayah Asia
Daun Mangga Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia.
Genus dari keluarga Anacardiaceae yang
berasal dari Asia Tenggara tercatat ada 62
spesies enam belas spesies diantaranya
memiliki buah yang dapat dimakan, tetapi

16
hanya spesies Mangifera caesia, Jack.,
Mangifera foetida, Lous., Mangifera
odorata, Grift., dan Mangifera indica, L.
Antioksidan merupakan suatu zat yang
mampu menetralisir atau meredam dampak
Antioksidan negatif dari adanya radikal bebas. Radikal
bebas sendiri merupakan suatu molekul
yang mempunyai kumpulan elektron yang
tidak berpasangan pada suatu lingkaran
luarnya. Manfaat dari antioksidan untuk
menangkal radikal bebas yang menjadikan
antioksidan sangat banyak diteliti oleh para
peneliti. (Andriani, 2007).
Lotion lotion adalah emulsi cair, yang terdiri dari
fase minyak dan fase air yang distabilkan
oleh emulgator, mengandung satu atau lebih
bahan aktif di dalamnya. Lotion
dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit
sebagai pelindung. Konsistensi yang
berbentuk cair memungkinkan pemakaian
yang cepat dan merata pada permukaan
kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat
segera kering setelah pengolesan serta
meninggalkan lapisan tipis pada permukaan
kulit (Lachman et al., 1994).

G. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data


1. Instrument Penelitian
a. Alat

17
Alat yang digunakan pada peneliti ini yaitu alat-alat
lotionas, perangkat alat ekstraksi, batang pengaduk, cawan
penguap, beker glass, gelas ukur, pH meter atau pH digital, objek
glass, termometer, labu ukur 100, 50, dan 10 ml, sentrifuge,
spektrofotometer UV- Vis, kuvet, timbangan analitik, gelas ukur,
kertas saring, corong, beker glass, kaca arloji, dan aluminium foil.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan
pembuatan lotion (asam stearat, trietanolamin, paraffin cair, setil
alkohol, gliserin,metil paraben, vanili essense, etanol 96%, daun
mangga, dan aquadest), lotion daun mangga (Mangifera indica L,
aquadest, DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil), dan ethanol p.a.

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Pengambilan Bahan
Daun mangga diambil dari kebun belakang rumah ibu “A”
di Desa Undaan Lor Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus.
Diambil daun yang masih muda dan segar yang tidak dimakan
hama, yang tidak mudah rusak, berwarna hijau kekuningan,
sehingga dapat disimpan dengan waktu yang lebih lama.
Selanjutnya daun dideterminasi di Stikes Cendekia Utama Kudus.
b. Pengolahan Sampel
Diambil daun yang masih muda dan segar yang tidak
dimakan hama, yang tidak mudah rusak, berwarna hijau
kekuningan, disortasi basah kemudian ditimbang. Sampel daun
mangga selanjutnya dicuci bersih dengan air mengalir lalu
dikeringkan pada suhu ruangan dengan cara dikeringkan-
dianginkan. Sampel daun mangga yang telah kering disortasi
kering dan ditimbang kemudian dihaluskan menggunakan blender
sehingga diperoleh serbuk daun mangga (Mangifera indica L).

18
Sediaan daun mangga kemudian disimpan dalam wadah yang
bersih untuk dilakukan langkah selanjutnya.
c. Pembuatan Ekstrak Etanol
Pembuatan ekstrak etanol daun mangga dengan metode
maserasi, yaitu merendam simplisia dalam pelarut penyari yang
sesuai. Pada penelitian ini digunakan simplisia sebanyak 200 gram,
ditambah dengan etanol 96% sebagai pelarut penyari karena
sifatnya yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang
bersifat polar, semipolar, maupun yang non polar sebanyak 800 ml
dan direndam selama 5 hari dengan beberapakali pengadukan.
Maserasi dilakukan sampai filtrate terakhir mendekati jernih.
Filtrate yang terkumpul kemudian dipekatkan dengan Vacum
evaporator pada suhu 45-50°C hingga diperoleh ekstrak kental
etanol. (Firtya et al., 2010; Salamah dan Hanifah, 2014)

Rendemen ekstrak = bobot total ekstak x 100%


bobot serbuk simplisia total

d. Pembuatan Lotion Ekstrak Daun Mangga


Lotion dibuat dengan formula sebagai berikut (Anggraini, 2017):
Formulasi
Bahan Formulasi I Formulasi II Formulasi III
Ekstrak Daun 0,050 0,050 0,050
Mangga
Asam Stearat 2,5 2,5 2,5
Trietanolamin 1 1 1
Parafin cair 8 8 8
Setil alcohol 3 5 7
Gliserin 8 8 8
Metal paraben 0,1 0,1 0,1
Vanili essence 3 tetes 3 tetes 3 tetes
Aquadest Ad 100 mL Ad 100 mL Ad 100 mL
19
Bahan-bahan yang larut minyak (asam stearat, setil alkohol,
dan parafin cair) dimasukkan ke dalam cawan penguap. Bahan-
bahan yang larut air (trietanolamin, gliserin dan aquades)
dimasukkan ke dalam beker glass. Fase minyak dan fase air
dipanaskan dan diaduk pada suhu 70- 75ºC secara terpisah hingga
homogen kemudian dicampurkan pada suhu 70ºC, sambil diaduk
hingga kedua fase homogen dan mencapai suhu 40 ºC. Pengawet
(metil paraben), parfum, dan zat aktif ekstrak daun mangga
dimasukkan ke dalam campuran pada suhu 35 ºC kemudian
dilakukan pengadukan selama kurang lebih satu menit.

e. Pembuatan Larutan Uji Aktivitas Antioksidan


1. Preparasi Sampel Uji Aktivitas Antioksidan
Lotion ekstrak daun mangga ditimbang 2,5 gram kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Pada tabung reaksi
ditambahkan 5 ml etanol p.a kemudian tabung ditutup dengan
plastik hitam. Gojog tabung hingga larutan homogan. Pisahkan
larutan dengan cara disentrifuge selama 10 menit, saring
hingga didapat filtrat yang jernih.

20
2. Pembuatan Larutan DPPH dan Panjang Gelombang
Maksimum
Ditimbang 10 mg DPPH kemudian dilarutkan dengan
etanol p.a sampai 100 ml (larutan stok). Larutan DPPH tersebut
diambil 5 ml kemudian dimasukkan labu ukur 10 ml dan
ditambahkan etanol p.a sampai 10 ml, gojog hingga homogen
dan didiamkan di tempat gelap selama 30 menit. Panjang
gelombang diukur pada rentang 400-800 nm.
3. Uji Aktivitas Antioksidan
Sampel yang telah dipreparasi diambil 3 ml dimasukkan ke
dalam labu ukur 10 ml. pada labu ditambahkan larutan DPPH
sebanyak 2 ml dan etanol p.a sampai 10 ml. Diamkan di tempat
gelap selama 30 menit. Setelah operating time, sampel dibaca
absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang maksimal yang diperoleh yaitu 519 nm.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara
menghitung % inhibisi (% aktivitas hambatan) yang ditentukan
dengan rumus:

% inhibisi = 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 − 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x


100%

𝑎𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙

f. Evaluasi Fisik Sediaan Lotion Ekstrak Daun Mangga


1) Uji Organoleptis
Pengamatan secara langsung bentuk, warna, dan bau dari
lotion.
2) Uji Homogenitas
Sampel lotion dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan tersebut harus

21
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya
partikel kasar.
3) Uji Daya Lekat
Uji Daya Lekat dilakukan dengan cara meletakkan lotion
(secukupnya) di atas objek glass yang telah ditentukan luasnya.
Letakkan objek glass yang lain di atas lotion tersebut, tekan
dengan beban 1 kg selama 5 menit. Objek glass dipasang pada
alat. Lepas beban seberat 100 g dan dicatat waktunya hingga
kedua objek glass tersebut terlepas
4) Uji Daya Sebar
Sejumlah zat tertentu dletakkan di atas kaca berskala
kemudian bagian atasnya diberi kaca yang sama, dan
ditingkatkan bebannya, dan diberi rentang waktu 1-2 menit.
Kemudian diameter penyebaran diukur pada setiap
penambahan beban, saat sediaan berhenti menyebar (dengan
waktu tertentu secara teratur). Lotion memenuhi syarat jika
daya sebar berada pada rentang 5-7 cm.
5) Uji pH
Pengujian pH dilakukan dengan mencelupkan pH meter ke
dalam sediaan lotion, lalu diukur dengan pH meter. Lotion
memenuhi syarat pH produk pelembab kulit jika berkisar antara
4,5-8,0.

3. Alur Penelitian
Pemanfaatan daun
Flafonoid sebagai
Lotion mangga (Mangifera
antioksidan
indica L.)

simplisia direndam dalam


pelarut penyari yang sesuai,
ditambah dengan etanol
96% sebanyak 800 ml dan Diambil daun yang masih segar
direndam selama 5 hari. kemudian disortasi basah lalu
Sampai filtrate terakhir ditimbang. Sampel dicuci bersih
mendekati jernih, kemudian dengan air mengalir lalu dikeringkan
22 pada suhu ruangan. Daun disortasi
dipekatkan dengan Vacum
evaporator pada suhu 45- kering lalu ditimbang dan di haluskan
50°C. dengan blender, disimpan dalam
wadah.
Fase minyak dan fase air dipanaskan dan diaduk
pada suhu 70- 75ºC secara terpisah pada suhu
70ºC, sambil diaduk hingga kedua fase homogen
dan mencapai suhu 40 ºC. Pengawet, parfum, dan
zat aktif ekstrak daun mangga dimasukkan ke
dalam campuran pada suhu 35 ºC kemudian
dilakukan pengadukan selama kurang lebih satu
menit.

Uji sifat fisik


 Organoleptis
 Homogenitas
 Daya Lekat
H. Pengolahan dan Analisis Data
 Daya Sebar
1. Pengolahan Data  pH
Pengolahan data ini meliputi uji evaluasi sifat fisik lotion, yaitu uji
organoleptis, uji homogenitas, uji daya lekat, uji daya sebar dan uji pH.
Data ini diolah dengan perangkat statistic yaitu Statistical Package
For the Social Sciences (SPSS).
2. Analisis Data
Di uji dengan menggunakan uji analisis varian satu arah (One Way
ANOVA) jika data terdistribusi normal. Apabila data tidak
terdistribusi normal, maka menggunakan uji Kruskal Wall’s.

23
DAFTAR PUSTAKA

 Amrun, H.M., Umiyah & Evi Umayah U. 2007. Uji Aktivitas


Atioksidan Ekstrak Air dan Ekstrak Metanol Beberapa Varian
Buah Kenitu (Chrysophyllum cainiti L) dari Daerah Jember.
Berk.Penel.Hayati.13:45-50
 Andriani, Y. 2007. Uji aktivitas antioksidan betaglukan dari
Saccharomyces Cerevisiae.Jurnal Gradien. 3 (1) : 226-230.
 Anggraini, N., (2016). Formulasi dan Uji Sifat Fisik Lotion
Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Suruhan (Paperomia

24
pellucida L.). Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Banjarmasin.
 Astawan. M. 2009. Antioksidan Tingkatkan Pamor Bengkoang.
http://cyberwoman.cbn.net.id [8 Agustus 2016].
 Broto, W. 2003. Mangga: Budidaya, Pascapanen, dan Tata
Niaganya. Agro Media Pustaka. Jakarta.
 Cook, N. C. and S. Samman. (1996). Review Flavonoids-
Chemistry, Metabolism, Cardioprotective Effect, and Dietary
Sources, J. Nutr. Biochem (7): 66-76
 Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. (1954). Natural
Antioxidant – Are They Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural
Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications, AOCS
Press, Champaign, Illinois: 12-24
 Fitrya, F., Anwar, L. and Novitasari, E., 2010. Isolasi Senyawa
Fenolat dari Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Tumbuhan Gandaria.
Jurnal Penelitian Sains, 13(1).
 Giorgi. P., (2000), Flavonoid an Antioxidant. Journal National
Product. 63. 1035-1045.
 Lukitaningsih, E. 2009.The Exploration of Whitening and Sun
Screening Compounds in Bengkoang Roots (Pachyrhizus
erosus).Dissertation. Universitat Wurzburg, Wurzburg.
 Molyneux, P., 2004, The Use of The Stable Free Radical
Diphenylpicryl-hydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant
Activity, Songklanakarin J. Sci.Technol. , 26(2), 211-21
 Rajalakshmi, D dan S. Narasimhan. (1985). Food Antioxidants:
Sources and Methods of Evaluation dalam D.L. Madhavi: Food
Antioxidant, Technological, Toxilogical and Health Perspectives.
Marcel Dekker Inc., Hongkong: 76-77
 Redha, A., 2010. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidan, dan
Peranannya dalam Sistem Biologis, Jurnal Belian, 9 (2):196-202

25
 Sarastani, Dewi; Suwarna T. Soekarto; Tien R. Muchtadi; Dedi
Fardiaz dan Anton Apriyanto., (2002), Aktivitas Antioksidan
Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung., Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan. Vol. XIII. No. 2. 149-156.
 Sari, A, N., 2015. Antioksidan Alternative Untuk Menangkal
Bahaya Radikal Bebas Pada Kulit. Skripsi, Universitas Islam
Negri Ar-Raniry.
 Singh. Gurbachan. 1969. Ugama Sikh. Malaysia: Sikh Naujawan
Sabha
 Sitorus, E., Momuat, L.I. and Katja, D.G., 2013. Aktivitas
Antioksidan Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth).
Jurnal Ilmiah Sains, 13(1), pp.80-85.
 Takashi. Miyake and Takayumi Shibamoto, (1997), Antioxidant
Activities of Natural Compound Found in Plants. J. Agric. Food.
Chem. 45. 1819-1822.
 Widijanti, A., dan T.R Bernard. (2007). Pemeriksaan
Laboratorium Penderita Diabetes Melitus.
 White, P.J. and Y. Xing. (1954). Antioxidants from Cereals and
Legumes dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants,
Chemistry, Health Effect and Applications. AOCS Press,
Champaign, Illinois: 25-63
 Winarsi,Hery, 2007 Antioksidan Alami dan Radikal Bebas.
Yogyakarta: Kanisius
 Winata, H. 2011. Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Kimiawi
Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum pictum L.Griff). Skripsi
FMIPA, IPB.
 Zulkarnain, A. K., Susanti, M. & Lathifa, A. N., 2013. Stabilitas
Fisik Sediaan Lotion O/W dan W/O Ekstrak Buah Mahkota Dewa
Sebagai Tabir Surya Dan Uji Iritasi Primer pada Kelinci.
Traditional Medicine Journal, 18(3). pp. 141–150.

26

Anda mungkin juga menyukai