Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu


Berdasarkan hasil penelitian Fitriana et al., (2016) mengemukakan
bahwa ekstrak etanol dari daun kelor (Moringa oleifera) setelah diuji secara in
vitro dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-picrylhydrazyl)
memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, yaitu memiliki nilai IC 50 sebesar
49,30 ppm. Semakin kecil nilai IC50 berarti semakin tinggi aktivitas
antioksidannya. Secara spesifik senyawa antioksidan dikatakan kuat jika
memiliki nilai IC50 kurang dari 50 μg/mL. Apabila senyawa antioksidan
memiliki nilai IC50 lebih dari 200 μg/ml, senyawa tersebut kurang aktif namun
masih berpotensi sebagai antioksidan (Yuliani et al., 2015).
Menurut penelitian Maryam (2016) aktivitas antioksidan ekstak etanol
daun kelor dengan menggunakan metode FRAP dengan larutan pembanding
asam askorbat diperoleh aktivitas antioksidan sebesar 7,923 mgAAE/g
ekstrak, artinya dalam setiap gram ekstrak setara dengan 7,923 mg asam
askorbat. Pada penelitian Wang et al., (2017) telah dilakukan aktivitas
antioksidan daun kelor menggunakan metode DPPH dan FRAP, suatu zat
yang mengandung senyawa flavonoid yang tinggi dapat menghambat
pembentukan radikal bebas.
Telah dilakukan penelitian oleh Hardiyanthi (2015), ia
memformulasikan ekstrak daun kelor menjadi sediaan hand and body cream.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa cream dengan penambahan
ekstrak daun kelor sebanyak 0,3% memiliki aktivitas antioksidan yang lebih
besar dibandingkan dengan cream pembanding dan cream komersil yang
dijual dipasaran.

B. Landasan Teori
1. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah atom molekul yang mengandung satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya dan bersifat

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
reaktif. Suatu atom atau molekul akan tetap stabil bila elektronnya
berpasangan, untuk mencapai kondisi stabil tersebut, radikal bebas dapat
menyerang bagian tubuh seperti sel, sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pada sel tersebutdan berimbas pada kinerja sel, jaringan, dan
akhirnya pada proses metabolism tubuh. Radikal bebas dapat berasal dari
tubuh makhluk hidup itu sendiri sebagai akibat aktivitas tubuh seperti
aktivitas autooksidasi, oksidasi enzimatik, organel subseluler, aktivitas ion
logam transisi, dan berbagai sistem enzim lainnya (Fessenden &
Fessenden, 1986).
Secara umum sumber radikal bebas dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu endogen dan eksogen. Radikal bebas endogen dapat terbentuk dalam
tubuh melalui proses metabolisme normal di dalam tubuh. Sedangkan
radikal bebas eksogen berasal dari luar sistem tubuh, misalnya sinar
UV.Di samping itu, radikal bebas eksogen dapat berasal dari aktivitas
lingkungan. Aktivitas lingkungan yang dapat memunculkan radikal bebas
antara lain radiasi, polusi, asap rokok, makanan, minuman, ozon, dan
pestisida.
Radikal bebas dalam jumlah normal bermanfaat bagi kesehatan
misalnya, memerangi peradangan, membunuh bakteri, dan mengendalikan
tonus otot polos pembuluh darah serta organ-organ dalam. Dalam jumlah
berlebih mengakibatkan stress oksidatif. Peristiwa ini dapat mempercepat
terjadinya proses penuaan dan munculnya penyakit lain seperti penyakit
jantung dan kanker (Jacinto et al., 2011).
Terbentuknya senyawa radikal, baik radikal bebas endogen
maupun eksogen terjadi melalui sederetan reaksi. Mula-mula terjadi
pembentukan awal radikal bebas (inisiasi), lalu perambatan atau
terbentuknya radikal baru (propagasi), dan tahap terakhir yaitu
pemusnahan atau pengubahan senyawa radikal menjadi non radikal
(terminasi).

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
2. Antioksidan
Antioksidan adalah substansi yang dalam konsentrasi rendah sudah
dapat menghambat atau menangkal proses oksidasi dan juga merupakan
senyawa pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan. Antioksidan
juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi dengan
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif (Winarsi, 2007).
Antioksidan dibutuhkan untuk menunda atau menghambat reaksi oksidasi
oleh radikal bebas atau menetralisir radikal bebas dan mencegah terjadinya
kerusakan tubuh yang timbul akibat radikal bebas dengan berikatan
dengan elektron bebas yang dimiliki oleh radikal bebas tersebut (Tandon
et al., 2005).
Antioksidan dapat bersumber dari zat-zat sintetik atau zat-zat alami
hasil isolasi. Adanya antioksidan alami ataupun sintetik dapat
menghambat proses oksidasi lipid, mencegah kerusakan, dan perubahan
degradasi komponen organik dalam bahan makanan. Antioksidan sintesis
yang umum digunakan adalah butylated hydroxytoluen (BHT), butylated
hydroxyanisole (BHA), asam galat dan propil galat. Antioksidan alami
dapat berasal dari sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan tanaman
lainnya yang mengandung antioksidan bervitamin (vitamin A, C, dan E),
danasam-asam fenolat (Rohdiana, 2011).
Antioksidan dapat dibedakan menjadi antioksidan enzimatik dan
non enzimatik.Antioksidan enzimatik contohnya superoksid dismutase,
catalase,dan gluthathione peroksidase.Sedangkan antioksidan non
enzimatik adalah kofaktor enzim antioksidan, penghambat enzim oksidatif,
pembentuk khelat logam transisi, dan penangkap radikal bebas (Huang, et
al., 2005).

3. Kelor (Moringa oleifera L.)


Tanaman kelor banyak memiliki sebutan, diantaranya imaran,
kelintang (jawa), murong (sumatera), wona marungga, kelohe, paange,
kewona (Nusa tenggara), rowe, kelo wori (Sulawesi), kanele, oewa herelo
(Maluku). Di luar Negeri dikenal dengan drumstik tree, horseradish tree

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
(Inggris), nugge (Kanada), Ia ken (Cina), munga, saijna, shajna (Hindi)
(Roloff, 2009).
Sejumlah khasiat obat dihubungkan dengan berbagai bagian dari
M.oleifera telah diakui oleh sistem pengobatan Ayurveda dan Unani.
Penerapan tanaman ini telah ditemukan secara luas dalam pengobatan
penyakit kardiovaskular antara lain dalam akar, daun, gum, bunga, dan
infus biji mengandung glikosida nitril, mustard oil, dan glikosida
tiokarbamat sebagai kandungan kimia yang dianggap bertanggung jawab
untuk aktivitas diuretik, menurunkan kolesterol, dan sebagai pelindung
kardiovaskular. Ekstrak daun segar diketahui menghambat pertumbuhan
pathogen pada manusia (Staphylococus aureus dan Pseudomonas
aeroginosa). Kandungan kimia dari berbagai bagian pohon seperti :
niazimin, niaiminin, berbagai karbamat dan tiokarbamat telah
menunjuukkan aktivitas antitumor secara in vitro (Luqman et al.,2012).
Selain digunakan untuk bahan makanan, daun kelor telah
dilaporkan menjadi sumber yang kaya akan makronutrien maupun
mikronutrien yang juga mengandung B-karoten, protein, vitamin C,
kalsium, dan kalium, dan bertindak sebagai sumber antioksidan alami
(Luqman et al., 2012).

4. Lotion
a. Definisi Lotion
Lotion adalah sediaan cair berupa suspense atau dispersi yang
digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam
bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi
tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok. Dapat
ditambahkan zat warna, zat pengawet, dan zat pewangi yang cocok
(Depkes, 1979).
Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai
pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya
memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan
kulit yang luas. Dimaksudkan segera kering pada kulit setelah

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada
permukaan kulit (Ansel, 1989). Uji sifat fisik yang dapat dilakukan
untuk lotion adalah uji pH, daya sebar, daya lekat, dan viskositas.
Berdasarkan SNI 16-43991996 pH dalam lotion adalah 4,5-8.
Kesesuaian nilai pH sediaan topikal dengan pH kulit mempengaruhi
penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topikal yang ideal adalah
tidak mengiritasi kulit (Anief, 2012). Lotion dengan kualitas baik harus
mempunyai daya sebar yang cukup, semakin besar daya sebar formula
maka pelepasan efek terapi yang diinginkan di kulit semakin cepat
(Rahman, 2008). Pada uji viskositas, makin tinggi nilai viskositas
maka semakin tinggi pula tahanannya (Voight, 1995). Nilai viskositas
yang disyaratkan SNI 16-4399-1996 yaitu berada dalam kisaran nilai
2000-50000 cP.
b. Bahan penyusun lotion
1) Setil Alkohol
Setil alkohol (C16H34O) adalah alkohol lemak yang
berbentuk serpihan putih, licin, granul, atau kubus yang
mengandung gugusan kelompok hidroksil (Depkes, 1995). Bahan
ini berfungsi sebagai pengemulsi, penstabil, dan pengental (Depkes
RI, 1993).
2) Gliserin
Gliserin (C3H8O3) disebut juga gliserol atau gula alkohol,
merupakan cairan yang kental, jernih, tidak berwarna, sedikit
berbau, dan mempunyai rasa manis. Gliserin larut dalam alkohol
dan air tetapi tidak larut dalam pelarut organik.
Gliserin berfungsi sebagai humektan. Humektan adalah
komponen yang larut dalam fase air dan bahan ini ditambahkan ke
sediaan kosmetik untuk mempertahankan kandungan air produk
pada permukaan kulit saat pemakaian. Humektan berpengaruh
terhadap kulit yaitu melembutkan dan mempertahankan
kelembaban kulit agar tetap seimbang (Mitsui, 1997).
3) Parafin cair

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
Parafin cair merupakan campuran hidrokarbon yang
diperoleh dari mineral. Parafin cair berfungsi sebagai emolien,
yaitu bahan yang dapat memberikan rasa halus dan nyaman ketika
dipakai ke kulit.
4) Trietanolamin
Trietanolamin (C6H15NO3) merupakan senyawa organik
yang terdiri dari sebuah amina tersier dan triol. Trietanolamin
digunakan secara luas dalam sediaan topikal sebagai bahan
pengemulsi anionik. Trietanolamin merupakan cairan kental
bening, bersifat higroskopis dan memiliki titik lebur 20-21oC
(Depkes, 1995).
5) Metil paraben
Metil paraben (C8H8O3) secara luas digunakan sebagai
pengawet antimikroba dalam sediaan kosmetik, produk makanan,
dan formulasi obat-obatan. Bahan ini dapat digunakan secara
tunggal, kombinasi dengan senyawa paraben lain, ataupun dengan
antimikroba lain (Kibbe, 2000). Metil paraben berbentuk serbuk
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, memberikan sedikit
rasa terbakar (Depkes, 1995).
6) Propil paraben
Propil paraben merupakan suatuzat pengawet yang
berbentuk serbuk hablur putih, tidak berbau, dan tidak berasa
(Depkes, 1979).
7) Asam stearat
Asam stearat (C18H36O2) merupakan asam lemak jenuh
yang secara luas digunakan untuk formulasi oral dan topikal pada
sediaan farmasi. Pada sediaan topikal, asam stearat digunakan
sebagai bahan pengemulsi dan agen pelarut (Kibbe, 2000).

5. Uji Toksisitas Akut Dermal


Uji toksisitas akut dermal adalah suatu pengujian untuk mendeteksi
efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemaparan suatu

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
sediaan uji dalam sekali pemberian melalui rute dermal. Prinsip uji
toksisitas akut dermal adalah beberapa kelompok hewan uji menggunakan
satu jenis kelamin dipapar dengan sediaan uji dengan dosis tertentu, dosis
awal dipilih berdasarkan hasil uji pendahuluan. Selanjutnya dipilih dosis
yang memberikan gejala toksisitas tetapi yang tidak menyebabkan gejala
toksik berat atau kematian. Tujuan uji toksisitas akut dermal adalah untuk
mendeteksi toksisitas intrinsik suatu zat, memperoleh informasi bahaya
setelah pemaparan suatu zat melalui kulit secara akut dan untuk
memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan
tingkat dosis dan merancang uji toksisitas selanjutnya serta untuk
menetapkan nilai LD50 suatu zat, penentuan penggolongan zat,
menetapkan informasi pada label dan informasi absorbs pada kulit
(BPOM, 2014).

10

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018
C. Kerangka Konsep

Kandungan daun kelor berpotensi


sebagai antioksidan

Memformulasikan daun kelor


menjadi produk lotion antioksidan

Uji fisik sediaan lotion Uji keamanan produk


(praklinik)

Uji penangkapan radikal Uji toksisitas akut dermal


bebas pada sediaan lotion pada sediaan lotion
secara kualitatif

Analisis data

Lotion ekstrak daun kelor memiliki aktivitas


antioksidan dan tidak menyebabkan
toksisistas akut dermal

D. Hipotesis
1. Sediaan lotion ekstrak daun kelor memiliki aktivitas antioksidan.
2. Sediaan lotion memenuhi persyaratan lotion yang baik menurut SNI.
3. Sediaan lotion ekstrak daun kelor tidak menyebabkan toksisitas akut
dermal.

11

Formulasi Dan Uji Toksisitas Akut…, Brilliana Febridianti, Fakultas Farmasi, UMP, 2018

Anda mungkin juga menyukai