Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Globalisasi yang semakin berkembang ditandai dengan dunia bisnis yang semakin
meningkat. Persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat menyebabkan perusahaan
terdorong untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan memerlukan modal
untuk melakukan operasi dan pengembangan usahanya. Pengembangan usaha akan dilakukan
oleh perusahaan yang kecil sampai ke perusahaan yang besar. Modal yang diperlukan untuk
pengembangan usaha dapat berasal dari dalam perusahaan, hal ini akan memberikan
kemandirian secara finansial dari perusahaan tersebut karena perusahaan mampu memenuhi
kebutuhan dananya tanpa bantuan dari pihak eksternal. Penambahan modal yang berasal dari
pihak eksternal bisa digunakan ketika perusahaan telah menggunakan seluruh dana
internalnya dan memerlukan tambahan dana untuk pengembangan usaha.
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2020 sebesar 2,19 persen. Posisi ini lebih lambat jika dibandingkan dengan laju
ekonomi tahun 2019 yaitu sebesar 5,04 persen.

Table 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Berdasarkan PDB (dalam %)

TAHU TRIWULAN I TRIWULAN TRIWULAN TRIWULAN


N II III IV
2020 2,97 5,32 5,05 2,19
2019 5,07 5,05 5,02 5,04
2018 0,06 5,27 5,17 5,18
2017 5,01 5,01 5,06 5,19
2016 4,91 5,18 5,02 5,04
2015 4,73 4,66 4,74 4,80
2014 5,21 5,12 5,61 5,01
2013 6,02 5,81 5,62 5,78
2012 6,29 6,36 6,16 6,11
2011 6,45 6,52 6,49 6,50
(sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia, www.bps.go.id)

Pada tahun 2016 awal, beberapa perusahaan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK) sebagai upaya bertahan dari perlambatan ekonomi yang terjadi. Dalam situasi seperti
sekarang ini, di mana Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, disisi lain
China berusaha menjual (produk) sebanyak-banyaknya, menjadikan persaingan ekonomi
semakin tajam, dan membuat sebagian perusahaan kesulitan bersaing. (www.liputan6.com).
Dalam praktiknya perusahaan untuk memenuhi kekurangan akan kebutuhan
dananya, perusahaan memiliki sumber dana yang dapat dari internal (modal dari pemilik
perusahaan dan laba ditahan). Metode pemenuhan kebutuhan akan dana yang berasal dari
pihak internal perusahaan dikenal dengan nama metode pembelanjaan modal sendiri (equity
financing). Selain itu terdapat pula sumber dana dari eksternal perusahaan (penjualan saham,
penerbitan obligasi, penjualan sekuritas ataupun pinjaman dan bank). Metode pemenuhan
kebutuhan dana yang berasal dari eksternal disebut dengan metode pembelanjaan dengan
hutang (debt financing) (Nuraini dan Yustiana Ratna, 2010).
Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain (Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani,
2009). Jensen (1986) dalam Steven dan Lina (2004) berpendapat bahwa dengan hutang maka
perusahaan harus melakukan pembayaran periodik atas bunga, sedangkan perusahaan yang
mempergunakan hutang dalam pendanaannya dan tidak mampu melunasi kembali hutang
tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga akan mengancam posisi manajemen.
sehubungan dengan hutang, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi proporsi hutang, maka
risiko kebangkrutan akan semakin meningkat, sehingga debtholders memerlukan tambahan
return untuk menutupi tambahan risiko yang terjadi.
Tempat berlangsungnya kegiatan pasar modal dalam memperjual belikan efek di
Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia. Efek atau dalam istilah bahasa Inggris disebut
security adalah suatu surat berharga yang bernilai serta dapat diperdagangkan.Efek dapat
dikategorikan sebagai hutang dan ekuitas seperti obligasi dan saham. Efek tersebut dapat
terdiri dari surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, unit
penyertaan kontrak investasi kolektif (seperti reksadana, kontrak berjangka atas efek, dan
setiap derivatif dari efek. (Muhammad Samsul, 2006 : 41).
Semua perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
berjumlah sembilan sektor dan diklasifikasikan ke dalam tiga sektor besar yaitu sektor utama,
sektor manufaktur dan sektor jasa. Diantara ketiga sektor tersebut, sektor manufaktur sebagai
sebuah cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja untuk
mengubah bahan mentah menjadi barang jadi dianggap sebagai sektor yang stabil dalam
perlambatan ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia. (www.idx.co.id).
Manufaktur terdiri dari sektor industri dan bahan kimia, sektor aneka industri dan
sektor barang konsumsi, hal ini menjadikan manufaktur sebagai sektor yang paling stabil
karena memiliki likuiditas serta kapitalisasi pasar yang tinggi. Sektor industri barang
konsumsi pada umumnya memproduksi merupakan kebutuhan primer manusia. Tingkat
kebutuhan yang cukup stabil terhadap produk konsumsi dan di dukung dengan tingginya
investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) pada tahun 2012 mencapai Rp 38,1
Trilliun untuk sektor industri bahan kimia dan aneka industri mampu memecahkan situasi
perekonomian global Indonesia yang sedang terjadi. (www.bkpm.go.id)

Anda mungkin juga menyukai