Anda di halaman 1dari 13

173

POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN


PEMBERIAN INFORMASI MENGENAI PENYAKIT TBC PADA
PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR

Kokom Komariah, Susie Perbawasari, Aat Ruchiat Nugraha, Heru Ryanto Budiana
Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Penyakit Tuberkulosis (TBC) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena mer-
upakan salah satu penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang golongan usia produktif (15-50 tahun)
dan anak-anak serta golongan sosial ekonomi lemah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif survei. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) proses pelayanan kes-
ehatan Puskesmas dalam pengendalian penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor; 2) Model pemberian
informasi yang dilakukan oleh Puskesmas dalam pengendalian penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor;
3) pelayanan pemberian informasi kaitannya dengan tingkat pengetahuan penderita dalam menanggulangi
penyakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor. Hasil menunjukkan bahwa proses pelayanan kesehatan yang
dilakukan Puskesmas Citeureup dalam pengendalian penyakit TBC mengikuti standar pelayanan puskesmas
yang sudah baku. Dengan mengusung motto Pelayanan Prima, Responsif, Efektif, Strategis, Tangguh, Asih,
Senyum, Sapa, Salam dan Inovatif). Model pelayanan dalm pemberian informasi dilakukan secara anterper-
sona yang dialogis, transaksional, sesuai model sirkuler Schramm. Pelayanan pemberian informasi secara
linier dapat meningkatkan tingkat pengetahuan penderita dalam menanggulangi penyakit TBC di wilayah
Kabupaten Bogor.

Kata-kata kunci: Pola komunikasi, pelayanan kesehatan, pemberian informasi dan komunikasi kesehatan

COMMUNICATION PATTERNS IN HEALTH SERVICES AND INFORMATION PROVIDE


ON TUBERCULOSIS DISEASE AT PUBLIC HEALTH CENTRE
IN BOGOR DISTRICT

ABSTRACT

Until now tuberculosis disease (TBC), which infection creates a major health problem, is responsible for
the high mortality rate of society in productive age of 15-50 years old, children and also the weakest social
economic in Indonesia. Method used in this research is descriptive survey. The purpose of this research is
to explore: 1) Puskesmas (Society Health Centre) health service process in controlling TBC disease in Bo-
gor district; 2) Model of information dissemination developed by Puskesmas in controlling TBC in Bogor
district; 3) Information dissemination service in connection with the knowledge of patient about controlling
TBC disease in Bogor district. Result shows that health process services done by Puskesmas at Citeureup
sub-district, Bogor district, strictly follows the standard rules of Puskesmas principle in controlling TBC dis-
ease. The motto of Pelayanan Prima (prime services), Responsif (responsives), Efektif (effective), Strategis
(strategic), Tangguh (tough), Asih (compassion), Senyum (smile), Sapa (greetings), Salam (addressing) dan
Inovatif (innovative). Service model in delivering information is done by using a dialogic interpersonal and
transactional as stated by Schramm. The information dissemination service, linearly, could improve patient’s
level of knowledge in controlling TBC disease in Bogor district.

Keywords: Communication pattern, health service, information dissemination and health communication


Korespondensi: Dra. Kokom Komariah, M.Si. Program Studi Ilmu Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Komunikasi, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21. Email: kokom.komariah66@
yahoo.com
174 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185

PENDAHULUAN dengan kriteria capaian indikator keberhasilan


dari program Millenium Development Goal’s
Pembangunan bidang kesehatan yang dilaku- (MDG’s) yang dicapai oleh Indonesia dalam
kan oleh pemerintah saat ini diarahkan un- hal penanggulangan TB. Berdasarkan data yang
tuk mencapai komitmen internasional, yang berkenaan dengan TB, pada tahun 2012 yang
dituangkan dalam Millennium Development lalu Indonesia telah mendapatkan penghargaan
Goals (MDGs) yang berkaitan langsung den- dari lembaga internasional, yaitu dari Global
gan bidang kesehatan yaitu menurunnya angka Health USAID kepada Pemerintah Indonesia
kematian anak, meningkatnya kesehatan ibu, melalui Menteri Kesehatan yang disampaikan
memerangi HIV-AIDS, penyakit Tubercolusis oleh Sekjen PBB berkenaan atas upaya dalam
(TBC) dan Malaria serta penyakit lainnya mau- pengendalian TBC selama ini yang dikategori-
pun hal-hal yang secara tidak langsung den- kan cukup berhasil, yaitu angka kesembuhan
gan bidang kesehatan yaitu menanggulangi penderita TBC mencapai 87%.
kemiskinan dan kelaparan serta mendorong ke- Wilayah Kabupaten Bogor yang merupakan
setaraan gender dan pemberdayaan perempuan. bagian dari provinsi Jawa Barat memiliki poten-
Indonesia merupakan salah satu negara si penyebaran ancaman penyakit Tuberkulosis
berkembang yang memiliki angka prevalen- (disingkat TB atau TBC) yang cukup mengkha-
si kasus TBC yang cukup tinggi, khususnya watirkan. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bo-
terdapat pada masyarakat dengan golongan gor mempunyai wilayah yang sangat luas yai-
ekonomi menengah ke bawah. Penyakit TBC tu terbagi menjadi 40 kecamatan serta secara
adalah suatu penyakit infeksi yang disebab- domografis dan geografis terdiri dari wilayah
kan oleh bakteri Mikrobakterium Tuberkulosa. kawasan industri dan kawasan pegunungan
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tah- dengan jumlah penduduk yang termasuk kate-
an asam sehingga dikenal juga sebagai Batang gori sangat padat yaitu lebih dari 5 juta orang.
Tahan Asam (BTA) (Depkes, 2009). Penya- Alasan diatas merupakan alasan yang sangat
kit TB disebabkan oleh kondisi lingkungan mendukung terhadap perkembangan bakteri
permukiman yang kurang sehat. Apalagi di TBC secara cepat dan terstruktur, selain faktor
kawasan permukiman yang padat penduduk kesadaran manusianya itu sendiri terhadap pen-
dengan tipe rumah sehat yang tidak terpenuhi. yakit TBC. Apabila melihat angka prevalensi
Pada pemukiman padat penduduk dan kumuh kesakitan TBC di wilayah Kabupaten Bogor
biasanya kondisi lingkungan nya pun tidak se- termasuk kategori cukup tinggi. Angka preval-
hat. Kemudian, selain itu intensitas pencaha- ensinya mencapai 240 orang per 100.000 orang.
yaan atau sinar matahari yang sulit masuk ke Di tingkat provinsi Jawa Barat prevalensi ke-
dalam ruangan juga menjadi penyebab berkem- sakitannya mencapai 224 orang per 100.000
bangbiaknya bakteri penyebab TBC, karena orang, dan secara Nasional adalah 107 orang
sinar matahari itu akan mematikan bakteri TBC per 100.000 orang. Keadaan ini menunjukkan
secara cepat. bahwa Kabupaten Bogor pernah dinyatakan
Pada tahun 1995, program nasional pengen- sebagai wilayah endemis TB di wilayah Jawa
dalian TBC mulai menerapkan strategi DOTS Barat yang cukup tinggi.
dan dilaksanakan di Puskesmas secara ber- Upaya-upaya penanggulangan penyakit TBC
tahap. Sejak tahun 2000 strategi DOTS di wilayah Kabupaten Bogor dinilai cukup
dilaksanakan secara Nasional di seluruh maksimal namun masih terdapat pula beberapa
fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes) ter- kekurangan dalam mengantisipasi penyakit TB,
utama Puskesmas yang di integrasikan dalam yaitu diantaranya adalah penyampaian informa-
pelayanan kesehatan dasar. si dari petugas kesehatan yang kemungkinan
Jawa Barat sebagai wilayah provinsi yang pal- masih dirasakan kurang optimal oleh penderi-
ing padat jumlah penduduknya memiliki tingkat ta, yang terbukti masih adanya nilai di bawah
kerawanan terhadap penyebaran berbagai pen- 85% angka kesembuhan penderita TBC yang
yakit, diantaranya yaitu penyebaran penyakit ada di wilayah kabupaten Bogor. Menurut Aan
TBC. Kini penyakit TBC di Jawa Barat men- Suhanda1, sebagai Kasub penanggulangan TBC
jadi perhatian yang cukup ketat yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan dikarenakan berkaitan 1 Hasil wawancara pada tanggal 18
November 2013
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
175
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor menyatakan balik antara komunikator dan komunikan.
bahwa untuk sosialisasi mengenai TBC dengan Komunikasi kesehatan merupakan studi yang
berbagai solusinya telah dilakukan secara masif menekankan peranan teori komunikasi yang
langsung kepada masyarakat maupun melalui dapat digunakan dalam penelitian dan praktik
optimalisasi kader-kader kesehatan yang ada di yang berkaitan dengan promosi kesehatan dan
lingkungan sekitar puskesmas.  pemeliharaan kesehatan. Komunikasi keseha-
Berdasarkan fenomena tersebut maka dapat tan merupakan proses untuk mengembangkan
dirumuskan bagaimana pola komunikasi kes- atau membagi pesan kesehatan kepada audiens
ehatan dalam pelayanan pemberian informasi tertentu dengan maksud mempengaruhi penge-
mengenai penyakit TBC serta kaitannya dengan tahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pili-
tingkat pengetahuan penderita dalam menang- han perilaku hidup sehat.
gulangi penyakit TBCdi wilayah Kabupaten Definisi lain dari komunikasi kesehatan
Bogor? menurut Health Communication Partnership’s
Pola komunikasi merupakan model dari pros- M/MC Health Communication Materials Data-
es komunikasi, sehingga dengan adanya berb- base ialah Seni dan teknik penyebarluasan infor-
agai macam model komunikasi dan bagian dari masi kesehatan yang bermaksud mempengaruhi
proses komunikasi dapat ditemukan pola yang dan memotivasi individu, mendorong lahirnya
sesuai dan mudah digunakan dalam berkomuni- lembaga atau institusi baik sebagai peraturan
kasi. Proses komunikasi merupakan rangkaian ataupun sebagai organisasi di kalangan audiens
dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga yang mengatur perhatian terhadap kesehatan.
diperoleh  feedback dari penerima pesan. Dari Komunikasi kesehatan meliputi informasi ten-
proses komunikasi, timbul pola, model, bentuk tang pencegahan penyakit, promosi kesehatan,
dan juga bagian-bagian kecil yang berkaitan kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regula-
erat dengan proses komunikasi. Adapun proses si bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh
komunikasi yang sudah masuk dalam kategori mungkin mengubah dan membaharui kualitas
pola komunikasi yaitu; pola komunikasi komu- individu dalam suatu komunikasi atau mas-
nikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola yarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu
komunikasi linear, dan pola komunikasi sirku- pengetahuan dan etika (Liliweri, 2007: 47).
lar.
Pola komunikasi primer merupakan suatu METODE PENELITIAN
proses penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan suatu Penelitian ini bertujuan untuk melihat
simbol sebagai media atau saluran. Pola ko- fenomena pola komunikasi kesehatan dalam
munikasi sekunder adalah proses penyampaian pelayanan pemberian informasi mengenai pen-
pesan oleh komunikator kepada komunikan yakit TBC pada puskesmas di Kabupaten Bo-
dengan menggunakan alat atau sarana sebagai gor. Agar mendapat gambaran yang lengkap,
media kedua setelah memakai lambang pada penelitian ini menggunakan format deskriptif
media pertama. Pola Komunikasi Linear, disini survey. “Penelitian ini tidak bermaksud men-
mengandung makna lurus yang berarti perjala- cari hubungan atau sebab akibat dari variabel”
nan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang (Bungin, 2001: 51). Oleh karena itu pada pene-
berarti penyampaian pesan oleh komunikator lian ini tidak menggunakan hipotesis penelitian,
kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi, tetapi menggunakannya dalam kegiatan peng-
dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi umpulan data merupakan suatu keharusan.
dalam komunikasi tatap muka (face to face),
tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pola komunikasi sirkular secara harfiah berarti
bulat, bundar atau keliling. Dalam proses sirku- Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya
lar itu terjadinya umpan balik, yaitu terjadinya yang diselenggarakan secara bersama-sama
arus dari komunikan ke komunikator, sebaga dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
penentu utama keberhasilan komunikasi. Da- meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan
lam pola komunikasi yang seperti ini proses mengobati penyakit serta memulihkan keseha-
komunikasi berjalan terus yaitu adaya umpan tan perorangan, kelompok, keluarga ataupun
176 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185

masyarakat (Asrul Aswar, 1996). tuk TB dewasa.


Pelayanan kesehatan di Puskesmas Citeure- Pasien TBC ini harus secara rutin melakukan
up tentunya mulai dirasakan oleh para pasien pengobatan sesuai ketentuan dokter, karena pa-
ketika mendaftarkan dirinya untuk melakukan sien terindikasi TBC diharuskan untuk memi-
pengobatan. num obatnya setiap hari secara berturut-turut
Para pasien ditanyakan maksud kedatangan- tidak boleh ada yang terlewatkan (bolong-
nya mau bolong), dan apabila ada yang terlewatkan obat
berobat ke poli mana? Untuk pelayanan kes- harus diulang dari awal. Disini, diperlukan
ehatan Puskesmas Citeureupdalam penanggu- adanya kedisiplinan dari si pasein untuk memi-
langan penyakit TBC dimulai ketika pasien su- num obatnya.
dah tercatat sebagai pasien di poli TBC, artinya Komunikasi antarpersona antara petugas dan
pasien sudah dinyatakan atau terbukti dari hasil pasien terjadi ketika pasien datang berkunjung/
laboratorium terindikasi penyakit TB. Poli TBC berobat di poli TBC setiap hari Rabu. Petugas
di Puskesmas Citeureup terdiri dua hari yaitu dan pasein bertemu langsung secara tatap muka.
Selasa untuk TB anak-anak dan hari Rabu un- Dengan motto PRESTASI, petugas member-

Gambar 1 Model pemberian informasi yang dilakukan oleh Puskesmas dalam penanggulangan penyakit TBC
di wilayah Kabupaten Bogor
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
177
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR

ikan pelayanan secara prima, dimulai dengan kasi tentang penyakit TBC, petugas juga me-
menyampaikan 3S (senyum, sapa dan salam) mantau pasiennya dalam makan obat-obat yang
kepada pasiennya. diberikan. Petugas melakukan pengecekan sil-
Dalam komunikasi antarpersona tersebut bi- ang antara data minum obat pasien dengan wak-
asanya terjadi secara dialogis dan transaksion- tu pengambilan obat pasien. Dari sana dapat
al, yang memulai bisa dari pasiennya terlebih diketahui apakah pasien konsisten atau tidak
dahulu atau dari petugasnya dan sebaliknya. minum obatnya”. Bahkan menurutnya, apabila
Karenanya diantara keduanya terjadi bergantian pasien berhalangan hadir di hari H pengobatan,
posisi (komunikator dan komunikan, dan proses bisa diambilkan atau berobat sebelum penjad-
encoding dan decoding). walan, supaya obat tidak sampai kehabisan.
Menurut Erna, “Pada pertemuan awal, bi- Proses pemberian informasi penyakit TBC
asanya petugas memberikan informasi seputar yang dilakukan secara antarpersona (petugas
penyakit TBC, mulai dari menjelaskan apa itu dan pasien) ini modelnya dapat ditunjukkan
penyakit TBC, apa obatnya dan cara meminum- dengan model Schramm dalam Gambar 2.
nya, serta tidak kalah pentingnya menjelakan Data deskriptif Variabel Bebas: Pelayanan
bagaimana perilaku pasien yang seharusnya Pemberian Informasi Dalam penelitian ini ter-
guna tidak menularkannya kepada anggota kel- dapat 5 (Lima) sub variabel bebas yaitu unsur
uarganya atau kepada orang lain di tangible, responsiveness, reliability, empathy
lingkungannya. Intinya pasien haru diedu- dan assurance.
kasi berkaitan dengan penyakitnya. Karena Unsur Tangible
penyakit TBC itu dalam pengobatannya perlu Sub variabel tangible terdiri dari 9 item per-
kesabaran dan kedisiplinan, dimana obatnya itu tanyaan. Jawaban dari 44 responden atas kue-
tidak boleh putus. Putus berarti mengulang dan sioner sub variabel tangible dapat terlihat dalam
akan memperpanjang lagi waktu pengobatan”. tabel berikut ini:
Lebih lanjut Erna bertutur, “Selain mengedu-

Gambar 2 Model Schramm


178 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185

Tabel 1 Unsur Tangible

Tingkat persetujuan Skor


No Pertanyaan
Jawaban Bobot f Skor % Total
Sangat Baik 5 3 15 6,81
Ketersediaan alat peraga Baik 4 14 56 31,82
9 sebagai alat penunjang dalam Cukup Baik 3 25 7 56,82 150
pemberian informasi TB Kurang Baik 2 2 4 4,55
Tidak Baik 1 0 0 100,00
Sangat Baik 5 4 20 9,09
Kelengkapan media pembe-
rian informasi seperti papan Baik 4 14 56 31,82
10 pengumuman, edaran, brosur, Cukup Baik 3 24 72 54,55 151
poster dan instruksi yang Kurang Baik 2 1 2 2,73
ditempel
Tidak Baik 1 0 0 100,00
Sangat Baik 5 4 20 9,09
Baik 4 32 128 72,73
Kerapihan dan kebersihan
11 Cukup Baik 3 8 24 18,18 172
pakaian seragam petugas
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 9 45 20,45
Baik 4 22 88 50,00
Penampilan petugas (dokter/
12 Cukup Baik 3 13 39 29,55 162
perawat) yang menarik
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 7 35 15,91
Baik 4 12 48 27,27
Kejelasan rambu-rambu pe-
13 Cukup Baik 3 24 72 54,55
tunjuk ruangan pelayanan
Kurang Baik 2 1 2 2,27 157
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 8 40 18,18
Baik 4 24 96 54,55
Kejelasan informasi tentang
14 Cukup Baik 3 11 33 25,00 171
penyakit TBC
Kurang Baik 2 1 2 2,27
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 2 10 4,54
Baik 4 34 136 77,27
Kebersihan ruangan pe-
15 Cukup Baik 3 8 24 18,19 160
layanan
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 3 15 6,81
Baik 4 33 132 75,00
Kenyamanan ruangan pe-
16 Cukup Baik 3 7 21 15,91 190
layanan
Kurang Baik 2 1 2 2,27
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 4 20 9,09
Baik 4 32 128 72,72
17 Kerapihan ruangan pelayanan Cukup Baik 3 8 24 18,19 172
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
  Kumulatif skor dari sembilan (9) pertanyaan 1485
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
179
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR

Untuk mengetahui kategori dari sub variabel Dengan demikian indikator-indikator dari
tangible pemberian informasi, maka dihitung sub variabel tangible pemberian informasi TBC
terlebih dahulu batas interval dengan cara : berada pada kategori baik. Artinya responden
• Skor tertinggi = 5 x 9 x 44 adalah 1980 sudah menilai unsur tangible pemberian infor-
• Skor terendah= 1 x 9 x 44 adalah 396 masi yang meliputi : Ketersediaan alat peraga
• Batas interval = (1980– 396) : 5 adalah sebagai alat penunjang dalam pemberian in-
316,8 formasi TB, Kelengkapan media pemberian
informasi seperti papan pengumuman, edaran,
brosur, poster dan instruksi yang ditempel, dan
Kenyamanan ruangan pelayanan dinilai respon-
den sudah baik.

Tabel 2 Unsur Responsiveness

Tingkat persetujuan Skor


No Pertanyaan
Jawaban Bobot f Skor % Total
Sangat Baik 5 7 35 15,90
Kecepatan petugas (dokter/ Baik 4 32 128 72,74
18 perawat) dalam melayani pa- Cukup Baik 3 4 12 9,09 177
sien Kurang Baik 2 1 2 2,27
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 7 35 15,90
Kesigpan petugas (dokter/ Baik 4 32 128 72,74
19 perawat) dalam melayani pa- Cukup Baik 3 4 12 9,09 177
sien Kurang Baik 2 1 2 2,27
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 4 20 9,09
Baik 4 13 52 29,54
Keterbaruan/kekinian infor-
20 Cukup Baik 3 24 72 54,54 150
masi tentang TBC
Kurang Baik 2 3 6 6,82
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 4 20 9,09
Kemutakhiran alat-alat, sa- Baik 4 13 42 29,54
21 rana atau fasilitas pelayanan Cukup Baik 3 24 72 54,54 140
penyakit TBC Kurang Baik 2 3 6 6,82
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 4 20 9,09
Kemudahan memperoleh (ak- Baik 4 16 64 36,37
22 ses) media-media informasi Cukup Baik 3 22 66 50,00 153
tentang penyakit TBC Kurang Baik 2 1 2 2,27
Tidak Baik 1 1 1 2,27
  Kumulatif skor dari sembilan (5) pertanyaan 797

Untuk mengetahui kategori dari sub variabel • Skor terendah= 1 x 5 x 44 adalah 220
responsiveness pemberian informasi, maka di- • Batas interval = (1100– 220) : 5 adalah
hitung terlebih dahulu batas interval dengan 176
cara:

• Skor tertinggi = 5 x 5 x 44 adalah 1100


180 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185

Dengan demikian indikator-indikator dari Untuk mengetahui kategori dari sub variabel
sub variabel responsiveness pemberian infor- reliability pemberian informasi, yanga dapat di-
masi TBC berada pada kategori baik. Artinya lihat pada Tabel 3, maka dihitung terlebih dahu-
unsur responsiveness menurut sebagian besar lu batas interval dengan cara :
responden mengenai Kecepatan petugas (dok- • Skor tertinggi = 5 x 3 x 44 adalah 660
ter/perawat) dalam melayani pasien, Kesigapan • Skor terendah= 1 x 3 x 44 adalah 132
petugas (dokter/perawat) dalam melayani pa- • Batas interval = (660– 132) : 5 adalah
sien sudah baik. 105,6

Tabel 3 Unsur Reliability

Tingkat persetujuan Skor


No Pertanyaan
Jawaban Bobot f Skor % Total
Sangat Baik 5 6 30 13,64
Baik 4 17 68 38,64
Kemudahan petugas untuk
26 Cukup Baik 3 20 60 45,45 159
dihubungi pasien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 1 1 2,27
Sangat Baik 5 3 15 6,82
Kemampuan petugas mema- Baik 4 21 84 47,73
27 hami keinginan dan kebutu- Cukup Baik 3 19 57 43,18 158
han pasien Kurang Baik 2 1 2 2,27
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 3 15 6,82
Baik 4 34 136 77,27
Kemampuan petugas berko-
28 Cukup Baik 3 6 9 13,64 161
munikasi dengan pasien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 1 1 2,27
  Kumulatif skor dari sembilan (3) pertanyaan 478

Tabel 4 Unsur Empathy

Tingkat persetujuan Skor


No Pertanyaan
Jawaban Bobot f Skor % Total
Sangat Baik 5 6 30 13,64
Baik 4 17 68 38,64
Kemudahan petugas untuk di-
26 Cukup Baik 3 20 60 45,45 159
hubungi pasien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 1 1 2,27
Sangat Baik 5 3 15 6,82
Kemampuan petugas mema- Baik 4 21 84 47,73
27 hami keinginan dan kebutu- Cukup Baik 3 19 57 43,18 158
han pasien Kurang Baik 2 1 2 2,27
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 3 15 6,82
Baik 4 34 136 77,27
Kemampuan petugas berko-
28 Cukup Baik 3 6 9 13,64 161
munikasi dengan pasien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 1 1 2,27
  Kumulatif skor dari sembilan (3) pertanyaan 478
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
181
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR

Tabel 5 Unsur Assurance

Tingkat persetujuan Skor


No Pertanyaan
Jawaban Bobot f Skor % Total
Sangat Baik 5 6 30 13,64
Baik 4 30 120 68,18
Para petugas memberikan waktu yang cuk-
29 Cukup Baik 3 6 18 13,64 172
up kepada pasien untuk berkonsultasi
Kurang Baik 2 2 4 4,54
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 8 40 18,18
Baik 4 31 124 70,46
Sikap sopan petugas dalam melayani pa-
30 Cukup Baik 3 5 15 11,36 179
sien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 4 20 9,09
Baik 4 36 144 81,82
Ketrampilan petugas dalam melayani pa-
31 Cukup Baik 3 4 12 9,09 176
sien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 6 30 13,64
Baik 4 36 144 81,82
32 Pengetahuan petugas tentang penyakit Cukup Baik 3 2 6 4,54 180
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 7 35 15,90
Baik 4 17 68 38,64
Petugas mampu memberikan pelayanan
33 Cukup Baik 3 20 60 45,46 163
sesuai harapan pasien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
Sangat Baik 5 6 30 13,64
Baik 4 19 76 43,18
Petugas memberi perhatian secara penuh
34 Cukup Baik 3 19 57 43,18 163
kepada setiap pasien
Kurang Baik 2 0 0 0
Tidak Baik 1 0 0 0
  Kumulatif skor dari sembilan (6) pertanyaan 1033

Dengan demikian, sub variabel reliability Selanjutnya untuk pembahasan mengenai


pemberian informasi TBC berada pada kategori empathy dapat dilihat pada Tabel 4, di mana
baik indikator-indikator dari sub variabel empathy
Untuk mengetahui kategori dari sub variabel pemberian informasi TBC berada pada kategori
empathy pemberian informasi, maka dihitung baik, ini ditunjukkan dengan kemampuan petu-
terlebih dahulu batas interval dengan cara: gas berkomunikasi dengan pasien.
• Skor tertinggi = 5 x 3 x 44 adalah 660 Untuk mengetahui kategori dari sub variabel
• Skor terendah= 1 x 3 x 44 adalah 132 assurance pemberian informasi, maka dihitung
• Batas interval=(660–132) : 5 adalah 105,6 terlebih dahulu batas interval dengan cara:
182 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185

• Skor tertinggi = 5 x 6 x 44 adalah 1320 Pengetahuan merupakan aspek kognisi dan


• Skor terendah= 1 x 6 x 44 adalah 264 merupakan salah satu aspek dari sikap. Penge-
• Batas interval = (660– 132) : 5 adalah tahuan penderita tentang TBC merupakan sasa-
211,2 ran yang hendak dicapai oleh Dinas Kesehatan
melalui pemberian informasi mengenai penya-
kit TBC langsung kepada penderita oleh petu-
gas puskesmas.
Pengetahuan merupakan indikator dari aspek
kognisi dalam sikap yang akan menghasilkan
Selanjutnya untuk pembahasan mengenai sikap tertentu. Dengan penetahuan yang cukup
assurance dapat dilihat pada Tabel 5, di mana mengenai penyakit TBC dan bagaimana cara
indikator-indikator dari sub variabel assurance menanggulanginya, diharapkan para penderita
pemberian informasi TBC berada pada kategori menjadi lebih paham mengenai penyakit yang
baik, artinya responden menganggap hal-hal dideritanya tersebut.
yang terkait dengan petugas misalnya tentang Komponen kognitif berisi kepercayaan seseo-
Para petugas memberikan waktu yang cukup rang mengenai apa yang berlaku atau apa yang
kepada pasien untuk berkonsultasi, Sikap sopan benar bagi objek sikap. Dengan terbentuknya
petugas dalam melayani pasien dinilai baik. kepercayaan terhadap petugas yang menyam-
paikan informasi tentang penyakit TBC, menja-
Tabel 6 Pengetahuan Penderita tentang Penyakit di dasar pengetahuan penderita mengenai infor-
TBC masi penyakit TBC.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
No Pengetahuan f % bahwa pengetahuan penderita tentang penyakit
1 Tinggi 16 36,36 TBC cukup tinggi, terutama pengetahuan yang
2 Sedang 24 54,55 berkaitan dengan cara pencegahan, penyebab,
3 Rendah 4 9,09 gejala, cara penularan, serta pengobatan terha-
Jumlah 44 100,00 dap penyakit tersebut. Sementara, yang masih
Sumber: Penelitian dan Pengolahan Data 2013 kurang adalah pemahaman secara teknis yang
berkaitan dengan penyakit, misalnya pengeta-
Berdasarkan tabel tersebut, sebagian besar huan tentang pemeriksaan dahak. Pemahaman
penderita mempunyai pengetahuan tentang pen- yang kurang juga yakni yang berkaitan den-
yakit TBC yang berada pada tingkat sedang dan gan jenis obat serta jenis vaksin untuk penyakit
tinggi, dan hanya sebagian kecil (9,09%) dari TBC. Namun secara umum pengetahuan pen-
penderita yang pengetahuan tentang TBC-nya derita tentang penyakit TBC sudah cukup baik.
rendah. Hal tersebut disebabkan parapenderita Pada Tabel 7, dapat dilihat keterkaitan Pe-
selalu memperoleh penjelasan secara rutin ten- layanan Pemberian Informasi tentang Penyakit
tang hal-hal yang berkaitan dengan TBC setiap TBC (X) dan tingkat pengetahuan (Y).
kali mereka memeriksakan diri ke puskesmas Hasil pengamatan menunjukkan keterkaitan
dimana pada setiap hari Rabu adalah hari kusus antara pelayanan pemberian informasi yang su-
untuk pelayanan TBC untuk Puskesmas Citeu- dah dinilai baik, dari segi tangible, reliability,
reup. assurance, empathy, dan responsiveness secara

Tabel 7 Keterkaitan Pelayanan Pemberian Informasi tentang Penyakit TBC (X) dan tingkat pengetahuan (Y)

Tingkat Pengetahuan Penderita (Y)


Pola Komunikasi
Tinggi Sedang Rendah Total
Kesehatan TBC (X)
f % f % f % f %
Tinggi 21 47,72 0 0,00 0 0,00 21 47,72
Sedang 0 0,00 23 52,28 0 0,00 23 52,28
Rendah 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
Total 21 47,72 23 52,28 0 0,00 44 100,00
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
183
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR

linier dapat menaikkan tingkat pengetahuan. an informasi dalam rangka program bimbingan
Dari kelima aspek tersebut aspek tangible, re- ialah kegiatan membantu seeorang dalam men-
liability, assurance memiliki keterkaitan yang genali lingkungannya, terutama tentang kesem-
tinggi dengan tingkat pengetahuan penderita patan-kesempatan yang ada didalamnya, yang
tentang penyakit TBC, sementara aspek empa- dapat dimanfaatkan seseorang baik untuk masa
thy, dan responsiveness memiliki keterkaitan kini maupun masa yang akan datang. Penyaji-
yang sedang namun keduanya terdapat satu an informasi itu dimaksudkan untuk member-
responden yang menjawab rendah. Disamping ikan wawasan kepada para seseorang sehingga
itu temuan peneliti memunculkan bahwa dua ia dapat menggunakan informasi itu baik untuk
item pada subvariabel tangible yaitu penampi- mencegah atau mengatasi kesulitan yang dih-
lan yang menarik dan kerapihan serta kebersi- adapinya, serta untuk merencanakan masa de-
han petugas (perawat dan dokter) bersifat tidak pan. Perencanaan kehidupan ini mencakup, ke-
valid terkait dengan tingkat pengetahuan dari hidupan dalam studinya, dalam pekerjaannya,
penderita terhadap TBC. maupun dalam membina keluarga.
Paru-paru merupakan salah satu organ pent- Sedangkan Winkel &Sri Hastuti (2006: 316-
ing manusia yang bertugas sebagai tempat per- 317) menjelaskan bahwa layanan informasi
tukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan adalah usaha untuk membekali para seseorang
mengeluarkan karbondioksida yang merupakan dengan pengetahuan tentang data dan fakta
sisa hasil pernafasan yang harus dikeluarkan dibidang tertentu, supaya mereka dengan be-
dari tubuh, sehingga kebutuhan manusia akan lajar tentang lingkungan hidupnya lebih mam-
oksigen terpenuhi. Paru-paru mempunyai per- pu mengatur dan merencanakan kehidupann-
anan penting bagi manusia dan mempunyai tu- ya sendiri. Dari beberapa pengertian tentang
gas yang berat dalam mengambil oksigen dari layanan informasi diatas dapat diambil kesim-
udara, belum lagi udara yang kita hirup sema- pulan bahwa layanan informasi adalah suatu
kin tercemar oleh berbagai bibit penyakit yang kegiatan atau usaha untuk membekali para ses-
dapat menimbulkan penyakit paru-paru, salah eorang tentang berbagai macam pengetahuan
satunya penyakit TBC. supaya mereka mampu mengambil keputusan
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri my- secara tepat dalam kehidupannya.
crobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat Adapun metode layanan informasi menurut
menular melalui percikan ludah saat penderita Prayitno &Erman Amti (2004: 269-271) Pem-
batuk. Penyakit ini ditandai gejala seperti batuk berian informasi kepada seseorang dapat dilaku-
berdahak yang lebih dari tiga minggu atau ba- kan dengan berbagai cara sebagai berikut:
tuk yang mengeluarkan darah. Ceramah. Ceramah merupakan metode pem-
TBC menyebar melalui udara dan ditularkan berian informasi yang paling sederhana, mudah
melalui batuk dan bersin. Proses penularan dan murah, dalam arti bahwa metode ini dapat
terjadi ketika seorang yang memiliki penya- dilakukan hampir oleh setiap petugas.
kit tubercolusis aktif batuk atau bersin hingga Diskusi. Penyampaian informasi pada seseo-
menyebarkan kuman ke udara. Kuman tersebut rang dapat dilakukan melalui diskusi. Diskusi
terhirup oleh orang yang berada didekatnya dan semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh
mengakibatkan orang tersebut terinfeksi kuman petugas sendiri mapun oleh konselor.
TBC. Buku panduan. Buku-buku panduan (seper-
Menurut Prayitno & Erman Amti (2004: 259- ti buku panduan kesehatan) dapat membantu
260) layanan informasi adalah kegiatan mem- seseorang dalam mendapatkan informasi yang
berikan pemahaman kepada individu-individu berguna.
yang berkepentingan tentang berbagai hal yang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau tangibilitas pelayanan informasi yang diberikan
kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu oleh petugas kesehatan menunjukkan keterkai-
tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan tan yang tinggi dengan tingkat pengetahuan pa-
demikian, layanan informasi itu pertama-tama sien mengenai penyakit TBC. Dengan demikian
merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman informasi mengenai penyakit TBC yang sudah
dalam bimbingan dan konseling. diberikan oleh petugas pelayann telah me-
Menurut Budi Purwoko (2008: 52) penyaji- menuhi syarat sebagai informasi mengacu pada
184 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 1, No. 2, Desember 2013 hlm 173-185

definisi informasi dari Wilbur Scrhamm, yaitu: Kemudahan petugas untuk dihubungi pasien,
segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian kemampuan dalam memahami keinginan dan
atau mengurangi jumlah kemungkinan alternat- kebutuhan pasien, serta kemampuan petugas
if dalam situasi (Rakhmat, 2007: 223). berkomunikasi dengan pasien merupakan rasa
Artinya, tingkat pengetahuan yang dimiliki empati petugas terhadap pasien, tetapi rasa em-
pasien mengenai penyakit TBC dapat disebab- pati tersebut belum dapat meningkatkan pen-
kan oleh adanya informasi yang diberikan petu- getahuan pasien tentang penyakit TBC secara
gas pelayanan, dan mampu mengurangi ketida- signifikan artinya empati memiliki keterkaitan
kpastian yang dimiliki pasien dalam menangani yang rendah dengan tingkat pengetahuan. Hal
penyakit TBC yang diterimanya. Contohnya: tersebut sesuai dengan pendapat Simon yang
pasien menjadi memiliki pengetahuan menge- menyatakan bahwa “Ada hubungan positif an-
nai cara-cara atau langkah-langkah yang harus tara kesamaan dengan rasa percaya dan hormat,
mereka lakukan agar mereka dapat segera ter- tetapi hubungannya lemah” (dalam Rakhmat,
bebas dari penyakit tersebut. 2007: 264). Sementara menurut Roger “Orang
Selanjutnya, jaminan pelayanan informasi mudah berempati dan merasakan perasaan
yang diberikan petugas pelayanan kesehatan, orang lain yang dipandangnya sama dengan
meliputi sikap yang sopan yang diberikan saat mereka juga menunjukkan bahwa kesamaan
memberikan pelayan kesehatan bagi pasien antara komunikator dan komunikate memudah-
TBC. Sikap sopan dan santun yang ditunjukkan kan terjadinya perubahan pendapat” (dalam Ra-
petugas pelayanan kesehatan memberikan kes- khmat, 2007: 262).
an bahwa petugas pelayanan memiliki kemau-
an atau niat baik dalam memberikan pelayanan SIMPULAN
kesehatan bagi pasien. Faktor kemauan dipen-
garuhi oleh kecerdasan, dan energi yang diper- Proses pelayanan kesehatan Puskesmas da-
lukan untuk mencapai tujuan (Rakhmat, 2007: lam penanggulangan penyakit TBC di wilayah
43). Kabupaten Bogor, khususnya di wilayah Citeu-
Berikutnya faktor keterandalan, faktor akur- reup sudah berjalan sesuai standar pelayanan
asi pemberian diagnosis yang diberikan petugas puskesmas. Pelayanan poli TBC diadakan pada
pelayanan kesehatan meningkatkan pengeta- setiap hari Rabu. Dengan mengusung motto pe-
huan pasien mengenai kondisi penyakit yang layanan PRESTASI.
dideritanya. Akurasi hasil diagnosis mening- Model pemberian informasi yang dilakukan
katkan tingkat keterpercayaan pasien terhadap oleh Puskesmas dalam penanggulangan pen-
petugas pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai yakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor, khu-
dengan penyataan bahwa kepercayaan mem- susnya di wilayah Citeureup sudah memenuhi
berikan perspektif pada manusia dalam mem- kebutuhan informasi bagi petugas dan pasien.
persepsi kenyataan dan memberikan dasar pen- Bentuk komunikasi dalam pemberian informasi
gambilan keputusan (Rakhmat, 2007: 42). antarpersona dan model komunikasi sirkuler.
Kecepatan dan kesigapan dalam melayani Pelayanan pemberian informasi tentang pen-
pasien, kemutakhiran alat-alat dan fasilitas yakit TBC di wilayah Kabupaten Bogor, khu-
pelayanan serta kemudahan memperoleh atau susnya di wilayah Citeureup sudah baik, hal ini
mengakses media informasi yang merupa- dapat dilihat dari pengetahuan penderita yang
kan indikator dari unsur responsiveness telah cukup tentang penyebab, gejala, cara pencegah-
dilakukan petugas dengan baik, tetapi belum an, dan pengobatan terhadap penyakit TBC.
dapat meningkatkan pengetahuan pasien se- Sedangkan saran dari penelitian ini antara
cara signifikan. Menurut Rakhmat “Orang akan lain:
menerima pengaruh karena perilaku yang dian- Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
jurkan itu esuai dengan sistem nilai yang dimi- bahwa pelayanan dari petugas dan pengetahuan
likinya. Kita menerima gagasan, pkiran, atau penderita tentang penyakit TBC sudah cukup
anjuran orang lain, karena gagasan, pikiran, baik. Namun ternyata masih ditemukan adanya
atau anjuran tersebut berguna untuk memecah- tingkat kegagalan yang cukup significan yai-
kan masalah, menunjukkan arah, atau dituntut tu 25 %. Hal ini disebabkan kurangnya kedi-
oleh sistem nilai kita.” (Rakhmat. 2007: 256) siplinan penderita dalam meminum obat. Untuk
POLA KOMUNIKASI KESEHATAN DALAM PELAYANAN DAN PEMBERIAN INFORMASI
185
MENGENAI PENYAKIT TBC PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN BOGOR

itu petugas selalu mengingatkan pasiennya un- Graeff, A. J., dkk. (1996). Komunikasi dalam
tuk minum obat secara teratur kesehatan dan perubahan perilaku. Yogya-
Untuk lebih meningkatkan pelayanan kese- karta: Gadjah Mada University Press.
hatan hendaknya, aspek keterjangkauan tidak Moeleong, Lexy. (2006). Penelitian kualitatif.
melulu dari sudut biaya. Tetapi mewujudkan Bandung: Remaja Rosda Karya.
keadaan seperti ini harus dapat diupayakan Liliweri, Alo. (2007). Dasar-dasar komunikasi
pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan antarbudaya. Yogyakarta: Pelajar Pustaka.
biaya kesehatan diharapkan sesuai dengan ke- Prayitno & Amti, Erman. (2004). Dasar-dasar
mampuan ekonomi masyarakat. BK. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwoko, Budi.(2008). Organisasi dan man-
DAFTAR PUSTAKA agemen bimbingan konseling. Surabaya: Un-
esa University Press.
Ahmad, A. S. (2006). Panduan komunikasi kes- Rakhmat, J. (2004). Metode penelitian komuni-
ehatan. Yogyakarta: Indarti.  kasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Azwar, S. (2005). Sikap manusia, teori dan _________. (2007). Psikologi komunikasi.
pengukurannya. Yogyakarta: Penerbit Pusta- Bandung: Remaja Rosdakarya.
ka Belajar. Sugiyono. (2013). Metode penelitian manaje-
Azwar, A. (1996). Pengantar administrasi men pendekatan: kuantitatif, kualitatif, kom-
kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta: Binarupa binasi, penelitian tindakan dan penelitian
Aksara evaluasi. Bandung: Alfabeta.
Baskoro, A. (2008). Komunikasi kesehatan. Yo- Winkel, W. S. & Hastuti, S. (2006). Bimbingan
gyakarta: Banyu Media.  dan konseling di institusi pendidikan. Yogya-
Bungin, B. (2001). Metode penelitian kuanti- karta: Media Abadi
tatif dan kualitatif. Yogyakarta. Gajahmada Kabupaten Bogor. Diakses dari http://dinkes.
Press. bogorkab.go.id

Anda mungkin juga menyukai