Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH POSISI BAHAN STEK DAN MACAM

MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN MIANA (Coleus scutellarioides)

Laporan Praktikum Akhir

Diajukan untuk memenuhi salah satu prasyarat


Mata Kuliah Rancangan Percobaan

Disusun Oleh:

Muhammad Fathkur Rizal 20.141.0005


Hamidun 20.141.0018
Affan Nur Rahmat 20.141.0025
Bima Langlang Buana 20.141.0008

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Pengaruh Posisi Bahan Stek dan Macam Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Miana (Coleus scutellarioides)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Aprilia Hartanti, SP.,MP. pada Rancangan Percobaan . Selain itu,
laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Pengaruh Posisi
Bahan Stek dan Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Miana
(Coleus scutellarioides)” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aprilia Hartanti,
SP.,MP .selaku Dosen Mata Kuliah Rancangan Percobaan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Probolinggo, 1 Juli 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ..............................................................................................i
Daftar Isi .........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................3
Bab II Tinjauan Pustaka ..............................................................................3
2.1 Klasifikasi ..........................................................................................4
2.2 Morfologi .............................................................................................5
2.3 Kandungan ...........................................................................................5
2.4 Kandungan Fitokimia ...........................................................................7
2.5 Perbanyakan Tanamn ...........................................................................8
2.6 Media Tanam .......................................................................................10
2.7 Penelitian Sebelumnya .........................................................................12
Bab III Metode Praktikum
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum ...........................................................15
3.2 Alat dan Bahan .....................................................................................15
3.3 Cara Kerja ............................................................................................15
3.4 Metode Penelitian ................................................................................17
3.5 Pelaksanaan Penelitian .........................................................................18
3.6 Parameter Pengamatan .........................................................................19
3.7 Jadwal Penelitian..................................................................................19
Bab IV Hasil dan pembahasan
A. Hasil Pengamatan ...............................................................................20
B. Pembahasan ........................................................................................20
Bab V Kesimpulan ........................................................................................25

ii
Daftar Pustaka ..............................................................................................26
Lampiran – lampiran ....................................................................................

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daun Miana (Coleus atropurpureus).................................................................4

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ekstrak Metanol daun Miana (Coleus atropurpureus)..........................................6


Tabel 2 Ekstrak n-heksana daun miana (Coleus atropurpureus)........................................6
Tabel 3 Beberapa kandungan zat fitokimia dan aktivitas farmakologi dari tumbuhan
Miana (Coleus scutellariodes)...........................................................................................8
Tabel 4 Panjang Akar Tanaman pada Berbagai Perlakuan Media Tanam (cm)................20
Tabel 5 Jumlah Akar Tanaman pada Berbagai Perlakuan Media Tanam (cm).................21
Tabel 6 Hari Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan Media Tanam (cm)......................22
Tabel 7 Jumlah Tunas pada Berbagai Perlakuan Media Tanam (cm)...............................23
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanaman miana sering disebut sebagai tanaman iler atau jawer kotok.
Tanaman miana saat ini dimanfaatkan sebagai tanaman hias di taman-taman kota.
Daun tanaman ini sangat beragam dan atraktif. Selain memiliki warna yang
beragam dan atraktif, daun tanaman miana berkhasiat sebagai obat beberapa
penyakit dan bermanfaat untuk kesehatan. Tanaman miana termasuk dalam famili
Lamiaceae (DPKP Malangkota, 2017). Tanaman miana telah banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia antara lain sebagai bahan obat (Bawoleh
et al., 2017), pelengkap ritual (Suswita et al., 2013) dan tanaman hias (Haryati et
al., 2015). Daun miana memiliki berbagai macam khasiat sebagai obat hepatitis,
menurunkan demam, batuk, influenza, penetralisir racun, antiseptik dan lain-lain.
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah bagian daun. Daun Miana ini
mengandung minyak atsiri, antara lain karvakrol yang bersifat antibakteri, eugenol
bersifat menghilangkan nyeri, etil salisilat menghambat iritasi (Pakadang, 2015).
Perbanyakan Tanaman miana dapat dilakukan dengan cara generatif
maupun vegetatif. Upaya perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu stek, cangkok, dan okulasi. Bahan tanam yang digunakan
dalam perbanyakan stek dapat menggunakan di antaranya cabang, pucuk, akar,
dan daun (Hartman et al., 2002). Perbanyakan tanaman miana menjadi upaya yang
perlu dilakukan dalam usaha pembudidayaan. Stek pucuk merupakan cara
perbanyakan tanaman yang relatif mudah dilakukan. Pembibitan dengan cara ini
merupakan salah satu cara cepat dalam memenuhi kebutuhan bahan tanaman skala
besar. Namun dalam proses produksi diperlukan media tanam dan juga zat
pengatur tumbuh yang tepat untuk memperoleh kualitas bibit yang baik. Zat
Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam jumlah sedikit
(l mM) dapat merangsang, menghambat dan mempengaruhi pola pertumbuhan
dan perkembangan tanaman (Wattimena, 2000).

1
2

Pada fase pembibitan dengan metode stek, faktor yang mempengaruhi


tingkat keberhasilan stek yaitu hormon tumbuh yang dapat menginduksi
pembentukan akar dan tunas (Hartmann, Kester and Davies, 1990). Berdasarkan
sumbernya, ZPT dapat diperoleh baik secara alami maupun sintetik. Umumnya
ZPT alami langsung tersedia di alam dan berasal dari bahan organik, contohnya
air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari bagian tanaman (Shahab et al., 2009; Zhao
2010). IAA merupakan zat pengatur tumbuh yang tergolong dalam auksin yang
berfungsi peran dalam pembesaran sel, dapat menghambat pertumbuhan tunas
samping, berperan dalam pembentukkan jaringan xilem serta floem, dan juga
memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan pemanjangan akar (Wattimena,
1988).
Berdasarkan uraian keadaan di atas maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Posisi Bahan Stek dan
Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Miana (Coleus
scutellarioides)”

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Adakah Pengaruh Posisi Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Miana (Coleus scutellarioides).
2. Adakah Pengaruh Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Miana (Coleus scutellarioides).
3. Adakah Pengaruh Posisi Bahan Stek dan Macam Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Miana (Coleus scutellarioides).

B. Tujuan Penelitian
Pada penelitian yang akan dilaksanakan dengan judul “Pengaruh Posisi Bahan
Stek dan Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Miana
(Coleus scutellarioides)” yaitu untuk mengetahui :
3

1. Pengaruh Posisi Bahan Stek Terhadap Pertumbuhan Tanaman Miana


(Coleus scutellarioides).
2. Pengaruh Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Miana
(Coleus scutellarioides).
3. Posisi Bahan Stek dan Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Miana (Coleus scutellarioides).

C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan dan mengembangkan pengetahuan tentang Pengaruh Posisi
Bahan Stek dan Macam Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Miana (Coleus scutellarioides).
2. Menjadi tambahan serta sebagai acuan dan landasan dalam penelitian –
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasaifikasi Tumbuhan Miana (Coleus atropurpureus)


Coleus atropurpureus adalah tanaman semak dengan tinggi dapat
mencapai 1,5 m serta tumbuh pada lingkungan yang agak lembab atau sedikit
berair. Daunnya berwarna merah keunguan dan berukuran 5-15 cm. Tanaman
miana tumbuh liar di ladang atau di kebun-kebun sebagai tanaman hias. Biasa
dibudidayakan secara stek dalam waktu kurang lebih dua sampai tiga minggu.
Tanaman ini memiliki nama lain, yaitu Sigresing (Batak), Adong-adong
(Palembang), Jawek Kotok (Sunda), Iler (Jawa Tengah), Ati-ati (Bugis) dan
Serewung (Minahasa) (Badrunasar dan Budi, 2017). Daun miana sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Daun Miana (Coleus atropurpureus)

Berikut taksonomi tanaman Miana (Anisatu dkk., 2018) :


Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonea
Sub classis : Dialypetalae

4
5

Ordo : Lamiales
Familia : Lamiaceae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus atropurpureus

2.2 Morfologi
2.2.1 Akar Miana
Akar miana berupa akar tunggang, yang ditandai dengan adanya 1
batang akar yang membesar
2.2.2 Batang Miana
1. Tanaman miana termasuk tanaman terna, dimana batangnya
lunak dan mudah dipatahkan
2. Struktur batangnya tegak atau berbaring pada pangkalnya
3. Tumbuh tinggi hingga mencapai 1,5 m
2.2.3 Daun Miana
1. Daun miana termasuk daun tunggal, berbentuk hati, pangkal
membulat atau melekuk menyerupai bentuk jantung
2. Tiap tepi daunnya memiliki lekuk-lekuk tipis yang
bersambungan dan panjang tangkainya berukuran 3-4 cm
dengan warna yang beraneka ragam
3. Tipe ujung daunnya meruncing dan tulang daunnya menyirip
2.2.4 Bunga Miana
1. Bunga miana berbentuk seperti untaian bunga bersusun, dan
berwarna merah dan ungu
2. Aromanya khas dan rasanya agak pahit

2.3 Kandungan daun miana


Menurut Surahmaida dan Umarudin (2019a), ekstrak metanol daun
miana mengandung senyawa alkaloid, ϐlavonoid, tannin dan minyak atsiri.
Sedangkan ekstrak n-heksana daun miana mengandung alkaloid.
6

Kandungan senyawa kimia ekstrak metanol dan n-heksana daun


miana yang teridentiϐikasi melalui GCMS menurut Surahmaida dan
Umarudin (2019b) adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Ekstrak Metanol daun Miana (Coleus atropurpureus)

Nama senyawa Aktivitas biologis Nama senyawa Aktivitas biologis


(2,4,4,4,16,16-D6)-3.alpha.,17. beta.- Antiproliferasi
dihydroxy-5.beta.- androstane
(E,E)-3,7,11-trimethyl-2,6,10- Antibakteri, antijamur, pengental,
Dodecatrien-1-ol acetat pelembab dan pelembut, sebagai
zat bergizi dan metabolit dalam
organisme hidup
1,8-Bis(3,4-dicyanophenyl) Antioksidan, anti-inflamasi,
anthracene antibodi. mencegah hiperagregasi
trombosit
23-R-methylcholesterol Antiinflamasi, sitotoksik terhadap
sel kanker prostat, payudara,
paru-paru, lambung dan ovarium,
antibakteri, antijamur
Stigmasterol Mengurangi resiko penyakit
kardiovaskuler (penyakit
jantung), zat tambahan makanan,
prekursor hormon seks dan
prekursor vitamin D3, anti-
angiogenik
Stigma-8(14)-en-3.beta.-ol Antiosteoartritis,
antihiperkolesterol, antitumor,
antioksidan dan inϐlamasi
.alpha.-Amyrin acetate Antiinflamasi, antibakteri,
antijamur, antivirus, antikanker,
analgesik
Sumber : Aplikasi Miana, Kemangi, dan Kumis Kucing Sebagai Pestisida
Nabati,2019
Tabel 2 Ekstrak n-heksana daun miana (Coleus atropurpureus)
Senyawa bioaktif Aktivitas biologi
Hexahydro-3H1[2’triϐluoromethyl]- Antiinflamasi
6’-[4”- trifluoromethylphenyl]-
2-methyl thiophene Antimikroba, antiinflamasi,
antioksidan
7

1-(4-phenylcyclohexyl)-1- hexanone Antikonvulsan


(Z)-3-Heptadecen-5-yne Antioksidan, antibakteri
Anilino-5H-dibenzo[b,e][1,4] Antiinflamasi, antivirus,
diazepine antimikroba, antileukemia,
antikonvulsan (anti pereda nyeri
akibat gangguan saraf),
antitumor, antidepresi
Octadecane Antimikroba
Silicone grease, Siliconfett Antiradang (antiinflamasi), obat
bius lokal
Dotriacontane Antimikroba (Gram positif dan
Gram negatif), antioksidan, obat
pereda kram perut
Hexadecahydro-Pyrene Biodegradasi senyawa organik
Aristolone Antimikroba
Triacontane Antimikroba
Sumber : Aplikasi Miana, Kemangi, dan Kumis Kucing Sebagai Pestisida
Nabati,2019

2.4 Kandungan Fitokimia Miana (Coleus atropurpureus)


Zat fitokimia yang terkandung dalam Miana antara lain, minyak atsiri,
tanin, flavonoid, eugenol, steroid, tannin, saponin, fitol, asam rosmanik,
streptozocin, dan quersetin (Tabel 1). Tumbuhan Miana ditafsirkan dapat berperan
menyembuhkan penyakit karena aktivitas farmakologis dari kandungan zat
fitokimianya. Berbagai aktivitas farmakologis yang ditemukan pada Miana, antara
lain, antimikroba, antihermintik, antifungi, antiinflamasi, antibakterial,
antioksidan, antidiabetes, antiinflamasi, dan antihistamin. Mengenai korelasi
antara kandungan fitokimia dan efek farmakologis Miana terhadap penyakit yang
dipercaya dapat disembuhkan akan diuraikan sebagai berikut.
Pertama, yaitu kemampuan Miana dalam meredakan nyeri haid dan sakit
pinggang karena haid yang dipercaya oleh masyarakat Desa Tuada dan
Marimabate. Nyeri haid disebabkan karena tubuh wanita mengeluarkan senyawa
histamin dan prostagladin. Kedua, senyawa tersebut memicu terjadinya lebih
banyak kontraksi otot rahim sehingga dapat menekan suplai darah dan oksigen ke
rahim. Hal tersebut merupakan mekanisme tubuh untuk meluruhkan dinding
rahim karena terjadi pembuahan pada sel telur. Menurut penelitian
Moektiwardoyo et al (2011),
8

Tabel 3 Beberapa kandungan zat fitokimia dan aktivitas farmakologi dari


tumbuhan Miana (Coleus scutellariodes)

No Aktifitas Farmakologis Kandungan Fitokimia Sumber Penelitian


Minyak Atsiri, tanin,
1 Antimikroba Muljono et al. 2016
flavonoid, eugenol
Flavonoid, steroid, tannin,
2 Anthelmintik Ridwan et al. 2006
saponin
3 Antifungi Senyawa Fitol Setianingrum 2014
Alkaloid, steroid,
4 Antibakterial Sangi et al. 2008
flavonoid, saponin, tanin
Zat Aktif stimulus dilatasi
5 Antiinflamasi pembuluh darah dan Marpaung et al. 2014
fibroblast
6 Antioksidan Asam Rosmarinik Novianti et al. 2017
7 Antidiabetes Streptozocin Novianti et al. 2017
8 Antiinflamasi Flavonoid Levita et al. 2016
Moektiwardoyo et al.
9 Antihistamin Quersetin
2011
Sumber : (Anisatu Z. Wakhidah dan Marina Silalahi 2018)
Miana mengandung senyawa quersetin yang memiliki aktivitas
farmakologis sebagai antihistamin. Senyawa tersebut dapat menekan respons
tubuh yang ditimbulkan oleh histamin. Dengan begitu kemampuan Miana
meredakan nyeri haid benar-benar terbukti secara ilmiah Selanjutnya, yaitu
kemampuan Miana untuk menyembuhkan batuk yang dipercaya oleh masyarakat
Desa Tuada dan Todoke. Batuk merupakan mekanisme tubuh merespons infeksi
virus dan bakteri pada saluran pernafasan. Terjadinya batuk untuk mengeluarkan
dari tubuh virus, bakteri, dan sel-sel tubuh yang rusak karena infeksi
mikroorganisme tersebut. Diketahui dari penelitian Muljono et al. (2016) dan
Sangi et al (2008) bahwa Miana memiliki aktivitas antimikroba dan antibakterial
yang dapat menghambat pertumbuhan virus dan bakteri. Hasil penemuan tersebut
merupakan bukti ilmiah dari pengetahuan tradisional bahwa ekstrak daun Miana
dapat digunakan untuk mengobati batuk. Penyakit bisul juga dipercaya oleh
masyarakat Desa Tuada dan Laba Besar dapat disembuhkan dengan tumbuhan
Miana. Seperti batuk, bisul juga disebabkan adanya infeksi bakteri yang memicu
peradangan pada folikel rambut. Infeksi bakteri dapat ditekan dengan adanya
aktivitas antibakterial dan antimikroba dari Miana (Sangi et al. 2008; Muljono et
9

al. 2016).Sementara efek peradangan akibat infeksi dapat diredakan karena


adanya aktivitas antihistamin dari Miana (Moektiwardoyo et al. 2011).

2.5 Perbanyakan Tanaman


Perbanyakan Tanaman miana dapat dilakukan dengan cara
generatif maupun vegetatif. Upaya perbanyakan secara vegetatif dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu stek, cangkok, dan okulasi. Bahan
tanam yang digunakan dalam perbanyakan stek dapat menggunakan di
antaranya cabang, pucuk, akar, dan daun (Hartman et al., 2002).
Perbanyakan tanaman miana menjadi upaya yang perlu dilakukan
dalam usaha pembudidayaan. Stek pucuk merupakan cara perbanyakan tanaman
yang relatif mudah dilakukan. Pembibitan dengan cara ini merupakan salah
satu cara cepat dalam memenuhi kebutuhan bahan tanaman skala besar.
Namun dalam proses produksi diperlukan media tanam dan juga zat
pengatur tumbuh yang tepat untuk memperoleh kualitas bibit yang baik.
Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam
jumlah sedikit (l mm) dapat merangsang, menghambat dan
mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wattimena,
2000).
ada fase pembibitan dengan metode stek, faktor yang mempengaruhi
tingkat keberhasilan stek yaitu hormon tumbuh yang dapat menginduksi
pembentukan akar dan tunas (Hartmann, Kester and Davies, 1990).
Berdasarkan sumbernya, ZPT dapat diperoleh baik secara alami maupun
sintetik. Umumnya ZPT alami langsung tersedia di alam dan berasal dari
bahan organik, contohnya air kelapa, urin sapi, dan ekstraksi dari bagian
tanaman (Shahab et al.,2009; Zhao 2010).

2.6 Media Tanam


Annisa, Febri dan Leni (2016) menyatakan media tanam merupakan
komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan
10

harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Secara umum, media
tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup
udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara. Media tanam yang baik harus
memiliki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Secara umum, media tanam yang baik harus memiliki syarat-syarat
sebagai berikut:
1) Mampu menyediakan ruang tumbuh bagi akar tanaman, sekaligus juga
sanggup menopang tanaman. Artinya, media tanam harus gembur
sehingga akar tanaman bisa tumbuh baik dan sempurna, akan tetapi
masih cukup solid memegang akar dan menopang batang agar tidak
roboh. Apabila media terlalu gembur, pertumbuhan akar akan leluasa
namun tanaman akan terlalu mudah tercerabut. Sebaliknya apabila terlalu
padat, akar akan kesulitan untuk tumbuh.
2) Memiliki porositas yang baik, artinya bisa menyimpan air sekaligus juga
mempunyai drainase (kemampuan mengalirkan air) dan aerasi
(kemampuan mengalirkan oksigen) yang baik. Media tanam harus bisa
mempertahankan kelembaban tanah namun harus bisa membuang
kelebihan air. Media tanam yang porous mempunyai rongga kosong antar
materialnya. Media tersebut tersebut bisa ditembus air, sehingga air tidak
tergenang dalam pot atau polybag. Namun disisi lain ronga-rongga
tersebut harus bisa menyerap air (higroskopis) untuk disimpan sebagai
cadangan dan mempertahankan kelembaban.
3) Menyediakan unsur hara yang cukup baik makro maupun mikro. Unsur
hara sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara ini bisa
disediakan dari pupuk atau aktivitas mikroorganisme yang terdapat
dalam media tanam.
4) Tidak mengandung bibit penyakit, media tanam harus bersih dari hama
dan penyakit. Hama dan penyakit yang terkandung dalam media tanam
dapat menyerang tanaman dan menyebabkan kematian pada tanaman.
Media tanam tidak harus steril karena banyak mikrooganisme tanah yang
11

sebenarnya sangat bermanfaat bagi tanaman, namun harus higienis dari


bibit penyakit.
a) Tanah
Tanah yang akan dijadikan sebagai media tanam, perlu
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Tanah top soil (lapisan olah)
dibersihkan dari kotoran seperti gulma, akar, dan laian-lain,
kemudian dicangkul dan digaru hingga menjadi halus dan siap
dimasukkan ke polybag (Ainun, Nasution dan Armin, 2011).
b) Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang telah
digiling. Sekam padi yang biasa dipakai bisa berupa sekam bakar
alias sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah
mempunyai tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam,
keduanya berperan penting dalam pembetulan struktur tanah jadi
sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Pemakaian sekam bakar untuk media tanam tak butuh disterilisasi
lagi sebab mikroba patogen telah mati selagi proses pembakaran.
Tidak hanya itu, sekam bakar juga mempunyai kandungan karbon
(C) yang tinggi jadi membikin media tanam ini menjadi gembur,
Tetapi, sekam bakar cenderung mudah lapuk. Sementara kelebihan
sekam mentah sebagai media tanam yaitu mudah mengikat air, tak
mudah lapuk, adalah sumber kalium (K) yang diperlukan tanaman,
dan tak mudah menggumpal alias memadat jadi akar tanaman bisa
tumbuh dengan sempurna. Tetapi, sekam padi mentah cenderung
miskin bakal unsur hara. Butuh Sekam Bakar Berkualitas.
c) Pasir

Pasir dianggap memadai dan sesuai apabila dipakai sebagai


media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit tanaman, dan
perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat kering bakal
memudahkan proses pelantikan bibit tanaman yang dianggap telah
lumayan umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara bobot
12

pasir yang lumayan berat bakal memudahkan tegaknya setek batang.


Tidak hanya itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan
dalam pemakaian dan bisa menambah sistem aerasi dan drainase
media tanam. sebab mempunyai pori-pori berkapasitas besar (pori-
pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering oleh
proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan kepada
proses :o::misahan) pasir sangat kecil jadi mudah terkikis oleh air
alias ~’lgin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan
irigasi dan pemupukan yang lebih intensif. Faktor tersebut yang
menyebabkan pasir jarang dipakai sebagai media tanam dengan cara
tunggal.
2.7 Penelitian Sebelumnya
No Judul Faktor Penelitian Hasil Penelitian
bahwa pemberian Zat
Pengatur Tumbuh
berpengaruh terhadap
Penelitian ini
jumlah tunas dan
menggunakan
jumlah akar. Jumlah
Rancangan Acak
tunas terbanyak
Kelompok (RAK) yang
Respon Stek Pucuk terdapat pada perlakuan
yang terdiri dari empat
Tanaman Miana Growtone sebesar 7.50
perlakuan dan diulang
(Coleus atropurpureus tunas. Jumlah akar
1 tiga kali. Perlakuan
(L.) Benth) terhadap terbanyak terdapat pada
yang diuji dalam
Pemberian Zat perlakuan IAA sebesar
percobaan ini adalah:
Pengatur Tumbuh 91.00 buah.
kontrol (Tanpa ZPT),
Rekomendasi budidaya
IAA 750 ppm,
tanaman miana dengan
Growtone 500 ppm, dan
cara stek dapat
air kelapa 10%.
menggunakan IAA 750
ppm maupun Growtone
500 ppm.
2 Pengaruh Perbedaan Rancangan yang Terdapat pengaruh
Media Tanam digunakan dalam media tanam terhadap
Terhadap penelitian ini adalah perkembangan
Perkembangan rancangan acak perakaran dan
Perakaran Dan kelompok dengan persentase hidup stek
Keberhasilan Stek media sebagai blok. pucuk manglid. Media
Pucuk Manglid Perlakuan berupa 3 tanam serbuk sabut
(Magnolia champaca jenis media tanam stek kelapa + sekam padi
var pubinervia yaitu pasir gunung bakar 2:1 memberikan
13

warna hitam, pasir laut


wana putih, serbuk
sabut kelapa + sekam
padi bakar 2:1. Pada
masing-masing media
tanam dibuat 4 ulangan, pertumbuhan stek
masing-masing ulangan pucuk manglid yang
terdiri 10 terbaik pada persentase
stek.Kemampuan stek hidup stek, jumlah
(Blume) Figlar &
bertahan hidup diamati akar, panjang akar dan
Noot.)
setiap 14 hari sekali jumlah daun dibanding
sampai dengan umur 70 media tanam pasir laut
hari. Parameter yang putih dan pasir gunung
diamati adalah hitam.
ketahanan hidup stek,
persentase hidup stek
sampai umur 70 hari,
jumlah akar, panjang
akar, jumlah daun.
3 Pengaruh Komposisi Penelitian ini Hasil menunjukkan
Media Tanam menggunakan bahwa perlakuan
Terhadap Rancangan Kelompok campuran media tanah,
Pertumbuhan Stek Lengkap Teracak arang sekam, pupuk
Batang Tanaman Ara (RKLT) dengan satu kandang kambing;
(Ficus carica L.) faktor yaitu media campuran media tanah,
tanam dengan empat arang sekam, kompos
taraf, dan empat daun bambu; dan
ulangan. Keempat taraf campuran media arang
tersebut antara lain: 1. sekam, kompos daun
Tanah : arang sekam : bambu, pupuk kandang
pupuk kandang kambing memberikan
kambing (2:1:1) 2. hasil yang sama
Tanah : kompos daun baiknya terhadap
bambu : arang sekam peubah persentase
(2:1:1) 3. Cocopeat : hidup yaitu sebesar
kompos daun bambu 65.5, 70, dan 65%,
(1:1) 4. Arang sekam : sedangkan campuran
pupuk kandang media cocopeat dan
kambing : kompos daun kompos daun bambu
bambu (1:1:1) yang memberikan hasil
paling rendah yaitu
sebesar 37.5%.
Perlakuan campuran
media arang sekam,
pupuk kandang
kambing, kompos daun
14

bambu memberikan
hasil terbaik terhadap
peubah tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot
basah dan kering akar,
daun dan batang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian dilaksanakan di lahan depan kelas Fakultas Pertanian,
Universitas Panca Marga, desa Pabean, Dringu, Kabupaten Probolinggo.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni-Juli 2022.
3.2 Alat dan Bahan
1. Alat :
 135 pcs Gelas aqua bekas
 Kertas buffalo
 Bambu ajir
 Paranet
 Plastik bening besar (untuk penutup)
2. Bahan :
 135 batang miana yg terdiri dari :
 45 Batang Pangkal (P1)
 45 Batang Tengah (P2)
 45 Batang Ujung (P3)
 media tanam :
 Pasir (M1)
 Sekam (M2)
 Tanah (M3)

3.3 Cara Kerja


Perlakuan Stek Batang Miana dan Pemberian Media Tanam :

1. Siapkan 135 gelas aqua terlebih dahulu yg sudah dicuci sampai besih
2. Setelah itu siapkan batang tanaman miana yang akan di stek
3. Pisahkan batang miana yang terdiri dari ujung, tengah, dan pangkal di
tempat yang berbeda

15
16

4. Lalu isi gelas aqua dengan tanah, pasir, dan sekam


5. Masing-masing media tanam terdapat 45 pcs gelas aqua yang sudah
terisi
6. Kemudian tanamlah batang miana yang akan di stek ke dalam gelas
aqua yang sudah diisi media tanam dengan posisi menyamping pada
gelas agar kita lebih mudah untuk melihat pertumbuhan akarnya
7. Tanamlah perlakuan stek batang miana yang sudah dikelompokkan ini
sebanyak 45 pcs kedalam masing-masing media tanam
8. Setelah semua sudah ditanam pada media tanam masing-masing, tata
semua gelas aqua yang berisi tanaman miana tersebut sesuai dengan
layout RAK Faktorial yang sudah ditentukan

Pemasangan Ajir, Paranet, dan Plastik Penutup :

1. Siapkan alatnya terlebih dahulu seperti bambu ajir, plastik, dan


paranet
2. Kemudian belah bambu agak kecil dan ikat dengan bentuk seperti
keranda untuk digunakan menjadi sungkup tanaman miana
3. Lalu letakkan sungkup tersebut ke atas tanaman miana yang sudah
ditata sesuai layout
4. Setelah itu tutup menggunakan plastik yang sudah disediakan sebagai
penutup
5. Kemudian siapkan bambu yang sudah dipotong menjadi 6 bagian
dengan ukuran yang sama
6. Lalu tancapkan bambu tersebut dibagian pojok kanan dan kiri masing-
masing 2 bambu, dan ditengah juga dengan membentuk persegi
panjang
7. Setelah itu ikat paranet yang sudah disiapkan ke bamboo tersebut
dengan menggunakan tali raffia
17

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok


(RAK) Faktorial dengan 2 faktor, yaitu :

1. Faktor Pertama adalah Posisi Bahan Stek (P) :


 P1 = Batang Pangkal
 P2 = Batang Tengah
 P3 = Batang Ujung
2. Faktor Kedua yaitu Media Tanam (M) :
 M1 = Pasir
 M2 = Sekam
 M3 = Tanah

Tabel 3.1 Layout Kombinasi Perlakuan

U1 U2 U3
P1 M1 P2 M1 P1 M2
P1 M2 P3 M2 P3 M1
P1 M3 P3 M3 P1 M1
P2 M1 P2 M3 P2 M2
P2 M2 P3 M1 P2 M3
P2 M3 P1 M1 P2 M1
P3 M1 P1 M2 P3 M3
P3 M2 P1 M3 P1 M3
P3 M3 P2 M2 P3 M2

Terdiri dari 3 ulangan, dengan masing-masing taraf ada 9


kombinasi perlakuan. Masing-masing unit kombinasi perlakuan terdapat 5
tanaman percobaan. Jadi, jumlah percobaan pada setiap ulangan terdapat
18

45 tanaman. Dengan jumlah total keseluruhan tanaman dari Ulangan I,


Ulangan II, dan Ulangan III yaitu ada 135 tanaman percobaan.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Persiapan Lahan
Persiapan lahan sebagai tempat penelitian yaitu mengukur areal
yang diperlukan dengan meteran, kemudian membersihan areal dari
gulma-gulma, semak, dan sisa-sisa kayu. Setelah itu, lahan diratakan untuk
menempatkan gelas aqua. Selanjutnya dibuat rumah bayangan dengan
menggunakan shading net 75% ukuran (5m x 3m x 1.5m). Atap dan
tiangnya menggunakan rangka kayu. Persiapan lahan dilakukan empat
minggu sebelum tanam.
3.5.2 Persiapan Media Tanam di Gelas Aqua
Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam adalah tanah
yang diperoleh dari tanah yang sudah difermentasi kemudian Semua
polibeg dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan dan disusun sesuai
layout penelitian yang telah ditetapkan.
3.5.3 Persiapan Bahan Stek
Bahan stek yang digunakan adalah batang dari tanaman miana
dan Bahan yang digunakan diambil dari cabang bagian pangkal, tengah
dan pucuk kemudian dipotong dengan ukuran 15 cm. Pada bagian pangkal
stek dipotong miring sekitar 45º kira-kira 5 cm sehingga tampak bagian
batangnya dan di permukaan atas diusahakan rata.
3.5.4 Penanaman
langkah selanjutnya penanaman ke dalam polibeg yang sudah
disiapkan Penanaman dilakukan dengan kedalaman 5 cm. Dengan bahan
media tanam yaitu ; pasir ,sekam dan tanah
3.5.5 Pemeliharaan
a) Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 hari sekali pada pagi dan sore hari.
Apabila hujan maka penyiraman tidak dilakuakan.
b) Pengamatan
19

Adapun parameter yang akan diamati pada penelitian ini adalah :

3.6 Parameter Pengamatan


3.6.1 Panjang akar (cm)
Pengamatan panjang akar dilakukan setelah hasil tahap akhir
penelitian. Pengukuran dilakukan dengan mengukur akar terpanjang
menggunakan penggaris mulai dari pangkal akar sampai ujung akar,
Pengamatan dilakukan pada umur 24 HST.
3.6.2 Jumlah akar (Helai)
Pengamatan panjang akar dilakukan setelah hasil tahap akhir
penelitian. Pengukuran dilakukan dengan mengukur akar terpanjang
menggunakan penggaris mulai dari pangkal akar sampai ujung akar,
Pengamatan dilakukan pada umur 24 HST.
3.6.3 Hari Muncul Tunas (%)
Pengamatan diamati pada saat dimana muncul tunas akar yang
keluar pada batang stek miana, Pengamatan dilakukan pada umur 15, 22,
24 HST.
3.6.4 Jumlah Tunas (Helai)
Pengamatan dilakukan untuk mengamati berapa jumlah mata tunas
yang tumbuh. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah laju
pertumbuhan tunas pada stek batang miana, Pengamatan dilakukan pada
umur 15, 22, 24 HST.

3.7 Jadwal Penelitian


Bulan Ke -
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pelaksanaan Penelitian
3 Pengamatan
4 Analisis Data
20

5 Penyusunan Laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Panjang Akar (cm)

Hasil Analisis Data menunjukkan bahwa pada pengujian analisa sedik


ragam bahwa pada perlakuan P1 M1, P1 M2, P1 M3, P2 M1, P2 M2, P2 M3, P3 M1, P3
M2, P3 M3 menunjukkan keduanya berbeda tidak nyata. Sehingga diperlukan uji
Lanjutan BNT 5% pada faktor tersebut untuk mengetahui perlakuan terbaik.
Tabel 4 Panjang Akar Tanaman pada Berbagai Perlakuan Media Tanam
(cm)

F. F TABEL
SK DB JK KT HITUN
G 5% 1%

3,6
ULANGAN 2 4.28 2.137778 0.039446 ns 3 6,23
2,5
PERLAKUAN 8 1016.72 127.09 2.345074 ns 9 3,89
3,6
P 2 334.75 167.3733 3.088385 ns 3 6,23
3,6
M 2 56.507 28.25333 0.521333 ns 3 6,23
3,0
PM 4 625.467 156.3667 2.88529 ns 1 4,77
GALAT 16 867.11 54.19444
TOTAL 26 1888.11

45

40

35

30

25 I
20 II
III
15

10

0
P1M1 P1M2 P1M3 P2M1 P2M2 P2M3 P3M1 P3M2 P3M3
21
22
23

4.2 Jumlah Akar (Helai)


Hasil Analisis Data menunjukkan bahwa pada pengujian analisa sedik
ragam bahwa pada perlakuan P1 M1, P1 M2, P1 M3, P2 M1, P2 M2, P2 M3, P3 M1, P3
M2, P3 M3 menunjukkan keduanya berbeda tidak nyata. Sehingga diperlukan uji
Lanjutan BNT 5% pada faktor tersebut untuk mengetahui perlakuan terbaik.
Tabel 5 Jumlah Akar Tanaman pada Berbagai Perlakuan Media Tanam
(cm)

F. F TABEL
SK DB JK KT
HITUNG 5% 1%
ULANGAN 2 554.22 277.1124 10.64264 ** 3,63 6,23
PERLAKUA
N 8 274.69 34.33638 1.318705 ns 2,59 3,89
P 2 128.46 64.23121 2.466831 ns 3,63 6,23
M 2 27.122 13.56108 0.52082 ns 3,63 6,23
PM 4 119.106 29.77661 1.143585 ns 3,01 4,77
GALAT 16 416.61 26.03795
TOTAL 26 1245.52

60

50

40

Ulangan 3
30
Ulangan 2
Ulangan 1
20

10

0
P1M1 P1M2 P1M3 P2M1 P2M2 P2M3 P3M1 P3M2 P3M3

4.3 Hari Muncul Tunas (%)


Pada Tabel 3 menunjukkan persentase setek tidak (100%) pada seluruh
perlakuan stek miana. Hal ini disebabkan tanaman miana memiliki batang herba
sehingga dapat dikembang biakan dengan stek, sehingga memudahkan dalam
perbanyakan penanaman. Tanaman miana merupakan tanaman berkayu lunak dan
24

memiliki daya regenerasi yang tinggi. Menurut Wudianto (2001) stek batang
berkayu lunak (softwood cutting) lebih mudah berakar dibanding stek batang
berkayu keras (hardwood cutting) pada kondisi yang optimum. Hartmann (1990)
menyatakan bahwa perbanyakan dengan stek dapat dilakukan dengan
menggunakan bagian batang, akar dan daun tanaman yang dipotong dari tanaman
induk. Bagian-bagian tanaman tersebut memiliki respon yang berbeda-beda
terhadap penyetekan. Stek yang diambil dari bagian ujung batang dapat
memberikan respon yang berbeda dari stek yang diambil dari bagian pangkalnya.
Perbedaan respon dari tiap bagian tanaman tersebut dipengaruhi oleh perbedaan
kandungan cadangan makanan yang terkandung dalam tanaman terutama untuk
unsur nitrogen dan karbohidrat.
Tabel 6 Hari Muncul Tunas pada Berbagai Perlakuan Media Tanam (cm)
Hari Muncul Tunas (%)
Perlakuan Presentase
15 HST 22 HST 24 HST
P1M2 2 2 2 44
P3M1 1 1 1 22
P1M1 2 2 2 44
P2M2 4 5 5 109
P2M3 3 4 4 87
P2M1 5 5 5 110
P3M2 4 4 4 88
P1M3 4 5 5 109
P3M3 5 5 5 110

5
4.5
4
3.5
3 Hari Muncul Tunas (%)
2.5 15 HST
Hari Muncul Tunas (%)
2 22 HST
1.5 Hari Muncul Tunas (%)
1 24 HST
0.5
0
2 1 1 2 3 1 2 3 3
M 3M 1M 2M 2M 2M 3M 1M 3M
P1 P P P P P P P P

4.4 Jumlah Tunas (Helai)


25

Tabel 7 Jumlah Tunas pada Berbagai Perlakuan Media Tanam (cm)

Perlakua Ulangan
Jumlah Rata - Rata
n 1 2 3
P1M2 2 2.2 2.2 6.4 3.2
P3M1 6.00 6.8 6.8 19.6 9.8
P1M1 0.4 1.8 1.8 4 2
P2M2 1.8 5.6 5.6 13 6.5
P2M3 2 6.6 6.6 15.2 7.6
P2M1 1.2 4.8 4.8 10.8 5.4
P3M2 2.6 3.8 3.8 10.2 5.1
P1M3 2.2 5.6 5.6 13.4 6.7
P3M3 7.8 10.2 10.2 28.2 14.1

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa pada Perlakuan P3M3 menunjukakn


paling banyak tunas yang muncul . Jumlah tunas terendah pada P1M1 sebesar 2
tunas didapat dari perlakuan control.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri dari
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
terdapat pada benih, bibit atau tanaman itu sendiri. Faktor eksternal merupakan
faktor yang terdapat di luar benih, bibit atau tanaman, salah satu yang
mempengaruhi pertumbuhan yaitu media tanam.
Media tanam yang baik adalah media yang mampu menyediakan air dan
unsur hara dalam jumlah cukup bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat
ditentukan pada tanah dengan tata udara dan air yang baik, mempunyai agregat
yang mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang
cukup (Gardner dan Mitchell, 1991).
Menurut Prayugo (2007), Arang sekam merupakan media tanam yang
porous dan memiliki kandungan karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media
tanam ini menjadi gembur. Arang sekam yang berwarna hitam akibat adanya
proses pembakaran mempunyai daya serap terhadap panas tinggi dapat menaikkan
suhu dan mempercepat perkecambahan.
Hasil penelitian Susilawati (2007) menunjukkan bahwa campuran media
arang sekam, tanah dan kompos dengan perbandingan 1:2:1 pada tanaman
Helichrysumbracteatum memberikan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman dan
26

parameter batang yang lebih besar di banding dengan perlakuan lain. Demikian
juga dengan hasil penelitian Dewi (2004) yang menunjukkan bahwa campuran
media tanah, arang sekam dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1 pada
bibit stum mangga memberikan ratarata pertumbuhan diameter batang bawah
total, panjang tunas, jumlah daun dan volume akar yang lebih besar dibanding
perlakuan lain.
Dari hasil ini dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan yang baik pada
bagian bawah tanaman adalah akar tidak selamanya akan sama baiknya dengan
pertumbuhan pada bagian atas tanaman dalam hal ini pertumbuhan tinggi serta
jumlah daun. Media tanam P2 M2 dan P1 M2 terdiri dari gabungan Sekam, dan
Pasir adalah sama sama media yang memiliki porous yang lebih besar di banding
dengan menggunakan media tanah. Campuran media tersebut mempunyai jumlah
dan penyebaran pori-pori yang cukup besar sehingga ujung akar mudah untuk
masuk dan memungkinkan perluasan akar. Kondisi inilah yang membuat
penyebaran akar jauh lebih cepat dibanding dengan perlakuan media lainnya
dimana media lainnya menggunakan tanah. Penyebaran akar ini menjadikan bobot
basah dan bobot kering jauh lebih besar di banding dengan menggunakan media
lainnya. Besarnya kedua bobot tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan
tanaman diduga karena jumlah nutrisi untuk pertumbuhan bagian atas tidak
mencukupi .
Penggunaan bahan organik memiliki peranan cukup besar terhadap
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian, hasil dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa media tanam tanah tidak terlalu berpengaruh terhadap
pertumbuhan stek miana berdasarkan parameter tunggal yaitu tinggi tanaman,
panjang akar, Jumlah akar dan jumlah daun.
Semua jenis media tanam yang digunakan tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan stek batang tanaman miana, akan tetapi perlakuan pasir dan
sekam memberikan pengaruh yang cenderung meningkatkan pertumbuhan stek
dibandingkan dengan media tanam lainnya.

5.2 Saran
Saran untuk penelitian ini adalah dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan stek batang tanaman
miana.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Sumera. 1995. Hortikultura Aspek Budaya. Penerbit Universitas


(UIPress): Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia:
Jakarta.
Edmond, J. B., Senn, T. L., Andrews, F. S., Halfacre, R. G.,1977. Fundamental of
Horticulture.Tata McGraw-Hill Publishing Company LTD: New
Delhi.
Gardner, F. P., Pearce, B. R., Roger, M. L., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia (UIPress): Jakarta.
Hartmann, H. T.,dan Kester, D. E., 1990. Plant Propagation Principles and
Practices.
Prentice Hall Career & Technology: New Jersey. Pahan, I. 2006. Panduan
Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya: Jakarta.
Pessarakli, M. 1994. Handbook of Plant and Crop Physiology. Marchel Dekker,
Inc: New York.
Wudianto, Rini. 1988. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. PT Penebar
Swadaya: Jakarta.
Dwidjoseputro. 1998. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa :
Jakarta.
Mangoendidjojo. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius :
Yokyakarta.

28
Proses Penelitian
Persiapan Bahan Ste k Persiapan Media Tanam di Gelas Aqua

Penanaman
Pemeliharaan Penyiraman
Pengamatan
Lampiran 1. Tabel Layout Kombinasi Perlakuan

U1 U2 U3
P1 M1 P2 M1 P1 M2
P1 M2 P3 M2 P3 M1
P1 M3 P3 M3 P1 M1
P2 M1 P2 M3 P2 M2
P2 M2 P3 M1 P2 M3
P2 M3 P1 M1 P2 M1
P3 M1 P1 M2 P3 M3
P3 M2 P1 M3 P1 M3
P3 M3 P2 M2 P3 M2

 135 batang miana yg terdiri dari :


 45 Batang Pangkal (P1)
 45 Batang Tengah (P2)
 45 Batang Ujung (P3)
 media tanam :
 Pasir (M1)
 Sekam (M2)
 Tanah (M3)
Lampiran 2. Tabel Jadwal Penelitian
Bulan Ke -
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pelaksanaan Penelitian
3 Pengamatan
4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan

Anda mungkin juga menyukai