Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

FORMULASI DAN EVALUASI KRIM MENGGUNAKAN EKSTRAK


DAUN MORINGA OLEIFERA L.

Nama : Aprilia Putri

NIM : 202204009

Dosen Pengampu : apt.maya bendrade M.sc

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MITRA KELUARGA

BEKASI

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelor (Moringa oleifera) adalah tanaman yang banyak dijumpai di daerah


tropis dan subtropis. Di Indonesia pohon kelor banyak ditanam sebagai pagar
hidup yang ditanam di sepanjang ladang atau tepi sawah sebagai tanaman
penghijau. Selain itu tanaman kelor juga dikenal sebagai tanaman obat berkhasiat
dengan memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman kelor mulai dari daun, kulit
batang, biji, hingga akarnya. Moringa oleifera yang kita kenal dengan nama kelor
adalah salah satu tanaman yang bergizi, sejak dahulu dikenal oleh masyarakat
Indonesia sebagai tanaman yang berkhasiat. Tanaman kelor kaya nutrisi karena
mengandung banyak vitamin, mineral, antioksidan dan asam amino esensial.
Nutrisi yang ada pada daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya
zat gizi untuk ibu menyusui, anak pada masa pertumbuhan, dan berbagai khasiat
lainnya.

Salah satu bahan alam yang bisa dipergunakan sebagai antiaging adalah
daun kelor (Moringa oleifera). Dalam penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa
daun kelor mengandung vitamin C tujuh kali lebih besar daripada jeruk, vitamin A
sepuluh kali lebih besar daripada wortel, kalsium tujuh belas kali lebih besar
dibanding susu, protein sembilan kali lebih besar daripada yoghurt, kalium lima
belas kali lebih besar daripada pisang dan besi dua kali lebih besar daripada
bayam. Kandungan asam askorbat, ßkaroten, asam tocopherol, flavonoid, fenolat,
karotenoid, derivat asam hidroksinamit, dan flavonoid menyebabkan daun kelor
dapat digunakan sebagai sumber bahan alami antioksidan. Aktivitas antioksidan
tersebut menyebabkan daun kelor dapat digunakan sebagai antiaging

Pengembangan bentuk sediaan untuk mengoptimalkan pemanfaatan


khasiat daun kelor juga telah dilaksanakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak daun kelor dapat diaplikasikan dalam bentuk topikal untuk pencegahan
dan pengobatan penyakit stres oksidatif dan antiaging. Selain itu daun kelor
memiliki toleransi yang baik terhadap kulit setelah dilakukan patch test, sehingga
semakin membuktikan bahwa ekstrak daun kelor dapat digunakan sebagai
antioksidan topikal yang di formulasikan ke dalam basis topikal yang aman dan
tepat. Salah satu bentuk sediaan yang dapat diaplikasikan adalah krim.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan merujuk pada latar belakang permasalahan yang disampaikan


maka pada dasarnya berikut rumusan masalah yang dirancang oleh peneliti yaitu
“Bagaimana Formulasi penggunaan krim dengan menggunakan ekstrak daun
kelor?”
BAB II
PEMBAHASAN

Pada dasarnya daun kelor dijadikan sebagai bahan makanan yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat banyak. Namun, daun kelor juga kini banyak
digunakan untuk bahan pengobatan salah satunya adalah dalam krim. Biasanya
krim-krim menggunakan ekstra daun kelor sebagai bahan pendukung krim
terseebut. Dalam formulasi makalah ini berfokus pada penggunaan daun kelor
yang berasal dari dua wilayah yaitu wilayah Makawanpur dan wilayah Rupandehi.
Kedua wilayah tersebut berada di negara Nepal yang dimana masyarakatnya
banyak menggunakan daun kelor sebagai sumber makanan dan sumber
pengobatan.

Untuk menyiapkan formulasi krim dengan menggunakan bahan dasar daun


kelor maka perlu dilakukanlah pesiapan diantaranya adalah untuk menyispakan
ekstrak tumbuhan daun kelor. Hal ini dikarenakan tidak sangat mungkin daun
kelor langsung dicampurkan menjadi bahan pendukung krim. Namun perlu
dijadikan sebagai ekstrak untuk menghasilkan krim yang terbaik. Untuk
memperoleh ekstrak daun kelor maka langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan:

1. Mencari daun kelor


2. Menjemur daun hingga kering
3. Menggiling daun hingga halus dan bubuk serta melewati 80 baki saringan
4. Proses ekstraksi dilakukan dnegan mencampur daun kelor yang sudah
bubuk dengan etanol dengan diperbantukan dengan menggunakan Soxhlet
dan diamkan selama 8 jam terus menerus dengan suhu yang diuapkan
menggunakan Rotavapor.
5. Setelah mengalami proses yang begitu panjang, hingga jadilah ekstrak
daun kelor.

Selanjutnya setelah ekstrak daun kelor telah siap, langkah selanjutnya yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan skrining fitokimia. Tahapan ini dilaukan
untuk menggolongkan kadar karbohidrat, tanin, fenolik, flavonoid, glikosida dan
terpenoid yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode standar.

Melalui proses tersebut yang dilakukan terhadap dua sampel daun kelor
yaitu yang berasal dari wilayah Makawanpur dan wilayah Rupandehi maka
menunjukkan bahwa:

1. Dalam tahapan Skrining Fitokimia menunjukkan bahwa masing-masing


dari sampel mengandung tanin, fenolat, flavonoid, glikosida dan terpenoid
yang tentunya memiliki manfaat bagi metabolisme sekunder.
2. Dalam proses kromatografi lapis tipis menunjukkan bahwa adanya
pemisahan bintik-bintik dalam cahaya yang normal. Senyawa yang
dipisahkan menunjukkan bahwa ketika terkena UV panjang gelombangnya
mencapai 10%. Itu menunjukkan bahwa di kedua TLC ekstrak, pola
senyawa yang serupa terdeteksi, namun sampel Rupendehi kurang satu
titik pada cahaya tampak normal.
3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antioksidan
dengan nilai rata-rata dibandingkan dengan nilai standar asam askorbat
sebesar 28,33 mg/ml. asilnya menunjukkan bahwa keduanya sampel
memiliki aktivitas antioksidan kuat terhadap bebas radikal, mencegah
kerusakan oksidatif pada biomolekul utama dan memberikan perlindungan
yang signifikan terhadap kerusakan oksidatif.
4. Total kandungan fenolik yang ditemukan berada pada kisaran 35,51
hingga 42,89 mg/g.
5. Dalam menentukan nilai abu dari masing-masing sampel memiliki hasil
yang berbeda. Sampel Makawanpur memberikan kadar abu yang lebih
tinggi 21,55% sedangkan sampel Rupendehi memberikan kadar abu yang
lebih sedikit sebesar 15,88% yang mungkin disebabkan oleh kandungan
anorganik yang tinggi isi.
BAB III
PENUTUP

Dengan merujuk pada pandangan yang telah disampaikan di atas maka


pada dasarnya daun kelor memiliki manfaat yang luar biasa dalam kehidupan
manusia. Selain digunakan sebagai bahan makanan, ternyata daun kelor juga
memiliki manfaat lain dalam bidang kesehatan. Kandungan yang ada dalam daun
kelor dapat dimanfaatkan sebagai bahan pendukung pembuatan krim. Berdasarkan
hasil penelitian di atas maka pada dasarnya daun kelor dari wilayah Nepal secara
khusus dari sampel wilayah Makawanpur dan Rupandehi memiliki berbagai
manfaat. Salah satunya dapat dilihat dalam hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa kandungan fitokimia fenolay dengan anitoksidan berada pada kisaran IC50
dengan nilai 30,64 dan 32,03 mg/ml. Hal ini semakin memperkuat bahwa daun
kelor memiliki manfaat yang luar biasa sebagai bahan pendukung krim.
Karenanya pemanfaatan daun kelor ini menjadi baik adanya.
DAFTAR PUSTAKA
Gyawali, dkk. (2022). Formulation and Evaluation of Cream Using Moringa
Oleifera L. Leaf Extract. Journal of Institute of Science and Technology,
27(2), 61-66.

Anda mungkin juga menyukai