EKSTRAKSI
OLEH:
KELOMPOK 7
JURUSAN KIMIA
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu kimia , proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua
atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia.
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak
murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang
memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses
produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan
perlu dilakukan.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai
proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses
pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan
secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya
lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat
dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak
bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai
metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen
penyusun campuran. Adapun untuk memisahkan komponen penyusun
campuran dengan fasa cair-cair dapat dilakukan dengan metode ekstraksi.
Melalui metode ini, zat terlarut di dalam air akan mengalami proses penarikan
oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air sehingga zat
terlarut tersebut dapat dipisahkan dari air (Subagio, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ekstraksi?
2. Bagaimana proses ekstraksi berlangsung?
3. Bagaimana hukum distribusi dan parameter-parameter yang berlaku pada
ekstraksi?
4. Apa saja macam-macam dari ekstraksi dan bagaimana prosesnya?
5. Apa saja yang termasuk tipe dari ekstraksi modern?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari ekstraksi
2. Menjelaskan tahapan proses ekstraksi
3. Memaparkan hukum distribusi dan parameter-parameter yang
mempengaruhi ekstraksi
4. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam proses ekstraksi
5. Memaparkan tipe-tipe dari ekstraksi modern
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekstraksi
Metode pemisahan secara fisika yang tidak kalah pentingnya adalah
eksraksi. Proses ekstraksi terjadi secara umum dimana saja dan kapan saja dalam
kehidupan sehari-hari. Menyeduh kopi panas dipagi hari adalah proses ekstraksi
yang paling umum dimana air panas adalah pelarut yang terbaik untuk sejumlah
besar senyawa yang dikandung dalam biji kopi. Senyawa-senyawa ini merupakan
pembawa rasa, bau, dan warna dari minuman kopi yang merupakan salah satu
minuman penyegar yang paling disukai di dunia. Kafein merupakan senyawa yang
paling poluler dalam biji kopi dan senyawa ini larut dalam air panas. Karena itu
menyeduh serbuk kopi dalam air dingin menghasilkan minuman kopi yang sangat
berbeda dalam hal rasa dan manfaat.
Proses ektraksi dalam membuat kopi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Hal ini juga menyangkut bagian dalam kebudayaan manusia. menyeduh kopi
serbuk di dalam segelas air panas merupakan cara ekstraksi yang kurang efektif
karena hanya melibatkan proses eksraksi satu kali saja. Di lain pihak, membuat kopi
dengan mesin kopi (coffy machine) di mana air panas yang mengekstrak senyawa-
senyawa kimiamengalir berkali-kali, ekstraksi berlangsung lebih efektif.
Pembuatan kopi dengan cara ini merupakan metode ektraksi kontinu yang akan
menghasilkan kopi dengan campuran senyawa kimia yang lengkap. Kopi instan
yang lebih sering digunakan oleh penikmat kopi juga merupakan hasil ekstrak biji
kopi yang dikeringkan lagi. Dengan demikian, ampas kopi sudah dibuang dan ini
menyederhanan proses pembuatan kopi sampai siap minum.
Distilasi Ekstraksi
Beda tekanan uap dan volatilitas Beda kelarutan relative zat terlarut dalam
pelarut
K=CL/CG KP=C1/C2
Pada praktiknya, metode distilasi dan ekstraksi dapat digunakan secara bersamaan
karena beberapa sifat ekstraktannya yang ada membutuhkan kedua proses tersebut.
Paduan metode ini disebut sebagai sebagai “distilasi ekstraktif” dan sebaliknya.
Perkembangan metode ekstraksi pada akhirnya membawa kombinasi beberapa
metode termasuk metode-metode yang melibatkan reaksi kimia sekaligus untuk
mengambil atau memisahkan senyawa yang dibutuhkan. Dengan demikian, metode
ekstraksi modern melibatkan perubahan fisika dan kimia sekaligus.
a. Distribusi dari senyawa-senyawa yang dapat larut dalam dua jenis pelarut
yang tidak dapat bercampur. Jika interaksi zat terlarut berjalan normal dan
tidak ada penyimpangan maka distribusi solute akan mengikuti harga
konstanta distribusinya. Namun yang sering terjadi adalah perubahan
distribusi karena banyaknya kemungkinan interksi antara pelarut dan zat
terlarut. Proses ini terjadi secara spontan dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Dalam keadaan kesetimbangan konsentrasi zat terlarut dalamkedua
pelarut selalu berada dalam perbandingan tetap.keadaan akan berubah jika
temperature dan tekanan berubah. Biasanya kelarutan akan meningkat pada
temperature yang lebih tinggi dan juga jika tekanan dinaikkan.
b. Interaksi kimia pada fase air. Dalam pelarut polar seperti air kemungkinan
senyawa organic yang polar untuk bermuatan dalam pelarut air sangat besar.
Dengan demikian, interaksi yang terjadi difase air harus diperhitungkan
karena jumlah komponen akan berkurang karena adanya interaksi.
Permainan pH biasanya membantu mengatasi penyimpangan namun dalam
hal ini pH juga harus diperhitungkan dalam perhitungan-perhitungan.
Di lain pihak, ektraksi anorganik akan bergantung pada fase air, justru
karena besarnya interaksi senyawa anorganik yang cendrung ionic dengan
air. Pembentukan kompleks dengan molekul air sebagai ligand sering kali
menambah kelarutan senyawa anorganik pada pelarut organiknya
c. Interaksi kimia pada fase organik. Biasanya senyawa yang diambil lebih
larut dalam pelarut organic dibandingkan dengan pelarut air. Dalam
kenyataannya, dimerisiasi adalah gejala utama yang sering terjadi pada solut
yang berupa senyawa organic polar seperti asam-asam organic dalam
pelarut organic. Contohnya adalah asam butirat dalam pelarut benzena.
Beberapa jenis pengompleksan dalam fase organic juga sering terjadi.
Salah satu pelarut dinamai rafinat dan yang lain adalah ekstraktan. Jika
terdapat dua atau lebih zat terlarut yang mempunyai harga kontanta distribusi yang
pasti berbeda dalam sebuah sistem dua buah pelarut, kedua zat terlarut ini pasti
dapat dipisahkan. Mudah atau sukarnya kedua komponen campuran tersebut
terpisah akan tergantung pada banyak hal.
Karena adanya ionisasi ini maka harga konsentrasi HB dalam air akan
berkurang karena molekul asam benzoate akan terurai sebagian. Konsekuensinya
K
konstanta distribusi harus dikoreksi dan factor a harus dimasukkan. Jika pelarut
organik yang tadinya eter digantikan oleh pelarut organic lain yaitu benzene,
partikel aasam benzoate akan mengalami dimerisa yakni dua molekul akan
bergabung menjadi satu Hal ini adalah gejala normal untuk asam benzoate dalam
pelarut benzene, namun dimerisasi ini juga akan mengurangi konsentrasi asam
benzoate dalam pelarut organic tsb. Asam benzoate akan membentuk dimer parsial:
2HB ↔ HB.HB dan mempunyai harga konstanta dimerisasi seperti digambarkan
di bawah ini:
atau
Karena dan
Dalam ekspresi baru untuk harga D ini dapat dilihat bahwa Ph memainkan
peranan penting dalam menetukan harga D. Dan hal ini juga berarti rasio distribusi
dapa diubah dengan mengubah-ubah derajat keasaman ssstem atau pH. Dalam
larutan asam, maka harga D besar, dan asam benzoate berada lebih banyak dalam
pelarut organic, dan sebaliknya. Dalam system-system ekstraksi harga D bisa sama
K
dan identic dengan harga d jika zat terlarutnya sama sekali tidak mempunyai
interaksi secara fisik dan kimia sama sekali. Walaupun demikian proses ekstraksi
tidak pernah sederhana karena tiap senyawa mempunyai kemungkinan berinteraksi
dengan pelarut yang dipilih. Pasti ada penyimpangan dari keadaan ideal.
Ekstraksi tunggal dapat dilakukan jika hasil yang didapat dari sekali
ekstraksi cukup untuk mengambil sebagian besar zat terlarut dari fase air. Jika
dalam sekali ekstraksi telah didapat fraksi terekstraksi lebih dar 0.9, maka ekstraksi
kedua dipertimbangkan untuk tidak dilakukan mengingat daya dan waktu serta
faktor ekonomi yang harus diperhitungkan untuk mengambil 0.1 bagian dari zat
terlarut yang masih tertinggal. Biasanya metode ini dilakukan dengan megocok zat
terlarut dengan pelarut air dan pelarut organik di dalam corong pemisah, kemudian
fase organik dipisahkan dengan air.Misalnya memisahkan iod dengan air
menggunakan pelarut organic kloroform (CHCl3) yang mana ketika dilakukan
pengocokan iod akan lebih tertarik ke kloroform sehingga iod dalam pelarut organik
dapat dipisahkan dari air. Berikut gambar corong pemisah yang biasanya
digunakan dalam ekstraksi tunggal,
maka didapat x=1. Sehingga 3 gram asam butirat berhasil diesktrak dari air oleh
eter, namun 1 gram asam butirat tertinggal di pelarut air.
Pada ekstraksi pertama didapat 2.4 gram dari lapisan eter. Sisa asam butirat
dari air sebanyak 1.6 gram diambil dengan sisa eter yang volumenya 250 mL,
sehingga didapat:
Setelah ekstraksi kedua ini, sebanyak 0.96 gram asam butirat dapat diambil
lagi dan menyisahkan 0.64 gram di lapisan air. Jumlah total asam butirat yang
terekstrak adalah 3.36 gram, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan fraksi
terekstraksi.
Jika ekstraksi dilakukan tiga kali dengan porsi eter dibagi menjadi 5x100
mL, dan ekstraksi dengan cara yang sama dilakukan lima kali berturut-turut, maka
jumlah asam butirat yang dapat diekstrak setelah ekstraksi ulangan kelima adalah
3.77 gram, didapatkan jumlah yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan
ekstraksi tunggal dengan pelarut banyak.
atau
di mana WA,n/W0 adalah fraksi dari solut yang tertinggal di lapisan pelarut A setelah
n kali terekstraksi. Namun jumlah pelarut B dalam n kali ekstraksi adalah sama.
Jika harga n naik maka WA,n akan menurun dan demikian pula WA,n/W0. Berikut
grafik penurunan fraksi zat terlarut:
2.4.3 Ekstraksi Kontinu
Ekstraksi kontinu ini dipilih jika harga angka banding distribusi kecil
sehingga melakukan ekstraksi berulang-ulang juga tidak menaikkan fraksi
terekstraksi dengan cepat. Prisip ini mengandalkan aliran terus-menerus dari pelarut
untuk mengambil zat terlarut dengan cara mirip distilasi. Pelarut yang sudah
membawa zat terlarut akan diuapkan lagi dan setelah terkondensasi akan kembali
melakukan ekstraksi sebagai pelarut baru.
Jika lapisan organik berada di bagian bawah untuk pelarut organik dengan
kerapatan lebih tinggi, hal yang serupa juga terjadi. Pelarut organic di labu distilasi
akan menguap karena dipanskan dan mengembun setelah bertemu denhan
kondensor dan jatuh ke air lalu tenggelam sambil mengekstraksi solut dari lapisan
air. Dengan demikian pelarut organik di bawah yang dihubungkan dengan pipa ke
labu distilasi akan semakin banyak dan pada suatu saat semuanya akan berpindah
ke labu distilasi. Dengana demikian satu sirkulasi telah terjadi. Proses berikutnya
akan terjadi secara otomatis dan ekstraksi akan berlangsung secara kontinu.
Modifikasi dibuat pada badan peranti soxhlet ini memungkinkan untuk ekstraksi
cair padat dan ekstraksi senyawa dari matriks padat.
2.4.4 Metode “Counter Current” Craig
Pelarut yang lebih berat diisikan ke tempat B melalui inlet A ½ penuh dalam
tiap tabung. Solut dalam pelarut lebih ringan dimasukkan ke tempat B dalam
apparatus Craig pertama. Tabung pertama ini dikocok seputar titik P dengan sudut
sebesar 35⁰ bolak balik sampai keadaan setimbang tercapai dan terbentuk 2 lapisan
kembalidengan zat terlarut yang sudah terbagi antara keudanya menurut harga
konstanta distribusinya.
Jika tabung diputar 90⁰ searah jarum jam, pelarut yang lebih ringan
mengalir melalui sambungan C menuju tempat D sedangkan pelarut yang lebih
berat akan terjebak di B. jika tabung diputar kembali 90⁰ maka pelarut ringan
mengalir melalui E menuju inlet A ditabung Craig berikutnya. Proses ini dinamakan
1 kali transfer, yang analog dengan satu kali sirkulasi pada ekstraksi kontinu.
Dengan cara ini pemindahan solute akan terjadi. Jika ada beberapa senyawa
yang akan dipisahkan, maka setelah ratusan tabung Craig bergerak bersama,
diperoleh pemisahan sangat efektif.
Perlu diingat bahwa harga KD=1 ini brarti solute akan terbagi sama persis
dalam pelarut lapis atas maupun bawah, ditabung kedua baik dilapisan atas maupun
bawah terjadi pembagian dalam porsi sama persis, ditabung ke tiga demikian pula
dan seterusnya. Pembagian yang sama persis ini akan memudahkan perhitungan.
Seandainya solute yang ada mempunyai harga KD=1 tidak =1 maka hasil perhitugan
akan jauh berbeda.
Jika diperhitungkan jumlah fraksi solute yang ada dalam tiap tabung
terdapat keteraturan yang menarik untuk keberadaan solute yang mempunyai harga
konstanta distribusi =1 ini. Jika sebelum dilakukan transfer jumlah solute adalah =1
di tabung pertama setelah transfer pertama maka jumlah ditabung pertama sama
persis karena harga konstanta distribusi adalah 1. dengan demikian pada pada
transfer selanjutnya jumlah solute di masing-masing tabung dapat terlihat
pergeserannya.
Hal ini merupakan contoh untuk pemisahan satu jenis snyawa solute dari
satu pelarut ke pelarut lainnya. Jika terdapat dua atau lebih zat terlarut maka
perhitungan akan lebih rumit karena kedua solute tersbut mempunyai harga
konstanta distribusi yang pasti berbeda satu sama lain dalam system yang sama.
n = jumlah transfer
Contoh diatas berlaku jika solute hanya satu dan digeser keberadaannya
dalam proses Craig. Jika ada dua solute atau du senyawa, maka pasti harga
konstanta distribusi tidak akan sama dan dengan demikian mengalami pergeseran
dengan kecepatan yang berbeda. Diberikan grafik pemisahan komponen A (Ka=0,5)
dan B Kb=1,0) yang hendak dipisahkan dengan cara Craig. Konsentrasi A akan
bergeser lebih cepat daripada konsentrasi B namun untuk memisahkannya masih
bergantung pada jumlah transfer yang dilakukan.
Pada gambar tampak pola puncak kedua solute setelah delapan kali transfer.
Konsentrasi A tertingggi ada pada tabung ke-5 dan sedangkan B pada tabung ke-4.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran