BAB I
PENDAHULUAN
Antioksidan atau senyawa penangkal radikal bebas merupakan zat yang dapat
menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah sistem biologi
tubuh dari efek yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang
menyebabkan oksidasi yang berlebihan. Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa
senyawa antioksi dan mengurangi resiko terhadap penyakit kro nis seperti kanker dan
penyakit jantung koron er (Prakash, 2001). Radikal bebas merupakan salah satu
bentuk senyawa reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki
elektron yang tidak berpasangan di kulit terluarnya. Elektron yang tidak memiliki
pasangan cenderung akan menarik elektron dari senyawa lain, sehingga elektron
tersebut akan dimiliki bersama oleh dua atom atau senyawa dan terbentuk suatu
senyawa radikal bebas yang baru yang lebih reaktif (Uppu, et al., 2010). Antioksidan
bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang besifat
oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bias terhambat. Antioksidan
menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki
radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal
bebas (Winarsi, 2007).
Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena
mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan [1]. Radikal bebas akan
bereaksi dengan molekul sekitar untuk memperoleh pasangan elektron untuk
mencapai kestabilan molekul. Reaksi berlangsung terus menerus dalam tubuh dan
apabila tidak dihentikan akan mengakibatkan timbulnya penyakit seperti kanker,
katarak, penuaan dini, jantung serta penyakit degeneratif lainnya. Senyawa yang
diperlukan untuk menetralisir dan juga dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan
oleh radikal bebas adalah antioksidan. Antioksidan dapat melengkapi kekurangan
elektron yang dibutuhkan oleh radikal bebas dan menghambat terjadinya reaksi
berantai dari pembentukan radikal bebas [2]
Tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.), tanaman herbal yang termasuk
dalam famili Piperaceae, memiliki kemampuan sebagai antibiotik terhadap
pertumbuhan bakteri penyebab jerawat. Tumbuh di tempat yang lebih basah dan
kurang subur, seperti di bebatuan, dinding lembab, di ladang dan pekarangan, dan
bahkan di tepi parit. Tanaman sirih cina ini juga diketahui memiliki aktivitas sebagai
antibakteri, analgesik, antipiretik, antiinflamasi, hipoglikemik, antijamur,
antimikroba, antikanker, antioksidan, antidiabetic, dan antihipertensi. Masyarakat
secara tradisional menggunakan daun sirih cina (Peperomia pellucida L.) untuk
mengobati berbagai penyakit, termasuk bisul, jerawat, iritasi kulit, penyakit ginjal,
dan sakit perut. Kandungan kimia pada tanaman sirih cina (Peperomia pellucida L.)
yaitu Alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lipid, dan minyak atsiri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Piperales
Keluarga : Piperaceae
Genus : Peperomia
Nama asing :Ulasiman bato (Filipina), cao hu jiao (Cina) (Hariana, 2015).
Uraian deskripsi: Tanaman Peperomia pellucida berasal dari Amerika Tropis, banyak
ditemukan di halaman rumah ataupun ditempat lembab serta berkembang secara liar.
Tanaman semusim ini tumbuh tegak hingga ketinggian 20-40 cm; jika ketinggiannya
bertambah, kadang-kadang bisa menggantung. Batang bundar dengan diameter 3-5
mm, dengan kadar air tinggi, bercabang, dan warnanya hijau pucat. Daunnya
memiliki letak berseling dan tunggal bertangkai. Helaian daun lebar berbentuk serupa
jantung, ujungnya meruncing, tulang melengkung, pangkal melekuk, dan tepian rata
dengan panjang 1-3 cm. Permukaan atas memiliki warna hijau pucat namun
mengilap, sedangkan bagian bawahnya memiliki warna lebih muda. Bunga majemuk
ialah sekelompok bunga berbentuk bulir dengan panjang berkisar 1-6 cm yang
muncul dari ketiak daun atau ujung tangkai dengan warna hijau. Buah kecil bundar,
berdiameter < 1 mm, memiliki warna hijau-kecokelatan, ujung meruncing tersusun
seperti lada. Akar serabut dan tidak dalam” (Dalimartha, 2006). Budidaya: Dapat
diperbanyak dengan biji Sifat: Bersifat sejuk dan berasa pedas.
2.2. Antioksidan
Antioksidan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan
radikal. Yang termasuk ke dalam golongan zat ini antara lain, Vitamin, Polifenol,
Karotin dan mineral. Secara ilmiah, zat ini sangat besar peranannya pada manusia
untuk mencegah terjadinya penyakit. Antioksidan melakukan semua itu dengan cara
menekan kerusakan sel yang yang terjadi oleh proses oksidasi radikal bebas. Ada 3
golongan antioksidan dalam tubuh yaitu : 1. Antioksidan primer Berfungsi mencegah
pembentukan radikal bebas, misalnya transferrin, ferritin, dan albumin. 2.
Antioksidan sekunder Berfungsi menangkap radikal bebas dan menghentikan
pembentukan radikal bebas, misalnya Superoxide Dismutase (SOD), Glutathione
Peroxidase (GPx), Vitamin C, Vitamin E, β- karoten, dan lainnya. 3. Antioksidan
tersier atau repair enzyme Berfungsi memperbaiki jaringan tubuh yang rusak oleh
radikal bebas.
Antioksidan dari luar dapat diperoleh dalam bentuk sintetik dan alami. Namun saat
ini, antioksidan sintetik mulai dibatasi penggunaannya akibat adanya kekhawatiran
terhadap efek samping yang mungkin dapat terjadi, sehingga menjadikan antioksidan
alami sebagai pilihan utama dalam menangkal radikal bebas. Antioksidan diharapkan
aman dalam penggunaan atau tidak toksik, efektifitas pada konsentrasi rendah, (0,01-
0,02)% tersedia dengan harga cukup terjangkau, dan tahan terhadap proses
pengolahan produk. Antioksidan penting dalam melawan radikal bebas, tetapi dalam
kapasitas berlebih menyebabkan kerusakan sel (Kazia et al., 2017).
Radikal bebas pada dasarnya adalah molekul yang pada orbital terluarnya
terdapat elektron yang tidak berpasangan sehingga menjadikannya sangat reaktif.
Radikal ini apabila masuk kedalam tubuh cenderung mengadakan reaksi berantai
yang dapat memicu kerusakan-kerusakan yang berlanjut dan terus-menerus. Radikal
bebas yang masuk kedalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan
endogen yang terdapat didalam tubuh. Akan tetapi, radikal bebas juga dapat
mengalami peningkatan yang disebabkan oleh faktor stress, radiasi, asap rokok dan
polusi lingkungan sehingga sistem pertahanan tubuh yang ada tidak memadai,
sehingga tubuh memerlukan tambahan antioksidan dari luar yang dapat melindungi
dari serangan radikal bebas (Sains & Teknologi, 2017).
Sumber radikal bebas ada yang bersifat internal yaitu dari dalam tubuh da
nada yang bersifat eksternal dari luar tubuh.
Radikal bebas inrenal berasal dari oksigen yang kita hirup. Oksigen
yang biasa kita hirup merupakan penopang utama kehidupan karena
menghasilkan banyak energi namun hasil lain dari reaksi pembentukan energy
tersebut akan menghasilkan Reactive Oxygen Spesies (ROS). Metabolisme
aerobik yang merupakan proses penting kehidupan organisme selalu diikuti
oleh terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas terbentuk saat proses sintesis
energy oleh mitokondria atau proses dekoksifikasi yang melibatkan enzim
sitokrom P450 di hati. Seperti diketahui proses metabolisme terjadi karena
teroksidasinya zat-zat makanan yang dikonversi menjadi senyawa pengikat
energi (adenosine triphospat) dengan bantuan oksigen. Dalam proses oksidasi
itu terbentuk juga radikal bebas (ROS) yaitu anion superoksida dan hidroksil
radikal (khairah, 2010).
BAB III
METODE PENELITIAN
Bahan penelitian yang digunakan meliputi kayu secang yang berasal dari B2P2TOOT
Tawang– mangu, sodium hidroksida (Merck), asam galat 98% (MP Biomedicals),
2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl atau DPPH (Sigma Aldrich), 2,4,6-tripy– ridiyl-s-
triazine atau TPTZ (Sigma Aldrich), ABTS (Sigma Aldrich), trolox (Sigma Aldrich),
aluminium klorida (Merck), reagen Folin-Ciocalteu (Sigma Aldrich), natrium
karbonat (Merck), natrium asetat anhidrat (Merck), asam asetat (Merck), ferri klorida
(Merck), etanol 80%, dan aquadem. Alat yang digunakan terdiri dari spektro–
fotometer UV-Visible (Shimadzu), Microplate Reader (FLUOstar® Omega), pipet
mikro (Socorex), micropipette tip (biru dan kuning), botol gelap, dan alat-alat gelas
laboratorium.
Ditimbang serbuk ABTS 7,100 mg dan serbuk kalium persulfat 3,500 mg, kemudian
masing-masing dilarutkan dalam 5 mL etanol. Larutan diinkubasi selama 12 jam
dalam ruangan gelap. Larutan keduanya dicampur, kemudian dicukupkan volumenya
dengan etanol sampai 25 mL.
Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2020). Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70%
bunga telang (Clitoria ternatea L) dari daerah sleman dengan metode DPPH.
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(1), 70-76.
Cahyaningsih, E., Yuda, P. E. S. K., & Santoso, P. (2019). Skrining fitokimia dan uji
aktivitas antioksidan ekstrak etanol bunga telang (Clitoria ternatea L.) dengan metode
spektrofotometri uv-Vis. Jurnal Ilmiah Medicamento, 5(1).
Damanis, F. V., Wewengkang, D. S., & Antasionasti, I. (2020). Uji aktivitas
antioksidan ekstrak etanol ascidian Herdmania Momus dengan metode DPPH (1, 1-
difenil-2-pikrilhidrazil). Pharmacon, 9(3), 464-469.
Imansyah, M. Z. (2022). UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH
CINA (Peperomia pellucida L.) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acnes.
Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar, 6(1), 40-47.
Puspitasari, A. D., Sumantri, L. M., & Fardah, U. J. (2019). Aktivitas Antioksidan
Perasan Jeruk Manis (Citrus sinensis) Dan Jeruk Purut (Citrus hystrix) Menggunakan
Metode ABTS. Majalah Farmasi Dan Farmakologi, Semarang, 23, 48-51.
Sami, F. J., & Rahimah, S. (2015). Uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol bunga
brokoli (brassica oleracea l. var. italica) dengan metode DPPH (2, 2 diphenyl-1-
picrylhydrazyl) dan metode ABTS (2, 2 azinobis (3-etilbenzotiazolin)-6-asam
sulfonat). Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 2(2), 107-110.
Serlahwaty, D., & Sevian, A. N. (2016, April). Uji aktivitas antioksidan ekstrak
etanol 96% kombinasi buah strawberry dan tomat dengan metode ABTS. In
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences (Vol. 3, pp. 322-330).
Setiawan, F., Yunita, O., & Kurniawan, A. (2018). Uji aktivitas antioksidan ekstrak
etanol kayu secang (Caesalpinia sappan) menggunakan metode DPPH, ABTS, dan
FRAP. Media Pharmaceutica Indonesiana, 2(2), 82-89.
Wicaksono, B., Pratimasari, D., & Lindawati, N. Y. (2021). Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol, Fraksi Polar, Semi Polar dan Non Polar Bunga Telang
(Clitoria ternatea L.) dengan Metode ABTS. Jurnal Kesehatan Kartika, 16(3), 88-94.