Anda di halaman 1dari 13

Uji Aktivitas Antioksidan Etanol Ekstrak Daun Sirih Cina (Peperomia

Pellucida L. Kunth) Dengan Menggunakan Metode ABTS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah besar bukti telah berkembang


mendukung peran kunci dari radikal bebas dalam banyak reaksi seluler. Radikal
bebas dapat mengoksidasi asam nukleat, protein, lipid sehingga menginisiasi
terjadinya degenerasi dan kerusakan sel. Tubuh dapat terpapar radikal bebas melalui
faktor lingkungan seperti polusi, intensitas sinar UV yang berlebih, suhu, bahan
kimia, dan kekurangan gizi. Jika jumlah radikal bebas berlebih, maka dapat terjadi
ketidakseimbangan antara molekul radikal bebas dengan antioksidan endogen. Saat
jumlah radikal bebas melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya, maka terbentuk
stres oksidatif. Stres oksidatif yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan sel dan jaringan. Kerusakan sel dan jaringan ini dapat memicu munculnya
penyakit-penyakit degenaratif (Susantiningsih, 2015). Berbagai penyakit degeneratif
tersebut adalah kardiovaskular, kerusakan retina, katarak, hepatitis, artritis reumatoid,
stroke, asma, diabetes melitus, imunodepresi, kanker, hiperoksia, dermatitis, penuaan
dini (Phaniendra and Jestadi, 2015).

Antioksidan atau senyawa penangkal radikal bebas merupakan zat yang dapat
menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang
menyebabkan oksidasi yang berlebihan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa
senyawa antioksi dan mengurangi resiko terhadap penyakit kro nis seperti kanker dan
penyakit jantung koron er (Prakash, 2001). Radikal bebas merupakan salah satu
bentuk senyawa reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan di kulit terluarnya. Elektron yang tidak memiliki
pasangan cenderung akan menarik elektron dari senyawa lain, sehingga elektron
tersebut akan dimiliki bersama oleh dua atom atau senyawa dan terbentuk suatu
senyawa radikal bebas yang baru yang lebih reaktif (Uppu, et al., 2010). Antioksidan
bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang besifat
oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bias terhambat. Antioksidan
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas (Winarsi, 2007).

Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan [1]. Radikal bebas akan
bereaksi dengan molekul sekitar untuk memperoleh pasangan elektron untuk
mencapai kestabilan molekul. Reaksi berlangsung terus menerus dalam tubuh dan
apabila tidak dihentikan akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti kanker,
katarak, penuaan dini, jantung serta penyakit degeneratif lainnya. Senyawa yang
diperlukan untuk menetralisir dan juga dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan
oleh radikal bebas adalah antioksidan. Antioksidan dapat melengkapi kekurangan
elektron yang dibutuhkan oleh radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi
berantai dari pembentukan radikal bebas [2]

Tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.), tanaman herbal yang termasuk
dalam famili Piperaceae, memiliki kemampuan sebagai antibiotik terhadap
pertumbuhan bakteri penyebab jerawat. Tumbuh di tempat yang lebih basah dan
kurang subur, seperti di bebatuan, dinding lembab, di ladang dan pekarangan, dan
bahkan di tepi parit. Tanaman sirih cina ini juga diketahui memiliki aktivitas sebagai
antibakteri, analgesik, antipiretik, antiinflamasi, hipoglikemik, antijamur,
antimikroba, antikanker, antioksidan, antidiabetic, dan antihipertensi. Masyarakat
secara tradisional menggunakan daun sirih cina (Peperomia pellucida L.) untuk
mengobati berbagai penyakit, termasuk bisul, jerawat, iritasi kulit, penyakit ginjal,
dan sakit perut. Kandungan kimia pada tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.)
yaitu Alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lipid, dan minyak atsiri.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah kandunga senyawa ekstrak etanol Daun Sirih Cina (Peperomia


Pellucida L. Kunth)?
2. Apakah ekstrak etanol Daun Sirih Cina (Peperomia Pellucida L. Kunth)
memiliki potensi sebagai antioksidan ?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol


Daun Sirih Cina (Peperomia Pellucida L. Kunth).
b. Untuk mengetahui apakah ekstrak etanol Daun Sirih Cina (Peperomia
Pellucida L. Kunth) memiliki potensi antioksidan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat menambah informasi ilmiah,


pengetahuan serta gambaran kepada penulis dan masyarakat luas terutama dalam
penemuan senyawa metabolik sekunder.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daun Sirih Cina


Nama Ilmiah : Peperomia pellucida (L.) Kunth

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (Vascular plants)

Superdivisi : Spermatophyta (Seed plants)

Divisi : Magnoliophyta (Flowering plants)

Kelas : Magnoliopsida (Dicotyledona)

Subkelas : Magnoliidae

Ordo : Piperales

Keluarga : Piperaceae

Genus : Peperomia

Spesies : Peperomia Pellucida

Sinonim : Peperomia exigua Miq.

Nama Simplisia: Peperomiae pellucidae simplicia


Nama daerah :”Sasaladan (Sunda); range-range, sladanan, suruhan (Jawa);
tumpangan air (Sumatera, Jakarta); gofu goroho (Ternate) , rumput ayam (Pasan
Ratahan)” (Dalimartha, 2006).

Nama asing :Ulasiman bato (Filipina), cao hu jiao (Cina) (Hariana, 2015).

Uraian deskripsi: Tanaman Peperomia pellucida berasal dari Amerika Tropis, banyak
ditemukan di halaman rumah ataupun ditempat lembab serta berkembang secara liar.
Tanaman semusim ini tumbuh tegak hingga ketinggian 20-40 cm; jika ketinggiannya
bertambah, kadang-kadang bisa menggantung. Batang bundar dengan diameter 3-5
mm, dengan kadar air tinggi, bercabang, dan warnanya hijau pucat. Daunnya
memiliki letak berseling dan tunggal bertangkai. Helaian daun lebar berbentuk serupa
jantung, ujungnya meruncing, tulang melengkung, pangkal melekuk, dan tepian rata
dengan panjang 1-3 cm. Permukaan atas memiliki warna hijau pucat namun
mengilap, sedangkan bagian bawahnya memiliki warna lebih muda. Bunga majemuk
ialah sekelompok bunga berbentuk bulir dengan panjang berkisar 1-6 cm yang
muncul dari ketiak daun atau ujung tangkai dengan warna hijau. Buah kecil bundar,
berdiameter < 1 mm, memiliki warna hijau-kecokelatan, ujung meruncing tersusun
seperti lada. Akar serabut dan tidak dalam” (Dalimartha, 2006). Budidaya: Dapat
diperbanyak dengan biji Sifat: Bersifat sejuk dan berasa pedas.

2.2. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menyumbangkan atau mendonorkan


atom hidrogen atau proton kepada senyawa radikal bebas sehingga senyawa radikal
tersebut menjadi lebih stabil. Dilihat dari sumber dimana antioksidan tersebut dapat
diperoleh, antioksidan terbagi menjadi dua yakni antioksidan alami dan antioksidan
buatan. Antioksidan alami dapat berasal dari buah-buahan dan tanaman, sedangkan
antioksidan buatan dapat disintesis dari suatu reaksi. Penggunaan antioksidan buatan
dalam jangka waktu yang panjang dan jumlah yang berlebih dapat menyebabkan
kerusakan hati. Oleh sebab itu, dewasa ini manusia cenderung memilih antioksidan
dari alam seperti dari buah-buahan dan tanaman yang banyak terdapat di alam
khususnya di Indonesia sendiri (Sains & Teknologi, 2017).

Antioksidan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan
radikal. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain, Vitamin, Polifenol,
Karotin dan mineral. Secara ilmiah, zat ini sangat besar peranannya pada manusia
untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara
menekan kerusakan sel yang yang terjadi oleh proses oksidasi radikal bebas. Ada 3
golongan antioksidan dalam tubuh yaitu : 1. Antioksidan primer Berfungsi mencegah
pembentukan radikal bebas, misalnya transferrin, ferritin, dan albumin. 2.
Antioksidan sekunder Berfungsi menangkap radikal bebas dan menghentikan
pembentukan radikal bebas, misalnya Superoxide Dismutase (SOD), Glutathione
Peroxidase (GPx), Vitamin C, Vitamin E, β- karoten, dan lainnya. 3. Antioksidan
tersier atau repair enzyme Berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh
radikal bebas.

Antioksidan dapat menangkap radikal bebas sehingga dapat menghambat


mekanisme oksidatif yang merupakan penyebab penyakit-penyakit kronis dan
degeneratif seperti penyakit jantung, kanker, katarak, disfungsi otak dan artritis.
Mekanisme kerja antioksidan memiliki beberapa fungsi. Fungsi pertama merupakan
fungsi utama dari antioksidan yaitu memberikan atom hidrogen yang berasal dari
gugus hidroksi senyawa fenol sehingga terbentuk senyawa yang stabil. Senyawa
antioksidan yang termasuk kelompok ini misalnya BHA, BHT, PG, TBHQ, dan
tokoferol. Antiosidan yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai
antioksidan primer. Antioksidan tersebut dapat memberikan atom hidrogen secara
cepat ke radikal lipida (R*,ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil,
sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil
dibandingkan radikal lipida.
Fungsi kedua merupakan mekanisme fungsi sekunder antioksidan, yaitu
memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme
pemutusan rantai autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih
stabil. Senyawa-senyawa ini mempunyai kemampuan untuk mendekomposisi
hidroperoksida menjadi produk akhir yang stabil. Tipe antiosidan ini pada umumnya
digunakan untuk menstabilkan polyolefin resin. Contohnya, asam tiodipropionat dan
dilauriltiopropionat (Gordon, 1990).

Fungsi ketiga adalah sebagai Oxygen scavengers, yaitu senyawa-senyawa yang


berperan sebagai pengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi. Dalam
hal ini, senyawa tersebut akan mengadakan reaksi dengan oksigen yang berada dalam
system sehingga jumlah oksigen akan berkurang. Contoh dari senyawa- senyawa
kelompok ini adalah vitamin C (asam askorbat), askorbilpalminat, asam eritorbat, dan
sulfit (Gordon, 1990).

Antioksidan dari luar dapat diperoleh dalam bentuk sintetik dan alami. Namun saat
ini, antioksidan sintetik mulai dibatasi penggunaannya akibat adanya kekhawatiran
terhadap efek samping yang mungkin dapat terjadi, sehingga menjadikan antioksidan
alami sebagai pilihan utama dalam menangkal radikal bebas. Antioksidan diharapkan
aman dalam penggunaan atau tidak toksik, efektifitas pada konsentrasi rendah, (0,01-
0,02)% tersedia dengan harga cukup terjangkau, dan tahan terhadap proses
pengolahan produk. Antioksidan penting dalam melawan radikal bebas, tetapi dalam
kapasitas berlebih menyebabkan kerusakan sel (Kazia et al., 2017).

2.3. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul


tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul
atau sel lain. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan factor
eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat kimiawi dalam
makanan dan polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat
kronis, yaitu dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk penyakit tersebut menjadi
nyata. Contoh penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas adalah
serangan jantung, kanker, katarak dan menurunnya fungsi ginjal. Untuk mencegah
atau mengurangi penyakit kronis karena radikal bebas diperlukan antioksidan
(Muchtadie, 2009).

Radikal bebas oksigen ini, yang masing-masing memiliki satu elektron


tunggal, bisa menyerang dan merusak nyaris setiap molekul yang ada didalam tubuh.
Radikal bebas tersebut juga sangat aktif sehingga begitu terbentuk., hanya
sepersekian detik kemudian radikal ini telah menggabungkan diri dengan yang lain.
Dalam penggabungan tersebut, radikal mungkin melepas elektron tunggalnya atau
menangkap satu elektron yang tidak berpasangan dan dengan demikian beralih
menjadi sebuah radikal lain (Youngson, 2005).

Radikal bebas pada dasarnya adalah molekul yang pada orbital terluarnya
terdapat elektron yang tidak berpasangan sehingga menjadikannya sangat reaktif.
Radikal ini apabila masuk kedalam tubuh cenderung mengadakan reaksi berantai
yang dapat memicu kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus-menerus. Radikal
bebas yang masuk kedalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan
endogen yang terdapat didalam tubuh. Akan tetapi, radikal bebas juga dapat
mengalami peningkatan yang disebabkan oleh faktor stress, radiasi, asap rokok dan
polusi lingkungan sehingga sistem pertahanan tubuh yang ada tidak memadai,
sehingga tubuh memerlukan tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi
dari serangan radikal bebas (Sains & Teknologi, 2017).

Sumber radikal bebas ada yang bersifat internal yaitu dari dalam tubuh da
nada yang bersifat eksternal dari luar tubuh.

1). Radikal bebas internal

Radikal bebas inrenal berasal dari oksigen yang kita hirup. Oksigen
yang biasa kita hirup merupakan penopang utama kehidupan karena
menghasilkan banyak energi namun hasil lain dari reaksi pembentukan energy
tersebut akan menghasilkan Reactive Oxygen Spesies (ROS). Metabolisme
aerobik yang merupakan proses penting kehidupan organisme selalu diikuti
oleh terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas terbentuk saat proses sintesis
energy oleh mitokondria atau proses dekoksifikasi yang melibatkan enzim
sitokrom P450 di hati. Seperti diketahui proses metabolisme terjadi karena
teroksidasinya zat-zat makanan yang dikonversi menjadi senyawa pengikat
energi (adenosine triphospat) dengan bantuan oksigen. Dalam proses oksidasi
itu terbentuk juga radikal bebas (ROS) yaitu anion superoksida dan hidroksil
radikal (khairah, 2010).

2). Radikal bebas eksternal

Sumber radikal bebas eksternal dapat berasal dari polusi udara,


alkohol, rokok, radiasi sinar uv, obat-obatan tertentu seperti anastesi,
peptisida, sinar X dan kemoterapi. Radikal bebas juga dihasilakn dari proses
pengolahan makanan yang berlebihan. Beberapa cara pengolahan makanan
yang akrab dengan kehidupan sehari-hari adalah menggoreng, membakar atau
memanggang. Proses pengolahan makanan dengan cara menggoreng,
membakar atau memanggang dengan suhu yang terlalu tinggi, terutama pada
makanan hewani berkadar protein dan lemak tinggi sebaiknya tidak sering
dilakukan karena akan menimbulkan dampak terbentuknya radikal bebas.
Minyak goreng yang dipakai berkali-kali sampai berwarna cokelat kehitaman
dan berbau tengik, dapat menjadi penyebab timbulnya radikal bebas pada
makanan yang digoreng. Minyak goreng yang sudah rusak tersebut tidak
layak dipakai lagi karena dapat melepaskan senyawa peroksida dan epoksida
yang bersifat karsinogenik (kataren, 2005). Zat pengawet makanan seperti
formal- dehid/formalin pada tahu, zat warna tekstil seperti rhodamin pada
sirup, ternyata dapat merangsang terbentuknya radikal bebas (Nadelus, 2007).
2.4. Metode ABTS (2,2’-azino-bis-(3-etilbenzotiazolin-6-asam sulfonat))

Metode ABTS menggunakan 2,2’-azino-bis-(3-etilbenzotiazolin-6- asam


sulfonat sebagai sumber radikal bebas. Radikal bebas ABTS diperoleh dengan cara
oksidasi kalium persulfate (K2S2O8) sehingga diperoleh radikal bebas dengan inti
nitrogen dan karakteristik warna biru hijau sebelum direaksikan dengan antioksidan.
Ketika tereduksi oleh antioksidan menjadi bentuk non radikal yang tidak berwarna
(Erel, 2004).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan penelitian yang digunakan meliputi kayu secang yang berasal dari B2P2TOOT
Tawang– mangu, sodium hidroksida (Merck), asam galat 98% (MP Biomedicals),
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl atau DPPH (Sigma Aldrich), 2,4,6-tripy– ridiyl-s-
triazine atau TPTZ (Sigma Aldrich), ABTS (Sigma Aldrich), trolox (Sigma Aldrich),
aluminium klorida (Merck), reagen Folin-Ciocalteu (Sigma Aldrich), natrium
karbonat (Merck), natrium asetat anhidrat (Merck), asam asetat (Merck), ferri klorida
(Merck), etanol 80%, dan aquadem. Alat yang digunakan terdiri dari spektro–
fotometer UV-Visible (Shimadzu), Microplate Reader (FLUOstar® Omega), pipet
mikro (Socorex), micropipette tip (biru dan kuning), botol gelap, dan alat-alat gelas
laboratorium.

3.2. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia dilakukan terhadap golongan glikosida flavonoid, flavonoid bebas,


alkaloid, polifenol, tanin, saponin, dan minyak atsiri menggunakan uji spot dengan
reaksi warna.

3.3. Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ABTS

3.3.1. Pembuatan Larutan ABTS

Ditimbang serbuk ABTS 7,100 mg dan serbuk kalium persulfat 3,500 mg, kemudian
masing-masing dilarutkan dalam 5 mL etanol. Larutan diinkubasi selama 12 jam
dalam ruangan gelap. Larutan keduanya dicampur, kemudian dicukupkan volumenya
dengan etanol sampai 25 mL.

3.3.2. Pengukuran aktivitas antioksidan

Prosedur pengujian dilakukan berdasarkan Arnao (2000). Dibuat beberapa larutan


sampel dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm. Trolox disiapkan dengan
konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm. Larutan ABTS dan sampel dipipet dengan
perbandingan 1:1 ke dalam 96-well clear polystyrene microplate kemudian
dihomogenkan. Campuran lalu diukur serapannya dengan microplate reader pada
panjang gelombang 520 nm. Trolox sebagai kontrol positif diperlakukan sama dengan
sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2020). Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70%
bunga telang (Clitoria ternatea L) dari daerah sleman dengan metode DPPH.
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(1), 70-76.
Cahyaningsih, E., Yuda, P. E. S. K., & Santoso, P. (2019). Skrining fitokimia dan uji
aktivitas antioksidan ekstrak etanol bunga telang (Clitoria ternatea L.) dengan metode
spektrofotometri uv-Vis. Jurnal Ilmiah Medicamento, 5(1).
Damanis, F. V., Wewengkang, D. S., & Antasionasti, I. (2020). Uji aktivitas
antioksidan ekstrak etanol ascidian Herdmania Momus dengan metode DPPH (1, 1-
difenil-2-pikrilhidrazil). Pharmacon, 9(3), 464-469.
Imansyah, M. Z. (2022). UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH
CINA (Peperomia pellucida L.) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes.
Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar, 6(1), 40-47.
Puspitasari, A. D., Sumantri, L. M., & Fardah, U. J. (2019). Aktivitas Antioksidan
Perasan Jeruk Manis (Citrus sinensis) Dan Jeruk Purut (Citrus hystrix) Menggunakan
Metode ABTS. Majalah Farmasi Dan Farmakologi, Semarang, 23, 48-51.
Sami, F. J., & Rahimah, S. (2015). Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol bunga
brokoli (brassica oleracea l. var. italica) dengan metode DPPH (2, 2 diphenyl-1-
picrylhydrazyl) dan metode ABTS (2, 2 azinobis (3-etilbenzotiazolin)-6-asam
sulfonat). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 2(2), 107-110.
Serlahwaty, D., & Sevian, A. N. (2016, April). Uji aktivitas antioksidan ekstrak
etanol 96% kombinasi buah strawberry dan tomat dengan metode ABTS. In
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Vol. 3, pp. 322-330).
Setiawan, F., Yunita, O., & Kurniawan, A. (2018). Uji aktivitas antioksidan ekstrak
etanol kayu secang (Caesalpinia sappan) menggunakan metode DPPH, ABTS, dan
FRAP. Media Pharmaceutica Indonesiana, 2(2), 82-89.
Wicaksono, B., Pratimasari, D., & Lindawati, N. Y. (2021). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol, Fraksi Polar, Semi Polar dan Non Polar Bunga Telang
(Clitoria ternatea L.) dengan Metode ABTS. Jurnal Kesehatan Kartika, 16(3), 88-94.

Anda mungkin juga menyukai