Anda di halaman 1dari 10

Prosiding SNYuBe 2013

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK BUAH MAHKOTA


DEWA (PHALERIA MACROCARPA) SEBAGAI ANTISEPTIC PADA
SABUN MANDI CAIR (BODY FOAM)
Najla Lubis
Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan
E-mail : najlalubis75@yahoo.com
Abstrak
Mahkota dewa (phaleria macrocarpa) atau makuta dewa (jawa : makuto mewo)
merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Sumatera Utara, khususnya
daerah Medan, Binjai, Deli serdang, dan sekitarnya.. Namun penggunaan mahkota
dewa kurang termanfaatkan oleh masyarakat umum di Sumatera Utara. Tanaman
ini diduga memiliki efek antioksidan yang baik karena mengandung senyawa
fenolik (polifenol). Kulit buah mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Selain
itu mahkota dewa juga digunakan sebagai antiseptic. Lingkup dari penelitian ini
meliputi uji kualitatif dan kuantitatif terhadap sampel berupa ekstrak buah mahkota
dewa. Adapun tahap penelitian adalah pengumpulan bahan, pembuatan ekstrak
(buah) mahkota dewa dengan variasi konsentrasi (10, 20,30,40,50,60,70,80,90,
dan 100%), pembuatan sabun mandi cair (body foam), pencampuran ekstrak
mahkota dewa kedalam sabun mandi cair (body foam), dan pengujian sifat
antiseptic mahkota dewa dalam body foam tersebut. Dari hasil pengamatan uji
ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cair dan berdasarkan analisis
ragam, menunjukkan bahwa pada konsentrasi 70% merupakan konsentrasi
mahkota dewa yang paling efektif dan nyata sebagai antiseptic terhadap hewan
percobaan (hamster).
Key word : Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) , fenolik, antiseptik, body foam

Pendahuluan
Tumbuh-tumbuhan kaya akan antioksidan alami. Antioksidan ini meliputi karotenoid,
vitamin, senyawa fenolik, flavonoid, glutation, dan metabolit endogen. Senyawa
antioksidan ini telah dibuktikan dapat berperan sebagai quencher oksigen singlet dan
triplet, penangkal radikal bebas, decomposer peroksida dan inhibitor enzim. Mahkota
dewa (phaleria macrocarpa) atau makuta dewa (jawa : makuto mewo) merupakan
tanaman yang banyak terdapat di Sumatera Utara, namun kurang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Sumatera Utara, khususnya daerah Medan, Binjai, Deli serdang, dan
sekitarnya. Padahal mahkota dewa merupakan tanaman yang diduga memiliki efek
antioksidan yang baik. Berdasarkan beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa
daun mahkota dewa mengandung antihistamin, alkaloid, saponin, dan polifenol. Kulit
buah mengandung alkaloid, saponin, dan flavonoid. Selain itu mahkota dewa juga
diduga memiliki sifat antiseptic. Ekstrak etanol buah mahkota dewa diketahui memiliki
daya antibakteri sehingga mampu menghambat pertumbuhan S.mutans, yaitu bakteri
yang berperan dalam proses pembentukan karies pada gigi [1].
Senyawa antioksidan yang terdapat dalam kulit dan daging buah mahkota dewa
adalah flavonoid dan senyawa polifenol. Senyawa fenolik dikatakan memiliki aktivitas
antioksidan, memungkinkan untuk menangkap baik spesies oksigen aktif maupun
elektrofil, menghambat nitrosasi, dan mengkelat ion logam, memiliki potensi untuk
248

Prosiding SNYuBe 2013

autooksidasi, dankemampuan untuk memodulasi aktivitas enzim seluler tertentu.


Dengan kata lain, mahkota dewa dapat dimanfaatkan sebagai bahan antioksidan untuk
mengurangi efek yang ditimbulkan oleh senyawa radikal bebas. Flavonoid pada buah
mahkota dewa juga telah diuji sebagai anti mikroba alami [2].
Penelitan-penelitian mengenai mahkota dewa sebagai antioksidan telah banyak
dilakukan, namun penelitian tentang efektivitas mahkota dewa sebagai antiseptic
dalam sabun mandi cair (body foam) belum pernah dilakukan. Buah Mahkota dewa
telah diuji mengandung alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, steroid dan tannin
[3,4,5].
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pengobatan tradisonal,
dan meningkatkan pendapatan petani mahkota dewa agar lebih produktif karena hasil
tanamannya dapat meningkatkan kesehatan kulit masyarakat dengan biaya yang
relative lebih murah dengan kemasan yang mudah dibawa kemanapun. Hal ini tentu
dapat dijadikan alternative sebagai obat penyakit kulit yang dapat digunakan
bersamaan dengan waktu membersihkan tubuh setiap hari (mandi).
Body foam. Keberadaan sabun mandi cair (body foam) sedikit banyak telah
menggeser sabun mandi padat, dikarenakan beberapa kelebihan dari sabun mandi
cair dibanding sabun mandi padat sebagai berikut :
1. Praktis, karena sabun mandi cair dapat dikemas dalam kemasan botol, sehingga
mudah dibawa kemana saja.
2. Mudah larut dalam air (misalnya bathtube), diaduk sebentar, langsung berbusa dan
digunakan untuk mandi berendam.
3. Kesehatan, kontaminasi terhadap kuman bisa dihindari, dan menjamin bila
dibandingkan sabun mandi padat yang dipegang banyak orang alias dipakai
bersama. Hal ini juga mencegah orang yang sudah berpenyakit kulit seperti alergi,
menderita penyakit kulit lebih parah lagi
Untuk memperoleh ekstrak mahkota dewa, metode yang akan digunakan adalah
dengan proses ekstraksi atau penyarian.yaitu membuat ekstrak dari buah mahkota
dewa yang akan dimasukkan ke dalam sabun mandi (body foam), kemudian
melakukan pengujian efektivitas dari sifat antiseptic mahkkota dewa.
Rumusan masalah. Sabun mandi digunakan sebagai pembersih badan dari debu,
kotoran, dan membersihkan tubuh dari sisa garam yang berasal dari keringat di kulit.
Selain sabun mandi batangan, terdapat juga sabun mandi cair yang lebih praktis untuk
dibawa terutama jika bepergian. Selain hal tersebut, juga mudah digunakan oleh orang
lain tanpa takut terjadi pemindahan penyakit yang menular.
Mahkota dewa mempunyai efek antioksidan dan diduga juga sebagai antiseptic,
sehingga masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ekstrak
mahkota dewa mampu berfungsi sebagai antiseptic dengan variasi konsentrasi dalam
sabun mandi cair.
Di dalam masyarakat masih ditemukan adanya penyakit kulit seperti alergi, dan gatalgatal yang diderita oleh sebagian orang di daerah Sumatera Utara, dengan semakin
jenuhnya masyarakat mengkonsumsi obat anti alergi yang harus diminum, maka perlu
dipikirkan suatu alternative obat luar yang dapat digunakan untuk kulit.
Dari uraian diatas berdasarkan literatur mengenai fungsi buah tumbuhan mahkota
dewa sebagai obat tradisional dari berbagai penyakit maka penulis merasa tertarik

249

Prosiding SNYuBe 2013

untuk menguji efektivitas senyawa flavonoida dari buah tumbuhan mahkota dewa
sebagai antiseptic pada sabun mandi cair.
Tujuan dan sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas sifat antiseptic
dari ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cair (body foam). Adapun
sasaran dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi siapapun yang perduli terhadap
kebersihan tetapi tetap dapat manfaat lebih, yaitu dalam hal ini dengan sabun mandi
diperoleh kebersihan tubuh, dan dengan mahkota dewa diperoleh manfaat antioksidan
dan antiseptic.
Luaran. Berdasarkan tujuan di atas luaran yang dapat diperoleh sesuai proposal
adalah:
1. Publikasi ilmiah melalui jurnal Ilmiah Abdi Ilmu yang memiliki ISSN
2. Uji efektivitas sifat antiseptik mahkota dewa dapat memperkaya khasanah
pengobatan tradisional di Indonesia
3. Tanaman mahkota dewa mempunyai nilai tambah terutama bagi petani tanaman
ini.
Tanaman mahkota dewa. Indonesia memiliki keaneka ragaman hayati yang besar.
Banyak tumbuhan dapat digunakan baik sebagai kosmetik, obat-obatan, maupun
keduanya. Tumbuhan atau tanaman banyak digunakan sebagai bahan kosmetik alami
dan penggunaannya bahan kosmetik alami dari tanaman cukup meningkat dalam
decade terakhir ini. Tanaman ini juga mudah dan banyak ditemukan di daerah
Sumatera Utara.
Daerah tropis mendapat banyak paparan sinar matahari. Menurut Kaidbey [6], (1979),
kerusakan kulit paling parah karena paparan sinar matahari meliputi photoaging dan
fotokarsinogenesis. Selain itu dapat juga menyebabkan reaksi inflamasi (sunburn),
pembentukan melanin dan melanosit, kanker kulit, penuaan dini dengan terbentuknya
kerut dan keratinasi, merusak jaringan pengikat, dan menyebabkan pigmentasi
reversible karena oksidasi precursor melanin.
Black [7] menyatakan bahwa antioksidan memiliki potensi sebagai fotoprotektor.
Antioksidan dapat memberikan perlindungan bila diaplikasikan baik secara sisteik
maupun secara tropical (Pinnel, 2003). Cahaya UV dapat mamacu pembentukan
sejumlah senyawa reaktif atau radikal bebas pada kulit. Senyawa dengan kemampuan
antioksidan atau penangkap radikal bebas dapat berkompetisi dengan molekul target
dan mengurangi atau mengacaukan efek yang merugikan [7].
Tumbuhan mahkota dewa (P. macrocarpa Boerl.) tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m,
tanaman ini bisa ditemukan ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau di
kebun-kebun sebagai tanaman peneduh. Bagian tanaman yang digunakan sebagai
obat adalah daun, daging, dan kulit buahnya [8].
Manfaat buah mahkota dewa (gambar 1) telah diketahui oleh sebagian masyarakat,
terutama buah dan daunnya. Buah mahkota dewa diketahui mengandung kaemferol,
myricetin, naringin, dan rutin sebagai flavonoid [2]. Ekstrak dari daging buah, kulit
buah dan biji juga berpotensi sebagai anti mikroba. Dengan keberadaan flavonoid
sebagai anti mikroba, membuat mahkota dewa banyak digunakan dalam produk
farmasi dan kosmetik.
Daun mahkota dewa juga mempunyai aktivitas sebagai anti-inflamasi. Khasiat dari
daun tumbuhan mahkota dewa dapat mengobati penyakit seperti: kanker, tumor,
diabetes (kencing manis), pembengkakan prostad, asam urat, darah tinggi
250

Prosiding SNYuBe 2013

Gambar 1. Buah mahkota dewa


Saponifikasi. Saponifikasi atau saponity berarti membuat sabun, berasal dari bahasa
Latin, sapon = sabun. Sabun merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari
reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisa asam lemak oleh adanya basa
lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dan reaksi saponifikasi adalah gliserol. Selain C12
dan C16 sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam
suasana basa bisa juga disebut saponifikasi.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah reaksi
trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan gliserin.
Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH

C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk


utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping juga
memiliki nilai jual.
Flavonoid. Flavonoid adalah salah satu senyawa metabolit sekunder. Senyawa ini
banyak dijumpai pada tumbuhan baik tumbuhan kelas tinggi, atau rendah, juga alga.
Bila dilihat dari strukturnya senyawa flavonoid ini termasuk turunan dari senyawa
fenolik, dimana sering dijumpai gugus hidroksil (-OH) pada cincin aromatik pembentuk
struktur senyawa flavonoid ini. Senyawa flavonoid ini banyak dijumpai dan diisolasi dari
bagian tumbuhan seperti daun, bunga, kulit batang, akar dan buah. Flavonoid ini
banyak dijumpai di alam dalam bentuk bebas dan terikat dengan senyawa gula yang
disebut senyawa flavonoid glikosida. Bentuk glikosida ini ada dalam bentuk C-glikosida
dan O-glukosida.
Struktur dari senyawa flavonoid ini dibentuk dari 2 cincin aromatik dan 1 cincin
heterosiklis {(cincin yang terdapat 1 atom Oksigen dan 1 gugus karbon (C=O) tapi ada
juga cincin tanpa C=O}; dimana pada cincin siklis ini terdapat gugus keton dan eter
(jembatan eter/eter bridge).
Rasa dari senyawa flavonoid ini pahit dan kelat, tergantung dari jenis substituent. Bila
gugus OH dari gula semakin banyak, maka sifat kepolaran semakin tinggi Umumnya
pembagian jenis golongan flavonoid ini ditentukan kejenuhan dari cincin heterosiklis.
Secara garis besar jenis flavonoid ini adalah : flavon, flavonol, iso flavon, flavanon,
dihidroflavonol, auron dan kalkon.
Aktivitas biologis dari senyawa flavonoid ini telah banyak diselidiki yaitu aktivitas
sebagai antioksidan, antibakteri, anti kanker (sitotoksik), dan anti HIV.
Ekstrak. Ekstrak adalah sediaan pekat zat aktif simplisia nabati atau hewani, Ekstrak
diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif simplisia menggunakan pelarut yang

251

Prosiding SNYuBe 2013

sesuai, kemudian pelarut diuapkan. Pemilihan metode ekstraksi tergantung dari wujud
dan kandungan zat bahan [10].
Ekstraksi atau penyarian merupakan suatu peristiwa perpindahan massa zat aktif dari
dalam sel akibat penarikan oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan
penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik jika bidang luas kontak
permukaan simplisia dengan penyari semakin luas. [10].
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa dapat larut dan senyawa tidak larut
seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Senyawa aktif dalam simplisia dapat
digolongkan ke dalam minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia
akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap
pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Pengetahuan tentang
kandungan senyawa aktif dalam simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan
cara ekstraksi yang tepat. [11].
Tujuan dan sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas sifat antiseptic
dari ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cair (body foam). Adapun
sasaran dari penelitian diharapkan bermanfaat bagi siapapun yang perduli terhadap
kebersihan tetapi tetap dapat manfaat lebih, yaitu dalam hal ini dengan sabun mandi
diperoleh kebersihan tubuh, dan dengan mahkota dewa diperoleh manfaat antioksidan
dan antiseptic.
Manfaat enelitian. Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah:
1. Uji efektivitas sifat antiseptik mahkota dewa dapat memperkaya khasanah
pengobatan tradisional di Indonesia.
2. Dapat digunakan sebagai alternative anti septic.
3. Tanaman mahkota dewa mempunyai nilai tambah terutama bagi petani
tanaman ini.
Metode Penelitian
Bahan. Bahan utama yang akan digunakan adalah buah tanaman mahkota dewa yang
sudah berwarna merah (matang) yang diperoleh dari daerah sekitar Kelurahan
Tanjung Sari dan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Kodya Medan.
Bahan bahan pembuatan sabun (body foam). Texapon, Comperland, CAB 30
(Cocoamido betain) 40 gr, Polyquortenium 39/propilen glikol/glierin 15 gr, Formalin
0,01%, Pewarna secukupnya, Edta 2 Na, NaCl secukupnya, Pewangi, Ekstrak
mahkota dewa, Aqua DM/air suling, Foam buster, Kertas saring
Alat-alat . Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Gelas ukur 500 ml,
1000 ml Beaker glass 500 ml, 1000 ml, Neraca elektrik, Pipet volume
25
ml,
Kompor listrik, Batang pengaduk, hot plate magnetic stirrer, Baskom plastic, Corong
Buchner, Oven elektrik, Botol plastic, Hand pump, Pipet 1 ml
Metode penelitian. Metode yang akan digunakan secara garis besar terdiri dari 4
(empat) tahap uji, yaitu :
a. Pembuatan ekstrak air buah mahkota dewa dan uji ekstrak (metode Wagner)
b. Safonifikasi (pembuatan sabun/body foam)
c. Pencampuran sampel dalam body foam.
d. Uji efektivitas (Pengujian sabun mahkota dewa sebagai antiseptic terhadap
kelompok hewan)

252

Prosiding SNYuBe 2013

Adapun lingkup dan tahap penelitian ini secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan bahan
Meliputi pengumpulan bahan berupa buah/daun/batang mahkota dewa. Buah
yang dipilih adalah buah yang sudah tua, tetapi tidak lunak, berwarna merah,
permukaannya halus, tidak terdapat bercak-bercak, dan daging buah berwarna
putih kekuningan (tidak busuk).
2. Pembuatan ekstrak air buah mahkota dewa
Sebanyak 50,0 gram simplisia daging buah mahkota dewa disari dengan 500 ml
air suling. Penyarian dilakukan selama 15 menit terhitung sejak suhu campuran
mencapai 200 0C selama lebih kurang 2 jam. Pemanasan hingga suhu 200 0C
dilakukan dalam oven elektrik. Hasil penyarian dan ampasnya dipisahkan dengan
menggunakan kain halus (diserkai) selagi panas. Sisa ampas pada kain dibilas
dengan sedikit air panas dan hasilnya dicampur dengan filtrate yang diperoleh.
Selanjutnya filtrate dijernihkan dengan corong Buchner. Filtrate diuapkan diatas
penangas air dan proses penguapannya dibantu dengan menggunakan kipas
angin hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian ekstrak yang diperoleh ditimbang
beratnya. [12]. (Irianti dkk, 2009).
3. Pembuatan sabun mandi cair
Larutkan texapon kedalam 500 ml air. Setelah texapon larut, masukkan keseluruh
bahan satu persatu kemudian aduk sampai rata, setelah itu biarkan cairan sabun
mandi beberapa saat hingga busa sabun menurun. Untuk kekentalan sabun
mandi dapat juga digunakan ekstrak mahkota dewa (50 ml).
4. Pembuatan formalin 0,01%
Dengan menggunakan rumus pengenceran : dimasukkan formalin tersedia (25%)
sebanyak 0,4 ml kedalam aquadest sebanyak 999,6 ml hingga diperoleh volume
1000 ml formalin 0,01%
5. Pengujian ekstrak mahkota dewa dalam sabun mandi cair
Pencampuran ekstrak dalam sabun mandi cair dilakukan dengan kandungan
ekstrak yang bervariasi untuk mengetahui konsentrasi optimum dari ekstrak
sebagai antiseptic (tabel 1)
Tabel 1. Konsentrasi ekstrak (buah) mahkota dewa
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Konsentrasi Ekstrak Mahkota dewa (%)


10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah harmster, dikarenakan hewan ini
lebih mudah diperoleh dan lebih banyak. Sampel tersebut diujicobakan kepada 2 (dua)
kelompok yang mengidap penyakit kulit ataupun alergi (gatal-gatal); kelompok hewan
pertama (A) diberikan sabun mandi mahkota dewa, sedangkan kelompok (B) hanya
diberi sabun mandi tanpa ekstrak mahkota dewa. Pengujian efek dilakukan sampai
hewan percobaan sembuh dari gatal-gatalnya. Perubahan yang terjadi terhadap A dan
B diperhatikan dan dicatat (Tabel 2).

253

Prosiding SNYuBe 2013

Tabel 2. Parameter yang diuji


No
1

Parameter yang diuji


Range
kadar
optimum
ekstrak
mahkota dewa pada sabun mandi cair
sebagai antiseptik
Perbedaan sabun cair (body foam)
tanpa dan dengan ekstrak mahkota
dewa terhadap 2 kelompok hewan, A
dan B

Keterangan
Kadar sampel : 10 100%

A = diberi sabun dengan ekstrak


mahkota.dewa (10 ekor)
B = sabun tanpa ekstrak mahkota
dewa (10 ekor)

Hasil dan Pembahasan


Hasil . Pengujian effektivitas (pengaruh) ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun
mandi (body foam) ini dilakukan terhadap 2 kelompok hewan; yaitu kelompok A
adalah hewan yang diberi sabun dengan ekstrak buah mahkota dewa; dan dan
kelompok B, adalah hewan yang diberi sabun tanpa ekstrak mahkota dewa. Dalam
penelitian ini digunakan hamster yang menderita gatal-gatal (scubbish) di bagian
telinga sebagai hewan percobaan. Dari Hasil pengamatan diperoleh data pada tabel 3.
:
Tabel 3. Hasil pengamatan sabun dengan ekstrak mahkota dewa
NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Konsentrasi mahkota
dewa dalam body foam
(%)
10
20
30
40
50
60
70
80
90

Waktu
penyembuhan
(hari)
25
23
21
19
17
13
10
12
14

10

100

15

30

Jumlah hari
hewan untuk
penyembuhan

25
20

JUMLAH
HARI
PENYEMBUH
AN

15
10
5
10
30
50
70
90

Gambar 2. Grafik pengamatan sabun dengan ekstrak mahkota dewa

254

Prosiding SNYuBe 2013

Tabel 4. Hasil pengamatan sabun tanpa mahkota dewa


NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Waktu penyembuhan (hari)


35
33
32
31
37
33
30
32
34

10
To

35
33

40

Jumlah hari
hewan untuk
penyembuhan

30
20

JUMLAH HARI
PENYEMBUHAN

10
0
1

10

Gambar 3. Grafik pengamatan sabun tanpa ekstrak mahkota dewa


Tabel 5. Data analisis ragam
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Waktu penyembuhan
(hari)
To
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8
T9
T10

Konsentrasi sabun
dengan m.dewa

Analisis ragam

10
20
30
40
50
60
70
80
90
100

a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k

Catatan :
Rata-rata waktu penyembuhan = 33 hari (To) sebagai kontrol

Pembahasan
Pengumpulan bahan mahkota dewa yang dilakukan pada sekitar bulan April-Juli 2013
dirasakan agak sulit disebabkan kondisi buah dari tanaman tersebut tidak terlalu
banyak (track). Guna mengatasi hambatan ini dikumpulkan mahkota dewa dari sekitar
Kelurahan Tanjung Sari, Tanjung Selamat, dan Tanjung Anom. Buah yang diinginkan
adalah buah yang matang berwarna merah mengkilat, tidak kehitaman, sehingga
daging buah didalamnya berwarna putih kekuningan, berserat, dan tidak busuk.
255

Prosiding SNYuBe 2013

Tanaman mahkkota dewa banyak yang berbuah, namun sebagian besar masih muda
(berwarna hijau), kalaupun berwarna merah namun sudah kehitaman, sehingga harus
mengumpulkan dari beberapa pohon untuk memperoleh buah matang yang diinginkan.
Dari buah mahkota dewa yang berwarna merah inilah dibuat ekstrak air mahkota
dewa.
Hasil pencampuran ekstrak mahkota dewa dengan sabun cair (body foam)
menunjukkan hasil bahwa keduanya dapat bercampur dengan baik, hal ini disebabkan
adanya kandungan saponin juga dalam ekstrak mahkota dewa yang telah
dikemukakan pada penelitian sebelumnya.
Hewan yang digunakan adalah harmster, sebagai pengganti marmot, dikarenakan
hewan marmot ini cukup sulit didapat. Biasanya didaerah sekitar Berastagi, Sumatera
Utara. Namun karena saat ini adanya bencana alam (force major) berupa gunung
Sinabung yang sedang meletus (kondisi waspada hingga awas), maka diupayakan
hewan lain yang mirip, sehingga dipilihlah hamster, dengan jenis Syrian dan Winter
white (tidak sakit bila menggigit). Hewan hamster ini mudah sekali menderita gatalgatal terutama bagian telinga, apabila kondisi kandang kotor, tidak dilakukan
penggantian serbuk kayu sebagai tempat tinggalnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi
gatal-gatal dari hamster diberikan sabun mahkota dewa. Hamster ini harus sering di
sentuh/dipegang, agar tidak cepat bergerak dan melompat keluar kandang bila ingin
dipegang untuk diberi perlakuan dengan sabun mahkota dewa.
Perlakuan terhadap Kelompok hewan terbagi 2 (dua) yaitu : satu kelompok (10 ekor)
diberi body foam (sabun) mahkota dewa dengan variasi konsentrasi antara 10 100 %
dengan skala 10 (kelompok A) ; sedangkan kelompok ke-dua (10 ekor), diberi sabun
tanpa mahkota dewa (kelompok B). APabila mulai dilakukan Pemberian sabun
mahkota dewa kepada hewan pertama dari kelompok A pada konsentrasi 10%, maka
kepada hewan pertama dari kelompok kedua (B) diberikan juga sabun tanpa ekstrak
buah mahkota dewa. Apabila mulai dilakukan Pemberian sabun mahkota dewa kepada
hewan pertama dari kelompok A pada konsentrasi 20%, maka kepada hewan kedua
dari kelompok kedua (B) diberikan juga sabun tanpa ekstrak buah mahkota dewa.
Kelompok B merupakan control. Demikian juga seterusnya hingga konsentrasi 100%.
Penelitian ini dilakukan hingga terlihat perubahan atau penyembuhan penyakit gatalgatal (scubbish) dari hewan hamster sebagai hewan percobaan.
Dari hasil pengamatan akhir diperoleh data bahwa waktu penyembuhan penyakit
scubbish pada hamster dengan sabun tanpa mahkota dewa rata-rata selama 33 hari;
sementara waktu penyembuhan scubbish dengan sabun + ekstrak mahkota dewa
berkisar antara 10 25 hari. Hal ini menunjukkan bahwa waktu penyembuhan
menggunakan sabun dengan ekstrak mahkota dewa lebih cepat dari pada bila
menggunakan sabun tanpa ekstrak mahkota dewa.
Waktu penyembuhan pada konsentrasi ekstrak buah mahkkota dewa 70% adalah
waktu penyembuhan yang paling cepat bila dibandingkan dengan variasi konsentrasi
lain, yaitu pada hari ke-10; sementara pada konsentrasi lain berkisar antara 12-25 hari.
Hal ini disebabkan sabun dan ekstrak merupakan campuran yang sama-sama bersifat
antibakteri. Sabun sendiri mengandung saponin yang berfungsi sebagai antibakteri,
dan ekstrak buah mahkota dewa mengandung flavonoid yang juga telah diuji sebagai
antibakteri.
Pemberian sabun berguna untuk menhambat pertumbuhan bakteri, karena adanya
kandungan saponin didalam sabun. Ditambah dengan flavonoid dari ekstrak mahkota
dewa semakin menambah daya hambat bakteri pada sabun. Namun pemberian
256

Prosiding SNYuBe 2013

antibakteri yang berlebih terlihat kurang efektif, terbukti dengan konsentrasi 90-100%,
mempunyai waktu penyembuhan lebih lama. Juga terlihat pada sabun tanpa ekstrak
buah mahkota dewa yang memerlukan waktu penyembuhan antara 30 35 hari, lebih
lama dari sabun yang mengandung ekstrak buah mahkota dewa.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis varians (ragam) menunjukkan bahwa
penggunaan sabun mahkota dewa berpengaruh nyata terhadap penyembuhan, hal ini
membuktikan bahwa sabun mahkota dewa berdaya guna sebagai antiseptic (table 5.3)
Flavonoid sebagai antioksidan sehingga mampu menghambat zat yang bersifat racun.
Senyawa aktif yang terkandung dalam buah mahkota dewa yang diduga mampu
sebagai antibakteri yang sangat mungkin untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang timbul pada saat proses penyembuhan. Flavonoid mempunyai
aktivitas antibakteri karena dapat membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler,
protein terlarut, dan kompleks dengan dinding sel. Penurunan daya penyembuhan
pada konsentrasi mahkota dewa lebih dari 70% berkaitan dengan berkurangnya gugus
polar (gula) dan non polar (steroid) pada saponin (sabun) yang memiliki permukaan
aktif yang lebih kuat dan banyak manfaat.
Kesimpulan
Sabun cair (body foam) dengan ekstrak air mahkota dewa dapat bercampur dengan
baik. Pencampuran mahkkota dewa dengan sabun (body foam) tidak sulit dilakukan
disebabkan sifat mahkota dewa juga mengandung saponin.
Konsentrasi ekstrak buah mahkota dewa dalam sabun mandi cari (body foam) yang
paling efektif sebagai antiseptic adalah 70%..
Saran
1. Tanaman mahkota dewa berpotensi untuk tetap di budidayakan, karena selain
dimanfaatkan sebagai anti tumor, anti diabetes, dapat digunakan sebagai
antimikroba dan antiseptic.
2. Dapat dilakukan juga uji efektivitas pengaruh konsentrasi ekstrak biji mahkota
dewa terhadap sabun mandi cair (body foam) pada penelitian berikutnya.
Referensi
[1] Black, H.S, 1990, Antioxidant and Caretonoid as Potensial Photoprotectants dan Nicholas,
J.L dan Nadim, A.S (eds), Sunsreen Development, Evaluation and Regulatory Prospects,
Volume 10, Marcel Dekker inc, New York
[2] Gusselli, A, Nardini, M., Baldi, A, and Scaccini, S, 1998, Antioxydant activity of Different
phenolic Fraction Separated, from an Italian Red Wine, J. Agric Food Chem, 46 (2).
[3] Harmanto, N, 2002, Mahkota dewa, Obat Pusaka para Dewa, Agromedia pustaka
[4] Noor Fariza, journal of Anti-inflamatory of the Major Component from Methanol extract of
Phaleria macrocarpa leaves, 2012.
[5] Rudi Hendra, dkk, Flavonoid Analyses and Antimicrobial Activity of Various Parts of
Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl Fruit, International Journal of Molecular Sciences ISSN
1422-0067, 2011
[6] Tri Septiawati, Daya Hambat Ekstrak Etanol Buah mahkota dewa terhadap aktivitas
Glukosidase secara Invitro, 2008.

257

Anda mungkin juga menyukai