Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera

L.) TERHADAP FORMULASI SEDIAAN SABUN


PADAT MINYAK KELAPA SAWIT
Proposal Tugas Akhir

Diajukan oleh :
Fariz Muhamad
NIM : 15416248201107

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Meningkatnya jumlah angka penduduk di Indonesia mengakibatkan
peningkatan akan kebutuhan sehari-hari. Salah satu kebutuhan keseharian yang
mengalami peningkatan adalah sabun.
Sabun merupakan campuran dari asam lemak dengan natrium yang
digunakan untuk pembersih tubuh sehari-hari, berbentuk padat, busa, dengan atau
tanpa zat tambahan lain, serta tidak menimbulkan iritasi kulit.
Sabun padat merupakan salah satu inovasi yang menjadikan sabun menjadi
lebih menarik. Sabun batang transparan memiliki busa yang lebih halus
dibandingkan dengan sabun yang mengandung SLS (sodium lauril sulfate), jauh
dari bakteri, limbah sabun lebih ramah lingkungan, harga terjangkau, serta banyak
keuntungan lainnya dari sabun padat. (Astri W. dkk. 2015).
Minyak kelapa sawit mengandung senyawa asam palmitat yang cukup tinggi
yaitu sebesar 44.3% (Depperin, 2007). Fungsi asam palmitat ini dalam sabun untuk
kekerasan sabun serta menghasilkan busa yang lembut dan stabil, karena
kebanyakan orang beranggapan bahwa semakin banyak busa semakin dapat
membersihkan kotoran dengan baik.
Penambahan bahan lainnya dapat memaksimalkan maanfaat dari sabun padat.
Bahan lain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun kelor dan juga
minyak zaitun. Hal ini diketahui bahwa daun kelor (Moringa oleifera L.)
merupakan salah satu pohon sayuran hijau yang banyak tumbuh di Asia termasuk
di Indonesia seperti wilayah Jawa Barat. Bagian kelor yang telah diteliti
mengandung banyak manfaat bagi kesehatan tubuh adalah daunnya. Daun kelor
mengandung makro dan mikronutrien seperti protein, Fe, vitamin A, vitamin C dan
betakaroten, yang sesuai dengan intake harian yang dianjurkan WHO untuk
memenuhi kebutuhan gizi tubuh. (Hasanah dkk, 2017). Ekstrak daun kelor juga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococus
aureus yang dapat menyebabkan infeksi kulit pada manusia. (Farimawali, 2016).

1
2

Dari pemaparan diatas penambahan daun kelor memiliki manfaat yang


banyak dalam penambahan zat aktif untuk formulasi sediaan sabun padat minyak
zaitun karena selain daun kelor mudah didapatkan di daerah jawa, ekstrak daun
kelor dapat membunuh bakteri penyebab infeksi kulit seperti Escherichia coli dan
Staphylococus aureus. (Farimawali, 2016).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas peneliti memiliki masalah yaitu :
Adakah pengaruh ekstrak daun kelor terhadap sifat fisikokimia (kadar air, tingkat
transparansi, Ph, dan stabilitas busa) dari formulasi sabun padat minyak kelapa
sawit.
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh eksrak daun kelor
terhadap sifat fisikokimia (kadar air, tingkat transparansi, Ph, dan stabilitas busa)
formulasi sabun padat minyak kelapa sawit.
1.4. Jadwal Kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilakukan dalam pengerjaan Tugas Akhir
meliputi penyusunan proposal, pengumpulan bahan, pembuatan formulasi, dan
pengujian kualitas sabun dari hasil penelitian.
Pada penelitian ini saya menggunakan referensi yang dimuat atau dikutip dari
buku, jurnal papers penelitian berstandar issn, juga skripsi. Pembuatan formulasi
ini mengumpulkan data secara kualitatif dan kuantitatif, dengan metode penelitian
Eksperimental.
Tabel 1 : Jadwal Kegiatan
Kegiatan Bulan

Penyusunan proposal 1 2 3 4 5 6

Pengumpulan bahan
Pebuatan formulasi
Menguji hasil penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Daun Kelor (Moringa Oleifera L.)
Kelor (Moringa oleifera L.) merupakan tanaman yang berasal dari dataran
sepanjang sub Himalaya yaitu India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan. Kelor
termasuk jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau pohon dengan
ketinggian 7-12 meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor,
berkulit tipis dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan arah percabangan tegak
atau miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang (Tilong, 2012).
Daun kelor dapat dijadikan antibakteri alami sebagai alternatif sebagai
pengganti bahan sintesis dalam mencegah infeksi bakteri. Daun kelor dikenal
mempunyai berbagai senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Daun
kelor diketahui mengandung senyawa fitokimia seperti flavonoid, saponin, dan
tanin yang berperan sebagai antibakteri.
2.11 Klasifikasi Tanaman Daun Kelor
Adapun klasifikasi tanaman menurut Krisnadi (2015), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Magnaliophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Capparales
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L.

2.12 Morfologi Tanaman


Kelor adalah jenis tanaman monokotil dari familia moringaceae. Bagian-
bagian tanaman daun kelor banyak dimanfaatkan. Batang kayunya tegak dan
mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-
kecil tersusun majemuk dalam satu tangkai. Daun kelor dapat dipanen setelah

3
4

tanaman tumbuh 1.5 hingga 2 meter, yang biasanya memakan waktu 3 sampai 6
bulan. ( Anastasia., 2017)
2.13 Kandungan Daun Kelor
Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman yang telah banyak di
teliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelo kaya akan nutrisi, diantaranya
kasium, besi, protein, vitamin A, vitamin C, dan vitamin B. selain itu, daun kelor
juga kaya akan asam askorbat, asam amino, sterol, glukosida isoquasertin, karoten
ramentin, kaemperol dan kaemferitin. Hasil analisis nutrisi yang di hasilkan oleh
Singh et al., (2012) menunjukan adanya kandungan senyawa-senyawa berikut: 6.7
mg protein, 1.7 mg lemak, 13.47 mg karbohidrat, 0.9 mg serat, dan 2.3% bahan
mineral: 440mg kalsium, 70mg fosfor, dan besi 7 mg/ 100 g daun. Daun kelor juga
mengandung subtansi estrogenic dan pektin esterase. Asam amino esensial yang
terdapat dalam protein daun adalah 6.0 mg, agrinin 2.0 mg, metionim 4.9 mg,
treonin 9.3 mg, leusin 6.3 mg, dan 7.1 mg valin (Singh dkk., 2012)
2.2 Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit sering digunakan sebagai bahan baku minyak makan,
margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit serta industri farmasi.
Minyak kelapa sawit merupakan susunan dari fatty acids, esterified, serta glycerol
yang masih banyak lemaknya. Keduanya tinggi serta penuh akan fatty acids antara
50% dan 80% dari masing-masingnya. Minyak kelapa sawit mempunai 16 karbon
yang penuh asam lemak palmitat, juga berisikan asam laurat, vitamin E, vitamin K,
serta magnesium. (Yenny. 2010)
2.3 Mekanisme Pembuatan Sabun
Saponifikasi merupakan proses hidrolisis basa terhadap lemak dan minyak,
dan reaksi saponifikasi bukan merupakan reaksi kesetimbangan. Hasil mula-mula
dari penyabunan adalah karboksilat karena campurannya bersifat basa. Setelah
campuran diasamkan, karboksilat berubah menjadi asam karboksilat. Reaksi
penyabunan disebut raksi saponifikasi.
5

Gambar 1. Reaksi Saponifikasi


Sifat – sifat sabun yaitu :
a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak suku tinggi
sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam
air bersifat basa. CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH +
NaOH.
b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk
maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air
sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garamgaram
Mg atau Ca dalam air mengendap. CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →Na2SO4
+ Ca(CH2(CH2)16COO)2.
c. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci
kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen
CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak
suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala
yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
2.4 Analisis Sifat Fisikokimia
Fisiko kimia adalah nama sifat yang mengacu ke sifat fisik dari sebuah
senyawa kimia. Hal ini berarti sifat sifat fisika dalam senyawa Kimia, bahasa
lainnya adalah sebuah ilmu mengenai mengenai sifat fisika di ilmu kimia. Dalam
penelitian in yang bertujuan untuk menganalisis sifat fisikokimia dari pengaruh
daun kelor dalam formulasi sabun mandi padat minyak kelapa sawit, adapun
pengujian yang akan dilakukan yaitu:
6

2.4.1 Uji Ph
Menyesuaikan dengan syarat yang telah ditetapkan oleh SNI yaitu 6-8, pH
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan
luar atau dalam bagian kulit.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai
kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion
hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan
pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif
terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan
persetujuan internasional.
Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren Peder
Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk power p (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa Jerman
Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada kata potential.
Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada tahun 2000 yang
berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti "logaritma negatif".
(Antoni, 2017).
2.4.2 Uji Kadar Air
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini
tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105 – 110°C selama 2 jam atau
sampai didapat berat yang konstan. Untuk bahan yang tidak tahan panas, seperti
bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan lain-lain pemanasan
dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. (BSN, 2016).
2.4.3 Uji Transparansi
Tingkat transparansi diamati secara visual,dengan menggunakan selembar
kertas yang terdapat garis berwarna merah. Kemudian sabun diletakkan diatas dan
diamati kejelasan warna garis merah tersebut yang menembus sabun. Uji
transparansi ini digunakan untuk mengetahui tingkat kekeruhan dari sabun.
(Andarini s, dkk., 2017).
7

2.4.4 Uji Stabilitas Busa


Tujuan uji stabilitas ini adalah untuk mengetahui stabilitas yang diukur
dengan tinggi busa dalam tabung reaksi dengan skala dengan rentan waktu tertentu
dan kemampuan surfaktan untuk menghasilkan busa. Menurunnya volume cairan
yang mengalir dari busa setelah rentan waktu tertentu setelah busa pecah dan
menghilang dinyatakan sebagai persen. Stabilitas busa dinyatakan sebagai
ketahanan suatu gelembung untuk mempertahankan ukuran dan atau pecahnya
lapisan film dari gelembung, untuk stabilitas busa setelah lima menit busa harus
mampu bertahan antara 60-70% dari volume awal. (Dwi R., 2013)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian


3.1.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini termasuk metode
penelitian yang dilakukan secara eksperimental. Formulasi sediaan sabun padat
minyak kelapa sawit (Palm Oil) dan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera L.).
Penelitian eksperimental adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya akibat dari yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan
kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab
akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok
eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding
yang tidak menerima perlakuan (Gulo.W.2015:20).
3.1.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di laboratorium Formulasi Sediaan Solida dan Semi
Solida dan Mikrobiologi jurusan Farmasi ( S1 ) Fakultas Teknologi dan Informasi
Universitas Buana Perjuangan Karawang.
Penelitian dilaksanakan di laboratorium formulasi sediian solida dan semi
solida untuk melaksanakan proses pembuatan sabun padat berbasis dasar campuran
lemak dan ekstrak daun kelor (moringa oleifera L.).
3.2 Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih mendekati kearah
penelitian dengan metode eksperimental. Seperti yang telah di jelaskan diatas,
metode eksperimental merupakan metode penelitian yang ingin mengetahui
hubungan sebab-akibat antara suatu variabel dengan variabel lainnya.
3.3 Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel dari bahan tanaman
yaitu daun kelor (Moringa oleifera L) juga minyak lemak yang terdiri dari minyak
kelapa sawit (Palm oil) dan minyak zaitun (Olea eurioaea).

8
9

3.4 Instrumen Penelitian


3.4.1 Alat
Alat yang di gunakan oven, autoklaf, penggaris, jarum ose, Erlenmeyer,
incubator, tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur, beaker glass, batang pengaduk,
tangas air, gelas ukur, cawan uap.
3.4.2 Bahan
Dibuat 3 rancangan formula sabun yang akan digunakan dengan perbedaan
jumlah minyak kelapa sawit yang akan di gunakan, Formula 1, Formula 2 , Formula
3. (Sameng, 2013)
Formula Formula Formula Formula Formula
Bahan Satuan 1 2 3 4 5
0% 5% 10% 15% 20%
Ext. Daun 15 20
Kelor g 0 5 10
Minyak Sawit mL 51 51 51 51 51
Minyak Zaitun mL 10 10 10 10 10
NaoH 30% g 9 9 9 9 9
Akuades mL 15 15 15 15 15
Parfum mL qs qs qs qs qs
Cocamid DEA mL 5 5 5 5 5

3.5 Teknik Pengolahan


3.5.1 Pengambilan sampel daun
Sampel daun kelor diambil dari. Daun yang diambil adalah daun yang segar.
3.5.2 Pengelolahan sampel
Daun kelor yang sudah dipetik dibersihkan kemudian dipisahkan dari kotoran
yang terdapat pada sampel, lalu dicuci dengan air yang mengalir, lalu di buat
simplisia kering, setelah itu di bersihkan kembali dari kotoran yang terdapat pada
simplisia, lalu setelah kering sampel di serbukan menggunakan blender.
3.5.3 Ekstraksi Sampel
Sampel di ekstraksi dengan pelarut etanol 70%. Sampel daun kelor yang telah
kering ditimbang sebanyak 400g dimasukan kedalam wadah maserasi, kemudian
ditambahkan etanol 70% sebanyak 2 liter hingga terendam seluruhnya. Wadah
maserasi ditutup dan di simpan selama 24 jam di tempat yang terlindung dari
matahari langsung. Selanjutnya disaring, dipisahkan dengan filtratnya. Ampas di
ekstraksi kembali dengan etanol 70% yang baru dengan jumlah yang sama. Ekstrak
10

yang diperoleh kemudian di uapkan dengan evaporator, hingga mendapat ekstrak


kering.
3.5.4 Pembuatan Sabun
Pembuatan sabun pertama NaOH ke dalam akuades ( 30% ) diaduk hingga
larut diletakan pada tempat yang tahan panas, kemudian minyak dibusakan dengan
pengadukan penambahan cocamide DEA, kemudian larutan NaOH 30% dicampur
dengan larutan minyak tadi diaduk hingga merata, kemudian ditambah ekstrak daun
kelor dengan pelan-pelan dicampurkan ketika larutan sudah mulai dingin. Ditunggu
larutan mengental membentuk biang sabun dan hentikan pengadukan, kemudian
masukan parfum kedalam adonan dan dicetak.
3.6 Uji Parameter Mutu
Pengujian mutu sabun padat meliputi : uji sifat fisika-kimia, dan uji
organoleptik. Sifat fisika-kimia yang diamati yaitu pH, kadar air, transparansi dan
stabilitas busa.
3.6.1 Uji Kadar Air
Prinsip uji kadar air yaitu pengukuran kekurangan bobot setelah pemanasan
pada suhu 105oC. dengan cara timbang cawan petri yang telah dikeringkan dalam
oven pada suhu 105oC selama 30 menit, timbang 5g sampel, panaskan pada suhu
105oC selama 1 jam, hingga bobot tetap.
3.6.2 Uji pH
Pengukuran nilai pH dilakukan dengan cara menggunakan pH meter pada
larutan sampel 10% yang dibuat dengan melarutkan 1 gram sampel dengan 9 ml
air. Pengukuran di lakukan pada suhu 25oC dengan cara mencelupkan elektroda pH
yang telah dibilas dengan air suling kedalam larutan sampel. Nilai pH ditentukan
setelah angka yang terbaca pada pH meter menjadi stabil. Pengukuran dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan.
3.6.3 Uji Transparansi
Tingkat transparansi diamati secara visual,dengan menggunakan selembar
kertas yang terdapat garis berwarna merah. Kemudian sabun diletakkan diatas dan
diamati kejelasan warna garis merah tersebut yang menembus sabun.
11

3.6.4 Uji Stabilitas Busa


Uji stabilitas busa dilakukan dengan cara 1 gram sample dilarutkan dalam 9
ml air, dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian dikocok selama 30 detik. Busa
yang terbentuk diukur tingginya. Lalu sampel didiamkan selama 1 jam, kemudian
tinggi busanya diukur kembali setiap 15 menit.
3.7 Diagram Alir Penelitian

Pengambilan Sampel

Pembuatan Simplisia

Pembuatan Ekstrak

Pembuatan Sedian Sabun


Sampel 1, 2, 3, 4, 5

Pengujian Sediaan
DAFTAR PUSTAKA

Asri Widyasanti. 2016. Pembuatan sabun padat transparan menggunakan minyak


kelapa sawit (palm Oil) dengan penambahan bahan aktif ekstrak the putih
(Camelia sinensis). 5(3): 125-136.
Fatimawali. 2016. Uji aktivitas antibakteri daun kelor (Moringa oleifera L.)
terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. 5(2): 1-10.
Badan Standarisasi Nasional., 2016.Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-
2016
Nining Riana Sari. 2015. Pengaruh masker jagung dan minyak zaitun terhadap
perawatan kulit wajah. Skripsi. Semarang: Universitas Negri Semarang
Anastasia. 2017. Pengaruh Variasi Konsentrasi Sari Daun Kelor Terhadap Hasil
Uji Organoleptik Dan Kandungan Vitamin A Pada Yogurt Susu Sapi .
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma
Yenny Kasim. 2010. Pembuatan Sabun Dari Minyak Sawit. Makalah.

11

Anda mungkin juga menyukai