Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PEMISAHAN KIMIA

EKSTRAKSI

OLEH:

KELOMPOK 7

1. Desi Wahyuningsih (160331605689)


2. Desy Putri Anggraeni (160331605643)
3. Fita Yuniartanti (160331605652)
4. Viki Fajarini (160331605694)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu kimia , proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua
atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia.
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang tidak
murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan
senyawa lain. Untuk beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang
memerlukan bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses
produksi suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan
perlu dilakukan.
Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai
proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan
menjadi proses pemisahan secara mekanis atau kimiawi. Pemilihan jenis proses
pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan
secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya
lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat
dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis (seperti pemisahan minyak
bumi), proses pemisahan kimiawi harus dilakukan.
Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai
metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen
penyusun campuran. Adapun untuk memisahkan komponen penyusun
campuran dengan fasa cair-cair dapat dilakukan dengan metode ekstraksi.
Melalui metode ini, zat terlarut di dalam air akan mengalami proses penarikan
oleh suatu pelarut lain yang tidak dapat bercampur dengan air sehingga zat
terlarut tersebut dapat dipisahkan dari air (Subagio, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari ekstraksi?
2. Bagaimana proses ekstraksi berlangsung?
3. Bagaimana hukum distribusi dan parameter-parameter yang berlaku pada
ekstraksi?
4. Apa saja macam-macam dari ekstraksi dan bagaimana prosesnya?
5. Apa saja yang termasuk tipe dari ekstraksi modern?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari ekstraksi
2. Menjelaskan tahapan proses ekstraksi
3. Memaparkan hukum distribusi dan parameter-parameter yang
mempengaruhi ekstraksi
4. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam proses ekstraksi
5. Memaparkan tipe-tipe dari ekstraksi modern
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekstraksi
Metode pemisahan secara fisika yang tidak kalah pentingnya adalah
eksraksi. Proses ekstraksi terjadi secara umum dimana saja dan kapan saja dalam
kehidupan sehari-hari. Menyeduh kopi panas dipagi hari adalah proses ekstraksi
yang paling umum dimana air panas adalah pelarut yang terbaik untuk sejumlah
besar senyawa yang dikandung dalam biji kopi. Senyawa-senyawa ini merupakan
pembawa rasa, bau, dan warna dari minuman kopi yang merupakan salah satu
minuman penyegar yang paling disukai di dunia. Kafein merupakan senyawa yang
paling poluler dalam biji kopi dan senyawa ini larut dalam air panas. Karena itu
menyeduh serbuk kopi dalam air dingin menghasilkan minuman kopi yang sangat
berbeda dalam hal rasa dan manfaat.

Proses ektraksi dalam membuat kopi dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Hal ini juga menyangkut bagian dalam kebudayaan manusia. menyeduh kopi
serbuk di dalam segelas air panas merupakan cara ekstraksi yang kurang efektif
karena hanya melibatkan proses eksraksi satu kali saja. Di lain pihak, membuat kopi
dengan mesin kopi (coffy machine) di mana air panas yang mengekstrak senyawa-
senyawa kimiamengalir berkali-kali, ekstraksi berlangsung lebih efektif.
Pembuatan kopi dengan cara ini merupakan metode ektraksi kontinu yang akan
menghasilkan kopi dengan campuran senyawa kimia yang lengkap. Kopi instan
yang lebih sering digunakan oleh penikmat kopi juga merupakan hasil ekstrak biji
kopi yang dikeringkan lagi. Dengan demikian, ampas kopi sudah dibuang dan ini
menyederhanan proses pembuatan kopi sampai siap minum.

Halaman menarik untuk studi mengenai kopi dapat dilihat di beberapa


situasi di initernet yang membahas masalah perkopian. Di halaman ini dapat
ditemui macam-macam aspek menarik mengenai kopi dan cara-cara ekstraksi
senyawa-senyawa kimia yang ada didalamnya. Manfaat dan khasiat kopi bagi
kebugaran tubuh juga dibahas dalam rangka memperkenalkan senyawa-senyawa
hasil hasil isolasi dari tumbuhan kopi dengan berbagai metode ektraksi.
Metode ekstraksi juga sering digunakan bersamaan dengan reaksi kimia.
Pemisahan logam-logam atau senyawa organic tertentu dapat dilakukan dengan
mereaksikan senyawa-senyawa yang hendak dipisahkan dengan bantuan pereaksi
kimia.

Ekstraksi merupakan metode pemisahan mirip distilasi. Analog dengan


metode distilasi, metode ekstraksi mempunyai beberapa kemiripan konsep yang
dapat dilihat dalam table berikut ini

Distilasi Ekstraksi

Beda tekanan uap dan volatilitas Beda kelarutan relative zat terlarut dalam
pelarut

K=CL/CG KP=C1/C2

K: konstanta kesetimbangan KD: koefisien distribusi/koefisien partisi

Pada praktiknya, metode distilasi dan ekstraksi dapat digunakan secara bersamaan
karena beberapa sifat ekstraktannya yang ada membutuhkan kedua proses tersebut.
Paduan metode ini disebut sebagai sebagai “distilasi ekstraktif” dan sebaliknya.
Perkembangan metode ekstraksi pada akhirnya membawa kombinasi beberapa
metode termasuk metode-metode yang melibatkan reaksi kimia sekaligus untuk
mengambil atau memisahkan senyawa yang dibutuhkan. Dengan demikian, metode
ekstraksi modern melibatkan perubahan fisika dan kimia sekaligus.

Ekstraksi sendiri adalah proses menarik yang dapat melibatkan banyak


perubahan, baik perubahan fisika maupun perubahan kimia yang menyangkut
perubahan lebih structural terhadap bahan. Banyak hal dapat dilakukan untuk
memperbaiki kualitas proses ekstraksi dengan memperhatikan sifat-sifat fisika dan
kimia dari bahan yang hendak diekstraksi. Banyak metode menarik yang digunakan
untuk menjaga keutuhan struktur senyawa atau bahan yang tidak terlalu stabil.
2.2 Proses Ekstraksi

Proses ekstraksi untuk definisi pemisahan kimia merupakan cara


memisahkan zat terlarut melalui dua buah pelarut (biasanya cair) yang dapat
melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini tidak dapat saling melarutkan
(immiscible). Sampel dilarutkan dalam ‘rafinat’ yang berada dalam kontak dengan
‘ekstrakan’ sehingga terjadi perpindahan molekul zat terlarut karena perbedaan
kelarutan didalam kedua jenis pelarut. Dengan demikian, pemisahan cara kimia
terjadi secara alami dalam du pelarut cair-cair. Pada pembahasan teoritis mengenai
ektraksi, biasanya zat terlarut diekstrak oleh pelarut organic dari fase air. Dapat juga
terjadi sebaliknya namun jarang dibicarakan. Dengan demikian, penjelasan
mengacu pada fase organic sebagai ekstraktor utama.

Dalam proses ekstraksi ada beberapa peristiwa yang dapat menggambarkan


terjadinya peristiwa mikro yang mungkin ada dalam system. Beberapa peristiwa itu
adalah:

a. Distribusi dari senyawa-senyawa yang dapat larut dalam dua jenis pelarut
yang tidak dapat bercampur. Jika interaksi zat terlarut berjalan normal dan
tidak ada penyimpangan maka distribusi solute akan mengikuti harga
konstanta distribusinya. Namun yang sering terjadi adalah perubahan
distribusi karena banyaknya kemungkinan interksi antara pelarut dan zat
terlarut. Proses ini terjadi secara spontan dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Dalam keadaan kesetimbangan konsentrasi zat terlarut dalamkedua
pelarut selalu berada dalam perbandingan tetap.keadaan akan berubah jika
temperature dan tekanan berubah. Biasanya kelarutan akan meningkat pada
temperature yang lebih tinggi dan juga jika tekanan dinaikkan.
b. Interaksi kimia pada fase air. Dalam pelarut polar seperti air kemungkinan
senyawa organic yang polar untuk bermuatan dalam pelarut air sangat besar.
Dengan demikian, interaksi yang terjadi difase air harus diperhitungkan
karena jumlah komponen akan berkurang karena adanya interaksi.
Permainan pH biasanya membantu mengatasi penyimpangan namun dalam
hal ini pH juga harus diperhitungkan dalam perhitungan-perhitungan.
Di lain pihak, ektraksi anorganik akan bergantung pada fase air, justru
karena besarnya interaksi senyawa anorganik yang cendrung ionic dengan
air. Pembentukan kompleks dengan molekul air sebagai ligand sering kali
menambah kelarutan senyawa anorganik pada pelarut organiknya
c. Interaksi kimia pada fase organik. Biasanya senyawa yang diambil lebih
larut dalam pelarut organic dibandingkan dengan pelarut air. Dalam
kenyataannya, dimerisiasi adalah gejala utama yang sering terjadi pada solut
yang berupa senyawa organic polar seperti asam-asam organic dalam
pelarut organic. Contohnya adalah asam butirat dalam pelarut benzena.
Beberapa jenis pengompleksan dalam fase organic juga sering terjadi.

Proses ekstraksi modern melibatkan lebih banyak fase dalam


operasionalnya. Dengan demikian, parameter pemisahan yang harus diperhatikan
juga lebih banyak. Salah satu ciri khas ekstraksi modern adalah analisis dalam
jumlah kecil. Dengan demikian, penggunaan kata “mikro” ektraksi sudah sangat
umum. Banyak sekali keuntungan yang didapat dari pengurangan jumlah ini. Hal
ini juga dimungkinkan karena berkembangnya keperluan yang mendukung, seperti
sensitivitas detector dan peranti lunak computer yang sanggup memperlihatkan
signal yang telah terdeteksi.

Selain jumlah sampel yang relative kecil, metode-metode ekstraksi modern


sangat bergantung pada sifat fisika dan kimia senyawa yang dipisahkan, diluar sifat
kelarutan pada pelarut tertentu. Volatilitas serta permainan dengan temperature
memungkinkan sampel yang paling sulit sekaliput dapat dianalisis baik ynag paling
volatile maupun yang harus melalui ekstraksi sublimasi dapat dilakukan dengan
tingkat akurasi lebih tinggi pula. Tentu saja persiapan sampel juga mengikuti
kemajuan perkembagan sampel.
2.3 Hukum Distribusi dan Parameter-Parameter Ekstraksi

Dalam proses ekstraksi, baik ekstraksi modern dan terutama yang


konvensional, kelarutan dalam pelarut tertentu merupakan konsep kunci yang
merupakan dasar dari metode ini. Perbedaan kelarutan dari bermacam-macam
bahan merupakan dasar dari klasifikasi metode ekstraksi. Penggunaan metode ini
juga didasarkan pada perbedaan kelarutan ini. Hukum distribusi dalam hal ini
adalah perbandingan kelarutan suatu senyawa dalam dua pelarut yang berbeda
dapat dirumuskan dalam rasionya.

Rumusan paling umum untuk menggambarkan distribusi zat terlarut dalam


dua pelarut yang tidak bercampur sering dinyatakan dalam persamaan:

Salah satu pelarut dinamai rafinat dan yang lain adalah ekstraktan. Jika
terdapat dua atau lebih zat terlarut yang mempunyai harga kontanta distribusi yang
pasti berbeda dalam sebuah sistem dua buah pelarut, kedua zat terlarut ini pasti
dapat dipisahkan. Mudah atau sukarnya kedua komponen campuran tersebut
terpisah akan tergantung pada banyak hal.

Kelarutan, dengan hukum ”like dissolves like” merupakan konsekuensi dari


interaksi gaya-gaya van der Waals dan gaya-gaya London dari zat terlarut dan
ppelarutnya. Bisa saja merupakan kombinasi polar-non polar atau sebaliknya.
Kecuali untuk zat terlarut yang sangat polar,di mana kekuatan dipol-dipol
interaksinya sangat kuat dibandingkan interaksi dispersifnya, maka larutan tidak
akan terjadi. Namun untuk zat terlarut dapat terion dalam larutan polar, maka
interaksi lain akan muncul pada saat ion-ion terlepas dari senyawanya dan
berinteraksi dengan pelarutnya. Energy solvasi dari pelarut dalam hal ini
mengalahkan kekuatan gaya Tarik elektrostatis dari zat terlarut yang dapat mengion
tersebut.
Kontanta distribusi bergantung pada keadaan. Selain bergantung pada
kedua jenis pelarut, konstanta distribusi juga dipengaruhi oleh temperature dan
tekanan udara. Jika temperature dinaikkan biasanya mobilitas molekuler senyawa
maupun pelarut akan bertambah dan hal ini pasti mengubah harga kontanta karena
berubahnya kelarutan. Demikian pula jika terjadi interaksi molekuler antara
pasangan pelarut atau antara pelarut-pelarut dan zat terlarut yang hendak
dipisahkan. Hal ini berhubungan dengan jumlah serta konsentrasi dari senyawa
yang menjadi dasar perhitungan konstanta distribusi.

2.3.1 Isoterm Distribusi

Kesetimbangan distribusi untuk sebuah zat terlarut dalam sebuah sistem


pada kondisi tertentu dapat dideskripsikan sebagai grafik konsentrasi zat terlarut.

Distribusi kesetimbangan zat terlarut dalam pelarutnya dapat digambarkan


dalam tiga kemungkinan seperti gambar di atas. Konsentrasi senyawa yang larut
dalam pelarut idealnya mempunyai isotherm normal seperti tampak pada gambar
ketiga, membentuk garis lurus yang menandakan kestabilan proses pemisahan pada
temperature dan tekanan tetap. Ada larutan yang terbentuk dengan sangat cepat di
awal atau malah di akhir yang menandakan adanya ketidakstabilan dalam system.
Adanya interaksi tambahan antarmolekul pelarut dan zat terlarut dapat
mempengaruhi kesetimbangan pemisahan.

2.3.2 Angka Banding Distribusi

Pada kenyataanya, derivasi hukum distribusi sering dilakukan untuk


pembagian zat terlarut dalam dua buah pelarut air. Sering kali yang digunakan
adalah pelarut organic dan pelarut anorganik yang merupakan pelarut polar,
biasanya adalah air. Dengan demikian, hukum distribusi sering dirumuskan kembali
sebagai
ሾ𝐴ሿ𝑜𝑟𝑔
K = ሾ𝐴ሿ𝑎𝑞
D

Harga KD tidak tetap karena beberapa zat terlarut mengalami perubahan


kelarutan dengan mudah jika kondisi ssstem berubah. Senyawa yang mudah terion
konsentrasinya akan berkurang jika dilarutkan dalam pelarut air, dan berkurangnya
konsentrasi ini merupakan fungsi konstanta ionisasinya. Sebuah senyawa organic
dalam pelarut organic juga sering mengalami interaksi molecular, berupa
kecenderungan untuk membentuk dimer atau trimer. Biasanya terminology
konstanta distribusi diganti dengan angka banding distribusi, dan dinotasikan
dengan D saja. Selanjutnya dalam perhitungan kimia lebih sering digunakan angka
banding distribusi,

Angka banding distribusi menyatakan perbandingan konsentrasi total zat


terlarut dalam pelarut organic dan pelarut air.

Contoh yang sering digunakan untuk melukiskan perubahan harga kontanta


distribusi menjadi angka banding distribusi ini adalah ekstraksi asam benzoate
dengan menggunakan pelarut benzena dan air. Asam benzoat dipilih karena dapat
menjelaskan interaksi dengan pelarut yang dapat mengubah kelarutan dan
mengubah pula angka perbandingan konsentrasi dalam kedua jenis pelarut. Dalam
air asam benzoate merupakan asam lemah dan terion sebagian. Dengan
menambahkan asam klorida ionisasi dapat dikurangi. Dalam pelarut organic seperti
eter asam benzoate akan larut dengan baik, namun dalam pelarut benzene asam
benzoate akan berinteraksi secara molecular membentuk dimernya. Perbandingan
konsentrasi asam benzoate dalam air asam (dengan penambahan HCl) dan dalam
pelarut organic eter dapat dituliskan sebagai:
Dimana [HB]et adalah konsentrasi asam benzoate dalam eter dan [HB]aq
adalah konsentrasi asam benzoate dalam air. Jika air tidak diasamkan, maka asam
benzoate yang merupakan asam organic (asam lemah) akan terdisosiasi menurut
persamaan: HB ↔ H+ + B- yang mempunyai harga konstanta ionisasi asam sebagai
berikut:

Karena adanya ionisasi ini maka harga konsentrasi HB dalam air akan
berkurang karena molekul asam benzoate akan terurai sebagian. Konsekuensinya
K
konstanta distribusi harus dikoreksi dan factor a harus dimasukkan. Jika pelarut
organik yang tadinya eter digantikan oleh pelarut organic lain yaitu benzene,
partikel aasam benzoate akan mengalami dimerisa yakni dua molekul akan
bergabung menjadi satu Hal ini adalah gejala normal untuk asam benzoate dalam
pelarut benzene, namun dimerisasi ini juga akan mengurangi konsentrasi asam
benzoate dalam pelarut organic tsb. Asam benzoate akan membentuk dimer parsial:
2HB ↔ HB.HB dan mempunyai harga konstanta dimerisasi seperti digambarkan
di bawah ini:

Jika semua keadaan tersebut diperhitungkan dalam menghitung konstanta


distribusi, maka didapat besaran baru yang diberi nama rasio distribusi, D, dan
dapat ditulis sebagai berikut:

atau
Karena dan

maka dengan substitusi semuanya dalam satu persamaan, akan didapatkan


persamaan baru:

Dalam ekspresi baru untuk harga D ini dapat dilihat bahwa Ph memainkan
peranan penting dalam menetukan harga D. Dan hal ini juga berarti rasio distribusi
dapa diubah dengan mengubah-ubah derajat keasaman ssstem atau pH. Dalam
larutan asam, maka harga D besar, dan asam benzoate berada lebih banyak dalam
pelarut organic, dan sebaliknya. Dalam system-system ekstraksi harga D bisa sama
K
dan identic dengan harga d jika zat terlarutnya sama sekali tidak mempunyai
interaksi secara fisik dan kimia sama sekali. Walaupun demikian proses ekstraksi
tidak pernah sederhana karena tiap senyawa mempunyai kemungkinan berinteraksi
dengan pelarut yang dipilih. Pasti ada penyimpangan dari keadaan ideal.

2.4 Macam-Macam Proses Ekstraksi

2.4.1 Ekstraksi “Batch” (ekstraksi tunggal)

Ekstraksi tunggal dapat dilakukan jika hasil yang didapat dari sekali
ekstraksi cukup untuk mengambil sebagian besar zat terlarut dari fase air. Jika
dalam sekali ekstraksi telah didapat fraksi terekstraksi lebih dar 0.9, maka ekstraksi
kedua dipertimbangkan untuk tidak dilakukan mengingat daya dan waktu serta
faktor ekonomi yang harus diperhitungkan untuk mengambil 0.1 bagian dari zat
terlarut yang masih tertinggal. Biasanya metode ini dilakukan dengan megocok zat
terlarut dengan pelarut air dan pelarut organik di dalam corong pemisah, kemudian
fase organik dipisahkan dengan air.Misalnya memisahkan iod dengan air
menggunakan pelarut organic kloroform (CHCl3) yang mana ketika dilakukan
pengocokan iod akan lebih tertarik ke kloroform sehingga iod dalam pelarut organik
dapat dipisahkan dari air. Berikut gambar corong pemisah yang biasanya
digunakan dalam ekstraksi tunggal,

Jika terdapat dua komponen yang hendak dipisahkan, maka faktor


pemisahan diperhitungkan. Untuk sistem yang baik, pasangan senyawa yang
hendak dipisahkan mempunyai faktor pemisahan besar sehingga pada ekstraksi
tunggal didapat fraksi terekstraksi yang jauh berbeda. Sistem dikatakan bagus jika
fraksi terekstraksi komponen pertama di atas 0.99, di lain pihak fraksi terekstraksi
komponen kedua di bawah 0.01. Dalam hal ini pemisahan keduanya dapat
dilakukan dengan ekstraksi tunggal.

2.4.2 Ekstraksi Berulang-ulang

Ekstraksi berulang (successive extraction) dilakukan dengan cara membagi


salah satu pelarut, biasanya pelarut organiknya menjadi beberapa bagian dan
kemudian diekstraksi dilakukan berurutan dengan cara yang sama. Jumlah pelarut
yang digunakan pada akhirnya sama.
Contoh dari ekstraksi ini adalah pengambilan asam butirat dari larutan air
dengan menggunakan pelarut organik eter. Jika sampel berjumlah 4 gram asam
butirat hendak diekstrak dari 500 mL air dengan 500 mL eter dan harga koefisien
distribusi pada 25oC sistem ini = 3, maka dapat dibandingkan cara ekstraksi tunggal
dan ekstraksi berulang-ulang.

Jika ekstraksi dilakukan sekaligus, maka:

maka didapat x=1. Sehingga 3 gram asam butirat berhasil diesktrak dari air oleh
eter, namun 1 gram asam butirat tertinggal di pelarut air.

Jika ekstraksi dilakukan dua kali dengan menggunakan 2x250 mL eter


maka didapat :

Pada ekstraksi pertama didapat 2.4 gram dari lapisan eter. Sisa asam butirat
dari air sebanyak 1.6 gram diambil dengan sisa eter yang volumenya 250 mL,
sehingga didapat:

Setelah ekstraksi kedua ini, sebanyak 0.96 gram asam butirat dapat diambil
lagi dan menyisahkan 0.64 gram di lapisan air. Jumlah total asam butirat yang
terekstrak adalah 3.36 gram, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan fraksi
terekstraksi.

Jika ekstraksi dilakukan tiga kali dengan porsi eter dibagi menjadi 5x100
mL, dan ekstraksi dengan cara yang sama dilakukan lima kali berturut-turut, maka
jumlah asam butirat yang dapat diekstrak setelah ekstraksi ulangan kelima adalah
3.77 gram, didapatkan jumlah yang jauh lebih efektif dibandingkan dengan
ekstraksi tunggal dengan pelarut banyak.

Guna memudahkan perhitungan massa zat terlarut/solute awal dapat


dilambangkan dengan W0 gram dan berada dalam VA mL solvent A, diekstrak
dengan VB mL solvent B. Jika konstanta distribusi adalah KD=CB//CA dan
W0=WA+WB serta WA=CAVA dan WB=CBVB maka setelah kesetimbangan fraksi
pertama akan didapat fraksi solut di dalam pelarut adalah

atau

Setelah kesetimbangan pada ekstraksi kedua tercapai maka didapat massa


solut di pelarut A

Dengan demikian setelah n kali ekstraksi akan didapatkan

di mana WA,n/W0 adalah fraksi dari solut yang tertinggal di lapisan pelarut A setelah
n kali terekstraksi. Namun jumlah pelarut B dalam n kali ekstraksi adalah sama.
Jika harga n naik maka WA,n akan menurun dan demikian pula WA,n/W0. Berikut
grafik penurunan fraksi zat terlarut:
2.4.3 Ekstraksi Kontinu

Ekstraksi kontinu ini dipilih jika harga angka banding distribusi kecil
sehingga melakukan ekstraksi berulang-ulang juga tidak menaikkan fraksi
terekstraksi dengan cepat. Prisip ini mengandalkan aliran terus-menerus dari pelarut
untuk mengambil zat terlarut dengan cara mirip distilasi. Pelarut yang sudah
membawa zat terlarut akan diuapkan lagi dan setelah terkondensasi akan kembali
melakukan ekstraksi sebagai pelarut baru.

Ekstraksi kontinu dimungkinkan dengan desain perangkat ekstraksi yang


membuat pelarut yang menguap dan mengembun digunakan lagi untuk proses
kedua dan seterusnya. Alat ekstraksi kontinu yang sering digunakan adalah peranti
soxhlet yang terbuat dari gelas dan digunakan untuk mengambil senyawa baik
murni atau dalam campuran secara efisien.

Pada rancangan pertama di mana pelarut organic mempunyai kerapatan


lebih rendah dari air, solut berada di pelarut air (bawah) dan diekstrak secara
kontinu oleh pelarut organik. Tabung besar berisi kedua pelarut dilengkapi dengan
leher yang menghubungkan dengan labu pelarut yang secara kontinu dipanaskan,
di tengah tabung besar ada corong yang mempunyai pita ke bawah yang akan
menampung hasil kondensasi pelarut yang menguap dan diturunkan ke dasar
tabung besar untuk dilepaskan di sana. Pada saat pelarut yang terkondensasi keluar
di dasar tabung, butiran-butiran pelarut akan naik ke atas sambil melarutkan solut
(mengekstraksi solut) dan kemudian bergabung dengan kumpulannya. Lapisan
pelarut ini akan naik dan jika volumenya sudah cukup akan berpindah secara
otomatis ke labu distilasi melalui leher labu. Peristiwa ini disebut satu sirkulasi
dalam proses ekstraksi yang analog dengan ekstraksi berulang kali.
Karena labu distilasi dipanaskan secara kontinu maka pelarut organik dalam
labu distilasi akan menguap kembali dan meninggalkan zat terlarut dalam labu. Uap
pelarut baru ini akan mengembun di pendingin yang dialiri air dingin untuk
mempercepat kondesasi. Uap yang mengembun ini akan jatuh ke corong yang
berada di tengah labu besar dan turun sampai ke dasar tabung serta dikeluarkan
kembali. Pelarut ini akan naik kembali karena kerapatannya yang lebih kecil
daripada air sambil melakukan ekstraksi solut dan akhirnya bergabung dengan
kumpulan pelarut organik di lapisan atas. Lapisan pelarut organik akan naik sedikit
demi sedikit sampai turun kembali ke labu distilasi melalui leher labu dan terjadilah
dua kali sirkulasi. Demikian seterusnya sampai sirkulasi-sirkulasi berikutnya.

Jika lapisan organik berada di bagian bawah untuk pelarut organik dengan
kerapatan lebih tinggi, hal yang serupa juga terjadi. Pelarut organic di labu distilasi
akan menguap karena dipanskan dan mengembun setelah bertemu denhan
kondensor dan jatuh ke air lalu tenggelam sambil mengekstraksi solut dari lapisan
air. Dengan demikian pelarut organik di bawah yang dihubungkan dengan pipa ke
labu distilasi akan semakin banyak dan pada suatu saat semuanya akan berpindah
ke labu distilasi. Dengana demikian satu sirkulasi telah terjadi. Proses berikutnya
akan terjadi secara otomatis dan ekstraksi akan berlangsung secara kontinu.

Dalam ekstraksi moderm, model ekstraksi kontinu dikembangkan menjadi


peranti soxhlet seperti di bawah ini:

Modifikasi dibuat pada badan peranti soxhlet ini memungkinkan untuk ekstraksi
cair padat dan ekstraksi senyawa dari matriks padat.
2.4.4 Metode “Counter Current” Craig

Metode ini sangat berguna untuk memisahkan campuran dari senyawa-


senyawa yang sangat mirip dengan harga angka banding distribusi yang tidak
terlalu berbeda sehingga secara fisik sangat sulit untuk melakukan pemisahan.
Metode ini disebut juga ‘’counter current craig’’ dengan banyak tabung Craig di
mana outlet tabung satu merupakan inlet corong lain. Adapun tabung Craig terdiri
dari bangunan tiga dimensi. Tempat A adalah inlet pada tabung tabung B yang
miring dan berisi dua buah pelarut yang tidak bercampur (pelarut organic dan
pelarut air). Pada proses ekstraksi diberikan banyak tabung (±100 buah) tergantung
pada tujuan pemisahan.

Pelarut yang lebih berat diisikan ke tempat B melalui inlet A ½ penuh dalam
tiap tabung. Solut dalam pelarut lebih ringan dimasukkan ke tempat B dalam
apparatus Craig pertama. Tabung pertama ini dikocok seputar titik P dengan sudut
sebesar 35⁰ bolak balik sampai keadaan setimbang tercapai dan terbentuk 2 lapisan
kembalidengan zat terlarut yang sudah terbagi antara keudanya menurut harga
konstanta distribusinya.

Jika tabung diputar 90⁰ searah jarum jam, pelarut yang lebih ringan
mengalir melalui sambungan C menuju tempat D sedangkan pelarut yang lebih
berat akan terjebak di B. jika tabung diputar kembali 90⁰ maka pelarut ringan
mengalir melalui E menuju inlet A ditabung Craig berikutnya. Proses ini dinamakan
1 kali transfer, yang analog dengan satu kali sirkulasi pada ekstraksi kontinu.
Dengan cara ini pemindahan solute akan terjadi. Jika ada beberapa senyawa
yang akan dipisahkan, maka setelah ratusan tabung Craig bergerak bersama,
diperoleh pemisahan sangat efektif.

Jika sekarang diumpamakan sampel hanya mengandung satu zat terlarut


dengan harga konstanta distribusi KD=1 dan jumlah volume kedua pelarut sama
VM=Vs’ maka distribusi solute dalam proses Craig jika pada tiap tabung dapat
diperhitungkan dan hasilnya tampak pada gambar.

Perlu diingat bahwa harga KD=1 ini brarti solute akan terbagi sama persis
dalam pelarut lapis atas maupun bawah, ditabung kedua baik dilapisan atas maupun
bawah terjadi pembagian dalam porsi sama persis, ditabung ke tiga demikian pula
dan seterusnya. Pembagian yang sama persis ini akan memudahkan perhitungan.
Seandainya solute yang ada mempunyai harga KD=1 tidak =1 maka hasil perhitugan
akan jauh berbeda.

Jika diperhitungkan jumlah fraksi solute yang ada dalam tiap tabung
terdapat keteraturan yang menarik untuk keberadaan solute yang mempunyai harga
konstanta distribusi =1 ini. Jika sebelum dilakukan transfer jumlah solute adalah =1
di tabung pertama setelah transfer pertama maka jumlah ditabung pertama sama
persis karena harga konstanta distribusi adalah 1. dengan demikian pada pada
transfer selanjutnya jumlah solute di masing-masing tabung dapat terlihat
pergeserannya.
Hal ini merupakan contoh untuk pemisahan satu jenis snyawa solute dari
satu pelarut ke pelarut lainnya. Jika terdapat dua atau lebih zat terlarut maka
perhitungan akan lebih rumit karena kedua solute tersbut mempunyai harga
konstanta distribusi yang pasti berbeda satu sama lain dalam system yang sama.

Perlahan-lahan masing-masing komponen akan bergeser dan saling


menjauh. Satu sama lain, hal itu terjadi menurut konstanta distribusi masing-
masing. Pemisahan macam ini memang bukan cara yag mudah dan tidak praktis
sama sekali, namun untuk senyawa-senyawa dengan konstanta distribusi yang
sangat mirip cara ini merupakan alternative yang harus ditempuh.

p = fraksi total dalam fase S

q = fraksi total dalam fase M ditabung yang sama

n = jumlah transfer

Maka, angka dari tiap baris adalah ekspansi binomial (p+q)n


Jika diperhatikan notasi fase adalah S dan M (mewakili stationary dan
mobile phase) yang merupakan terminology dalam proses pemisahan dengan
kromatografi, hal ini dikarenakan aplikasi utama dari metode counter ini adalah
kromatografi hal ini dikarenakan aplikasi utama dari metode counter current ini
adalah kromatografi.

Kolom kromatografi pada saatnya dapat dianalogikan pada tabung-tabung


ekstraksi Craig yang menggeser konsentrasi solute tergantung pada harga konstanta
distribusinya dan akhirnya senyawa-senyawa campuran yang ada dapat mengalami
pergeseran dalam waktu yang berbeda-beda.

Contoh diatas berlaku jika solute hanya satu dan digeser keberadaannya
dalam proses Craig. Jika ada dua solute atau du senyawa, maka pasti harga
konstanta distribusi tidak akan sama dan dengan demikian mengalami pergeseran
dengan kecepatan yang berbeda. Diberikan grafik pemisahan komponen A (Ka=0,5)
dan B Kb=1,0) yang hendak dipisahkan dengan cara Craig. Konsentrasi A akan
bergeser lebih cepat daripada konsentrasi B namun untuk memisahkannya masih
bergantung pada jumlah transfer yang dilakukan.

Pada gambar tampak pola puncak kedua solute setelah delapan kali transfer.
Konsentrasi A tertingggi ada pada tabung ke-5 dan sedangkan B pada tabung ke-4.

Grafik menunjukkan grafik A dan B belum terpisah dengan baik meskipun


menunjukkan dua puncak. Setelah 200 kali transfer maka konsentrasi solute A
sudah berada jauh dari tabung yang mengandung B dalam jumlah maks (tabung ke-
100). Setelah 200kali transfer terlihat dengan jelas bahwa solute A dan B telah
terpisah dengan sangat baik. Semua perhitungan ini menggunakan volume kedua
jenis pelarut sama persis, Vm= Vs
Ekstraksi ‘’counter current’’ Craig sangat ideal jika senyawa-senyawa yang
dipisahkan mempunyai harga mirip sehingga susah dilakukan cara biasa. Metode
ini juga digunakan untuk menjelaskan proses terjadinya pemisahan dalam kolom
kromatografi dimana perpindahan massa solute terjadi sedikit demi sedikit hingga
mencapai pemisahan sempurna. Metode ini jarang dilakukan karena alasan
kepraktisan.

Macam-macam ekstraksi dapat disimpulkan dalam tabel berikut ini:


2.5 Tipe-tipe Ekstraksi Modern
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Metode ekstraksi pada awalnya didasarkan pada perbedaan kelarutan


komponen-komponen yang akan dipisahkan pada beberapa jenis pelarut. Namun
saat ini metode ekstraksi berkembang dengan kerumitan yang mendalam dan
sanggup memisahkan secara baik dengan bantuan rancangan operasional seperti
ultrasonikasi dan gelombang mikro.

Akibat ekstraksi mendasarkan proses utamanya pada kelarutan sebagai sifat


fisika komponen kimia maka proses ini dipengaruhi oleh beberapa parameter-
parameter fisik seperti jenis pelarut, temperature, pH dan tambahan ultrasonikasi
atau gelombang mikro. Pada proses ekstraksi modern, rancangan ekstraksi mikro
sudah dikembangkan.

3.2 Saran

Sebaiknya dalam pemisahan campuran komponen dengan fase cair-cair


menggunakan metode ekstraksi agar didapatkan hasil yang maksimal dan murni.
DAFTAR RUJUKAN

Subagio, dkk. 2013. Kimia Analitik. Malang:Universitas Negeri Malang

Wonohardjo, Surjani. 2013. Metode-Metode Pemisahan Kimia. Malang:Indeks

Anda mungkin juga menyukai