Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, 1 (1), hal 23-30 23

PERBANDINGAN DAYA ANTIOKSIDAN ANTARA EKSTRAK TOTAL DAN


HASIL FRAKSINASI PETAI DAN KULIT PETAI (Parkia speciosa Hassk)
DENGAN METODE PENANGKALAN RADIKAL BEBAS DPPH

Lasmaryna Sirumapea*, Aswardi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang
*
e-mail : lasmaryna2906@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penentuan besarnya aktifitas antioksidan dari biji petai ((Parkia
speciosa Hassk) dan kulit petai dengan metode penangkalan radikal bebas DPPH.
Pemeriksaan dilakukan terhadap ekstrak kental, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi
heksan; masing-masing fraksi mewakili tingkat kepolaran pelarut. Ekstraksi dilakukan
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol yang dimurnikan dengan proses
destilsi, dan dilanjutkan dengan fraksinasi. Rendemen dari ekstrak biji petai adalah
2,3%; sementara kulit petai memberikan nilai rendemen sebesar 5,86%. Penetapan
aktifitas antioksidan didasarkan atas prinsip penangkalan ekstrak dan hasil fraksinasi
terhadap radikal 1,1 diphenyl pycryl didrazyl (DPPH). Besarnya aktifitas antioksidan
diwakili oleh nilai IC-50, yang menyatakan besarnya konsentrasi yang mampu
menghambat radikal bebas sebesar 50%. Dari penelitian ini didapatkan bahwa fraksi etil
asetat kulit petai memiliki potensi antioksidan terbesar, dengan nilai IC-50 sebesar
85,92 ppm. Sementara pada biji petai aktifitas antioksidan terbesar terdapat pada ekstrak
total dengan nilai IC-50 = 136,29 ppm.

Kata Kunci : aktifitas antioksidan, ekstrak total, fraksi, IC-50, radikal bebas

PENDAHULUAN penyakit degeneratif seperti penyakit


jantung, arteriosclerosis, kanker, serta
Pemanfaatan tanaman gajala penuaan. Masalah-masalah ini
tradisional sebagai tumbuhan berkaitan dengan kemampuan
berkhasiat obat telah banyak digunakan antioksidan untuk bekerja sebagai
oleh masyarakat dinegara kita. Untuk inhibitor (penghambat) reaksi oksidasi
menunjang hal tersebut perlu diteliti oleh radikal bebas reaktif yang menjadi
kandungan kimia dari tanaman yang salah satu pencetus penyakit-penyakit
bersangkutan dan juga apakah tanaman diatas (Syamsul, 2003).
tersebut memiliki efek farmakologis Berdasarkan sumber
tertentu. Misalnya, apakah tanaman perolehannya ada 2 macam antioksidan,
tersebut memiliki efek anti mikroba, yaitu antioksidan alami dan antioksidan
antioksidan, bersifat sitotoksik, dan buatan (sintetik) (Hernani, 2005).
sebagainya. Tubuh manusia tidak mempunyai
Akhir-akhir ini kajian mengenai cadangan antioksidan dalam jumlah
aktivitas antioksidan menjadi perhatian yang berlebih, sehingga jika terjadi
peneliti. Penggunaan senyawa paparan radikal berlebih maka tubuh
antioksidan juga anti radikal saat ini membutuhkan antioksidan eksogen.
semakin meluas seiring dengan semakin Adanya kekhawatiran akan
besarnya pemahaman masyarakat kemungkinan efek samping yang belum
tentang peranannya dalam menghambat diketahui dari antioksidan sintetik

Lasmaryna Sirumapea dkk


24 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, 1 (1), hal 23-30

menyebabkan antioksidan alami jumlah yang besar. Dikalangan


menjadi alternatif yang sangat masyarakat hanya diketahui bahwa kulit
dibutuhkan (Sunarni, 2005). petai yang mengandung fenol dapat
Antioksidan alami mampu melindungi digunakan untuk anti-inflamasi luar
tubuh terhadap kerusakan yang (Aden dkk, 2013). Peneliti-peneliti yang
disebabkan spesies reaktif, mampu pernah meneliti kulit petai antara lain
menghambat terjadinya penyakit yaitu Tobing (2013) yang membahas
degeneratif serta mampu menghambat pemanfaatan ekstrak kulit petai (Parkia
peroksidase lipid pada makanan. speciosa Hassk) sebagai antioksidan
Meningkatnya minat untuk alami.
mendapatkan antioksidan alami terjadi Tujuan dapi penelitian ini adalah
beberapa tahun terakhir ini (Sunarni, menentukan apakah benar biji petai dan
2005). Sebagian radikal bebas juga kulit petai potensial sebagai antioksidan
dapat menurunkan sistem kekebalan alami. Kandungan senyawa yang
tubuh. bahwa flavonoid dari tumbuhan terkandung didalam petai dan kulit petai
dilaporkan dapat bertindak sebagai memungkinkan untuk menjadikan petai
Antioksidan disebabkan kemampuannya dan kulit petai sebagai antioksidan
yang dapat menangkal radikal bebas alami yang relatif aman.
dan oksigen aktif. Gugus hidroksi
fenolik dari turunan flavonoid METODE PENELITIAN
mempunyai kemampuan menangkap
radikal bebas dengan membentuk Alat
radikal baru (Buhler dan Miranda,
2000). Alat yang digunakan pada
Literatur menginformasikan penelitian ini antara lain seperangkat
bahwa buah petai banyak mengandung alat destilasi, seperangkat alat rotary
zatberkhasiat, antara lain : protein, evaporator, botol maserasi, vial,
karbohidrat, fosfor, vitamin A, vitamin corong, kertas saring, kapas, pipet tetes,
C dan zat besi, vitamin dan mineral batang pengaduk, gelas ukur, gelas
lainnya. Petai merupakan sumber energi kimia, labu ukur, spektrofotometri UV-
yang baik, yaitu 142 kkal per 100 g biji. VIS (NS11).
Kandungan vitamin C dilaporkan cukup
tinggi yaitu 46 mg per 100 gram buah Bahan
(Health Magazine, 2007). Petai juga
mengandung fenolik yang sangat Bahan yang digunakan pada
berperan memerangi radikal bebas penelitian ini antara lain biji petai, kulit
(Kurniawan, 2012). Penelitian terdahulu petai (Parkia speciosa Hassk), pereaksi
menyebutkan bahwa petai cina, masih DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil),
dari keluarga petai, memiliki efek etanol 96% (C2H5OH), aquadest (H2O),
antioksidan yang sangat baik, dan dapat metanol (CH3OH), kloroform (CHCl3),
meningkatkan kadar SOD dalam darah asam sulfat (H2SO4), etil asetat
karena bersifat antioksidan (CH3COOC2H5), n-heksan (C6H14),
(Nurhasanah, 2005) vitamin C (C6 H8O6), pereaksi mayer
Kulit petai diketahui memilki dan pereaksi Libermann-buchard.
manfaat sebagai antioksidan,
antidiabetik, dan antiangiogenik. Hal ini
karena di dalamnya mengandung
senyawa fenol dan flavonoid dalam

Lasmaryna Sirumapea dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, 1 (1), hal 23-30 25

Prosedur Sampel yang telah bersih direndam


dengan etanol hasil destilasi Botol
Penelitian ini dilakukan berdasarksan ditutup rapat dan simpan ditempat yang
urutan berikut : terlindung dari cahaya matahari,
Pemeriksaan kandungan kimia sesekali dikocok. Biarkan selama 5 hari
yaitu flavonoid, fenol, terpenoid dan lalu ekstrak disaring, ulangi maserasi ini
steroid. Pemeriksaan ini dilakukan 3 kali. Maserat diuapkan dan dipekatkan
dengan menggunakan pereaksi yang dengan rotary evaporator dan diperoleh
sesuai ekstrak kental. Fraksinasi dilakukan
Kandungan flavonoid diuji dengan dengan cara : ekstrak kental etanol
cara berikut : 4 gram sampel segar dilarutkan di dalam beaker gelas dengan
dipotong halus kemudian didihkan aquadest sebanyak 300 ml, kemudian
dengan 25 ml etanol, disaring selagi dimasukan ke dalam corong pisah yang
panas, filtrat diuapkan hingga tinggal bervolume 500 ml, selanjutnya di
setengahnya, lalu ditambahkan beberapa fraksinasi dengan n-heksan sebanyak
tetes HCl pekat dan serbuk Mg. Diamati 200 ml di dalam corong pisah,
perubahan warna yang terjadi, adanya fraksinasi dilakukan berulang sampai
flavonoid ditandai dengan warna merah. pelarut n-heksan berwarna bening
(Simes et al, 1959). sehingga diperoleh 2 (dua) fraksi yaitu
Kandungan terpenoid, saponin dan fraksi air dan fraksi n-heksan. Fraksi n-
golongan fenol dilakukan sebagai heksan diuapkan sehingga didapat fraksi
berikut : Sebanyak 4 gram sampel segar kental n-heksan. Fraksi air selanjutnya
dipotong halus dan didihkan dengan 25 di fraksinasi lagi dengan menggunakan
ml etanol selama 15 menit, disaring etil asetat sebanyak 200 ml, fraksinasi
selagi panas, kemudian filtrat diuapkan dilakukan berulang sampai pelarut etil
sampai kering, ekstrak yang didapat asetat berwarna bening sehingga
ditambahkan kloroform dan air suling diperoleh 2 (dua) fraksi lagi yaitu fraksi
(1:1) sebanyak 5 ml masing-masing, air dan fraksi etil asetat. Fraksi etil
kocok biarkan sejenak sehingga asetat dan fraksi air kemudian diuapkan
terbentuk kloroform dan lapisan air. lagi sehingga didapat fraksi kental etil
Sebagian lapisan air kocok kuat-kuat asetat dan fraksi kental air.
dalam sebuah tabung reaksi. Bila ada Penentuan aktifitas antioksidan.
saponin akan terbentuk busa yang stabil dilakukan terhadap ekstrak kental hasil
selama 15 menit. Sebagian dari lapisan ekstraksi dan fraksinasi. Ekstrak
air ditambahkan besi klorida, reaksi sampel dibuat dalam 5 konsentrasi,
dinyatakan positif mengandung fenol yaitu 40, 80, 120, 160 dan 200 ppm.
bila terjadi perubahan warna menjadi Untuk penentuan aktivitas antioksidan
biru atau hitam. Pada lapisan kloroform, dari masing-masing ekstrak diambil 0,2
disaring dengan norit, filtrat biarkan ml larutan sampel dari berbagai
kering pada plat tetes dan ditambahkan konsentrasi, kemudian ditambahkan 3,8
pereaksi Liebermann-Bouchard. ml larutan DPPH 0,05 mM. Campuran
Senyawa terpenoid umumnya larutan dihomogenkan dan dibiarkan
memberikan warna merah, sedangkan selama 30 menit ditempat gelap.
steroid memberikan warna biru-hijau Serapan diukur dengan
(Simes et al, 1959). spektofotmeter UV-Vis pada panjang
Ekstraksi dan fraksinasi sampel. gelombang serapan maksimum DPPH
Ekstraksi dilakukan dengan maserasi, 516 nm (atau sesuai hasil pengukuran,
yang dilakukan didalam botol gelap. dimana absorman maksimal). Pengujian

Lasmaryna Sirumapea dkk


26 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, 1 (1), hal 23-30

aktivitas antioksidan dilakukan triplo dalam membran sel, sehingga


untuk masing-masing konsentrasi mempercepat proses pelarutan senyawa
larutan sampel. yang terdapat pada tumbuhan ke dalam
Aktivitas antioksidan sampel pelarut yang digunakan (Djamal, 2010).
ditentukan oleh besarnya hambatan Fraksinasi dilakukan dengan pelarut air
serapan radikal DPPH melalui (polar), etil asetat (semi polar) dan n-
perhitungan persentasi inhibisi serapan heksan (nonpolar). Tujuan dari proses
DPPH. Selanjutnya ditentukan nilai IC50 fraksinasi adalah untuk memisahkan
dengan menggunakan persamaan linier senyawa kimia berdasarkan tingkat
yang didapatkan dari perbandingan kepolarannya. Hasil fraksinasi dari
garis lurus antara konsentrasi dan masing-masing ekstrak kemudian
persen inhibisi. Kemudian dilakukan dikentalkan kembali dengan
perbandingan aktifitas antioksidan menggunakan alat rotary evaporator
dengan pembanding vitamin C. sehingga didapat ekstrak kental dari
masing-masing fraksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian aktifitas antioksidan
dengan menggunakan metode DPPH
Hasil uji fitokimia terhadap (2,2-difenil-1- pikrilhidrazil) dan
sampel segar pada biji petai pengukuran dengan Spektrofotometri
mengandung saponnin, flavonoida dan Uv-Vis. Aktivitas antioksidan metode
golongan fenol sementara pada kulit DPPH ditunjukkan oleh hambatan
petai menunjukkan bahwa kulit petai serapan radikal DPPH pada panjang
mengandung senyawa alkaloid, gelombang serapan maksimum 516 nm.
flavonoid, fenolik, dan saponin. (Gambar 1). Pengujian aktivitas
Hasil rendemen buah petai (Parkia antioksidan metode DPPH ini
bspeciosa), adalah 2,3 % b/b. Ekstraksi dilakukan setelah dibiarkan selama 30
dilakukan secara maserasi karena cara menit dan dilakukan ditempat gelap
ini relative sederhana dan aman. dikarenakan DPPH (2,2-difenil-1-
Sederhana,karena hanya perlu direndam pikrilhidrazil) sangat peka terhadap
dengan pelarut, aman karena dengan cahaya. Aktivitas antioksidan terlihat
cara maserasi tidak dikhawatirkan dari penurunan serapan larutan DPPH
menghilangnya zat aktif yang tidak akibat adanya penambahan sampel.
tahan pemanasan. Pelarut etanol Apabila DPPH direduksi maka
digunakan karena pelarut ini bersifat ditunjukkan dengan penurunan
universal, melarutkan hampir seluruh intensitas warna keunguan menjadi
golongan senyawa dan juga relatif aman warna kuning atau bahkan menjadi
bagi peneliti. Dari ekstraksi sebanyak 1 bening atau tidak berwarna sesuai
kg sampel segar kulit petai (Parkia tingkat kekuatan antioksidan. Perubahan
speciosa Hassk) didapatkan ekstrak intensitas warna disebabkan oleh
kental sebanyak 58,6 gram dengan berkurangnya ikatan rangkap
persen rendemen 5,86 % b/b. Pada terkonjugasi pada DPPH, karena
pelaksanaan ekstraksi, dilakukan elektron pada radikal DPPH
perajangan dengan tujuan untuk berpasangan dengan atom hidrogen dari
memperluas permukaan sampel, agar antioksidan menjadi DPPH-H yang
pelarut semakin mudah berpenetrasi ke merupakan radikal bebas.

Lasmaryna Sirumapea dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, 1 (1), hal 23-30 27

Gambar 1. Puncak serapan maksimum DPPH sebagai acuan

Penurunan serapan dinyatakan sebagai persen inhibisi yang dapat dihitung


berdasarkan :
Absorban DPPH – Absorban (DPPH + Sampel)
% Inhibisi = × 100
Absorban DPPH

Selanjutnya dari perhitungan Tabel 1. Nilai IC-50 ekstrak dan fraksi


persen inhibisi masing-masing hasil biji petai
ekstraksi kemudian dihitung IC50.
Untuk menentukan IC50 dari ekstrak No Sampel IC-50, ppm
kulit petai hasil ekstraksi secara 1 Ekstrak total 136,29
maserasi dari beberapa fraksi air, etil 2 Fraksi n-heksan 1064,955
asetat dan fraksi n-heksan dilakukan 3 Fraksi etil asetat 177,56
dengan memasukkan nilai hasil 4 Fraksi air 48,42
perhitungan kedalam persamaan linier
dengan konsentrasi (ppm) sebagai absis Tabel 2. Nilai IC-50 ekstrak dan fraksi
( X ) dan nilai persentase inhibisi kulit petai
sebagai ordinat ( Y ). Nilai IC50 dari
perhitungan pada saat persen inhibisi No Sampel IC-50, ppm
sebesar 50% dengan persamaan y = ax 1 Ekstrak total 110,16
+ b. 2 Fraksi n-heksan 704,27
Berikut ini adalah tabel yang 3 Fraksi etil asetat 85,92
menyatakan nilai IC-50 dari ekstrak dan 4 Fraksi air 222,73
hasil fraksi biji petai dan kulit petai
pada masing-masing fraksi.

Lasmaryna Sirumapea dkk


28 Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, 1 (1), hal 23-30

Semakin kecil nilai IC50, maka dan non polar (Marliana dan Saleh,
semakin besar aktivitas antioksidan 2011).
pada sampel uji dalam mereduksi Pada sampel biji petai,
radikal bebas. Pada sampel kulit petai, komponen senyawa yang menyebabkan
fraksi etil asetat lebih cepat mereduksi sifat antioksidan pada ekstrak petai pada
senyawa radikal bebas yang ada pada ekstrak kental, fraksi air maupun fraksi
DPPH sehingga memiliki efektivitas etil asetat adalah golongan senyawa
yang lebih besar dibandingkan dengan polifenol dan flavonoid yang
ekstrak total, fraksi air dan fraksi n- menyumbangkan elektron bebasnya
heksan. Dari ketiga fraksi tersebut, sehingga raidkal bebas (DPPH) dapat
didapatkan hasil bahwa nilai IC50 fraksi berpasangan dan dengan demikian
etil asetat dari ekstrak kulit petai menyebabkan sifat radikal bebas nya
memiliki nilai aktivitas antioksidan menurun. Semakin banyak kandungan
terbaik yaitu 85,92 ppm dan dari senyawa golongan fenol dan flavonoid,
literatur diketahui bahwa nilai ini maka keradikalan akan semakin
tergolong dalam golongan aktivitas berkurang (Majewska, 2011). Fraksi
antioksidan yang bersifat kuat (Armala, heksan memiliki persen inhibisi dan
2009). nilai IC-50 terkecil kemungkinan
Aktivitas antioksidan yang disebabkan kandungan senyawa pada
dimiliki oleh fraksi etil asetat kulit petai fraksi tersebut tidak memiliki elektron
disebabkan kandungan polifenol yang bebas sehingga tidak dapat mengurangi
mengandung flavonoid, seperti yang keradikalan dari DPPH. Ekstrak kental
diketahui bahwa senyawa flavonoid memiliki efek antioksidan terbesar,
yang termasuk dalam polifenol dapat kemungkinan disebabkan oleh karena
berfungsi sebagai antioksidan karena ekstrak tersebut paling banyak memiliki
adanya gugus hidroksil yang terikat kandungan senyawa aktif yang bersifat
pada strukturnya (Rohman, 2005). antioksidan (memiliki elektron bebas)
Fraksi etil asetat yang bersifat semipolar yaitu dari golongan senyawa polifenol.
juga mengandung lebih banyak (Djamal, 2010)
komponen senyawa antioksidan seperti
isoflavon dalam bentuk aglikon (non SIMPULAN
polar) maupun glikon (polar), hal ini
menyebabkan lebih beragamnya Dari hasil penelitian yang
kandungan komponen isoflavon dalam dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
fraksi etil asetat dibandingkan dengan salah satu atau lebih fraksi dari masing-
ekstrak total, fraksi air dan fraksi n- masing ekstrak yang memiliki potensi
heksan (Irianti dkk, 2011). sebagai antioksidan. Pada ekstrak biji
Aktivitas antioksidan pada petai, fraksi air dengan IC-50 = 48,42
ekstrak total bersifat sedang dengan ppm dan fraksi etil asetat dari ekstrak
nilai IC50 sebesar 110,16 ppm lebih etil asetat dengan IC-50 = 85,92 ppm
rendah dari fraksi etil asetat. Hal ini dapat dinyatakan berpotensi sebagai
dikarenakan senyawa-senyawa kimia antioksidan.
yang ada di ekstrak total bekerja tidak
sinergis sehingga aktivitas DAFTAR PUSTAKA
antioksidannya lebih rendah
dibandingkan dengan fraksi etil asetat Aden, Aisyah Zahroh., Herlina
dan masih terkandung senyawa- Mawardika., Novembya Vilansari.,
senyawa didalamnya yang bersifat polar Firda Agustin., dan Ganys Tris

Lasmaryna Sirumapea dkk


Jurnal Ilmiah Bakti Farmasi, 2016, 1 (1), hal 23-30 29

Silvana. 2013. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kasar Etanol,


Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Fraksi n-Heksan, Etil Asetat dan
hassk) Pada Mencit Balb/c Sebagai Metanol dari Buah Labu Air
Obat Anti-Inflamasi Rheumatoid (Lagenari siceraria (Molina)
Arthtristis. Laporan akhir program Standl). Jurnal Kimia Mulawarman.
kreativitas mahasiswa. Malang : Vol.8: 63-69.
Universitas Brawijaya. Miranda, Cristobal, 2004, Antioxidant
Armala, M. M. 2009. Daya Antioksidan Activities of Flavonoids (Online),
Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir http://www.pdpersi.co.id/pdpersi/ne
(Cosmos caudatus H. B. K.) dan ws/alternarif.php). diakses 19
Profil KLT, Skripsi. Yogyakarta: Oktober 2011.
Fakultas Farmasi Universitas Islam Nurhasanah, Fatty, 2005, Efek
Indonesia. Antioksidan dari Ekstrak Biji Petai
Djamal, Rusjdi. 2010. Kimia Bahan Cina pada Tikus Putih Jantan,
Alam: Prinsip-prinsip dasar Fakultas Farmasi Universitas
isolasidan identifikasi . Padang : Pancasila, Jakarta
Universitas Baiturrahman. Simes, J.J.H., Tracey, J.G., Webb, l.G.
Hernani, dan Rahardjo, M. 2005. and Dunstan, W.J. 1959. An
Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Australia Phaytochemical Survey
Jakarta: Penebar Swadaya. Saponins and Esters Australian
Irianti, tatang., Andayana Puspitasari., Flowering Plant. Australia :
dan Ema suryani. 2011. Aktivitas Commonwelth Scintific and
Penanngkapan Radika 1,1-Difenil-2- Industrial Research Organization.
Pikrilhidrazil Oleh Ekstrak Etanolik Sunarni, T. 2005. Aktivitas Antioksidan
Batang Brotowali (Tinospora Crispa Penangkap Radikal bebas Beberapa
(L) Miers) Dan Fraksi-Fraksinya. Kecambah Dari Biji Tanaman
Majalah Obat Tradisional. Vol.16: Familia Papilionaceae. Jurnal
138-144. Farmasi Indonesia. Vol 2: 53-61.
Majewska, Monika., Michal, Skrzycki., Arief, Sjamsul.2006. Radikal bebas.
Malgorzta, Podsiad and Hanna Bandung : Universitas Airlangga
Czeczot. 2011. Evalution of Tobing, Tetty VWL. 2013.
Antioxidant Potential of Flavonoids Pemanfaatan Ekstrak Kulit Petai
:An In Vitro Study. Acta Poloniae (Parkia speciosa) Sebagai Aktivitas
Pharmaceutica – Drug Research. Alami. Medan: Universitas Negeri
Vol. 68: 611-616. Medan.
Marliana, Eva dan Chairul Saleh. 2011.
Uji Fitokimia dan Aktivitas

Lasmaryna Sirumapea dkk

Anda mungkin juga menyukai