Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FITOKIMIA

“EKSTRAKSI PANAS”

Dosen Pengampu: Apt.Choirul Huda., M. Farm

Nama Anggota Kelompok:

1. Audy Dida Mayda 2013206005

2. Dita Arindea Tunggal Putri 2013206011

3. Putri Iman Warohmah 2013206023

4. Sonia Devi Yuliantari 2013206030

5. Zaina Putri Khusna 2013206033

S1 FARMASI

STIKES KARYA PUTRA BANGSA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya karena kita dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah “Fitokimia” secara teknis dan juga untuk
menambah ilmu pengetahuan baik penulis maupun pembaca nantinya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
“Fitokimia” Bapak Apt. Choirul Huda., M. Farm dan juga semua pihak yang membantu
atas terselainya makalah ini. Makalah yang berjudul “Ekstraksi Panas” ini membahas
segala hal yang berhubungan dengan ekstraksi panas, misanya sokhletasi, reflux, dan
digesti. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca khususnya
mahasiswa Farmasi.

Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karenanya, segala kritik dan saran akan kami terima dengan senang hati guna
tercapainya kesempurnaan makalah ini. Atas perhatiannya, kepada semua pihak
penulis ucapkan terima kasih.

Tulungagung, 12 Maret 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

I.3 Tujuan Pembahasan ....................................................................................... 2

Bab II Pembahasan

II.1 Ekstraksi Secara Umum

II.1.1 Pengertian ekstraksi .............................................................................. 3

II.1.2 Hal yang harus diperhatikan saat ekstraksi ........................................ 3

II.1.3 Proses ekstraksi ...................................................................................... 4

II.1.4 Tujuan ekstraksi .................................................................................... 4

II.2 Macam-Macam Ekstraksi

II.2.1 Berdasarkan Prosesnya ......................................................................... 5

II.2.2 Berdasarkan Metodenya ....................................................................... 5

II.3 Ekstraksi Panas Refluks

II.3.1 Pengertian refluks .................................................................................. 5

II.3.2 Kelebihan dan kekurangan metode refluks ........................................ 6

ii
II.3.3 Prinsip kerja metode refluks ................................................................. 6

II.3.4 Penerapan metode refluks ..................................................................... 7

II.4 Ekstraksi Panas Sokhletasi

II.4.1 Pengertian sokhletasi ............................................................................. 8

II.4.2 Kelebihan dan kekurangan metode sokhletasi.................................... 9

II.4.3 Prinsip kerja metode sokhletasi ............................................................ 9

II.4.4 Penerapan metode sokhletasi .............................................................. 10

II.5 Ekstraksi Panas Digesti

II.5.1 Pengertian digesti ................................................................................. 10

II.5.2 Kelebihan digesti .................................................................................. 10

II.5.3 Penerapan metode digesti.................................................................... 11

Bab III Penutup

III.1 Kesimpulan ................................................................................................. 12

III.2 Saran ............................................................................................................ 12

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dari campuran dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam tanaman. Ekstrak adalah
sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstrasi zat aktif dengan menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan serbuk
yang tersisa diberi perlakuan sedemikian hingga mencapai sediaan baku yang
ditetapkan.

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan diekstrak dengan menggunakan pelarut tertentu.

Jenis ektraksi yang sering digunakan terdapat dua macam, yaitu ekstraksi
dingin dan ekstraksi panas. Ekstraksi dingin adalah ekstraksi yang tidak melibatkan
proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari
rusaknya senyawa yang dimaksud rusak karena pemanasanan. Ekstraksi dingin
meliputi maserasi dan perkolasi. Sedangkan ekstraksi panas adalah ekstraksi yang
melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas secara otomatis akan
mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin. Metodanya adalah
sokhletasi, refluks, dan digesti. Pada makalah ini akan dibahas mengenai ekstraksi
dingin, yaitu sokhletasi, refluks, dan digesti.

Soxhletasi atau ekstraksi sinambung adalah proses ekstraksi dengan


menggunakan pelarut yang selalu baru dengan menggunakan soxhlet. ekstrasi terjadi
secara kontinyu, dengan jumlah pelarut yang relatif konstan. Refluks adalah proses
ekstraksi dengan pelarut yang didihkan beserta simplisia selama waktu tertentu tertentu
dan jumlah pelarutnya pelarutnya konstan, konstan, karna pelarut terus bersirkulasi

1
didalam refluks (menguap, didinginkan, kondensasi, kemudian menetes kembali ke
menstrum (campuran pelarut dan simplisia) di dalam alat). Umumnya dilakukan
pengulangan pada residu pertama, hingga didapat sebanyak 3-5 kali hingga didapat
proses ekstraksi sempurna (exhaustive extraction). Digesti adalah maserasi kinetik
(maserasi dengan pengadukan konstan) yang dilakukan pada suhu temperatur yang
lebih tinggi, umumnya 40-50o Celcius.

I.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian ekstraksi
2. Macam-macam metode ekstraksi.
3. Ekstraksi panas secara sokhletasi.
4. Ekstraksi panas secara refluks.
5. Ekstraksi panas secara digesti.

I.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk memahami mengenai ekstraksi.
2. Untuk mengetahui dan membedakan metode ekstraksi.
3. Untuk mengetahui mengenai ekstraksi panas sokhletasi.
4. Untuk mengetahui mengenai ekstraksi panas refluks.
5. Untuk mengetahui mengenai ekstraksi panas digesti.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Ekstraksi Secara Umum


II.1.2 Pengertian ekstraksi
Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman,
hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa senyawa yang
mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat aktif pada tanaman dan hewan
terdapat didalam sel namun sel tanaman dan hewan begitu pula ketebalan masing
masing berbeda sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu tertentu
dalam mengeksrtaknya. mengeksrtaknya. Proses terekstraknya terekstraknya zat aktif
pada sel tanaman adalah pelarut organik akan menembus dindidng sel dan masuk
kadalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut pada pelarut
organik tersebut hingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam
sel dan pelarut organik diluar sel, maka larutan terpakat akan didistribusi keluar sel dan
proses ini terulang sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif
dengan konsentrasi cairan zat aktif dan diluar sel.

II.1.2 Hal yang harus diperhatikan dalam proses ekstraksi


Dalam proses ekstraksi terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:
1. Derajat kehalusan
Berhubungan dengan luas atau kecilnya sudut kontak antara larutan penyari dan
zat aktif, penyaringan dengan berbagai ukuran diameter (mess) membantu
dalam mengatur derajat kehalusan namun tidak dibenarkan apabila terlalu halus
karena dapat menyumbar dari pori pori saringan dan menyulitkan proses
ekstraksi selain itu dapat juga merusak zat aktifnya
2. Larutan penyari
Pemakaian pelarut atau larutan penyari disesuaikan dengan senyawa taget yang
akan di ambil, pemilihannya berupa sifat polaritas. (polar, non polar dan semi
polar).

3
Senyawa polar hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, metanol,
butanol dan air. Senyawa non-polar juga hanya akan larut pada pelarut non-
polar, seperti eter, kloroform dan n-heksana (Gritter et al., 1991). Pelarut non
polar (n-heksana, aseton) dapat mengekstrak likopen, triterpenoid dan sebagian
kecil karotenoid, sedangkan senyawa xanthin dan senyawa polar lainnya akan
terekstrak ke dalam pelarut polar (metanol, etanol) (Arifulloh, 2013).
Sedangkan pelarut semi polar mampu menarik senyawa termasuk likopen, b-
karoten, vitamin C, padatan terlarut dan total fenol (Ma’sum dkk., 2014).
Pelarut yang digunakan harus dapat melarutkan zat yang diinginkannya,
mempunyai titik didih yang rendah, murah, tidak toksik dan mudah terbakar
(Harborne, 1987).
3. Banyaknya simplisia yang digunakan.

II.1.3 Proses ekstraksi


Secara umum, proses yang terjadi selama ekstraksi meliputi tiga bagian, antara lain :
1. Penetrasi: Proses masuknya pelarut kedalam jaringan sel dari simplisia
sehingga terjadinya swelling (pengembangan).
2. Disolusi: proses melarutnya larutan penyari dengan zat aktif didalam jaringan
sel.
3. Difusi: Terdorong keluarnya senyawa aktif oleh larutan penyari dari simplisia.

II.1.4 Tujuan Ekstraksi


Secara umum. Ekstraksi memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. Memurnikan sejumlah secukupnya dari campuran senyawa untuk
dikarakterisasi sebagian atau secara penuh.
2. Menyediakan senyawa yang cukup untuk konfirmasi membolehkan atau
menolak struktur yang diajukan.
3. Produksi secara maksimum kandungan senyawa sehingga bisa digunakan untuk
langkah selanjutnya atau digunakan sebagai uji aktifitas biologi.

4
II.2 Macam-Macam Ekstraksi
II.2.1 Berdasarkan prosesnya
Berdasarkan prosesnya, ekstraksi dibedakan menjadi:
1. Ekstraksi cair-cair, yaitu proses pemisahan cairan dari suatu larutan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.
2. Ekstraksi padat-cair, yaitu proses pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.

II.2.2 Berdasarkan metodenya


Berdasarkan metodenya, ekstraksi dapat dibedakan menjadi:
1. Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan
perkolasi.
2. Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya panas
secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan cara dingin.
Metodanya adalah sokhletasi, refluks, dan digesti.

II.3 Ekstraksi Panas Secara Refluks


II.3.1 Pengertian refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendinginan
balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengekstraksi bahan-bahan yang tahan
terhadap pemanasan (Sudjadi,1986).

5
II.3.2 Kelebihan dan kekurangan metode refluks
Kelebihan dari metode refluks, antara lain:

1. Digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar


dan tahan pemanasan langsung.
2. Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama proses pemanasan
jika digunakan pelarut yang mudah menguap atau dilakukan ekstraksi jangka
panjang, karena setiap uap segera terkondensasi di kondensor rkondensasi di
kondensor.

Kekurangan dari metode refluks, antara lain:

1. Dibutuhkan pelarut yang cukup banyak.


2. Prosesnya sangat lama, karena dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga termasuk proses ekstraksi sempurna. dan
diperlukan alat-alat yang tahan terhadap pemanasan.

II.3.3 Prinsip kerja metode refluks


Pemanasan suhu tinggi tanpa ada zat yang dilepaskan. Tabung kondensor dihubung
kan dengan selang berisi air dingin. Selang air masuk ada di bagian bawah dan selang
air keluar di bagian atas.

Prinsip kerja pada rangkaian refluks ini terjadi empat proses, yaitu :

1. Heating, terjadi pada saat feed dipanaskan di labu didih, evaporating


(penguapan) terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubah fase menjadi
uap yang kemudian uap tersebut masuk ke kondensor dalam,
2. Evaporating (Penguapan),
3. Kondensasi (Pengembunan), proses ini Kondensasi (Pengembunan), proses ini
terjadi di kondensor, jadi terjadi perbedaan terjadi perbedaan suhu antara
kondensor dalam yang berisi uap panas dengan kondensor luar yang berisikan
air dingin, hal ini menyebabkan penurunan suhu dan perubahan fase dari steam
tersebut untuk menjadi liquid kembali

6
4. Cooling, terjadi di dalam ember, di dalam ember kita masukkan batu es dan air,
sehingga ketika kita menghidupkan pompa, air dingin akan mengalir dari
bawah menuju kondensor luar, air harus dialirkan dari bawah kondensor bukan
dari atas agar tidak ada turbulensi udara yang menghalangi dan agar air terisi
penuh.

Prosedur dari sintesis dengan metode refluks adalah semua reaktan atau bahannya
dimasukkan dalam labu bundar leher tiga. Kemudian dimasukkan batang magnet stirer
setelah kondensor pendingin air terpasang campuran di aduk dan di refluks selama
waktu tertentu sesuaidengan reaksinya. Pengaturan suhu dilakukan pada penangas air,
minyak atau pasir sesuai dengan kebutuhan reaksi. Pelarut akan mengekstraksi dengan
panas, terus akan menguap sebagai senyawa murni dan kemudian terdinginkan dalam
kondensor, turun lagi ke wadah, pengekstraksi lagi. Demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyaringan sempurna. Gas N2 dimasukkan pada
salah satu leher dari labu bundar.

II.3.4 Penerapan metode refluks


Pada rangkaian refluks terjadi empat proses, yaitu:

1. proses pemanasan
2. penguapan
3. pendinginan
4. pengembunan.

Heating terjadi terjadi pada saat feed dipanaskan dipanaskan di labu didih.

Evaporating (penguapan) terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubahfase
menjadi uap yang kemudian uap tersebut masuk ke kondensor dalam.

Kondensasi (Pengembunan), proses ini terjadi di kondensor, jadi terjadi perbedaan


perbedaan suhu antarakondensor antarakondensor dalam yang berisi uap panas dengan
kondensor luar yang berisikan air dingin, hal ini menyebabkan penurunan suhu dan
perubahan fase dari steam untuk menjadi liquid kembali.

7
Cooling, terjadi di dalam ember, di dalam ember kita masukkan batu es dan air,
sehingga ketika kita menghidupkan pompa, air dingin akan mengalir dari bawah
menuju kondensor luar, air harus dialirkan dari bawah kondensor bukan dari atas agar
tidak ada turbulensi udara yang menghalangi dan agar air terisi penuh.

II.4 Ekstraksi Panas Sokhletasi


II.4.1 Pengertian sokhletasi
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponent yang
terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini adalah penyaringan yang berulang-ulang
sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila
penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah
zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap
dan dapat. melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut.

Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai


alat soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi
digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap
pemanasan.
Sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,
sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontiniu akan membasahi sampel,
secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa
senyawa kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa
kimia pada labu distilasi yang diuapkan sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi
bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu zat padat,
maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan.

8
II.4.2 Kelebihan dan kekurangan metode sokhletasi
Kelebihan sokletasi:

1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.


2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.

Kekurangan sokletasi:

1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah
menguap.

II.4.3 Prinsip kerja metode sokhletasi


Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan secara berurutan pelarut - pelarut
organik dengan kepolaran yang semakin menigkat. Dimulai dengan pelarut heksana,
eter, petroleum eter, atau kloroform untuk memisahkan senyawa - senyawa terpenoid
dan lipid - lipid, kemudian dilanjutkan dengan organik dan etil asetat untuk
memisahkan senyawa - senyawa yang lebih polar. Walaupun demikian, cara ini
seringkali tidak menghasilkan pemisahan yang sempurna dari senyawa - senyawa yang
diekstraksi.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang


sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa
dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini
akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan

9
sampel tidak alami lagi. Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena
ada kemungkinan saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi
dari pipa kapiler karena sampel tidak terendam seluruhnya.

I.4.4 Penerapan metode sokhletasi


Penerapan metode sokletasi dalam jurnal (hasrianti, 2016) : metode sokletasi
menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat dihemat karena
terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk
senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.

II.5 Ekstraksi Panas Secara Digesti


II.5.1 Pengertian ekstraksi digesti
Digesti adalah metode ekstraksi dengan cara maserasi kinetik (pengadukan
kontinyu) menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 – 500C. Cara maserasi
ini hanya dapatdilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.

II.5.2 Kelebihan ekstraksi digesti


Dengan pemanasan diperoleh keuntungan antara lain:
1. Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisanbatas.
2. Daya melarutkan cairan penyari akan meningkat, sehingga pemanasan
tersebutmempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan.
3. Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik
dengan kekentalan, sehingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan
difusi. Umumnyakelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan.
4. Jika cairan penyari mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan akan menguap kembali ke
dalam bejana.

10
II.5.3 Contoh penerapan ekstraksi digesti
Contoh penerapan ekstraksi digesti yaitu uji efektivitas ektraksi antara meserasi dengan
digesti terhadap kadar flavonoid buah naga putih (Hylocereus undagus).
Tujuan dari ekstraksi ini adalah Untuk mengeluarkan senyawa bioaktif
(antioksidan) yang ada di dalam daging buah dapat dilakukan melalui metode ekstraksi.
Sehingga perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas ekstraksi antara maserasi
dengan digesti yang paling tepat untuk mendapatkan kadar flavonoid tertinggi dari
buah naga putih (Hylocereus undatus).
Adapun alat yang digunakan dalam ekstraksi ini, yaitu labu ukur, timbangan
analitik, cawan timbang, gelas ukur, gelas arloji, mikropipet, pipet tetes, volume pipet,
matpipet, vortex, beker glass, pengaduk, neraca analitik, kertas saring dan
spektrofotometer UV – Vis beserta kuvet, rotary evaporator, dan hot plate.
Tahap-Tahap Ekstraksi maserasi digesti terhadap kadar flavonoid buah naga
putih (Hylocereus undagus), antara lain:
1. Persiapan Sampel
2. Tahap ekstraksi maserasi
Sebanyak 50 gram buah naga putih yang telah dihancurkan, dimaserasi dengan
etanol 96% sebanyak 250 mL selama 24 jam. Setelah itu campuran disaring
dengan kertas saring untuk memisahkan ampas dan filtratnya. Filtrat yang
didapat diuapkan dan dipekatkan kembali dengan rotary evaporator pada suhu
600 – 700C.
3. Tahap ekstraksi digesti
Sebanyak 50 gram buah naga putih yang telah dihancurkan, didigesti dengan
etanol 96% sebanyak 250 mL. Campuran diuapkan dengan hot plate pada suhu
400 –500C selama 3 jam. Setelah itu campuran disaring dengan kertas saring
untuk memisahkan ampas dan diambil filtratnya. Filtrat yang telah dihasilkan
disebut sebagai hasil ekstrak digesti.

11
BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan

Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian tanaman,
hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung senyawa senyawa yang
mudah larut dalam pelarut organik. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik
komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa
antimikroba dan antioksidan diekstrak dengan menggunakan pelarut tertentu. Jenis
ektraksi yang sering digunakan terdapat dua macam, yaitu ekstraksi dingin dan
ekstraksi panas. Dari semua jenis metode ekstraksi masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan sendiri, maka dari itu, pemilihan teknik atau metode ekstraksi yang
tepat merupakan bagian yang penting untuk mencapai hasil ekstraksi yang maksimal.

III.2 Saran

Pada makalah “Ektraksi Panas”, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya juga segala kritik dan saran akan senantiasa kami terima dengan hati yang
terbuka. Sekian dari kami, atas perhatiannya dari semua pihak, kami sampaikan terima
kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hasrianti, dkk ; 2016 ; Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah Dan Asam Asetat Sebagai
Pengawet Alami Bakso ; Jurnal Dinamika ; Vol. 07 No.1

Laksmiani, N.P.L, dkk ; 2015 ; Pengembangan Metode Refluks Untuk Ekstraksi


Andrografolid Dari Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness) ;
Fakultas MIPA,Udayana ; Vol. 4 No. 2.

Nudiasari,Vikry dkk ; 2019 ; Efektivitas Ektraksi Antara Meserasi Dengan Digesti


Terhadap Kadar Flavonoid Buah Naga Putih (Hylocereus undagus) ; Analis Kesehatan
Sains ; Vol.8 No.1.

13

Anda mungkin juga menyukai