Anda di halaman 1dari 17

EKSTRAKSI

Pendahuluan, Hukum Distribusi, dan Teori – Teori Terkait Ekstraksi

Dosen pengampu :

Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si.

Dr. Yudhi Utomo M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 2 Offering D

1. Dhimas Bagus Kurniawan (190331622887)


2. Farras Nur Alifa (190331622904)
3. Fikriyah Qonita Aisy (190331622803)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2021
Kata Pengantar

Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt., Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan begitu banyak nikmat bagi kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
“Ekstraksi: Pendahuluan, Hukum Hukum Distribusi, dan Teori – Teori Terkait Ekstraksi” ini dengan baik
dan tepat waktu.

Ucapan terima kasih kami tujukan kepada Ibu Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si dan Bapak Dr.
Yudhi Utomo, M.Si. yang membimbing kami dalam mata kuliah Pemisihan Kimia dan Analisis
Instrumentasi. Semoga segala letih dan penat yang dirasakan selama membimbing kami bernilai pahala
dan dapat diterima oleh Allah swt.

Ungkapan terima kasih juga kami ucapkan kepada kedua orang tua yang telah senantiasa mendidik
dan membesarkan kami sehingga kami dapat mengenyam pendidikan di bangku kuliah ini. Tidak akan
pernah cukup kami membalas semua jasa-jasamu. Hanya iringan doa yang selalu kami panjatkan
untukmu.

Makalah “Ekstraksi: Pendahuluan, Hukum Hukum Distribusi, dan Teori – Teori Terkait Ekstraksi”
ini memuat informasi mengenai bagaimana ekstraksi terjadi, hukum hukum distrubusi apa saja yang ada
pada ekstraksi, serta teori teori yang ada terkait dengan ekstraksi.

Akhirnya kami selaku penyusun memohon maaf apabila terdapat kekeliruan dalam penyusunan
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dapa menjadi bahan koreksi penyusun agar dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi ke depannya.

Malang, Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode pemisahan secara fisika ada banyak macamnya salah satunya adalah ekstraksi. Proses
ekstraksi terjadi sangat umum dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan sehar – hari. Contohnya
adalah seperti menyeduh kopi panas di pagi hari. Ini adalah contoh yang paling umum dimana di
mana air panas merupakan pelarut yang terbaik untuk sejumlah besar senyawa yang dikandung di
dalam biji kopi.
Proses ekstraksi dalam membuat kopi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menyeduh kopi
serbuk di dalam segelas air panas merupakan cara ekstraksi yang kurang efektif karena hanya
melibatkan 1 kali proses ekstraksi. Cara lain adalah ketika membuat kopi dengan mesin kopi di man
air panas yang mengekstrak senyawa senyawa kimia mengalir berkali kali dan ekstraksi berlangsung
secara efektif.pembuatan kopi dengan cara ini merupakan metode ekstraksi kontinyu yang akan
menghasilkan kopi dengan campuran senyawa kimia yang lengkap.
Selain kopi, banyak sekali barang dan bahan bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari
hari merupakan hasil dari proses ekstraksi. Minyak goreng, kayu putih, minyak wangi, obat obatan,
makanan suplemen, dan lain lain merupakan contohnya. Proses ekstraksi merupakan proses biasa dan
berguna dalam kehidupan sehari hari namun sering kali tidak disadari oleh kita.
Metode ekstraksi juga sering digunakan bersamaan dengan reaksi kimia. Pemisahan logam
logam atau senyawa organik tertentu dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa senyawa yang
hendak dipisahkan dengan bantuan pereaksi kimia.
Ektraksi merupakan metode pemisahan mirip distilasi. Pada praktiknya, metode distilasi dan
ekstraksi dapat dilakukan bersamaankarena beberapa sifat ekstraktan yang ada membutuhkan kedua
proses tersebut.paduan metode ini disebut “distilasi ekstraktif”. Metode ekstraksi modern melibatkan
perubahan fisika dan juga perubahan kimia.
Ekstraksi sendiri adaaproses menarik yang dapat melibatkan banyak perubahan, baik perubahan
fisika maupun kimia yang menyangkut perubahan lebih struktural terhadap bahan. Banyak hal yang
dilakukan untuk memperbaiki kualitas proses ekstraksi dengan memperhatikan sifat sifat fisika dan
kimia dari bahan yang hendak diekstraksi. Banyak metode menarik yang digunakan untuk menjaga
keutuhan struktur senyawa atau bahan yang tidak terlalu stabil.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendahuluan
Proses ektraksi untuk definisi pemisahan kimia merupakan cara memisahkan zat terlarut
melalui 2 buah pelarut (biasanya cair) yang dapat melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini
tidak dapat saling melarutkan. Sampel dilarutkan dalam ‘rafinat’ yang berada dalam kontak
‘ekstraktan’ sehingga terjadi perpindahan molekul zat terlarut karena perbedaan kelarutan di dalam
kedua jenis pelarut. Dengan demikian, pemisahan cara kimia terjadi secara alami dalam 2 pelarut
cair-cair.
Dalam proses ekstraksi ada beberapa peristiwa yang dapat menggambarkan terjadinya peristiwa
mikro yang mungkin ada dalam sistem. Beberapa persitiwa itu adalah:
a. Distribusi dari senyawa senyawa yang dapat larut dalam 2 jenis pelarut yang tidak dapat
bercampur. Jika interaksi zat terlarut berjalan normal dan tidak ada penyimpangan maka
distribusi solut akan mengikuti harga konstanta distribusinya. Namun yang sering terjadi
adalah perubahan distribusi karena banyaknya kemungkinan interaksi antara pelarut dan zat
terlarut. Proses ini terjadi secara spontan dalam waktu yang tidak terlalu lama.dalam
keadaan kesetimbangan, konsentrasi zat terlarut dalam 2 pelarut selalu berada dalam
perbandingan tetap. Keadaan akan berubah jika temperatur dan tekanan berubah. Biasanya
kelarutan akan meningkat pada temperatur yang lebih tinggi dan juka jika tekanannya
dinaikkan.
b. Interaksi kimia pada fase air. Dalam pelarut polar seperti air kemungkinan senyawa organik
yang polar untuk bermuatan dalam pelarut air sangat besar. Dengan demikian, interaksi
yang terjadi di fase air harus diperhitungkan karena jumlah komponen akan berkurang
karena adanya interaksi. Permainan pH biasanya aka membantu mengatasi penyimpangan,
namun dalam hal ini pH juga harus diperhitungkan dalam perhitungan perhitungan.
c. Interaksi kimia pada fase organik. Biasanya senyawa yang diambil yang lebih larut dalam
pelarut organik dimbandingkan dengan pelarut air. Dalam keadaannya, dimerisasi adalah
gejala utam yang sering terjadi terjadi pada solut yang berupa senyawa organik polar
seperti asam asam organik dalam pelarut organik.

Proses ekstraksi modern melibatkan lebih banyak fase dalam operasionalnya. Salah satu ciri
khas ekstraksi modern adalah analisis dalam jumlah kecil. Dengan demikian, penggunaan kata
“mikro” ekstraksi sudah sangat umum. Selain jumlah sampel yang relatif kecil, model model
ekstraksi modern sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia senyawa yang dipisahkan. Volatilitas
serta permainan dengan temperatur memungkinkan sampel yang paling sulit sekalipun dapat
dianalisis, baik yang paling volatil maupun yang harus melalui ekstraksi sublimasi dapat dilakukan
pada tingkat yang akurasi pula.
2.1 Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi ekstraksi (Ubay, 2011)
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut yang terekstrak dan
kecepatan ekstraksi.
2. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang
terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti
lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semakin kecil.
5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut dengan zat
terlarut.
6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, karena kontak antara
zat terlarut dengan pelarut lebih lama.
A. Pelarut yang Digunakan dalam Ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut yang digunakan sangatlah penting untuk tercapainya
keberhasilan proses ekstraksi diantaranya :
a. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari
bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain
(misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal
itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi
dengan menggunakan pelarut kedua.
a. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
pelarut lebih sedikit).
b. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan
ekstraksi.
c. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya
kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal.
d. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-
kornponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang
akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
e. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak
boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau dari
segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih
pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan
yang rendah).
f. Kriteria lain

Pelarut sedapat mungkin harus

- murah

- tersedia dalam jumlah besar

- tidak beracun

- tidak dapat terbakar

- tidak eksplosif bila bercampur dengan udara

- tidak korosif

- tidak menyebabkan terbentuknya emulsi

- memilliki viskositas yang rendah

- stabil secara kimia dan termis.

Karena hampir tidak ada pelarut yang memenuhi syarat di atas,


maka untuk setiap proses ekstraksi harus dicari pelarut yang paling
sesuai.
Beberapa pelarut yang terpenting adalah : air, asam-asam organik dan
anorganik, hidrokarbon jenuh, toluen, karbon disulfit, eter, aseton,
hidrokarbon yang mengandung khlor, isopropanol, etanol.

2.2 Hukum Distribusi dan Parameter-Parameter Ekstraksi


Hukum distribusi adalah perbandingan kelarutan suatu senyawa
dalam 2 pelarut yang berbeda yang dapat dirumuskan dalam rasionya.
Rumusan paling umum untuk menggambarkan distribusi zat terlarut
dalam 2 pelarut yang tidak bercampur sering dinyatakan pada persamaan

[ A ] raf
KD¿
[ A ] ekst

Jika terdapat 2 atau lebih zat terlarut yang mempunyai harga


konstanta distrubusi yang pasti berbeda dalam sebuah sistem 2 buah
pelarut, kedua zat terlarut ini pasti dapat dipisahkan. Mudah atau
sukarnya kedua komponen campuran tersebut terpisah tergantung pada
banyak hal. Dalam persamaan ini konsentrasi zat terlarut di pelarut
pertama dibandingkan dengan konsentrasi senyawa yang sama di pelarut
kedua. Adapaun fase dari kedua pelarut kini bisa cair, padat, maupun gas.
Rancangan sistem kebanyakan lebih bergantung pada kedua fase
pelarutnya.
Konstanta distribusi sangat bergantung pada keadaan. Selain
bergantung pada kedua jenis pelarut, konstanta distribusi juga
dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan udara. Jika temperatur
dinaikkan biasanya mobilitas molekuler senyawa maupun pelarut akan
bertambah dan hal ini pasti mengubah harga konstanta karena berubahnya
kelarutan. Demikian pula jikia terjadi interaksi molekular antara pasangan
pelarut atau antara pelarut pelarut dan zat terlarut yang hendak
dipisahkan. Hal ini berhubungan dengan jumlah serta konsentrasi dari
senyawa yang menjadi dasar perhitungan konstanta distribusi.
A. Isoterm Distribusi
Kesetimbangan distribusi untuk sebuah zat terlarut dalam sebuah
sistem pada kondisi tertentu dapat dideskripsikan sebagai grafik
konsentrasi zat terlarut. Distribusi kesetimbangan zat terlarut dalam
pelarutnya dapat digambarkan dalam 3 kemungkinan seperti gambar:

Konsentrasi senyawa yang larut dalam pelarut idealnya mempunyai


isoterm normal seperti pada gambar ketiga, membentuk garis lurus
yang menandakan kestabilan proses pemisahan pada temperatur dan
tekanan tetap. Ada larutan yang terbentuk dengan sangat cepat di awal
atau malah di akhir yang menandakan adanya ketidakidealan dalam
sistem. Adanya interaksi tambahan antarmolekul pelarut dan zat
terlarut dapat dipastikan mempengaruhi kesetimbangan pemisahan.
B. Angka Banding Distribusi
Pada kenyataannya, derivasi hukum distribusi sering dilakukan untuk
pembagian zat terlarut dalam 2 buah pelarut cair. Sering kali yang
digunakan adalah pelarut organik dan pelarut anorganik yang
merupakan pelarut polar, biasanya adalah air. Dengan demikian,
hukum distribusi sering dirumuskan kembali sebagai:
[ A ] org
KD¿
[ A ] aq

Adapun harga KD tidak tetap karena beberapa zat terlarut mengalami


perubahan kelarutan dengan mudah jika kondisi sistem berubah.
Senyawa yang mudah terion konsentrasinya akan berkurang jika
dilarutkan dalam pelarut air, dan berkurangnya konsentrasi ini
merupakan fungsi konstanta ionisasinya. Selain itu, senyawa organik
dalam pelarut organik juga sering mengalami interaksi molekuler,
berupa kecenderungan untuk membentuk dimer atau trimer. Adapaun
contoh yang yang sering digunakan untuk menggambarkan perubahan
harga konstanta distribusi menjadi angka banding distribusi ini adalah
ekstraksi asam benzoat dengan menggunakan pelarut benzena dan air.
Di dalam air, asam benzoat adalah asam lemah, sehingga terion
sebagian. Dengan menambah asam klorida, ionisasi dapat dikurangi.
Perbandingan konsentrasi asam benzoat dalam air asam (dengan
penambahan HCl) dan dalam pelarut organik eter dapat dituliskan
sebagai:

[ HB ] et
KD¿
[ HB ] aq

Dimana [HB]et adalah konsentrasi asam benzoat dakam eter dan


[HB]aq adalah konsentrasi asam benzoat dalam air. Jika air tidak
diasamkan, maka asam benzoat yang merupakan asam organik (asam
lemah) akan terdisosiasi menurut persamaan HB H+ + H- yang
mempunyai harga konstanta ionisasi asam sebagai berikut:
+¿+¿¿
Ka = [ H ] ¿
Karena adanya ionisasi ini maka harga konsentrasi HB dalam air akan
berkurang karena molekul asam benzoat akan terurai sebagian.
Konsekuensinya adlaah konstanta distribusi harus dikoreksi dan faktor
Ka harus dimasukkan.

Di lain pihak, jika eter diganti dengan oleh pelarut organik lain yaitu
benzena, partikel asam benzoat akan mengalami dimerisasi ( 2 molekul
akan bergabung menjadi 1). Hal ini normal untuk asam benzoat dalam
pelarut benzena, namun dimerisasi ini akan mengurangi konsentrasi
asam benzoat dalam pelarut organik tersebut. Asam benzoat akan
membentuk dimer parsial 2[HB] [HB].[HB] dan mempunyai harga
konstanta dimerisasi seperti digambarkan di bawah ini:

[ HB . HB]
Kd = 2
[HB ]

Jika semua keadaan tersebut diperhitungkan dalam menghitung


konstanta distribusi, maka didapat besaran baru yang diberi nama rasio
distribusi (D) dan dapat ditulis sebagai berikut:

[ As . benzoat ] tot , org


D = atau D =
[ As . benzoat ] tot , aq

[ HB ] org+ 2[HB . HB ]org


[ HB ] aq +[ B]−¿ aq ¿

[ HB]
Karena B-= Ka dan [HB.HB] = Kd [HB]2 maka dengan substitusi
¿ ¿¿
semuanya dalam 1 persamaan, akan didapatkan persamaan baru:
Dalam ekpresi baru untuk harga D ini dapat dilihat bahwa pH
memainkan peranan penting dalam penentuan D. Dalam hal ini berarti
rasio distribusi dapat diubah dengan mengubah derajat keasamaan
sistem atau pH. Dalam larutan asam, maka harga D besar, sehingga
asam benzoat lebih banyak dalam pelarut organik, dan sebaliknya.
Harga D juga bisa sama dengan KD jika zat terlarutnya tidak ada
interaksi secara fisik dan kimia. Proses ekstraksi tidak pernah
sederhana karena setiap senyawa mempunyai kemungkinan
berinteraksi dengan pelarut yang dipilih. pasti ada saja penyimpangan
dari keadaan idelanya. Penyimpangan penyimpangan tersebut
memberikan konsekuensi yang berbeda daripada proses distilasi.

C. Faktor Terekstrasi

Fraksi terekstraksi sering disebut persen terekstraksi adalah


besaran penting untuk menyatakan tingkat keberhasilan suatu proses
ekstraksi. Fraksi terekstraksi diartikan sebagai bagian yang terambil dari
tempat( bisa jadi fase air, oleh pelarut organik, atau ekstraksi dari
matriks asalnya) dibandingkan dengan jumlah zat yang dimaksud
awalnya. Dalam sistem alami jumlah total sering tidak diketahui.
Fraksi terekstraksi diperhitungkan untuk merancang sebuah
proses pemisahan. Proses ekstraksi tidak efektif jika dilakukan hanya
sekali, perlu dilakukan ekstraksi berulang agar diperoleh hasil
pemisahan yang efektif. Campuran-campuran alam yg sulit dipisahkan
memerlukan strategi khusus untuk menaikkan fraksi tersebut.
Jika fraksi tereksitasi dilambangkan dengan Ø maka harga Ø
sebenarnya adalah mol Aorg/ (mol Aorg + Aaq). Karena jumlah mol A
adalah (CAVA) maka fraksi ini mempunyai hubungan dengan angka
distribusi seperti diekspansikan pada persmaan berikut ini :

Dimana D adalah angka banding distribusi dan V adalah rasio volume


tiap fase, Vorg/ Vaq. Persamaan ini menunjukkan jika rasio volume
dinaikkan maka jumlah fraksi terektraksi juga dapat dinaikkan. Ekstraksi
berulang-ulang akan memberikan hasil lebih baik dari pada ekstraksi
tunggal. Jika dalam ekstraksi berulang-ulang digunakan fase air yang
sama namun fase organik berganti-ganti dengan volume yang sama
sehingga harga V tidak berubah, maka fraksi tereksitasi akan menjadi
Ø(1- Ø) dan Ø(1- Ø)2 untuk ekstraksi kedua dan ketiga. Jika dilakukan n
kali ekstraksi maka fraksi zat terlarut yang masih Tertinggal di fase awal
adalah (1- Ø)n.
1) Faktor Pemisahan/ Separation Factor
Parameter faktor pemisahan digunakan seperti halnya
perbandingan volatilitas relatif pada pemisahan dengan metode distilasi.
Faktor pemisahan bisa disederhanakan sebagai kelarutan relatif dua
buah senyawa dalam masing-masing pelarut. Jika ada dua ( misalnya A
dan B) atau lebih senyawa yang hendak diekstraksi, bilangan ini
menyatakan perbandingan relatif antara cara keduanya untuk terambil
sebagai fase terekstraksi. Senyawa A dan B biasanya berada dalam fase
air dan diekstraksi oleh fase organik. Jika konsentrasi awal dari
campuran dua buah senyawa dalam sampel adalah A dan B dengan
perhitungan awal CA/ CB Maka sesaat setelah proses ekstraksi
berlangsung perbandingan konsentrasi keduanya di fase organik adalah
CA ØA/ CB ØB. Dalam hal ini ØA dan ØB fraksi terekstraksi untuk
masing-masing senyawa. Pemisahan akan diukur dari perbandingan
fraksi terekstraksi ØA/ ØB yang terus akan berubah sesuai dengan berapa
kali ekstraksi dilakukan. Perbandingan ini disebut dengan faktor
pemisahan. Hal yang sama juga sering dilakukan untuk melihat
berkurangnya senyawa A dan B dari campuran asalnya di fase air yaitu
(1- ØA) (1- ØB).
Dua senyawa yang akan dipisahkan bisa diprediksi keterpisahan
nya dengan
melihat faktor pemisahannya. Jika konstanta distribusi atau angka
banding distribusi sangat besar bedanya, maka didapat faktor pemisahan
besar pula. Dengan demikian pengetahuan ini dapat digunakan untuk
merancang sebuah proses pemisahan dalam skala lebih besar dari skala
industri. Pada sistem satu komponen yang hendak diambil dari pelarut
asalnya.
D. Prinsip Ekstraksi
Prinsip dasar ekstraksi adalah mengambil keuntungan dari kelarutan zat yang berbeda
untuk diekstraksi. Campuran senyawa yang akan diekstraksi dilarutkan dalam pelarut.
Pelarut yang digunakan memiliki kemampuan untuk melarutkan senyawa yang
diinginkan.
1. Prinsip ekstraksi padat-cair (leaching)
Ekstraksi padat-cair adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut) dari suatu
campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut
cair. Proses yang terjadi didalam leaching ini biasanya disebut juga dengan difusi. Prinsip
proses ekstraksi yaitu:
a. Pelarut ditransfer dari bulk menuju ke permukaan.
b. Pelarut menembus masuk atau terjadi difusi massa pelarut pada
permukaan padatan inert ke dalam pori padatan. (intraparticle diffusion).
c.Zat terlarut (solut) yang ada dalam padatan larut kedalam pelarut
d. Lalu karena adanya perbedaan konsentrasi, campuran solut dalam pelarut
berdifusi keluar dari permukaan padatan inert.
e. Selanjutnya, zat terlarut (solut) keluar dari pori padatan inert dan
bercampur dengan pelarut yang ada pada luar padatan.

2. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya. Cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel sehingga isi akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh larutan yang konsentrasinya
lebih rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut terjadi secara berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan, pengadukan dan penggantian cairan penyari dillakukan setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya di pepadatan.

3. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam,
kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan, lalu dipekatkan.

4. Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kemenyar klonsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di
KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.

5. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu
alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan
turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada
labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

6. Prinsip Ekstraksi Cair-Cair


Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase
pelarut yang tidak saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama
dan sebagian larut pada fase kedua. Prinsip ekstraksi :
a. Kedua fase yang mengandung zat terdispersi didikocok
Didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase
cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Anda mungkin juga menyukai