Dosen pengampu :
Disusun oleh :
Kelompok 2 Offering D
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FEBRUARI 2021
Kata Pengantar
Segala puja dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt., Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan begitu banyak nikmat bagi kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
“Ekstraksi: Pendahuluan, Hukum Hukum Distribusi, dan Teori – Teori Terkait Ekstraksi” ini dengan baik
dan tepat waktu.
Ucapan terima kasih kami tujukan kepada Ibu Dr. Hayuni Retno Widarti, M.Si dan Bapak Dr.
Yudhi Utomo, M.Si. yang membimbing kami dalam mata kuliah Pemisihan Kimia dan Analisis
Instrumentasi. Semoga segala letih dan penat yang dirasakan selama membimbing kami bernilai pahala
dan dapat diterima oleh Allah swt.
Ungkapan terima kasih juga kami ucapkan kepada kedua orang tua yang telah senantiasa mendidik
dan membesarkan kami sehingga kami dapat mengenyam pendidikan di bangku kuliah ini. Tidak akan
pernah cukup kami membalas semua jasa-jasamu. Hanya iringan doa yang selalu kami panjatkan
untukmu.
Makalah “Ekstraksi: Pendahuluan, Hukum Hukum Distribusi, dan Teori – Teori Terkait Ekstraksi”
ini memuat informasi mengenai bagaimana ekstraksi terjadi, hukum hukum distrubusi apa saja yang ada
pada ekstraksi, serta teori teori yang ada terkait dengan ekstraksi.
Akhirnya kami selaku penyusun memohon maaf apabila terdapat kekeliruan dalam penyusunan
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun dapa menjadi bahan koreksi penyusun agar dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi ke depannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Metode pemisahan secara fisika ada banyak macamnya salah satunya adalah ekstraksi. Proses
ekstraksi terjadi sangat umum dimana saja dan kapan saja dalam kehidupan sehar – hari. Contohnya
adalah seperti menyeduh kopi panas di pagi hari. Ini adalah contoh yang paling umum dimana di
mana air panas merupakan pelarut yang terbaik untuk sejumlah besar senyawa yang dikandung di
dalam biji kopi.
Proses ekstraksi dalam membuat kopi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Menyeduh kopi
serbuk di dalam segelas air panas merupakan cara ekstraksi yang kurang efektif karena hanya
melibatkan 1 kali proses ekstraksi. Cara lain adalah ketika membuat kopi dengan mesin kopi di man
air panas yang mengekstrak senyawa senyawa kimia mengalir berkali kali dan ekstraksi berlangsung
secara efektif.pembuatan kopi dengan cara ini merupakan metode ekstraksi kontinyu yang akan
menghasilkan kopi dengan campuran senyawa kimia yang lengkap.
Selain kopi, banyak sekali barang dan bahan bahan yang digunakan dalam kehidupan sehari
hari merupakan hasil dari proses ekstraksi. Minyak goreng, kayu putih, minyak wangi, obat obatan,
makanan suplemen, dan lain lain merupakan contohnya. Proses ekstraksi merupakan proses biasa dan
berguna dalam kehidupan sehari hari namun sering kali tidak disadari oleh kita.
Metode ekstraksi juga sering digunakan bersamaan dengan reaksi kimia. Pemisahan logam
logam atau senyawa organik tertentu dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa senyawa yang
hendak dipisahkan dengan bantuan pereaksi kimia.
Ektraksi merupakan metode pemisahan mirip distilasi. Pada praktiknya, metode distilasi dan
ekstraksi dapat dilakukan bersamaankarena beberapa sifat ekstraktan yang ada membutuhkan kedua
proses tersebut.paduan metode ini disebut “distilasi ekstraktif”. Metode ekstraksi modern melibatkan
perubahan fisika dan juga perubahan kimia.
Ekstraksi sendiri adaaproses menarik yang dapat melibatkan banyak perubahan, baik perubahan
fisika maupun kimia yang menyangkut perubahan lebih struktural terhadap bahan. Banyak hal yang
dilakukan untuk memperbaiki kualitas proses ekstraksi dengan memperhatikan sifat sifat fisika dan
kimia dari bahan yang hendak diekstraksi. Banyak metode menarik yang digunakan untuk menjaga
keutuhan struktur senyawa atau bahan yang tidak terlalu stabil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendahuluan
Proses ektraksi untuk definisi pemisahan kimia merupakan cara memisahkan zat terlarut
melalui 2 buah pelarut (biasanya cair) yang dapat melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini
tidak dapat saling melarutkan. Sampel dilarutkan dalam ‘rafinat’ yang berada dalam kontak
‘ekstraktan’ sehingga terjadi perpindahan molekul zat terlarut karena perbedaan kelarutan di dalam
kedua jenis pelarut. Dengan demikian, pemisahan cara kimia terjadi secara alami dalam 2 pelarut
cair-cair.
Dalam proses ekstraksi ada beberapa peristiwa yang dapat menggambarkan terjadinya peristiwa
mikro yang mungkin ada dalam sistem. Beberapa persitiwa itu adalah:
a. Distribusi dari senyawa senyawa yang dapat larut dalam 2 jenis pelarut yang tidak dapat
bercampur. Jika interaksi zat terlarut berjalan normal dan tidak ada penyimpangan maka
distribusi solut akan mengikuti harga konstanta distribusinya. Namun yang sering terjadi
adalah perubahan distribusi karena banyaknya kemungkinan interaksi antara pelarut dan zat
terlarut. Proses ini terjadi secara spontan dalam waktu yang tidak terlalu lama.dalam
keadaan kesetimbangan, konsentrasi zat terlarut dalam 2 pelarut selalu berada dalam
perbandingan tetap. Keadaan akan berubah jika temperatur dan tekanan berubah. Biasanya
kelarutan akan meningkat pada temperatur yang lebih tinggi dan juka jika tekanannya
dinaikkan.
b. Interaksi kimia pada fase air. Dalam pelarut polar seperti air kemungkinan senyawa organik
yang polar untuk bermuatan dalam pelarut air sangat besar. Dengan demikian, interaksi
yang terjadi di fase air harus diperhitungkan karena jumlah komponen akan berkurang
karena adanya interaksi. Permainan pH biasanya aka membantu mengatasi penyimpangan,
namun dalam hal ini pH juga harus diperhitungkan dalam perhitungan perhitungan.
c. Interaksi kimia pada fase organik. Biasanya senyawa yang diambil yang lebih larut dalam
pelarut organik dimbandingkan dengan pelarut air. Dalam keadaannya, dimerisasi adalah
gejala utam yang sering terjadi terjadi pada solut yang berupa senyawa organik polar
seperti asam asam organik dalam pelarut organik.
Proses ekstraksi modern melibatkan lebih banyak fase dalam operasionalnya. Salah satu ciri
khas ekstraksi modern adalah analisis dalam jumlah kecil. Dengan demikian, penggunaan kata
“mikro” ekstraksi sudah sangat umum. Selain jumlah sampel yang relatif kecil, model model
ekstraksi modern sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia senyawa yang dipisahkan. Volatilitas
serta permainan dengan temperatur memungkinkan sampel yang paling sulit sekalipun dapat
dianalisis, baik yang paling volatil maupun yang harus melalui ekstraksi sublimasi dapat dilakukan
pada tingkat yang akurasi pula.
2.1 Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi ekstraksi (Ubay, 2011)
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut yang terekstrak dan
kecepatan ekstraksi.
2. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula jumlah senyawa yang
terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin meningkat.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku semakin kecil. Dalam arti
lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila ukuran partikel semakin kecil.
5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara pelarut dengan zat
terlarut.
6. Lama waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, karena kontak antara
zat terlarut dengan pelarut lebih lama.
A. Pelarut yang Digunakan dalam Ekstraksi
Dalam proses ekstraksi, pemilihan pelarut yang digunakan sangatlah penting untuk tercapainya
keberhasilan proses ekstraksi diantaranya :
a. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari
bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain
(misalnya lemak, resin) ikut dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal
itu larutan ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya diekstraksi lagi
dengan menggunakan pelarut kedua.
a. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar (kebutuhan
pelarut lebih sedikit).
b. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair, pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas) larut dalam bahan
ekstraksi.
c. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar
antara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dengan mudah
dipisahkan kembali setelah pencampuran (pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatannya
kecil, seringkali pemisahan harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal.
d. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-
kornponen bahan ekstraksi. Sebaliknya, dalam hal-hal tertentu diperlukan adanya reaksi kimia
(misalnya pembentukan garam) untuk mendapatkan selektivitas yang tinggi.
Seringkali Ekstraksi juga disertai dengan reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang
akan dipisahkan mutlak harus berada dalam bentuk larutan.
e. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didit kedua bahan itu tidak
boleh terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk ascotrop.Ditinjau dari
segi ekonomi, akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih
pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan
yang rendah).
f. Kriteria lain
- murah
- tidak beracun
- tidak korosif
[ A ] raf
KD¿
[ A ] ekst
[ HB ] et
KD¿
[ HB ] aq
Di lain pihak, jika eter diganti dengan oleh pelarut organik lain yaitu
benzena, partikel asam benzoat akan mengalami dimerisasi ( 2 molekul
akan bergabung menjadi 1). Hal ini normal untuk asam benzoat dalam
pelarut benzena, namun dimerisasi ini akan mengurangi konsentrasi
asam benzoat dalam pelarut organik tersebut. Asam benzoat akan
membentuk dimer parsial 2[HB] [HB].[HB] dan mempunyai harga
konstanta dimerisasi seperti digambarkan di bawah ini:
[ HB . HB]
Kd = 2
[HB ]
[ HB]
Karena B-= Ka dan [HB.HB] = Kd [HB]2 maka dengan substitusi
¿ ¿¿
semuanya dalam 1 persamaan, akan didapatkan persamaan baru:
Dalam ekpresi baru untuk harga D ini dapat dilihat bahwa pH
memainkan peranan penting dalam penentuan D. Dalam hal ini berarti
rasio distribusi dapat diubah dengan mengubah derajat keasamaan
sistem atau pH. Dalam larutan asam, maka harga D besar, sehingga
asam benzoat lebih banyak dalam pelarut organik, dan sebaliknya.
Harga D juga bisa sama dengan KD jika zat terlarutnya tidak ada
interaksi secara fisik dan kimia. Proses ekstraksi tidak pernah
sederhana karena setiap senyawa mempunyai kemungkinan
berinteraksi dengan pelarut yang dipilih. pasti ada saja penyimpangan
dari keadaan idelanya. Penyimpangan penyimpangan tersebut
memberikan konsekuensi yang berbeda daripada proses distilasi.
C. Faktor Terekstrasi
2. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya. Cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel sehingga isi akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh larutan yang konsentrasinya
lebih rendah ( proses difusi ). Peristiwa tersebut terjadi secara berulang sampai terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan, pengadukan dan penggantian cairan penyari dillakukan setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya di pepadatan.
3. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam,
kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan, lalu dipekatkan.
4. Prinsip Soxhletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kemenyar klonsong menyari zat
aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi.
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di
KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan.
5. Prinsip Refluks
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu
alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan
turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada
labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.