Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“Pengertian lontarak dari aksara lontarak”


PBSI A/2018

Di susun Oleh:

1. Nurfadilah 1851042011
2. Sofia anggraeni 1851041006
3. Rina Utari 1851041004
4. Ariska Jamal 1851041051
5. Elvi abdriani nante 1851040025
6. Masita dewi 1851041042

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Penyusun

Makassar, 15 maret 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1

1.1 Latar belakang............................................................................................................1

1.2Rumusan Masalah........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................2

2.1 Pengertian Lontarak.....................................................................................................2

2.2 Aksara Lontarak...........................................................................................................3

BAB III PENUTUP..........................................................................................................8

3.1 Kesimpulan...................................................................................................................8

3.2 Daftar Pustaka...............................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aksara Lontara (ada yang menyebutnya Lontaraq atau Lontarak) adalah aksara asli
masyarakat Bugis, Makassar, dan Mandar di Sulawesi Selatan. Aksara lontara adalah salah
satu peninggalan sejarah dari kota Makassar. Bentuk aksara lontarak menurut budayawan
prof mattulada (alm) berasal dari “sulapa eppa wala suji”.wala suji berasal dari kata wala
yang artinya pemisah/pagar/penjaga dan suji yang berarti putri. Wala suji adalah sejenis
pagar bambu dalam acara ritual yang berbentuk belah ketupat. sulapa eppa (empat sisi)
adalah bentuk mistis kepercayaan bugis-makassar klasik yang menyimbolkan susunan
semesta, api-air-angin-tanah. Huruf lontara ini umumnya dipakai untuk menulis tata aturan
pemeritah dan kemasyarakatan. Naskah ditulis pada daun lontar menggunakan lidi atau kalam
yang terbuat dari ijuk kasar (kira-kira sebesar lidi).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud aksara lontarak?
2. Bagaimana sistem huruf dan penulisan huruf lontarak?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lontarak

Suku makassar adalah suku yang berbudaya. Sebagai suku yang berbudaya, suku
Makassar seharusnya merasa bersyukur dan bangga karena di samping memiliki bahasa
tersendiri yang disebut aksara lontarak. Untuk itu, aksara ini harus dibina dan dilestarikan
sebab merupakan warisan budaya bangsa yang sangat bernilai tinggi.

Secara etimologi kata lontarrak terdiiri dari dua kata, yaitu: raung yang berarti ‘daun’ dan
talak yang berarti ‘lontar’. Katta raung talak mengalami proses metatesis sehingga menjadi
kata lontarak. Metatesis adalah perubahan huruf, bunyi, atau suku kata dalam kata, seperti
perubahan letak huruf, bunyi, atau sukukata dalam kata, seperti perubahan letak [r] dan [l]
pada kata raung talak menjadi lontarak.

Aksara lontara merupakan salah satu jenis aksara yang digunakan sebagai alat
komunikasi tertulis di kalangan masyarakat Bugis-Makassar, baik dalam penulisan buku teks
untuk mata pelajaran disekolah maupun dalam sistem penlisan surat-menyurat. Bahkan,
sebelum populernya material berupa kertas, aksara lontara dituliskan diatas lembaran-
lembaran daun lontar (sebagai pengganti kertas) untuk berbagai keperluan , seperti : catatan
harian, surat menyurat, karya sastra, dan dokumen-dokumen penting lainnya yang harus
diarsipkan.

Menurut sejarah aksara lontarak pertama kali diperkenalkan oleh syahbandar


“sabannarak” kerajaan gowa yang bernama daeng pamatte (matulada,1971). Pada masa
kerajaan gowa diperintah oleh raja gowa IX Daeng Matanre, karaeng Manggutungi yang
bergelar karaeng Tumapaksiri kallonna, Daeng pamatte memangku dua jabatan sekaligus
yaitu sabannarak atau “syahbandar” merangkap tumailalang (Menteri urusan istana dalam
negeri). Pada waktu itu pulalah karaeng tumapaksirik kallonna memberi titah kepada Daeng

2
pamatte untuk menciptakan aksara yang dapat dipakai dalam komunikasi tulis-menulis.

Pada tahun 1538,Daengg pamatte berhasil mengarang aksara lontarak yang terdiri atas 18
huruf dan juga tulisan huruf Makassar tua. Akhirnya, aksara lontarak ini dipermodern dan
bentuknya lebih disederhanakan sehingga jumlah hurufnya menjadi 19, akibat masuknya
pengaruh bahasa Arab.

Aksara lontarak berbentuk segi empat (belah ketupat). Hal ini didasari pemahaman
filosofis kultural masyarakat Maassar bahwa kejadian manusia berasal dari empat unsur,
yaitu tanah “butta”, api “pepek”,air “jeknek”, dan angin “anging”. Suku kata BM yang ditulis
dengan aksarra Makassar terasuk suku kata silabik (satu huruf melambangkan satu suku kata)

B. AKSARA LONTARAK
1. Anrong lontarak

2. Tanra Sakra ‘penanda bunyi’


Dalam aksara lontarak makassar pada mulanya hanya menggunakan satu tanda
baca, yaitu titik tiga. Fungsi titik tiga sebagai titik, koma, tanda seru, tanda
tanya dan sebagainya. Jadi, pembaca atau penulis diharapkan menguasai
konteks wacana yang dibacanya atau yang ditulisnya agar tanda baca tersebut
sesuai dengan penggunaannya.

3
setiap huruf dalam aksara Lontara sudah mengandung vokal /a/. Terus bagaimana cara

menambahkan vokal /i/, /u/, /e/, dan /o/ pada huruf?

Untuk mengganti vokal /a/ yang sudah terkandung dalam setiap huruf maka digunakan tanda
diakritik. Diakritik adalah tanda baca tambahan pada huruf yang akan mengubah cara
pengucapan huruf tersebut.

Sekali lagi, terdapat perbedaan jumlah tanda diakritik antara aksara Lontara versi Makassar
dan Lontara versi Bugis. Dalam aksara Lontara versi makassar terdapat 4 tanda diakritik
sedangkan dalam aksara Lontara versi Bugis terdapat 5 tanda diakritik. Dalam tradisi Bugis,
tanda diakritik dinamakan Ana' Sûre'. Gambar di bawah ini memperlihatkan tanda-tanda
diakritik dalam aksara Lontara versi Bugis.

Tanda É dibaca seperti huruf E dalam kata ember, enak, merah, dan setan sedangkan tanda E
dibaca seperti huruf E yang terdapat dalam kata telah, sepatu, terang, dan kerucut. Huruf É
(terdapat tanda diakritik di bagian atas huruf) disebut dengan E taling sedangkan huruf E
(tanpa tanda diakritik) disebut dengan E pepet.

Dahulu, tanda E pepet dan E taling pernah digunakan dalam kesusasteraan Indonesia.
Namun, tanda diakritik dihilangkan sejak tahun 60-an karena ada anggapan bahwa orang
Indonesia sudah tahu kapan huruf E dibaca seperti E taling dan kapan dibaca seperti E pepet.

Dalam bahasa Makassar tidak dikenal kata yang mengandung E pepet sehingga dalam aksara
Lontara versi Makassar tidak terdapat tanda diakritik untuk bunyi vokal E pepet. Ya, seperti
itulah penyebabnya.

3. Menulis Menggunakan Aksara Lontara

Aksara Lontara yang diwariskan oleh leluhur Bugis dan Makassar tidak mengenal tanda
pemati huruf, glottal stop (penekanan di akhir suku kata), dan geminasi (penggandaan
konsonan dalam penyebutan satu huruf).

4
Yang dimaksud dengan glottal stop adalah penghentian bunyi secara mendadak di akhir
pengucapan suku kata seperti penyebutan Hamzah sukun dalam huruf Hijaiyyah. Yang
dimaksud dengan geminasi adalah adanya dua konsonan sejenis yang berdekatan sehingga
dalam membacanya seakan-akan hanya terdapat satu konsonan yang diucapkan dengan
terlebih dahulu menekan tempat keluarnya huruf.

Dalam menulis teks menggunakan aksara Lontara, kita harus membedakan antara tanda titik
yang merupakan bagian dari huruf dan tanda titik yang merupakan tanda diakritik. Jika
terdapat huruf Lontara yang memiliki titik di bagian atasnya dan penulis ingin menambahkan
tanda diakritik untuk vokal /i/ maka hasilnya adalah huruf yang memiliki dua tanda titik di
bagian atasnya. Perlu diperhatikan bahwa tanda titik yang merupakan bagian dari huruf
terletak di tengah-tengah atas huruf sedangkan tanda titik diakritik terletak di bagian atas
sebelah kiri (tidak persis di tengah). Contoh:

Kata di atas dibaca dâdi'.

Jika sebuah huruf Lontara memiliki tanda titik di bagian bawah dan penulis ingin
menambahkan tanda diakritik untuk vokal /u/ maka hasilnya adalah huruf yang memiliki dua
tanda titik di bagian bawah. Harap diperhatikan bahwa tanda titik di bawah huruf yang tepat
di tengah merupakan bagian dari huruf sedangkan tanda titik di bawah huruf yang di bagian
bawah sebelah kanan merupakan tanda diakritik. Contoh:

5
Kata di atas dibaca mânu'.
Lebih mudah menulis teks yang menggunakan aksara Lontara daripada membaca teks yang
menggunakan aksara Lontara. Kenapa bisa? Karena dalam membaca teks yang menggunakan
aksara Lontara, seorang pembaca harus memahami bahasa yang digunakan oleh teks tersebut
(bahasa Makassar, Bugis, Taé, Mandar, Dûri, Torâja, atau bahasa-bahasa lain yang ada di
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) karena kalau tidak tidak maka kemungkinan besar ia
akan salah dalam menyebut sebuah kata. Perhatikan teks Lontara di bawah ini:

Jika pembaca tidak memahami bahasa Bugis maka kemungkinan besar akan salah dalam
membaca teks di atas, misalnya ia membacanya dengan:
1. Bola lopo;
2. Bola loppo;
3. Bola lopong;
4. Bola lopo';
5. Bolang lopo;
6. Bola' lopo;
Pembaca yang memahami bahasa Bugis akan tahu bawah teks di atas dibaca seperti pada
nomor 2 yang artinya adalah rumah yang besar. Kenapa demikian? karena
kata bolang, bola', lopo, dan lopong tidak dikenal dalam bahasa Bugis.

Berarti susah dong membaca teks yang menggunakan aksara Lontara? Ya, memang susah
kalau kita tidak memahami bahasanya. Kalau kita paham bahasanya dan sering membaca teks
yang menggunakan aksara Lontara maka yakin dan percaya, kita akan bisa membacanya
selancar saat kita membaca teks yang menggunakan aksara Latin. Buktinya, para khatib di
pedalaman Bone menggunakan buku kumpulan khutbah jumat yang menggunakan aksara

6
Lontara dan mereka sangat lancar membacanya walaupun buku itu baru pertama kali
dibacanya.

7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Aksara lontara merupakan salah satu jenis aksara yang digunakan sebagai alat komunikasi
tertulis di kalangan masyarakat Bugis-Makassar, baik dalam penulisan buku teks untuk mata
pelajaran disekolah maupun dalam sistem penlisan surat-menyurat. Aksara lontarak termasuk
suku kata silabik karena satu huruf melambangkan satu suku kata.

DAFRAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org
www.wacana.co

Anda mungkin juga menyukai