Anda di halaman 1dari 24

Halaman Muka

SENYAWA FENOLIK DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK


HIDROALKOHOLIK DARI MURTILLA (Ugni molinae Turcz.)
LIAR DAN DIBUDIDAYAKAN

Disusun oleh :
Adira Nofeadri Ryofi (1506723856)

Tugas Makalah Cluster III


Kelas C
Periode 2017/2018

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2017
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Cluster III
dalam materi kimia organik mengenai senyawa fenolik dan aktivitas antioksidannya,
dengan pemicu sebuah jurnal food science dan teknologi 34(4): 667-673 Tahun 2014
yang berjudul Phenolic Compounds and Antioxidant Activity of Hydroalcoholic
Extract of Wild and Cultivated Murtilla (Ugni molinae Turcz.).
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dyah Utami Cahyaning Rahayu S.Si., M.Si. dan Bapak Dr. Endang
Saefudin selaku pengajar mata kuliah Cluster III yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan memberikan bimbingan
kepada penulis
2. Teman-teman yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan makalah
ini.
Akhir kata penulis berharap agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan
untuk segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, 2 Mei 2017

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman Muka ............................................................................................................... i


Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 1
1.4 Metode Penulisan ................................................................................................ 2
1.5 Sistematika Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
2.1 Murtilla (Ugni molinae Turcz) ............................................................................ 3
2.2 Senyawa Fenolik ................................................................................................. 3
2.3 Aktivitas Antioksidan .......................................................................................... 4
2.3.1 Uji ABTS radical cation scavenging activity ............................................ 4
2.3.2 Uji DPPH radical scavenging activity ....................................................... 5
2.4 Ekstraksi ....................................................................................................... 5
2.5 Karakterisasi Ekstrak Murtilla ...................................................................... 6
2.5.1 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS) .................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................ 8
3.1 Material yang Digunakan .................................................................................... 8
3.2 Prosedur Penelitian .............................................................................................. 8
3.2.1 Preparasi Tanaman .................................................................................... 8
3.2.2 Ekstraksi Buah Murtilla ............................................................................. 9
3.2.3 Penentuan Kadar Polifenol Total ............................................................... 9
3.2.4 Penentuan Aktivitas Antioksidan ............................................................ 10
3.2.5 Karakterisasi dengan Gas Spektrometri GC-MS ..................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 13
4.1 Kadar Polifenol dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Murtilla .......................... 13
4.2 Karakterisasi Ekstrak Murtilla dengan Gas Kromatografi (GC-MS) .............. 15
BAB V......................................................................................................................... 19
PENUTUP ................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ugni molinae Turcz adalah berry liar asli di Chile, terdapat di daerah yang
memanjang dari selatan Talca hingga ke Sungai Palena. Buah ini dikenal sebagai
murtilla, murta atau uni, dan merupakan keluarga Myrtaceae. Di habitat
alaminya, murtilla tumbuh di semak cemara yang mempunyai tinggi 1 sampai 2
meter,dan mampu mencapai hingga 4 meter. Buahnya berbentuk bulat, kecil,
dengan bau dan rasa yang enak, serta murtilla sangat bervariasi dalam warna dan
ukuran. Murtilla secara luas digunakan untuk produksi selai, minuman, sirup, jus,
selai jeruk, manisan buah, dan cokelat sebagai produk lainnya (Muoz et al.,
1986). Komersial produksi murtilla segar (Scheuermann et al., 2014) dan berbagai
produk olahan karena buah ini dikenal dengan aroma dan bunganya yang manis
(Scheuermann et al., 2008) dan kadar polifenol nya (Shene et al, 2009;. Ruiz et al,
2010.; Rubilar et al, 2011.; Speisky et al, 2012.; Alfaro et al., 2013).
Studi sebelumnya difokuskan pada penentuan utama senyawa fenolik,
kapasitas antioksidan dan mekanisme aksi daun murtilla pada tingkat sel (Avello
& Pastene, 2005; Rubilar et al., 2006; Suwalsky et al., 2007). Baru saja Ruiz et al.
(2010) membuktikan bahwa kandungan flavonol dan polifenol dalam buah ini
adalah sekitar 32 4 mg asam gallic / 100g buah. Namun, dalam rangka untuk
mengidentifikasi dan mengisolasi senyawa ini perlu mempertimbangkan banyak
faktor seperti sebagai jenis murtilla (Shene et al, 2009;.. Alfaro et al, 2013) dan
sistem ekstraksi yang diterapkan dan mengevaluasi pelarut yang digunakan, suhu
dan waktu ekstraksi, rasio padat / cair, dan ukuran partikel (Cacace & Mazza,
2002, 2003; Castaneda-Ovando et al, 2009.; Pompeu et al., 2009).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah
1. Bagaimana cara preparasi ekstrak hidroalkoholik dari dua jenis murtilla ?
2. Bagaimana kadar polifenol total yang dihasilkan pada ekstrak murtilla?
3. Bagaimana aktivitas antioksidan yang dihasilkan pada ekstrak murtilla?
4. Bagaiman hasil karakterisasi murtilla menggunakan gas spektrometri (GC-
MS)?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah
1. Untuk mengetahui cara memperoleh ekstrak hidroalkoholik dari dua jenis
murtilla
2. Untuk mengetahui kadar polifenol total pada ekstrak murtilla.
3. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak mutilla.
4. Untuk mengetahui karakter senyawa di dalam ekstrak mutilla yang diperoleh.
2

1.4 Metode Penulisan


Untuk membuat makalah ini, penulis menggunakan metode studi pustaka
melalui buku dan internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulis dalam menyusun makalah ini dilakukan secara sistematis, sehingga
permasalahan-permasalahan dapat terjawab dengan baik, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan materi perkuliahan dan pemicu jurnal
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan proses dan alur penelitian pada pemicu jurnal.
BAB IVPEMBAHASAN
Pada bab ini membahas keterkaitan pemicu jurnal terhadap literatur.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi kesimpulan.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Murtilla (Ugni molinae Turcz)
Myrtaceae (Myrtales; Angiosperm Filogeni Grup 2009) adalah keluarga
besar angiosperma termasuk sekitar 5.500 spesies, dibagi menjadi dua subfamilies, 17
suku dan ca. 140 genera (Wilson et al 2005;.. Biffin et al 2010). Muyrtaceae
merupakan keluarga belahan bumi yang didominasi di bagian Amerika Selatan dan
Australasia (Snow 2000). Genus Ugni Turcz. terdiri dari empat spesies
didistribusikan di Amerika Selatan dari wilayah Andean dari Cile ke Mexico (Wilson
2011).
Ugni molinae Turcz. (Myrtaceae) adalah semak Amerika Selatan yang
tumbuh di hutan beriklim lembab di selatan-tengah Chile dan Argentina (Landrum
1988). Spesies ini dikenal sebagai murta, murtilla atau jambu Chili karena
buahnya dapat dimakan (Aguirre et al. 2006). Produk komersial lainnya termasuk teh,
minyak dan ekstrak alkohol (Landrum 1988; Quilaqueo et al. 2012). Daun dan buah-
buahan dari U. molinae kaya antioksidan dan zat phytoestrogenic yang digunakan
untuk mengobati gangguan, radang, infeksi saluran kencing, pencernaan dan diabetes
(Rubilar et al 2011;. Avello et al 2013.).Berikut adalah klasifikasi dari tanaman
murtilla :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Subfamilia : Myrtoideae
Genus : Ugni Turcz
Spesies : U. molinae
Sejumlah studi telah meneliti senyawa kimia dan aktivitas biokimia dalam
daun U. molinae, mengidentifikasi polifenol (tanin terkondensasi), terpenoid,
flavonoid dan film nanokomposit dari karboksimetilselulosa (Aguirre et al 2006;.
Rubilar et al 2006.; Avello et al. 2013; Doll et al. 2012; Quilaqueo et al. 2012). Tiga
lainnya spesies Ugni, yaitu, Ugni candollei (Benua Chile), Ugni selkirkii (Juan
Fernandez Nusantara) dan Ugni myricoides (Meksiko, Tengah Amerika untuk
Bolivia), tidak dianggap sama pentingnya dalam hal ekonomi sebagai U. molinae
(Wilson 2011).

2.2 Senyawa Fenolik


Senyawa fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada
tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik satu atau lebih gugus hidroksi (OH-)
dan gugus gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama
4

senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakkan memiliki gugus hidroksil


lebih dari satu sehingga disebut polifenol.
Senyawa fenolik meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan
yang mempunyai ciri sama, yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua
gugus OH-. Senyawa fenolik di alam terdapat sangat luas, mempunyai variasi
struktur yang luas, mudah ditemukan di semua tanaman, daun, bunga dan buah.
Ribuan senyawa fenolik alam telah diketahui strukturnya, antara lain flavonoid, fenol
monosiklik sederhana, fenil propanoid, polifenol (lignin, melanin, tannin), dan kuinon
fenolik.
Dalam keadaan murni, senyawa fenol berupa zat padat yang tidak berwarna,
tetapi jika teroksidasi akan berubah menjadi gelap. Kelarutan fenol dalam air akan
bertambah, jika gugus hidroksil makin banyak.
Senyawa fenolik memiliki aktivitas biologik yang beraneka ragam,
dan banyak digunakan dalam reaksi enzimatik oksidasi kopling sebagai
substrat donor H. Reaksi oksidasi kopling, selain membutuhkan suatu oksidator juga
memerlukan adanya suatu senyawa yang dapat mendonorkan H. Senyawa fenolik
merupakan contoh ideal dari senyawa yang mudah mendonorkan atom H.
2.3 Aktivitas Antioksidan
Aktifitas antioksidan tidak dapat diukur secara langsung, melainkan melalui
efek antioksidan dalam mengontrol proses oksidasi. Banyak metode yang bisa
digunakan untuk mengukur aktivitas antioksidan. Pada pengukuran aktifitas
antioksidan perlu diperhatikan sumber radikal bebas dan substrat. Hal ini dikarenakan
antioksidan mungkin dapat melindungi lipid dari kerusakan oleh radikal bebas,
namun di waktu yang sama dapat mempercepat kerusakan molekul sel lainnya. Untuk
mengatasi masalah ini dapat digunakan beberapa metode pengukuran aktifitas
antioksidan untuk mengevaluasi efek dari antioksidan.

2.3.1 Uji ABTS radical cation scavenging activity


Asam 2,2-Azinobis(3-etilbenzatiazolin)-6-sulfonat (ABTS)
merupakan substrat dari peroksidase, di mana ketika dioksidasi dengan
kehadiran H2O2 akan membentuk senyawa radikal kation metastabil dengan
karakteristik menunjukan absorbansi kuat pada panjang gelombang 414 nm.
ABTS merupakan senyawa larut air dan stabil secara kimia.
Akumulasi dari ABTS dapat dihambat oleh antioksidan pada medium
reaksi dengan aktivitas yang bergantung waktu reaksi dan jumlah antioksidan.
Kemampuan relatif antioksidan untuk mereduksi ABTS dapat diukur dengan
spektrofotometri pada panjang gelombang 734 nm. Absorbansi maksimal juga
dapat terjadi pada panjang gelombang yang lain. Panjang gelombang yang
5

mendekati daerah infra merah (734 nm) dipilih untuk meminimalkan


interfensi dari absorbansi komponen lainnnya.
Hasil pengukuran dengan spektrofotometer selanjutnya dibandingkan
dengan standar baku antioksidan sintetik, yaitu trolox yang merupakan analog
vitamin E larut air. Hasil perbandingan ini diekspresikan sebagai TEAC
(Trolox Equivalent Antioxidant Activity). TEAC adalah konsentrasi (dalam
milimolar) larutan trolox yang memiliki efek antioksidan ekuivalen dengan
1,0 mM larutan zat uji. TEAC mencerminkan kemampuan relatif dari
antioksidan untuk menangkap radikal ABTS dibandingkan dengan trolox.
2.3.2 Uji DPPH radical scavenging activity
DPPH atau 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (,-difenil-pikrilhidrazil)
merupakan suatu radikal bebas yang stabil dan tidak membentuk dimer akibat
delokalisasi dari elektron bebas pada seluruh molekul. Delokalisasi elektron
bebas ini juga mengakibatkan terbentuknya warna ungu pada larutan DPPH
sehingga bisa diukur absorbansinya pada panjang gelombang sekitar 520 nm.
Ketika larutan DPPH dicampur dengan senyawa yang dapat mendonorkan
atom hidrogen, maka warna ungu dari larutan akan hilang seiring dengan
tereduksinya DPPH.
Uji aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode ini berdasarkan
dari hilangnya warna ungu akibat tereduksinya DPPH oleh antioksidan.
Intensitas warna dari larutan uji diukur melalui spektrofotometri UV-Vis pada
panjang gelombang sekitar 520 nm. Hasil dari uji ini diinterpretasikan sebagai
EC50, yaitu jumlah antioksidan yang diperlukan untuk menurunkan
konsentrasi awal DPPH sebesar 50%. Pada metode ini tidak diperlukan
substrat sehingga memiliki keuntungan, yaitu lebih sederhana dan waktu
analisis yang lebih cepat.

2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu metoda operasi yang digunakan dalam proses
pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa
bahan (solven) sebagai tenaga pemisah. Apabila komponen yang akan dipisahkan
(solute) berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan pelindihan atau
leaching.
Proses pemisahan dengan cara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar.
1. Proses penyampuran sejumlah massa bahan ke dalam larutan yang akan dipisahkan
komponen komponennya.
2. Proses pembantukan fase seimbang.
3. Proses pemisahan kedua fase seimbang.
6

Sebagai tenaga pemisah, solven harus dipilih sedemikian hingga kelarutannya


terhadap salah satu komponen murninya adalah terbatas atau sama sekali tidak saling
melarutkan. Karenanya, dalam proses ekstraksi akan terbentuk dua fase cairan yang
saling bersinggungan dan selalu mengadakan kontak. Fase yang banyak mengandung
diluen disebut fase rafinat sedangkan fase yang banyak mengandung solven
dinamakan ekstrak. Terbantuknya dua fase cairan, memungkinkan semua komponen
yang ada dalam campuran terbesar dalam masing masing fase sesuai dengan
koefisien distribusinya, sehingga dicapai keseimbangan fisis.
Pemisahan kedua fase seimbang dengan mudah dapat dilakukan jika density
fase rafinat dan fase ekstrak mempunyai perbedaan yang cukup. Tetapi jika density
keduanya hampir sama proses pemisahan semakin sulit, sebab campuran tersebut
cenderung untuk membentuk emulsi.
Komponen-komponen yang terdapat dalam larutan, menentukan jenis/macam
solven yang digunakan dalam ekstraksi. Pada umumnya, proses ekstraksi tidak berdiri
sendiri, tetapi melibatkan operasi operasi lain sepeti proses pemungutan kembali
solven dari larutannya (terutama fase ekstrak), hingga dapat dimanfaatkan kembali
sebagai tenaga pemisah. Untuk maksud tersebut, banyak cara yang dapat dilakukan
misalnya dengan metode distilasi, pemanasan sederhana atau dengan cara
pendinginan untuk mengurangi sifat kelarutannya.

2.5 Karakterisasi Ekstrak Murtilla

2.5.1 Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (GC-MS)


Kromatografi gas-spektroskopi massa atau yang lebih dikenal dengan
GC-MS merupakan suatu instrumen gabungan dari kromatografi gas dan
spektroskopi massa. Instrumen GC memungkinkan untuk memisahkan
molekul-molekul dari suatu campuran, dimana hal ini tidak mungkin
dipisahkan dengan cara-cara lain. Karena sensitivitasnya yang tinggi maka
hanya diperlukan sejumlah kecil cuplikan (mikroliter). Pemisahan komponen-
komponen dari cuplikan terjadi diantara gas pengangkut dan fasa cair
(Sastrohamidjojo, 2002). Spektrometer massa merupakan alat analisis yang
mempunyai kemampuan aplikasi yang paling luas, yang dapat dipergunakan
untuk memperoleh informasi mengenai komposisi sampel dasar dari suatu
bahan, struktur dari molekul anorganik, organik dan biologi, komposisi
kualitatif dan kuantitatif dari kompleks, struktur dan komposisi dari
permukaan padat dan perbandingan isotropik atomatom di dalam sampel
(Skoog et al, 1998).
Metode spektroskopi massa di dasarkan pada pengubahan komponen
cuplikan menjadi ion-ion gas dan memisahkannya berdasarkan perbandingan
7

massa terhadap muatan (m/z). Bila suatu molekul berbentuk gas disinari oleh
elektron berenergi tinggi di dalam sistem hampa maka akan terjadi ionisasi,
ion molekul akan terbentuk dan ion molekul yang tidak stabil pecah menjadi
ion-ion yang lebih kecil (Hendayana, dkk, 1994). Lepasnya elektron dari
molekul menghasilkan radikal kation dan proses ini dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Ion molekul M+. biasanya terurai lagi menjadi sepasang pecahan atau
fragmen yang dapat berupa radikal dan ion atau molekul yang lebih kecil
dan radikal kation.

Ion molekular, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan


dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet yang dapat berubah sesuai
dengan massa dan muatan mereka dan menimbulkan arus ion pada kolektor
yang sebanding dengan limpahan relatif mereka (Peasock, 1976).
Kromatografi gas-spektroskopi massa ini biasa digunakan untuk analisis
kualitatif senyawa organik yang pada umumnya bersifat dapat diuapkan.
Campuran metil ester hasil transesterifikasi minyak nabati memenuhi kriteria
ini sehingga dapat dianalisis dengan kromatografi gas-spektroskopi massa.
Pemisahan yang dihasilkan dari setiap jenis senyawa yang dianalisis bersifat
khas untuk tiap senyawa. Demikian juga untuk senyawa-senyawa metil ester.
Ion-ion pecahan dari metil ester diakibatkan penataan ulang hidrogen dan
pecahan satu ikatan yang dipisahkan dari gugus karbonil.
8

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Material yang Digunakan


Bahan Alat
Buah Murtilla (Ugni Erlenmeyer 250 ml
molinae Turcz)
Etanol Termometer
Akuades Tabung sentrifuge
Kalium persulfat Kertas saring whatman no. 2
Larutan preaksi ABTS Neraca analitik
radikal
Larutan standar vitamin E Hot plate
Pereaksi Folin-Ciocalteau Alat sentrifuge

Na2CO3 4% Tabung reaksi


Asam galic Gelas ukur
Vortex Pipet ukur
Pereaksi radikal DPPH Spektrofotometer UV-Vis
Etanol 99% GC-MS
Heksana Air asam PH 2

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Preparasi tanaman


Buah Murtilla (Ugni molinae Turcz) yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari tanaman liar dan Murtilla yang dibudidayakan. Buah-
buahan yang dibudidayakan (14-4 genotipe) ditanam di bank plasma nutfah
stasiun eksperimental Instituto de Investigaciones Agropecuarias (INIA),
Puerto Saavedra (38 , 45 S, 73 21 W), La Araucana, Chili. Sedangkan
buah liar diperoleh dari vegetasi alami di Puerto Saavedra. Buah murtilla liar
dan yang dibudidayakan dipanen pada 18 April 2011 dan dikeringkan pada 19
April 2011 menggunakan kabinet pengeringan industri (1,8 m panjang, 2,2 m
tinggi, 3.5 m kendalaman) pada suhu konstan 70 C selama 6 jam sampai
kadar air akhir sebesar 5,4%. Buah kemudian dikemas ke dalam kaleng kedap
udara, dan dilindungi dari cahaya dan oksigen.
9

3.2.2 Ekstraksi buah murtilla

siapkan 2 erlenmeyer
250 ml, tambahkan ke tambahkan 30 ml
dalam masing-masing etanol 49.6%
erlenmeyer 1 gram (v/v etanol /air)
sampel

lalu disaring dengan


kertas saring kemudian Ekstrak larutan diinkubasi
Whatman n .2 lalu di sentrifuge pada pada suhu 30 C di
disimpan pada suhu 2057 rpm selama didalam water bath
7 C hingga akan di 15 menit selama 50 menit
analisis

3.2.3 Penentuan Kadar Polifenol Total

ekstrak hidroalkoholik 0,5 sampel diencerkan lalu di vorteks dan


diencerkan dengan dan dipindahkan ke didiamkan pada suhu
campuran etanol : air tabung reaksi lalu ruang selama 5 menit.
dengan konsentrasi ditambahkan 2,5 ml kemudian tambahkan 2
1:10 Folin-Ciocalteau : air ml Na2CO3 4%
(1:10 v/v)

lalu larutan diinkubasi pada standar yang digunakan


suhu ruang selama 2 jam adalah asam gallic dengan
dan di lindungi dari cahaya . konsentrasi 2,5 - 50 mg/ml.
lalu di ukur menggunakan
spektrofotometer UV pada lalu di buat kurva kalibrasi
740 nm dan tentukan kadar polifenol
10

3.2.4 Penentuan Aktivitas Antioksidan


ABTS radical cation scavenging activity

radikal ABTS
dibentuk oleh reaksi lalu diinkubasi pada
antara larutan suhu 25 C selama
ABTS+ 7 mM dan 12-16 jam di ruangan
larutan kalium gelap
persulfat 140 mM

ukur absorbansi
pada panjang setelah itu di
30 ml ekstrak
gelombang 734 nm encerkan dengan
ditambahkan
dengan etanol hingga
dengan 3 ml ABTS
spektrofotometer absorptivitas 0.700
radikal
UV. dengan standar 0.020 di 734 nm
larutan vitamin E

DPPH radical scavenging activity

0.5 ml ekstrak
diencerkan dalam larutan
etanol 80%, + 3 ml lalu di buat
etanol 99% + 0,3 ml blanko sampel, 3
radikal DPPH 0.5 mM ml etanol 99%
dan diencerkan dalam
etanol : air (80:20 v/v )

setelah itu larutan di


lalu dibuat kurva kemudian larutan
ukur dengan spektro
kalibrasi dan di diinkubasi pada suhu
fotometer UV pada
hitung aktivitas ruang dan di tempat
panjang gelombang
antioksidannya gelap selama 45 menit
515 nm
11

3.2.5 Karakterisasi dengan Gas Spektrometri GC-MS


Derivatisasi dan identifikasi kimia ekstrak dengan gas kromatografi -
spektrometri massa (GC-MS). Derivatisasi dilakukan untuk mengurangi
polaritas kelompok fungsional zat yang diminati dan untuk memisahkan
campuran menggunakan GC. Ekstraknya diuapkan di bawah aliran nitrogen
untuk menghilangkan pelarutnya, dan sisanya fraksi cair dibekukan dan
kemudian diberi liofilisasi. Jumlah keseluruhan volume 100 L dari reagen
derivatisasi n-metil-n- (Trimethylsilyl) trifloroasetamide (MSTFA) lalu
ditambahkan 20 mg bahan terliofilisasi. Campurannya dihomogenisasi, dan
reaksi dilakukan pada suhu 70 C selama 10 menit dalam oven. Reagen
tersebut diuapkan di bawah aliran nitrogen, dan produk derivatisasi
diencerkan ulang dalam 600-800 L heksana. Larutan fasa atas dapat di
injeksikan ke alat GC-MS
Teknik SPE (Solid Phase Extraction) digunakan untuk mengeluarkan
zat yang bisa mengganggu identifikasi senyawa fenolik. Kartrid SPE-LC18
(Supelco,2 gram) dikondisikan dengan mencuci beberapa kali dengan metanol
dan air asam (pH = 2). Setelah itu, 4 mL masing-masing ekstrak diuapkan di
bawah vakum pada suhu 45 C dan dilarutkan kembali dalam jumlah air yang
sama. Lalu, campuran ditambahkan ke kartrid masing-masing. Setelah
ekstraksi kolom, air asam ditambahkan ke ekstrak dalam jumlah yang cukup
untuk melepaskan gula. Setelah itu, metanol ditambahkan untuk dielusi
senyawa yang diinginkan yang dikumpulkan ke dalam botol kaca. Kemudian,
senyawa ini diuapkan di bawah aliran nitrogen untuk menghilangkan pelarut,
dan sisa fraksi cair dibekukan dan diliofilisasi; 100L dari reagen derivatisasi
N-methyl-n- (trimethylsilyl) trifloroasetamide (MSTFA) kemuadian
ditambahkan sekitar 20 mg bahan terliofilisasi. Campuran dihomogenisasi
dan ditempatkan di dalam oven selama 10 menit pada suhu 70 C. Reagen
diuapkan di bawah aliran nitrogen. Produk derivatisasi di reduksi dalam 600-
800 L heksana dan dihomogenisasi lagi, dan supernatan disuntikkan di CG-
MS. Semua senyawa yang diperoleh adalah turunan dari MSTFA.
Analisis CG-MS dilakukan dengan menggunakan GC Shimadzu
perangkat kromatografi gas 2010 ditambah dengan Shimadzu QP 2010 Plus
spektrofotometer massa. Sampel dipisahkan di kolom kapiler (RTX5MS 30m
x 0,25 mm x 0,25 m). Program suhu oven adalah: 80 C selama 1 menit; 20
C 1 menit sampai 250 C (ditahan selama 1 menit); 6 C 1 menit sampai
300 C (ditahan 5 menit); 15 C 1 menit sampai 310 C (ditahan selama 5
menit); Dan 20 C 1 menit sampai 320 C (ditahan selama 10 menit). Helium
digunakan sebagai gas carrier, suhu injektor adalah 280 C, dan 0,2 L setiap
sampel disuntikkan dalam mode splitless. Antarmuka dipertahankan Pada 280
12

C, dan detektor massa dioperasikan dalam pemindaian mode (m / z 40-800).


Integrasi data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak LabSolutions-
GCMS, dan flavonoid, asam fenolik, dan turunannya diidentifikasi dengan
perbandingan dengan data standar identik yang diperoleh oleh CG-MS
(Retention Waktu dan fragmentasi ion) analisis menggunakan 8 Wiley Online
Perpustakaan. Senyawa yang tidak bisa dikenali dengan cara ini diidentifikasi
berdasarkan ion molekulernya, sesuai dengan Rasio massa energi (m / z).
3.2.6 Analisis Statistik

Setiap nilai adalah mean dari tiga pengulangan; ANOVA dan uji
Tukey (P <0,05) digunakan untuk mempelajari korelasi antara senyawa
polifenol total dan aktivitas antioksidan yang dievaluasi dengan tes DPPH dan
ABTS, Koefisien korelasi Pearson (P <0,05) diterapkan dilakukan
menggunakan perangkat lunak SAS (Statistical Analysis System) (SAS
Institut, 2000).
13

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kadar Polifenol dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Murtilla

Kandungan polifenol total dan aktivitas antioksidan ekstrak murtilla kering


yang tumbuh liar dan yang dibudidayakan (14-4 genotipe) ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel. 1 Kandungan polifenol total (TPC) dan aktivitas antioksidan ekstrak buah
murtilla

Ekstrak dari buah genotip 14-4 memiliki total kandungan polifenol kira-kira
dua kali lipat dari ekstrak buah liar. Perilaku yang sama diamati pada uji DPPH dan
ABTS. Beberapa peneliti telah melaporkan adanya perbedaan kandungan senyawa
fenolik total dan antioksidan saat varietas dan kultivar yang berbeda. Rodrigues dkk.
(2011) melaporkan perbedaan antara jumlah fenolik dan aktivitas antioksidan dalam
lima belas kultivar blueberry, mulai dari 274.48 sampai 694.60 mg GAE 100 g-1
buah segar untuk fenolik, dari 1,014.20 sampai 1,983.00 mol TEAC 100 g-1 buah
segar untuk DPPH, dan 1,238.50 sampai 2,445.96 mol TEAC 100 g-1 buah segar
untuk ABTS; nilai ini sama dengan yang diperoleh untuk buah murtilla. Sellappan
dkk. (2002) juga menyarankan bahwa ada perbedaan kandungan polifenol total dan
aktivitas antioksidan antara kultivar bluberi yang berbeda dan blackberry. Tsao dkk.
(2003) menemukan perbedaan kandungan fenolik dari varietas buah stroberi
Canadian segar yang dibudidayakan dan liar.
Aktivitas antioksidan DPPH dari buah-buahan murtilla liar (76,48 mol
TEAC g-1 bahan kering) dan buah genotipe 14-4 (134,35 mol TEAC g-1) serupa
dengan yang dilaporkan untuk buah lain. Copeti (2010) mengevaluasi aktivitas
antioksidan dua stroberi yang di budidayakan (Fragaria x ananassa Duch) dan
memperoleh nilai mulai dari 1.101,54 sampai 1.800,46 mol TEAC 100 g-1 buah
14

segar dengan metode DPPH dan 1.472,72 mol TEAC 100 g-1 buah segar dengan
metode ABTS. eki & zgen (2010) melaporkan kapasitas antioksidan 8,9 hingga
21,5 mol TEAC g-1 buah segar raspberry merah dengan metode ABTS untuk buah
liar dan yang dibudidayakan (Rubus ideaus L.) yang diperoleh perbedaan range yang
cikup tinggi. Nilai ini sama dengan nilai aktivitas antioksidan dengan metode ABTS
untuk buah murtilla kering liar dan yang dibudidayakan (14-4 genotipe) yaitu, 157,04
dan 293,99 mol TEAC g-1, masing-masing.
Hal ini dimungkinkan untuk mengamati (Tabel 1) bahwa meskipun ekstrak
menunjukkan aktivitas antioksidan yang baik dengan kedua metode tersebut namun
nilai radikal ABTS lebih tinggi dari pada nilai radikal DPPH Floegel dkk. (2011)
Dievaluasi potensi antioksidan 18 buah-buahan, 13 sayuran, dan 19 minuman yang
dikonsumsi di Amerika Serikat dan diverifikasi bahwa aktivitas antioksidan
terdeteksi oleh metode ABTS secara substansial lebih tinggi saat dibandingkan
dengan uji DPPH. Menurut penulis ini, antioksidan hidrofilik dengan pigmentasi
tinggi lebih baik diukur dengan uji ABTS, menunjukkan bahwa ini metode ini bisa
lebih bermanfaat daripada uji DPPH.
Untuk mengevaluasi korelasi antara total kandungan polifenol dan aktivitas
antioksidan ekstrak buah murtilla liar dan dibudidayakan (14-4 genotipe) digunakan
koefisien pearson dan ditunjukkan pada Tabel 2. Suatu signifikan korelasi positif (P
<0,05) yang ditemukan antara hasil, yang menunjukkan kesepakatan antara
perbedaan uji yang digunakan. Aktivitas antioksidan yang tinggi dan korelasi positif
dengan kandungan senyawa fenolik total. Korelasi tertinggi yang didapatkan pada uji
DPPH dan ABTS (Keduanya 0,99) adalah untuk ekstrak buah murtilla yang
dibudidayakan (14-4 genotipe).

Table. 2 Koefisien korelasi Pearson (R) * antara total kandungan polifenol (TPC) dan
aktivitas antioksidan (DPPH dan ABTS

Metode) untuk ekstrak buah kering murtilla

Menurut Dancey & Reidy (2006), korelasinya nilai koefisien dari 0,1 sampai
0,3 dianggap rendah; dari 0,4 sampai 0,6 adalah moderat, dan dari 0,7 sampai 1,0
tinggi. Nilai mendekati 1.0, terlepas dari sinyal, tingginya tingkat statistik linier
tergantung pada kedua variabel yang dianalisis. Ddengan demikian, bisa dikatakan
15

bahwa ada kesamaan dalam pendistribusian nilai TPC, DPPH, dan ABTS
(Figueiredo-Filho & Silva-Junior, 2009).
Silva (2007) mengevaluasi aktivitas antioksidan yang berbeda pada kultivar
blackberry, bilberry, dan stroberi dan diverifikasi kandungan total senyawa fenolik
yang berkorelasi secara signifikan dengan kapasitas antioksidan. Hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah mirip dengan yang dilaporkan oleh Cheel
dkk. (2007) pada stroberi dan oleh Jiao dan Wang (2000) dalam blackberry. Rufino
dkk. (2010) Menganalisis korelasi antara senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan
total 18 buah tropis dengan metode ABTS , dan mereka menemukan korelasi positif
dan signifikan (0.92). Thaipong dkk. (2006) mengevaluasi aktivitas antioksidan
ekstrak metanol dari jambu biji dengan uji ABTS dan DPPH dan diperoleh korelasi
yang signifikan antara kedua metode tersebut. Leong dan Shui (2002) melaporkan
evaluasi sebelas buah, di antaranya stroberi, di mana mereka menemukan korelasi
yang tinggi antara metode ABTS dan DPPH (R2 = 0,9045). Oleh karena itu,
fmemokuskan pada aplikasi skala komersial, penggunaan etanol dikombinasikan
dengan air menyebabkan toksisitasnya rendah dan efisiensi ekstraksi tinggi.
Beberapa penelitian telah melaporkan korelasi antara aktivitas antioksidan
total dan kandungan fenolik total, yang mana dianggap paling representatif diantara
bioaktif zat dengan aktivitas ini (Heim et al., 2002). Namun, Pemahaman tentang
kontribusi fenolik terhadap aktivitas antioksidan dari berbagai jenis buah dan sayuran
masih dasar dan tidak mencukupi (Silva, 2007).
Beberapa penulis telah mengemukakan bahwa aktivitas antioksidan
merupakan konsekuensi dari sinergisme antar senyawa fenolik yang berbeda dan
tidak dapat dikaitkan secara khusus antara satu konstituen (Arnous et al., 2002; Lee et
al., 2003). Fukumoto & Mazza (2000) menganalisis aktivitas antioksidan senyawa
fenolik dan menyimpulkan bahwa hal tersebut meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah gugus hidroksil dan penurunan kelompok glikosilasi. Meskipun
demikian, penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk identifikasi kelompok fenolik
yang bertanggung jawab untuk mengerahkan aktivitas antioksidan pada buah tertentu
untuk menjelaskan diskusi ini.

4.2 Karakterisasi Ekstrak Murtilla dengan Gas Kromatografi (GC-MS)

Kromatografi gas digabungkan dengan spektrometri massa (CG-MS) banyak


digunakan untuk analisis beberapa bahan senyawa kimia makanan, seperti senyawa
volatile acerola (Pino & Marbot, 2001; Boulanger & Crouzet, 2001) dan gula,
alkohol, dan asam karboksilat pada buah sitrus (Fzfai & Molnr- Perl, 2007). Dalam
penelitian ini, senyawa yang diidentifikasi oleh Kromatografi gas -spektrometri
16

massa dalam ekstrak hydroalcoholik dari buah kering murtilla liar dan dibudidayakan
diperlihatkan Pada Tabel 3 dan 4, dan masing-masing kromatogram ditunjukkan Pada
Gambar 1 dan 2.
Meski teknik SPE sudah digunakan, pemisahan yang sempurna tidak tercapai,
dan sejumlah besar gula dan asam diidentifikasi bersama dengan senyawa fenolik.
Beberapa puncak kromatografi tidak teridentifikasi pada 8 perpustakaan online
Wiley; Di sisi lain, senyawa seperti Quercetin dan epicatechin teridentifikasi. Itu juga
mungkin untuk mengkonfirmasi adanya asam hidroksibenzoat, asam galat, dan asam
hidroksikinamat (asam hidroksibutik).
Banyak penelitian yang berfokus pada identifikasi polifenol di dalam daun
murtilla, yang menunjukkan adanya asam fenolik, antara lain epicatechin, myricetin,
dan quercetin. (Avello, 2000; Rubilar dkk., 2006). Rubilar dkk. (2006) menemukan
senyawa dalam ekstrak tersebut seperti epicatechin dan asam gallic pada daun
murtilla (Ugni molinae Turcz). Dalam penelitian ini, terlihat bahwa senyawa ini juga
terdapat dalam buah-buahan, dan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi pada
genotipe murtilla 14-4 dalam uji in vitro dapat dikaitkan dengan senyawa fenolik
yang diidentifikasi sebagai antioksidan.

Tabel 3. Waktu retensi (RT), ion signifikan dari spektrum massa (m / z), kemiripan
senyawa, dan persentase masing-masing senyawa yang ada dalam fraksi dari ekstrak
hidroalkoholik buah murtilla liar.

Tabel 4. Waktu retensi (RT), ion signifikan spektrum massa (m / z), kemiripan senyawa dan
persentase masing-masing senyawa yang ada dalam fraksi dari ekstrak hidroalkoholik buah
murtilla yang dibudidayakan (14-4 genotipe)
17

Gambar 1. Profil kromatografi fraksi yang dipulihkan dari ekstrak ekstrak murtilla liar.

Gambar 2. Profil kromatografi fraksi dari ekstrak murtilla yang dibudidayakan 14-4 genotip.

Seeram dkk. (2006) mengidentifikasi sejumlah besar quercetin dalam strawberry


(Fragaria x ananassa Duch.), Sedangkan Zuo, Wang dan Zhan (2002)
18

mengidentifikasi asam benzoat dan kafein dengan teknik CG-MS di cranberry


(Vaccinium macrocarpon) dan Borges dkk. (2010) mengidentifikasi, dengan HPLC,
adanya asam kafein dan quersetin pada Blackcurrant, bilberry, raspberry, redcurrant,
dan cranberry.
19

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Ekstrak hidroalkoholik buah murtilla kering yang dianalisis dalam penelitian


ini menunjukkan kandungan fenol total yang tinggi dan aktivitas antioksidan in vitro,
disamping korelasi positif antara kandungan total senyawa fenolik dan uji DPPH dan
ABTS, hasil ini memungkinkan untuk mengkonfirmasi adanya senyawa yang diamati
seperti epicatechin, quercetin, asam galat , asam benzoat, asam hidrocaffeic, yang
memiliki aktivitas antioksidan efektif, seperti sebelumnya dilaporkan dalam
penelitian lain. Namun, untuk menentukan aktivitas antioksidan setiap senyawa
fenolik yang diidentifikasi oleh CG-MS, diperlukan studi komplementer. Murtilla
Ekstrak yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dianggap berpotensi sebagai
sumber antioksidan untuk aplikasi makanan. Aktivitas antioksidan pada ekstrak
murtilla kering yang di budidayak lebih tinggi dibandingkan dengan murtilla liar.
20

DAFTAR PUSTAKA
Alfaro, S., Mutis, A., Palma, R., Quiroz, A., Seguel, I., & Scheuermann, E. (2013).
Influence of genotype and harvest year on polyphenol content and antioxidant
activity in murtilla (Ugni molinae Turcz) fruit. Journal of Soil Science and Plant
Nutrition, 13(1), 67-78.Retrieved from <Go to ISI>://WOS:000321699800007

Arnous, A., Makris, D. P., & Kefalas, P. (2002). Correlation of pigment and flavanol
content with antioxidant properties in selected aged regional wines from Greece.
Journal of Food Composition and Analysis, 15(6), 655-665. Retrieved from <Go to
ISI>:// WOS:000179776800006. http://dx.doi.org/10.1006/jfca.2002.1070.

Avello, M. (2000). Estudio fitoqumico de hojas de Ugni molinae (Murtilla) y evaluacin


de la actividad antioxidante de sus componentes (Tese de doutorado em Quimico
Farmaceutico). Facultad de Farmacia, Universidad de Concepcion, Concepcion.

Avello, M., & Pastene, E. (2005). Actividad antioxidante de infuses de Ugni


molinaeTurcz (Murtilla). Boletn Latinoamericano y del Caribe de Plantas
Medicinales y Aromticas, 4, 33-39.

Borges, G., Degeneve, A., Mullen, W., & Crozier, A. (2010). Identification of flavonoid
and phenolic antioxidants in black currants, blueberries, raspberries, red currants, and
cranberries. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 58(7), 3901-3909.
Retrieved from <Go to ISI>://WOS:000276232700004. http://dx.doi.
org/10.1021/jf902263n. PMid:20000747

Boulanger, R., & Crouzet, J. (2001). Identification of the aroma components of acerola
(Malphigia glabra L.): free and bound flavor compounds. Food Chemistry, 74(2),
209-216. Retrieved from <Go to ISI>://WOS:000170157100010.
http://dx.doi.org/10.1016/S0308- 8146(01)00128-5.

Brand-Willians, W., Cuvelier, M. E., & Berset, C. (1995). Use of a freeradical method
to evaluate antioxidant activity. Food Science and Technology-Lebensmittel-
Wissenschaft & Technologie, 28(1), 25-30. Retrieved from <Go to
ISI>://WOS:A1995QH21700005. http:// dx.doi.org/10.1016/S0023-6438(95)80008-
5.
Cacace, J. E., & Mazza, G. (2002). Extraction of anthocyanins and other phenolics from
black currants with sulfured water. Journal of Agricultural and Food Chemistry,
21

50(21), 5939-5946. Retrieved from <Go to ISI>://WOS:000178501300027.


http://dx.doi.org/10.1021/ jf025614x. PMid:12358463

Cacace, J. E., & Mazza, G. (2003). Optimization of extraction of anthocyanins from black
currants with aqueous ethanol. Journal of Food Science, 68(1), 240-248. Retrieved
from <Go to ISI>://WOS:000181049300042. http://dx.doi. org/10.1111/j.1365-
2621.2003.tb14146.x.

Camargo, A. C., Vieira, T. M. F. S., Regitano-DArce, M. A. B., Calori- Domingues, M.


A., & Canniatti-Brazaca, S. G. (2012). Gamma radiation effects on peanut skin
antioxidants. International Journal of Molecular Sciences, 13(3), 3073-3084.
Retrieved from <Go to ISI>://WOS:000302174500034. http://dx.doi.org/10.3390/
ijms13033073. PMid:22489142

Castaneda-Ovando, A., Pacheco-Hernandez, M., Paez-Hernandez, M. E., Rodriguez, J. A.,


& Galan-Vidal, C. A. (2009). Chemical studies of anthocyanins: a review. Food
Chemistry, 113(4), 859-871. Retrieved from <Go to ISI>://WOS:000261857100001.
http://dx.doi. org/10.1016/j.foodchem.2008.09.001.

Cekic, C., & Ozgen, M. (2010). Comparison of antioxidant capacity and phytochemical
properties of wild and cultivated red raspberries (Rubus idaeus L.). Journal of Food
Composition and Analysis, 23(6), 540-544. Retrieved from <Go to
ISI>://WOS:000284394800008. http://dx.doi.org/10.1016/j.jfca.2009.07.002.

Cheel, J., Theoduloz, C., Rodriguez, Caligari, P. D. S., & Schmeda- Hirschmann, G.
(2007). Free radical scavenging activity and phenolic content in achenes and
thalamus from Fragaria chiloensis ssp chiloensis, F vesca and F. x ananassa cv.
Chandler. Food Chemistry, 102(1), 36-44. Retrieved from <Go to
ISI>://WOS:000243541900006. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodchem.2006.04.036.

Copeti, C. (2010). Atividade antioxidante in vitro e compostos fenlicos em morangos


(Fragaria X ananassa Duch): influncia da cultivar, sistema de cultivo e perodo de
colheita (Dissertacao de mestrado em Ciencia dos Alimentos). Universidade Federal
de Santa Catarina, Florianopolis.
.

Anda mungkin juga menyukai