Anda di halaman 1dari 84

KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT


SUKU DAYAK NGAJU DI KABUPATEN KAPUAS KECAMATAN
KAPUSA MURUNG DI KELURAHAN PALINGKAU BARU
KALIMANTAN TENGAH

NOVITA SARI
17.71.018023

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2020
KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT


SUKU DAYAK NGAJU DI KABUPATEN KAPUAS KECAMATAN
KAPUSA MURUNG DI KELURAHAN PALINGKAU BARU
KALIMANTAN TENGAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan melakukan penelitian


dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah

NOVITA SARI
17.71.018023

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
PALANGKA RAYA
2020
HALAMAN PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT


SUKU DAYAK NGAJU DI KABUPATEN KAPUAS KECAMATAN
KAPUSA MURUNG DI KELURAHAN PALINGKAU BARU
KALIMANTAN TENGAH

NOVITA SARI
17.71.018023

Disetujui oleh pembimbing untuk mengajukan ujian sidang Karya Tulis Ilmiah
Pada Program Studi DIII Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Palangka Raya,…. Mei 2020

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Guntur Satrio P., M.Si., Apt Dewi Sari Mulia, M.Si., Apt
NIDN. 1129078702 NIDN. 2309198702
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT


SUKU DAYAK NGAJU DI KABUPATEN KAPUAS KECAMATAN
KAPUSA MURUNG DI KELURAHAN PALINGKAU BARU
KALIMANTAN TENGAH

NOVITA SARI
17.71.018023

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi


Program Studi DIII Farmasi

Palangka Raya, … Mei 2020

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Guntur Satrio P., M.Si., Apt Dewi Sari Mulia, M.Si., Apt
NIDN. 1129078702 NIDN. 2309198702

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Program Studi D-III Farmasi

Nurhalina, SKM., M. Epid Nurul Chusna, M. Sc., Apt


NIK. 15.0602.013 NIK. 15.0601.014
HALAMAN PENGUJIAN

KARYA TULIS ILMIAH

ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT


SUKU DAYAK NGAJU DI KABUPATEN KAPUAS KECAMATAN
KAPUSA MURUNG DI KELURAHAN PALINGKAU BARU
KALIMANTAN TENGAH

NOVITA SARI
17.71.018023

Telah dipertahankan di Depan Tim Penguji


Program Studi DIII Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Palangka Raya, … Mei 2020

TIM PENGUJI
Penguji Utama : (……………..)
Anggota : (……………..)
(……………..)
(……………..)
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Palangka Raya, Juni 2020

Novita Sari
17.71.018023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa
yang telah melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ETNOFARMAKOLOGI DAN
INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI KABUPATEN KAPUAS
MURUNG KELURAHAN PALINGKAU BARU KAPUAS KALIMANTAN
TENGAH” guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperloleh gelar Ahli
Madya Farmasi pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis diberi bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, karena itu dengan penuh rasa hormat dan tulus
hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah ini dengan
baik.
2. Bapak Dr. Sonedi, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya.
3. Ibu Nurhalina, SKM., M.Epid selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
4. Ibu Nurul Chusna, S.Farm., M.Sc., Apt selaku Ketua Program Studi DIII
Farmasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
5. Ibu Rabiatul Adawiyah, S.Farm., M.Si., Apt selaku Dosen Penasihat
Akademik yang telah bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau
untuk membimbing, memberikan saran selama penulis menempuh pendidikan
di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
6. Bapak Guntur Satrio P,M.Si.,Apt Dosen Pembimbing Utama yang telah
membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan telah bersedia
meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau setiap harinya untuk
membimbing, memberikan saran dan petunjuk hingga selesai penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
7. Ibu Dewi Sari Mulia, M.Si,.Apt selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan telah
bersedia meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau setiap harinya untuk
membimbing, memberikan saran dan petunjuk hingga selesai penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf pegawai Program Studi DIII Farmasi
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang telah banyak memberikan
bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Orang Tua dan Seluruh Saudara yang telah memberikan dorongan moril
maupun materil selama penulis menempuh pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya.
10. Sahabat serta teman-teman mahasiswan Program Studi DIII Farmasi
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang telah memberikan semangat,
do’a selama proses pengerjaan Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Tuhan membalas semua bantuan yang telah diberikan kepada


penulis. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Dengan segala kerendahan hati, semoga Karya
Tulis Ilmiah ini dapat bermafaat bagi kita semua.

Palangka Raya, Juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
HALAMAN PENGUJIAN....................................................................................v
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR DIAGRAM...........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
ABSTRAK...........................................................................................................xiv
ABSTRACT...........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5
2.1 Etnofarmakologi..........................................................................5
2.2 Tumbuhan Obat...........................................................................6
2.3 Obat Tradisional..........................................................................6
2.4 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Obat.................6
2.5 Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat..........................................8
2.6 Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru.............9
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................10
3.1 Jenis Metode Penelitian.............................................................10
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................10
3.3 Populasi dan Sampel..................................................................10
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................11
3.5 Pengolahan dan Analisa Data....................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN...............................................................48
5.1 Simpulan....................................................................................48
5.2 Saran..........................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
LAMPIRAN .........................................................................................................55
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Lembar Pedoman Observasi .................................................................11


Tabel 2. Lembar Pedoman Wawancara ...............................................................11
Tabel 3. Contoh penyajian data tumbuhan didukung literatur sesuai empiris. . .14
Tabel 4. Contoh penyajian data tumbuhan tanpa literatur sesuai empiris. .........14
Tabel 5. Tumbuhan didukung literatur sesuai empiris ........................................19
Tabel 6. Tumbuhan tanpa literature sesuai empiris .............................................21
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Contoh Penyajian Data .......................................................................15


Diagram 2. Penggunaan Bagian Tumbuhan Berkhasiat Obat ...............................24
Diagram 3. Pengolahan Tumbuhan Berkhasiat Obat ............................................25
Diagram 4. Hasil Studi Pustaka Tumbuhan Berkhasiat Obat ...............................25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tumbuhan Keji Beling ....................................................................26


Gambar 2. Tumbuhan Kumis Kucing ................................................................28
Gambar 3. Tumbuhan Bandotan ........................................................................30
Gambar 4. Tumbuhan Andong ..........................................................................31
Gambar 5. Tumbuhan Pacing Tawar .................................................................33
Gambar 6. Tumbuhan Pisang ............................................................................35
Gambar 7. Tumbuhan Terong Pipit ...................................................................37
Gambar 8. Tumbuhan Pinang ...........................................................................40
Gambar 9. Tumbuhan Meniran .........................................................................42
Gambar 10. Tumbuhan Uru Gerigit ....................................................................43
Gambar 11. Tumbuhan Uru Samue .....................................................................46
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Kerja ................................................................................55

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ........................................................................56

Lampiran 3. Surat Tugas Penelitian ....................................................................57

Lampiran 4. Hasil Observasi ...............................................................................58

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ..................................................................59

Lampiran 6. Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat ......................................60

Lampiran 7. Herbarium Kering ...........................................................................61

Lampiran 8. Surat Hasil Determinasi ..................................................................62


ETNOFARMAKOLOGI DAN INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT DI
KECAMATAN KAPUAS HILIR KABUPATEN KAPUAS KALIMANTAN
TENGAH

NOVITA SARI
17.71.018023

Program Studi DIII Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

ABSTRAK

Studi etnofarmakologi dilakukan di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan


Palingkau Baru. Hal ini dikarenakan masyarakat Kecamatan Kapuas Murung
Kelurahan Palingkau Baru masih memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat untuk
menyembuhkan penyakit yang khasiatnya diketahui secara turun-temurun.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa jenis tumbuhan, bagian
yang digunakan, cara pengolahan dan untuk mengetahui apakah khasiat empiris
tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan didukung oleh data hasil penelitian.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
rancangan deskriptif, teknik pada pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Hasil Penelitian didapatkan 11 jenis tumbuhan
berkhasiat obat yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yaitu Keci
Beling, Kumis Kucing, Bandotan, Hajuang, Pacing Tawar, Daun Pisang, Terong
Pipit, Buah Pinang, Meniran, Rumput Gerigit, Rumput Samue. Bagian tumbuhan
yang digunakan yaitu batang, akar, buah dan yang paling banyak digunakan
adalah bagian daun. Cara pengolahannya yaitu dikonsumsi langsung, ditumbuk
dan yang paling sering adalah diolah dengan cara direbus. Khasiat empiris dari
tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan sebagian besar masih belum didukung
oleh data hasil penelitian.
Kata kunci: Etnofarmakologi, inventarisasi, Kelurahan Palingkau Baru ,
tumbuhan berkhasiat obat
EHNOPHARMACOLOGY AND INVENTORY OF DRUG PLANT IN
KAPUAS HILIR DISTRICT, KAPUAS KALUANTAN CENTRAL
KALIMANTAN

NOVITA SARI
17.71.018023

DIII Pharmacy Study Program, Faculty of Health Sciences


Palangkaraya Muhammadiyah University

ABSTRACT
Ethnopharmacology studies were carried out in Kapuas Murung Subdistrict,
Mostkau Baru District. This is because the people of Kapuas Murung Subdistrict,
Mostkau Baru Subdistrict still utilize medicinal plants to cure diseases whose
properties are known for generations. This study aims to obtain data in the form of
plant species, parts used, processing methods and to find out whether the
empirical efficacy of medicinal plants used is supported by research data. This
research was conducted using qualitative research methods with descriptive
designs, techniques in data collection using observation, interviews, and
documentation. The results showed 11 types of medicinal plants used to treat
various diseases, namely Keci beling, Mustache Cat, Bandotan, Hajuang, Pacing
Fresh, Banana Leaves, Eggplant Pipit, Areca Nut, Meniran, Gerigit Grass, Samue
Grass. Plant parts used are stems, roots, fruits and the most widely used is the
leaves. The processing method is consumed directly, pounded and most often it is
processed by boiling. Empirical efficacy of medicinal plants used is largely still
not supported by research data.
Keywords: Ethnopharmacology, inventory, the Most New Village, medicinal
plants
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan berbagai tumbuhan


yang berkhasiat sebagai obat dan dihuni oleh berbagai suku dengan pengetahuan
pengobatan tradisional yang berbeda. Indonesia memiliki lebih dari 1.000 jenis
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan sekitar 300 jenis yang sudah
dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Hutan merupakan salah satu sumber
daya alam yang memberi manfaat bagi manusia, baik ekologis maupun ekonomis.
Sumber daya hutan dibagi dalam dua bagian yaitu hasil hutan berupa kayu dan
hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu yang sering dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar hutan salah satunya adalah tumbuhan obat (Takoy et al., 2013).

Kekayaan alam hutan Kalimantan banyak menyimpan berbagai jenis


tumbuhan yang bisa dijadikan obat tradisonal, dan nenek moyang kita dengan
pengetahuan yang dimiliki dan peralatan yang sederhana menggunakan berbagai
jenis tumbuhan untuk pengobatan penyakit. Penyakit ringan maupun berat diobati
dengan menggunakan ramuan dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu yang terdapat
di sekitar pekarangan rumah dan di hutan (Wibisino &Azham, 2017). Penggunaan
tumbuhan obat sudah dilakukan oleh manusia sejak dikenalnya proses meramu
dan masih berlangsung hingga kini. Penggunaan tumbuhan obat ini kerap
digunakan oleh orang banyak karena relatif memiliki efek samping yang kecil dan
lebih murah bila dibandingkan dengan obatobatan sintetis (Meliki et al., 2013).

Tumbuhan obat adalah semua spesies tumbuhan yang menghasilkan satu


atau lebih komponen aktif yang digunakan untuk perawatan kesehatan dan
pengobatan atau seluruh spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya
2

mempunyai khasiat obat (Nurrani et al., 2014). Tumbuhan berkhasiat obat adalah
jenis tumbuhan yang pada bagian-bagian tertentu baik akar, batang, kulit, daun
maupun hasil ekskresinya dipercaya dapat menyembuhkan atau mengurangi rasa
sakit (Zulfiani et al., 2015). Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat
yang diketahui dan dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan
menjadi 3 kelompok tumbuhan obat, yaitu tumbuhan obat tradisional, yaitu
spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya memiliki khasiat obat dan telah
digunakan sebagai bahan obat tradisional. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies
tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengadung senyawa atau bahan
bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan
secara medis, dan Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga
mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan secara ilmiah atau penggunannya sebagai bahan obat tradisional (Sari
et al., 2014).

Kelebihan pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat tradisional


secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat sintetis. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang dianggap lebih
sedikit dibandingkan obat sintetis. Selain itu, obat sintetis yang harganya relatif
lebih tinggi sehingga obat tradisional sebagai pilihan pengobatan oleh masyarakat.
Hakekatnya pengobatan tradisional di Indonesia merupakan bagian kebudayaan
bangsa Indonesia yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya secara
lisan atau tulisan. Karena itu pengobatan tradisional di Indonesia dapat terus
bertahan.

Palingkau Baru merupakan kelurahan yang berada diwilayah kecamatan


Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Penduduk
aslinya ialah Suku Dayak Ngaju suku Dayak yang mendiami sepanjang bantaran
sungai Kapuas. Masyarakat di Palingkau Baru sendiri masih memanfaatkan
tumbuhan sebagai obat tradisional untuk menyembukan berbagai penyakit dengan
menggunakan tumbuhan yang sudah mereka ketahui khasiat dan kegunaanya
3

yang mereka ketahui dari pengalaman empiris nenek moyang yang bersifat turun
temurun yang disampaikan secara lisan atau pun tulisan kepada anggota kelurga.
Masih banyaknya masyarakat yang menggunakan tumbuhan sebagai obat
tradisional yang tidak terdokumentasi, sehingga membuat peneliti tertarik untuk
mengetahui berbagai macam khasiat dan kegunaan untuk pengobatan tradisional
oleh masyarakat kelurahan Palingkau Baru agar ilmu serta pengalaman empiris
tentang tumbuhan berkasiat obat tidak hilang dan terdokumentasi.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut:

1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan oleh masyarakat tradisional Suku
Dayak di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru?
2. Bagian tanaman apa saja yang digunakan dalam pengobatan tradisional Suku
Dayak di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru?
3. Bagaimana cara pengolahan tanaman obat oleh masyarakat tradisional Suku
Dayak di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru?
4. Apa saja khasiat tumbuhan obat tradisional oleh masyarakat Kecamatan
Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:


1. Untuk mengetahui jenis tanaman apa saja yang digunakan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat Suku Dayak di Kecamatan Kapuas Murung
Palingkau Baru.
2. Untuk mengetahui bagian tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat
Suku Dayak di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Palingkau
Baru.
4

3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengolahan tanaman yang digunakan


dalam pengobatan oleh masyarakat Suku Dayak di Kecamatan Kapuas
Murung Kelurahan Palingkau Baru.
4. Untuk mengetahui khasiat dari tumbuhan obat yang digunakan oleh
masyarakat Suku Dayak di Kecamatan Murung Kelurahan Palingkau Baru.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pemanfaatan tumbuhan


sebagai obat tradisional.
2. Memberikan informasi tentang penggunaan obat tradisional oleh masyarakat
Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru.
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lannjut
tentang tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Kecamatan Kapuas
Murung Kelurahan Palingkau Baru.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnofarmakologi

Etnofarmakologi berasal dari tiga kata, yaitu ethnos (Yunani) yang berarti
rakyat atau bangsa, farmakon (Yunani) yang artinya obat dan logos berarti ilmu,
sehingga etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan
tumbuhan atau hewan yang memiliki efek farmakologi dalam hubungannya
dengan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan oleh suatu suku bangsa.
Etnofarmakologi terkait dengan beberapa bidang ilmu seperti ilmu botani, ilmu
farmasi, dan aspek sosial serta kultur budaya masyarakat. Kajian etnofarmakologi
merupakan kajian yang membahas tentang senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam suatu bahan (Leonardo, 2012).

Etnofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kegunaan tanaman


yang memiliki efek farmakologi yang memiliki hungan dengan pengobatan dan
pemeliharaan kesehatan oleh masyarakat sekitar (suku). Etnofatarmakologi ini
merupakan cabang dari etnobotani yang mempelajari tentang pengobatan. Kajian
etnofarmakologi adalah kajian tentang tanaman yang berfungsi sebagai obat atau
ramuan yang diolah oleh penduduk sekitar dan digunakan sebagai pengobatan
(Hadju, 2016).

Etnofarmakologi merupakan cabang ilmu dari Etnobotani. Etnobotani


merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-
hari adat atau suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani
taksonomi saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat
kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari hubungan
6

timbal balik antar manusia dengan tanaman, serta menyangkut pemanfaatan


tanaman tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan budaya dan kelestarian
alam (Hartanto, 2014).
7

2.2 Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat dan


digunakan sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit.
Pengertian berkhasiat obat adalah mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati
penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung
efek resultan atau sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Hartanto,
2014). Penggunaan tumbuh-tumbuhan obat dalam penyembuhan adalah bentuk
pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia memiliki sistem pengobatan
tradisional yang khas dan di setiap daerah dijumpai berbagai macam jenis
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat (Latief, 2012).

2.3 Obat Tradisional

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 06


Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, obat tradisional adalah
bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan
sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun
digunakan untuk pengobatan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

2.4 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Obat

Pengetahuan tentang tumbuhan berkhasiat obat ini sudah lama dimiliki


oleh nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara
ilmiah. Pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia akan terus meningkat mengingat
kuatnya keterkaitan bangsa Indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu.
Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat terdiri dari kulit
(cortex), daun (folium), bunga (flos), akar (radix), umbi (bulbus), rimpang
(rhizome), buah (fructus), kulit buah (perikarpium), biji (semen) (Nogroho, 2010).
8

Obat tradisional berasal dari bagian tanaman obat yang diiris, dikeringkan,
dan dihancurkan. Jika ingin mendapatkan senyawa yang dapat digunakan secara
aman, tanaman obat harus melalui proses ekstraksi, kemudian dipisahkan,
dimurnikan secara fisik dan kimawi (di-fraksinasi). Tentu saja proses tersebut
membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang sangat banyak (Herdiani, 2012).

Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat terdiri dari


(Kurdi, 2010):

1. Kulit (cortex)

Kulit adalah bagian terluar dari tumbuhan tingkat tinggi yang berkayu. Dibatasi
di bagian luar oleh epidermis dan di bagian dalam oleh endodermis.Korteks
tersusun dari jaringan penyokong yang tidak terdiferensiasi dan menyusun
jaringan dasar.

2. Daun (folium)

Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari ranting,
biasanya berwarna hijau (mengandung klorofil) dan terutama berfungsi sebagai
penangkap energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis. Daun merupakan
bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku ramuan
obat tradisional maupun minyak atsiri.

3. Bunga (flos)

Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk,
warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Bunga
adalah alat perkembangbiakan secara generatif pada tumbuhan. Bunga yang
9

dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa bunga tunggal ataumajemuk, bagian


bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.

4. Akar (radix)

Akar adalah bagian pangkal tumbuhan pada batang yang berada dalam tanah
dan tumbuh menuju pusat bumi. Akar yang dimanfaatkan sebagai obat dapat
berupa akar yang berasal dari jenis tumbuhan yang umumnya berbatang lunak
dan memiliki kandungan air yang tinggi.

5. Umbi (bulbus)

Umbi adalah akar yang membesar dan memiliki fungsi untuk menyimpan suatu
zat tertentu dari tanaman. Bentuk ukuran umbi bermacam -macamtergantung
dari jenis tumbuhannya. Umbi yang dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa
potongan atau rajangan umbi lapis, umbi akar, atau umbi batang.

6. Rimpang (rhizome)

Rhizome adalah batang yang tumbuh di dalam tanah yang kemudian


menunbuhkan tunas-tunas yang menjadi anakan dan kemudian tumbuh
bersama sama dalam rumpun yang besar untuk menumbuhkan umbi. Rhizome
yang dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa potongan - potongan atau irisan
rhizome.
10

7. Buah (fructus)

Buah adalah organ pada tumbuhan berbunga yang merupakan perkembangan


lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah biasanya membungkus dan
melindungi biji. Buah yang dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa buah
lunak dan ada pula buah yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan
simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda,khususnya bila buah
masih dalam keadaan segar.

8. Kulit buah (perikarpium)

Kulit buah merupakan lapisan terluar dari buah yang dapat dikupas, sama
halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang lunak, keras
bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi.

9. Biji (semen)
Bakal biji (ovulum) dihasilkan dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji
dapat terlindung oleh organ lain (buah pada Angiospermae atau
Magnoliophyta) atau tidak terlindungi (pada Gymnospermae). Biji yang
dimanfaatkan sebagai obat dapat berupa biji yang telah masak sehingga
umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam
macam tergantung dari jenis tumbuhan.

2.5 Kandungan Bioaktif Tumbuhan Obat

Tanaman obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang


sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai
obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari
selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan bahan nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya (Utami, 2010).
11

Tumbuhan obat merupakan sumber senyawa bioaktif yang berkhasiat


mengobati berbagai jenis penyakit. Hingga saat ini, sumber alam nabati masih
tetap merupakan sumber bahan kimia baru yang tidak terbatas, baik senyawa
isolat murni yang dipakai langsung (misalnya alkaloida, morfin, papaverin)
maupun melalui derivatisasi menjadi senyawa bioaktif turunan yang lebih baik,
dalam arti lebih potensial dan lebih aman (Chasanah, 2010).

2.6 Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Tahun 2018,


Kecamatan Kapuas Murung dengan luas wilayah 288,45 km (1,92 persen dari luas
wilayah Kabupaten Kapuas). Batas wilayah Kecamatan Kapuas Murung meliputi :
sebelah timur berbatas dengan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan
Selatan, Sebelah barat berbatasan dengan Kecamtan Kapuas Barat, Sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Daadahup, Sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Pulau Petak. Sedangkan Kelurahan Palingkau Baru dengan luas
wilayah 11,10 km (3,85 persen dari luas wilayah Kabupaten Kapuas) Kabupaten
Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia.
12

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan


penelitian deskriptif. Metode kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat kualitatif dan
hasil penelitian lebih menekankan makna daripada generalisasi.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kapuas Kapuas Murung


Kelurahan Palingkau Baru. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli tahun 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Pengobat tradisional yang


berpengetahuan tentang tumbuhan obat suku Dayak di Kecamatan Kapuas
Murung Kelurahan Palingkau Baru.

3.1.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Pengobat Tradisional Suku Dayak yang
mendiami Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru.
13

3.1.3 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional pada penelitian ini yaitu :

1. Tumbuhan obat yaitu tumbuhan yang digunakan masyarakat Kecamatan


Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru sebagai pengobatan tradisional.
2. Masyarakat Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru, yaitu
masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan sebagai obat tradisional dan
mempercayai bahwa tumbuhan tersebut dapat menyembuhkan berbagai jenis
penyakit.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen Penelitian

1. Lembar Pedoman Observasi

Tabel 1. Lembar Pedoman Observasi

Identitas Informan

No

Nama Usia Profesi

1.

2. Lembar Pedoman Wawancara


14

Tabel 2. Lembar Pedoman Wawancara


No. Identintas Nama Nama Bagian yang Cara Aturan Lama
Informan Tumbuhan Penyakit Digunakan Pengolahan Pakai Penggunaan
1.

3. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera digital,
alat perekam, kantong plastik, gunting tanaman, sasak, kertas koran, kertas label
dan panduan wawancara yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Bahan yang
digunakan di dalam penelitian ini yaitu alkohol dan formalin.

3.4.2 Prosedur Kerja

Dalam penelitian ini, peneliti memilih sampel sebagai informan yang


terlibat dengan teknik snowball sampling. Kriteria yang ditentukan atau
diinginkan oleh peneliti adalah masyarakat bersuku Dayak Ngaju, menetap dan
tinggal di Kecamatan Kapuas Muurung Kelurahan Palingkau Baru minimal 5
tahun dan orang tersebut dianggap paling mengetahui serta menggunakan obat
tradisional. Teknik snowball sampling digunakan untuk mengembangkan
partisipan berdasarkan rekomendasi dari partisipan kunci atau memilih dan
mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus di
mana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu partisipan ke partisipan
yang lainnya. Pemilihan partisipan sebagai dalam penelitian bertujuan atau
dimaksudkan agar peneliti mendapatkan data sebanyak mungkin sesuai dengan
tujuan penelitian sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili. Adapun
teknik yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data yang diperlukan
15

dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, pembuatan


herbarium, determinasi, dan studi literatur .

1. Observasi

Metode observasi dilakukan diawal penelitian. Observasi dilakukan


untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas apabila belum banyak
keterangan dimiliki tentang masalah yang akan diselidiki. Sehingga dari hasil
observasi yang didapat akan diperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
masalah penelitian. Observasi yang dilakukan di Kecamatan Kapuas Murung
Kelurahan Palingkau Baru, ini yaitu mencari informasi tentang masyarakat
yang masih memanfaatkan tumbuhan obat di daerah tersebut.

2. Wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data


yang umum digunakan untuk mendapatkan data berupa keterangan lisan dari
suatu informan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara secara terstruktur yaitu dengan mewawancarai informan,
kemudian pertanyaan tersebut satu persatu diperdalam untuk mencari
informasi atau keterangan lebih lanjut. Wawancara terstruktur digunakan
guna mendapatkan data jenis-jenis tumbuhan obat tradisional dengan
beberapa masyarakat desa yang berpedoman pada daftar pertanyaan antara
lain: nama lokal tanaman, khasiat, bagian yang digunakan, cara
pengolahannya, aturan pakai dan berapa lama pengguaan tumbuhan sebagai
obat tradisional.

3. Dokumentasi
16

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal


atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, majalah, foto, prasasti, dan
sebagainya. Untuk memperkuat data yang diperoleh maka tahap selanjutnya
adalah mengambil gambar atau foto dari subjek yang diamati. Foto yang
diharapkan dapat menghasilkan data deskriptif yang penting sesuai dengan
objek yang diamati.

4. Koleksi Sampel Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat (THBO)

Selanjutnya dari tumbuhan obat tersebut, tumbuhan yang belum


diketahui nama latinnya, dikoleksi dari tempat tumbuhan obat tersebut yang
di bantu oleh herbalis pengumpulan tumbuhan obat yang bisa mengetahui
lokasi tumbuhan tumbuhan obat yang berkhasiat tersebut. Koleksi sampel
kemudian di buat hebarium untuk identifikasi lebih lanjut.

5. Pembuatan Herbarium dan Identifikasi

Proses pembuatan herbarium terdiri dari empat cara yaitu :


Pengumpulan sampel, pengeringan, pengawetan dan pembuatan herbarium
Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan herbarium adalah koleksi
sampel dari lapangan. Kemudian sampel diberi alkohol dan direkatkan pada
kertas karton berwarna putih, sampel selanjutnya dimasukkan ke dalam sasak
dengan cara disusun berlapis dan diapit dengan sasak. Kemudian, sampel
yang telah di sasak dikeluarkan dari sasakan nya dan disimpan lalu
ditempelkan dalam rekatan kertas karton dan dioleskan dengan formalin.
Identifikasi dilakukan dengan mengirim herbarium ke Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Biologi.

6. Studi Literatur
17

Berdasarkan hasil identifikasi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan


Indonesia Pusat Penelitian Biologi, peneliti kemudian melakukan studi
literature mengenai efek famakologi baik secara tumbuhan obat maupun efek
farmakologi lain yang tidak sesuai dengan data tumbuhan obat. Studi literatur
yang sesuai data tumbuhan obat akan disajikan di dalam table sedangkan
studi literature yang tidak sesuai data tumbuhan obat akan disajikan dalam
bentuk uraian tinjauan ilmiah.

3.5 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian disajikan dalam


bentuk tabel. Data empiris mengenai khasiat tumbuhan obat kemudian data
farmakologi dari hasil penelitian-penelitian yang sudah dipublish dan dapat
mendukung pernyataan masyarakat. Analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini secara umum dibagi dalam tiga tahap yaitu: reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiaatan merangkum dan memilih hal-hal


pokok saja dan memfokuskan kepada hal-hal yang penting saja sehingga
dengan adanya reduksi data ini, maka akan lebih jelas dan terarah gambaran
bagaimana penggunaan tanaman sebagai obat tradisional di Kecamatan
Kapuas Hilir Kabupaten Kapuas.

2. Data Display (Penyajian data)


18

Penyajian data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel, dan
grafik yaitu sesuai dengan format Tabel 3. Tabel 4. dan Grafik 1. Berikut:

Tabel 3. Contoh penyajian data tumbuhan didukung literatur sesuai empiris.

Bagian Khasia Literatur


Nama Cara Atura
N Yang t Sesuai
Tumbuha pengolaha n
o Digunaka Empiri Khasiat
n Obat n Pakai
n s Empiris
1.

Tabel 4. Contoh penyajian data tumbuhan tanpa literatur sesuai empiris.


Aturan
Pakai
No Nama Bagian Khasiat Cara
Tumbuhan Yang Empiris pengolaha
Obat Digunaka n
n
1.
19

A
B
C
D
E

Diagram 1. Contoh Penyajian Data

Penyajian hasil inventarisasi tumbuhan berkhasiat obat akan dibuat dalam


bentuk rincian dengan format berikut :

1. Nama lokal tumbuhan (Nama latin tumbuhan)


Foto tumbuhan

a. Klasifikasi

b. Morfologi

c. Khasiat empiris

d. Kandungan kimia

e. Khasiat farmakologis

1) Khasiat farmakologis sesuai empiris


20

2) Khasiat farmakologis lainnya.

2. Penarikan Kesimpulan dan Dokumentasi

Setelah penyajian data dilakukan, berikutnya adalah pembahasan. Dalam


pembahasan peneliti dapat memberikan tafsiran, argument, menemukan makna
dan mencari hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain serta
dikaitkan dengan beberapa teori pendukung (Machfoedz, 2011). Dalam penelitian
kualitatif analisis data dilakukan sejak penelitian tersebut dilakukan, oleh karena
itu data yang diperoleh dari lapangan segera disalin dalam bentuk tulisan dan
kemudian dianalisis.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode triangulasi data, yaitu


peneliti menggunakan berbagai sumber data yang dapat digunakan selama riset
atau penelitian dilakukan. Pada penelitian ini triangulasi yang dilakukan adalah
menyimpulkan dari hasil wawancara masyarakat mengenai penggunaan
Tumbuhan obat di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru. Dari
hasil triangulasi data tersebutlah akan didapatkan kebenaran secara ilmiah
mengenai khasiat tumbuhan obat tradisional Kecamatan Kapuas Murung
Kelurahan Palingkau Baru, Kabupaten Kapuas sebagai obat tradisional.
21
22
23

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data Empiris

Kelurahan Palingkau Baru, Kecamatan Kapuas Murung adalah salah satu


lokasi yang mempunyai pontensi akan tumbuhan berkhasiat obat. Maka dari itu
peneliti mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara terhadap
informan yang telah ditentukan berdasarkan hasil observasi sebelumnya.
Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara di dapatkan beberapa tumbuhan obat
tersebut dari herbalis yang mempunyai tumbuhannya sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan 11 jenis tumbuhan hutan
berkhasiat obat (THBO) yang berasal dari Kelurahan Palingkau Baru. Dan
tumbuhan yang belum diketahui nama latinnya terdapat 2 (dua) yaitu tumbuhan
dengan nama lokal Uru Gerigit dan Uru Samue. Peneliti mengumpulkan sampel
tumbuhan tersebut, dan diolah menjadi herbarium kering untuk keperluan
determinasi untuk mengetahui nama latinnya.
Peneliti bersama pengumpul tumbuhan hutan berkhasiat obat (THBO)
mengumpulkan sampel tumbuhan yang belum diketahui nama latinnya untuk
keperluan determinasi. Tumbuhan dikelompok kan dari lokasi tumbuh mulai dari
akar, batang sampai daun. Sampel selanjutnya dibersihkan dengan alkohol dari
daun, batang sampai akar dan direkatkan pada kertas koran, sampel disusun
berlapis dan diapit dengan sasak. Selanjutnya sampel yang telah disasak
dikeluarkan dan ditempelkan dalam lipatan kertas karton kemudian dioleskan
formalin. Sampel tumbuhan kemudian dikirimkan ke Pusat Penelitian Biologi -
LIPI untuk dilakukan determinasi. Hasil determinasi dari LIPI kemudian
digunakan untuk melakukan studi literatur.
Dari penelitian yang dilakukan peneliti pada masyarakat Kelurahan
Palingkau Baru di dapatkan informasi tentang cara penggunaan tumbuhan hutan
24

berkhasiat obat (THBO) yang digunakan masyarakat untuk pengobatan berbagai


macam penyakit.

Data hasil penelitian berupa nama tumbuhan, bagian yang digunakan, khasiat
empiris, cara pengolahan, aturan pakai, lama penggunaan, serta data hasil studi
pustaka dari tumbuhan berkhasiat obat di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan
Palingkau Baru akan disajikan dalam bentuk tabel berikut :
Tabel 5. Tumbuhan didukung literatur sesuai empiris
Bagian yang Literatur Sesuai
No Nama Tumbuhan Obat Khasiat Empiris Cara Pengolahan Aturan Pakai
digunakan Khasiat Empiris
1 a. Local :Kumis kucing Akar Susah buang air Akar kumis Minum air (Reshi et al., 2017)
b. Umum :Kumis kecil kucing direbus rebusan 3x Judul : Evaluation of
kucing dengan air hingga sehari 1 gelas Antibacterial
c. Latin : mendidih Potential of Leaf
Orthosiphon And Leaf Derived
aristatus (Blume) Callus Extracts of
miq Orthosiphon
Aristatus (Blume)
Miq.
2 a. Lokal: Sawang Batang dan Mengobati Batang dan Akar Minum iar Gentari pusparani et
Bahandang Akar Pendarahan Hajuang direbus rebusan 2x al., 2016)
b. Umum :Hajuang dengan air hingga sehari 1 gelas Judul : Pengaruh
atau Andong mendidih Ekstrak Daun
c. Latin : Cordyline Andong Merah
fruticosa Cordyline fruticosa
(L) A. Chev
Terhadap Kecepatan
Penutup Luka Secara
Topikal Pada Mencit
Putih (Mus
musculus)

3 a. Lokal: Tewu Kak Batang Mengobati Batang pacing Air rebusan (Asosiasi Herbalis
b. Umum :Pacing Mencret tawar direbus diminum 2× Nusantara., 2015)
Tawar dengan air hingg sehari 1 gelas Judul : Aktivitas
c. Latin : Cheilocostus mendidih Antifertilitas Ekstrak
speciosus Etanol 70% Daun
Pacing (Costur
spiralis) Pada Tikus
Sprague-Dawley
Jantan Secara In
Vivo
4 a. Lokal: Uru Samue Daun Mengobati Daun ditumbuk Digunakan 2× Oyedeji et al., 2011)
b. Umum :Rumput Jerawat bersama dengan sehari 1 kali Judul : Antibacterial,
Samue beras dan Pagi dan siang antifungal and
c. Latin : Ludwigia ditambahkan air phytochemical
deccurens sampai halus, analysis of crude
setelah halus extracts from the
dibulatkan dan leaves of Ludwigia
dijemur dibawah abyssinica A. Rich.
sinar matahari and Ludwigia
sampai kering decurrens Walter

Tabel 6. Tumbuhan tanpa literature sesuai empiris


Bagian
No Nama Tumbuhan Obat Khasiat Empiris Cara Pengolahan Aturan Pakai
Digunakan
1 a. Local : Keci Beling Akar Mengobati sakit Akar keji beling Minum air rebusan 3x sehari
b. Umum : Keci pinggang direbus dengan air 1 gelas
Beling hingga mendidih
c. Latin : Strobilanthes
Crispa
2 a. Lokal : Bandotan Daun Mengobati Kanker Daun bandotan Minum iar rebusan 2x sehari
b. Umum : Bandotan payudara direbus dengan air 1 gelas
c. Latin : Agertum hingga mendidih
conyzoides
3 a. Local : Dawen Daun Mengobati tekanan Daun pisang direbus Air rebusan diminum 3×
Pisang darah tinggi dengan air hingga sehari 1 gelas
b. Umum : Daun mendidih
Pisang
c. Latin : Musa
acuminate colla
4 a. Lokal : Bua Bauh Mrngobati tekanan Buah terong pipit Buah terong pipit yang sudah
sanggau darah tinggi direbus dengan air direbus dimakan langsung
b. Umum : Terong hingga mendidih
pipit
c. Latin : Solanum
torvum
5 a. Local : Bua Buah Mengobati penyakit Buah pinang muda Buah pinang dimakan
Pinang gula dicampur dengan daun seperlunya saja
b. Umum : Buah sirih dan kapur sirih
Pinang dan dimakan langsung
c. Latin : Areca
catechu L

6 a. Local : Uru Daun dan Mengobati gatal oleh Daun ditumbuk Dioles dan ditempel ditempat
handalai Batang terkena ulat bulu sampai halus dioles ke gatal-gatal oleh ulat bulu,
b. Umum : Meniram dan mengobati sakit tubuh yang gatal-gatal sedangkan air rebusan
c. Latin : pinggang oleh ulat bulu, dan diminum 2 × sehari 1 gelas
Phyllanthus niruri Batang direbus dengan untuk mengobati sakit
L. air sampai mendidih pinggang
untuk mengobati sakit
pinggang
7 a. Local : Gerigit Daun Mengobati luka Daun rumput gerigit Air rebusan diminum 2×
b. Umum : Rumput dalam dan sembelit direbus dengan air sehari 1 gelas
Gerigit sampai mendidih
c. Latin : Spartina
anglica
Berdasarkan dari hasil penelitian penggunaan tumbuhan berkhasiat obat
oleh masyarakat di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru
didapatkan data mengenai bagian tumbuhan yang digunakan yaitu :

30.77
38.46
Daun
Buah
Batang
Akar

15.38
15.38

Diagram 2. Penggunaan Bagian Tumbuhan Berkhasiat Obat

Diagram 2. Di atas menggambarkan jumlah penggunaan bagian


tumbuhan berkhasiat obat di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau
Baru. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan adalah bagian daun yaitu
dengan persentase 38,46%. Hal ini disebabkan karena daun lebih mudah diolah
dengan strukturnya yang lembut dibandingkan dengan bagian tumbuhan yang
lain, daun juga tersedia terusmenerus dan lebih sering digunakan oleh masyarakat
dalam pengobatan secara turun-temurun (Lestaridewi et al., 2017). Masyarakat
menilai bahwa daun dipercaya memiliki khasiat sebagai obat dibandingkan bagian
tumbuhan lain (Wardiah et al., 2015).
Pengolahan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat Kecamatan
Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru masih dengan cara yang sederhana
yaitu terdiri dari :
9.09

18.18
Direbus
Dioleskan
Dikonsumsi Langsung

72.73

Diagram 3. Pengolahan Tumbuhan Berkhasiat Obat


Diagram 3. diatas menggambarkan cara pengolahan tumbuhan berkhasiat
obat di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru. Cara pengolahan
tumbuhan berkhasiat obat yang paling banyak digunakan adalah direbus yaitu
dengan persentase 72,73%. Menurut Due (2013) cara pengolangan tumbuhan
dengan cara direbus sangat mudah dan sangat efektif karena masyarakat pada
umumnya lebih suka tumbuhan tersebut diolah menjadi air rebusan dibandingkan
mengkonsumsi secara langsung, selain itu proses penyembuhannya lebih cepat
karena langsung diproses dalam metabolisme tubuh. Berdasarkan hasil penelitian
Kandowangko et al. (2011) hampir semua bagian tumbuhan dapat dimanfaatkan
dengan cara direbus.
Berdasarkan hasil studi pustaka terhadap tumbuhan berkhasiat obat yang
ada di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru yaitu :

36.36 Khasiat empris


didukung data
penelitian
Khasiat empris tanpa
63.64 data penelitian

Diagram 4. Hasil Studi Pustaka Tumbuhan Berkhasiat Obat


Diagram 4. di atas menggambarkan hasil studi pustaka tumbuhan
berkhasiat obat di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru. Khasiat
empiris didukung data hasil penelitian yaitu dengan persentase 36,36%, dan
khasiat empiris tanpa data penelitian yaitu dengan persentase 63,64%. Tumbuhan
berkhasiat obat yang belum ditemukan penelitian terkait dengan khasiat
empirisnya akan tetap dikaji efek farmakologi lainnya. Efek farmakologi lainnya
merupakan khasiat yang berbeda dengan khasiat yang diakui secara empris oleh
masyarakat Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru. Hal ini akan
dijelaskan lebih lanjut pada inventarisasi studi pustaka Tumbuhan Berkhasiat
Obat yang digunakan di Kecamatan Kapuas Murung Kelurahan Palingkau Baru.
Inventarisasi dari studi pustaka tumbuhan berkhasiat obat adalah sebagai
berikut :

1. Keji Beling (Strobilanthes Crispa BI)

Gambar 1. Tumbuhan Keji Beling


a. Klasifikasi
Kingdonm : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceaae
Genus : Strobilanthes
Spesies : Strobilanthes Crispa BI (Jaka, 2013)
b. Morfologi
Tumbuhan Keji Beling (Strobilanthes Crispa Bl.) tergolong
tumbuhan semak, biasanya menggerombol, tinggi 1-2 meter pada
tumbuhan dewasa. Batang tumbuhan keji beling beruas, bentuk batangnya
bulan dengan diameter antara 0,1-0,7 cm, berbulu kasar. Bentuk daunnya
bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi
daunnya bergerigit, ujung daun meruncing, pangkal daun meruncing,
panjang helaian daun berkisar 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai pendek,
tulang daun menyirip dan awarna permukan daun bagian atas hijau tua
sedangkan bagian bawah hijau muda. Bunganya tergolong bunga majemuk,
bentuk bulir, mahkota bunga berbentuk corong, dan warna bunga putih
agak kekuningan. Buah berbentuk bulat, buahnya jika masih muda
berwarna hijau dan setelah matang atau tua berwarna hitam. Biji berbentuk
bulat, dan ukurannya kecil. Akar tunggang, bentuk akar seperti tombak, dan
berwarna putih (Jaka, 2013).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Keji Beling sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian akar dengan khasiat
untuk mengobati sakit pinggang.
d. Kandungan Kimia
Penelitian Rivai et al. (2019) menyatakan bahwa Strobilanthes
crispa mengandung zat-zat kimia yaitu fenol, tanin, alkaloid, dan flavonoid.
Menurut Sirait (2007), flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman
termasuk pada buah, tepung sari dan akar.
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan publikasi ilmiah terkait dengan khasiat akar
dari tumbuhan Keji Beling secara Farmakologis sebagai obat sakit
pinggang.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Berdasarkan hasil penelitian keji beling digunakan sebagai
antidiabetes, diuretik, antimikroba, dan antikanker (Preethi, 2014).

2. Kumis Kucing (Orthosphon aristatus)

Gambar 2. Tumbuhan Kumis Kucing


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dictyledon
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiales
Genus : Orthosiphon
Spesies : Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. (LIPI, 2018)

b. Morfologi
Orthosiphon aristatus (Blume) Miq. Tumbuh tegak dengan tinggi
antara 50-150cm. Batang berkayu, beruas dan bercabang. Daun tunggal,
panjang 2-10 cm, lebae 1-5 cm, bulat telur, elips atau memanjang, tepi
bergerigi, bertangkai, letak berseling berhadapan, warna hijau, tulang daun
menyirip. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar diujung cabang,
ditutupi oleh rambut pendek dan jarang, bunga berwarna ungu pucat atau
putih. Kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berambut pendek
sedangkan bagian paling atas gundul. Benang sari lebih panjang dari
tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas (Dalimartha, 2000).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Kumis Kucing sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian akar dengan khasiat
untuk mengobati susah buang air kecil.
d. Kandungan Kimia
Kandungan senyawa kimia pada daun Kumis Kucing (Orthosiphon
aristatus (Blume) Miq) yaitu terpenoid, flavonoid, dan tanin (Rivai et al.,
2019).
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara empiris tumbuhan Kumis Kucing digunakan sebagai obat
Infeksi Saluran Kemih. Penelitian Reshi et al. (2017) Menyatakan
bahwa ekstrak kalus yang berasal dari daun dan ekstrak daun dari
Orthosiphon Aristatus (Blume) Miq, efektif dalam melawan
pertumbuhan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Ekstrak
daun kumis kucing memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Staphylococcus aureus (Yulinati, 2015), Salmonella thypi (Rukmana &
Mulyowati, 2015), Peudomonas aeruginosa, dan aeromonas hydrophilla
(Nair et al., 2014). Infeksi yang terjadi pada saluran kemih dapat
disebabkan oleh adanya infeksi bakteri sehingga kumis kucing dapat
digunakan untuk mengobati infeksi tersebut.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lain dari Orthosiphon aristatus (Blume)
Miq yaitu, Ekstrak etanolik daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus
(Blume) Miq) memiliki daya antihelmintik terhadap Ascaris suum
secara in vitro (Ulya et al., 2014), serta ekstrak etanol dari herba kumis
kucing mampu menurunkan kadar kolesterol (Rambe, 2015).
3. Bandotan (Agertum conyzoides)

Gambar 3. Tumbuhan Bandotan


a. Klasifikasi
Kingdonm : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdevisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides (Badan POM RI, 2008).
b. Morfologi
Tanaman bandotan ini berbatang tegak mencapai ketinggian 60-
120 cm saat berbunga, batang tegak, bulat, bercabang, berbulu pada buku-
bukunya. Daunnya bertangkai cukup panjang, bentuk bulat, tepi bergerigi
dan berbulu. Tata letak daun berhadapan. Bunga mengelompok berbentuk
cawan, setiap bulir terdiri dari 60-75 bunga. Warna biru muda, putih, dan
violet. Buah berwarna putih (2-3,5 mm) keras bersegi lima (Ni’mah, 2005).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Bandotan sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian daun dengan khasiat
untuk mengobati kanker payudara.
d. Kandungan Kimia
Herba bandotan juga mengandung asam amino, organicid, pectic,
sub-stance, minyak atsiri kumarin, friedelin, siatorterol, stigmasterol, tannin
sulfur dan potassium klorida, pada bagian akar bandotan mengandung
minyak atsiri, alkholoid, dan kumarin (Sukamto, 2007).
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan publikasi ilmiah terkait dengan khasiat akar
dari tumbuhan Bandotan secara Farmakologis sebagai obat kanker
payudara.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Herba bandotan berkhasiat untuk pengobatan demam, malaria,
sakit tenggorok, radang paru, radang telinga tengah, perdarahan rahim,
luka berdarah, mencegah kehamilan, tumor rahim, dan perawatan
rambut (Retno, 2009)

4. Andong (Cordyline fruticosa)

Gambar 4. Tumbuhan Andong


a. Klasifikasi
Kingdonm : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Agavaceae
Genus : Cordyline
Spesies : Cordyline fruticosa (Steenis, 2006).
b. Morfologi
Perdu dengan tingi mencapai 4 m dan tidak banyak cabang. Batang
bulat, tegak, dan keras, pada ujung memunculkan tombak berbentuk daun;
warna hijau mengilap sampai merah marun (tergantung varietas); pada
ranting terdapat bekas daun rontok yang berbentuk cincin. Daun tunggal,
bentuk lanset, ukuran 30-50 × 5-10 cm, ujung dan pangkal daun runcing,
tepi rata, letak daun di ujung batang terlihat berjejal dengan susunan seperti
spiral; panjang 60 cm. Bunga berdiameter sekitar 12 mm, bewarna
kekuningan sampai merah, berbau wangi. Bauh buni, bulat bewarna ungu
merah, diameter sekitar 8 mm. Biji hitam mengkilat. Perakaran serabut,
bewarna putih kekuningan.
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan andong sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian akar dan batang
dengan khasiat untuk mengobati pendarahan.
d. Kandungan Kimia
Tukiran (2014) juga melaporkan bahwa dari hasil uji skrining
fitokimia terhadap ekstrak heksana,kloroform dan metanol dari tanaman
andong memiliki senyawa steroid/triterpenoid, alkaloid, fenolik dan
flavonoid.
Hasil uji fitokimia yang dilakukan, diketahui bahwa infusa daun
andong mengandung saponin, fenol (3,88 mg/ml), flavonoid (18,40mg/ml),
dan tannin (54,86mg/ml) (Asih, 2014).
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Salah satunya adalah memanfaatkan tanaman andong. Tanaman
andong merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang terbukti
memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai bahan obat (alami),
berkhasiat untuk mengobati radang gusi, diare atau disentri, luka berdarah,
wasir berdarah, pendarahan (haemostatik) (Dalimartha, 2006).
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah tekait Khasiat Farmakologis
lainnya dari tanaman andong.

5. Pacing Tawar (Costus spiralis)

Gambar 5. Tumbuhan Pacing Tawar


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Costus
Spesies : Costus specious (Koenig) (Srivastava et al., 2011).
Nama umum : Pacing
b. Morfologi
Pacing (Costus specious (Koenig)) adalah herba dengan tinggi 0,5
– 3 meter. Tangkai daun panjangnya maksimal 1,5 cm. Daun memanjang
berbentuk lanset hingga oblong, ujung meruncing, panjang daun 11-28 cm,
lebar daun 8-11 cm, bagian bawah daun berambut berwarna hijau muda,
bagian atas daun licin dan berwarna hijau tua. Pangkal daun tumpul, tepi
dan rata, daging daun seperti belulang dengan tulang daun melengkung.
Batang merupakan batang basar, berbentuk bulat, permukaan batang licin,
arah tumbuh batang tegak lurus, berwarna hijau sedikit kemerahan. Bunga
duduk, bentuk bulir terminal rapat, putih, merah. Kelopak sebanyak 3
berawarna merah dan tidak rontok. Mahkota bunga sebanyak 3 buah.
Panjang tabung mahkota kurang lebih 1cm, lebar 0,5 cm, bentuk corong.
Putik tunggal dengan 3 kepala putik. Terdapat tangkai bunga berwarna
hijau (Srivastava et al., 2011).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Pacing Tawar sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian batang dengan khasiat
untuk mengobati diare.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia Costus specious (Koenig) yaitu flavonoid,
alkaloid, terpenoid, steroid, saponin dan fenolik (Devi dan Urooj, 2010),
serta dalam analisis fitokimia menunjukan tanaman Pacing mengandung
alkaloid, fenol, tanin, flavon, xanton, flavonoid, flavonol, flavononols,
flavonon, dan saponin (Britto, 2011; Asmaliyah, 2010).
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Manfaat tanaman pacing tawar (Costus spiralis) menurut
(Asosiasi Herbalis Nusantara, 2015) sebagai berikut : Obat diare, obat
perut kembung, antibakteri, dan antiuroithiatik.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Khasiat farmakologis lain dari tumbuhan Costus specious
(Koenig) yaitu, penelitian Sari et al. (2013) yang menyatakan bahwa
Infusa daun Pacing mampu menurunkan jumlah spermatozoa. Menurut
Srivastava et al. (2011) tanaman Pacing memiliki aktifitas
hipolipidemik, hepatoprotektif, antifertilitas, antioksidan, dan antifungi.

6. Daun Pisang (Musa paradisiaca var. Bluggoe L.)

Gambar 6. Tumbuhan Pisang


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa paradisiaca (Steenis, 2006).
b. Morfologi
Sistem perakaran yang berada pada tanaman pisang umumnya
keluar dan tumbuh dari bongo bagian samping dan bagian bawah, berakar
serabut, dan tidak memiliki akar tunggang. Pertumbuhan akar pada
umumnya berkelompok menuju arah samping di bawah permukaan tanah
dan mengarah ke dalam tanah mencapai sepanjang 4-5 meter. Walaupun
demikian, daya jangkau akar hanya menembus pada kedalaman tanah
antara 150-200 cm. Batang pisang dibedakan menjadi dua macam yaitu
batang asli yang disebut bongo dan batang semu atau juga batang palsu.
Bongol berada di pangkal batang semu dan berada di bawah permukaan
tanah serta memiliki banyak mata tunas yang merupakan calon anakan
tanaman pisang dan merupakan tempat tumbuhnya akar. Batang semu
tersusun atas pelepah pelapah daun yang saling menutupi, tumbuh tegak
dan kokoh, serta berada di atas permukaan tanah (Anakagronomy, 2013).
Bentuk daun pisang pada umumnya panjang, lonjong, dengan lebar
yang tidak sama, bagian ujung daun tumpul, dan tepinya tersusun rata.
Letak daun terpencar dan tersusun dalam tangkai yang berukuran relatif
panjang dengan helai daun yang mudah robek. Bunga pisang atau yang
sering disebut dengan jantung pisang keluar dari ujung batang. Susunan
bunga tersusun atas daun-daun pelindung yang saling menutupi dan bunga-
bunganya terletak pada tiap ketiak di antara daun pelindung dan
membentuk sisir. Bunga pisang termasuk bunga berumah satu . letak bunga
betina di bagian pangkal, sedangkan letak bunga jantan berada di tengah.
Bunganya sempurna yang terdiri atas bunga jantan dan bunga betina berada
di bagian ujung (Anakagronomy, 2013).
Buah pisang tersusun dalam tandan tiap tandan terdiri atas beberapa
sisir dan tiap sisir terdapat 6-22 buah pisang tergantung varietasnya. Buah
pisang umumnya tidak berbiji dan bersifat triploid. Kecuali pada pisang
kluthuk yang bersifat diploid dan memiliki biji. Proses pembuahan tanpa
adanya biji disebut dengan partenokarpi (Anakagronomy, 2013).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Daun Pisang sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian daun dengan khasiat
untuk mengobati tekanan darah tinggi.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun pisang yaitu,
mengandung beberapa senyawa penting seperti pelifenol, lignin,
hemiselulosa, protein, allantoin (Sahaa et al., 2013).

e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah Terkait dengan khasiat daun
dari tumbuhan pisang secara Farmakologis untuk menyembuhkan
tekanan darah tinggi.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Membungkus makanan, pakan ternak, bahan baku kerajinan
tangan, hiasan dalam upacara adat, mengatasi gigitan serangga,
meredakan demam, meregenerasi sel kulit, menjaga kesehatan rambut,
mengatasi mimisan, mengobati disentri dan mengobati sakit
tenggorokan (Sahaa et al,. 2013)

7. Terong Pipit (Solanum torvum)

Gambar 7. Tumbuhan Terong Pipit


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Mangnoliophyta
Class : Mangnoliopsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum Torvum (Depkes RI, 2000)
b. Morfologi
Solanum torvum memiliki ciri-ciri morfologi: merupakan semak
dengan tinggi mencapai 3 m dan memiliki banyak percabangan. Batang
yang masih mudah bulat (terete) bewarna hitam hingga coklat tua, memiliki
trichomes stellata. Daun merupakan daun tunggal dengan helaian daun
berukuran panjang 11-24 cm dan lebar 4-13 cm berbentuk ellips ke luas
bulat telur, keras seperti kertas (chartaceous), permukaan atas dan perukaan
bawah berbeda. Daun memiliki duri 0-6 per sisi daun, hingga 6 mm
panjang, hingga 1,5 mm lebar di dasar, lurus atau sedikit melengkung di
ujung, berbentuk bulat, berbentuk kerucut, kuning pucat, gundul.
Perbungaan lateral dengan jumlah bunga 5-20, panjang tangkai
bunga 0,5-1,5 cm, dengan duri 0-1. Bunga merupakan bunga sempurna
dengan panjang kalik 4-7 mm, berlobus 3-5 mm. Corolla berdiameter 1-2
cm, berwarna putih dengan lobus ½–2/3 dari basal. Stamen sama
panjangnya dan filamen berbentuk tabung dengan panjang <0,5 mm.
Panjang antera 56,5 mm dengan ovarium berbentuk kerucut.
Buah merupakan buah berry bulat, dengan jumlah buah sekitar 8-8
per tangkai pembungaan. Buah berdimeter 0,8-1,5 cm, dengan pericarp
halus, dengan warna biru kehijauan ketika buah masih muda dan berubah
menjadi hijau tua ke kuningan. Panjang tangkai 1,2-2,5 cm, berdiameter 1-
1,5 mm, berkayu dan tegak tegak. Buah mengandung sekitar 100-200 biji
per buah, berukuran 1,752,0 mm x 1,5-1,75 mm, bentuk seperti ginjal rata.
Berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Terdistribusi luas Semenanjung
Malaya, dari Sumatera bagian Barat, kepulauan Maluku, Sulawesi,
kepulauan Talaud, tumbuh pada ketingian 0-1600 m dpl (Aubriot et al.
2016).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Terong Pipit sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian buah dengan khasiat
untuk mengobati tekanan darah tinggi.
d. Kandungan Kimia
Pemanfaatan S. torvum sebagai obat dihubungkan dengan
kandungan metabolit sekundernya atau senyawa bioaktifnya, yang relatif
berbeda antara satu organ dengan organ lainnya. Daun S. torvum memiliki
sekitar 32 jenis senyawa dengan komponen utama senyawa phenolik,
terpenoid, asam palmitat, ester asam palmitat, asam lonoleat, linolenyl
alkohol, estem asam linolenat dan asam stearat (Naimon et al. 2015),
sedangkan pada ekstrak buah ditemukan alkaloid, flavonoid dan asam
lemak tertentu seperti palmitat dan asam oleat (Jaabir et al. 2010),
sedangkan biji 31 jenis senyawa fitokimia (Khatoon et al. 2015).
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah Terkait dengan khasiat buah
dari tumbuhan terong pipit secara Farmakologis untuk menyembuhkan
tekanan darah tinggi.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Secara etnobotani S. torvum digunakan untuk pengobatan
demam, luka, kerusakan gigi, masalah reproduksi dan hipertensi arteri
(Jaiswal 2012), asma, diabetes mellitus, gangguan usus (Khatoon et al.
2015) dan obat gangguan mata, katarak (Silalahi 2014).
8. Buah Pinang (Areca catechu L.)

Gambar 8. Tumbuhan Pinang


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.
b. Morfologi
Pinang biasa ditanam di pekarangan, taman, atau dibudidayakan.
Tanaman ini kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat lain dan dapat
ditemukan dari 1-1400 m di atas permukaan laut. Pohon berbatang
langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-30 m, diameter 15-20 cm, tidak
bercabang, dengan bekas daun yang lepas (Muchlisin, 2014).
Daun majemuk menyirip, tumbuh berkumpul di ujung batang
membentuk roset batang, dan panjang helaian daun 1-1,8 m. Pelepah daun
berbentuk tabung, panjang sekitar 80 cm, dan tangkai daun pendek. Helai
anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan
bergigi (Muchlisin, 2014).
Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok,
keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai
pendek bercabang rangkap. Ada satu bunga betina pada pangkal, di atasnya
banyak bunga jantan tersusun dalam dua baris yang tertancap dalam alur.
Bunga jantan panjang 4 mm, berwarna putih kuning, dan benang sari 6.
Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu
(Muchlisin, 2014).
Buah bentuk buni, bulat telur sunsang memanjang, panjang 3,5-7
cm, dinding buah bersabut, warna merah jingga jika masak. Biji satu,
bentuk seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar
dengan suatu lekukan datar, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna
kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala
dengan warna yang lebih muda (Muchlisin, 2014).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Buah Pinang sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian buah dengan khasiat
untuk mengobati penyakit gula.
d. Kandungan Kimia
Kandungan utama biji pinang adalah karbohidrat, lemak, serat,
polyphenol termasuk flavonoids dan tanin, alkaloid dan mineral (IAR C,
2004). Biji pinang mengandung catechin, tanin (15%), asam galat, gum dan
alkaloid seperti arekolin (0.07%), arekain (1%). Arekaidin and guvakolin,
guvasin and choline ada dalam jumlah sedikit. Dari kesemua
kandungannya, arekolin merupakan alkaloid yang paling penting (Reena et
al., 2009 dalam Joshi et al., 2012).
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah Terkait dengan khasiat buah
dari tumbuhan pinang secara Farmakologis untuk menyembuhkan
penyakit gula.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Tumbuhan pinang memiliki banyak manfaat diantaranya air
rebusan dari biji pinang digunakan oleh masyarakat untuk mengatasi
penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah
(mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, diferi, cacingan (kremi,
gelang, pita, tambang), mencret dan disentri (Ouidha, 2010).
9. Meniran (Phyllanthus niruri L.)

Gambar 9. Tumbuhan Meniran

a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L. (Oktaviadiati dkk. 2011)
b. Morfologi
Tumbuhan berhabitus terna, tumbuh tegak, tinggi 0,5-1 m,
bercabang terpencar, cabang mempunyai daun tunggal yang berseling
dan tumbuh mendatar dari batang pokok. Batang berwarna hijau pucat
atau hijau kemerahan. Bentuk daun bundar telur sampai bundar
memanjang, panjang daun 5-10 mm, lebar 2,5-5 mm, ujung bundar atau
runcing, permukaan daun bagian bawah berbintik-bintik kelenjar. Bunga
keluar dari ketiak daun; bunga jantan terletak di bawah ketiak daun,
berkumpul 2-4 bunga, tangkai bunga 0,5-1 mm, helaian mahkota bunga
berbentuk bundar telur terbalik, panjang 0,75-1 mm, berwarna merah pucat;
bunga betina sendiri, letaknya di bagian atas ketiak daun, tangkai bunga
0,75-1 mm, helaian mahkota bunga berbentuk bundar telur sampai bundar
memanjang, tepi berwarna hijau muda, panjang 1,25-2,5 mm.
Buah licin, garis tengah 2-2,5 mm, panjang tangkai buah 1,5-2 mm.
Dikenal ada dua varitas, yaitu ã javanicus panjang helai daun 5-10 mm,
lebar 2,5-5 mm; pada varitas â genuinus panjang helai daun 7-20 mm,
lebar 3-5 mm. Tanaman ini tumbuh tersebar hampir di seluruh Indonesia
pada ketinggian tempat antara 1-1000 m dpl. Tumbuh baik di tempat
terbuka, pada tanah gembur yang mengandung pasir, di ladang, di tepi
sungai dan di pantai. Tanaman ini terdapat juga di India, Cina,
Malaysia, Filipina, dan Australia. Meniran tidak menimbulkan toksisitas
pada hati dan tidak menimbulkan kerusakan sel hati secara permanen serta
dapat dikategorikan relatif tidak toksik. Pada uji toksisitas akut,
menunjukkan LD50 ekstrak air daun meniran adalah 516,2 mg/kg BB pada
tikus secara i.p. (BPOM R1, 2010:55-57).
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan Meniran sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian daun dan akar dengan
khasiat untuk mengobati gatal-gatal dan sakit pinggang.
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia meniran berupa Terpen (cymene, limonene,
lupeol, lupeol, acetate); flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin,
astragalin, rutine, physetinglucoside); lipid (ricinoleic acid, dotriancontonic
acid, linoleic acid, linolenic acid); benzenoid seperti halnya curcuma
(methilsalisilate); alkaloid (norsecurinine, 4- metoxinor securinine, entnor
securinina, nirurine); steroid (betasitosterol); alcanes (triacontanal,
triacontanol); dan zat lain (vitamin C, tannin, saponin) (Sunarno dan
Fitriana, 2012)
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah Terkait dengan khasiat buah
dari tumbuhan meniran secara Farmakologis untuk mengobati gatal-
gatal dan sakit pinggang.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Meniran juga diduga berguna untuk berbagai macam penyakit
seperti diabetic, penyakit prostat, asma, demam, tumor, infeksi, dan
batu saluran kemih, demam tifoit, influenza, disentri, konstipasi, sakit
perut, ulkus, dan lain-lain. Menurut beberapa penelitian ilmiah, meniran
memiliki antipasmodik, antilitik (unutk batu ureter dan empedu),
penghilang rasa sakit, antihipertensi, antiviral, antibacterial, diuretic,
antimutagenik, dan juga efek hipoglikemia 9Pradipta, 2010).

10. Uru Gerigit (Spartina anglica)

Gambar 10. Tumbuhan Uru Gerigit


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Class : Monocots
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Spartina
Spesies : Spartina anglica (LIPI, 2019)
b. Morfologi
Spartina anglica hidup di air, daun nya memanjang dan bewarna
hijau panjang daunnya bisa mencapai 36-46 cm, lebar daunnya 11-12 mm.
Batang Spartina anglica dengan panjang 30-130 cm meskipun tingginya
sangat bervariasi.
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan uru gerigit sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian daun dengan khasiat
untuk mengobati luka dalam dan sembelit.
d. Kandungan Kimia
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah tekait Kandungan Kimia dari
tanaman uru gerigit.
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah Terkait dengan khasiat daun
dan akar dari tumbuhan uru gerigit secara Farmakologis untuk
mengobati gatal-gatal dan sakit pinggang.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah tekait Khasiat Farmakologis
lainnya dari tanaman uru gerigit.
11. Uru Samue (Ludwigia deccurens)

Gambar 11. Tumbuhan Uru Samue


a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angioperm
Class : Rosids
Ordo : Myrtales
Famili : Onargraceae
Genus : Ludwigia
Spesies : Ludwigia decurrens Walter (LIPI, 2019)
b. Morfologi
Ludwigia decurrens Walter memiliki batang tegak naik ketinggian
mencapai 2 meter. Daun dengan panjang hingga 20 cm, berbentuk lanset,
biasanya bercabang, tulang daun menyirip. Bunga berwarna kuning,
kelopak 4, panjang hingga 20 mm, berbentuk bulat telur atau lanset,
berbentuk miring ujung tajam, Buah memiliki panjang sampai 25 mm. Biji
dengan panjang 0,5-0,6 mm, permukaan coklat kekuningan, hamper halus,
dengan pola longitudinal samar garis-garis halus.
c. Khasiat Empiris
Masyarakat Desa Palingkau Baru Kecamatan Kapuas Murung
Kabupaten Kapuas menggunakan tumbuhan uru samue sebagai obat
tradisional, dan bagian yang digunakan yaitu bagian daun dengan khasiat
untuk mengobati jerawat.
d. Kandungan Kimia
Penelitian Oyedeji et al. (2011) menyatakan bahwa Ludwigia
decurrens Walter terdapat kandungan senyawa alkaloid dan tanin.
e. Khasiat Farmokologis
1) Khasiat Farmakologis Sesuai Empiris
Secara Empiris Tanaman Ludwegia decurrens Walter digunakan
untuk mengobati jerawat, pada penelitian Oyedeji et al. (2011)
menyatakan bahwa Ludwigia decurrens Walter memiliki aktivitas
antibakteri yang baik dan efektif digunakan dalam berbagai pengobatan
penyakit infeksi. Aktivitas antibakteri dari tumbuhan Ludwigia
decurrens Walter dapat berpotensi untuk mengobati jerawat yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
2) Khasiat Farmakologis Lainnya
Belum ditemukan Publikasi Ilmiah terkait Khasiat Farmakologis
lainnya dari tanaman Ludwigia decurrens Walter.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan tumbuhan berkhasiat
obat oleh masyarakat Suku Dayak di Kecamatan Kapuas Hilir Kabupaten Kapuas
Kalimantan Tengah, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat 11 jenis tumbuhan berkhasiat obat yang dimanfaatkan yaitu Keji
Beling, Kumis Kucing, Bandotan, Andong, Pacing Tawar, Pisang, Terong
Pipit, Pinang, Meniran, Rumput Gerigit, Rumput Samue.
2. Bagian tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan adalah batang, akar, buah,
dan yang paling banyak adalah bagian daun.
3. Cara pengolahan tumbuhan berkhasiat obat adalah dengan cara direbus,
dioleskan, dikonsumsi langsung, dan yang paling sering adalah diolah dengan
cara direbus.
4. Khasiat empiris dari tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan sebagian besar
masih belum didukung oleh data hasil penelitian.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat di sarankan
sebagai berikut :
1. Perlu dilakukannya penelusuran studi pustaka lebih lanjut pada jurnal yang
limited access untuk mengetahui penelitian-penelitian terkait dengan khasiat
empiris tumbuhan yang telah didata.
2. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan kearah formulasi sediaan terhadap
tumbuhan yang telah diketahui khasiat farmakologis sesuai empirisnya, karena
penggunaan tumbuhan tersebut oleh masyarakat masih dalam bentuk yang
sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, A. 2014. Antihelmintik Infusa Daun Andong (Cordyline fruticosa) Terhadap


Ascaridia galli Secara In Vitro. Fakultas Teknologi Universitas Atmajaya
Yogyakarta. Jurnal. Hal: 1-2.

Anakagronomy. Morfologi tanaman pisang. http:// www. anakagronomy.


com/2013/11/ morfologi-tanaman-pisang-.html. (Diakses 09 juni 2015).

Aubriot, X., Loup, C. & Knapp, S. (2016). Confirming the identity of two
enigmatic “spiny solanums” (Solanum subgenus Leptostemonum,
Solanaceae) collected by Jean-Baptiste Leschenault in Java. PhytoKeys
70: 97-110.

BPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Jakarta: Direktorat OAI, Deputi II,
Badan POM RI

Badan POM RI. 2008. Ageratum conyzoides L. Direktorat Obat Asli Indonesia.

Chasanah. 2010. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional. . Dalam Puspitasari,


D. 2016. Potensi Tumbuhan Herba Yang Berkhasiat Obat Di Area
Kampus Universitas Lampung. Skipsi. Universitas Lampung, Bandar
Lampung.

Dalimartha, S. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara :


Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hlm 215-216.

Devi, V. & Urooj, A. 2010. Nutrient Profile and Antioxidant Components of


Costus speciosus Sm. and Costus igneus Nak. Indian Journal of Natural
Products and Resources Vol. 1(1): 116-118.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trobus: Bogor.

Due, R. 2013. Etnobotani Tumbuhan Obat Suku Dayak Pesaguan dan


Implementasinya Dalam Pembuatan Flash Card Biodiversitas. Skripsi.
Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Hadju, V. G., Nature, M. & Saree, M. 2016. Etnofarmakologi Plant Ants Nets
Papua (Hydnophytum Formicarum) on Skouw Tribe of Papua.
Internasional Journal of Researchin Medical and Health Sciences Vol.
9(1).
Hartanto, S, Fitmawati dan Sofiyanti 2014. Studi Etnobotani Famili
Zingerberaceae Dalam Kehidupan Masyarakat Lokal di Kecamatan
Pangean Kabupaten Kuantan Singingi Riau. Jurnal of Biology Education
Volume 6 Nomor 2.
Handayani., R dan Novaryatiin., S. 2015. Uji Identifikasi Farmakognostik
Tumbuhan Hati Tanah Asal Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah.
Jurnal Surya Medika Volume No. 1 (2015).

Hossain, A.M., Salehuddin, S., Ismail, Z., 2007, Isolation and Characterization of
a new poly hydroxyl Flavone from the Leaves of Orthosiphon stamineus,
Indian J. Nat. Prod., 23(4), 3-7.

IARC. 2004. WHO-biennial report. International Agency for Research on Cancer,


Part I, IARC Group and Cluster reports. Lyon, France, pp: 1-192.

Jaiswal, B.S. (2010). Solanum torvum: a review of its traditional uses,


phytochemistry and pharmacology. Int J Pharm Bio Sci 3(4): 104-111.

Jaka. 2013. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Keji Beling. Dalam Benigna, M.
2015. Uji Daya Ekstrak Daun Keji Beling (Strobilanthes crispa Bl.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi secara in vitro. Skripsi.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Joshi, Madhusudan., Kavita Gaonkar, Sneha Mangoankar, Sneha Satarkar. 2012.


Pharmacological Investigation of Areca catechu Extracts For Evaluation of
Learning, Memory and Behavior In Rats. India: International Current
Pharmaceutical Journal, 1(6): 128-132.

Kandowangko, N. Y., Margaretha, S. & Jusna, A. 2011. Kajian Etnobotani


Tanaman Obat Oleh Masyarakat Kabupaten Bonebalango Provinsi
Gorontalo. Laporan Penelitian Tanaman Obat. Universitas Negeri
Gorontalo, Gorontalo.

Katno dan Pramono, S. 2009. Tingkat Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat
Tradisional. Balai Penelitian Tanaman Tawangmangu. Yogyakarta.
Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada.

Kurdi, A. 2010. Bagian Dari Tanaman Yang Digunakan Untuk Obat. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Dalam Puspitasari, D. 2016.
Potensi Tumbuhan Herba Yang Berkhasiat Obat Di Area Kampus
Universitas Lampung. Skipsi. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Khatoon, N., Jain, P. & Choudhary, A.K. (2015). Phytochemical studies on seed
and leaf extracts of Solanum torvum SW. Indo American Journal of Pharm
Research 5(05): 1649-1656.
Latief, A. 2012. Obat Tradisional. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Dalam
Ningsih, Y. R. 2018. Gambaran Penggunaan Tumbuhan Obat Tradisional
Di Kelurahan Sei Gohong Kota Palangkaraya. Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Palangkaraya.

Lestaridewi, N. K., Jamhari, M. & Isnainar. 2017. Kajian Pemanfaatan Tanaman


Sebagai Obat Tradisional di Desa Tolai Kecamatan Torue Kabupaten
Parigi Moutong. Jurnal Ejip Biol Vol. 5(2): 92-108.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2019. Spartina anglica. Pusat Penelitian


Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya – LIPI: Bogor.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2019. Ludwigia decurrens Walter. Pusat


Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya – LIPI: Bogor.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2018. Orthosiphon aristatus. Pusat


Penelitian Biologi – LIPI: Bogor. Dalam Hayati, Y. 2019. Kajian Empiris
Dan Etnofarmakologi Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat (THBO) Asal
Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu Kalimantan Tengah. Karya
Tulih Ilmiah.Universitas Muhammadiyah Palangkaraya, Palangka Raya.

Machfoedz, I. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:


Fitramaya.

Muchlisin. Morfologi dan Kandungan Kimia Pinang.Morfologi dan Kandungan


Kimia Pinang-KajianPustaka2014.com.htm. (Diakses pada tanggal 02 Juni
2015).

Mirdeilami Seyedeh Zohreh, Hossein Barani, Masumeh Mazandarani, Dan


Gholam Ali Heshmati. 2011. Etnopharmacologicalsurvey Of Medical
Plant In Maraveh Tappeh Region, North Of Irian. Irianian Journal Of
Plant Physiologi. Volume 2 No 1.

Meliki, Linda, R., & Lovadi, I. 2013. Etnobotani Tumbuhan Obat oleh Suku
Dayak Iban Desa Tanjung Sari Kecamatan Ketungau Tengah Kabupaten
Sintang. Protobiont: Jurnal Elektronik Biologi. 2(3):129-135.

Nair. A., Kirutika. D., Dheeba. B. & Tilton. F. 2014. Cytotoxic Potential Of
Orthosiphon stamineus Leaf Extracts Again Pathogenic bacteria And
Colon Cancer Cells. Asian Journal Of Science and Technology Vol. 5(3):
221-225.

Nurrani, L., Kinho, J., & Tabba, S. 2014. Kandungan Bahan Aktif dan Toksisitas
Tumbuhan Hutan asal Sulawesi Utara yang Berpotensi Sebagai Obat.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 32(2):123-138.
Nugroho, I.A., 2010. Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia. Asian
Pasific Forest Genetic Resources Programme Kerjasama Pusat Peneltian
dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan.

Naimon, N., Pongchairerk, U. & Suebkhampet, A. (2015). Phytochemical analysis


and antibacterial activity of ethanolic leaf extract of Solanum torvum Sw.
against pathogenic bacteria. Kasetsart J. (Nat. Sci.) 49 : 516523.

Ouidha, P. 2001. Tradisional Medicinal Kronoledge About Common Herbs Used


in India. Diakses pada tanggal 2 januari.

Oktavidiati, E., M.A. chozin, N. Wijayanto, M. Ghulamadi dan L. K. Darusalam


2011. Pertumbuhan Tanaman dan Kandungan Total Filantin dan
Hipofilantin Akses. Meniran (Phyllanthus sp. L) pada Berbagai Tingkat
Naungan. Jurnal Littri 17(1).

Oyedeji, O., Oziegbe, M., & Taiwo, F. O. 2014. Antibacterial, antifungal and
phytochemical analysis of crude extracts from the leaves of Ludwigia
abyssinica A. Rich. and Ludwigia decurrens Walter. Journal of Medicinal
Plants Research Vol. 5(7): 1192-1199.

Pradopta, L.D. 2010. Pengaruh Pemberian Meniran (Phyllantus niruri Linn)


Terhadap Gambaran Hipstopatologis Hepar Mencit BALB/C Yang
Diinduksi Asetaminofen (Skripsi). Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro.

Preethi, F. 2014. A Comprehensive Study On a Endemic Indian Genus –


Strobilanthes. International Journal of Pharmacognoys and Phytochemical
Research, 6 (3) : 459 – 466.

Qamariah, N., Handayani, R., & Novaryatiin, S. 2018. Kajian Empiris dan
Etnofarmakologi THBO asal Desa Tumbang Rungan. Jurna Surya Medika
(JSM). 8(1):98-106.

Rambe, R. H. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis


Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total
Tikus Normal. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarata, Jakarta.

Reshi, N. A., Sudarshana, M.S. & Girish, V. H. 2017. Evaluation of Antibacterial


Potential Of Leaf And Leaf Derived Callus Extracts Of Orthosiphon
Aristatus (Blume) Miq. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical
Research Vol 10(5): 245-249.

Rukmana, R. M. & Mulyowati, T. 2015. Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak


Etanolik Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus) pada Bakteri
Streptococcus pyogenes dan Salmonella thypi. Biomedika Vol 6 (2): 16-
18.

Rivai, H., Sestry, M. & Qori, M. P. 2019. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif dari
Ekstrak Heksan, Aseton, Etanol dan Air dari Daun Keji Beling
(Strobilanthes crispa Bluem). 10.13140/RG.2.2.20451.60963.

Sari, I. P., Rahayu, S. & Rizal, D. M. 2013. Infusa Daun Pacing Costus Speciosus
(Koen.) J. E. Smith Sebagai Penghambat Jumlah Dan Kualitas
Spermatozoa Pada Mencit Jantan Balb/C. Traditional Medicine Journal
Vol. 18(1): 56-66.

Sahaa et al, 2013, Medicinal activities of the leaves of Musa sapientum var
sylvesteris in vitra, Asian Pasific Journal of tropical Biomedicine, 3 (6),
476-482.

Sari, C. Y. 2015. Penggunaan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Untuk


Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Jurnal Majority.4(3):34-40.

Steenis, van. Flora. PT Pratnya Pramita. Jakarta. 2006.

Silalahi, M. (2014). The ethnomedicine of the medicinal plants in sub-ethnic


Batak, North Sumatra and the conservation perspective, Dissertation.
Indonesia: Universitas Indonesia. p. 140.

Sunarno dan Fitriana. 2012. Peran Meniran (Phyllantus niruri Linn) Dalam
mereduksi Kerusakan Hepar Akibat Salmonela.

Shinta, D. Y., & Sudyanto. 2016. Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Merah
(Piper Crocatum Ruiz & Pav) terhadap Kadar Glukosa dan Kolesterol
Darah Mencit Putih Jantan. Journal of Sainstek 8(2):180-185.

Takoy, D.M., Linda, R., & Lovadi, I. 2013. Tumbuhan Berkhasiat obat suku
Dayak Seberuang di kawasan hutan Desa Ensabang Kecamatan Sepauk
Kabupaten Sintang. Protobiont: Jurnal Elektronik Biologi. 2(3): 122-128.

Tukiran. Suyatno. Hidayati, N. 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Heksana,


Kloroform, dan Metanol Pada Tumbuhan Andong (Cordyline fruticosa),
Anting-Anting (Acalypha indica), dan Alang-aAlang (Imperata
crylindrical). Jurnal FMIPA jurusan Kimia UNESA. Surabaya. Hal:1-2

Utami, Asmaliyah. 2010. Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Kabupaten


Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Balai
Penelitian Kehutanan Palembang: Palembang. Dalam Puspitasari, D. 2016.
Potensi Tumbuhan Herba Yang Berkhasiat Obat Di Area Kampus
Universitas Lampung. Skipsi. Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Ulya, N., Endharti, A. T. & Setyohadi, R. 2014. Uji Daya Anthelmintik Ekstrak
Etanol Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus) Sebagai Anthelmintik
Terhadap Ascaris suum Secara In Vitro. Majalah Kesehatan FKUB Vol.
1(3): 130-136.

Wardiah., Hasanuddin & Muthmainnah. 2015. Etnobotani Medis Masyarakat


Kemukiman Pulo Breueh Selatan Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh
Besar. Jurnal EduBio Tropika Vol. 3(2): 1-50.

Wibisono, Y. & Azham, Z. 2017. Inventarisasi Jenis Tumbuhan yang Berkhasiat


sebagai Obat pada Plot Konservasi Tumbuhan Obat di KHDTK Samboja
Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara. Agrifor: Jurnal Ilmu
Pertanian dan Kehutanan. 16(1):125-140.

Yulianti, R., Nugraha, D. A. & Nurdianti, L. 2015. Formulasi Sediaan Sabun


Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq).
Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3(2): 1-11.

Zulfuani, Z., Yuniati, E., & Ramadhani, R. 2015. Kajian Etnobotani Suku Kaili
Tara Di Desa Binangga Kecamatan Parigi Tengah Kabupaten Parigi
Moutong Sulawesi Tengah. Biocelebes 8(1):29-36.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Prosedur Kerja

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Pembuatan Herbarium Kering

Determinasi

Studi Pustaka
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Tugas Penelitian
Lampiran 4. Hasil Observasi

No Identitas Informan

Nama Usia Profesi

1. Bapak Gelis 48 Tahun Guru

2. Ibu Nurmita 53 Tahun Swasta


Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 6. Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat

No Bagian Tumbuhan Jenis Tumbuhan


1 Daun (folium) 5
2 Buah 2
3 Batang (caulis) 2
4 Akar (radix) 4

No Cara Pengolahan Jenis Tumbuhan


1 Direbus 8
2 Dioleskan 2
3 Dikonsumsi Langsung 1

No Hasil Studi Pustaka Jenis Tumbuhan


1 Khasiat empiris didukung data penelitian. 4
2 Khasiat empiris tanpa data penelitian. 7

Lampiran 7. Herbarium Kering


Tumbuhan Rumput Gerigit Herbarium kering tumbuhan Rumput
Gerigit

Tumbuhan Rumput Samue


Herbarium kering tumbuhan Rumput
Samue

Lampiran 8. Surat Hasil Determinasi

Anda mungkin juga menyukai