Dosen Pengampu:
La Hamidu, S.Farm., M.Farm
Disusun Oleh :
Kelompok : 3
Anggun Sastiana 202002205
Diana Puspa Ratih 202002212
Etik Rahma Wati 202002221
Fernica Cahyani Putri 202002220
Grefiana 202002224
Iin Parlena 202002228
Klara Laurensia 202002232
Lita Anissa 202002236
Mei Nita A.M 202002240
Nurhalimah 202002244
Putri Latifah A.F 202002249
Shela Tri Mardiana 202002254
Sukmariah 202002258
Violeta Rika Safitri 202002262
Yasyfa Ahlya Putri 202002276
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT atas anugerah dari-Nya
kami mampu menyelesaikan Laporan Praktikum yang berjudul JENIS-JENIS
EKSTRAKSI ini. Penulis sangat bersyukur karena mampu menyelesaikan
Laporan Praktikum ini dengan tepat waktu sebagai pemenuh tugas mata kuliah
Kimia Bahan Alam 1. Selain itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak La Hamidu, S.Farm., M.Farm selaku dosen pengampu mata kuliah
Praktikum Kimia Bahan Alam 1 yang telah memberikan kami kesempatan untuk
menyusun Laporan Praktikum.
Kami menyadari bahwa penyususan Laporan Praktikum ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kritik serta saran yang membangun dari para pembaca
kami harapkan agar penyusuna laporan berikutnya dapat lebih baik lagi.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Praktikum.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
2.1 Pengertian Ekstraksi.........................................................................................3
2.2 Proses Ekstraksi...............................................................................................4
2.3 Jenis Jenis Ekstraksi.........................................................................................5
BAB III METODOLOGI....................................................................................8
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................8
3.2 Prosedur Kerja.................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana pemilihan pelarut untuk ekstraksi?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses awal dari pemanfaatan kandungan kimia berkhasiat dalam bahan alam yaitu
dengan melakukan penyarion/ekstraksi. Ekstraksi bertujuan untuk mendaparkan
"sari/ektrak dari tanaman tertentu yang akan digunakan sebagai obat atau bahan obat
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi merupakan tahapan penting
dalam pengolahan obat bahan alam karena akan menentukan jumlah dan kandungan
kimia yang dibutuhkan (Hamidu, 2022)
Ekstraksi adalah langkah awal yang menuntun pada proses isolasi metabolit sekunder
tanaman setelah proses preparasi sampel. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, ada dua
hal yang penting yaitu waktu dan suhu. Idealnya, peningkatan waktu dan suhu
meningkatkan kelarutan senyawa aktif dalam pelarutnya. Ada beberapa jenis ekstraksi
metabolit tanaman. Ekstraksi dapat terbagi menjadi ekstraksi dingin (maserasi, perkolasi)
dan ekstraksi panas (soxhletasi, refluks). Berdasarkan perkembangannya, ekstraksi
terbagi menjadi ekstraksi konvensional (seperti maserasi, perkolasi, sokletasi) dan non
konvensional (seperti ekstraksi yang dibantu ultrasonik, microwave dan lain sebagainya).
Berdasarkan prosesnya, ekstraksi terbagi atas ekstraksi bertahap (seperti maserasi) dan
ekstraksi berkesinambungan (seperti sokletasi dan refluks). Sampai dengan saat ini
metode maserasi dan sokletasi merupakan metode klasik yang masih bertahan digunakan
dalam produksi ekstrak yang mengandung senyawa bioaktif dari sampel bahan alam
terutama tumbuhan obat meskipun telah hadir metode non konvensional yang mungkin
menjanjikan proses yang lebih efisien dengan hasil yang efektif. Masing-masing metode
ekstraksi memiliki keunggulan dan kekurangan. Kekurangan metode maserasi adalah
waktu dan penggunaan pelarut yang lebih banyak dibanding metode Soxhletasi dan
metode ekstraksi yang dibantu ultrasonik. Selain itu, metode maserasi juga dianggap
kurang efektif karena memiliki efisiensi yang rendah dalam ekstraksi fenolik dibanding
metode konvensiaonal lain. Meski demikian, ekstraksi dengan maserasi masih banyak
digunakan karena relatif lebih aman untuk senyawa kimia yang bersifat termolabil
dimana proses ekstraksi tidak menggunakan panas, dengan proses dan alat yang
sederhana serta biaya yang relatif lebih murah. Sedangkan metode Soxhletasi cukup
menggunakan pelarut organik dalam jumlah yang lebih sedikit jika dibanding dengan
3
maserasi. Namun, metode soxhletasi memerlukan pelarut dengan tingkat kemurnian yang
4
lebih tinggi sehingga relatif lebih banyak menghabiskan biaya. Selain itu, metode
soxhletasi juga menggunakan panas yang mana tidak cocok untuk senyawa yang
termolabil karena dapat menyebabkan degradasi senyawa. Soxhletasi juga terbatas untuk
simplisia kering dan halus dalam jumlah terbatas. Penggunaan metode ekstraksi dengan
bantuan ultrasonik dirasa suatu alternatif untuk memberikan solusi dari kekurangan
metode maserasi maupun sokletasi untuk menarik senyawa fenolik dan flavonoid
(Hikmawanti,2021).
Bahan yang akan diekstraksi biasanya dalam bentuk kering dan padat sehingga
mudah diolah untuk proses selanjutnya. Proses pengeringan harus diperhatikan karena
setiap sampel memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Sampel yang mengandung
senyawa senyawa termolabil harus terhindar dari sinar matahari secara langsung untuk
meminimalkan reaksi kimia yang dapat diinduksi oleh sinar UV.
b. Pemilihan Pelarut
Pelarut yang digunakan tergantung pada sifat fisika kimia senyawa yang akan
diekstraksi. Sifat pelarut yang paling umum digunakan adalah sifat kepolarannya yaitu
pelarut polar, semipolar dan non polar.
Kontak antara pelarut dan permukaan bahan akan memberi kesempatan pada pelarut
untuk menembus masuk ke ruang sel dan melarutkan senyawa yang diinginkan. Faktor
yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui
lapisan lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung bahan
tersebut.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen berkhasiat
ini: diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri simpilisia dengan pelarut
tertentu ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan dengan tidak melakukan
proses pendidihan serta dengan memanaskan cairan penyari bersama dengan simplisia
yang akan diambil sarinya. Adapun pembagian metode ekstraksi:
5
Berdasarkan perbedaan suhu dikenal:
1. Maserasi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan. Cara ini
sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala industri (Agoes, 2007). Metode ini dilakukan
dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang
tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah memakan banyak waktu, pelarut yang
digunakan cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu,
beberapa senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi lain,
metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang bersifat termolabil
(Mukhriani, 2014).
2. Perkolasi
Menurut Guenther dalam Irawan (2010) Perkolasi adalah cara penyarian dengan
mengalirkan penyari melalui bahan yang telah dibasahi. Perkolasi adalah metoda
ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru.Perkolasi
banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam,terutama untuk
6
senyawa yang tidak tahan panas.
Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian bawahnya). Pelarut
ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian
bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru.
Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut
akan sulit menjangkau seluruh area. Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
pelarut dan memakan banyak waktu (Mukhriani, 2014).
3. Soxhlet
Soxhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
sampel padat dengan cara penyarian berulang-ulang dengan pelarut yang sama, sehingga
semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut
yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C6H14) untuk sampel kering dan metanol
(CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang dugunakan tergantung dari sampel alam
yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah
pengekstrakan berulang-ulang (continous extraction) dari sampel pelarut.
Metode ini dilakukan dengan menepatkan serbuk sampel dalam serum selulosa
(dapat digunakan kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan diatas labu dan
dibawah kondensor. Pelarut yang sesuai dimasukkan kedalam labu dan suhu penangas
diatur dibawah suhu refluks. Keuntungan dari metode ini adalah proses ekstraksi yang
continue, sampel terekstraksi oleh pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan banyak waktu. Kerugiannya adalah
senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak yang diperoleh terus-
menerus pada titik didih (Mukhriani, 2014).
4. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu
tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Refluks adalah teknik yang melibatkan kondensasi uap dan kembali kondensat ini ke
sistem dari mana ia berasal.
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam labu yang
dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik didih. Uap
terkondensasi dan kembali ke dalam labu.
7
5. Destilasi Uap Air
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap). Selama
pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling
bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian dari
kedua metode ini adalah senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (Seidel,
2006).
8
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Toples
2. Timbangan analitik
3. Tabung reaksi
4. Beaker glass
5. Sendok
6. Batang pengaduk
7. Alumunium foil
B. Bahan
9
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Institus Teknologi Bandung. Bandung
Falah, S., Suzuki, T., dan katayama, T. 2007. Chemical Constituents From Swietenia
Hamidu, L. 2022. Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam I. STIKES Adila. Bandar
Lampung
Hikmawati, N, P, E,. Sofia, F,. Zainal, A,. Vindianita. 2021. Pengaruh Variasi Metode
Ekstraksi Terhadap Perolehan Senyawa Antioksidan Pada Daun Katuk
(Sauropus androgynus (L.) Merr). Universitas Muhamamadiyah Prof. DR.
HAMKA. Jakarta
Seidel V., 2006. Initial and bulk extrac-tion. In: Sarker SD, Latif Z, & Gray AI, editors.
Natural Products Isola-tion. 2nd ed. Totowa (New Jersey). Humana Press Inc.
hal. 31-53