Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radikal bebas merupakan atom yang memiliki satu atau lebih elektron tidak
berpasangan sehingga senyawa ini bersifat sangat aktif .Senyawa ini dapat
ditimbulkan oleh polusi akibat asap kendaraan motor, asap rokok dan pola gaya hidup
yang tidak sehat. Molekul ini sangat dibutuhkan oleh organisme aerob karena
memberikan energy pada proses metabolism dan respirasi, namun pada kondisi
tertentu keberadaannya dapat berimplikasi pada berbagai penyakit dan kondisi
degenerative, seperti aging, arthritis, kanker, dan lain-lain. Reaksi oksidasi terjadi
setiap saat. Ketika kita bernapas pun terjadi reaksi oksidasi. Namun, reaktivitas
radikal bebas itu dapat dihambat oleh system antioksidan yang melengkapi system
kekebalan tubuh.(3)
Antioksidan merupakan senyawa yang menghambat proses oksidasi. Senyawa ini
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron dari radikal
bebas sehingga menghambat terjadinya reaksi berantai. Sumber antioksidan dapat
berasal dari alam maupun sintesis. Antioksidan sintesis kurang disukai karena efek
samping yang menyertainya. Antioksidan sintesis seperti BHT (Butylated Hydroxy
Toluene) dan BHA (Butylated Hydroxy Aniline) diketahui memiliki efek samping
yang besar seperti kerusakan hati karsinogen terhadap efek reproduksi dan sistem
metabolisme serta tidak terjamin keamanannya dalam penggunaan jangka lama.
Antioksidan dapat berupa enzim ( misalnya superoksida dismutase atau SOD,
katalase, dan glutation perokdidase), vitamin ( misalnya vitamin C, vitamin E,
vitamin A, -karoten ), dan senyawa lain (misalnya flavanoid, albumin, bilirubin),
dan senyawa lain yang berasal dari alam merupakan sumber antioksidan yang efektif
dan relatif aman dibanding antioksidan sintesis sehingga eksplorasi bahan alam
sebagai sumber antioksidan semakin banyak dilakukan. (3)

Tanaman selekop adalah

tanaman asli Kalimantan. Tanaman selekop diduga

memiliki aktivitas antioksidan dimana tanaman sejenis memiliki kandungan kimia


flavanoid dan

secara empiris/tradisional dapat menghilangkan noda-noda hitam

diwajah. Dan tanaman selekop kurang tereksplorasi karena belum terdapat dalam
pustaka. Oleh karena itu dipilih tanaman selekop untuk diuji aktivitas antioksidannya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
Apakah ekstrak etanol 95% dan fraksi polar,semi polar atau non polar dari daun muda
selekop (Lepisanthes amoena) memiliki aktivitas antioksidan ? manakah paling tinggi
aktivitas antioksidannya.
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui aktivitas antioksidan mana yang paling tinggi dari ekstrak etanol 95%
dan fraksi daun muda selekop (Lepisanthes amoena).
1.4 Metode penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode in vitro peredaman radikal bebas
menggunakan senyawa DPPH sebagai radikal bebas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Selekop


2.1.1 Klasifikasi tanaman
Kingdom
Subking dom
Super divisi
Divisi
Kelas
Sub kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies

: Plantae (tumbuhan)
: Tracheoblonta (tumbuhan berpembuluh)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Sapidales
: Sapindaceae
: Lepisanthes
: Lepisantes amoena (Hassk) Leenh.
(www.plantamor.com)

2.1.2 Sinonim
Capura spectabilis (Blume) Teijsm. & Binn, Melicocca amoena Hassk..,
Otolepis amoena (Hassk.) Kuntze, Otolepis cordigera (Radlk.) Kuntze, Otolepis
imbricata (Blume) Kuntze, Otolepis pubescens (Blume) Kuntze, Otolepis spectabilis
(Blume) Kuntze, Otophora amoena (Hassk ) Blume., Otophora confinis Blume,
Otophora cordigera Radlk., Otophora imbricata Blume, Otophora pubescens Blume,
Otophora spectabilis Blume, Otophora spectabilis var. pubicosta Blume, Otophora
styligera Radlk, Schleichera amoena (Hassk.) (http://www.asianplant)

2.1.3

Nama daerah
Selekop dikenal dengan berbagai macam nama lokal di Indonesia seperti
kokang (Kalimantan timur), salakiki (Kalimantan selatan), buah soboh (Jawa timur),
kayu

matahari/buah

(http://www.asianplant).
2.1.4

Morfologi tanaman

matahari,

kalansua,

songbum

(Kalimantan)

Pohon 5-10 m tinggi, umumnya bercabang daun muda berwarna merah.


Semak hingga 10 m dan 15 cm. Stipules absen, tapi besar daun-seperti pseudostipules ini (yaitu mereka yang melekat ke dasar daun, ranting tidak). Daun alternatif,
senyawa, selebaran penni-berurat, berbulu untuk gundul, sering dengan basa
berbentuk hati. Bunga 6 mm diameter, putih-kuning-merah, ditempatkan di malai.
Buah23mm diameter,merah-kuning-coklat.(http://www.nationaalherbarium. )

Gambar 2.1 : Tanaman Selekop


2.1.5

Penyebaran
Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil,
Kalimantan (di seluruh pulau) (http://www.nationaalherbarium. )

2.1.6

Ekologi
Dalam keranga, rawa dan hutan sub-montana sampai ketinggian 1200 m.
Tidak ada preferensi habitat yang jelas, ditemukan di situs aluvial, di sepanjang
sungai dan sungai, di lereng bukit dan pegunungan (http://www.nationaalherbarium.)

2.1.7

Kandungan kimia

Kandungan kimia tanaman sejenis Daunnya mengandung tanin dan saponin .


Kulit buahnya mengandung flavonoid, tanin dan saponin. Buah

mengandung

karbohidrat, protein, kalsium, vitamin C, zat besi, fosfor dan lemak. Biji mengandung
lemak dan polifenol.

Gambar 2.2 : Bunga dan Buah Tanaman Selekop


2.1.8

Khasiat / kegunaan
Jus dari tumbuhan kulit kayu bermanfaat menyembuhkan malaria dan demam,
daun muda sebagai kosmetik (menghilangkan plek-plek hitam pada wajah). Kulit dan
daun

muda

digunakan

untuk

mengobati

bisul.

Buah

bisa

dimakan

(http://www.nationaalherbarium.)
Hasil penelitian :
Kesetaraan aktivitas simplisia terhadap antibiotik ketokonazol yang terbesar
dihasilkan oleh Lepisanthes amoena yaitu untuk 1000 g simplisia setara dengan
284,56

ketokonazol

terhadap

Candida

albicans,

dan

Paranephelium

macrophyllum, yaitu 1000 g simplisia setara dengan 0,79 g ketokonazol terhadap


Microsporum gypseum.
(http://bahan-alam.fa.itb.ac.id)
Sedangkan khasiat/ kegunaan tanaman sejenis satu genus diantaranya
adalah untuk :

pengobatan abses internal, digunakan sebagai eksternal antipruriti; berlaku


secara lokal pada dahi untuk demam, sakit kepala, kehilangan nafsu makan pada anak
yang diikuti dengan lapisan putih pada lidah putih, kering dan borok di mulut dan
tenggorokan. Biji untuk pengobatan, batuk dengan kejang bronkial. Sedangkan buah
sebagai tonik dan daun untuk pengawet makanan.
2.2 Radikal bebas
Radikal bebas merupakan atom atau gugus atom apa saja yang memiliki satu
atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga bersifat sangat reaktif. Radikal bebas
dapat berasal dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh (eksogen). Radikal yang
berasal dari dalam tubuh (endogen) terbentuk sebagai sisa proses metabolisme
(proses pembakaran) protein, kloroplas, karbohidrat dan lemak pada mitokondria,
proses inflamasi atau peradangan, reaksi antara besi logam transisi dalam tubuh,
fagosit, xantin oksidase, peroksisom maupun pada kondisi iskemia (reperfusi).
Sumber luar dari tubuh (eksogen) adalah asap rokok, asap kendaraan motor, polusi
lingkungan, obat-obatan atau bahan-bahan kimia, pestisida, limbah industri, makanan
yang terlalu hangus, radiasi sinar ultraviolet dan lain sebagainya (3).
Radikal bebas dapat bereaksi dengan suatu senyawa melalui mekanisme reaksi.
Tahapan reaksi radikal bebas tersebut dibagi menjadi tiga tahap yaitu pemulaan
(inisiasi), perambatan (propagasi) dan pengakhiran (terminasi) reaksi radikal bebas.
Tahap perambatan (propagasi) merupakan tahapan dimana radikal bebas mengawali
sederetan reaksi sampai terbentuk radikal bebas baru yang sering disebut sebagai
reaksi rantai. Tahap pengakhiran (terminasi). Reaksi ini mengubah radikal bebas
menjadi radikal bebas yang stabil dan tidak reaktif (3).
2.3 Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang dalam kadar rendah mampu menghambat
proses oksidasi. Senyawa antioksidan ini berfungsi untuk menstabilkan redikal bebas
dengan melengkapi kekurangan electron dari radikal bebas sehingga menghambat

terjadinnya reaksi berantai. Secara umum, antioksidan mengurangi kecepatan reaksi


inisiasi pada reaksi berantai pembentukan radikal bebas dalam konsentrasi yang
sangat kecil yaitu 0,01% atau bahkan kurang (3).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. Antioksidan primer, yaitu antioksidan yang dapat menghalangi pembentukan radikal
bebas baru contohnya adalah senyawa fenol dan flavanoid (3).
2. Antioksidan sekunder, yaitu antioksidan eksogen atau antioksidan non enzimatis yang
dikenal sebagai penangkap radikal bebas (scavenger freeradical) yang kemudian
mencegah amplifikasi radikal. Contohnya adalah vitamin E, vitamin C, karoten dan
isoflavon (3).
3. Antioksidan tersier, yaitu antioksidan yang memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
telah terjadi. Senyawa yang termaksuk golongan ini adalah enzim yang memperbaiki
DNA dan metionin sulfoksida reduktase (3).
2.4 DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
Radikal bebas yang umum digunakan sebagai model dalam penelitian
antioksidan atau peredam radikal bebas adalah 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil (DPPH).
DPPH merupakan radikal sintetik yang larut dalam pelarut polar seperti etanol,
berwarna ungu gelap dan mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat
pada panjang gelombang 517 nm. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan,
DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning.
Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer dan diplotkan terhadap
konsentrasi. Metode peredaman radikal bebas DPPH dipilih karena merupakan
metode paling sederhana, cepat dan mudah untuk skrining aktivitas penangkap
radikal beberapa senyawa. Selain itu, metode ini terbukti akurat dan praktis

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian diawali dengan penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, dan


penapisan fitokimia. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut
etanol 95%. Ekstrak etanol 95% pekat kemudian diuji aktivitas antioksidannya secara
kualitatif menggunakan KLT dan kuantitatif dengan metode peredaman radikal bebas
DPPH.
Ekstrak kemudiaan difraksinasi dengan metode Ekstraksi Cair-Cair menggunakan
pelarut non polar (n-heksan), semi polar (etil asetat), dan polar (air) dan setiap
fraksinat diuji aktivitas antioksidannya secara kualitatif menggunakan KLT dan
kuantitatif menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH.

BAB IV
ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat
Alat-alat yang dugunakan antara lain blender, corong pisah, oven,
spektrofotometri UV, krus, erlenmeyer, becker glass, batang pengaduk, evaporator,
corong Buchner, penangas air, neraca, dan alat-alat yang biasa digunakan
dilaboratorium penelitian fitokimia.
3.2 Bahan
Simplisia (daun muda) tanaman selekop, bahan pendukung yang digunakan
adalah pelarut : air suling, etanol 95%, etil asetat, n-heksan, ACl 3, klorofrom, FeCL3,
HCL pekat, kertas saring, metanol. Silica Gel GF254, pereaksi DPPH, H2SO4, dan
bahan-bahan lain untuk penelitian fitokimia.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyiapan bahan

4.1.1 Pengumpulan bahan


Daun muda dipanen di daerah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Daun muda yang baik berwarna merah muda dan harum.
4.1.2 Determinasi tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Universitas Mulawarman Samarinda
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Laboratorium Fisiologi Tumbuhan.
4.1.3 Pengolahan bahan
Setelah dipanen daun muda dipilih dan dipisahkan dari kotoran bahan-bahan
asing lain. Kemudiaan dicuci dan dikeringkan pada tempat dan kondisi yang baik
dengan cara di angin-anginkan atau terhindar dari sinar matahari secara langsung.
Kemudian simplisia dimasukkan pada tempat sesuai menurut petunjuk umum.
4.2 Karakterisasi Simplisia
4.2.1 Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan cara dirasakan, baunya, warna
dan lain-lain.
4.2.2 Penetapan kadar abu total
Lebih kurang 1 g serbuk simplisia yang telah digerus ditimbang seksama,
dimasukkan kedalam krus silikat yang telah di pijarkan dan ditimbang. Pijarkan
selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450 oC sehingga arang habis, dinginkan,
timbang. Jika cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring
melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa kertas dan keras saring dalam krus yang
sama. Masukkan fitrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang.
Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara.
4.2.3 Penetapan kadar abu yang tidak larut asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total,di didihkan dengan 25 mL
asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian air yang tidak larut dalam
asam, saring dengan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas dan pijarkan
selama 15 menit pada suhu tidak lebih dari 450 o C, hingga bobot tetap, timbang,
hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang dikeringkan
diudara.
4.2.4 Penetapan kadar abu larut air
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, didihkan dengan 25 mL air
selama 5 menit, kumpulkan bagian air yang larut dalam air, saring dengan kertas
saring bebas abu, cuci dengan air panas dan pijarkan selama 15 menit pada suhu tidak
lebih dari 450

C. hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larus

dalam air terhadap bahan yang dikeringkan diudara.


4.2.5 Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Timbang 500 mg serbuk simplisia dari cawan penguap, tambahkan 100 mL air,
kocok selama 6 jam dan biarkan selama 18 jam. Ambil 20 mL, masukan kedalam
cawan penguap yang telah ditara, keringkan dalam oven 105oC sampai bobot tetap.
4.2.6 Penetapan kadar sari larut etanol
Timbang 500 mg serbuk simplisia dari cawan penguap, tambahkan 100 mL
etanol, kocok selama 6 jam dan biarkan selama 18 jam. Ambil 20 mL, masukan
kedalam cawan penguap yang telah ditara, keringkan dalam oven 105oC sampai bobot
tetap.
4.2.7 Penetapan kadar air simplisia
Sejumlah toluene dijenuhkan dengan cara :
Dikocok dengan sedikit air, biarkan memisah, buang lapisan air suling.
Cara penetapan

Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci, bilas dengan
air. Keringkan dalam lemari pengering. Kedalam labu kering masukkan 1,5 g
simplisia yang ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 2 mL sampai 4 mL
air. Toluene dituang kedalam tabung penerima melalui alat pendingin. Labu
dipanaskan dengan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluene mulai mendidih, suling
dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling,
kemudiaan naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua
air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluene, sambil dibersihkan dengan
sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan lebih dibasahi
dengan toluene. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima
pendingin hingga suhu kamar. Jika tetes air yang melekat pada tabung penerima,
gosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawar tembaga dan dibasahi dengan
toluene hingga tetesan ait turun. Setelah air adan toluene memisah sempurna, volume
air dibaca. Hitung kadar air dalam persen.

Tabel 4.1
Hasil pemeriksaan makroskopik
Karakteristik

Deskripsi

Bentuk
Bau
Rasa

Lonjong dengan ujungnya meruncing


khas
Agak kelat

Warna Daun
Ukuran

Merah muda
Kecil, sedang, besar

Tabel 4.2
Hasil karekteristik simplisia
No

Jenis Pemeriksaan

Hasil (%b/b)

Kadar abu total

3,01

kadar abu tidak larut asam

1,12

kadar abu larut air

3,43

kadar sari larut air

37

kadar sari larut etanol

6,08

kadar air

13,5*

Keterangan : * = (% v/b)

4.2.8

Penapisan fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa yang
terdapat pada daun muda selekop meliputi pemeriksaan alkaloid, flavanoid, saponin,
tannin, kuinon, steroid atau triterpenoid.

1. Alkaloid

Pemeriksaan alkaloid 500 mg simplisia kering ditambahkan 1 ml HCL 2 N dan 9 ml


air. Dipanaskan selama 3 menit, didinginkan dan disaring. Dipindahkan 3 tetes filtrate
pada kaca arloji kemudiaan ditambahkan 2 tetes bouchardat LP, jika terjadi endapan
coklat dan hitam maka mengandung alkaloid, untuk pereaksi mayer memberikan
endapan putih kuning, untuk pereaksi dragendorf merah bata-hitam (11)
2. Identifikasi flavanoid
Sebanyak 500 mg sampel dalam 100 ml air panas didihkan selama 5 menit dan
disaring. Filtrate yang diperoleh digunakan untuk penapisan senyawa golngan
saponin,kuinon, dan tannin, selanjutnya disebut larutan C. kedalam 5 ml larutan C
ditambahkan serbuk magnesium dan 2 ml asam klorida-etanol (1:1), kemudiaan
dikocok dengan 10 ml amil alcohol. Reaksi positif ditujukan dengan terbentuknya
warna jingga, kuning, atau merah pada lapidan amil alcohol (10)
3. Pemeriksaan saponin
Sebanyak 10 ml larutan C dalam tabung reaksi dikocok secara vertical selam 10 detik
dan diamkan. Pengamatan dilakukan terhadap busa yang terbentuk. Adanya saponin
ditujukan dengan terbentuknya busa yang stabil, ketika di tambahkan 1 tetes asam
klorida 2 N (10).
4. Identifikasi kuinon
Kedalam 5 ml larutan C ditambahkan beberapa tetes larutan natrium hidroksida 1 N.
terbentuknya warna merah menunjukkan adanya kuinon. Namun dapat terjadi reaksi
positif palsu dengan tannin. Maka pemeriksaan dilanjutkan dengan penambahan
gelatin kemudian endapannya disaring dan filtratnya ditambahkan natrium
hidroklorida adanya kuinon (10)
5. Identifikasi tannin
Sebanyak 5 ml larutan C direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 1%. Jika
terbentuk warna biru kehitaman menunjukan adanya tannin. Kemudian 5 ml larutan
Cditambahkan larutan gelatin, jika terbentuk endapan putih menunjukan adanya
tannin. Selanjutnya 5 ml larutan C ditambahkan pereaksi steasny (formaldehid-asam
klorida =1:2) dan dipanaskan dalam tangas air, jika terbentuk endapan merah muda
menunjukan adanya tannin katenat. Endapan disaring, lalu filtrate dijenuhkan dengan

natrium asetat dan ditambahakan besi (III) klorida. Jiak warna biru hitam menunjukan
adanya tannin galat (10)
6. Identifikasi steroid/terpenoid
Sebanyak 500 mg simplisia kering dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu
disaring. Filtrate sebanyak 5 ml diuapkan dalam cawan penguap. Kedalam residu
tambahkan pereaksi Liebermann-buchard, yaitu 2 tetes asam anhidrat dan 1 tetes
asam sulfat pekat. Jika terbentuk warna merah-ungu menunjukan adanya triterpenoid
dan terbentuk warna hijau biru menunjukan adanya steroid (10)
Hasil penapisan fitokimia dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2.8
Hasil penapisan fitokimia daun muda kokang
Golongan
Alkaloid
Flavanoid
Saponin
Kuinon
Tannin
Steroid/terpenoid

Sampel simplisia kering


(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
( +)

Keterangan : ( + ) mengandung senyawa yang diuji


( - ) mengandung senyawa yang diuji
4.2 Ekstraksi
Proses ekstraksi dilakukan terhadap 200 g daun muda selekop yang telah kering
kemudiaan dimaserasi dengan 2,5 liter etanol 95% selama 5 x 24 jam, sambil sesekali
dikocok. Dilakukan 5 kali pengulangan sampai filtrate etanol tidak berwarna.
Kemudian disaring menggunakan kain saring. Dikentalkan dengan menggunkan alat
evaporator pada titik didih pelarutnya. Bagan ekstraksi dapat dilihat pada lampiran 3.
4.3 Fraksinasi
Proses fraksinasi dilakukan dengan timbang ekstrak 20 g, lalu dilarutkan ekstrak
terlebih dahulu dengan methanol 20 % dari banyaknya volum air untuk
mengencerkan ekstrak. Kemudiaan setelah ekstrak encer baru tambahkan air, kocok

larutan tersebut sesekali dan buang gas yang terperangkap didalam, buka tutup
corong pisah yang telah disesuaikan. Ekstraksi fraksi air dengan menggunakan
pelarut n-heksan dengan pembandingan minimal 2 : 1 dengan fraksi air, kocok larutan
sesekali buang gas yang terperangkap didalamnya buka tutup corong kemudian
tunggu hingga terpisah sempurna atau menjadi dua fase. Kemudiaan pisahkan fase air
dengan mengeluarkan dari kran bawah, baru dengan tampungan berbeda keluarkan
juga fraksi heksan tambahkan natrium sulfat untuk menarik air yang terbawa di fraksi
n-heksan dilakukan ekstraksi tersebut sampai fraksi n-heksan benar-benar ketarik
semua. Selanjutnya diganti pelarut dengan kepolaran berbeda dengan metode yang
sama. Fraksi yang diperoleh dipekatkan kemudiaan dipantau KLT dengan fase diam
silica gel GF 254 dengan fase gerak yang digunakan berdasarkan kepolaran, non
polar n-hesan; etil asetat (9:1), semi polar klor ; etil asetat (4 :1) dan polar klorofrom ;
methanol (7 : 3). Kemudian bercak diamati dibawah sinar UV pada 366 nm.

4.4 Pemantauan kromatigrafi lapis tipis


Pemantauan KLT menggunakan fase diam plat silica gel GF254, dengan fase
gerak non-polar n-heksan : etil asetat (9:1), semi polar klorofrom : etil asetat (4:1)
dan polar klorofrom : methanol (7:3). Sebagai senyawa pembanding digunakan
vitamin C dan senyawa uji kualitatif antioksidan dengan menggunakan penyemprot
DPPH. Hasil KLT dapat dilihat apada gambar berikut :
Gambar hasil KLT

(a)

(b)

(c)

Gambar : pemantauan dengan KLT pengembang non-polar

Keterangan :
KLT ekstrak, fase diam silica gel GF254, pengembanga non polar n-heksan : etil
asetat (9:1), (1) ekstrak etanol, (2) fraksi etil asetat, (3) fraksi n-heksan (4) fraksi
methanol-air (5) vitamin C (a) dibawah sinar uv 254 nm, (b) dibawah sinar UV
366 nm, (c) penampak bercak DPPH.

(a)

(b)

(c)

Gambar : pemantauan dengan KLT pengembang semi polar


Keterangan :
KLT ekstrak, fase diam silica gel GF254, pengembanga semi polar klorofrom : etil
asetat (4:1), (1) ekstrak etanol, (2) fraksi etil asetat, (3) fraksi n-heksan (4) fraksi
methanol-air (5) vitamin C (a) dibawah sinar uv 254 nm, (b) dibawah sinar UV
366 nm, (c) penampak bercak DPPH.
(a)

(b)

(c)

Gambar : pemantauan dengan KLT pengembang polar


Keterangan :
KLT ekstrak, fase diam silica gel GF254, pengembanga polar klorofrom : metanol
(7:3), (1) ekstrak etanol, (2) fraksi etil asetat, (3) fraksi n-heksan (4) fraksi methanolair (5) vitamin C (a) dibawah sinar uv 254 nm, (b) dibawah sinar UV 366 nm, (c)
penampak bercak DPPH.
4.5 Uji aktivitas antioksidan daun muda kokang dengan menggunakan metode
DPPH
Uji aktivitas antioksidan dilakukan terhadap ekstrak etanol daun muda selekop
dan fraksi daun muda selekop yang dibandingkan dengan vitamin C. ekstrak daun
muda selekop dilarutkan dengan metanol dan dibuat dalam konsentrasi (5,6,7,8,9 dan

10 ppm). Fraksi etil asetat daun muda selekop dilarutkan kedalam metanol dan dibuat
dalam konsentrasi (3,4,5,6,7 dan 8 ppm). Fraksi n-heksan daun muda selekop
dilarutkan kedalam methanol dan dibuat konsentrasi (700,800,900,1000,1100 dan
12000). Fraksi methanol-air daun muda selekop dilarutkan kedalam methanol dan
dibuat konsentrasi (500,600,700,800,900 dan 1000) masing-masing dimasukkan
kedala vial dan ditambahkan DPPH (50 mg/ml) dalam metanol p.a. dengan
pembandingan 1:1 di inkubasi selama 30 menit dan diukur serapanya pada 516 nm.
Sebagai kontrol atau pembanding digunakan vitamin C dengan konsentrasi (2,4,6,dan
8 ppm ). Nilai IC50 dihitung masing masing dengan menggunakan regresi linier
(12,13,14).
Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal
bebas DPPH melalui perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH melalui
perhitungan persentase inhibisi serapan DPPH dengan menggunakan rumus :
Inhibisi (%) = [A kontrol A sempel ] x 100 %
A kontrol

Hasil pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilihat pada tabel dan gambar sebagai
berikut :
Tabel
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun muda kokang
Konsentrasi

absorban

% peredaman

IC50

(g/ml)
(ppm)
5
6
7
8
9
10

0,434
0,398
0,351
0,306
0,298
0,261

45,54
50,06
55,95
61,22
62,60
67,25

5,859

Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,797
80
60
% peredaman

f(x) = 4.33x + 24.65


R = 0.98

40
20
0
4

10

11

konsentrasi ekstrak etanol (mg/ml)

Gambar : grafik aktifitas antioksidan ekstrak etanol daun muda kokang


Tabel
Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat daun muda selekop
Konsentrasi

absorban

% peredaman

IC50

(g/ml)
(ppm)
3
4
5
6
7
8

0,463
0,390
0,313
0,273
0,227
0,207

47,90
51,06
60,72
65,74
71,51
74,02

3,399

Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,797

80
60
% peredaman

f(x) = 4.33x + 24.65


R = 0.98

40
20
0
4

10

11

konsentrasi fraksi etil asetat (mg/ml)

Gambar : grafik aktivitas antioksidan fraksi daun muda selekop


Tabel
Aktivitas antioksidan dari fraksi n-heksan
Konsentrasi
(mg/ml)
(ppm)

absorban

% peredaman

700
800
900
1000
1100
1200

0,485
0,458
0,384
0,356
0,298
0,258

36,51
42,67
49,73
53,41
60,99
66,23

IC50

768,4

Keterangan : Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm,
dan serapan = 0,764

70
60
50

f(x) = 0.06x - 4.66


R = 1

40
% peredaman 30
20
10
0
600

700

800

900 1000 1100 1200 1300

konsentrasi metanol-air (mg/ml)

Gambar : grafik aktivitas antioksidan fraksi n-heksan


Tabel
Aktivitas antioksidan dari fraksi methanol-air
Konsentrasi
(mg/ml)
(ppm)

absorban

%peredaman

500
600
700
800
900
1000

0,469
0,431
0,389
0,332
0,312
0,219

38,61
43,06
48,69
55,36
61,91
68,19

IC50

710,0

Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 mg/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,764

70
f(x) = 0.06x - 4.66
R = 1

60
50
40
% peredaman 30
20
10
0
600

700

800

900

1000 1100 1200 1300

konsentrasi metanol-air (mg/ml)

Gambar : grafik aktivitas antioksidan fraksi methanol-air


Tabel
Aktivitas antioksidan dari vitamin C
Konsentrasi

absorban

% peredaman

IC50

(g/ml)
(ppm)

Keterangan :
Spectrum serapan DPPH 50 g/ml dalam methanol, max = 516 nm, dan serapan =
0,734

Gambar : grafik aktivitas antioksidan vitamin C

BAB VI
PEMBAHASAN
Daun muda selekop adalah tanaman yang masih kurang tereksplorasi dan
secara tradisional/empiris daun muda selekop ini di masyarakat Kalimantan timur
digunakan sebagai kosmetika untuk menghilangkan noda-noda hitam pada wajah dan
juga sebagai sabun pada wajah maka dari itu dari penelitian ini , penentuan uji
aktivitas antioksidan pada daun muda selekop dilakukan secara langsung dan
pemisahan berdasarkan kepolarannya tapi tidak dilakukan sampai pemurnian
senyawa melainkan hasil kerja sama senyawa-senyawa antioksidan pada daun muda
selekop.
Pengumpulan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa daun muda selekop.
Untuk menjamin bahwa kebenaran jenis tanaman yang digunakan adalah benar yaitu
dengan determinasi. Hasil determinasi menyatakan bahwa tanaman tersebut adalah
benar selekop dengan nama spesies Lepisanthes amoena. Kebenaran jenis simplisia

penting untuk menghindari kesalahan pada jenis tanaman yang digunakan pada
penelitian.
Berdasarkan hasil karaterisasi daun muda selekop diperoleh kadar sari larut etanol
yaitu 19,994% dan kadar sari larut air yaitu 19,992%, data tersebut menunjukan
jumlah kandungan dalam bahan alam yang dapat ditarik oleh pelarut air dan etanol.
Selanjutnya untuk pemeriksaan kadar abu diperoleh kadar abu total yaitu 1,038%,
kadar abu larut air yaitu 0,24% dan kadar abu tidak larut asam yaitu 0,015%, dimana
kadar abu masing-masing bahan alam menunjukan batas pencemaran anorganik yang
diperolehkan dikandung oleh simplisia tersebut.
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan besar senyawa yang
terkandung dalam tanaman. Hasil penapisan fitokimia menunjukan bahwa daun muda
selekop mengandung senyawa golongan alkaloid, flavanoid, saponin dan triterpenoid.
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu maserasi, karena tanaman baru belum ada
pembanding yang terdapat pada pustaka maka dari itu di pilih metode maserasi, cara
ini merupakan metode yang sederhana cukup meredam sampel dalam pelarut, pelarut
yang digunakan yaitu etanol 95%, karena etanol bersifat tidak tosik dan memiliki sifat
universal yang dapat melarutkan hampir semua senyawa organik yang ada dalam
sempel, baik senyawa polar maupun non polar. Ekstrak kental yang diperoleh dari
hasil evavorasi diperoleh rendemen ekstrak sebanyak 13,17% dengan kadar air
ekstrak yaitu 5% b/v. kadar air ekstrak yang diperoleh masuk kedalam rentang
persyaratan MMI yaitu kurang dari 10%, hal ini menunjukan bahwa ekstrak tersebut
tidak mudah ditumbuhi oleh jasad jenik maupun tidak mudah terpengaruh oleh
pentimpanan.
Pemantaunan hasil ekstraksi dilakukan dengan KLT fase diam silica gel GF254 yang
dikembangkan pada pengembang berdasarkan kepolarannya. Pelarut non polar nheksan : etil asetat (9:1), semi polar klorofrom : etil asetat (4:1) dan polar klorofrom :
methanol (7:3). Dari hasil KLT dengan sampel ektrak etanol selekop, fraksi n-heksan,
etil asetat dan methanol-air terdapat bercak warna kuning yang menunjukan positif
mengandung senyawa antioksidan dengan latar ungu setelah disemprot menggunakan
DPPH. Hal ini terjadi karena akibat dari DPPH yang tereduksi.

Pemeriksaan aktivitas antiradikal bebas DPPH pada ekstrak daun muda selekop dan
pberbagai

fraksi

daun

muda

selekop

berdasarkan

kepolarannya

secara

spektrofotometri dilakukan dengan mereaksikan sampel dengan larutan DPPH


dengan pembanding (1;1). Dengan menggunakan panjang gelombang 516 nm, yang
merupakan panjang gelombang maksimum DPPH dari hasil pengukuran pada
konsentrasi larutan induk yang akan digunakan dalam pengujian aktivitas
antioksidan, maka dilakukan preparasi sampel terlebih dahulu dengan tujuan untuk
mengetahui peredaman 50% nya dari sampel, sehingga dapat diprediksikan
konsentrasi yang akan dibuat untuk pengukuran.
Analisis peredaman radikal bebas DPPH oleh sampel uji dapat diperoleh dengan
terlebih dahulu menghitung nilai A hitung (absorbansi hitung) dari data hasil
pengukuran absorban pada 516 nm. Dari hasil analisis yang telah dilakukan
diperoleh nilai % peredaman pada setiap konsentrasi. Selanjutnya untuk analisis nilai
IC50, dihitung berdasarkan persamaan regresi linier yang didapatkan dengan cara
memplotkan konsentrasi larutan uji dan % peredaman DPPH sebagai parameter
aktivitas antioksidan, dimana konsentrasi (ppm) sebagai sumbu x dan % peredaman
sebagai sumbu y. hasil persamaan yang diperoleh untuk ekstrak etanol daun muda
selekop yaitu y = 4,326x + 24,65 , untuk fraksi etil asetat daun muda selekop yaitu y
= 5,627x + 30,87 , untuk fraksi n-heksan daun muda selekop yaitu y = 0,059x 4,660
, untuk fraksi methanol-air daun muda selekop yaitu y = 0,060x + 7,396 , dan untuk
vitamin C yaitu y = 6,104x + 29,01. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukan
bahwa semakin tinggi konsentarsi sempel uji maka semakin besar pula kemampuan
sampel dalam menangkap radikal bebas dan dapat ditandai dengan nilai absornan
yang semakin kecil.
Besarnya aktivitas antioksidan yang diperoleh dari ekstrak etanol daun muda selekop
yaitu mempunyai nilai IC50 sebesar 5,85 mg/ml, fraksi etil asetat daun muda selekop
mempunyai nilai IC50 3,39 mg/ml, fraksi n-heksan daun muda selekop mempunyai
nilai IC50 768,4 mg/ml dan fraksi methanol-air daun muda selekop mempunyai nilai
IC50 710,0 mg/ml . Hal ini menunjukan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas

antioksidan yang kuat dibandingkan dengan vitamin C sebagai pembanding, dan


selanjutnya ekstrak etanol pada daun muda selekop juga memiliki antioksidan kuat
walapun tidak sekuat vitamin C,dan kedua fraksi n-heksan ataupun methanol-air
tersebut memiliki aktivitas antioksidan kurang kuat/lemah. Dibandingkan dengan
nilai IC50 dari vitamin C sebagai control positif yaitu 3,44 mg/ml yang memiliki
aktivitas antioksidan yang sangat kuat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Andayani, R., Yovita, L., dan Maimunah., 2008, Penentuan AktivitasAntioksidan,


Kadar Fenolik Total Dan Likopen Pada Buah Tomat( Solanum lycopersium
L.), Jurnal Sains Dan Teknologi Farmasi, 13(1),Fakultas Farmasi Universitas Andalas
dan STIFI Yayasan Perintis,Padang..
2. Winarsi, H., 2007, Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta : Kanisius
3. http://web3.dns.go th / botany / PDF / TFB/TFB32/TFB32_17 Lepisanthes.pdf
4. http://www.asia plant.net / Sapidanceae / Lepisanthes amoena.htm
5. www.plantamor.com/index. php ? plant= 2337
6. http://www.nationaalherbarium.nl/sungaiwain/Sapindaceae/Lepisanthes_amoena.htm.
7. Ditjen Pom, Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia, Jilid V. Jakarta : Depkes
RI. Hal 525-531, 536-541.

8. http://bahan-alam.fa.itb.ac.id

LAMPIRAN 1
HASIL DETERMINASI
DAUN MUDA SELEKOP (Lepisanthes amoena)

LAMPIRAN 2
MORFOLOGI DAUN MUDA SELEKOP
(Lepisanthes amoena)

LAMPIRAN 3
MORFOLOGI SIMPLISIA KERING DAUN MUDA SELEKOP
(Lepisanthes amoena)

LAMPIRAN 4
BAGAN EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI DAUN MUDA SELEKOP
(Lepisanthes amoena)

Simplisia

Skrining fitokimia dan karakteristik simplisia


Dimaserasi dengan etanol 95% selama 3x24 jam

Ampas

Ekstrak etanol
Ekstrak etanol pekat
Ekstrak (+) metanol
20% dan ECC dengan n-heksan

Fraksi air-metanol

Fraksi n-heksan
ECC dengan etil asetat

Fraksi air-metanol

Fraksi etil asetat


dipekatkan

dipekatkan
Fraksi n-heksan
pekat

Fraksi etil asetat

Pemantauan ekstrak dan fraksi


dengan KLT/Kkt
Uji aktivitas peredaman radikal bebas
DPPH secara in vitro dengan
spektrofotometri
Ekstrak dan fraksi yang terukur aktivitasnya

Didapat Ekstrak / Fraksi paling aktif

Anda mungkin juga menyukai