SALSABILA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengembangan Minuman
Fungsional dari Rambut Jagung dan Pengujian Aktivitas Antioksidan” adalah karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Salsabila
F252190074
RINGKASAN
Kata kunci: antioksidan, karakteristik sensori, minuman fungsional, rambut jagung, RSM
SUMMARY
Functional drinks have certain physiological functions for health. The physiological
function obtained comes from the content of bioactive components in functional food
ingredients. Corn silk contains sitosterol, stigmasterol, glycosides, phenolics, alkaloids,
saponins, tannins, and flavonoids. This content can provide a physiological effect on the
body so that corn silk can be used as a functional drink. In several studies it is known that
the corn silk functional drink has an astringent taste. In this study, a formulation of corn
silk functional drink was made with the addition of ginger and honey to increase
acceptance. This study aims to analyze (1) the chemical content of dried corn silk, (2)
physicochemical characteristics of various formulas of corn silk drink powder, and (3)
physicochemical characteristics of the optimum formula of corn silk drink and compare
optimum formula sensory characteristics and antioxidant activity with commercial
products.
This research was conducted in three stages. In the first stage, the preparation and
analysis of the chemical content of dry corn silk was carried out, in the second stage the
preparation and analysis of corn silk drink powder was carried out based on the 16
formulas recommended by RSM with the research factors being the ratio of steeping corn
silk, honey, ginger and maltodextrin (%). The optimized responses are water content,
solubility, particle size, aw value and total phenolic. In the third stage, the preparation and
verification test of the optimum formula of corn silk drink was carried out, testing the
antioxidant activity between the ingredients, and testing antioxidant activity and sensory
(hedonic) between the optimum formula and commercial corn silk drink (brand A made
in korea and B made ini USA). Data processing in this study using RSM and SPSS.
The results of the analysis of raw materials in dry corn silk, water content of
4.36±0.06% (bb) or 4.54±0.13% (wk), ash content of 3.66±0.16% (bb) or 3.82±0.16%
(bk), protein content of 1.36±0.06% (bb) or 1.43±0.06% (bk), fat content of 0%, and
carbohydrates of 90, 62±0.05% (bb) and 94.75±0.11% (bk). The content of vitamin C in
dry corn silk is 9.67 ± 0.08 mg/100g. Corn silk contains phenolic secondary metabolites,
alkaloids, saponins, tannins, flavonoids and glycosides. The optimum formula obtained
from the mixture design method was 65% steeping of corn silk, 24.8% honey powder,
0.2% ginger powder and 10% maltodextrin, optimum formula had a water content of
2.31%, aw value 0.33, particle size 98.4%, solubility 99.8% and total phenolic 101.64
mgGAE/g. Verification results show that the optimum formula is in the range (95% CI
and 95% PI). The antioxidant activity of corn silk drink with ginger and honey had the
highest antioxidant activity with an IC50 value of 39,96±1,56 ppm. The optimum formula
has the highest antioxidant activity compared to commercial brand A and B corn silk
drinks. Sensory results showed that the optimum formula was the most preferred by
consumers with higher aroma, taste and overall attribute scores compared to commercial
corn silk drinks.
SALSABILA
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Magister Teknologi Pangan
PROGRAM
Tim Penguji pada UjianSTUDI
Tesis: MAGISTER TEKNOLOGI PANGAN
SEKOLAH PASCASARJANA
1 INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Penelitian : Aktivitas Antioksidan Minuman Fungsional dari Rambut Jagung
2021
Tim Penguji pada Ujian Tesis:
Disetujui oleh
Pembimbing 1:
Dr. Ir. Nurheni Sri Palupi M.Si
Pembimbing 2:
Prof. Dr. Ir. Made Astawan M.S., IPU
Diketahui oleh
Salsabila
F252190074
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN v
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pangan Fungsional 3
2.2 Limbah Rambut Jagung dan Potensi Pengembangannya 4
2.3 Minuman Fungsional Rambut Jagung 5
2.4 Response Surface Methodology (RSM) 6
3 METODE 7
3.1 Waktu dan Tempat 7
3.2 Alat dan Bahan 7
3.3 Tahapan Penelitian 8
3.4 Prosedur Analisis 12
3.5 Pengolahan Data 16
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 16
4.1 Karakteristik Kimia dan Intensitas Fitokimia Rambut Jagung Kering 16
4.2 Serbuk Minuman Rambut Jagung Formula Optimal 18
4.3 Formula Optimum Terverifikasi dan Aktivitas Antioksidan serta
Karakteristik Sensori Minuman Rambut Jagung 28
5 SIMPULAN DAN SARAN 39
5.1 Simpulan 39
5.2 Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN 47
RIWAYAT HIDUP 64
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
steroid (sitosterol dan stigmasterol) dan protokatekin (Guo et al. 2009). Pada
ekstrak rambut jagung, senyawa flavonoid yang dapat diisolasi merupakan
golongan maysin dan c-glikosilflavon serta mengandung rhamnosa, glukosa,
devirat sinamat dan mineral seperti potassium, zinc atau seng, klorida, zat besi dan
sodium (Hasanudin et al. 2012).
Rambut jagung mengandung protein, vitamin, karbohidrat, garam-garam
kalsium, kalium, magnesium, dan natrium, minyak atsiri, steroid seperti sitosterol
dan stigmasterol, alkaloid, saponin, tanin, dan flavonoid (Guo et al. 2009).
Kandungan yang terdapat pada rambut jagung dapat memberikan efek fisiologis,
seperti mencegah darah tinggi, diabetes, risiko gagal ginjal, risiko infeksi saluran
kemih, meluruhkan batu empedu dan meredakan panas dalam (Kurniati dan
Raudhatul 2017). Khasiat yang terkandung dalam rambut jagung dapat diperoleh
melalui olahan rambut jagung, salah satunya adalah minuman fungsional. Rambut
jagung sebagai limbah rumah tangga dan industri, sangat berpotensi untuk
dikembangkan menjadi minuman fungsional karena merupakan salah satu sumber
antioksidan alami.
Dalam pengembangan pangan fungsional, terdapat beberapa teknologi yang
dapat digunakan. Salah satunya adalah dengan menggunakan spray dryer untuk
menghasilkan minuman fungsional dalam bentuk serbuk. Spray dryer merupakan
tipe pengeringan yang digunakan pada industri pangan untuk pengeringan dari
bahan yang bersifat cair menjadi bubuk. Prinsip pengeringan menggunakan spray
dryer adalah cairan dari bahan yang ingin dikeringkan diubah ke dalam bentuk
butiran air dengan diameter 10-200 µm dengan cara dikabutkan menggunakan
atomizer lalu dikontakkan dengan udara panas dengan suhu 150-300˚C yang
menyebabkan butiran air mengering dan berubah menjadi serbuk. Selanjutnya uap
panas dan serbuk terpisah di siklon atau penyaring (Parastiwi et al. 2015).
Pemanfaatan limbah rambut jagung dapat dilakukan salah satunya dengan
membuat minuman fungsional rambut jagung dalam bentuk serbuk dengan
formulasi yang sesuai dengan yang diinginkan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat (1) memberikan data ilmiah terkait
potensi rambut jagung sebagai minuman fungsional dan aktivitas antioksidan bagi
kalangan akademik, (2) memberikan kesempatan kepada pihak industri dalam
mengembangkan minuman fungsional rambut jagung, dan (3) memberikan manfaat
kepada masyarakat terkait mencegah PTM (penyakit tidak menular) melalui produk
minuman fungsional rambut jagung dan meningkatkan nilai tambah rambut jagung
yang selama ini hanya dianggap sebagai limbah dikalagan masyarakat.
II TINJAUAN PUSTAKA
diproduksi jika radikal bebas bereaksi di mitokondria. ROS sangat reaktif dan
menjadi penyebab utama terjadinya peningkatan proses penuaan (Werdhasari
2014). ROS juga terlibat dalam kondisi patofisiologi yang dapat memengaruhi
sistem kardivaskular, kerusakan parah pada makromolekul biologis dan disregulasi
metabolisme normal.
Rambut jagung merupakan bunga betina yang berasal dari tanaman jagung.
Setelah jagung dipanen, umumnya rambut jagung akan dibuang dan dianggap
sebagai limbah oleh masyarakat. Beberapa penilitian telah dilakukan untuk
mengetahui kandungan rambut jagung. Pada rambut jagung terkandung senyawa
metabolit sekunder diantaranya flavonoid, saponin, tanin, flobatanin, fenol,
alkohol, terpenoid, dan glikosida (Sholihah et al. 2012). (Alfian dan Susanti 2012)
menyatakan bahwa senyawa fenol (C6H5OH) memiliki satu atau lebih gugus
hidroksil yang terikat langsung dengan cincin aromatik. Senyawa fenolik
merupakan senyawa biologik aktif yang memiliki peran terhadap kesehatan
manusia, salah satunya adalah sebagai antioksidan. Antioksidan berperan dalam
mencegah dan menurunkan risiko penyakit degeneratif, kanker, gangguan sistem
imun dan penuaan dini.
5
Minuman fungsional rambut jagung memiliki rasa yang agak sepat. Oleh
sebab itu telah dibuat formulasi untuk menyamarkan rasa sepat pada minuman
fungsional rambut jagung, yaitu dengan penambahan jahe dan madu. Rasa sepat
berasal dari kandungan tanin pada rambut jagung, saat dilarutkan kedalam air akan
menghasilkan rasa asam dan sepat. Rasa sepat dapat ditutupi dengan penambahan
madu, madu memberikan rasa manis karena mengandung 41% fruktosa, 35%
glukosa dan 1,9% sukrosa (Cahyani 2015), serta kandungan gingerol pada jahe akan
memberikan rasa pedas (pungent). Jahe juga mengandung minyak atsiri (zingiberen
dan zingiberol) yang dapat memberi aroma khas pada jahe (Sulistiani et al. 2019).
Madu merupakan pemanis alami yang memiliki flavor enak, madu dihasilkan
nektar bunga yang dikumpulkan oleh lebah dari berbagai macam bunga.
Kandungan nutrisi pada madu terhitung banyak diantaranya adalah oligosakarida,
antioksidan, vitamin dan mineral. Komponen yang berfungsi sebagai antioksidan
dalam madu adalah asam organik, betakaroten, asam fenolat, vitamin C dan
flavonoid. Madu memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker yang tinggi
(Sumarlin et al. 2014). Madu memiliki banyak manfaat seperti mencegah hingga
menyembuhkan penyakit seperti kardiovaskuler, diabetes dan inflamasi
(Arawwawal and Hewageegana 2017). Jahe (Zingiber officinale) merupakan
tanaman herba semusim yang membentuk rimpang. Jahe mengandung lebih dari 19
komponen aktif yang bermanfaat bagi tubuh dan kandungan paling utamanya
adalah gingerol yang bersifat sebagai antikoagulan, yaitu mencegah terjadinya
6
penggumpalan darah atau mencegah tersumbatnya pembuluh darah. Pada jahe juga
terkandung enzim protease dan lipase, yang membantu tubuh mencerna dan
menyerap makanan yang mengandung protein dan lemak (Gafar dan Maurina
2018).
Minuman fungsional rambut jagung belum tersedia secara komersial di
Indonesia, lain halnya di negara lain seperti Korea yang sudah menjual minuman
rambut jagung secara komersial dengan beberapa merek seperti TeaZen, Damtuh,
Ottogi, Gohyang dan lainnya. Amerika juga sudah mulai mengeluarkan minuman
fungsional rambut jagung dari produsen Buddha Teas.
Suhu optimum untuk pengeringan rambut jagung adalah 60˚C selama 5 jam
(Garnida 2018) dan (Astrid et al. 2019). Minuman fungsional dengan madu 15%
merupakan formulasi optimum yang paling baik dalam hal warna, rasa dan aroma
(Trihaditia 2016). Minuman fungsional bekatul dengan tambahan jahe dan kencur
memiliki formulasi terbaik yaitu 70:15:15 dengan aktivitas antioksidan mencapai
54,36% (Basito 2012). Suhu penyeduhan teh optimum terhadap kandungan
antioksidan kadar tanin adalah 70˚C dan waktu optimum yang didapat adalah pada
kafein selama 15 menit, katekin dan tanin selam 5 menit serta kadar antioksidan
yang diperoleh pada kondisi optimum adalah pada suhu 70˚C selama 15 menit
(Mutmainnah et al. 2018). Suhu optimum penyeduhan 95˚C dan lama penyeduhan
adalah 15 menit menghasilkan karakteristik ekstrak teh hijau terbaik yaitu
rendemen ekstrak sebesar 26,2 %, total flavonoid 252,3 ± 1,71 mg/g QE berat
kering bahan (Fajar et al. 2018). Pada minuman fungsional berbasis antioksidan
didapati nilai aw sebesar 0.46 dan particle size sebesar 99.14 mikron (Suratno 2006).
pilihan desain yang fleksible, desain d-optimal berfokus pada estimasi koefisien
model terbaik, terutama untuk daerah campuran terbatas (Sahin et al. 2016).
Metode mixture d-optimal dapat secara otomatis menampilkan jumlah formulasi
yang sesuai dengan batasan yang telah ditentukan serta memiliki tingkat ketelitian
yang tinggi secara numeric hingga mencapai 0,001. Formulasi optimal yang terpilih
memiliki derajat ketepatan atau desirability, semakin mendekati nilai satu maka
semakin tinggi nilai ketepatan optimasi formulanya (Tiaraswara 2016).
III METODE
Penelitian dimulai pada Januari hingga Mei 2021, yang diikuti dengan
tahapan : (i) pengolahan data dari bulan April - Juni 2021; (ii) penyusunan draft
tesis dari bulan April - Agustus 2021; (iii) penyusunan dan proses publikasi ilmiah
dari bulan Januari - Mei 2021; (iv) persiapan dan pelaksanaan seminar mulai bulan
Agustus 2021 - September 2021. Ujian tesis dilakukan pada bulan Oktober 2021.
Pembuatan produk dilakukan di Pilot Plant Seafast Center, LPPM, Institut
Pertanian Bogor (IPB). Analisis dilakukan di Laboratorium Kimia ITP untuk
analisis pengukuran nilai aktivitas air dan kelarutan dan Laboratorium Evaluasi
Sensori ITP untuk uji sensori. Laboratorium Penguji Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat untuk analisis fitokimia kualitatif. PT Saraswanti Indo Genetech
untuk analisis proksimat dan vitamin C. Balai Besar Industri Agro untuk analisis
ukuran partikel dan kadar air. Laboratorium Penguji Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi untuk analisis total fenolik dan aktivitas antioksidan.
Bahan utama yang digunakan adalah rambut jagung varietas sweet lady
dengan usia muda (60-70 hari) berwarna kuning, madu bubuk dan jahe bubuk,
maltodekstrin dan air mineral. Minuman rambut jagung komersial brand A dan
brand B (komposisi : rambut jagung organik). Bahan tambahan yang digunakan
adalah aquadest, amilum, larutan I2 0,01N, metanol 80%, reagent Folin-Ciocalteau
50%, Asam Borat 2%, selenium, H2SO4 pekat, larutan DPPH (C18H12N5O6), HCl
2%, pereaksi mayer dan dragendroff, bromcherosol green-methyl red, NaOH 10%,
FeCl3 5%, kloroform, pereaksi Lieberman burchard, Na2CO3 7,5%, HCl 0,1N dan
2N, FeCl3 0,1 %, NaOH 40%, pelarut heksana, Tris-HCl, metanol 95%, etanol
absolut dan etanol 70%.
Alat-alat yang digunakan adalah saringan, chopper, saringan ukuran 60 dan
80 mesh, vibrating screen (Retsch AS 200), Erlenmeyer flask, botol schott, tabung
reaksi, labu ukur, buret, pipet volume, kertas saring Whatman no 40, kapas, labu
Soxhlet, magnetic stirring bar, water bath, beaker glass, cawan, desikator, tang
penjepit, labu Kjedahl, tanur, oven (Memmert UM 400), moisture balance
(OHAUS Halogen MB35), neraca analitis (Mettler Toledo AL204), dan
spektrofotometer (Shimadzu UV 1240), dan aw meter.
8
dilakukan pembuatan minuman rambut jagung dan dilakukan analisis kadar air,
kelarutan, ukuran partikel, nilai a w dan total fenolik. Data yang diperoleh diinput
kedalam Design Expert dan didapat formulasi optimum. Diagram alir penelitian
tahap dua dapat dilihat pada Gambar 2.
Seduhan Rambut
Bahan Madu Jahe
Jagung (%) Maltodekstrin Total
bubuk bubuk
(Rambut Jagung (%) (%)
Formulasi (%) (%)
Kering : Air = 1:10)
1 74,2 15,0 0,8 10 100
2 71,0 18,5 0,5 10 100
3 69,9 19,3 0,8 10 100
4 71,0 18,5 0,5 10 100
5 67,3 22,5 0,2 10 100
6 69,3 20,5 0,2 10 100
7 66,4 22,8 0,8 10 100
8 71,9 17,3 0,8 10 100
9 71,0 18,5 0,5 10 100
10 73,3 16,5 0,2 10 100
11 65,0 24,5 0,5 10 100
12 67,3 22,5 0,2 10 100
13 68,1 21,4 0,5 10 100
14 74,8 15,0 0,2 10 100
15 66,4 22,8 0,8 10 100
16 65,0 24,5 0,5 10 100
(Sumber : Design Expert ver. 11.0.1)
jagung komersial (brand A dari korea dan brand B dari USA). Diagram alir
penelitian tahap tiga dapat dilihat pada Gambar 3.
a) Preparasi Sampel
Rambut jagung disortasi untuk mendapatkan warna yang seragam, setelah itu
rambut jagung dicuci dan ditiriskan untuk menghilangkan kotoran yang masih
menempel. Rambut jagung kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60˚C
selama 5 jam (Garnida et al. 2018) hingga kadar air rambut jagung <10%. Pisahkan
rambut jagung yang digunakan untuk di uji pada tahap satu, yaitu untuk uji
proksimat, fitokimia kualitatif dan kadar vitamin C. Sisa rambut jagung kering
dikecilkan ukurannya dengan penghancuran menggunakan chopper, dengan tujuan
untuk memperbesar luas bidang kontak pelarut dengan serbuk rambut jagung.
Selanjutnya serbuk rambut jagung diayak menggunakan vibrating screen dan
serbuk diambil pada mesh 60. Selanjutnya serbuk rambut jagung diseduh air dengan
suhu 80˚C, dengan perbandingan 1:10 antara campuran serbuk rambut jagung dan
air, selama proses ekstraksi dilakukan pengadukan menggunakan stirrer, lalu
dicampurkan dengan madu, jahe dan maltodekstrin setelah itu diaduk hingga
homogen. Selanjutnya larutan disaring untuk memisahkan antara residu dan filtrat.
Filtrat dimikroenkapsulasi menggunakan spray dryer. Hasil dari output spray dryer
diayak kembali untuk menyeragamkan ukuran dan dianalisis.
b) Analisis Proksimat
(1) Analisis Kadar Air (Tahap Satu) (AOAC 2012)
Cawan kosong yang sudah bersih dikeringkan dalam oven bersuhu ± 105-
110˚C selama satu jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 15 menit
dan ditimbang sebagai (W1). Setelah itu lima gram sampel (W2) dimasukkan ke
dalam cawan dan dioven pada suhu 135 ± 2˚C selama dua jam sampai mencapai
berat konstan. Cawan yang berisi sampel didinginkan dalam desikator lalu
ditimbang (W3). Kadar air dihitung dengan rumus:
(𝑊1+𝑊2)−𝑊3
Kadar air (%bb) = x100%…… (1)
(𝑊2)
ditambahkan 0,25 g selenium dan 3 mL H2SO4 pekat. Didestruksi pada suhu 410˚C
selama 1 jam sampai larutan jernih, setelah itu didinginkan pada suhu ruang. Setelah
dingin ditambahkan 50 mL aquades dan 20 mL NaOH 40% kedalam labu kjeldahl,
kemudian didestilasi dengan suhu destilator 100˚C. Hasil destilasi ditampung dalam
labu Erlenmeyer 125 mL yang berisi campuran 10 mL asam borat (H3BO3) 2% dan
2 tetes indikator bromcherosol green-methyl red yang berwarna merah muda.
Setelah volume destilat mencapai 40 mL dan berwarna hijau kebiruan, maka proses
destilasi dihentikan. Destilat lalu dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai terjadi
perubahan warna merah muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Larutan blanko
dianalisis seperti contoh. Dengan metode ini diperoleh kadar nitrogen total yang
dihitung. Kadar protein dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(S−B) x NHCl x 14
N (%) = 𝑥 100% … (4)
W x 1000
mayer dan dragendroff. Jika pada sampel dengan pereaksi dragendroff terbentuk
warna oranye atau sampel dengan penambahan pereaksi mayer terbentuk endapan
putih berarti larutan mengandung alkaloid.
sampel sebanyak 100 gram, dan tempatkan pada ayakan teratas, vibrator screen
dihidupkan selama 5 menit, timbang sampel yang tertinggal pada ayakan mesh 60.
W1
Partikel Tertahan (%) = 𝑥 100% ….(11)
W0
dibandingkan dan diolah dengan uji Oneway ANOVA dan uji lanjut Duncan
menggunakan program SPSS untuk mengetahui perbedaan nyata pada hasil.
Dalam menentukan Formulasi dan input data analisis kimia, fisik dan sensori
dilakukan dengan menggunakan Design-Expert versi 11.0.1 (versi trial). Hasil input
data dari masing-masing respon dari seluruh formula selanjutnya dianalisis oleh
program Design Expert® 11. Proses optimasi dilakukan untuk mendapatkan suatu
formula yang menghasilkan respon yang optimal sesuai target optimasi yang
diinginkan. Dengan nilai desirability tertinggi atau mendekati 1. Selanjutnya
dilakukan pembuatan formula dengan kondisi sesuai dengan yang disarankan. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh nilai aktual dan verifikasi setiap respon dari
kombinasi formula dan kondisi proses yang disarankan. Pengolahan data sensori
menggunakan IBM SPSS Statistics Base 22.0.
SNI 3836:2013 tentang teh kering dengan maksimal kadar air 8%. Pada penelitian
Garnida et al. (2018) kadar air rambut jagung adalah sebesar 6.5%. Perbedaan hasil
pengujian ini terletak pada lama dan waktu pengeringan yang berbeda.
Kadar abu dapat digunakan untuk mengetahui kandungan mineral dalam
bahan pangan. Hasil pengujian kadar abu pada rambut jagung kering dalam
penelitian ini adalah sebesar 3,66±0,16% berat basah atau 3,82±0,16% berat kering.
Kadar abu pada hasil penelitian memenuhi syarat SNI 3836:2013 dengan nilai kadar
abu dibawah 8%. Kadar abu rambut jagung muda lebih tinggi dibandingkan rambut
jagung tua. Semakin tua usia tanaman, maka kandungan mineralnya makin
berkurang (Hartanto et al. 2018). Komponen mineral pada rambut jagung adalah
kromium, besi, kalium, magnesium dan manganium (Garnida et al. 2018).
Protein merupakan zat gizi yang berfungsi dalam pertumbuhan,
mempertahankan sel dan jaringan yang sudah terbentuk serta mengganti sel yang
sudah rusak. Protein juga dapat berfungsi sebagai sumber energi (Suleman et al.
2019). Kadar protein dalam penelitian ini adalah sebesar 1,36±0,06% berat basah
atau 1,43±0,06% berat kering. Kadar protein ini termasuk kecil dikarenakan protein
telah terdenaturasi saat rambut jagung dikeringkan. Pemanasan dengan suhu tinggi
akan menyebabkan terjadinya degradasi pada molekul-molekul protein.
Kadar lemak rambut jagung dalam penelitian ini ada 0%. Bahan pangan dapat
dikatakan bebas lemak jika dalam 100 gram mengandung <0,05 gram (BPOM
2016). Kadar lemak rambut jagung sebesar 0% menunjukan bahwa rambut jagung
dapat dikonsumsi dengan aman oleh penderita diabetes dan obesitas.
Karbohidrat memiliki peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan
pangan seperti warna, aroma, rasa dan tekstur (Akbar et al. 2019). Pada penelitian
ini pengujian karbohidrat menggunakan perhitungan by difference, penentuan
dengan cara ini merupakan pertimbangan kasar, dimana karbohidrat dihitung
sebagai serat kasar yang tidak menghasilkan energi, dan termasuk dalam fraksi
karbohidrat yang sukar dicerna. Karbohidrat yang terkandung pada rambut jagung
adalah sebesar 90,62±0,05% berat basah atau 94,75±0,11% berat kering.
Hasil uji vitamin C pada rambut jagung kering adalah sebesar 9,67±0,08
mg/100g. Varietas jagung, usia panen dan suhu pengeringan sangat berpengaruh
terhadap kadar vitamin C. Hasil ini berbeda dari penelitian (Garnida et al. 2018)
dimana rambut jagung dengan varietas jagung hibrida memiliki vitamin C sebesar
17,52 mg/100g dan varietas jagung manis yaitu 19,52 mg/100g. Kandungan vitamin
C tiap varietas jagung berbeda. Semakin tua usia panen jagung maka kandungan
vitamin C pada rambut jagung akan semakin rendah, dikarenakan tingkat
kerusakannya lebih tinggi karena lebih lama terpapar sinar matahari. Semakin
tinggi suhu pengeringan maka vitamin C akan semakin rendah, dikarenakan sifat
vitamin C yang mudah teroksidasi pada suhu tinggi (Garnida et al. 2018).
software menetukan titik uji pada formula. Dalam penentuan titik ini mengalami
pengulangan atau replicated pada beberapa titik untuk mendapatkan nilai pure
error. Setelah hasil pengujian respon sudah ada, software menggambarkan contour
plot. Dengan adanya plot kontur, titik optium dapat dicapai dengan presisi (Hidayat
et al 2021). Analisis respon dilakukan terhadap 16 formula, respon yang adalah
kadar air, kelarutan, ukuran partikel, nilai a w dan total fenolik. Hasil pengujian
terhadap respon dapat dilihat pada Tabel 4.
nilai Adequate Precision sebesar 31,0626, nilai ini memenuhi kriteria karena lebih
dari 4.
Berdasarkan hasil analisa ANOVA RSM pada respon ukuran partikel, model
linear menghasilkan persamaan polinomial yaitu Y = 0,758615X1 + 1,96054X2 +
0,634772X3, dimana X1 merupakan seduhan rambut jagung (%), X2 merupakan
madu bubuk (%) dan X3 merupakan jahe bubuk (%). Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui nilai respon ukuran partikel yang akan didapat apabila
proporsi seduhan rambut jagung, madu atau jahe yang diperlukan berbeda.
Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa respon ukuran partikel akan
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi seduhan rambut jagung, madu
dan jahe, yang ditandai dengan nilai konstanta positif.
ketidaktepatan model (lack of fit) tidak signifikan (p>0.05). Nilai R2 dari model
respon nilai aw sebesar 0.9521. Hal tersebut menunjukkan 95,21% dari banyaknya
data yang terukur berkontribusi terhadap pembentukan model. Model respon nilai
aw dinyatakan reasonable agreement, dimana model yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria dan dapat diterima. Kriterianya adalah selisih nilai Adjusted R2
dengan Predicted R2 adalah 0,0237 dimana nilai ini memenuhi syarat kurang dari
0,2 dan nilai Adequate Precision sebesar 29,1623, nilai ini memenuhi kriteria
karena lebih dari 4.
Hasil ANOVA RSM pada respon nilai aw, model linear menghasilkan
persamaan polinomial yaitu Y = 0,009481X1 -0,010837X2 + 0,003448X3, dimana
X1 merupakan seduhan rambut jagung (%), X2 merupakan madu bubuk (%) dan X3
merupakan jahe bubuk (%). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
nilai respon nilai aw yang akan didapat apabila proporsi seduhan rambut jagung,
madu atau jahe yang diperlukan berbeda. Dari persamaan tersebut dapat dilihat
bahwa respon nilai aw akan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi
seduhan rambut jagung dan jahe yang ditandai dengan nilai konstanta positif dan
nilai aw akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi madu
yang ditandai dengan nilai konstanta negatif.
madu bubuk dan jahe bubuk) yang digunakan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap total fenolik. Hal ini didukung oleh pernyataan (Kusumawati et
al. 2013) bahwa model persamaan yang baik adalah model yang dinyatakan
signifikan (p<0.05) dan ketidaktepatan model (lack of fit) tidak signifikan (p>0.05).
Nilai R2 dari model respon total fenolik sebesar 0.9824. Hal tersebut menunjukkan
98,24% dari banyaknya data yang terukur berkontribusi terhadap pembentukan
model. Model respon total fenolik dinyatakan reasonable agreement, dikarenakan
telah memenuhi kriteria dan dapat diterima. Selisih nilai Adjusted R2 dengan
Predicted R2 adalah 0,0249, nilai ini memenuhi syarat kurang dari 0,2 dan nilai
Adequate Precision sebesar 28,816, nilai ini memenuhi kriteria karena lebih dari 4.
Hasil ANOVA RSM pada respon total fenolik, model quadratic
menghasilkan persamaan polinomial yaitu Y = 0,897057X1 - 2,03920X2 -
3910,89382X3 + 0,056691X1X2 + 43,94971X1X3 + 42,62791X2X3, dimana X1
merupakan seduhan rambut jagung (%), X2 merupakan madu bubuk (%) dan X3
merupakan jahe bubuk (%). Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengetahui
nilai respon total fenolik yang akan didapat apabila proporsi seduhan rambut
jagung, madu atau jahe yang diperlukan berbeda. Dari persamaan tersebut dapat
dilihat bahwa respon total fenolik akan meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi seduhan rambut jagung seduhan rambut jagung dan jahe, seduhan
rambut jagung dan madu, madu dan jahe yang ditandai dengan nilai konstanta
positif dan total fenolik akan semakin menurun seiring dengan meningkatnya
konsentrasi madu dan jahe yang ditandai dengan nilai konstanta negatif.
Nilai aw memiliki goal minimize dengan batas bawah 0,34% dan batas atas
0,54% dengan nilai importance 3. Penggunaan goal minimize dikarenakan semakin
rendah nilai aw suatu produk, kadar airnya semakin rendah pula sehingga
menurunkan risiko kerusakan produk pangan secara kimia atau pun secara
mikrobiologi (Riswandha 2018).
Total fenolik memiliki goal maximize dengan batas bawah 79,98% dan batas
atas 103,83% dengan nilai importance 4. Penggunaan goal maximize pada total
fenolik dikarenakan semakin besar nilai total fenolik maka kandungan senyawa
bioaktif dalam produk semakin tinggi, hal ini berpengaruh terhadap pencapaian
mendapat formula optimum minuman ‘fungsional’ rambut jagung. Semakin tinggi
nilai total fenolik dan flavonoid dalam suatu produk maka semakin tinggi
kemampuan antioksidan dalam mendonorkan elektronnya untuk meredam radikal
bebas. Senyawa fenolik dan flavonoid merupakan senyawa utama dalam peranan
antioksidan (Nur et al. 2019).
Formulasi terpilih merupakan formulasi optimum yang diprediksikan oleh
Design Expert metode D-Optimal berdasarkan hasil analisis terhadap respon kadar
air, nilai aw, ukuran partikel, kelarutan dan total fenolik. Hasil Optimasi dapat
dilihat pada Tabel 7.
Pada penelitian tahap tiga ini memiliki tujuan untuk menganalisis sifat
fisikokimia dan sensori formula optimum serta menguji perbandingan nilai aktivitas
antioksidan.
memilik daya tahan yang kuat terhadap kerusakan biologis. Sehingga produk
minuman serbuk ini lebih awet. Prinsip kerja metode pengeringan dengan oven
adalah air yang terkandung dalam suatu bahan atau sampel akan menguap bila
dipanaskan pada suhu 105˚C. Kadar air sampel merupakan perbedaan antara berat
sebelum dan sesudah dipanaskan.
Nilai aw pada serbuk minuman rambut jagung adalah 0,33. Aktivitas air (aw)
merupakan perbandingan antara tekanan uap air pada bahan pangan dengan tekanan
uap murni di saat suhu yang sama (Leviana dan Paramita 2017). Semakin rendah
kadar air maka aktivitas air juga semakin menurun. Hal ini dapat menurunkan risiko
kerusakan produk pangan secara kimia maupun mikrobiologi karena aktivitas air
sangat berpengaruh terhadap stabilitas pangan. Apabila dibandingkan dengan
minuman fungsional instan berbasis antioksidan yang memiliki nilai aw sebesar 0,46
(Suratno 2006) nilai a w serbuk minuman rambut jagung lebih rendah, hal ini
membuat produk serbuk minuman rambut jagung dapat lebih awet.
Ukuran partikel pada serbuk minuman rambut jagung adalah sebesar 98,4%.
Hasil ini didapat dari bahan yang tertahan pada 60 mesh, banyak produk yang
tertahan adalah 98,4 gram dari 100 gram sampel yang masuk ke feed. Ukuran
partikel merupakan karakteristik sifat fisik yang paling berpengaruh secara
signifikan terhadap homogenitas produk. Semakin kecil ukuran partikel maka
semakin besar luas permukaan dan semakin cepat partikel akan bergerak sehingga
proses difusi akan semakin cepat (Sinala 2016).
Kelarutan pada serbuk minuman rambut jagung adalah sebesar 99,8%.
Kelarutan merupakan konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada suhu
tertentu dan sebagai interaksi antara dua atau lebih zat dalam membentuk dispersi
molekul yang homogen. Faktor yang dapat memengaruhi kelarutan adalah pH,
ukuran partikel, tekanan, surfaktan, suhu dan intensitas pengadukan (Aliyah dan
Handayani 2019). Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaan semakin
meningkat. Hal ini menyebabkan interaksi antara solut dan solvent akan lebih besar
sehingga proses pelarutan akan semakin cepat (Sinala 2016).
Total fenolik pada serbuk minuman rambut jagung adalah sebesar 101,64
mgGAE/g. Kandungan total fenolik ini lebih besar dibandingkan hasil penelitian
(Sarepoua et al. 2013) sebesar 84,2 mgGAE/g dan lebih kecil dibandingkan hasil
penelitian (Wang and Zhao 2019) sebesar 125 mgGAE/g. Perbedaan nilai ini dapat
disebabkan oleh perbedaan varietas dan usia panen rambut jagung serta perlakuan
dan pengolahan yang berbeda. Fenolik merupakan senyawa alami yang terdapat
pada tumbuhan yang berperan sebagai antioksidan. Fenolik memiki satu atau lebih
cincin fenol, yaitu gugus hidroksi yang terikat pada cincin aromatis. Senyawa
fenolik sangat berpotensial sebagai antioksidan karena memiliki kemampuan dalam
membentuk radikal fenoksi stabil pada reaksi oksidasi. Prinsip dari metode yang
digunakan adalah reaksi oksidasi senyawa fenol pada suasana basa oleh pereaksi
Folin-Ciocalteu sehingga menghasilkan kompleks berwarna biru. Kompleks
berwarna biru ini memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 760 nm.
Peningkatan intensitas warna biru sebanding dengan jumlah senyawa fenolik yang
terdapat pada sampel (Blainski et al. 2013).
30
70 65,12
60,645
60 57,06
55,58
49,92 50,38
50
40,945
Inhibisi (%)
0
20 40 60 80
Konsentrasi Sampel (ppm)
RJ RJJ RJM RJJM
(Purwanto et al 2017). Nilai IC50 pada minuman rambut jagung dapat dilihat pada
Tabel 9.
tidak terekstrak secara optimal. Pada minuman instan dari jahe dan pala,
penambahan ekstrak jahe memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar
56,8 ppm (Dusun et al. 2020), pada minuman instan belimbing yang ditambahkan
esktrak jahe memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 52,18 ppm
(Yuni et al. 2017). Sedangkan pada minuman teh herbal daun alpukat dengan
penambahan serbuk jahe memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 sebesar
54,57 ppm (Wirzan et al. 2018), minuman cokelat instan yang ditambah dengan
jahe bubuk memiliki aktivitas antioksidan sebesar 90,05% (Ikbal et al. 2019) dan
pada minuman kopi kahwa yang ditambahkan bubuk jahe emprit memiliki aktivitas
antioksidan sebesar 84,99% (Diana 2017). Dari beberapa penelitian ini dapat
disimpulkan kandungan aktivitas antioksidan antara penggunaan ekstrak jahe dan
jahe bubuk tidak berbeda jauh.
Pengujian menggunakan metode DPPH dikarenakan metode ini merupakan
metode yang cepat murah dan mudah. Radikal bebas yang terdapat pada DPPH
memiliki sifat peka terhadap pH, oksigen dan cahaya, namun bersifat stabil dalam
bentuk radikal sehingga dapat digunakan untuk mengukur antioksidan. DPPH
bereaksi dengan senyawa yang dapat mentransfer atom hidrogen dan menyebabkan
warna ungu menghilang. Prinsip kerja metode ini adalah adanya DPPH (radikal
bebas yang stabil) dicampurkan dengan senyawa antioksidan pada sampel yang
memiliki kemampuan mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat
diredam. Radikal bebas pada DPPH akan dinetralkan oleh senyawa aktif pada
sampel dengan donor proton dari gugus OH. Aktivitas antioksidan sebagian besar
disebabkan oleh gugus hidroksil aromatik, semakin banyak gugus hidroksi pada
struktur kimia maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Defri 2021).
Prinsip aktivitas antioksidan metode DPPH ini diukur dengan menghitung
jumlah pengurangan intensitas cahaya ungu DPPH yang sebanding dengan
pengurangan konsentrasi DPPH. Pada pengujian molekul difenilpikrilhidrazil akan
bereaksi dengan atom hidrogen yang dilepaskan oleh molekul pada sampel
minuman rambut jagung sehingga menyebabkan perubahan intensitas warna DPPH
dari ungu menjadi kuning. Pemudaran warna akan menurunkan nilai absorbansi
sinar pada spektrofotometer. Semakin pudar warna DPPH setelah direaksikan
dengan antioksidan pada sampel minuman rambut jagung maka aktivitas
antioksidannya semakin besar (Khasanah et al. 2014). Reaksi senyawa yang
bersifat sebagai antioksidan pada sampel dengan molekul DPPH dapat dilihat pada
Gambar 11.
40,945 41,03
40
30 25,27 25,57
15,55 16,87
20
8,84 8,46
10 1,14
0
20 40 60 80
Konsentrasi Sampel (ppm)
Tabel 10. Nilai IC50 Minuman Rambut Jagung Formula Optimum dan Komersial
IC50
Bahan yang diuji
(ppm)
Minuman Rambut Jagung Formula Optimum 39,96±1,56b
Minuman Rambut Brand B 101,45±0,45a
Minuman Rambut Brand A 140,32±0,52a
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada α = 0,05
34
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa minuman rambut jagung formula optimum
memiliki nilai IC50 sebesar 39,96±1,56 ppm digolongkan sebagai aktivitas
antioksidan sangat kuat, minuman rambut komersial brand B dengan nilai IC50
sebesar 101,45±0,49 ppm, minuman rambut komersial brand A dengan nilai IC50
sebesar 140,32±0,52 ppm, keduanya digolongkan sebagai aktivitas antioksidan
sedang. Minuman rambut jagung formula optimum berbeda nyata dengan minuman
komersial brand A dan B. Minuman komersial brand A tidak berbeda nyata dengan
minuman komersial brand B.
Perbedaan aktivitas antioksidan antar sampel disebabkan oleh formulasi yang
berbeda, minuman rambut jagung formula optimum memiliki nilai IC50 terendah,
hal ini dapat disebabkan oleh adanya penambahan jahe dan madu pada formula
optimum. Jahe dan madu juga mengandung antioksidan sehingga antioksidan yang
terdapat pada minuman rambut jagung terakumulasi dengan antioksidan pada jahe
dan madu sehingga nilai aktivitas antioksidannya lebih tinggi. Brand B memiliki
nilai IC50 diantara minuman rambut jagung formula optimum dan brand A, pada
dasarnya komposisi yang terkandung pada sampel ini hanya rambut jagung saja.
Nilai IC50. Brand B hampir sama dengan minuman rambut jagung formula optimum
tanpa penambahan madu dan jahe yang dapat dilihat pada Tabel 9. Sedangkan
Brand A memiliki nilai IC50 paling besar diantara formula optimum dan Brand B,
hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan yang diterapkan pada minuman rambut
jagung komersial ini. Brand A merupakan rambut jagung yang diolah dengan
proses pemanggangan. Proses pemanggangan menggunakan suhu yang lebih tinggi
dari pada pengeringan biasa, penggunaan suhu yang terlalu tinggi akan merusak
ikatan pada senyawa antioksidan (chain-breaking activity) sehingga senyawa
antioksidan akan menurun akibat ketidakstabilan dalam senyawa (Afgatiani et al.
2020). Selain proses pengolahan, perbedaan aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh
varietas jagung dan usia panen. Semakin lama usia panen maka kandungan
antioksidan rambut jagung semakin menurun (Sarepoua et al. 2013).
Menurut beberapa penelitian minuman rambut jagung memiliki nilai IC50
sebesar 147 ppm (Samin et al 2014), 60 ppm (Liu et al 2011) dan 82 ppm (Wang
and Zhao 2019). Perbedaan nilai IC50 yang berbeda dapat disebabkan oleh jenis
varietas dan usia panen rambut jagung yang berbeda. Selain itu, perlakuan dan
formulasi minuman rambut jagung juga berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan
dan nilai IC50. Aktivitas antioksidan minuman fungsional lainnya seperti minuman
fungsional dari daun gaharu memiliki nilai IC50 sebesar 99,42 ppm (Nasution et al
2015), minuman fungsional dari daun cem-cem memiliki nilai IC50 sebesar 238,7
ppm (Pratiwi dan Wiadnyani 2018), dan minuman fungsional dari labu siam
memiliki nilai IC50 sebesar 157,37 ppm (Wahida et al 2016). Dapat disimpulkan
dari beberapa hasil penelitian, aktivitas antioksidan minuman fungsional rambut
jagung formula optimum memiliki nilai IC50 terendah yaitu sebesar 41,06 ppm.
Tabel 11. Karakterisasi Sensori Minuman Rambut Jagung Optimal dan Komersial
Sampel Warna Aroma Rasa Keseluruhan
Formula optimum 4,04±1,20b 4,54±1,18a 4,41±1,22a 4,70±1,00a
Brand A 4,63±1,30a 3,74±1,42b 3,71±1.16b 4,01±1,00b
Brand B 4,61±0,98a 4,08±0,85b 4,26±0,91a 4,30±1,07b
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada α = 0,05
a) Warna
Warna merupakan sifat sensori pertama yang dapat dinilai langsung oleh
konsumen dan suatu produk akan ditentukan mutunya tergantung pada warna yang
dimilikinya, sehingga warna dijadikan atribut sensori, daya tarik dan idenstitas yang
penting dalam suatu bahan pangan (Negara et al. 2016). Atribut warna digunakan
sebagai penilaian karena warna dapat menentukan tingkat penerimaan produk oleh
konsumen secara visual (Putri dan Amrizal 2020). Konsumen tidak akan memilih
bahan pangan yang memiliki penyimpangan warna sebagaimana umumnya pangan
itu terlihat walaupun bahan pangan masih dalam kondisi yang baik (Astawan 2008).
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa panelis memberikan penilaian warna
terbaik dengan nilai rata-rata 4,63 pada minuman rambut jagung Brand A disusul
oleh produk komersial Brand B dan minuman rambut jagung formula optimum
dengan nilai rata-rata berturut-turut 4,61 dan 4,04. Secara statistik sampel minuman
rambut jagung formula optimum berbeda nyata dengan sampel minuman rambut
jagung komersial, sedangkan minuman rambut jagung komersial brand A dan
brand B tidak berbeda nyata. Hal ini diduga setiap sampel memiliki warna
bervariasi dan memiliki ciri khas warna tersendiri. Sehingga setiap panelis memiliki
asumsi dan persepsi kesukaan tersendiri terhadap warna masing-masing sampel,
sehingga panelis secara subjektif memberikan penilaian yang rata-rata hampir sama
antar minuman rambut jagung komersial pada setiap sampel. Perbedaan warna
minuman rambut jagung dapat dilihat pada Gambar 13.
Pada Gambar 13 dapat dilihat perbedaan warna tiap sampel minuman rambut
jagung. Minuman rambut jagung formula optimum memiliki warna dominan
kuning, warna ini disebabkan oleh kandungan madu yang terkandung didalamnya,
sehingga warna yang dihasilkan berbeda dengan warna minuman rambut jagung
36
b) Aroma
Aroma merupakan bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia dari bahan
pangan yang tercium oleh syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung
(Negara et al. 2016). Aroma akan memengaruhi konsumen sebelum konsumen
menikmati produk pangan, aroma juga berfungsi sebagai penentu rasa enak dari
suatu produk pangan (Winarno 2008). Aroma merupakan sifat visual yang dapat
digunakan untuk menilai kualitas dengan uji organoleptik menggunakan indera
sensorik penciuman yang sensitif (Justisia dan Adi 2016).
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa panelis memberikan penilaian aroma
terbaik dengan nilai rata-rata 4,54 pada minuman rambut jagung formula optimum
disusul oleh produk komersial brand B dan brand A dengan nilai rata-rata berturut-
turut 4,08 dan 3,74. Secara statistik sampel minuman rambut jagung formula
optimum berbeda nyata dengan sampel minuman rambut jagung komersial,
sedangkan minuman rambut jagung komersial brand A dan brand B tidak berbeda
37
nyata. Hal ini diduga setiap sampel menghasilkan aroma khas tersendiri yang
dipengaruhi oleh komposisi sampel tersebut. Sampel minuman rambut jagung
formula optimum memiliki aroma dominan madu, sampel brand B memiliki aroma
khas rambut jagung yang agak langu dan brand A memiliki aroma hangus (smoky).
Aroma madu pada sampel formula optimum disebabkan oleh zat organik yang
terkandung dalam madu menguap. Aroma madu berasal dari zat yang dihasilkan
oleh sel kelenjar bunga yang sudah bercampur dalam nektar serta hasil dari proses
fermentasi gula, asam amino dan vitamin selama masa pematangan madu.
Komposisi zat aromatik pada madu bervariasi, zat aromatik ini berupa campuran
karbonil (asetaldehid, formaldehid, metil etil keton dan lainnya), ikatan alkohol
(etanol, propanol, benzyl alkohol dan lainnya), ikatan ester (asam benzoat,
propionat) dan minyak esensial (Pertiwi 2016). Beberapa panelis menyukai aroma
ini dikarenakan ada efek aroma manis saat menciumnya.
Aroma rambut jagung dari sampel Brand B disebabkan oleh teroksidasinya
senyawa fenol pada rambut jagung. Aroma langu disebabkan kandungan senyawa
saponin pada rambut jagung. Senyawa saponin ini merupakan triterpenoid dan
steroid glukosida pada karbohidrat. Senyawa saponin ini yang memberikan aroma
langu dan rasa pahit (Amanto et al. 2019).
Aroma smoky dari sampel Brand A disebabkan oleh rambut jagung yang
pengolahannya dengan dipanggang. Beberapa panelis tidak menyukai aroma ini
dikarenakan memiliki sensasi agak pahit saat menciumnya.
c) Rasa
Rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan penerimaan
atau penolakan konsumen dalam memilih bahan pangan (Rahmawati dan
Budiyanto, 2017). Rasa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu,
konsentrasi, senyawa kimia dan interaksi dengan komponen rasa lainnya (Winarno,
1997). (Handayani 2013) menyampaikan bahwa cacat rasa yang harus dihindari
dari minuman terutama pada teh, kopi dan minuman sejenisnya adalah asam tidak
enak (sour), basi (stink), tanah (earthy), jamur (mouldy), berminyak (oily) dan
bahan kimia (chemical). Jika dibandingkan antara sampel dengan pernyataan,
sampel minuman rambut jagung formula optimum dan minuman rambut jagung
komersial tidak masuk ke dalam kategori yang disebutkan, sehingga sampel
minuman rambut jagung tidak cacat rasa namun memiliki rasa yang khas dan unik
karena komposisi bahannya.
Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa panelis memberikan penilaian rasa
terbaik dengan nilai rata-rata 4,41 pada minuman rambut jagung formula optimum
disusul oleh produk komersial Brand A dan B dengan nilai rata-rata berturut-turut
4,26 dan 3,71. Secara statistik sampel minuman rambut jagung formula optimum
tidak berbeda nyata dengan sampel minuman rambut jagung komersial Brand B,
namun sampel minuman rambut jagung formula optimum dan komersial Brand B
berbeda nyata dengan minuman komersial Brand A. Hal ini diduga setiap sampel
menghasilkan rasa khas tersendiri yang dipengaruhi oleh komposisi sampel
tersebut. Sampel minuman rambut jagung formula optimum memiliki rasa sedikit
manis dan hangat, sampel minuman rambut jagung komersial Brand B memiliki
rasa dominan sedikit manis namun ada rasa sedikit sepat dan Brand A memiliki
rasa dominan sepat.
38
Rasa pada formula optimum adalah sedikit manis dan hangat. Rasa manis ini
dapat disebabkan oleh terurainya kandungan karbohidrat pada rambut jagung,
selain itu dapat disebabkan oleh komposisi madu pada formula optimum, walau
tidak memberi efek manis secara signifikan namun ada sedikit rasa manis madu
yang terasa. Rasa manis pada madu ini dipengaruhi oleh kadar fruktosa dan asam
organiknya, tingkat kemanisan madu ditentukan oleh rasio karbohidrat yang
terkandung dalam nektar (Pertiwi 2016). Rasa hangat pada formula optimum
berasal dari komposisi jahe pada formula optimum, walau memiliki persentase
sedikit, nyatanya rasa hangat dari jahe terasa, sehingga panelis menyukainya. Rasa
hangat jahe berasal dari kandungan gingerol.
Rasa pada sampel Brand B adalah sedikit manis dan sedikit sepat. Rasa sedikit
manis ini berasal dari kandungan karbohidrat yang terurai pada rambut jagung,
sehingga menimbulkan rasa manis. Rasa sepat merupakan salah satu rasa yang tidak
diinginkan panelis. Rasa sepat ini dapat berasal dari kandungan tanin pada rambut
jagung. Pada rambut jagung mengandung karbohidrat, karbohidrat yang terkandung
akan terurai secara optimal pada saat dilakukan proses penyeduhan (Garnida et al.
2018).
Rasa pada sampel Brand A adalah dominan sepat, rasa ini dapat disebabkan
oleh tingginya kadar tanin dalam rambut jagung yang digunakan. Sehingga
menutup rasa manis alami yang dihasilkan dari karbohidrat rambut jagung. Tanin
dapat disebut juga asam galotanat dan asam tanat. Kadar tanin pada rambut jagung
berbeda-beda, tergantung varietas yang digunakan, umur panen dan pengolahan
yang dilakukan. Semakin tinggi suhu pengolahan maka akan menyebabkan
kerusakan pada senyawa tanin sehingga kadar tanin semakin menurun (Trisnadewi
et al. 2020).
d) Keseluruhan
Uji kesukaan keseluruhan merupakan penilaian terhadap semua atribut yang
meliputi warna, aroma dan rasa. Berdasarkan penilaian secara keseluruhan dapat
dilihat pada Tabel 12 menunjukan bahwa panelis memberikan penilaian terbaik
secara keseluruhan dengan nilai rata-rata 4,70 pada minuman rambut jagung
formula optimum disusul oleh minuman rambut jagung Brand B dan Brand A
dengan nilai rata-rata berturut-turut 4,3 dan 4,01. Secara statistik sampel minuman
rambut jagung formula optimum berbeda nyata dengan sampel minuman rambut
jagung komersial Brand B dan Brand A, sampel minuman rambut jagung komersial
Brand B dan Brand A tidak berbeda nyata.
Minuman rambut jagung formula optimum merupakan sampel yang memiliki
nilai paling tinggi untuk atribut sensori yaitu rasa, aroma dan keseluruhan. Secara
keseluruhan minuman rambut jagung formula optimum diterima konsumen karena
memiliki aroma yang enak dan rasa yang disukai (tidak sepat). Atribut penting
sebelum produk dijual di pasaran adalah atribut penerimaan (Novita et al. 2017).
Panelis telah memilih minuman fungsional rambut jagung formula optimum paling
diterima secara keseluruhan untuk di pasarkan.
39
5.1 Simpulan
Rambut jagung kering mengandung kadar air sebesar 4,36±0,06% (bb) atau
4,54±0,13% (bk), kadar abu sebesar 3,66±0,16% (bb) atau 3,82±0,16% (bk), kadar
protein sebesar 1,36±0,06% (bb) atau 1,43±0,06% (bk), kadar lemak sebesar 0%,
dan karbohidrat sebesar 90,62±0,05% (bb) dan 94,75±0,11% (bk). Kandungan
vitamin C pada rambut jagung kering sebesar 9,67±0,08 mg/100g. Rambut jagung
mengandung metabolit sekunder fenolik, alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan
glikosida. Formula optimum memiliki komposisi bahan 65% seduhan rambut
jagung, 24,8% madu, 0,2% jahe dan 10% maltodekstrin serta memiliki kadar air
2,31%, nilai aw 0,33, ukuran partikel 98,4%, kelarutan 99,8% dan total fenolik
101,64 mgGAE/g. Formula optimum terverifikasi berada dalam rentang 95% CI
dan 95% PI. Formula optimum dengan madu dan jahe memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi dengan nilai IC50 sebesar 39,96±1,56 ppm dibandingkan
dengan sampel bahan penyusun lainnya dan produk komersial. Karakteristik
sensori menunjukkan formula optimum paling disukai panelis dengan skor atribut
aroma, rasa dan keseluruhan lebih tinggi dibandingkan dengan minuman rambut
jagung komersial. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan madu dan jahe
dapat meningkatkan penerimaan konsumen dan meningkatkan aktivitas
antioksidan.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Hartanto GN, Pranata FS, Swasti YR. 2018. Kualitas dan aktivitas antioksidan
seduhan teh rambut jagung (Zea mays) dengan variasi lama pelayuan dan usia
panen. Biota. 3(1):12-23.
Harun N, Rossi E, Adawiyah M. 2011. Karakteristik teh herbal jagung dengan
perlakuan lama pelayuan dan lama pengeringan. Jurnal Sagu. 10(2):16-21.
Hasanudin, Khairunnisa, Puziah H, Shuhaimi M. 2012. Corn silk (Stigma maydis)
in healthcare: a phytochemical and pharmalogical review. Journal Molecules.
17(1):9697-9715.
Herawati N, Sukatiningsih, Wiwik SW. 2012. Pembuatan minuman fungsional
berbasis ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), rosela (Hibiscus
sabdariffa L.) dan buah Salam (Syzygium polyanthum wigh walp). Agrotek.
6(1):40-50.
Herold. 2007. Formulasi minuman fungsional berbasis kumis kucing (Orthosiphon
aristatus bl. Miq) yang didasarkan pada optimasi aktivitas antioksidan, mutu
citarasa dan warna. [Skripsi]. Bogor(ID): institut pertanian bogor.
Hidayat IR, Zuhrotun A, Sopyan I. 2021. Design-expert software sebagai alat
optimasi formulasi sediaan farmasi. Majalah Farmasetika. 6(1):99-120.
Ignatius S, Chatarina YT. 2015. Pengantar teknologi pengolahan minuman
Yogyakarta(ID): Pustaka Pelajar.
Ikbal LO, Tamrik, Asyik N. 2019. Pengaruh variasi penambahan serbuk jahe merah
(Zingiber officinale var rubrum) dengan variasi penambahan sukrosa terhadap
karakteristik fisik, organoleptik dan aktivitas antioksidan serbuk minuman jahe
cokelat instan. Jurnal Sains dan Teknologi Pangan. 4(2):2096-2117.
Julianto TS. 2019. Fitokimia: tinjauan metabolit sekunder dan skrining fitokimia.
Yogyakarta (ID): Universitas Islam Indonesia.
Khasanah I, Ulfah M, Sumantri. 2014. Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanolik
kulit buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dengan metode dpph (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil). Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik. 11(2):9-17.
Kurnia YF. 2013. Optimasi formula yoghurt dari susu kambing dan jamur dengan
mixture design dan potensi sifat fungsionalnya. [Tesis]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Kurniati T, Raudhatul F. 2017. Pemanfaatan limbah rambut jagung (Zea mays L.)
sebagai minuman herbal di desa nanga taman kecamatan nanga taman kabupaten
sekadau. Buletin Al Ribaath. 14(1):88-90.
Kurniawati dan Nia. 2010. Sehat & cantik alami berkat: khasiat bumbu dapur.
Bandung(ID): Qanita.
Kusumawati I, Fardiaz D, Andarwulan N, Widowati S, Budijanto S. 2013.
Stabilisasi bekatul dengan ekstrude ulir ganda menggunakan response surface
methodology. Jurnal Pascapanen. 10(1): 27-37.
Legowo G. 2015. Manfaat madu sebagai antioksidan dalam melawan radikal bebas
dari asap rokok untuk menjaga kualitas sperma. Majority. 4(8):41-46.
Lestari LA, Fatma ZN, Sudarmanto S. 2013. Modul Tutorial Analisis Zat Gizi.
Yogyakarta (ID): UGM Press.
Leviana W dan Paramita V. 2017. Pengaruh suhu terhadap kadar air dan aktivitas
air dalam bahan pada kunyit (Curcuma longa) dengan alat pengering electrical
oven. Metana. 13(2):37-44.
43
Liu, J., C. Wang, Z. Wang, C. Zhang, S. Lu, J. Liu. 2011. The antioxidant and free-
radical scavenging activities of extract and fractions from corn silk (Zea mays L.)
and related flavone glycosides. Food Chemistry. 126(1): 261–269.
Lukacinova A. 2008. Preventive effects of flavonoids on alloxan-induced diabetes
mellitus in rats. Acta Vet Brno. 77(2):175-182.
Margowati S, Priyanto S, Wiharyani M, Kesehatan F, Magelang UM. 2016.
Efektivitas penggunaan rebusan daun alpukat dengan rebusan daun salam dalam
penurunan tekanan darah pada lansia. Universty Research Coloquium.1(1): 234–
248.
Martono B dan Setiyono RT. 2014. Skrining fitokimia enam genotipe teh. Jurnal
Tanaman Industri dan Penyegar. 1(3):63-68.
Mawaddah N, Fakhrurrazi, Rosmaidar. 2018. Aktivitas antibakteri ekstrak tempe
terhadap bakteri Staphylococcus aureus. JIMVET. 2(3):230-241.
Mutmainnah N, Sitti C, Muh. Q. 2018. Penentuan suhu dan waktu optimum
penyeduhan batang teh hijau (Camelia sinensis L.) Terhadap kandungan
antioksidan kafein, tanin dan katekin. Lantanida Journal. 6(1):1-11.
Nasution PA, Batubara R, Surjanto. 2015. Tingkat kekuatan antioksidan dan
kesukaan masyarakat terhadap teh daun gaharu (Aquilaria malaccensis lamk)
berdasarkan pohon induksi dan non-induksi. Peronema Forestry Science
Journal. 4(1):1-11.
Negara JK, Sio AK, Rifkhan, Arifin M, Oktaviana AY, Winahansah RRS dan
Yusuf M. 2016. Aspek mikrobiologis serta sensori (rasa, warna, tekstur, aroma)
pada dua bentuk penyajian keju yang berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan
Teknologi Hasil Peternakan. 4(2):286-290.
Novita R, Eviza A, Husni J, Putri SK. 2017. Analisis organoleptik formula
minuman kahwa daun mix. Jurnal Teknologi Pertanian. 21(1):58-62.
Nugraha, D. 2014. Optimalisasi formulasi food bar berbahan tambahan (isolat soy
protein, dekstrin, dan madu) menggunakan program design expert metoda d-
optimal. [Skripsi]. Bandung(ID): Universitas Pasundan.
Nur S, Sami FJ, Wilda R, Awaluddin A, Afsari MIA. 2019. Korelasi antara kadar
total flavonoid dan fenolik dari ekstrak dan fraksi daun jati putih (Gmelina
arborea roxb.) terhadap aktivitas antioksidan. Jurnal Farmasi Galenika. 5(1):
33-42.
Oktaviana D. 2012. Kombinasi maltodekstrin dan suhu pemanasan terhadap
kualitas minuman serbuk instan belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L.).
[Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Parastiwi A, Rahmad C, Hendri SE, Ekojono. 2015. Bubuk ekstrak sari buah dan
sayur: teknologi produksi menggunakan metode spray drying. Sentia. 7(1): 25-
28.
Pertiwi I. 2016. Pembandingan parameter fisikokimia (uji hidroksi metil furfural,
uji kadar air, uji kadar sukrosa, uji padatan tak larut dalam air, dan uji cemaran
logam) madu pahit terhadap madu manis murni. [Skripsi]. Bandung (ID):
Universitas Islam Bandung.
Prabowo C. 2017. Pengaruh suhu pengeringan terhadap karakteristik tepung pisang
(Musa paradisiaca l) yang diolah menjadi bubur bayi. [Skripsi]. Semarang(ID):
Universitas Katolik Soegijapranata.
Pratiwi IDPK dan Wiadnyani AAS. 2018. Aktivitas antioksidan dan kandungan
flavonoid minuman ready to serve dari ekstrak daun cem-cem (Spondias pinnata
44
lf kurz), daun pegagan (Centella asiatica l urban) dan daun katuk (Sauropus
androgunus L). Media Ilmiah Teknologi Pangan. 5(1):19-26.
Putri RMS dan Amrizal SN. Optimasi formula minuman fungsional serbuk instan
dari brunok (Acaudina molpadioides) dengan metode pengeringan busa (foam
mat drying). Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 4(2):73-78.
Puradisastra S. 2010. The effect of corn cob and corn silk (Zea mays l.) Decoction
on the blood pressure on adult female. Jurnal Medika Planta. 1(2):69-74.
Purwanto D, Bahri S, Ridhay A. 2017. Uji aktivitas antioksidan ekstrak buah
purnajiwa (Kopsia arborea blume.) dengan berbagai pelarut Kovalen. 3(1):24-
32.
Rahmadi A, Bohari. 2018. Pangan fungsional berkhasiat antioksidan. Samarinda
(ID): Mulawarman University Press.
Rahmawati N dan Budiyanto A. 2017. Uji organoleptik nugget daging dada itik
afkir dengan jenis dan dosis tepung yang berbeda. Jurnal Fillia Cedekia. 2(1):
17-22.
Riswandha D. 2018. Pengaruh penggunaan maltodekstrin terhadap karakteristik
fisikokimia mikroenkapsulasi ekstrak daun dandang gendis (Clinacanthus
nutans) dengan metode freeze drying. Semarang(ID): Universitas Katolik
Soegijapranata.
Safithri M, Kurniawati A, Syaefudin. 2016. Formula of piper crocatum,
cinnamomum burmanii, and zingiber officinale extracts as a functional beverage
for diabetics. International Food Research Journal. 23(3): 1123-1130.
Sahin YB, Demirtas EA, Burnak N. 2016. Mixture design: a review of recent
applications in the food industry. Journal of Engeneering Sciences. 22(4): 297-
304.
Sakti H, Lestari F, Supriadi A. 2016. Perubahan mutu ikan gabus (Channa striata)
asap selama penyimpanan. Jurnal teknologi hasil perikanan. 5(1): 11-18.
Samin AA, Bialangi N, Salimi YL. 2014. Penentuan kandungan fenolik total dan
aktivitas antioksidan dari rambut jagung (Zea mays L.) yang tumbuh di daerah
gorontalo. Jurnal Teknologi Pangan. 5(1): 312 -323.
Santoso U. 2016. Antioksidan Pangan. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Saragih J, Assa J, Langi T. Aktivitas antioksidan ekstrak jahe merah (Zingiber
officinale var. rubrum) menghambat oksidasi minyak kacang tanah (Arachis
hypogaea L.). Cocos. 6(15):1-6.
Sarepoua E, Tangwongchai R, Suriharn B, Lertart K. 2013. Relationships between
phytochemicals and antioxidant activity in corn silk. International Food
Research Journal. 20(5): 2073-2079.
Septiana AT, Hidayah D. 2009. Aktivitas antioksidan minuman fungsional dari
irisan buah kering mahkota dewa. Agritech. 29(1):16-21.
Setiarini I. 2007. [Skripsi]. Optimasi proses pencampuran gel repelan citronella oil
dengan carbopol®940 3% b/v sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai
humektan. Yogyakarta(ID): Universitas Sanata Dharma.
Sinala S. 2016. Farmasi fisik. Jakarta (ID): Pusdik SDM Kesehatan
Solihah MA. Rosli WWI, Nurhanan AR. 2012. Phytochemicals screening and total
phenolic content of Malaysian Zea mays hair extracts. International Food
Research Journal. 19(4):1533-1538.
45
LAMPIRAN
48
b) Respon Kelarutan
50
d) Respon Nilai aw
52
f) Grafik Optimum
54
0,928−0,753
40 ppm = = 18,76%
0,928
0,928−0,645
60 ppm = = 30,51%
0,928
0,928−0,572
80 ppm = = 38,33%
0,928
y = bx + a
y = 0,4469x + 2,6885
50−𝑎 50−2,6885
x (IC50) = = = 105,9
𝑏 0,4469
50,00
40,00 y = 0,4469x + 2,6685
% Inhibisi
R² = 0,9877
30,00
20,00
10,00
0,00
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Sampel
0,928−0,645
40 ppm = = 30,40%
0,928
0,928−0,586
60 ppm = = 36,82%
0,928
0,928−0,417
80 ppm = = 55,04%
0,928
y = bx + a
55
y = 0,6183x + 3,6388
50−𝑎 50−3,6388
x (IC50) = = = 74,98
𝑏 0,6183
60,00
50,00 y = 0,6183x + 3,6388
% Inhibisi
40,00 R² = 0,9705
30,00
20,00
10,00
0,00
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Sampel
0,928−0,56
40 ppm = = 39,62%
0,928
0,928−0,465
60 ppm = = 49,92%
0,928
0,928−0,4
80 ppm = = 56,87%
0,928
y = bx + a
y = 0,4598x + 21,024
50−𝑎 50−21,024
x (IC50) = = = 63,02
𝑏 0,4598
80,00
y = 0,4598x + 21,024
60,00 R² = 0,9931
% Inhibisi
40,00
20,00
0,00
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Sampel
56
0,928−0,467
40 ppm = = 49,6%
0,928
0,928−0,370
60 ppm = = 60,05%
0,928
0,928−0,317
80 ppm = = 65,82%
0,928
y = bx + a
y = 0,4372x + 32,049
50−𝑎 50−32,049
x (IC50) = = = 41,06
𝑏 0,4372
80,00
y = 0,4372x + 32,049
60,00 R² = 0,9871
% Inhibisi
40,00
20,00
0,00
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Sampel
0,925−0,847
40 ppm = = 8,43%
0,925
0,925−0,768
60 ppm = = 16,97%
0,925
0,925−0,689
80 ppm = = 25,46%
0,925
57
y = bx + a
y = 0,4084x – 7,4324
50−𝑎 50+7,4324
x (IC50) = = = 140,63
𝑏 0,4084
30,00
25,00 y = 0,4084x - 7,4324
% Inhibisi
20,00 R² = 0,9988
15,00
10,00
5,00
0,00
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Sampel
0,925−0,842
20 ppm = = 8,92%
0,925
0,925−0,782
40 ppm = = 15,41%
0,925
0,925−0,688
60 ppm = = 25,62%
0,925
0,925−0,548
80 ppm = = 40,70%
0,925
y = bx + a
y = 0,5278x – 3,7297
50−𝑎 50+3,7297
x (IC50) = = = 101,8
𝑏 0,5278
50,00
40,00 y = 0,5278x - 3,7297
% Inhibisi
R² = 0,9678
30,00
20,00
10,00
0,00
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi Sampel
58
4. Pengujian Sensori
a) Form pengujian sensori
59
Rambut
Jagung Rambut Rambut
+ Jagung Jagung Rambut
Madu + + Jagung
+ Madu Jahe
Jahe
64
RIWAYAT HIDUP