Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FITOKIMIA

TAHAPAN EKSTRAKSI-FRAKSINASI-ISOLASI DAN KARAKTERISASI


ISOLASI DARI SENYAWA MENTHOL

Disusun Oleh:

Kelompok 8/Kelas D

Muhammad Inzhagi (10060321157)

Indah Prayesti (10060321169)

Venny Safitriani (10060321177)

Choirunnisa (10060321183)

Salma Nur Sahara (10060321189)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pembentukan Kristal Dari Senyawa Artemisin” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pendahuluan pada mata kuliah Fitokimia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Tahapan Ekstraksi-Fraksinasi-Isolasi dan Karakteristik
Isolasi Dari Senyawa Menthol” bagi para pembaca dan juga penulis. Dengan penuh
kesadaran bahwa makalah ini tidak akan selesai tanpa peran aktif dari semua pihak
yang rela hati membantu dan mendukung dalam proses penyelesaian. Untuk ini kami
sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT
2. Keluarga yang selalu mensuport dalam pembuatan makalah ini serta memberikan
motivasi
3. Bapak/Ibu dosen dan asisten yang telah membimbing dan memberikan pengarahan
4. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena


keterbatasan ilmu yang kami miliki. Namun berkat usaha dan bantuan dari beberapa
pihak, makalah ini dapat terselesaikan meski masih banyak terdapat kekurangan.

Bandung, ……………… 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................4
BAB II ISI........................................................................................................................5
2.1 Senyawa Menthol..............................................................................................5
2.2 Tahapan Ekstraksi............................................................................................5
2.3 Tahapan Fraksinasi...........................................................................................6
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahapan ekstraksi, fraksinasi, isolasi, dan karakterisasi senyawa menthol
melibatkan serangkaian proses kimia untuk memisahkan dan mengidentifikasi
senyawa-senyawa dari bahan alam. Proses ini umumnya meliputi ekstraksi senyawa
dari bahan alam, fraksinasi untuk memisahkan komponen-komponennya, isolasi
untuk mendapatkan senyawa murni, dan karakterisasi untuk menentukan struktur
kimia dari senyawa tersebut. Metode yang digunakan dalam setiap tahapan dapat
bervariasi tergantung pada sifat-sifat kimia dari senyawa yang akan diisolasi.
Misalnya, dalam konteks kimia organik bahan alam metode isolasi dan identifikasi
struktur senyawa organik bahan alam juga menjadi bagian penting dalam memahami
sifat-sifat senyawa-senyawa tersebut. Proses isolasi dan identifikasi struktur senyawa
organik umumnya melibatkan penggunaan berbagai teknik analisis spektroskopi
seperti spektrometer NMR dan spektrofotometer IR. Dengan demikian, tahapan
ekstraksi, fraksinasi, isolasi, dan karakterisasi senyawa menthol merupakan proses
yang kompleks dan memerlukan pemahaman mendalam tentang sifat-sifat kimia
senyawa-senyawa yang akan diisolasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tahapan ekstraksi-fraksinasi-isolasi dari senyawa mentol?
2. Bagaimana karakterisasi isolasi dari senyawa mentol?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses tahapan ekstraksi-fraksinasi-isolasi dari senyawa
mentol
2. Untuk mengetahui karakterisasi isolasi dari senyawa mentol
BAB II
ISI

2.1 Senyawa Mentol


Metabolit sekunder merupakan senyawa non esensial bagi tumbuhan yang
berfungsi mempertahankan diri dari kondisi lingkungan, mengusir hama dan
penyakit, menarik pollinator, dan sebagai molekul sinyal. Metabolit sekunder dapat
diidentifikasi dengan pengujian secara fitokimia untuk mengetahui golongan
metabolit yang terkandung dalam suatu tumbuhan. Identifikasi metabolit dapat
menjadi langkah awal dalam suatu penelitian dalam mencari senyawa bioaktif yang
dapat menjadi precursor bagi sintesis obat baru (Verpoorte dan Alfermann, 2000).
Mentol adalah senyawa kimia yang berasal dari alam dan merupakan senyawa
yang termasuk dalam kelompok terpenoid. Senyawa mentol termasuk dalam
golongan turunan dari siklik. Senyawa kimia dalam golongan ini memiliki ciri yaitu
dua ikatan rangkap dan satu lingkaran. Mentol memiliki sifat sebagai antiseptik,
analgetik, dan digunakan sebagai obat salesma (Verpoorte dan Alfermann, 2000).
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa
terpen. Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh
tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n.
Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid. Hal ini disebabkan karena kerangka
karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia terpenoid merupakan
penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat
mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonilatau gugus fungsi lainnya
(Verpoorte dan Alfermann, 2000)..
Efek farmakologis dari mentol adalah menghasilkan sensasi dingin ketika
kontak dengan membran mukosa (nostril, bibir, dan kelopak mata) dan juga ketika
ditelan. Suatu senyawa yang telah dikenal sebagai aditif, misalnya dalam aroma
makanan dan produk higienis oral. Hal ini dikarenakan mentol tersebut menghasilkan
sensasi dingin pada mulut, dan juga karena memiliki rasa dan bau mint yang
menyegarkan. Efek pendinginan mentol tersebut adalah karena aksi mentol pada
ujung-ujung syaraf tubuh manusia yang mendeteksi rangsangan panas dan dingin.
Khususnya mentol dipercaya dapat mengaktifkan reseptor-reseptor dingin pada
ujung-ujung syaraf. Sensasi rasa tersebut akan mengurangi rasa sakit, walau
sebenarnya senyawa mentol tidak mengurangi atau menaikkan suhu (Verpoorte dan
Alfermann, 2000).

2.2 Tahap Ekstraksi


Ekstraksi suatu proses zat berdasarkan kelarutannya terhadap dua cairan yang
tidak saling , biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Ekstraksi metode dengan
bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah
kelarutan bahan dalam pelarut tertentu (Hudaya T, 2014).
Metode pemisahan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau suatu
senyawa atau senyawa yang susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik
dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan bertujuan untuk
zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut sebagai dan
juga untuk mengetahui suatu zat dalam suatu sampel (analisis laboratorium).
Berdasarkan tahap proses , metode dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
metode pemisahan sederhana dan metode kompleks (Harbone J B, 2006).
a. Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap.
Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relative
sederhana (Harbone J B, 2006).
b. Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya
penambahan bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi
kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih
metode sederhana (Harbone J B, 2006).
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran
dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam
pelarut tertentu. Berikut beberapa macam ekstraksi : (Hanani, 2015)
1. Ekstraksi Cara Dingin
a) Maserasi
Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut diam,
atau dengan beberapa kali pengocokan pada suhu ruang. Maserasi kinetic
merupakan metode maserasi dengan pengadukan secara sinambung tapi
jarang digunakan (Hanani, 2015).
b) Perkolasi
Perkolasi merupakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
suhu ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan bahan, maserasi
antara, perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) secara terus
menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya satu sampai lima kali
volume bahan (Hanani, 2015).
2. Ekstraksi Cara Panas
a) Refluks
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik
didih pelarut tersebut. Selama waktu tertentu dan sejumlah pelarut tertentu
dengan adanya pendingin balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga
sampai lima kali pengulangan proses pada residu pertama, sehingga termasuk
proses ekstraksi sempurna. Prosedurnya : masukkan sampel dalam wadah,
pasangkan kondensor, panaskan. Pelarut akan mengekstraksi dengan panas,
dan akan menguap sebagai senyawa murni. Kemudian didinginkan dalam
kondensor, turun lagi kedalam wadah, mengekstraksi kembali dan seterusnya
begitu (Hanani, 2015).
b) Soxhlet
Ekstraksi ini merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru,
umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Sampel disimpan dalam
alat Soxhlet dan tidak dicampur langsung dengan pelarut dalam wadah yang
dipanaskan, pelarut didinginkan dalam kondensor dan pelarut dingin ini yang
selanjutnya mengekstraksi sampel (Hanani, 2015).
- Prosedur kerja Ekstraksi Asam-Basa Kulit Batang Pulai
Ekstrak kental metanol kulit batang pulai dilarutkan dengan pelarut
metanol dan diukur pH awal larutan. Setelah itu ditambahkan asam asetat
glasial 5% hingga pH larutan menjadi 3-4 kemudian dipartisi dengan
diklorometana (1:3) hingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas (fasa air)
dan lapisan bawah (fasa organik) yang disebut dengan fraksi asam. Fasa air
kemudian ditambahkan Na2CO3 10% hingga pH larutan menjadi pH 10
kemudian diekstraksi kembali dengan diklorometana sebanyak 3 kali
pengulangan hingga membentuk dua lapisan kembali. Lapisan bawah (fasa
organik) sebagai fraksi basa dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator dan ditimbang untuk mengetahui berat fraksi basa yang
didapatkan (Hamdiani, dkk., 2018).
c) Uji Fitokimia (Hanani, 2015)
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstrak kental metanol dan fraksi basa kulit batang pulai masing-
masing sebanyak 1 ml ditambahkan HCl 2 N dan dipanaskan, kemudian
ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer. Bila terbentuk endapan berwarna
putih atau kuning menunjukkan positif alkaloid (Hanani, 2015).
2. Identifikasi Flavonoid
Ekstrak kental metanol dan fraksi basa kulit batang pulai masing-
masing sebanyak 1 ml di didihkan selama 5 menit diatas penangas air.
Setelah itu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg, 1 mL HCl dan dikocok hingga
terpisah. Bila terjadi perubahan warna menjadi warna merah atau jingga
menunjukkan positif Flavonoid (Hanani, 2015).
3. Identifikasi Steroid/Terpenoid
Ekstrak kental metanol dan fraksi basa kulit batang pulai masing-
masing sebanyak 1 ml dipanaskan selama 5 menit, kemudian ditambahkan
pereaksi Liebermann-Burchard. Adanya perubahan warna menjadi coklat
kemerahan menunjukkan positif terpenoid, sedangkan perubahan warna
menjadi biru menunjukkan positif Steroid (Hanani, 2015).
4. Identifikasi Tanin
Ekstrak kental metanol dan fraksi basa kulit batang pulai masing-
masing sebanyak 1 ml di didihkan selama 5 menit dan ditambahkan 1-3
tetes pereaksi FeCl3 10 %. Adanya perubahan warna menjadi biru tua atau
hijau kehitaman menunjukkan positif tannin (Hanani, 2015).
5. Identifikasi Saponin Ekstrak kental metanol dan fraksi basa kulit batang
pulai masing-masing sebanyak 1 ml ditambahkan aquades dan dikocok
kuat selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang stabil pada tabung reaksi
selama tidak kurang dari 10 menit dengan tinggi buih 1-10 cm serta
dengan penambahan beberapa tetes HCl 2 N buih tidak hilang
menunjukkan adanya saponin (Hanani, 2015).
Tabel Hasil uji fitokimia ekstrak kental metanol dan fraksi basa kulit
batang pulai
Metabolit sekunder merupakan senyawa non esensial bagi tumbuhan yang
berfungsi mempertahankan diri dari kondisi lingkungan, mengusir hama dan
penyakit, menarik pollinator, dan sebagai molekul sinyal (Verpoorte dan
Alfermann, 2000). Metabolit sekunder dapat diidentifikasi dengan pengujian
secara fitokimia untuk mengetahui golongan metabolit yang terkandung dalam
suatu tumbuhan. Identifikasi metabolit dapat menjadi langkah awal dalam suatu
penelitian dalam mencari senyawa bioaktif yang dapat menjadi precursor bagi
sintesis obat baru. Hasil identifikasi golongan metabolit sekunder terhadap
ekstrak kental metanol dapat dilihat pada tabel diatas. Golongan senyawa
metabolit yang teridentifikasi pada ekstrak kental metanol kulit batang pulai ada
dua golongan yaitu terpenoid dan tanin. Tidak teridentifikasinya golongan
alkaloid pada ekstrak kental metanol disebabkan kemungkinan besar kandungan
senyawa alkaloid yang terdapat pada ekstrak kental metanol sangat sedikit
sehingga sulit bereaksi dengan pereaksi sehingga menghasilkan reaksi negatif.

2.3 Tahap Fraksinasi


Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada suatu
ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur.
Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan
metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non polar digunakan nheksan, etil
asetat untuk menarik senyawa semi polar, sedangkan methanol untuk menarik
senyawa-senyawa polar. Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang
bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-
senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar juga
(Mulyawati, 2016).
Prinsip dasar dari metode ini ialah melibatkan kontak fisik
antara larutan dengan pelarut (solvent) lain yang sifatnya tidak saling
bercampur atau tidak saling melarut (immisible) dengan pelarut
asalnya, dan biasanya mempunyai densitas yang berbeda sehingga akan
terbentuk dua fase atau lapisan setelah beberapa saat penambahan pelarut.
Metode pemisahan yang digunakan umumnya adalah fraksinasi caircair,
yaitu metode pemisahan dengan menggunakan dua cairan pelarut yang tidak
saling bercampur, sehingga senyawa yang diinginkan dapat terpisah. Metode 6
fraksinasi lainnya yaitu fraksinasi yang dilakukan dengan menggunakan kolom
kromatografi, yakni berupa gelas pipa yang dilengkapi dengan kran dan
penyaring didalamnya ukuran kolom yang digunakan dapat disesuaikan dengan
banyaknya sampel yang akan dipisahkan. Glass wool atau kapas biasanya
digunakan untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam kolom pengisian
kolom dilakukan dengan homogen (Harborne, 2011). Salah satu metode
fraksinasi pemisahan secara kromatografi yaitu :
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi Lapis Tipis adalah metode pemisahan senyawa dengan
menggunakanlempeng KLT dan wadah tertutup atau Chamber yang
berisi pelarut. Analisis metode kromatografi lapis tipis dilakukan
dengan menotolkan senyawa pada lempeng KLT dan dikeringkan.
Ujung KLT sebagai fase diam dimasukkan ke dalam chamber berisi
pelarutsebagai fase gerak dan ditunggu sampel bermigrasi. Perbedaan
migrasi adalah hasilperbedaan tingkat afinitas, sifat fisika dan sifat kimia
masing-masing komponen pada fasediam dan fase gerak (Rohman, 2009).
Dalam prosedur dasar KLT, diawali dengan menotolkan sampel pada
salah satu ujung fase diam (lempeng KLT) yang kemudian dikeringkan. Ujung
fase diam yang terdapat totolan dicelupkan ke dalam fase gerak (berupa pelarut
tunggal maupun pelarut campuran) pada chamber. Apabila pemilihan fase
gerak dan fase diam tepat, maka komponen- komponen sampel akan bermigrasi
dengan kecepatan yang berbeda. Pada saat fase gerak telah mencapai jarak yang
diinginkan, maka fase diam diambil dan dikeringkan. Kemudian untuk
mengetahui zona yang dihasilkan dapat dilihat secara visual maupun di bawah
sinar ultraviolet baik menggunakan pereaksi penampak noda atau tidak.
Kemudian noda ditandai untuk dihitung nilai Rf-nya (nisbah antara jarak pita
yang terpisah dan jarak eluennya) (Wulandari, 2011). Nilai Rf yang optimal
yaitu berada pada rentang 0,2 – 0,8 (Hajnos et al, 2008).
b. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan suatu metode pemisahan preparatif.
Metode ini memungkinkan untuk melakukan pemisahan suatu sampel yang
berupa campuran dengan berat beberapa gram. Pada prinsipnya kromatografi
kolom adalah suatu teknik pemisahan yang didasarkan pada peristiwa adsorpsi.
Sampel yang biasanya berupa larutan pekat diletakkan pada ujung atas kolom.
Eluen atau pelarut dialirkan secara kontinyu ke dalam kolom. Dengan adanya
gravitasi atau karena bantuan tekanan, maka eluen/pelarut akan melewati
kolom dan proses pemisahan akan terjadi. Pelarut (fase gerak) yang paling
cocok untuk pemisahan harus ditentukan melalui cara kromatografi lapis tipis
terlebih dahulu. Kecepatan pergerakan suatu komponen tergantung pada
kemampuannya untuk tertahan atau terhambat oleh penyerap di dalam kolom.
Jadi suatu senyawa yang diserap lemah akan bergerak lebih cepat daripada yang
diserap kuat (Sastrohamidjojo, 1991)..
Satu bagian sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai, biasanya pelarut
yang digunakan adalah pelarut yang digunakan untuk pembuatan ekstrak.
Larutan ekstrak ini kemudian dicampur dengan 2,0-3,0 bagian fase diam,
dengan hati-hati campuran ini dikeringkan didalam rotary evaporator hingga
diperoleh serbuk ekstrak kering. Serbuk ini ditaburkan diatas packing kolom
dan ditutup dengan selapis pasir. Selanjutnya sampel siap dielusi. Fase gerak
dimasukkan kedalam kolom dengan cara dituangkan sedikit demi sedikit atau
dialirkan dari bejana yang diletakkan diatas kolom sehingga fase gerak
mengalir dengan sendirinya. Cara yang praktis adalah dengan memasukkan
kedalam corong pisah, ujung corong pisah dimasukkan kedalam kolom dan
ujung lain tertutup, sedangkan keran terbuka. Fase gerak akan keluar dengan
sendirinya sesuai dengan keluarnya fase gerak dari kolom.

2.3.1. Gambar Kromatografi Kolom

c. Kromatografi Kertas (KKt)


Kromatografi kertas adalah teknik dimana terdapat pemisahan komponen
dari campuran yang tercapai dengan elusi fase gerak yang membawa sampel
dalam kertas. Kromatografi kertas merupakan metode pemisahan sederhana
yang digunakan untuk memisahkan komponen pigmen zat warna, biasanya
pigmen. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari
substansinya menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi
bekerja berdasarkan prinsip yang sama. Semua jenis kromatografi pasti
memiliki fase diam (biasanya berupa padatan) dan fase gerak (gas atau cairan).
Fase gerak dilewatkan melalui fase diam sehingga sampel ikut terbawa oleh
fase gerak. Bila kepolaran sampel lebih tinggi ke fase gerak maka sampel akan
lebih terbawa fase gerak dan sebaliknya. (Rubiyanto, 2017).
Prinsip Kromatografi Kertas Prinsip kromatografi kertas adalah adanya
pemisahahan substansi material (sampel) antara dua fase, yaitu fase diam dan
fase gerak. Bila sampel lebih polar ke fase gerak maka akan terikut elusi.
Komponen sampel campuran terpisah karena perbedaan afinitas terhadap air
daripada fase diam. (Mubarok,2021).
Prosedur kromatografi kertas dimulai dengan memilih kertas
kromatografi yang tepat, biasanya dipotong sesuai ukuran yang diinginkan.
Kemudian, di bagian bawah kertas itu, diberikan tetesan campuran yang ingin
dipisahkan atau penanda tertentu yang akan digunakan sebagai titik awal.
Kertas kemudian ditempatkan dalam wadah yang berisi pelarut, dengan
pastikan bahwa bagian bawah kertas terendam dalam pelarut tetapi bagian
atasnya tidak menyentuh pelarut. Proses pengembangan kertas dimulai saat
pelarut naik melalui media kertas yang menyerap. Saat pelarut bergerak melalui
kertas, komponen-komponen campuran yang dipisahkan juga ikut bergerak,
dan karena perbedaan afinitas terhadap media kertas dan pelarut, terjadi
pemisahan (Kristianingrum, 2005).

2.4 Tahap Isolasi

2.5 Karakteristik Isolasi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Hanani, E., (2015). Analisis Fitokimia. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


Hamdiani, S., dkk. (2018). Alkaloids from Pulai (Alstonia scholaris (L) R.Br.) Leaves
of Lombok Island on the Basic of GC-MS Analysis, AIP Conference
Proceedings, 1-5.
Hajnos M, Sherma J, Kowalska T. (2008). Thin Layer Chromatography in
Phytochemistry. New York: CRC Press: 143.
Harborne, J. B. (2006). Metode Fitokimia. In J. B. Harborne, Metode Fitokimia.
Bandung: Penerbit ITB.
Hudaya, T., Prasetyo, S., & Kristijarti, A.P. (2014). Ekstraksi Isolasi dan Uji
Keaktifan, Jakarta.
Kristianingrum. (2005). Peranan Kimia Analisis untuk Industri Farmasi.
Yogyakarta: UNY.
Mubarok, F. (2021). Kromatografi Kertas Prinsip dan Cara Kerja. Farmasi Industri,
June.
R.Verpoorte and A.W. Alfermann, (2000). (eds): Metabolic Engineering of Plant
Secondary Metabolism. Dordrecht, Boston, London: Kluwer Academic
Publishers. 286 pp. ISBN 0 7923 6360 4 (Hardbound) euro 136; USD 147.
Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. (2006). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Rubiyanto, D. (2017). Metode Kromatografi Prinsip Dasar, Praktikum dan
Pendekatan Pembelajaran Kromatografi. CV. Budi Utama.
Wulandari, Lestyo. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo.

Anda mungkin juga menyukai