Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

https://journals.stimsukmamedan.ac.id/index.php/ilman
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen
Volume 10, Issue 3, Oktober 2022, pages 105-114
p-ISSN 2355-1488, e-ISSN 2615-2932

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi dengan Growth Opportunity


sebagai Variabel Moderasi

Luqman Ramadhan1, Yuniningsih Yuniningsih2


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Email: 1 luqmanraa@gmail.com, 2 yuniningsih@upnjatim.ac.id

Abstrak, tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui, menganalisis, dan menguji bagaimana pengaruh dari
profitabilitas, leverage, dan kebijakan dividen terhadap investasi yang dimoderasi oleh growth opportunity.
Pemilihan sektor penelitian ini yaitu perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2016 hingga 2020 tidak lepas dari kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Terdapat 66 perusahaan
sebagai popolasi dari penelitian ini. Selain itu, dipilih 20 perusahaan menjadi data penelitian dengan metode
sampling yang menargetkan perusahaan tersebut berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Model regresi
menggunakan Moderated Regression Analysis dengan pengolahan data dibantu melalui aplikasi SPSS versi 26.
Hasil dari riset ini menunjukkan profitabilitas dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi,
sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi. Akan tetapi, growth
opportunity tidak mampu memoderasi pengaruh profitabilitas dan leverage pada investasi.

Kata kunci: profitabilitas, leverage, kebijakan dividen, growth opportunity, investasi

Pendahuluan

Secara umum perusahaan merupakan suatu badan usaha yang memiliki tujuan tertentu untuk
terus meningkatkan dan mengembangkan usahanya. Dengan tujuan yang dimiliki oleh perusahaan
pastinya perusahaan ingin mendapatkan keuntungan semaksimalkan mungkin dengan usaha tersebut
melalui berbagai indikator atau tolak ukur yang telah ditentukan. Perkembangan bisnis pada era saat
ini menuntut perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang di dalam sulitnya perekonomian akibat
dampak dari pandemi covid-19. Hal ini mendorong perusahaan untuk menciptakan sebuah hal baru
yang inovatif dengan menyesuaikan perkembangan zaman pada saat ini terlebih lagi dengan
banyaknya persaingan yang semakin ketat. Sulitnya keadaan ekonomi dan keadaan di masa mendatang
yang tidak dapat diprediksi diharapkan para pelaku bisnis di Indonesia harus mampu mempersiapkan
segala hal guna menunjang mempertahankan bisnis yang telah dikelolanya.
Perusahaan tentunya ingin tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik agar apa yang
dilakukannya dapat menghasilkan keuntungan yang diharapkan. Pertumbuhan perusahaan dapat
ditandai dengan keputusan investasi yang jelas dan terukur sehingga penanaman modal yang
dilakukan dapat memberikan tingkat return yang tinggi. Dengan keberhasilan investasi tersebut dapat
mendorong investor untuk menanamkan modalnya sehingga perusahaan memiliki tambahan dana guna
menunjang keberlanjutan investasinya. Investasi adalah penanaman sejumlah dana yang digunakan
perusahaan sebagai sumber dana jangka panjang. Kebutuhan investasi perusahaan membutuhkan
sumber dana internal dan sumber dana eksternal yang cukup besar, namun di sisi lain dengan tingkat
investasi yang tinggi perusahaan mengharapkan keuntungan yang tinggi juga.
Investasi perusahaan memerlukan sumber dana yang besar, dimana sumber dana yang
dibutuhkan tersebut dapat dihasilkan melalui berbagai macam cara salah satunya yaitu melalui
profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut (Kasmir, 2014), profitabilitas adalah metrik
yang digunakan untuk menghitung tingkat efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan
margin. Rasio ini berfungsi sebagai kriteria untuk menilai tingkat efektivitas tata kelola perusahaan.
Besarnya profitabilitas yang diperoleh perusahaan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

105
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

melakukan investasi, hal ini dikarenakan perusahaan dalam kondisi yang sehat. Penelitian (Endiana,
2017) dan (Prasetya & Yulianto, 2019) memperoleh hasil dimana profitabilitas mampu memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap investasi. Namun, hasil berbeda pada penelitian (Yunita &
Yuniningsih, 2020) yang menunjukkan profitabilitas tidak mempengaruhi investasi.
Penggunaan leverage berkaitan terhadap aktivitas operasional atau aktivitas lainnya seperti
investasi dalam suatu perusahaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Menurut (Siringo-Ringo & Sumaizar, 2020) leverage merupakan aset perusahaan yang dibiayai
melalui sejumlah hutangnya. Keberhasilan perusahaan dalam investasinya tentunya didasari dengan
keputusan investasi yang baik terhadap dana yang akan dialokasikan. Penelitian (Munir, 2014) dan
(Siringo-Ringo & Sumaizar, 2020) membuktikan bahwa leverage berpengaruh positif dan signifikan
terhadap investasi. Namun, penelitian (Vo, 2019) menemukan hasil yang beragam dan menunjukkan
leverage memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap investasi.
Menurut (Putra et al., 2021) kebijakan dividen ialah salah satu kebijakan perusahaan mengenai
margin yang didapatkan perusahaan ini akan ditahan sebagai upaya pemenuhan kegiatan investasi
selanjutnya atau dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Kebijakan dividen adalah bagian
dari keputusan pendanaan perusahaan. Investor umumnya ingin pembagian dalam bentuk dividen.
Studi (Rahmiati & Huda, 2015) dan (Putu et al., 2020) menemukan bahwa kebijakan dividen memiliki
dampak negatif yang signifikan terhadap investasi. Temuan berbeda dari penelitian (Endiana, 2017)
dengan hasil tidak terdapat pengaruh dari kebijakan dividen pada investasi. Penelitian ini
menggunakan growth opportunity sebagai variabel moderasi karena dapat mencerminkan kesempatan
perusahaan untuk tumbuh dan berkembang di masa mendatang. Peluang pertumbuhan perusahaan
yang menunjukkan arah yang positif akan memberikan kepuasan tersendiri bagi pihak internal
perusahaan yaitu manajemen dan pihak eksternal seperti investor dan kreditur.
Seiring perkembangan zaman menuntut perusahaan untuk terus melakukan ekspansi guna
menghadapi persaingan industri yang semakin pesat, khususnya pada industri barang konsumsi. Hal
ini mendorong perusahaan untuk jeli dan peka terhadap tekanan tersebut agar kinerjanya semakin
ditingkatkan. Dari keseluruhan sektor tersebut terbagi dalam beberapa sub sektor diantaranya sub
sektor food and beverages dengan 33 perusahaan, sub sektor tobacco manufactures dengan 5
perusahaan, sub sektor pharmaceuticals dengan 13 perusahaan, sub sektor cosmetics and household
dengan 7 perusahaan, sub sektor houseware dengan 6 perusahaan, dan sub sektor others dengan 2
perusahaan.

Tabel 1. Data Total Asset Growth (TAG) Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016 hingga 2020

Rata-rata perhitungan Total Asset Growth


No. Sub Sektor
2016 2017 2018 2019 2020
1. Food and Beverages 0,083 0,171 0,095 0,088 0,105
2. Tobacco Manufactures 0,036 0,006 0,04 0,296 0,014
3. Pharmaceuticals 0,048 0,065 0,168 0,073 0,086
4. Cosmetics and Household 0,027 0,054 0,057 0,094 0,165
5. Houseware 0,016 0,09 0,026 0,058 0,146
6. Others 0.00 0,16 0,04 0,25 0,64
Rata-rata Total Asset Growth 0,035 0,091 0,071 0,859 0,192
Sumber: www.idx.co.id (data diolah, 2021)

Melalui tabel 1 rata-rata Total Asset Growth (TAG) pada sektor industri barang konsumsi dari
tahun 2016 hingga 2020 mengalami fluktuatif yang arahnya lebih condong menurun atau bisa
dikatakan pertumbuhannya tidak stabil. Pada tahun 2016-2017 rata-rata Total Asset Growth (TAG)
perusahaan mengalamai kenaikan sebesar 0,056 namun peningkatan tersebut hanya bertahan dalam
satu tahun saja karena pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 0,020. Dari tahun 2018-2019
mengalami kenaikan sebesar 0,788. Namun, rata-rata TAG dari 2019 hingga 2020 turun cukup tajam
yaitu sebesar 0,667. Terlihat dari data tersebut jelas menjadi masalah bagi perusahaan sehingga
berdampak pada perekonomian nasional.

106
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

Pada kuartal III-2019 data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa konsumsi rumah tangga
mengalami pertumbuhan hanya sebesar 5,01% secara tahunan (year on year/YoY). Dilihat hasil dalam
pertumbuhan ekonomi tersebut pelaku pasar sempat merasa kuatir, pasalnya konsumsi rumah tangga
menyumbang sebesar 55,7% untuk perekonomian Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi pada
kuartal III-2019 mampu membuat kekhawatiran para pelaku pasar semakin mereda dengan nilai
pertumbuhan 5% (https://www.cnbcindonesia.com).
Saham perusahaan pada sektor industri barang konsumsi saat ini masih tertekan, yaitu sejak
awal tahun indeks IDX Sector Non Consumer Non Cylicals masih mengalami penurunan sebesar
12,80% Sektor industri barang konsumsi mengalami penekanan dikarenakan adanya PPKM yang
mengakibatkan proyeksi dari target emiten pada saat ini meleset, sehingga saham-sahamnya tertekan
sejak awal tahun. PT. Indofood Makmur Tbk (INDF) turun sebesar 8.03% ytd, PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk (ICPB) turun sebesar 6,79% ytd, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) turun sebesar
12,92% ytd, PT Kino Indonesia Tbk (KINO) turun sebesar 23,16% ytd dan PT Unilever Indonesia Tbk
(UNVR) mengalami penurunan sebesar 38,64% ytd. Berdasarkan laporan keuangan terakhir,
perusahaan mengalami penurunan kinerja keuangan dan laba bersih. (https://investasi.kontan.co.id/).

Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Signalling Theory atau Teori Sinyal, (Spance, 1973) merupakan tokoh yang pertama kali
mencetuskan teori sinyal dengan mengungkapkan bahwasanya pihak pengirim informasi menjelaskan
keadaan perusahaan dan mengirimkan sinyal kepada pihak penerima (investor) dengan informasi yang
berguna. Kemudian dikembangkan oleh Ross (1977) teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa
manajemen akan memberikan informasi kepada investor dan pemegang saham jika mereka dapat
memperoleh informasi yang baik tentang perusahaan maka akan mencoba untuk melakukan investasi
kepada perusahaan. Menurut (Nur & Novitasari, 2017) Teori ini menunjukkan bahwa investasi
perusahaan terutama kepada investor dan kreditur bahwa perusahaan akan tumbuh di masa depan.
Investasi modal manajer harus memperhitungkan tingkat pengembalian yang diterima, untuk
memastikan bahwa opsi yang paling menguntungkan akan dipilih. Investasi, menurut (Wahyuni et al.,
2020) investasi adalah suatu proses di mana perusahaan menggunakan sejumlah dananya dengan
mengharapkan keuntungan. Penanaman sejumlah modal perusahaan tersebut dapat digunakan agar
mendapatkan keuntungan melalui investasi yang dilakukan. Proksi Total Asset Growth (TAG)
dijadikan indikator alat ukurnya. Menurut (Pamungkas & Yuniningsih, 2022) total aset growth dapat
dirumuskan:
Total Asset Growth (TAG) =
Profitabilitas, menurut (Kasmir, 2016), profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
menghitung keuntungan yang dihasilkan suatu perusahaan. Rasio ini dapat dikatakan sebagai tolak
ukur efektifitas manajemen perusahaan berdasarkan laba yang diperoleh melalui hasil penjualan dan
investasi. Penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA) untuk pengukurannya. Menurut
(Yuniningsih, 2018) return on asset dapat dirumuskan:
Return On Asset (ROA) =
H1: Profitabilitas (X1) berpengaruh positif terhadap investasi (Y)

Leverage, menurut (Maulani, 2019) leverage dapat dikatakan sebagai salah satu komponen
penting untuk mempertahankan kemampuan perusahaan dalam investasinya. Penggunaan hutang dapat
dijadikan sebagai tambahan modal perusahaan dalam kebutuhan investasi yang akan dilakukan. Proksi
financial leverage dijadikan sebagai alat ukur dalam riset ini. Sesuai penelitian (Vo, 2019) financial
leverage dapat dirumuskan:
Financial leverage =
H2: Leverage (X2) berpengaruh positif terhadap investasi (Y)

Kebijakan Dividen, menurut (Endiana, 2017), kebijakan dividen adalah dasar dari kesejahteraan
pemegang saham. Pada umumnya investor menginginkan pembagian deviden tersebut sehingga

107
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

perusahaan harus menentukan besarnya laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan ditahan
guna kebutuhan keberlanjutan investasinya di masa mendatang. Dalam penelitian ini menggunakan
pengukuran Dividen Payout Ratio (DPR) sesuai dengan penelitian (Yunita & Yuniningsih, 2020)
dividen payout ratio dapat diukur dengan rumus:
Dividen Payout Ratio (DPR) =
H3: Kebijakan dividen (X3) berpengaruh negatif terhadap investasi (Y)

Growth Opportunity, menurut (Putu et al., 2020) Growth Opportunity merupakan peluang
pertumbuhan di masa mendatang dengan tingkat investasi yang dilakukan perusahaan. Perusahaan
dengan peluang pertumbuhan tinggi tentunya akan berusaha untuk meningkatkan investasi aktivanya
Dalam penelitian ini menggunakan proksi Tobin’s Q dalam pengukuran growth opportunity sesuai
dengan penelitian (Prasetya & Yulianto, 2019) Tobin’s Q dapat diukur menggunakan rumus:
Tobin’s Q =

Perusahaan dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila mampu memaksimalkan laba
sehingga perusahaan akan tumbuh dan berkembang dengan prospek positif di masa akan datang.
Apabila kondisi demikian terus dipertahankan tentunya perusahaan akan memiliki daya saing yang
kuat dalam industri melalui peningkatan kerja yang mampu memberikan efek atas laba yang
dihasilkan. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi memberikan informasi yang baik bagi para
investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan karena investor berasumsi bahwa tingginya nilai
profitabilitas perusahaan dapat menghasilkan return yang diharapkan. Adanya ketersediaan dana
tersebut perusahaan dapat melakukan investasinya.
H4: Growth Opportunity (Z) mampu memoderasi pengaruh profitabilitas (X1) terhadap investasi (Y)

Tingginya growth opportunity yang dimiliki suatu perusahaan mercerminkan bahwa


perusahaan tersebut memerlukan biaya yang cukup besar. Dana tersebut bisa berupa pendanaan
eksternal yaitu berasal dari hutang. Perihal kebutuhan investasi perusahaan digunakannya pendanaan
yang bersumber dari hutang, sehingga kondisi demikian perusahaan dapat menghasilkan laba yang
tinggi sehingga memiliki peluang untuk tumbuh di masa akan datang. Sejalan dengan signaling
theory, perusahaan yang mempunyai growth opportunity tinggi mendeskripsikan bahwa perusahaan
tersebut memiliki kinerja masa depan yang baik. Maka dapat mengirim isyarat yang baik kepada para
calon investor dan kreditur (pihak eksternal). Perusahaan dengan tingkat growth opportunity tinggi
akan terus menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan guna pembiayaan investasinya.
H5: Growth Opportunity (Z) mampu memoderasi pengaruh leverage (X2) terhadap investasi (Y)

Metode

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2015 hingga 2020. Teknik analisis data kuantitatif dan data
sekunder adalah sumber data yang digunakan dimana data tersebut bersumber dari laporan keuangan
perusahaan yang telah di publish oleh perusahaan sektor industri barang konsumsi melalui website
resmi: www.idx.co.id. Teknik dokumentasi dianggap paling cocok untuk digunakan sebagai teknik
pengumpulan data. Variabel penelitian ini ialah profitabilitas (X1), leverage (X2), kebijakan dividen
(X3), investasi (Y), dan growth opportunity (Z). Telah diperoleh sebanyak 66 perusahaan yang
tergabung pada sektor industri barang konsumsi selama tahun penelitian sebagai populasi penelitian.
Sedangkan, untuk teknik pengambilan sampel mengadaptasi teknik purposive sampling sesuai kriteria
yang dipilih oleh peneliti yang kemudian mendapatkan 20 perusahaan sebagai sampel penelitian.
Setelah pengumpulan data terkumpul maka proses selanjutnya yaitu dilakukan uji asumsi klasik yang
terdiri atas uji normalitas, uji autokorelasi, uji heterokedestisitas, dan uji multikolenieritas. Hadirnya
moderasi pada penelitian ini, maka model regresi yang diaplikasikan ialah Moderatted Regression
Analysis (MRA) serta untuk uji hipotesis penelitian menggunakan uji parsial (uji t), uji simultan (uji
F), dan koefisien determinasi (R2).

108
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

Hasil dan pembahasan

Sebelum data dianalisis lebih lanjut, data yang akan diolah harus memenuhi syarat uji asumsi
klasik agar data yang digunakan terbebas dari bias dan bersifat Best Linear Unbiased Estimator
(BLUE).

Uji Normalitas
Tabel 2. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 66
Test Statistic 0,096
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan hasil asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 > 0,05.
Syarat penelitian terpenuhi dan dapat dilanjutkan untuk tahap pengujian selanjutnya karena data telah
berdistribusi normal.

Uji Autokorelasi
Tabel 3. Uji Autokorelasi
Model R Durbin-Watson
1. .827a 1.949

Pengujian autokorelasi menggunakan Durbin-Waston dan didapatkan nilai sebesar 1,949, dL


sebesar 1,476, dU sebesar 1,732, 4-dU sebesar 2,268 dan 4-dL sebesar 2,524. Dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima apabila nilai dU < d < 4-dU, yaitu 1,732 < 1,949 < 2,268. Setelah dibandingkan
dengan nilai hitung Durbin-Waston dengan nilai tabel Durbin-Waston menunjukkan hasil bahwa nilai
hitung Durbin-Waston berada pada posisi terbebas dari gangguan autokorelasi.

Uji Heterokedastisitas
Tabel 4. Uji Heterokedastisitas
Correlations
ROA LEV DPR TOBINS’ Q TAG ABS
Spearman’s ABS Coefficient -.026 .062 .048 .091 .000 1.000
Rho Sig. (2-tailed) .839 .620 .699 .467 .997 .
N 66 66 66 66 66 66

Melalui pengujian heteroskedastisitas dalam riset ini dapat ditunjukkan dalam tabel uji
heterokedastisitas bahwa pada masing-masing variabel penelitian memiliki nilai sig (2-tailed) lebih
dari 0,05. Hasil ini menjelaskan bahwa penelitian berdasarkan metode spearman rank corelation test
penelitian terbebas dari fenomena heteroskedastisitas.

Uji Multikolonieritas
Tabel 5. Uji Multikolonieritas
Coefficients
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA .557 1.794
LEV .908 1.101
DPR .980 1.020
TOBINS’Q .580 1.725

Dalam pengujian uji asumsi klasik pada uji multikolonieritas didapatkan nilai VIF (Variance
Inflation Factor) pada variabel ROA (X1) sebesar 1,794, LEV (X2) sebesar 1,101, DPR (X3) sebesar

109
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

1,020, dan TOBINS’Q (Z) sebesar 1,725. Uji multikolonieritas ini menunjukkan bahwa variabel
independen tidak berkorelasi karena nilai masing-masing variabel independen < 10.

Uji Interaksi Moderated Regression Analysis (MRA)


MRA merupakan bagian dari model regresi yang bertujuan untuk membuktikan peranan dari
variabel pemoderasi mampu memberikan peranan atau tidak pada variabel independen terhadap
variabel dependennya. Diperolehnya hasil dari aplikasi SPSS 26,00 terkait uji interaksi berikut ini:

Tabel 6. Moderated Regression Analysis (MRA)


Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) .041 .015
ROA .519 .052 1.132
LEV .169 .073 .276
DPR -.010 .004 -.198
TOBINS’Q -.004 .005 -.236
ROA*TOBINS’Q -.016 .011 -.437
LEV*TOBINS’Q -.031 .030 -.179
a. Dependent Variable: TAG

Melalui uji interaksi Moderated Regressions Analysis (MRA) pada Tabel 6 dilihat dari
Unstandardized Coefficients (B), diperoleh persamaan sebagai berikut:
TAG (Y) = 0,041 + 0,519 ROA + 0,169 LEV - 0,010 DPR - 0,004 TOBINS’Q - 0,016
ROA*TOBINS’Q - 0,031 LEV*TOBINS’Q
Besarnya nilai konstanta pada uji interaksi Moderated Regressions Analysis (MRA) sebesar
0,041 yang artinya bahwa apabila seluruh variabel independen (bebas) konstan, maka investasi (TAG)
meningkat sebesar 0,041. (ROA) merupakan perwakilan dari profitabilitas dimana 0,519 nilai dari
koefisiennya, leverage yang diproksikan menggunakan financial leverage (LEV) dengan koefisien
0,169 mencerminkan hubungan searah dimana dapat dideskripsikan saat profitabilitas dan leverage
perusahaan meningkat maka (TAG) juga akan meningkat sejumlah nilai koefisien (ROA) dan (LEV).
Kebijakan dividen yang diproksikan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR) nilai koefisiennya
sebesar -0,010, growth opportunity yang diproksikan menggunakan (TOBINS’Q) nilai koefisiennya
sebesar -0,004 hal tersebut mencerminkan hubungan yang tidak searah dapat dideskripsikan ketika
(DPR) dan (TOBINS’Q) perusahaan meningkat maka (TAG) akan menurun begitu juga sebaliknya.
Besarnya nilai koefisiensi dari regresi interaksi profitabilitas yang diproksikan menggunakan ROA
(X1) dan growth opportunity (Z) yang diproksikan menggunakan (TOBINS’Q) sebesar -0,016 kondisi
menunjukkan hubungan yang berlawanan pada saat hubungan antara (ROA) dengan (TOBINS’Q)
meningkat, maka (TAG) akan turun sejumlah nilai koefisien (ROA) terhadap (TAG). Besarnya nilai
koefisiensi dari regresi interaksi leverage yang diproksikan menggunakan LEV (X2) dan growth
opportunity (Z) yang diproksikan menggunakan TOBINS’Q (Z) sebesar -0,031 kondisi tersebut dapat
dikatakan bahwa hubungan yang berlawanan pada saat hubungan antara (LEV) dengan (TOBINS’Q)
meningkat maka (TAG) akan menurun sesuai besaran koefisien (LEV) terhadap (TAG).

Uji Hipotesis
Uji t (Uji parsial)
Tabel 7. Uji t (Uji Parsial)

Model t Sig.
1 (Constant) 2.730 .008
ROA 10.017 .000
LEV 2.328 .023
DPR -2.713 .009
TOBINS’Q -.794 .430
ROA*TOBINS’Q -1.534 .130
LEV*TOBINS’Q -1.042 .302

110
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

Pengaruh profitabilitas (X1) terhadap investasi (Y)


Dihasilkannya t hitung sejumlah 10,017 dan tingkat Sig. sebesar 0,000 kurang dari α = 0,05
sehingga dapat dikatakan profitabilitas memiliki dampak yang positif dan signifikan. Nilai dari
koefisiensi regresi yang dimiliki variabel profitabilitas (ROA) bertanda positif yang dapat diartikan
bahwa terdapat perubahan searah antara profitabilitas (X1) dengan investasi (Y). Berdasarkan hasil
tersebut menyatakan bahwa hipotesis pertama diterima. Sejalan dengan penelitian (Prasetya &
Yulianto, 2019), (Siringo-Ringo & Sumaizar, 2020) dan (Wahyuni et al., 2020) menyebutkan
profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi. Hasil berbeda ditemukan melalui
penelitian oleh (Kanigara, 2018), (Yuniningsih et al., 2019) dan (Yunita & Yuniningsih, 2020)
profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap investasi. Semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh
perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kinerja yang baik hal tersebut tercermin
dari tingkat profitabilitas yang dihasilkan dalam jumlah yang tinggi dengan kondisi demikian akan
mendorong perusahaan untuk terus meningkatkan kegiatan investasinya. Profitabilitas yang tinggi
mencerminkan perusahaan mampu berkembang dengan prospek yang baik di masa mendatang
sehingga memberikan sinyal positif bagi investor untuk menanamkan modalnya karena return sesuai
dengan yang diharapkan.

Pengaruh leverage (X2) terhadap investasi (Y)


Financial leverage yang merupakan perwakilan dari leverage telah membuktikan bahwa
memiliki pengaruh yang positif serta signifikan bagi investasi. Dibuktikannya dengan hasil dari t
hitung diperoleh sebesar 2,328 dengan tingkat Sig. sebesar 0,023 < α = 0,05. Nilai dari koefisiensi
regresi yang dimiliki variabel leverage (LEV) bertanda positif yang dapat diartikan bahwa terdapat
perubahan searah antara leverage (X2) dengan investasi (Y). Penelitian ini serupa dengan yang
dilakukan (Munir, 2014), (Endiana, 2017), dan (Siringo-Ringo & Sumaizar, 2020) memperlihatkan
bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan dari leverage terhadap investasi. Namun hasil bertolak
belakang yang ditunjukkan dengan penelitian (Maulani, 2019) dan (Yunita & Yuniningsih, 2020) yang
menyebutkan bahwa leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi. Perihal biaya
operasional yang dijalankan serta investasi perusahaan diperlukannya bantuan sumber dana eksternal
salah satunya ialah leverage. Perusahaan akan memiliki kesempatan perihal investasi saat terdapat
kondisi meningkatkan leverage perusahaan. Sesuai teori sinyal jika perusahaan mampu mengelola
hutangnya dengan melakukan keputusan investasi yang baik ini akan berdampak positif juga bagi
perusahaan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.

Pengaruh kebijakan dividen (X3) terhadap investasi (Y)


Dibuktikan bahwa hipotesis ketiga Dividend Payyout Ratio meupakan formulasi dari variabel
kebijakan dividen memiliki efek negatif dan signifikan terhadap investasi. Hal tersebut dapat dilihat
melalui hasil dari t hitung diperoleh sebesar -2,713 dengan tingkat Sig. sebesar 0,009 < α = 0,05. Nilai
dari koefisiensi regresi yang dimiliki variabel kebijakan dividen (DPR) bertanda negatif yang dapat
diartikan bahwa terdapat perubahan tidak searah antara kebijakan dividen (X3) dengan investasi (Y).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahmiati & Huda, 2015), (Putu et al., 2020),
dan (Putra et al., 2021) yang menunjukkan hasil bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh yang
negatif dan signifikan terhadap investasi. Namun, hasil berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Munir, 2014) yang menyebutkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifkan terhadap
investasi. Adapun penelitian yang dilakukan (Endiana, 2017) dan (Yunita & Yuniningsih, 2020)
mendapatkan hasil bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap investasi. Pembagian dividen
dapat mempengaruhi jumlah dana yang dilakukan perusahaan untuk melakukan investasi. Perusahaan
dengan pembagian dividen dalam jumlah yang stabil menjadi incaran para calon investor namun,
semakin banyak laba yang dibagikan berupa dividen maka margin perusahaan akan menurun.
Sehingga, tingkat investasi perusahaan juga semakin rendah. Hal ini sesuai dengan teori sinyal dengan
tingginya tingkat dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham akan membuat investasi
perusahaan semakin menurun.

111
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

Pengaruh growth opportunity (Z) memoderasi hubungan antara profitabilitas (X1) terhadap
investasi (Y)
Berdasarkan hasil dari penelitian ini bahwa hipotesis keempat variabel growth opportunity (Z)
mampu memoderasi pengaruh profitabilitas (X1) terhadap investasi (Y). Hasil dari uji parsial
pengaruh profitabilitas terhadap investasi yang dimoderasi oleh growth opportunity memiliki nilai
koefisien negatif, yaitu nilai t hitung sebesar -1,534 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,130 lebih
besar dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel growth opportunity (Z) tidak sukses dalam
memoderasi hubungan antara profitabilitas (X1) bagi investasi (Y). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Endiana, 2017) dan (Putu et al., 2020) yang menyebutkan bahwa
growth opportunity tidak berhasil saat memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap investasi. Akan
tetapi, hasil berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prasetya & Yulianto, 2019) yang
menunjukkan hasil bahwa growth opportunity mampu menjadi pemoderasi dari pengaruh profitabilitas
terhadap investasi. Dimana penggunaan dana biasanya lebih diutamakan untuk kepentingan
pembiayaan kegiatan operasional perusahaan sehingga ada atau tidaknya peluang pertumbuhan tidak
dapat mempengaruhi tingkat investasi dari suatu perusahaan.

Pengaruh growth opportunity (Z) memoderasi hubungan antara leverage (X2) terhadap investasi
(Y)
Berdasarkan hasil dari penelitian ini bahwa hipotesis kelima variabel growth opportunity (Z)
mampu memoderasi pengaruh leverage (X2) terhadap investasi (Y). Hasil dari uji parsial pengaruh
leverage terhadap investasi yang dimoderasi oleh growth opportunity memiliki nilai koefisien negatif,
yaitu nilai t hitung sebesar -1,042 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,302 lebih besar dari α = 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel growth opportunity (Z) tidak mampu memoderasi pengaruh
leverage (X2) terhadap investasi (Y). Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Sandiar, 2017), (Yunita & Yuniningsih, 2020), dan (Putu et al., 2020) yang
menunjukkan hasil bahwa growth opportunity tidak mampu memoderasi hubungan leverage terhadap
investasi. Akan tetapi, hasil berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Endiana, 2017) dan
(Maulani, 2019) yang menyebutkan bahwa growth opportunity mampu memoderasi pengaruh
leverage terhadap investasi. Ada atau tidaknya growth opportunity tidak dapat mempengaruhi
perubahan leverage terhadap investasi. Perusahaan yang menggunakan leverage dalam pembiayaan
aktivitas operasional dan investasi cenderung akan menghindari growth opportunity yang tinggi, hal
ini dikarenakan growth opportunity juga membutuhkan dana yang tinggi akibat kondisi yang menuntut
perusahaan untuk terus meningkatkan peluang pertumbuhannya. Dengan kondisi demikian perusahaan
lebih memilih untuk melunasi kewajibannya dan menghindari pembiayaan yang menumpuk.

Uji F (Uji simultan)


Tabel 8. Uji F (Uji simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .218 6 .036 22.992 .000b
Residual .093 59 .002
Total .311 65

Berdasarkan hasil uji simultan pada regresi interaksi Moderated Regressions Analysis (MRA)
diperoleh hasil F hitung sebesar 22,992 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel profitabilitas, leverage, kebijakan dividen, dan
growth opportunity mampu mempengaruhi variabel investasi.

Koefisien Determinasi (Adjusted R2)


Tabel 9. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .837a .700 .670 .03972

Berdasarkan hasil koefisien determinasi R2 pada uji interaksi Moderated Regressions Analysis
(MRA) diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,670 hal ini dapat diartikan bahwa variabel

112
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

independen (bebas) yaitu profitabilitas (X1), leverage (X2), kebijakan dividen (X3) dan growth
opportunity (Z) sebagai variabel moderasi mampu menjelaskan variabel dependen yaitu investasi (Y)
sebesar 67%. Sedangkan sebesar 33% dijelaskan oleh variabel lain diiluar penelitian ini.

Kesimpulan

Setelah dilakukannya berbagai tahapan pengujian dalam proses penelitian, dibuktikan bahwa
bedasarkan dari hipotesis memiliki hasil akhir yaitu profitabilitas (X1) dan leverage (X2) memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap investasi (Y) sedangkan kebijakan dividen (X3) memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi (Y). Namun dalam penelitian ini variabel moderasi
yang di proksikan menggunakan growth opportunity (Z) tidak mampu memoderasi pengaruh
profitabilitas (X1) dan leverage (X2) terhadap investasi (Y). Adapun keterbatasan penelitian ini yaitu
dalam penggunaan variabel penelitian masih terdapat kesamaan dengan penelitian sebelumnya selain
itu, terdapat beberapa perusahaan selama periode penelitian mengalami delisting yang akhirnya
berdampak terhadap data yang akan digunakan semakin berkurang. Saran bagi peneliti selanjutnya
dianjurkan untuk penggunaan sektor penelitian selain industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, dikarenakan sudah banyak penelitian yang menggunakan sektor tersebut. Perlu
ditambahkannya periode dalam penelitian dan menggunakan selain variabel yang telah digunakan
dalam riset ini.

Daftar Pustaka

Endiana, I. D. M. (2017). Analisis Faktor-Faktor Berpengaruh Terhadap Keputusan Investasi Dengan


Growth Opportunity Sebagai Moderating Variabel. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 2, 1–17.
Kanigara, M. G. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Investasi Aktiva
Tetap Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Kasmir. (2016). Pengantar Manajmen Keuangan (Pertama). Pernada Media.
Kasmir, K. (2014). Analisis Laporan Keuangan (7th ed.). Raja Grafindo Persada.
Maulani, S. A. (2019). Cash Holding, Leverage, dan Investasi Dengan Growth Opportunity Sebagai
Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia.
Munir, M. B. B. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Investasi Pada
Perusahaan Manufaktur.
Nur, T., & Novitasari, W. (2017). Pengaruh Struktur Modal, Likuiditas, Profitabilitas, dan Firm Size
Terhadap Keputusan Investasi. 20, 1–20.
Pamungkas, A. P., & Yuniningsih, Y. (2022). Dampak Faktor Fundamental Dalam Penentuan Nilai
Perusahaan. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9, 179–187.
Prasetya, R. A., & Yulianto, A. (2019). Determinants of Investment Decisions with Growth
Opportunities as Moderating Variable. Accounting Analysis Journal, 1, 17–23.
Putra, I. N. E. W., Putra, I. G. C., & Manuari, I. A. R. (2021). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Keputusan Investasi Pada Perusahaan Property and Real Estate Yang Terdaftar di BEI.
Jurnal Kharisma, 3, 333–344.
Putu, K., Hapsari, A. P. N., & Ardina, P. N. K. (2020). Factors that Affecting Investment Decisions
with Growth Opportunity as Moderated Variables. 406–420.
Rahmiati, R., & Huda, P. N. (2015). Pengaruh Kebijakan Deviden, Kesempatan Investasi, dan
Profitabilitas Terhadap Keputusan Investasi. Jurnal Kajian Manajemen Bisnis, 4, 1–16.
Sandiar, L. (2017). Growth Opportunity Dalam Memoderasi Pengaruh Leverage Dan Maturity
Terhadap Keputusan Investasi. Journal of Applied Business and Economics, 3, 196–206.
Siringo-Ringo, E. D. M., & Sumaizar, S. (2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keputusan Investasi Pada Perusahaan Pertambangan Logam Dan Mineral Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal EK&BI, 3, 283–288.
Spance, M. (1973). Job Market Signaling. The Quarterly Journal of Economics, 87.
Vo, X. V. (2019). Leverage and corporate investment – Evidence from Vietnam. Finance Research
Letters, 28, 1–5.

113
Jurnal Ilman: Jurnal Ilmu Manajemen, 10 (3) (2022) 105-114

Wahyuni, S., Febriansyah, S., Darni, S., & Razali, R. (2020). Pengaruh Kepemilikan Saham
Institusional, Konsentrasi Kepemilikan Saham Dan Profitabilitas Terhadap Keputusan Investasi.
Journal Of Islamic Accounting Research, 2, 55–66.
Yuniningsih, Y. (2018). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (E. Purwanto (ed.)). Indomedia Pustaka.
Yuniningsih, Y., Pertiwi, T. K., & Purwanto, E. (2019). Fundamental factor of financial management
in determining company values. Management Science Letters, 9(2), 205–216.
https://doi.org/10.5267/j.msl.2018.12.002
Yunita, M. D., & Yuniningsih, Y. (2020). Analisis Keputusan Investasi Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Cakrawala Management Business Journal, 3, 536–546.
https://www.cnbcindonesia.com : Diakses pada tanggal 31 Maret 2022
https://investasi.kontan.co.id/ : Diakses pada tanggal 7 Desember 2021

114

Anda mungkin juga menyukai