Anda di halaman 1dari 3

PERBANDINGAN STABILITAS TABLET

PARASETAMOL GENERIK DENGAN


MERK DAGANG BERBEDA PADA
BERBAGAI SUHU
07:41 nameid

Parasetamol adalah salah satu jenis obat yang telah dikenal masyarakat sejak lama. Hal ini
disebabkan karena obat antipiterik dan analgetik ini relatif aman dan jarang terjadi kontra indikasi
yang berbahaya. Dalam keseharian masyarakat cenderung menyimpan obat dalam suhu dan
kelembaban yang tidak sesuai, karena itu perlu dilakukan uji stabilitas suhu terhadap stabilitas
tablet parasetamol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan stabilitas tablet
Parasetamol generik produk X dan produk Y pada berbagai suhu.

Penelitian ini dilakukan dengan mengkondisikan dua produk tablet parasetamol generik pada
rentang suhu yang berbeda, yaitu suhu 300C, 400C, 500C, dan 600C dalam inkubator, dalam
penyimpanannya tablet tidak dibuka dari kemasannya, selanjutnya dilakukan pengukuran kadar tiap
jamnya dengan menggunakan metode spektroskopi UV. Setelah didapat data kemudian dicari orde
reaksi, waktu paro, waktu kadaluarsa pada suhu kamar (25oC) tablet setelah pemanasan. Hasil
waktu paro dan waktu kadaluarsa kemudian diuji t dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tablet parasetamol mengikuti reaksi orde-pertama.
Semakin tinggi suhu penyimpanan semakin turun kadar tablet parasetamol generik atau dapat
dikatakan bahwa stabilitas tablet parasetamol generic untuk produk X dan Y sama, ini dapat dilihat
dari waktu paro (t ½ ) dan waktu kadaluarsa (t90) di mana pada suhu kamar (25oC) produk X
memiliki waktu paro dan waktu kadaluarsa yang lebih lama. Untuk produk X waktu paronya adalah
68,75 bulan dan produk Y adalah 53,47 bulan, sedangkan waktu kadaluarsa untuk produk X adalah
10,42 bulan sedangkan untuk produk Y adalah 8,10 bulan. Dari hasil ini bisa diartikan bahwa
produk X dan produk Y mempunyai stabilitas yang sama..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Efek terapetis suatu obat tergantung dari banyak sekali faktor, antara lain cara
dan bentuk pemberian, sifat fisikokimiawi yang menentukan resorpsi,
biotransformasi, dan ekskresinya dalam tubuh. Selain itu faktor individu serta
kondisi fisiologis pengguna juga sangat berpengaruh. Hal yang juga penting
adalah stabilitas dari obat itu sendiri, suatu obat akan memberikan efek
terapetis yang baik jika obat tersebut dalam keadaan yang stabil.

Stabilitas suatu obat perlu diuji untuk mengetahui apakah suatu obat masih
layak untuk dikonsumsi atau tidak. Stabilitas obat tergantung dari beberapa
faktor, antara lain temperatur. Semua obat pada dasarnya akan rusak apabila
disimpan dalam temperature yang tinggi. Karena itulah perlu dilakukan uji
stabilitas obat terhadap temperatur, terutama obat-obat yang sering dikonsumsi
masyarakat.

Salah satu obat yang sering digunakan masyarakat adalah tablet parasetamol.
Parasetamol adalah salah satu obat penurun demam (antipiretik). Biasanya
penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau dua hari.
Penyebab umum dari demam antara lain karena infeksi, infeksi mononukleosis,
ataupun karena kelelahan (Hayen , 1999).

Selain sebagai anti demam atau antipiretik, parasetamol juga berdaya


analgetik, yaitu anti nyeri. Obat ini sering digunakan pada nyeri ringan sampai
sedang yang penyebabnya beranekaragam, misalnya nyeri gigi, kepala, otot
atau sendi, perut, nyeri haid, dan nyeri karena kecelakaan (trauma) (Tjay dan
Rahardja, 2002).

Masyarakat memilih obat ini selain harganya murah, parasetamol juga mampu
mengurangi atau menghilangkan demam tanpa mempengaruhi SSP (Sistem
Susunan Saraf Pusat) atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan
ketagihan. Selain itu parasetamol mempunyai batas keamanan dosis yang
cukup luas, sehingga pemakaian maksimum 4 g sehari, tetapi pada
pemberiannya cukup dengan 4 kali 500 mg sehari. Toksisitas dari parasetamol
berupa nekrosis atau kerusakan pada hati dan kerusakan sel darah, dan ginjal
stimulasi sumsum saraf pusat hingga konvulsi pada penggunaan kronis.
Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Suhu tubuh
normal adalah 36o – 37o C. Kebanyakan analgetik juga memberi efek antipiretik.
Parasetamol juga dapat mengurangi rasa sakit yang diderita. Masing-masing
tergantung efek mana dominan (Anief, 1997)

Pada dasarnya semua obat berbahaya jika pengguna tidak mengetahui cara
penggunaan, efek samping, dosis serta aturan pakai dari obat yang dikonsumsi.
Hal penting lain yang harus diketahui adalah waktu dan tempat penyimpanan
yang efektif suatu obat (Adyana, 2002). Faktanya masyarakat cenderung
menyimpan obat pada tempat-tempat pada suhu tertentu yang dimungkinkan
akan mengurangi bahkan merusak stabilitas dari obat tersebut, misalnya diatas
TV, pada tempat yang disinarilampu terus menerus, dan tempat-tempat lain
yang bersuhu relatif tinggi.
Dari pertimbangan itulah maka perlu dilakukan uji stabilitas tablet parasetamol
pada suhu 30oC, 40oC, 500C dan 60oC untuk mengetahui apakah obat
parasetamol akan terdegradasi pada suhu tersebut. Dalam hal ini uji stabilitas
menggunakan tablet parasetamol generik. Pada penelitian ini penulis
menggunakan dua produk tablet parasetamol, yaitu produk X dan Y. Penulis
menggunakan tablet parasetamol generik dikarenakan tablet parasetamol yang
generik lebih banyak dikonsumsi masyarakat dengan alasan obat generik
harganya lebih murah jika dibandingkan dengan obat paten. Walau demikian
banyak masyarakat yang beranggapan bahwa obat paten lebih berkhasiat
dibandingkan dengan obat generik, karena harganya yang mahal padahal
anggapan itu tidak semuanya benar. Stabilitas perlu diuji untuk mengetahui
apakah pada suhu tinggi obat masih efektif atau tidak. Penulis memilih
melakukan uji terhadap stabilitas karena hal terpenting dari obat adalah efek
yang diinginkan dan stabilitasnya. Baik buruknya suatu obat tergantung dari
stabilitas obat tersebut. Penyebab utama dari degradasi yang membuat
parasetamol tidak stabil adalah karena adanya proses hidrolisis. Parasetamol
dengan adanya air akan terhidrolisis menjadi asam asetat dan p-aminophenol.
Reaksinya dapat dilihat sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai