PENDAHULUAN
diwajah. Dan tanaman selekop kurang tereksplorasi karena belum terdapat dalam
pustaka. Oleh karena itu dipilih tanaman selekop untuk diuji aktivitas antioksidannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae (tumbuhan)
: Tracheoblonta (tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Sapidales
: Sapindaceae
: Lepisanthes
: Lepisantes amoena (Hassk) Leenh.
(www.plantamor.com)
2.1.2 Sinonim
Capura spectabilis (Blume) Teijsm. & Binn, Melicocca amoena Hassk..,
Otolepis amoena (Hassk.) Kuntze, Otolepis cordigera (Radlk.) Kuntze, Otolepis
imbricata (Blume) Kuntze, Otolepis pubescens (Blume) Kuntze, Otolepis spectabilis
(Blume) Kuntze, Otophora amoena (Hassk ) Blume., Otophora confinis Blume,
Otophora cordigera Radlk., Otophora imbricata Blume, Otophora pubescens Blume,
Otophora spectabilis Blume, Otophora spectabilis var. pubicosta Blume, Otophora
styligera Radlk, Schleichera amoena (Hassk.) (http://www.asianplant)
2.1.3
Nama daerah
Selekop dikenal dengan berbagai macam nama lokal di Indonesia seperti
kokang (Kalimantan timur), salakiki (Kalimantan selatan), buah soboh (Jawa timur),
kayu
matahari/buah
(http://www.asianplant).
2.1.4
Morfologi tanaman
matahari,
kalansua,
songbum
(Kalimantan)
Penyebaran
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil,
Kalimantan (di seluruh pulau) (http://www.nationaalherbarium. )
2.1.6
Ekologi
Dalam keranga, rawa dan hutan sub-montana sampai ketinggian 1200 m.
Tidak ada preferensi habitat yang jelas, ditemukan di situs aluvial, di sepanjang
sungai dan sungai, di lereng bukit dan pegunungan (http://www.nationaalherbarium.)
2.1.7
Kandungan kimia
mengandung
karbohidrat, protein, kalsium, vitamin C, zat besi, fosfor dan lemak. Biji mengandung
lemak dan polifenol.
Khasiat / kegunaan
Jus dari tumbuhan kulit kayu bermanfaat menyembuhkan malaria dan demam,
daun muda sebagai kosmetik (menghilangkan plek-plek hitam pada wajah). Kulit dan
daun
muda
digunakan
untuk
mengobati
bisul.
Buah
bisa
dimakan
(http://www.nationaalherbarium.)
Hasil penelitian :
Kesetaraan aktivitas simplisia terhadap antibiotik ketokonazol yang terbesar
dihasilkan oleh Lepisanthes amoena yaitu untuk 1000 g simplisia setara dengan
284,56
ketokonazol
terhadap
Candida
albicans,
dan
Paranephelium
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
Alat-alat yang dugunakan antara lain blender, corong pisah, oven,
spektrofotometri UV, krus, erlenmeyer, becker glass, batang pengaduk, evaporator,
corong Buchner, penangas air, neraca, dan alat-alat yang biasa digunakan
dilaboratorium penelitian fitokimia.
3.2 Bahan
Simplisia (daun muda) tanaman selekop, bahan pendukung yang digunakan
adalah pelarut : air suling, etanol 95%, etil asetat, n-heksan, ACl 3, klorofrom, FeCL3,
HCL pekat, kertas saring, metanol. Silica Gel GF254, pereaksi DPPH, H2SO4, dan
bahan-bahan lain untuk penelitian fitokimia.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total,di didihkan dengan 25 mL
asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian air yang tidak larut dalam
asam, saring dengan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas dan pijarkan
selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450 o C, hingga bobot tetap, timbang,
hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang dikeringkan
diudara.
4.2.4 Penetapan kadar abu larut air
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, didihkan dengan 25 mL air
selama 5 menit, kumpulkan bagian air yang larut dalam air, saring dengan kertas
saring bebas abu, cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak
lebih dari 450
C. hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larus
Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilas dengan
air. Keringkan dalam lemari pengering. Kedalam labu kering masukkan 1,5 g
simplisia yang ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 2 mL sampai 4 mL
air. Toluene dituang kedalam tabung penerima melalui alat pendingin. Labu
dipanaskan dengan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluene mulai mendidih, suling
dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling,
kemudiaan naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua
air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluene, sambil dibersihkan dengan
sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan lebih dibasahi
dengan toluene. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima
pendingin hingga suhu kamar. Jika tetes air yang melekat pada tabung penerima,
gosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawar tembaga dan dibasahi dengan
toluene hingga tetesan ait turun. Setelah air adan toluene memisah sempurna, volume
air dibaca. Hitung kadar air dalam persen.
Tabel 4.1
Hasil pemeriksaan makroskopik
Karakteristik
Deskripsi
Bentuk
Bau
Rasa
Warna Daun
Ukuran
Merah muda
Kecil, sedang, besar
Tabel 4.2
Hasil karekteristik simplisia
No
Jenis Pemeriksaan
Hasil (%b/b)
3,01
1,12
3,43
37
6,08
kadar air
13,5*
Keterangan : * = (% v/b)
4.2.8
Penapisan fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa yang
terdapat pada daun muda selekop meliputi pemeriksaan alkaloid, flavanoid, saponin,
tannin, kuinon, steroid atau triterpenoid.
1. Alkaloid
natrium asetat dan ditambahakan besi (III) klorida. Jiak warna biru hitam menunjukan
adanya tannin galat (10)
6. Identifikasi steroid/terpenoid
Sebanyak 500 mg simplisia kering dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu
disaring. Filtrate sebanyak 5 ml diuapkan dalam cawan penguap. Kedalam residu
tambahkan pereaksi Liebermann-buchard, yaitu 2 tetes asam anhidrat dan 1 tetes
asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna merah-ungu menunjukan adanya triterpenoid
dan terbentuk warna hijau biru menunjukan adanya steroid (10)
Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2.8
Hasil penapisan fitokimia daun muda kokang
Golongan
Alkaloid
Flavanoid
Saponin
Kuinon
Tannin
Steroid/terpenoid
larutan tersebut sesekali dan buang gas yang terperangkap didalam, buka tutup
corong pisah yang telah disesuaikan. Ekstraksi fraksi air dengan menggunakan
pelarut n-heksan dengan pembandingan minimal 2 : 1 dengan fraksi air, kocok larutan
sesekali buang gas yang terperangkap didalamnya buka tutup corong kemudian
tunggu hingga terpisah sempurna atau menjadi dua fase. Kemudiaan pisahkan fase air
dengan mengeluarkan dari kran bawah, baru dengan tampungan berbeda keluarkan
juga fraksi heksan tambahkan natrium sulfat untuk menarik air yang terbawa di fraksi
n-heksan dilakukan ekstraksi tersebut sampai fraksi n-heksan benar-benar ketarik
semua. Selanjutnya diganti pelarut dengan kepolaran berbeda dengan metode yang
sama. Fraksi yang diperoleh dipekatkan kemudiaan dipantau KLT dengan fase diam
silica gel GF 254 dengan fase gerak yang digunakan berdasarkan kepolaran, non
polar n-hesan; etil asetat (9:1), semi polar klor ; etil asetat (4 :1) dan polar klorofrom ;
methanol (7 : 3). Kemudian bercak diamati dibawah sinar UV pada 366 nm.
(a)
(b)
(c)
Keterangan :
KLT ekstrak, fase diam silica gel GF254, pengembanga non polar n-heksan : etil
asetat (9:1), (1) ekstrak etanol, (2) fraksi etil asetat, (3) fraksi n-heksan (4) fraksi
methanol-air (5) vitamin C (a) dibawah sinar uv 254 nm, (b) dibawah sinar UV
366 nm, (c) penampak bercak DPPH.
(a)
(b)
(c)
(b)
(c)
10 ppm). Fraksi etil asetat daun muda selekop dilarutkan kedalam metanol dan dibuat
dalam konsentrasi (3,4,5,6,7 dan 8 ppm). Fraksi n-heksan daun muda selekop
dilarutkan kedalam methanol dan dibuat konsentrasi (700,800,900,1000,1100 dan
12000). Fraksi methanol-air daun muda selekop dilarutkan kedalam methanol dan
dibuat konsentrasi (500,600,700,800,900 dan 1000) masing-masing dimasukkan
kedala vial dan ditambahkan DPPH (50 mg/ml) dalam metanol p.a. dengan
pembandingan 1:1 di inkubasi selama 30 menit dan diukur serapanya pada 516 nm.
Sebagai kontrol atau pembanding digunakan vitamin C dengan konsentrasi (2,4,6,dan
8 ppm ). Nilai IC50 dihitung masing masing dengan menggunakan regresi linier
(12,13,14).
Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal
bebas DPPH melalui perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH melalui
perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan rumus :
Inhibisi (%) = [A kontrol A sempel ] x 100 %
A kontrol
Hasil pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilihat pada tabel dan gambar sebagai
berikut :
Tabel
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun muda kokang
Konsentrasi
absorban
% peredaman
IC50
(g/ml)
(ppm)
5
6
7
8
9
10
0,434
0,398
0,351
0,306
0,298
0,261
45,54
50,06
55,95
61,22
62,60
67,25
5,859
Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,797
80
60
% peredaman
40
20
0
4
10
11
absorban
% peredaman
IC50
(g/ml)
(ppm)
3
4
5
6
7
8
0,463
0,390
0,313
0,273
0,227
0,207
47,90
51,06
60,72
65,74
71,51
74,02
3,399
Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,797
80
60
% peredaman
40
20
0
4
10
11
absorban
% peredaman
700
800
900
1000
1100
1200
0,485
0,458
0,384
0,356
0,298
0,258
36,51
42,67
49,73
53,41
60,99
66,23
IC50
768,4
Keterangan : Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm,
dan serapan = 0,764
70
60
50
40
% peredaman 30
20
10
0
600
700
800
absorban
%peredaman
500
600
700
800
900
1000
0,469
0,431
0,389
0,332
0,312
0,219
38,61
43,06
48,69
55,36
61,91
68,19
IC50
710,0
Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,764
70
f(x) = 0.06x - 4.66
R = 1
60
50
40
% peredaman 30
20
10
0
600
700
800
900
absorban
% peredaman
IC50
(g/ml)
(ppm)
Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 g/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,734
BAB VI
PEMBAHASAN
Daun muda selekop adalah tanaman yang masih kurang tereksplorasi dan
secara tradisional/empiris daun muda selekop ini di masyarakat Kalimantan timur
digunakan sebagai kosmetika untuk menghilangkan noda-noda hitam pada wajah dan
juga sebagai sabun pada wajah maka dari itu dari penelitian ini , penentuan uji
aktivitas antioksidan pada daun muda selekop dilakukan secara langsung dan
pemisahan berdasarkan kepolarannya tapi tidak dilakukan sampai pemurnian
senyawa melainkan hasil kerja sama senyawa-senyawa antioksidan pada daun muda
selekop.
Pengumpulan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun muda selekop.
Untuk menjamin bahwa kebenaran jenis tanaman yang digunakan adalah benar yaitu
dengan determinasi. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman tersebut adalah
benar selekop dengan nama spesies Lepisanthes amoena. Kebenaran jenis simplisia
penting untuk menghindari kesalahan pada jenis tanaman yang digunakan pada
penelitian.
Berdasarkan hasil karaterisasi daun muda selekop diperoleh kadar sari larut etanol
yaitu 19,994% dan kadar sari larut air yaitu 19,992%, data tersebut menunjukan
jumlah kandungan dalam bahan alam yang dapat ditarik oleh pelarut air dan etanol.
Selanjutnya untuk pemeriksaan kadar abu diperoleh kadar abu total yaitu 1,038%,
kadar abu larut air yaitu 0,24% dan kadar abu tidak larut asam yaitu 0,015%, dimana
kadar abu masing-masing bahan alam menunjukan batas pencemaran anorganik yang
diperolehkan dikandung oleh simplisia tersebut.
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan besar senyawa yang
terkandung dalam tanaman. Hasil penapisan fitokimia menunjukan bahwa daun muda
selekop mengandung senyawa golongan alkaloid, flavanoid, saponin dan triterpenoid.
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi, karena tanaman baru belum ada
pembanding yang terdapat pada pustaka maka dari itu di pilih metode maserasi, cara
ini merupakan metode yang sederhana cukup meredam sampel dalam pelarut, pelarut
yang digunakan yaitu etanol 95%, karena etanol bersifat tidak tosik dan memiliki sifat
universal yang dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada dalam
sempel, baik senyawa polar maupun non polar. Ekstrak kental yang diperoleh dari
hasil evavorasi diperoleh rendemen ekstrak sebanyak 13,17% dengan kadar air
ekstrak yaitu 5% b/v. kadar air ekstrak yang diperoleh masuk kedalam rentang
persyaratan MMI yaitu kurang dari 10%, hal ini menunjukan bahwa ekstrak tersebut
tidak mudah ditumbuhi oleh jasad jenik maupun tidak mudah terpengaruh oleh
pentimpanan.
Pemantaunan hasil ekstraksi dilakukan dengan KLT fase diam silica gel GF254 yang
dikembangkan pada pengembang berdasarkan kepolarannya. Pelarut non polar nheksan : etil asetat (9:1), semi polar klorofrom : etil asetat (4:1) dan polar klorofrom :
methanol (7:3). Dari hasil KLT dengan sampel ektrak etanol selekop, fraksi n-heksan,
etil asetat dan methanol-air terdapat bercak warna kuning yang menunjukan positif
mengandung senyawa antioksidan dengan latar ungu setelah disemprot menggunakan
DPPH. Hal ini terjadi karena akibat dari DPPH yang tereduksi.
Pemeriksaan aktivitas antiradikal bebas DPPH pada ekstrak daun muda selekop dan
pberbagai
fraksi
daun
muda
selekop
berdasarkan
kepolarannya
secara
DAFTAR PUSTAKA
8. http://bahan-alam.fa.itb.ac.id
LAMPIRAN 1
HASIL DETERMINASI
DAUN MUDA SELEKOP (Lepisanthes amoena)
LAMPIRAN 2
MORFOLOGI DAUN MUDA SELEKOP
(Lepisanthes amoena)
LAMPIRAN 3
MORFOLOGI SIMPLISIA KERING DAUN MUDA SELEKOP
(Lepisanthes amoena)
LAMPIRAN 4
BAGAN EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI DAUN MUDA SELEKOP
(Lepisanthes amoena)
Simplisia
Ampas
Ekstrak etanol
Ekstrak etanol pekat
Ekstrak (+) metanol
20% dan ECC dengan n-heksan
Fraksi air-metanol
Fraksi n-heksan
ECC dengan etil asetat
Fraksi air-metanol
dipekatkan
Fraksi n-heksan
pekat