Anda di halaman 1dari 15

COVER

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER


DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL
DAUN BIDARA (Ziziphus mauritiana L.)

PROPOSAL
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Oleh
ULIN SAHAMI
442 417 021

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA
JURUSAN KIMIA
2020

i
ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................................2

1.4 Manfaat..............................................................................................................2

BAB II DASAR TEORI.................................................................................................3


BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................4
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.........................................................................4

3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................4

3.3 Preparasi Sampel..............................................................................................4

3.4 Ekstraksi Sampel..............................................................................................4

3.5 Filtrasi dan Evaporasi......................................................................................5

3.6 Skrining Fitokimia............................................................................................5

3.7 Pengujian Aktivitas Antibakteri......................................................................6

3.8 Proses Pemurnian.............................................................................................6

3.9 Identifikasi Senyawa.........................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir, mikroorganisme patogen telah berkembang


menjadi resisten dalam merespon penggunaan obat obat antimikroba yang biasa
digunakan dalam pengobatan penyakit infeksi. Melihat kondisi ini, tentu menjadi hal
yang sangat urgen untuk mencari strategi baru untuk melawan infeksi yang di sebabkan
oleh berbagai bakteri. Senyawa antimikroba pada tanaman telah di investigasi melalui
sejumlah studi di seluruh dunia, dan banyak diantaranya yang digunakan sebagai
sebagai alternatif pengobatan. Senyawa antimikroba pada tanaman merupakan
merupakan hasil metabolit sekunder, senyawa ini terdiri dari alkaloid, fenol, dan lain-
lain.

Bidara atau nama Latin Ziziphus mauritiana L dalam praktek sehari-hari


digunakan untuk memandikan mayat, sebagai bahan dasar pembuatan sabun,
mengandung senyawa metabolit sekunder glikosida, tanin, fenol, dan saponin yang
bermanfaat antara lain sebagai antioksidan, antiinflamasi, antimikroba, antifungi, dan
mencegah timbulnya tumor (Marfu’ah et al., 2019). Kandungan fenolat dari daun bidara
berfungsi mencegah tumbuhnya bakteri.

Di India masyarakat menggunakan bidara sebagai obat diare, kencing manis,


demam dan malaria. Sedangkan, di Malaysia rebusan kulit kayunya dimanfaatkan
sebagai obat sakit perut dan sebagian masyarakat lagi menggunakan daun bidara untuk
mengatasi masalah kecantikan seperti mengatasi jerawat, keriput dan lingkaran hitam
pada bawah mata (Roosevelt & Ghari, 2018).

Selain itu, bidara juga mengandung senyawa saponin yang merupakan golongan
senyawa glikosida, mempunyai rasa sepat dan memiliki aktivitas antibakteri. Senyawa
saponin sering digunakan sebagai bahan pembusa sabun karena memiliki kemampuan
untuk membentuk buih dikarenakan kombinasi struktur senyawa penyusunnya yaitu
rantai gula yang bersifat hidrofilik dan bagian rantai sapogenin yang bersifat hidrofobik.
Hal tersebut yang menyebabkan saponin disebut sebagai surfaktan alami dan memiliki
kestabilan busa yang cukup besar yaitu sekitar 86% (Lumbanraja et al., 2019).

Senyawa saponin yang terkandung didaun bidara dapat diperoleh melalui proses
ekstraksi. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut. Metode
maserasi digunakan karena merupakan salah satu metode ekstraksi yang paling mudah
dilakukan. Proses ekstraksi saponin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis
pelarut yang digunakan, ukuran partikel bahan, suhu, lama ekstraksi, perbandingan
bahan dengan pelarut dan metode ekstraksi.

1
Penelitian dilakukan untuk menentukan beberapa faktor diatas serta uji aktivitas
antibakteri pada tumbuhan bidara berdasarkan kandungan metabolit sekunder.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Senyawa metabolit sekunder apakah yang terkandung dalam ekstrak metanol daun
bidara (Ziziphus mauritiana L.) ?
1.2.2 Bagaimana aktivitas anti imflamasi ekstrak metanol daun bidara (Ziziphus
Mauritiana L.) ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder apa yang terkandung dalam
ekstrak metanol daun bidara (Ziziphus mauritiana L.)
1.3.2 Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak metanol daun bidara (Ziziphus
Mauritiana L.)

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai sumber informasi
mengenai pengobatan antibakteri alternatif, berdasarkan skrinning fitokimia dan
identifikasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak metanol daun
bidara sehingga dapat digunakan sebagai obat herbal dalam antibakteri.

2
BAB II
DASAR TEORI

Tanaman bidara (Ziziphus mauritiana L.) banyak tumbuh liar di daerah Jawa,
Bali dan Nusa Tenggara Barat. Tanaman bidara kaya akan manfaat karena memiliki
kandungan saponin triterpen yang terdapat pada bagian daunnya. Saponin merupakan
golongan senyawa glikosida yang mempunyai rasa sepat dan memiliki aktivitas
antibakteri. Berdasarkan aglikonnya saponin terdiri dari dua jenis yaitu saponin steroid
dan saponin triterpen. Senyawa saponin mudah larut dalam air dan memiliki
karakteristik berupa buih, sehingga ketika digojog dengan air akan terbentuk buih yang
stabil. Kemampuan saponin membentuk buih dikarenakan kombinasi struktur senyawa
penyusunnya yaitu rantai gula yang bersifat hidrofilik dan bagian rantai sapogenin yang
bersifat hidrofobik. Hal tersebut yang menyebabkan saponin disebut sebagai surfaktan
alami (Lumbanraja et al., 2019).

Permasalahan yang dihadapi dalam proses ekstraksi saponin daun bidara ialah
belum diketahui jenis pelarut dan ukuran partikel bahan yang sesuai untuk

3
menghasilkan ekstrak saponin tertinggi. Ekstrak saponin akan lebih banyak dihasilkan
jika diekstrak menggunakan pelarut polar, karena saponin bersifat hidrofilik. Akan
tetapi, penggunaan air sebagai pelarut kurang efektif digunakan karena air dapat
menyebabkan kerusakan pada bahan aktif menjadi lebih cepat, terjadi pembengkakan
sel dan larutan mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme (Lumbanraja et al., 2019).

Menurut hasil penelitian (Marfu’ah et al., 2019) menunjukkan bahwa ekstrak


etanol daun bidara dengan konsentrasi 07%, 80%, dan 90% tidak efektif menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Senyawa metabolit sekunder yang
berperan sebagai antibakteri tidak terekstrak sempurna. Selain itu, kemungkinan lain
adalah dikarenakan konsentrasi ekstrak etanol daun bidara belum tepat sehingga tidak
menunjukkan hasil yang signifikan.

Sedangkan menurut hasil penelitian (Haeria et al., 2018) fraksi dari ekstrak larut
etil asetat menunjukkan aktivitas antibakteri terbaik terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococus aureus, dan Escherichia coli dengan zona hambat berturut turut 12,5 mm
dan 14,1 mm. Fraksi B mengandung golongan senyawa steroid, flavonoid dan senyawa
organik. Hal ini sesuai dengan penelitian (Bintoro et al., 2017) yang menggunakan
metode ekstraksi untuk menghasilkan ekstrak daun bidara dengan etil asetat sebagai
pelarutnya. Pelarut etil asetat dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang semipolar
namun cenderung lebih banyak menarik zat aktif yang bersifat polar, zat aktif yang akan
diteliti yaitu saponin. Saponin merupakan senyawa aktif yang bersifat polar.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan perbandingan


pelarut yang cocok terhadap proses pemisahan agar efektif sebagai anti bakteri.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret tahun 2021 di Laboratorium Kimia,
Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo

3.2 Alat dan Bahan

Alat : cawan petri, timbangan analitik, erlenmeyer, tabung reaksi, batang pengaduk,
kertas label, aluminium foil, masker, pipet ukur, pinset, dan gelas ukur, Seperangkat alat

4
maserasi modifikasi yaitu: Batang pengaduk, Chumber dan penutup chumber, Corong
gelas, cawan porselin, Gelas kimia, Pipet tetes, Rak tabung, Rotary Evaporator,
Seperangkat Maserasi, Tabung reaksi, Toples.

Bahan : Bahan utama yang digunakan daun bidara (Ziziphus mauritania L.) yang
berasal dari daerah Gorontalo, aquades, metanol, n-heksana, kertas saring, HCl pekat,
serbuk Mg, pereaksi Liberman-bouchardat, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendrof, Silika
Gel(GF 254)

3.3 Preparasi Sampel

Sampel daun bidara dibersihkan dengan air, dirajam kemudian dikeringkan di


udara terbuka selama 2 hari, kemudian dilanjutkan pengeringan menggunakan oven
pada suhu 40℃ selama 7 jam. Setelah kering dihaluskan menggunakan blender agar
didapatkan serbuk sampel atau simplisia.

3.4 Ekstraksi Sampel

Daun bidara (Ziziphus mauritiana L.) yang digunakan ialah daun bidara dengan
kriteria daun berwarna hijau muda yang diambil daun pertama sampai ke enam dari
pucuk. Selanjutnya, daun bidara yang diperoleh dibersihkan terlebih dahulu untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat pada daun. Kemudian, ditiriskan dan
dikeringkan menggunakan oven pada suhu ± 50°C selama 4 jam sampai daun bidara
mudah dihancurkan. Selanjutnya, dihancurkan menggunakan blender agar didapatkan
serbuk daun bidara (Lumbanraja et al., 2019).
Serbuk tersebut diayak menggunakan ayakan 80 mesh. Serbuk daun bidara yang
sudah diayak ditimbang sebanyak 50 gram, kemudian dimasukkan ke erlenmeyer dan
ditambahkan pelarut sesuai perlakuan, metanol 86% sebanyak 300 ml, perbandingan
bahan dengan pelarut 1:6. Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan dilakukan
proses maserasi selama 48 jam pada suhu kamar, sambil sampel diaduk setiap 12 jam
selama 5 menit, sehingga nantinya diperoleh ekstrak daun bidara yang masih bercampur
pelarut. Selanjutnya, dilakukan proses penyaringan menggunakan kertas saring kasar
yang menghasilkan filtrat I dan ampas (Lumbanraja et al., 2019).

3.5 Filtrasi dan Evaporasi

Filtrat yang diperoleh (filtrat I) ditampung, sedangkan ampas yang dihasilkan


dibilas menggunakan pelarut sesuai perlakuan (metanol 86%) sebanyak 50 ml.
Kemudian, diaduk selama 5 menit dan disaring kembali menggunakan kertas saring
kasar sehingga diperoleh filtrat II. Hasil filtrat I dan II dicampur.

5
Selanjutnya, disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh selanjutnya
dievaporasi menggunakan rotary evaporator vacuum pada suhu 40°C dengan tekanan
100 mBar. Proses evaporasi dihentikan pada saat semua pelarut sudah habis menguap
sehingga diperoleh ekstrak kental. Esktrak kental yang diperoleh dimasukkan ke reagen
sampel dan diberi label (Lumbanraja et al., 2019).

3.6 Skrining Fitokimia

a. Alkaloid
Masing-masing ekstrak di basakan dengan amonia, kemudian ditambahkan
kloroform, digerus kuat- kuat. Lapisan kloroform dipipet, kemudian di tambahkan asam
klorida 2N. Campuran dikocok kuat-kuat hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam di
pipet, kemudian dibagi atas tiga bagian. Bagian pertama di tambahkan pereaksi Mayer.
Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruhan atau endapan putih,
berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung alkaloid. Bagian kedua di tambahkan
pereaksi Dragendorff. Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati. Bila terjadi
kekeruhan atau endapan berwarna jingga kuning, berarti dalam ekstrak kemungkinan
terkandung alkaloid (Pratama et al., 2019).

b. Flavonoid
Ekstrak ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 mL asam klorida pekat dan
2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid positif jika terjadi warna
merah, kuning, jingga pada lapisan amil alkohol (Pratama et al., 2019).

c. Saponin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 mL air panas,
didinginkan kemudian dikocok selama 10 detik, jika terbentuk busa setinggi 1 sampai
10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1
tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Pratama et al., 2019).

d. Fenol / Polifenol
Ekstrak ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1 %. Jika terjadi
warna hijau, biru atau kehitaman menunjukkan adanya fenol/ polifenol (Pratama et al.,
2019).

e. Steroida / Triterpenoid
Ekstrak masing-masing digerus dengan eter, kemudian di pipet sambil disaring.
Filtrat di tempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering,
kedalam hasil pengeringan filtrat ditambahkan pereaksi Liberman – Burchard.
Terjadinya warna ungu menunjukan adanya senyawa triterpenoid, sedangkan adanya
warna hijau biru menunjukan adanya steroid (Pratama et al., 2019).

6
3.7 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Fraksi-fraksi Uji aktivitas dilakukan dengan metode Kirby-Bauer yang


dimodifikasi sebanyak 20 μl mikroba uji ditambahkan 10 ml medium NA. Campuran
dibuat dalam botol coklat lalu dituangkan ke dalam cawan petri secara aseptis dengan
digoyang-goyangkan agar merata dan dibiarkan memadat. Larutan sampel gabungan
fraksi diteteskan diatas paper disk dengan konsentrasi 3000 ppm. Paper disk
dimasukkan ke dalam cawan petri, di atas permukaan media NA. Cawan petri
diinkubasi selama 1 x 24 jam pada suhu 37℃. Aktivitas ditentukan berdasarkan
diameter zona bening disekitar paper disk, diukur dengan menggunakan jangka sorong.
Gabungan Fraksi yang menunjukkan zona hambat terbesar merupakan fraksi teraktif
yaitu Fraksi B dan digunakan dalam uji KLT bioautografi (Haeria et al., 2018).

3.8 Proses Pemurnian

a. Kromatografi lapis Lapis Tipis (KLT)


Pemisahan dengan KLT digunakan untuk mencari fase gerak yang terbaik yang
akan digunakan dalam kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan pada KLT
adalah silika gel GF254 dan sebagai fase gerak digunakan n-heksana dan metanol (7:3).
Bejana kromatografi sebelum digunakan untuk elusi, terlebih dahulu dijenuhkan dengan
fase geraknya. Sedikit fraksi positif flavonoid yaitu fraksi n-heksana dilarutkan dengan
pelarutnya (eluen yang akan dipakai) kemudian ditotolkan. Pada plat kromatografi lapis
tipis dengan menggunakan pipa kapiler. Setelah kering lalu dimasukkan dalam
bejana.Bila fase gerak telah mencapai batas yang ditentukan, plat diangkat, dan
dikeringkan di udara terbuka.Sebagai penampak noda digunakan asam sulfat. Noda
yang terbentuk diamati dengan lampu UV 254 nm kemudian dihitung Rf-nya
(Roosevelt & Ghari, 2018).

b. Kromatografi Kolom
Fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom adalah silika gel,
sedangkanfase geraknya digunakan fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik
pada KLT. Silika gel 60 (70-100) Mesh terlebih dahulu dipanaskan dalam oven pada
suhu 110℃, kemudian ditambahkan sedikit fase geraknya sehingga menjadi bubur.
Pelarut (fase gerak yang digunakan) dimasukkan ke dalam kolom sampai hampir penuh
dan keadaan kran kolom tertutup. Setelah itu kecepatan aliran kolom diatur dan fase
gerak dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam kolom sampai seluruhnya masuk ke
dalam kolom. Fase diam ini dielusi hingga homogen (kolom ini didiamkan selama 1
hari sehingga diperoleh pemampatan yang sempurna). Sementara itu sampel dilarutkan
dalam pelarut, kemudian sampel dimasukkan dengan hati-hati melalui dinding kolom
dan aliran fase gerak diatur. Begitu sampel masuk ke dalam fase diam, fase gerak
ditambahkan secara kontinyu sampai terjadi pemisahan. Eluen ditampung pada botol

7
vial fraksi setiap 3 mL, kemudian keseluruhan fraksi yang dihasilkan dilakukan KLT
penggabungan (Roosevelt & Ghari, 2018).

3.9 Identifikasi Senyawa

Senyawa hasil pemurnian diidentifikasi dengan spektroskopi UV-VIS untuk


mengetahui adanya ikatan rangkap, spektroskopi IR untuk mengetahui gugus fungsi dari
suatu senyawa, dimana masing-masing spektrum yang didapatkan dianalisa sehingga
didapatkan informasi ikatan rangkap dan gugus fungsi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Bintoro, A., Ibrahim, A. M., & Situmeang, B. (2017). Analisis dan Identifikasi Senyawa
Saponin Dari Daun Bidara (Zhizipus mauritania L.). Jurnal ITEKIMA, 2(1), 84–
94.

Haeria, Dhuha, N., & Habra, R. (2018). Aktivitas Antibakteri Fraksi-Fraksi Daun
Bidara ( Ziziphus mauritiana ). Ad-Dawaa’ Jurnal Pharm.Sci, 1(2), 94–104.

Lumbanraja, I. M., Wartini, N. M., & Suhendra, L. (2019). Pengaruh Suhu dan Waktu
Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara ( Ziziphus mauritiana L . )
sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 7(4),
551–560.

Marfu’ah, N., Ramadhani, C. A., & Hasanah, A. M. (2019). Uji Efektivitas Ekstrak
Etanol Daun Bidara (Ziziphus spina- christi L.) Terhadap Pertumbuhan
Propionibacterium acne. Pharmaceutical Journal of Islamic Pharmacy, 3(1), 1–5.
https://doi.org/10.21111/pharmasipha.v3i1.3296

Pratama, I. P., Aji, N., & Yulia, N. (2019). Pengaruh Campuran Pelarut Etil Asetat Dan
N-Heksana Terhadap Rendemen Dan Kandungan Metabolit Sekunder Ekstrak

9
Daun Bidara Arab (Ziziphus sphina-christi L). Jurnal Pharmacoscript, 2(1), 1–8.

Roosevelt, A., & Ghari, A. L. G. I. S. (2018). Identifikasi Senyawa Kimia Daun Bidara
(Ziziphusmauritianalam) Dari Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Ntt
Secara Kromatografi Lapis Tipis Dan Kromatografi Kolom. Jurnal Farmasi
Sandi Karsa, 6(7), 1–6. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

10
CURICULUM VITAE

A. Keterangan Diri Mahasiswa


1. NIM : 442417021
2. Nama : Ulin Sahami
3. Tempat/Tanggal Lahir : Limboto, 6 Juli 1998
4. Anak ke : 2
5. Jenis kelamin : Perempuan
6. Agama : Islam
7. Cita-cita : Menjadi Analisis Kimia
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Status Dalam Keluarga : Anak Kandung
10. Keadaan Dalam ekonomi : Cukup

11

Anda mungkin juga menyukai