Anda di halaman 1dari 19

NASKAH PUBLIKASI

FORMULASI KRIM SARANG BURUNG WALET PUTIH


(Aerodramus fuciphagus) DENGAN BASIS TIPE A/M
SEBAGAI PENCERAH KULIT WAJAH

OLEH
SITI DZATIR ROHMAH
NIM. I 211 09 014

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
NASKAH PUBLIKASI

FORMULASI KRIM SARANG BURUNG WALET PUTIH


(Aerodramus fuciphagus) DENGAN BASIS TIPE A/M
SEBAGAI PENCERAH KULIT WAJAH

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi


(S.Farm) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak

Oleh :

SITI DZATIR ROHMAH

NIM. I 211 09 014

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
NASKAH PUBLIKASI

FORMULASI KRIM SARANG BURUNG WALET PUTIH


(Aerodramus fuciphagus) DENGAN BASIS TIPE A/M
SEBAGAI PENCERAH KULIT WAJAH

Oleh :
SITI DZATIR ROHMAH
NIM : I 211 09 014

Disetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Liza Pratiwi, S.Far., M.Sc., Apt. Wintari Taurina, S.Farm., M.Sc., Apt.
NIP. 198410082009122007 NIP. 198304212008012007

Penguji I, Penguji II,

Isnindar, S.Si., M.Sc., Apt. Bambang Wijianto, S.Far., M.Sc., Apt.


NIP. 197809112008012011 NIP. 198412312009121005

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura

dr. Sugito Wonodirekso, M.S


NIP.194810121975011001
FORMULASI KRIM SARANG BURUNG WALET PUTIH
(Aerodramus fuciphagus) DENGAN BASIS TIPE A/M
SEBAGAI PENCERAH KULIT WAJAH

ABSTRAK

Sarang walet putih (Aerodramus fuciphagus) merupakan bahan alam yang telah
lama dimanfaatkan untuk merawat kecantikan kulit. Sarang walet mengandung EGF
(Epidermal Growth Factor) yang berperan dalam regenerasi sel kulit. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui konsentrasi optimal sarang walet dalam mencerahkan kulit
serta efektivitas dan stabilitas fisika dan kimianya setelah diformulasikan menjadi krim
dengan konsentrasi optimal. Kelompok optimasi konsentrasi sarang walet terdiri dari
konsentrasi 10%, 20% dan 30%. Sarang walet diformulasikan menjadi 3 formula dengan
perbandingan adeps lanae dan akuades masing-masing yaitu formula A (90:10), formula
B (75:25) dan formula C (60:40). Uji efektivitas dilakukan selama 14 hari menggunakan
tikus putih jantan galur wistar. Uji stabilitas dilakukan selama 30 hari meliputi
pengamatan organoleptis, daya sebar, daya lekat dan pH. Data dianalisis secara statistik
menggunakan Program R versi 12.4.1 dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil optimasi
konsentrasi menunjukkan walet 30 % memiliki efektivitas yang terbaik. Hasil uji
efektivitas menunjukkan krim A mencerahkan kulit hewan uji dalam waktu rata-rata 11
hari sementara krim B dan C 10 hari. Hasil diuji statistik dan ketiga formula memiliki
efektivitas yang sama. Uji stabilitas menunjukkan krim A mengalami perubahan terkecil
pada 3 dari 4 variabel uji, sehingga krim A lebih baik dibandingkan krim B dan C.

Kata Kunci : sarang walet putih, krim, pencerah, basis A/M


FORMULATION OF SWALLOW WHITE BIRD NEST
(Aerodramus fuciphagus) CREAM WITH W/O BASE
TYPE AS FACE SKIN LIGHTENING

ABSTRACT

Swallow white bird nest is natural material that has been used to maintain skin
beauty. Swallow white bird nest contain EGF (Epidermal Growth Factor) that has a role
in skin cell regeneration. The purpose of this research is to know optimum concentration
of swallow white bird nest in enlightening skin and its effectivity and stability when it
was formulated in cream product with optimum concentration. Optimation of swallow
white bird nest concentration group test are consist of 10%, 20%, and 30% concentration.
Swallow white bird nest is formulated in three kind of formulation with each ratio of
lanolin anhydrous and aquadest are A formula (90:10), B formula (75 : 25), and C
formula (60 : 40). Effectivity test was done for 14 days by using male Wistar rat. Stability
test carried out for 30 days includes organoleptic test, ability of sphreading and sticking
and pH. The result of effectivity test and stability test was analyzed statistically by using
R Program 2.14.1 Version in 95% confidence level. The optimation test result shows that
swallow white bird nest in 30% concentration give the best effectivity in enlightening rat
skin. Effectivity test result shows that A cream can enlighten rat skin in 11 days while B
and C cream can enlighten rat skin in 10 days. That result was analyzed statistically and
apparently three of cream formula have the same effectiveness. The result of stability test
shows that A cream has a few change in three of four test variable, so A formula is better
than B and C cream.

Keyword : swallow white bird nest, cream, skin lightening, W/O base type
PENDAHULUAN adalah sarang burung walet
Penggunaan bahan kosmetika di (Aerodramus fuchipagus). Masyarakat
masyarakat semakin meningkat baik Cina telah menggunakan sarang burung
macam maupun jumlahnya. Salah satu walet untuk merawat kecantikan kulit
produk kosmetik yang berkembang secara turun-temurun. Sarang burung
pesat saat ini adalah produk pencerah walet mengandung EGF (Epidermal
kulit. Produk pencerah kulit sangat Growth Factor) yang berfungsi
diminati di wilayah Asia yang pada memperbaiki tekstur kulit dan perbaikan
umumnya berkulit kuning sampai jaringan serta meremajakan kulit(4),(5).
coklat. Hal tersebut disebabkan karena EGF juga berperan dalam regenerasi sel
konsep kecantikan saat ini adalah kulit yang dapat mempercepat
memiliki kulit halus, putih, bersih dan metabolisme susunan lapis kulit serta
mulus. Kulit putih sebagai citraan memperbaiki sel-sel kulit mati dan
kecantikan terus digencarkan oleh media rusak(6). Adanya kandungan EGF pada
massa melalui berbagai iklan sehingga sarang burung walet ini dapat
membentuk kesadaran semu bahwa mempercepat regenerasi kulit baru.
berkulit putih memang cantik(1). Pergantian kulit baru ini dapat
Krim pencerah yang beredar saat menyebabkan kulit tampak lebih cerah.
ini banyak yang mengandung bahan Krim merupakan salah satu
berbahaya seperti merkuri (raksa) dan bentuk sediaan farmasi yang sering
hidrokuinon yang melebihi batas digunakan dalam produk kosmetik. Hal
normal. Berdasarkan data dari Tim ini dikarenakan krim memiliki beberapa
MESKOS (Monitoring Efek Samping keuntungan diantaranya mudah
Kosmetik) Badan POM RI tahun 2007, menyebar rata, praktis dalam
menunjukkan pengaduan yang masuk penggunaannya, mudah dibersihkan atau
mengenai efek samping kosmetik adalah dicuci serta cara kerjanya berlangsung
akibat kosmetik pencerah (35%), pada jaringan setempat. Pada penelitian
pelembab (20%), bleaching (15%), ini sarang walet akan diformulasikan
bedak (10%), cat rambut (5%) dan dalam krim tipe A/M dengan variasi
parfum (5%), dengan demikian efek komposisi adeps lanae dan akuades.
samping yang paling sering terjadi di Krim tipe A/M dipilih sebagai basis
masyarakat adalah akibat penggunaan karena memiliki keuntungan yaitu lebih
kosmetik pencerah(2). Seringnya efek lama melekat di kulit dan dapat
samping akibat kosmetik pencerah kulit melembutkan kulit(7). Tiap-tiap
disebabkan oleh kandungan bahan formulasi krim diuji efektivitasnya
berbahaya seperti merkuri dan dalam mencerahkan kulit menggunakan
hidrokuinon. Kosmetik pencerah yang hewan uji tikus putih jantan gakur wistar
mengandung merkuri menyebabkan untuk mengetahui formulasi mana yang
toksisitas yang tinggi terhadap organ memiliki efektivitas paling baik. Tiap-
tubuh dan dapat menimbulkan iritasi tiap formulasi juga diuji kestabilan fisik
diikuti dengan kemerahan dan yaitu meliputi organoleptis, daya sebar,
pembengkakan kulit serta alergi berupa daya lekat dan viskositas, serta
perubahan warna kulit sampai kehitam- kestabilan kimia yaitu mengukur pH-
hitaman(3). nya. Pengujian kestabilan ini dilakukan
Berdasarkan fakta tersebut, maka untuk mengetahui bagimana kestabilan
perlu dicari alternatif lain dengan fisik dan kimia pada masing-masing
memanfaatkan bahan alami yang aman formulasi.
digunakan sebagai kosmetik. Salah satu
bahan alam yang saat ini banyak
digunakan untuk mencerahkan kulit
METODOLOGI 10%, 20% dan 30% dengan
Alat menggunakan gliserin sebagai
Anak timbangan, blender pembawa. Gliserin ditambahkan hingga
(Cosmos® 289-G), batang pengaduk, 5 gram.
hot plate (SJ Analytics GmbH), kaca Tabel 1. Variasi Konsentrasi
arloji, kandang hewan uji, kotak UV, Sarang Burung Walet
lampu UV-A (Evaco®, 10 Watt), mortir, Putih (Aerodramus
object glass, pot salep, penggaris, pH fuchipagus) dalam
meter (Horiba® tipe B-212), pipet tetes, Gliserin sebagai
pipet volum, pisau cukur (Gilette®), Pembawa
sendok tanduk, seperangkat alat gelas
Konsentrasi Uji
(Iwaki®), skala kecerahan kulit Bahan
(Garnier® skin fairness ruler), stamper, 10% 20% 30%
stopwatch, sudip, termometer, Sarang 0,5 g 0,75 g 1g
timbangan analitik (Ohaus®), spuit oral Walet
3 ml (Terumo®). Gliserin ad 5 g

Bahan
Akuades, adeps lanae (Brataco), Penentuan Konsentrasi Optimum
metil paraben (Brataco), gliserin, sarang Sarang Burung Walet Putih
burung walet putih (Aerodramus (Aerodramus fuchipagus)
fuchipagus), alfa tokoferol, tablet Sebanyak 3 kelompok hewan uji
isoniazid (Kimia Farma) dan Pond’s ® masing-masing terdiri dari 3 ekor
White Beauty Pinkish White Night tikus. Kelompok I dioles dengan cairan
Cream. uji sarang burung walet putih
Hewan Uji (Aerodramus fuchipagus) 10%,
Hewan yang digunakan pada kelompok II dioles dengan cairan uji
penelitian ini adalah tikus putih jantan sarang burung walet putih
galur Wistar yang berasal dari (Aerodramus fuchipagus) 20%, dan
pengembangan hewan percobaan kelompok III dioles dengan cairan uji
Laboratorium Farmakologi dan sarang burung walet putih
Toksikologi STIFAR Yayasan Farmasi (Aerodramus fuchipagus) 30%.
Semarang dengan berat badan berkisar Rambut bagian punggung tikus
antara 150-200 gram. dicukur dengan menggunakan pisau
Pengambilan dan Pengolahan Sampel cukur dengan luas area 6 x 6 cm
Sampel yang digunakan diperoleh kemudian masing-masing tikus
dari tempat budidaya walet sarang putih diberikan isoniazid dengan dosis 5,4
mg
di Kecamatan Sukadana, Kabupaten /mL dan dibiarkan ± 1 jam.
Kayong Utara, Kalimantan Barat. Selanjutnya dilakukan pemaparan sinar
Sampel yang dipilih adalah sarang yang ultraviolet selama 10-20 hari sampai
masih utuh, bentuknya bagus dan tidak warna kulit hewan uji menjadi tiga
mengandung banyak pengotor. tingkat lebih gelap kemudian ketiga
Selanjutnya sampel dibersihkan, variasi konsentrasi sarang walet
dikembangkan dan dihaluskan. dioleskan pada bagian permukaan kulit
tikus yang telah dicukur dan
Penyiapan Sampel Uji Efektivitas dibersihkan dengan luas area 3 x 3 cm
Sarang Burung Walet Putih dua kali sehari selama 14 hari. Hasil
(Aerodramus fuchipagus) dari pengamatan, dipilih konsentrasi
Hasil pengembangan sarang walet yang memberikan efek paling baik,
yang diperoleh kemudian divariasikan yaitu kadar sarang burung walet putih
dalam tiga variasi konsentrasi yaitu (Aerodramus fuchipagus) yang mampu
memberikan efek pencerah paling sebanyak tiga kali sehingga akan
cepat dengan melihat tingkat dihasilkan 9 sediaan.
kecerahan kulit yang paling tinggi.
Konsentrasi ini kemudian digunakan Pengujian Krim Sarang Burung
dalam formulasi sediaan krim A/M. Walet Putih (Aerodramus fuchipagus)
Pada Hewan Uji
Pembuatan Sediaan Krim Sebanyak 12 ekor tikus dibagi
Adapun ketiga formulasi krim dalam 4 kelompok dengan masing-
dapat dilihat pada tabel 2. Masing- masing kelompok terdiri atas 3 hewan
masing formulasi dibuat sebanyak 150 uji. Kelompok I merupakan kelompok
gram. yang diberikan krim formulasi A,
Tabel 2. Formulasi Sediaan dengan kelompok II diberikan krim formulasi B,
Variasi Adeps Lanae dan kelompok III diberikan krim formulasi
Akuades C, dan kelompok IV merupakan
kelompok kontrol positif dimana tikus
Bahan
FA FB FC dioleskan dengan krim pencerah yang
(90 : 10) (75 : 25) (60 : 40) beredar di pasaran dengan merek dagang
Sarang
burung walet
Optimum Optimum Optimum Pond’s ® . Prosedur pengujian sama
seperti penentuan konsentrasi optimum
Adeps Lanae 189 g 157,5 g 126 g sarang walet. Parameter yang diukur
Akuades 21 g 52,5 g 84 g yaitu formulasi mana yang mampu
memberikan efek pencerah paling cepat
Nipagin 0,9 g 0,9 g 0,9 g dengan melihat tingkat kecerahan kulit
Alfa yang paling tinggi.
0,04 g 0,04 g 0,04 g
Tokoferol
Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Sediaan
Keterangan : Krim
A : Formulasi krim dengan variasi Uji fisik meliputi pengamatan
adeps lanae : akuades (90 : 10) organoleptis, pengukuran daya sebar,
B : Formulasi krim dengan variasi pengukuran daya lekat, dan viskositas
adeps lanae : akuades (75 : 25) sedangkan uji kimia adalah pengukuran
C : Formulasi krim dengan variasi pH. Pengamatan dan pengukuran
adeps lanae : akuades (60 : 40) dilakukan pada hari ke-0, 5, 10, 15, 20,
Prosedur pembuatan krim tersebut yaitu 25 dan 30.
diambil sedikit akuades pada formula Organoleptik
lalu dipanaskan. Nipagin dilarutkan Pemeriksaan terhadap
dalam air panas tersebut (bagian 1). Alfa organoleptik yang dilakukan meliputi
tokoferol digerus dengan sedikit adeps tekstur, warna, dan bau yang diamati
lanae (bagian 2). Selanjutnya bagian 1 secara visual
dicampurkan dengan bagian 2 sambil Daya Sebar
digerus homogen. Ditambahkan sisa Pemeriksaan daya sebar dilakukan
adeps lanae sambil digerus homogen. dengan menimbang krim sebanyak 0,5
Air ditambahkan sedikit demi sedikit gram di tengah kaca bulat berskala. Di
sambil digerus homogen. Selanjutnya atas krim diletakkan kaca bulat lain dan
sarang walet yang telah dihaluskan pemberat sehingga berat kaca bulat dan
ditimbang sesuai formula dan pemberat 150 g, didiamkan selama 1
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil menit, kemudian dicatat diameter
digerus sampai homogen. Masing- penyebarannya. Hasil diameter dirata-
masing formulasi dibuat replikasi ratakan kemudian dihitung luas area
penyebaran sediaan dengan Pengumpulan dan Pengolahan Data
menggunakan persamaan : Data yang didapat meliputi data
L= π.r2 uji efektivitas sediaan dan data stabilitas
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali fisik dan kimia sediaan. Kedua data ini
untuk tiap-tiap formula. dianalisis secara statistik menggunakan
Daya Lekat perangkat lunak Program R Versi 12.4.1
Pemeriksaan daya lekat dilakukan Modul R-Commander dengan taraf
dengan meletakkan krim sebanyak 0,1 kepercayaan 95%.
gram diatas gelas objek yang telah
diketahui luasnya. Diletakkan gelas HASIL DAN PEMBAHASAN
objek yang lain diatas krim tersebut. Determinasi Sarang Walet Putih
Kemudian ditekan dengan beban 1 kg (Aerodramus fuciphagus)
selama 5 menit. Dipasang gelas objek Berdasarkan hasil determinasi
pada alat tes. Kemudian dilepaskan sampel yang dilakukan di Laboratorium
beban seberat 80 gram dan dicatat Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
waktunya hingga kedua kedua gelas Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas
objek ini terlepas. Replikasi dilakukan Tanjungpura, Pontianak, contoh sampel
sebanyak 3 kali untuk tiap-tiap formula yang diambil memiliki karakter sebagai
Viskositas berikut :
Sampel dimasukkan kedalam Bentuk mangkukan, berwarna
wadah kemudian diukur viskositasnya putih bersih sampai putih kekuningan,
dengan menggunakan alat viskometer tinggi berkisar 3,5-5,7 cm, panjang 6-7,4
stormer. Nilai viskositas dapat dihitung cm, bagian puncak mangkuk tipis
dengan persamaan : berukuran 1-1,5 mm, dan terdapat bulu-
η = Kv (W-Wf) bulu halus. Karakter-karakter ini
Rpm dimiliki oleh sarang walet putih
Keterangan : sehingga dapat disimpulkan memang
η = Viskositas (poise) benar sampel yang digunakan adalah
Kv = Tetapan alat sarang walet putih (Aerodramus
W = Massa pemberat fuciphagus)
(gram)
Wf = Intersep yield value Pengambilan dan Pengolahan Sampel
(gram) Sampel pada penelitian berupa
rpm = kecepatan sarang walet putih yang diambil dari
Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali tempat pembudidayaan walet di
pada masing-masing formula. Kecamatan Sukadana, Kabupaten
pH Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Pemeriksaan pH diawali dengan Sampel yang dipilih merupakan sarang
kalibrasi alat pH meter menggunakan yang berwarna putih, mengandung
larutan dapar pH 7 dan pH 4. Sediaan sedikit pengotor dan bentuknya masih
diletakkan di atas sensor pada ujung pH utuh dan bagus seperti setengah
meter kemudian ditutup. Angka pada pH mangkuk. Sampel yang telah memenuhi
meter dibiarkan sampai menunjukkan kriteria kemudian dicuci dengan air dan
nilai yang konstan. pH yang dibersihkan dari pengotornya kemudian
ditunjukkkan oleh angka yang tertera direndam dengan 100 mL akuades untuk
pada layar pH meter. Pengukuran dikembangkan. Proses pengembangan
dilakukan 3 kali pada masing-masing ini bertujuan agar sarang walet melunak
formulasi selama satu bulan. seperti agar-agar sehingga lebih mudah
untuk diolah. Selanjutnya sarang hasil
pengembangan dihaluskan dengan seperti semula setelah digelapkan
menggunakan blender. dengan lampu UV-A selama 10-20 hari.
Paparan sinar dengan panjang
Pembuatan Larutan Konsentrasi Uji gelombang dalam wilayah UV-A akan
Sarang walet yang telah merangsang pembentukan melanin yang
dikembangkan dan dihaluskan kemudian menyebabkan kulit menjadi berwarna
dibuat ke dalam tiga variasi konsentrasi coklat(11). Proses penggelapan kulit tikus
yaitu konsentrasi 10%, 20%, dan 30% ini dibantu dengan pemberian INH
dengan gliserin sebagai pembawa. (isoniazid) per oral dengan dosis 5,4
Pemilihan konsentrasi uji dilakukan mg/mL satu jam sebelum dipaparkan
berdasarkan hasil penelitian sebelumnya sinar UV-A. INH merupakan obat yang
yaitu sarang walet dengan konsentrasi dapat menginduksi senyawa porifirin
20% dapat memberikan efek pencerah sehingga kulit tikus dapat lebih peka
kulit pada hewan uji(9). Adanya variasi terhadap sinar UV-A(12). Tingkat
konsentrasi ini bertujuan untuk kecerahan kulit hewan uji diukur
mengetahui konsentrasi sarang walet berdasarkan skala pada Skin Fairness
yang paling efektif untuk dibuat dalam Ruler yang dibuat oleh Profesor Jean de
bentuk sediaan krim A/M. Rigal. Skin Fairness Ruler ini disusun
berdasarkan tingkatan warna pada Skin
Uji Efektivitas Sarang Walet Putih Color Chart ® dan Skin Color Chart®
Sebagai Pencerah Kulit ini sendiri telah divalidasi oleh Rigal
Uji efektivitas merupakan uji dkk(13). Hasil uji efektivitas sarang walet
yang dilakukan untuk mengetahui sebagai pencerah kulit dapat dilihat pada
kinerja/potensi suatu bahan dalam tabel 3. Berdasarkan tabel 3 dapat
menimbulkan efek tertentu dalam dibuktikan bahwa semakin besar
dosis/konsentrasi tertentu saat konsentrasi sarang walet yang
diaplikasikan. Tujuan dari uji adalah digunakan maka efektivitasnya dalam
untuk mengetahui konsentrasi sarang mencerahkan kulit semakin baik. Hal ini
walet yang paling efektif dalam dikarenakan semakin besar konsentrasi
mencerahkan kulit hewan uji. Pengujian walet maka kandungan zat aktif EGF
ini menggunakan tikus putih jantan (Epidermal Growth Factor) yang
galur wistar karena permeabilitas kulit berperan dalam regenerasi kulit juga
tikus yang telah dicukur bulunya mirip semakin banyak sehingga proses
dengan permeabilitas kulit manusia(10). pencerahan kulit hewan uji yang
Pengamatan dilakukan selama 14 hari dioleskan sarang walet konsentrasi 30%
dengan cara melihat waktu yang berlangsung paling cepat dibandingkan
dibutuhkan untuk menaikkan konsentrasi 10% dan 20%.
tingkkecerahan kulit tikus agar kembali
Tabel 3. Hasil Uji Efektivitas Sarang Walet dalam Mencerahkan Kulit
Tingkat Kecerahan Kulit
Hari Ke Konsentrasi 10% Konsentrasi 20% Konsentrasi 30%
R1 R2 R3 R1 R2 R3 R1 R2 R3
1 4 4 4 4 4 5 4 4 4
2 4 4 4 4 4 5 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 2 2
6 3 3 3 3 3 3 3 2 2
7 3 3 3 3 3 3 3 2 2
8 3 3 3 2 3 3 2 2 2
9 2 2 2 2 2 2 2 2 1
10 2 2 2 2 2 2 2 1 1
11 2 2 2 1 1 1 1 1 1
Keterangan :
R1 = Replikasi 1
R2 = Replikasi 2
R3 = Replikasi 3
efektivitas sarang walet dalam
Pembuatan Sediaan Krim mencerahkan kulit meskipun dalam
Formulasi sarang walet menjadi konsentrasi yang sama.
sediaan krim bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas sarang walet Uji Efektivitas Krim Sarang Walet
dalam mencerahkan kulit. Penggunaan dalam Mencerahkan Kulit
pencerah kulit dimaksudkan untuk Uji efektivitas krim sarang walet
membuat kulit tampak cerah dan merupakan uji yang dilakukan untuk
menghilangkan warna kulit tidak mengetahui efektivitas sarang walet
merata. Basis yang digunakan dalam yang telah diformulasikan ke dalam
formula krim ini adalah basis tipe A/M. krim tipe A/M dengan variasi komposisi
Basis tpe A/M dipilih dalam formulasi adeps lanae dan akuades. Tujuan uji
ini karena basis tipe A/M memiliki efektivitas ini adalah untuk mengetahui
keuntungan yaitu lebih lama melekat di formulasi krim manakah yang
kulit sekaligus dapat berfungsi sebagai memberikan efektivitas paling baik.
emolien(7). Masing-masing formulasi Hasil pengujian efektivitas krim selama
dilakukan replikasi. Replikasi bertujuan 14 hari dapat dilihat pada tabel 4.
untuk meningkatkan presisi dan Berdasarkan data tabel 4 ternyata
memberikan informasi tambahan formula A memerlukan waktu rata-rata
mengenai adanya pengaruh variasi 11 hari untuk meningkatkan kecerahan
proses terhadap sediaan(14). kulit hewan uji menjadi nomor 2
Variasi perbandingan antara adeps sementara formula B dan C memerlukan
lanae dan akuades pada formulasi ini waktu rata-rata 10 hari. Hal tersebut
dilakukan untuk melihat apakah menunjukkan bahwa ketiga formula
perbedaan komposisi ini memberikan memiliki efektivitas mencerahkan kulit
pengaruh terhadap stabilitas dan yang hampir sama.

Tabel 4. Hasil Uji Efektivitas Krim Sarang Walet dalam Mencerahkan Kulit
Tingkat Kecerahan Kulit
Hari Ke Formula A Formula B Formula C
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3
6 3 3 3 3 3 3 4 3 3
7 3 3 3 3 3 3 4 3 3
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3 2 3 3 3
10 2 3 3 2 3 2 3 2 2
11 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 2 2 2 2 2 2 2 2 2
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Keterangan :
A1, A2, A3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (90:10)
B1, B2, B3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (75:25)
C1, C2, C3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (60:40)
Formula A mencerahkan kulit hewan uji kulit. Hal ini berarti variasi komposisi
satu hari lebih lama dibandingkan antara adeps lanae dan akuades ternyata
formula B dan C karena formula A tidak mempengaruhi efektivitas krim
memiliki kandungan adeps lanae paling dalam mencerahkan kulit.
besar. Adeps lanae bersifat sangat kental
dan lengket sehingga berpengaruh Perbandingan Efektivitas Krim
terhadap viskositas sediaan. Hukum Sarang Walet dengan Larutan Uji
Fick menyatakan bahwa zat aktif Konsentrasi 30%
diabsorpsi di kulit secara difusi pasif. Analisis ini dilakukan untuk
Kecepatan difusi berbanding lurus mengetahui apakah sarang walet yang
dengan koefisien partisi dan berbanding diformulasikan dapat menghasilkan efek
terbalik dengan viskositas(16). Efek pencerah kulit yang lebih baik
mencerahkan kulit pada krim ini dibandingkan dengan walet murni yang
disebabkan adanya kandungan EGF. diencerkan dalam gliserin. Perbandingan
EGF dapat menstimulasi pertumbuhan efektivitas formula krim dan sarang
dan pembelahan sel, meningkatkan walet konsentrasi 30% dapat dilihat
pertumbuhan jaringan serta pada tabel 5. Dapat dilihat bahwa sarang
regenerasi(17). Mekanisme EGF dalam walet konsentrasi 30% memerlukan
mencerahkan kulit yaitu dengan cara waktu rata-rata 6 hari untuk
merangsang pertumbuhan sel epidermis mengembalikan kulit hewan uji menjadi
baru pada kulit dengan kandungan dua tingkat lebih cerah. Formula A
pigmen yang lebih sedikit. Lapisan ini memerlukan waktu 11 hari sementara
akan menggantikan lapisan epidermis formula B dan C 10 hari. Berdasarkan
lama yang kusam dan gelap sehingga analisis statistik Kruskal-Wallis ternyata
lapisan epidermis perlahan-lahan akan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
berubah menjadi lapisan dengan warna antara kelompok formula krim dan walet
yang lebih cerah(18). Berdasarkan uji konsentrasi 30% dalam mencerahkan
statistik Kruskal-Wallis ternyata ketiga kulit hewan uji.
formula memiliki efektivitas yang tidak
berbeda signifikan dalam mencerahkan

Tabel 5. Hasil Uji Efektivitas Krim Sarang Walet dan Walet 30%
Tingkat Kecerahan Kulit
Hari Ke Formula A Formula B Formula C Walet 30%
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 W1 W2 W3
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2
6 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2
7 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
9 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2
10 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2
11 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 2 2 2 2 2 2 2 2 2
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Keterangan :
A1, A2, A3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (90:10)
B1, B2, B3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (75:25)
C1, C2, C3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (60:40)
W1, W2, W3 = Walet konsentrasi 30%
Perbandingan Uji Efektivitas Krim memerlukan waktu rata-rata 10 hari.
Sarang Walet dan Kontrol Positif Hasil analisis statistik Kruskal-Wallis
Kontrol positif yang digunakan menyatakan bahwa tidak terdapat
dalam penelitian ini adalah pencerah perbedaan yang signifikan antara krim
kulit dengan merk dagang Pond’s®. sarang walet dan Pond’s® dalam
Pond’s® dipilih sebagai kontrol positif mencerahkan kulit.
karena memiliki kandungan zat aktif
vitamin B3 yang memiliki target aksi Uji Stabilitas Fisik dan Kimia Krim
yang sama dengan EGF yaitu pada Sarang Walet Putih
lapisan epidermis kulit. Analisis antara Uji stabilitas fisik dan kimia ini
formula krim dan kontrol positif dilakukan untuk mengetahui ketahanan
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu sediaan selama periode tertentu.
krim yang dibuat memiliki efektivitas Pengujian stabilitas ini dilakukan selama
yang cukup baik apabila digunakan 30 hari. Produk yang masih stabil ketika
sebagai alternatif pencerah kulit dari disimpan pada suhu 25oC selama satu
bahan alam. Perbandingan efektivitas bulan diduga dapat disimpan selama 12
mencerahkan kulit antara ketiga formula bulan(19). Ketiga formula sediaan diamati
krim dan merk Pond’s® dapat dilihat dengan selang waktu 5 hari. Hal ini
pada tabel 6. dilakukan karena viskositas sediaaan
Berdasarkan data pada tabel 6, dapat berubah pada rentang 5-15 hari(21).
dapat diketahui bahwa kontrol positif Hasil keseluruhan uji stabilitas ketiga
memerlukan waktu rata-rata 7 hari untuk formulasi sediaan dapat dilihat pada
mengembalikan warna kulit hewan uji tabel 7.
menjadi dua tingkat lebih cerah.
Formula A memerlukan waktu rata-rata
11 hari serta formula B dan C

Tabel 6. Hasil Uji Efektivitas Krim Sarang Walet dan Pond’s


Tingkat Kecerahan Kulit
Hari Ke Formula A Formula B Formula C Kontrol Positif
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C2 C3 KP1 KP2 KP3
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3
6 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
7 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 2
8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2
9 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2
10 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2
11 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Keterangan :
A1, A2, A3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (90:10)
B1, B2, B3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (75:25)
C1, C2, C3 = Perbandingan adeps lanae : akuades (60:40)
KP1, KP2, KP3 = Kontrol positif
Tabel 7. Hasil Uji Stabilitas Sediaan Selama Penyimpanan (x ± CV, n=3)
Waktu (Hari) Formula Daya Sebar (cm2) Daya Lekat (detik) pH
0 11,586 ± 0,008 238,000 ± 0,142 4,400 ± 0,000
5 12,681 ± 0,087 249,670 ± 0,408 4,400 ± 0,000
10 12,944 ± 0,086 340,330 ± 0,353 4,400 ± 0,000
15 A 13,221 ± 0,108 88,330 ± 0,151 4,400 ± 0,000
20 13,378 ± 0,097 91,670 ± 0,341 4,400 ± 0,000
25 14,188 ± 0,063 102,670 ± 0,209 4,400 ± 0,000
30 14,297 ± 0,063 248,000 ± 0,187 4,400 ± 0,000
0 13,254 ± 0,035 590,000 ± 0,140 4,500 ± 0,000
5 13,628 ± 0,014 591,330 ± 0,090 4,500 ± 0,000
10 13,958 ± 0,014 647,000 ± 0,159 4,500 ± 0,000
15 B 14,516 ± 0,023 254,000 ± 0,306 4,400 ± 0,000
20 15,372 ± 0,019 263,000 ± 0,179 4,400 ± 0,000
25 16,023 ± 0,056 84,330 ± 0,315 4,400 ± 0,000
30 16,378 ± 0,051 218,670 ± 0,449 4,400 ± 0,000
0 13,963 ± 0,049 52,330 ± 0,451 4,600 ± 0,000
5 14,520 ± 0,020 147,670 ± 0,754 4,600 ± 0,000
10 15,083 ± 0,007 85,670 ± 0,392 4,600 ± 0,000
15 C 15,083 ± 0,007 99,330 ± 0,247 4,600 ± 0,000
20 15,662 ± 0,017 276,670 ± 0,360 4,600 ± 0,000
25 16,491 ± 0,013 81,670 ± 0,094 4,567 ± 0,013
30 17,350 ± 0,057 127,670 ± 0,416 4,400 ± 0,000

Pengamatan Organoleptis Warna, bau, tekstur dari formula


Pengamatan organoleptis sediaan A dan B ini memang mengalami
meliputi pengamatan warna, aroma dan perubahan akan tetapi perubahan ini
tekstur sediaan selama penyimpanan. bukanlah perubahan yang signifikan dan
Formula A dan B mulai mengalami masih memiliki estetika dan penampilan
perubahan pada hari ke-15. Warna yang baik sehingga masih layak untuk
sediaan formula A dan B yang awalnya digunakan. Formula C hanya mengalami
berwarna kuning pucat menjadi perubahan aroma. Tekstur dan warna
berwarna kuning akibat pengaruh suhu tidak mengalami perubahan. Aroma
selama penyimpanan. Paparan suhu formula C mulai berubah pada hari ke-
tinggi dalam waktu yang lama dapat 15 menjadi bau adeps lanae lemah. Pada
menyebabkan adeps lanae berubah hari ke-25 dan 30 sediaan formula C
warna menjadi lebih gelap (15). Tekstur beraroma seperti adeps lanae yang
sediaan formula A dan B berubah hampir tengik. Hal ini disebabkan
menjadi lebih encer pada hari ke-15. karena formula C memiliki kandungan
Penyebab sediaan menjadi lebih encer air yang lebih besar dari formula A dan
dimungkinkan adanya udara yang B. Air akan menyebabkan terjadinya
mengandung uap air masuk ke dalam reaksi hidrolisa pada lemak. Reaksi ini
sediaan sehingga menambah massa air akan menguraikan lemak menjadi asam
dalam sediaan selama penyimpanan. lemak dan gliserol yang menghasilkan
Aroma sediaan juga mengalami perubahan bau pada produk lemak (21).
perubahan. Sediaan yang semula Besarnya jumlah komposisi air pada
beraroma netral menjadi beraroma adeps formula C ini akan mempercepat reaksi
lanae lemah. Perubahan aroma ini hidrolisa pada adeps lanae sehingga
disebabkan adanya interaksi antara air pada hari ke-25 dan 30 aroma sediaan
dan adeps lanae yang merupakan lemak berubah menjadi bau adeps lanae yang
hewani yang menyebabkan reaksi hampir tengik. Bau tengik ini
hidrolisa pada lemak yang dapat ditimbulkan oleh pembentukan dan
menimbulkan perubahan bau pada pemecahan hidroperoksida. Berdasarkan
sediaan(21). hasil tersebut dapat diketahui bahwa
krim formula A dan B memiliki
kestabilan yang lebih baik dari krim perubahan nilai yang signifikan selama
formula C. penyimpanan.

Uji Daya Sebar Uji Daya Lekat


Uji daya sebar dilakukan untuk Uji daya lekat dilakukan untuk
mengetahui luas daerah menyebarnya mengetahui seberapa lama waktu kontak
krim pada kulit yang dioleskan. Grafik antara sediaan dengan kulit. Grafik
hasil pengukuran daya sebar ketiga perubahan nilai daya lekat masing-
formula krim selama penyimpanan dapat masing formula selama penyimpanan
dilihat pada gambar 1. Krim A dapat dilihat pada gambar 2.
mengalami peningkatan luas daya sebar Berdasarkan grafik 2 dapat dilihat
sebesar 2,711 cm2, krim B mengalami bahwa hasil uji daya lekat sangat
peningkatan luas daya sebar sebesar fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh
3,124 cm2, dan krim C mengalami pengaruh suhu pada setiap pengukuran.
peningkatan luas daya sebar sebesar Suhu pada saat pengukuran dipengaruhi
3,387 cm2 selama 30 hari. Krim A oleh cuaca yang ekstrim ketika
merupakan krim yang mengalami melakukan pengujian daya lekat. Suhu
perubahan paling kecil dibanding krim akan mempengaruhi ikatan antar partikel
B dan krim C sehingga dapat pada sediaan.
disimpulkan bahwa krim A memiliki
daya sebar yang paling baik selama
penyimpanan. Berdasarkan analisis
statistik One way ANOVA didapatkan
hasil bahwa formula A tidak mengalami
Kurva Hubungan Daya Sebar vs Hari
20 Pengukuran
Nilai Daya Sebar (cm2)

10 FormulaA
FormulaB
0 FormulaC
0 10 20 30 40
Hari Pengukuran

Gambar 1. Grafik Hasil Pengukuran Daya Sebar Krim

Kurva Hubungan Daya Lekat vs Hari Pengukuran


800
Nilai Daya Lekat (detik)

600
400 FormulaA
200 FormulaB
0
FormulaC
0 10 20 30 40
Hari Pengukuran

Gambar 2. Grafik Hasil Pengukuran Daya Lekat Krim


Kurva Hubungan Nilai pH vs Hari Pengukuran
4.7
Nilai pH

4.6
4.5 FormulaA
4.4
4.3 FormulaB
0 10 20 30 40 FormulaC
Hari Pengukuran

Gambar 3. Grafik Hasil Pengukuran Nilai pH Krim

Suhu yang tinggi akan menyebabkan 3. Krim A tidak mengalami perubahan


peningkatan jarak pada atom sehingga pH selama penyimpanan. Nilai pH krim
gaya antar atom pada sediaan akan A yaitu 4,4. Krim B mengalami
berkurang. Berkurangnya gaya antar penurunan nilai pH sebesar 0,1 dan krim
atom ini akan membuat sediaan menjadi C mengalami penurunan nilai sebesar
lebih encer sehingga nilai daya lekatnya 0,2 selama penyimpanan. Terjadinya
menjadi kecil. Sebaliknya pada suhu penurunan pH disebabkan oleh bahan
rendah, jarak antar antar atom akan yang terurai selama penyimpanan
semakin kecil sehingga gaya antar atom sehingga membuat sediaan menjadi
pada sediaan akan meningkat. lebih asam. Kandungan air pada sediaan
Meningkatnya gaya antar atom akan dapat meningkatkan aktivitas mikroba.
membuat sediaan menjadi lebih Air merupakan media yang baik bagi
lengket(10). Berdasarkan analisis statistik perkembangan jamur dan bakteri(23).
One way ANOVA ternyata tidak terjadi Selain itu pengaruh lingkungan seperti
perubahan daya lekat yang signifikan gas-gas di udara bersifat asam yang
pada formula C selama penyimpanan. masuk dalam sediaan dapat
Hal ini menunjukkan bahwa krim mempengaruhi nilai pH sediaan(24). Nilai
formula C memiliki kestabilan daya pH ketiga formula krim ini masih
lekat yang lebih baik dari formula A dan memenuhi syarat SNI. Krim A
B. merupakan krim dengan pH paling stabil
karena tidak mengalami perubahan
Pengukuran pH selama penyimpanan.
Pengukuran pH sediaan dilakukan
untuk mengetahui apakah nilai pH Viskositas
sediaan memenuhi syarat nilai rentang Viskositas menyatakan tahanan
pH. Berdasarkan persyaratan SNI 16- dari suatu cairan untuk mengalir,
4954-1998 mengenai krim pemutih kulit semakin besar tahanannya maka
menyatakan bahwa rentang pH krim viskositas juga semakin besar(8). Tujuan
yang memenuhi syarat yaitu 3,5-8. Nilai dari pengukuran viskositas adalah untuk
pH yang tidak sesuai akan menyebabkan menentukan nilai kekentalan suatu
perubahan pH dan kerusakan pada sediaan yang dinyatakan dalam
mantel kulit. Rusaknya lapisan mantel centipoises (cps). Semakin tinggi nilai
kulit dapat menyebabkan kulit viskositas suatu sediaan maka semakin
kehilangan keasamannya, lebih mudah tinggi pula tingkat kekentalannya(25)
rusak, dan teriritasi(22). Grafik nilai pH Pada penelitian ini, viskositas
ketiga formula selama 30 hari sediaan tidak dapat diukur karena
penyimpanan dapat dilihat pada gambar sediaan yang dihasilkan sangat kental.
Konsistensi sediaan yang kental ini DAFTAR PUSTAKA
disebabkan oleh penggunaan bahan 1. Purnamasari, D. A., 2008, Hasrat
dasar basis yaitu adeps lanae yang Tubuh, Kosmetik, Kecantikan :
bersifat sangat kental dan lengket dalam Perempuan Sebagai Kosmon dan
persentase tinggi sementara persentase Konsumen Citraan, Artikel, diakses
air dalam sediaan sangat kecil 10 Desember 2012.
2. Manurung, B. B., 2008, Faktor-
KESIMPULAN Faktor yang Berhubungan dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang Tindakan Pemakaian Kosmetik
telah dilakukan maka dapat disimpulkan Krim Pemutih Mengandung Merkuri
bahwa : (Hg) Pada Pusat Kebugaran dan
1. Sarang walet konsentrasi 30% Kecantikan X di Kota Medan, Tesis,
merupakan konsentrasi yang paling diakses tanggal 10 Desember 2012.
baik dalam mencerahkan kulit 3. Tranggono, R.I. dan Latifah, F.,
hewan uji. 2007, Buku Pegangan Ilmu
2. Ketiga formulasi krim memiliki Pengetahuan Kosmetik, Jakarta :
efektivitas yang sama dalam Gramedia Pustaka Utama, hal : 8,
mencerahkan kulit dan dibuktikan 47.
dengan analisis statistik. 4. Kong, Y.C., Keung, W.M., Yip,
3. Krim sarang walet formula A T.T., Ko, K.M., Tsao, S.W., Ng,
memiliki kestabilan organoleptis, M.H, 1987, Evidence that epidermal
nilai pH dan daya sebar yang paling growth factor is present in swiflet’s
baik selama 1 bulan penyimpanan (Collocalia) nest, Comparative
dibanding formula B dan C. Krim Biochemistry and Phsiology 87 :
sarang walet formula C memiliki 221-226.
kestabilan daya lekat yang paling 5. Aswir, A.R., Wan Nazaimoon, W.
baik selama 1 bulan penyimpanan. M., 2011, Effect of edible bird’s
Sehingga dapat disimpulkan krim A nest on cell proliferation and tumor
merupakan krim dengan kestabilan necrosis factor-alpha (TNF-α)
yang paling baik. release in vitro, International Food
Research Journal 18(3) : 1123-
UCAPAN TERIMA KASIH 1127.
Penulis mengucapkan terima kasih 6. Cohen, S., 1993, Nobel Lecture
kepada Ibu Liza Pratiwi, M.Sc., Apt., 1986, Epidermal Growth Factor. In:
Ibu Wintari Taurina, M.Sc.,Apt., dan Physiology or Medicine 1981-1990
Ibu Siti Nani Nurabeti, M.Si., Apt atas : Nobel Lectures, Including
bimbingan dan kerja sama penelitiannya Presentation Speeches and
yang didanai oleh DIPA Fakultas Laureates’ Biographies, T.
Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Frangsmyr and J. Lindsten (eds),
Pontianak. Ucapan terima kasih juga World Scientific Pub Co Inc (May
penulis sampaikan kepada dosen penguji 1993) : 333-345.
yaitu Ibu Isnindar, M.Sc., Apt. dan 7. Yanhendri dan Yenny, S.W., 2012,
Bapak Bambang Wijianto, M.Sc., Apt. Berbagai Bentuk Sediaan Topikal
atas kritik dan masukan yang dalam Dermatologi, CDK-194, vol.
membangun selama penulisan naskah 39 no. 6 : 423-430.
ilmiah ini. 8. Rahmawati, D., Sukmawati, A.,
Indrayudha, P., 2010, Formulasi
krim minyak atsiri rimpang temu
giring (Curcuma heyneana val &
zijp): uji sifat fisik dan daya
antijamur terhadap candida albicans 16. Aulton, M. E., 2003, Pharmaceutics
secara in vitro, Majalah Obat The Science of Dosage Form
Tradisional 15 (2) : 56-63. Design, Second Edition, ELBS
9. Nurbaety, S.N., Pratiwi, L., Taurina, Fonded by British Government, hal :
W., 2012, Perbandingan Formulasi 408.
Krim Sarang Burung Walet Dengan 17. Ma, F. dan Liu, D., 2012, Sketch of
Basis O/W dan W/O Sebagai the edible bird’s nest and its
Pemutih Wajah, Penelitian Dana important bioactivities, Food
DIPA Universitas Tanjungpura, Research International 48 : 559-
Program Studi Farmasi, Universitas 567.
Tanjungpura, Pontianak. 18. Widyastuti, S., 2009, Enzim papain :
10. Anggraeni, A.C., 2008, Pengaruh alternatif bahan aktif kosmetik
Bentuk Sediaan Krim, Gel, dan pemutih kulit yang aman dan ramah
Salep Terhadap Penetrasi lingkungan, Jurnal WAHANA,
Aminofilin Sebagai Antiselulit Volume 52 (1) : 46-53.
Secara In Vitro Menggunakan Sel 19. Morwanti, D. A., 2006, Aplikasi
Difusi Franz, Skripsi, Fakultas Dimethicone (Silicone Oil) Sebagai
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Pelembut dalam Proses Pembuatan
Alam, Departemen Farmasi, Skin Lotion, Skripsi, Fakultas
Universitas Indonesia, Jakarta. Teknologi Pertanian, Institut
11. Shaath, N.A., 1990, The Chemistry Pertanian Bogor, Bogor.
Of Sunscreens, In : N.J. Lowe and 20. Rieger, M.M., 2000, Harry’s
N.A. Shaath (Eds.), Sunscreens : Cosmeticologi Eight Edition, New
Development, Evaluation, and York : Chemical Publishing Co. Inc,
Regulatory Aspects, New York : hal : 394.
Marcel Dekker Inc, hal : 55-56. 21. Thomas, H.A., 1985, Bailey
12. Harber, L. C., dan Baer, R. L., 1972, Industrial Oil and Fat Product, New
Pathogenic mechanism of drug- York : Thon Wiley & Son.
induced photosensitivity, The 22. Levin, J., Maibach, H., 2007,
Journal of Investigate Dermatology Human skin buffering capacity,
58 (6) : 327-342. Journal of Skin Research and
13. Rigal, J. D, Abella, M., Giron, F., Technology 14: 121-126.
Caisey, L., Lefebvre, M. A., 2007, 23. Syamsuni. H.A., 2006, Ilmu Resep,
Development and validation of a Jakarta : EGC, hal : 246.
new skin color chart® , Skin Res 24. Ida, N., Noer, S.F., 2012, Uji
Technol 13 (1) : 101-109. stabilitas fisik gel ekstrak lidah
14. Buxton, R., 2007, Design Expert 7: buaya (Aloe vera l.), Majalah
Introduction, Mathematics Learning Farmasi dan Farmakologi 16 (2) :
Support Centre, diambil dari: http: 79-84.
//mls/boro.ac.uk/resources/statistics/ 25. Pebrianata, E., 2005, Pengaruh
design_expert.7.pdf (diakses pada: Pencampuran Kappa dan Iota
20 April 2013). Karagenan Terhadap Kekuatan Gel
15. Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, dan Viskositas Karagenan
M. E., 2009, Handbook of Campuran, Skripsi, Program Studi
Pharmaceutical Exipient Sixth Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Edition. London : Pharmaceutical Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Press, hal : 31, 283, 378, 441-442. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai