Anda di halaman 1dari 39

Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kondisi

Financial Distress pada Pt Mitra Investindo Tbk


Muhammad Isa1, Azwar Hamid2, Sulaiman Efendi3, Ade Norasyikin4
IAIN Padangsidimpuan
1,2,3,4

1,2,3,4
Jl. T. Rizal Nurdin, Kelurahan Sihitang, Kota Padangsidimpuan
E-mail : Muhammadisa@iain-padangsidimpuan.ac.id1, Azwarhamid@iain-
padangsidimpuan.ac.id2, Sulaimanefendi@iain-padangsidimpuan.ac.id3,
Adenorasyikin@gmail.com4

Abstrak
Laba bersih dan utang perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. adapun
data laporan keuangan triwulan perusahaan mengalami penurunan laba bahkan mengalami
kerugian, itulah salah satu indikator yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan
atau dikeluarkan dari BEI. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi potensi kebangkrutan
dan menilai kondisi kesehatan PT Mitra Investindo Tbk dengan menggunakan analisis financial
distress metode Zmijewski.
Pembahasan penelitian ini menggunakan rasio keuangan yaitu Return On Asset, Debt to
Assets Ratio, Current Ratio dengan metode Zmijewski X-Score. Seperti yang diketahui mulai
banyaknya perusahaan-perusahaan yang harus memperbaharui sistem bisnis mereka demi
mencapai tujuan perusahaan. Terlebih lagi akibat Pandemi yang sedang melanda Dunia. Atas
dasar inilah peneliti berupaya membuktikan probabilitas terjadinya Financial Distress pada
perusahaan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan dan peneliti mengukur tingkat
Financial Distress dengan metode Zmijewski X-Score.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder berupa laporan keuangan triwulan yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek
Indonesia, www.idx.co.id. dari tahun 2010 triwulan I sampai tahun 2019 triwulan IV dengan
jumlah sampel sebanyak 40 sampel. Analisis data yang digunakan untuk mengukur tingkat
Financial Distress berdasarkan metode Zmijewski X-Score dengan rumus X = −4,3 − 4,5 X1 +
5,7 X 2 - 0,004 X 3 .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis rasio keuangan dalam
memprediksi kondisi Financial Distress berdasarkan metode Zmijewski X-Score dari tahun
2010 triwulan I sampai tahun 2015 triwulan III dikategorikan Sehat. Kemudian 2015 triwulan IV
berpotensi mengalami kebangkrutan. Pada tahun 2016 triwulan I sampai tahun 2019 triwulan
III dikategorikan Sehat. Akan tetapi tahun 2019 triwulan IV PT Mitra Investindo Tbk kembali
mengalami kebangkkrutan (Financial Distress).

Kata Kunci : Financial Distress (Zmijewski), Return On Asset, Debt to Assets Ratio,
Current Ratio.

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 17


Abstract
The company's net income and debt fluctuated from year to year. As for quarterly
financial report data, the company experienced a decline in profits and even experienced
losses, that is one indicator that caused the company to go bankrupt or be expelled from the
IDX. This study aims to predict the potential for bankruptcy and assess the health condition of
PT Mitra Investindo Tbk using the Zmijewski method of financial distress analysis.
The discussion of this research uses financial ratios, namely Return On Assets, Debt to
Assets Ratio, Current Ratio with Zmijewski X-Score method. As is known, many companies
have to update their business systems in order to achieve company goals. Especially due to
the pandemic that is sweeping the world. On this basis, researchers try to prove the probability
of occurrence of Financial Distress in companies by using several financial ratios and
researchers measure the level of Financial Distress with the Zmijewski X-Score method.
This research uses quantitative research. The type of data used is secondary data in the
form of quarterly financial reports obtained from the official website of the Indonesia Stock
Exchange, www.idx.co.id. from 2010 first quarter to 2019 fourth quarter with a total sample of
40 samples. Analysis of the data used to measure the level of Financial Distress based on the
Zmijewski X-Score method with the formula X = 4.3 4.5 X_1 5.7 X_2 - 0.004 X_(3).
The results showed that the results of the analysis of financial ratios in predicting the
condition of Financial Distress based on the Zmijewski X-Score method from the first quarter
of 2010 to the third quarter of 2015 were categorized as healthy. Then 2015 the fourth quarter
of the potential for bankruptcy. In 2016 the first quarter to 2019 the third quarter is categorized
as Healthy. However, in 2019 the fourth quarter of PT Mitra Investindo Tbk again experienced
bankruptcy (Financial Distress).

Keywords: Financial Distress (Zmijewski), Return On Assets, Debt to Assets Ratio, Current
Ratio.

PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian yang tidak stabil mempengaruhi aktivitas maupun kinerja
perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar yang bergerak dibidang manufaktur, jasa dan
dagang sehingga banyak perusahaan yang mengalami financial distress yang kemudian
mengalami kebangkrutan. Apabila perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas yang
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan yang semakin menurun dalam memenuhi
kewajibannya kepada kreditur maka kesulitan keuangan (financial distress) akan terjadi
(Fahmi:2012).
Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan sebelum terjadinya
kebangkrutan ataupun likuidasi. Keadaan yang seperti ini perlu diwaspadai oleh investor
ataupun kreditur karena akan berpengaruh terhadap investasi maupun pinjaman yang hendak
diberikan. Fenomena lain dari financial distress adalah perusahaan cenderung mengalami
kesulitan dalam pengembalian utang yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan yang
semakin menurun dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur seperti
likuiditas dan solvabilitas. Untuk mengetahui kondisi perusahaan dilakukanlah analisis
terhadap laporan keuangan.

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 18


Analisis laporan keuangan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan terkini (Hidayat & Meiranto:2014). Fenomena yang terjadi sepanjang tahun 2019
terdapat 6 perusahaan yang sahamanya dinyatakan delisting (dikeluarkan) oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pernyataan tersebut sangat berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian
di Indonesia dan menjadi peringatan bagi perusahaan-perusahaan lain untuk lebih tanggap
dalam menghadapi kondisi perusahaan yang tengah menurun. Analisis kebangkrutan yang
sering digunakan adalah metode Altman Z-Score, Springate dan Zmijewski. Analisis
kebangkrutan tersebut dikenal memiliki tingkat akurasi yang tinggi, selain caranya mudah
keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutan pun cukup akurat. Menurut Mey tingkat
akurasi prediksi financial distress dengan menggunakan metode Springate dan Zmijewski
memiliki tingkat akurasi yang tinggi sebesar 100% dibandingkan metode Altman Z-Score
dengan tingkat akurasinya sebesar 50% (Setiawan: 2017).
PT.Mitra Investindo Tbk (MITI), berdiri pada tanggal 16 SePT.ember 1993 bergerak
dalam bidang pertambangan batu granit, industri minyak dan gas bumi melalui investasi pada
anak perusahaan. Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1994. Anak
Usahanya yaitu PT.Mitra Tambang Sejahtera bergerak di bidang pertambangan batu dan
galian sedangkan PT.Energi Mitra Gemilang bergerak di bidang jasa pendukung minyak dan
gas bumi.Pada laporan keuangan tahunan MITI mencatatkan kerugian hingga Desember
Tahun 2019. Rugi bersih sebesar Rp. (87,9) Miliar, dibandingkan periode tahun lalu Laba bersih
sebesar Rp. 7,48 Miliar. Jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya, PT.Capitalinc
Investment Tbk. (MTFN), yang mencatatkan keuntungan laba bersih sebesar Rp. 12,47 Miliar
hingga Desember 2019. Sedangkan PT.Radiant Utama Interinsco Tbk. (RUIS) mencatat
keuntungan laba bersih 2 kali lipat dari MTFN sebesar Rp. 33,08 Miliar hingga Desember 2019
dikutip dari laporan keuangan.
Laba yang besar menunjukkan tersedianya sumber dana yang dapat digunakan untuk
pendanaan perluasan usaha, penggantian peralatan yang sudah habis nilai ekonomisnya,
pembayaran kredit yang terutang, dan untuk pembiayaan operasional perusahaan. Oleh
karena itu dibutuhkan strategi dalam mengambil keputusan yang efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tersebut. Analisis rasio keuangan dan analisis kebangkrutan perlu dilakukan
untuk mengetahui bagaimana kinerja PT. Mitra Investindo Tbk dari tahun 2010 - 2019. Untuk
itu peneliti sajikan informasi yang terdapat pada laporan keuangan PT. Mitra Investindo Tbk
dilihat dari total laba usaha dan total utang periode 2010-2019, sebagai berikut:

Tabel 1
Total Laba Bersih dan Total Utang Tahun 2010-2019
PT. Mitra Investindo Tbk (dalam rupiah)
Tahun Total Laba Bersih Total Utang
2010 7.058.787.686 79.417.209.721
2011 27.479.363.875 55.160.486.003
2012 22.090.674.433 53.730.999.117
2013 22.002.615.533 45.429.682.728
2014 7.609.223.732 88.898.918.712
2015 (179.560.694.653) 138.014.959.336
2016 (23.362.032.637) 142.275.119.991
2017 (23.354.360.657) 150.751.042.237

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 19


2018 7.482.976.421 72.684.177.647
2019 (87.934.380.048) 68.801.967.457
Sumber data: www.idnfinancials.co.id.

Berdasarkan Tabel I.1 dapat dilihat bahwa laba bersih yang diperoleh PT. Mitra
Investindo Tbk mengalami fluktuasi dari tahun 2010-2019. Tahun 2010 ke tahun 2011 laba
bersih mengalami kenaikan, kemudian pada tahun 2012 ke tahun 2015 mengalami penurunan
drastis secara berturut-turut bahkan perusahaan mengalami rugi bersih. Tahun 2016 ke tahun
2018 laba bersih perusahaan mengalami kenaikan secara berturut-turut, walaupun laba bersih
perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dan 2017 perusahaan tetap mengalami
kerugian dan 2018 mengalami laba bersih. Kemudian tahun 2019 perusahaan kembali
mengalami kerugian. Utang pada PT. Mitra Investindo Tbk juga mengalami fluktuasi dari tahun
2010-2019. Tahun 2010 ke tahun 2013 utang perusahaan mengalami penurunan, kemudian
tahun 2014 ke tahun 2017 utang perusahaan mengalami kenaikan secara berturut-turut yang
membuat utang menjadi lebih besar. Kemudian tahun 2018 ke tahun 2019 utang perusahaan
kembali mengalami penurunan.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa laba bersih dan utang perusahaan mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh faktor-
faktor tertentu, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Peneliti tertarik untuk
menganalisis kebangkrutan MITI dengan menggunakan metode Zmijewski. Karena metode
Zmijewski memiliki akurasi yang tinggi menggunakan analisis rasio keuangan yang mengukur
kinerja, solvabilitas dan likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Adapun variabel
yang digunakan dalam persamaan model Zmijewski adalah Return On Assets, Debt to Assets
Ratio dan Current Ratio.

TINJAUAN TEORITIK
FINANCIAL DISTRESS
Financial distress adalah suatu pengukuran yang mengindikasikan kesulitan dalam
pengembalian hutang kepada kreditur dimana hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban perusahaan. Financial distress dimulai dari ketidakmampuan dalam
memenuhi kewajibannya termasuk kewajiban jangka pendeknya seperti kewajiban likuiditas
dan kewajiban solvabilitas. Yang ditandai (secara kasat mata) total nilai hutang melebihi total
aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif, yang ditandai secara umum
pemberhentian tenaga kerja, hilangnya pembayaran deviden dan arus kas kecil.
Menurut Irham Fahmi bahwa financial distress “dimulai dari ketidakmampuan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibanya terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek yaitu
kewajiban likuiditas dan kewajiban solvabilitas” (Fahmi:2012). Financial distress dapat
mendorong pemegang saham untuk mengganti manajer perusahaan karena manajer
dianggap tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik (Hutabarat:2020). Dapat
disimpulkan bahwa financial distress adalah suatu keadaan dimana perusahaan mengalami
kesulitan keuangan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang memicu terjadinya
kebangkrutan. Financial distress dapat diukur melalui laporan keuangan dengan cara
menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu aktivitas yang
bersifat teknis berdasar pada metode dan prosedur-prosedur yang memerlukan penjelasan-

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 20


penjelasan agar tujuan atau maksud untuk menyediakan informasi yang bermanfaat dapat
dicapai (Irfani:2020).
Ada beberapa keadaan yang menyebabkan perusahaan mengalami financial distress,
yaitu: Faktor ketidakmampuan modal dan kekurangan dana, Besarnya beban hutang dan
bunga, Mengalami kerugian secara terus menerus, Manajemen yang tidak profesional, Faktor
ekonomi. Faktor utama terjadinya financial distress berasal dari entitas itu sendiri antara lain:
Kesulitan arus kas, terjadi ketika pendapatan yang diperoleh dari operasional lebih kecil
daripada beban yang dikeluarkan dan kesalahan manajemen dalam mengelola arus kas yang
ada sehingga memperburuk keadaan. Besarnya jumlah utang, terjadi ketika perusahaan
berhutang guna menutupi biaya operasional perusahaan pada periode transaksi sehingga
menimbulkan kewajiban melunasi hutang di periode yang akan datang. Ketika tagihan jatuh
tempo dan perusahaan tidak memiliki kas atau uang untuk membayar dimungkinkan kreditur
akan melakukan penyitaan guna melunasi hutang tersebut. Kerugian perusahaan, kerugian
dalam kegiatan operasional beberapa tahun sehingga menimbulkan arus kas negatif. Hal ini
dikarenakan beban operasional tidak seimbang dengan pendapatan.

INDIKATOR-INDIKATOR PREDIKSI KEBANGKRUTAN


Sebelum terjadi kebangkrutan, biasanya muncul berbagai indikator yang dapat dilihat
khususnya terkait dengan efektivitas operasi. Indikator-indikator tersebut digunakan untuk
melihat tanda-tanda akan munculnya kegagalan (kebangkrutan). Menurut Teng dalam Aswin,
dkk., indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut (Salatin:2013):
1. Profitabilitas yang negatif atau menurun. Barometer suatu perusahan yang rapuh
dapat ditunjukkan dengan profitabilitas negatif atau menurun.
2. Merosotnya posisi pasar. Kemerosotan posisi pasar dapat dilihat melalui hilangnya
pangsa pasar bagi perusahaan, menurunnya jumlah distributor.
3. Posisi kas yang buruk atau negatif/ketidakmampuan melunasi kewajiban-kewajiban
kas.
4. Tingginya perputaran karyawan atau rendahnya moral.
5. Penurunan volume penjualan, karena adanya perubahan selera atau permintaan
konsumen.
6. Ketergantungan terhadap utang, bagi perusahaan yang mengandalkan kegiatan
operasinya maupun investasinya berdasarkan sumber pinjaman, akan mendapat
kesulitan dalam menyelesaikan kewajibannya.
7. Kerugian yang selalu diderita dari suatu operasi perusahaaan.
8. Penurunan nilai penjualan, dapat terjadi karena turunnya market share yang diikuti
dengan kenaikan tarif relatif harga jual yang mungkin dipengaruhi oleh tingkat inflasi.

RETURN ON ASSET
Return on asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan, atau suatu ukuran tentang efesiensi manajemen.
Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan
sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase. Rasio ini menunjukkan
produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Semakin kecil rasio ini maka semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan (Kasmir:2012).

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 21


Selain itu besarnya return on asset akan berubah jika ada perubahan profit margin atau
asset turn over, baik masing-masing atau kedua-duanya. Dengan demikian maka pimpinan
perusahaan dapat menggunakan salah satu atau keduanya dalam rangka usaha untuk
memperbesar return on asset. Usaha meningkatkan return on asset dengan memperbesar
profit margin bersangkutan dengan usaha untuk meningkatkan efesiensi di sektor produksi,
penjualan dan administrasi. Usaha untuk mempertinggi return on asset dengan mempertinggi
asset turn over adalah kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar
maupun aktiva tetap.
Return on asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
total aktiva yang dimilikinya. Return on asset merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan
pajak/earning before interest tax (EBIT) atau net income after tax (NIAT) terhadap total asset.
Return on asset digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan Internasional,
khususnya jika dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasinya.
Return on asset adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan
yang dihasilkan manajemen atas dana yang ditanamkan baik oleh pemegang saham maupun
kreditor. Rasio ini menggambarkan kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba.
Return on asset yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif atau rugi, hal
ini menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara kseluruhan belum
mampu untuk menghasilkan laba.

DEBT TO ASSETS RATIO


Debt to assets ratio atau rasio utang yaitu menilai seberapa besar perusahaan berpatokan
pada utang untuk membiayai asetnya. Rasio ini membandingkan total utang (total liabilities)
dengan total aset yang dimiliki. Aset dan ekuitas itu berbeda sehingga harus mengetahui
terlebih dahulu tentang aset dan ekuitas. Aset merupakan sumber daya yang diperoleh dari
transaksi atau kegiatan lain di masa lalu sehingga menjadi milik perusahaan. Sedangkan
ekuitas merupakan hak residual atas asset perusahaan setelah pengurangan seluruh liabilitas
sesuai hakikat akuntansi. Debt to assets ratio menurut Fahmi adalah “Rasio ini sebagai rasio
yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang
dibagi dengan total asset. Jika hasil perhitungan debt ratio ini semakin rendah maka, maka
semakin baik karena aman bagi kreditur saat likuidasi.”
Rasio ini juga memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh pinjaman
baru sebagai tambahan modal dengan jaminan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
Jika tingkat rasio ini semakin tinggi maka jaminan berupa asset yang ada dan uang yang
diberikan oleh kreditor dalam jangka panjang semakin terjamin. Besaran presentasi rasio ini
minimum 100% atau 1: 1 artinya Rp 1 utang jangka panjang bisa dijamin oleh Rp 1 aktiva
tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Utang yang dihitung dalam hal ini adalah semua utang
perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditor biasanya lebih memilih debt
ratio yang rendah karena kondisi perusahaan aman (tidak akan bangkrut). Tingkat rasio yang
rendah maka kondisi perusahaan semakin aman (solvable).
Menurut pandangan Islam aktiva atau harta adalah sesuatu aset kekayaan kebendaan
yang dibutuhkan, di cari dan di miliki oleh manusia. Harta juga sangat berguna bagi semua
orang, karena dengan harta kekayaan manusia dapat memenuhi segala kebutuhan baik yang
di inginkan atau yang sedang dibutuhkan. Harta dapat menjadi kebahagiaan dunia dan
Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 22
akhirat apabila digunakan dalam hal yang benar, sebaliknya jika digunakan dalam hal salah
maka akan menjadi suatu keburukan seperti halnya pisau terkadang pisau dapat menolong
dan terkadang dapat membunuh. Harta merupakan hal yang sangat penting bagi manusia
karena dengan harta kita bisa memenuhi kebutuhan kita. Kita harus bisa mengelola harta kita
dengan baik agar tidak salah dipergunakan dan mempergunakannya untuk hal yang
bermanfaat.

CURRENT RATIO
Current ratio (Rasio Lancar) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Aktiva lancar juga
merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu
tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan,
biaya dibayar dimuka, pendapatan yang harus diterima,, pinjaman yang diberikan dan aktiva
lancar lainnya (Kasmir & Jakfar:2015).
Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (Margin Of Safety) kreditor jangka
pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut
(Munawir:2007). Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu
menjamin akan dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau
distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang
relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat
perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan
tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.
Current ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan mengemukakan total asset
lancar yang tersedia. Dengan kata lain, rasio ini menggambarkan seberapa besar jumlah
ketersediaan asset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban
lancar.
Perusahaan harus secara terus menerus memantau hubungan antara besarnya
kewajiban lancar dengan asset lancar. Hubungan ini sangat penting terutama untuk
mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan asset lancar. Perusahaan yang memiliki lebih banyak kewajiban lancar
dibanding asset lancar, maka biasanya perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas
ketika kewajiban lancarnya jatuh tempo (Hery:2015).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan
jenis data sekunder (Secondary data) yang bersumber dari laporan keuangan PT Mitra
Investindo Tbk (MITI) yang sudah di publikasikan di Bursa Efek Indonesia berupa laporan
keuangan yang sudah diaudit dan harga saham selama tahun 2010-2019. Populasi dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan pada PT Mitra Investindo Tbk dari tahun 2010
hingga tahun 2019.
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 data laporan
keuangan (10 tahun x 4 triwulan = 40). Adapun sampel dari penelitian ini adalah seluruh

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 23


populasi penelitian PT Mitra Investindo Tbk mulai Maret 2010 sampai Desember 2019. Maka
jumlah sampel penelitian ini adalah selama sepuluh tahun dalam bentuk laporan triwulan yang
berarti 10x4= 40 laporan keuangan. Oleh karena itu jumlah sampel penelitian ini adalah
sebanyak 40 sampel yang digunakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mengetahui perusahaan mengalami financial distress maka digunakan formula
Zmijewski untuk memprediksinya. Dengan analisis data sebagai berikut:
X = −4,3 - 4,5 X1 + 5,7 X 2 - 0,004 X3

RETURN ON ASSETS
Return on assets (ROA) adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap total
asetnya. Rasio ini digunakan untuk menilai kualitas dan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari pemanfaatan aset yang dimilikinya.
Tabel 2
Return On Assets PT Mitra Investindo Tbk Periode 2010 – 2019
EBIT/Total Assets
Tahun Triwulan (%)
I II III IV
2010 0,01 0,01 0,01 0,06
2011 0,07 0,10 0,15 0,23
2012 0,03 0,02 0,08 0,15
2013 0,05 0,08 0,09 0,14
2014 0,01 0,03 0,11 0,02
2015 -0,01 -0,03 -0,04 -0,72
2016 -0,03 -0,06 -0,08 -0,10
2017 0,00 -0,01 -0,02 -0,10
2018 0,09 0,04 0,13 0,05
2019 -0,01 -0,02 -0,04 -1,54
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat perkembangan Return On Assets pada PT Mitra
Investindo Tbk dari triwulan I tahun 2010 sampai triwulan IV tahun 2019 tidak selalu
mengalami kenaikan. Dimana pada triwulan IV tahun 2011 terjadi Return On Assets tertinggi
yaitu sebesar 0,23 %. Dan R eturn On Assets terendah terjadi pada triwulan IV tahun 2019 yaitu
sebesar -1,54 %.
Data di atas menunjukkan Return On Assets yang negatif disebabkan oleh laba
perusahaan yang mengalami kerugian. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu menghasilkan laba yang baik.

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 24


DEBT TO ASSETS RATIO
Debt to assets ratio (DAR) adalah rasio yang membandingkan antara total hutang de
ngan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan secara total. Semua
data diperoleh dari neraca perusahaan.
Tabel 3
Debt to Assets Ratio PT Mitra Investindo Tbk Periode 2010 – 2019
Total Liabilites/Total Assets
Tahun Triwulan (kali)
I II III IV
2010 0,42 0,72 0,73 0,69
2011 0,66 0,62 0,56 0,47
2012 0,42 0,41 0,44 0,36
2013 0,35 0,37 0,35 0,29
2014 0,31 0,31 0,24 0,25
2015 0,25 0,26 0,32 0,55
2016 0,57 0,59 0,60 0,62
2017 0,18 0,59 0,60 0,64
2018 0,47 0,50 0,47 0,49
2019 0,48 0,49 0,50 1,20
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat perkembangan Debt to Assets Ratio pada PT
Mitra Investindo Tbk dari triwulan I tahun 2010 sampai triwulan IV tahun 2019 tidak selalu
mengalami kenaikan. Dimana pada Debt to Assets Ratio tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun
2019 yaitu sebesar 1,20 kali. Dan Debt to Assets Ratio terendah terjadi pada triwulan I tahun
2017 yaitu sebesar 0,18 kali.
Data di atas menunjukkan Debt to Assets Ratio semakin rendah, maka semakin baik
keuangan perusahaan karena aman bagi kreditur saat likuidasi. Sebaliknya semakin tinggi Debt
to Assets Ratio, maka jaminan berupa aset yang ada dan uang yang diberikan oleh kreditor
dalam jangka panjang semakin terjamin karena Rp.1 utang jangka panjang bisa dijamin oleh
Rp. 1 aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

CURRENT RATIO
Current ratio (CR) adalah membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio ini untuk mengukur likuiditas perusahaan, namun difokuskan dalam jangka pendek.
Semua data diperoleh dari neraca perusahaan.
Tabel 4
Current Ratio PT Mitra Investindo Tbk Periode 2010 – 2019
Current Assets/Current Liabilities
Tahun Triwulan (Kali)
I II III IV
2010 1,22 1,26 1,20 1,27
2011 1,42 1,12 1,26 1,59

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 25


2012 1,74 1,87 1,91 2,61
2013 2,81 2,58 2,79 3,91
2014 3,47 3,50 2,26 2,50
2015 2,57 2,29 1,85 1,86
2016 1,81 1,77 1,74 1,70
2017 1,83 1,82 1,80 1,24
2018 1,80 1,84 2,15 1,80
2019 1,79 1,75 1,67 1,13
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat perkembangan Current Ratio pada PT Mitra
Investindo Tbk dari triwulan I tahun 2010 sampai triwulan IV tahun 2019 tidak selalu
mengalami kenaikan. Dimana pada Current Ratio tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2013
yaitu sebesar 3,91 kali. Dan Current Ratio terendah terjadi pada triwulan II tahun 2011 yaitu
sebesar 1,12 kali.
Data di atas menunjukkan Current Ratio yang sehat biasanya berkisar antara 1.5 dan 3.
Jika Current Ratio kurang dari 1 menandakan adanya masalah likuidasi di perusahaan.
Sebaliknya jika Current Ratio lebih dari 3 artinya perusahaan tidak menggunakan asetnya
secara efisien atau tidak mengelola modalnya dengan baik.

ANALISIS ZMIJEWSKI PT MITRA INVESTINDO Tbk


Tabel 5
Perhitungan Zmijewski PT Mitra Investindo Tbk Periode 2010 – 2019
Tahun Triwulan -4,3 4,5 X1 5,7 X2 0,004 X3 Zmijewski
2010 I -4,3 0,036 2,393 0,005 -1,948
II -4,3 0,063 4,101 0,005 -0,267
III -4,3 0,042 4,135 0,005 -0,213
IV -4,3 0,276 3,939 0,005 -0,643
2011 I -4,3 0,296 3,749 0,006 -0,853
II -4,3 0,429 3,513 0,004 -1,220
III -4,3 0,665 3,186 0,005 -1,784
IV -4,3 1,048 2,665 0,006 -2,689
2012 I -4,3 0,133 2,380 0,007 -2,060
II -4,3 0,074 2,322 0,007 -2,059
III -4,3 0,363 2,487 0,008 -2,183
IV -4,3 0,669 2,062 0,010 -2,918
2013 I -4,3 0,229 1,999 0,011 -2,541
II -4,3 0,360 2,109 0,010 -2,561
III -4,3 0,412 1,993 0,011 -2,730
IV -4,3 0,631 1,649 0,016 -3,297
2014 I -4,3 0,062 1,773 0,014 -2,603

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 26


II -4,3 0,125 1,781 0,014 -2,657
III -4,3 0,513 1,374 0,009 -3,448
IV -4,3 0,094 1,397 0,010 -3,007
2015 I -4,3 -0,054 1,418 0,010 -2,839
II -4,3 -0,156 1,498 0,009 -2,655
III -4,3 -0,202 1,844 0,007 -2,261
IV -4,3 -3,246 3,160 0,007 2,099
2016 I -4,3 -0,151 3,247 0,007 -0,909
II -4,3 -0,274 3,336 0,007 -0,696
III -4,3 -0,366 3,405 0,007 -0,535
IV -4,3 -0,458 3,534 0,007 -0,314
2017 I -4,3 -0,021 1,030 0,007 -3,256
II -4,3 -0,054 3,356 0,007 -0,898
III -4,3 -0,112 3,415 0,007 -0,780
IV -4,3 -0,450 3,676 0,005 -0,179
2018 I -4,3 0,420 2,687 0,007 -2,041
II -4,3 0,200 2,858 0,007 -1,649
III -4,3 0,570 2,701 0,009 -2,178
IV -4,3 0,227 2,794 0,007 -1,740
2019 I -4,3 -0,039 2,762 0,007 -1,506
II -4,3 -0,084 2,767 0,007 -1,456
III -4,3 -0,175 2,827 0,007 -1,305
IV -4,3 -6,922 6,860 0,005 9,478
Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 5 di atas terlihat bahwa perusahaan mengalami kondisi keuangan yang
berbeda-beda setiap tahun dan triwulannya. Nilai Zmijewski tertinggi dari tahun 2010 sampai
2019 adalah sebesar 9,478 pada triwulan IV tahun 2019 dan Zmijewski terendah yaitu sebesar
-3,448 pada triwulan III tahun 2014.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


1. Rasio Keuangan Zmijewski
Rasio-rasio yang digunakan dalam perhitungan Zmijewski untuk memprediksi kondisi
financial distress perusahaan meliputi Return On Assets, Debt to Assets Ratio dan Current Ratio.
Rasio yang paling digunakan untuk mengukur financial distress adalah rasio lancar (CR) karena
rasio lancar merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio yang
paling banyak dipakai untuk mengukur likuiditas perusahaan adalah current rasio. Karena rasio
ini menunjukkan “jaminan” yang diberikan oleh aktiva lancar untuk membayar seluruh
kewajiban lancar.
Debt To Asset Ratio merupakan rasio untuk menghitung seberapa jauh dana disediakan
oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial
leverage) yang tinggi. Perhitungan DAR ini menunjukkan semakin rendah nilai DAR, maka

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 27


semakin baik karena aman bagi kreditur saat likuidasi. Return On Asset merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang
tertentu. Rasio ini juga sering disebut sebagai ROI (return on investment).

2. Prediksi Financal Distress Berdasarkan Nilai X-Score


Setelah mengetahui nilai X-Score tahunan dan triwulan perusahaan selanjutnya akan
dilakukan penilaian tingkat financial distress perusahaan sesuai dengan formula Zmijewski X-
Score. Jika nilai X-Score kurang dari nol, maka perusahaan dikategorikan Sehat atau Tidak
Berpotensi Bangkrut. Sebaliknya, jika nilai X-Score memiliki lebih dari nol, maka perusahaan
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang Berpotensi Bangkrut.
Tabel 6
Kondisi Perusahaan PT Mitra Investindo Tbk Periode 2010-2019
Tahun Triwulan Klasifikasi Kondisi Tahun Triwulan Klasifikasi Kondisi
Perusahaan Perusahaan
2010 I Sehat 2015 I Sehat
II Sehat II Sehat
III Sehat III Sehat
IV Sehat IV Berpotensi Bangkrut
2011 I Sehat 2016 I Sehat
II Sehat II Sehat
III Sehat III Sehat
IV Sehat IV Sehat
2012 I Sehat 2017 I Sehat
II Sehat II Sehat
III Sehat III Sehat
IV Sehat IV Sehat
2013 I Sehat 2018 I Sehat
II Sehat II Sehat
III Sehat III Sehat
IV Sehat IV Sehat
2014 I Sehat 2019 I Sehat
II Sehat II Sehat
III Sehat III Sehat
IV Sehat IV Berpotensi Bangkrut
Sumber: Data diolah

Berdasarkan Tabel 6 di atas, terlihat bahwa klasifikasi kondisi PT Mitra Investindo Tbk
dari Triwulan I tahun 2010 hingga triwulan III tahun 2015 perusahaan diprediksi sebagai
perusahaan sehat (tidak berpotensi bangkrut). Kemudian pada triwulan IV tahun 2015
perusahaan dikategorikan berpotensi mengalami bangkrut. Pada triwulan I tahun 2016 hingga
triwulan III tahun 2019 perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan sehat. Dan pada triwulan
IV tahun 2019 perusahaan kembali teridentifikasi dalam keadaan bangkrut.
Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 28
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan pada PT Mitra Investindo Tbk
berpotensi mengalami kebangkrutan dikarenakan mulai banyaknya perusahaan-perusahaan
yang harus memperbaharui sistem bisnis mereka demi mencapai tujuan perusahaan. Terlebih
lagi akibat krisis Ekonomi yang sedang melanda Indonesia. Hal ini disebabkan oleh laba
operasi perusahaan yang bernilai negatif bahkan terjadinya tahap penurunan kondisi
keuangan perusahaan terus menerus.
Untuk menghindari terjadinya Financial Distress, pihak manajemen perusahaan perlu
mengambil tindakan untuk melakukan merger atau takeover, maksudnya agar perusahaan
mampu untuk membayar utang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik. Serta dapat
memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
Analisis kebangkrutan yang sering digunakan adalah metode Altman Z-Score, Springate
dan Zmijewski. Analisis kebangkrutan tersebut dikenal memiliki tingkat akurasi yang tinggi,
selain caranya mudah keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutan pun cukup
akurat. Menurut Mey tingkat akurasi prediksi financial distress dengan menggunakan metode
Springate dan Zmijewski memiliki tingkat akurasi yang tinggi sebesar 100% dibandingkan
metode Altman Z-Score dengan tingkat akurasinya sebesar 50%.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada Bab sebelumnya mengenai “Analisis
Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada PT Mitra Investindo Tbk
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”. Maka, kesimpulan dari penelitian adalah PT Mitra
Investindo Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 triwulan I sampai tahun 2015
triwulan III tidak mengalami financial distress (Sehat) berdasarkan metode Zmijewski X-Score.
Kemudian tahun 2015 triwulan IV mengalami financial distress berdasarkan metode Zmijewski
X-Score. Pada tahun 2016 triwulan I sampai tahun 2019 triwulan III tidak mengalami financial
distress (Sehat) berdasarkan metode Zmijewski X-Score. Dan mengalami financial distress
berdasarkan metode Zmijewski X-Score pada tahun 2019 triwulan IV yang Berpotensi
mengalami Kebangkrutan.

DAFTAR PUSTAKA
Agus S. Irfani, Manajemen Keuangan Dan Bisnis Teori Dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka, 2020.
Asmadi Alsa. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014.
Budi Rahardjo. Keuangan Dan Akuntansi Untuk Manajer Non Keuangan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 20017.
Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2008.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Dan Terjemahan. Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2014.
Francis Hutabarat, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: IKAPI Banten, 2020.
Harmono. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus Dan
Riset Bisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.
Hery. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: CAPS, 2015.

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 29


Hidayat, Muhammad Arif, and Wahyu Meiranto. “Prediksi Financial Distress Perusahaan
Manufaktur Di Indonesia (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012).” PhD Thesis, Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, 2014.
Husein Umar. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis Edisi Kedua. Bandung: PT Raja
Grafindo Persada, 2013.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Jakarta: Salemba Empat,
2013.
Imam Mas’Ud dan Reva Maymi Srengga. “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,” n.d.
Irham Fahmi. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta, 2012.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan, n.d.
Kasmir dan Jakfar. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2009.
M. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah Surah Al-Fatihah Al-Baqarah Volume I. Jakarta: Lentera
Hati, 2002.
Mamduh dan Abdul Halim. Analisis Laporan Keuangan. Kelima Cetakan Pertama. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2016.
Maria Beppy Yolanda. “Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Profitabilitas
Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang
Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016 - Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri.” Accessed November 09, 2020.
Mudrajat Kuncoro. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga, 2012.
Muflihah, Intan Zakiyatul. “Analisis Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di Indonesia
Dengan Regresi Logistik.” Majalah Ekonomi 22, no. 2 (2017): 254–69.
S. Munawir. Analisis Laporan Keuangan. Empat Belas Cetakan Keempat Belas. Yogyakarta:
Liberty, 2007.
Noviantari, Ni Wayan, and Ni Made Dwi Ratnadi. “Pengaruh Financial Distress, Ukuran
Perusahaan, Dan Leverage Pada Konservatisme Akuntansi.” E-Jurnal Akuntansi 11, no.
3 (2015): 646–60.
Peter, and Yoseph. “Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman, Springate Dan
Zmijewski Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005–2009.” Maksi 4, no. 2
(2011): 220173.
“PT. Mitra Investindo Tbk [MITI] | IDNFinancials.” Accessed November 09, 2020.
https://www.idnfinancials.com/id/miti/pt-mitra-investindo-tbk.
Rudianto. Akuntansi Manajemen Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis. Jakarta:
Erlangga, 2013.
Salatin, Aswind. “Penerapan Model Altman (Z-Score) Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada
Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2011.” Jurnal
Administrasi Bisnis 6, no. 2 (2013).
Samryn. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Kencana, 2012.
“Sejarah Dan Profil Singkat MITI (Mitra Investindo Tbk) | Britama.Com.” Accessed March 25,
2021. http://britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profil-singkat-miti/.

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 30


Setiawati, Mey Handayani. “Analisis Metode Altman Z-Score, Springate, Dan Zmijewski Untuk
Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2015,” 2017.
Sofyan Syafri Harahap. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Pertama Cetakan Tiga Belas.
Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2016.
Tafsir Ringkas Al-Qur’an Al-Karim. Cetakan Kedua. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-
Qur’an, 2016.
Tajul Arifin. Statistik Penelitian. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013.
Zaki Baridwan. Intermediate Accounting. Yogyakarta: PFE-Yogyakarta, 2012.

Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 31


\

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI


FINANCIAL DISTRESS PADA CV. TIMORESE COMPUTER

Olga J.N. Tlonaen 1; Pius Bumi Kellen 2; dan Beatus Bala 3

ABSTRACT

Financial statements can be used as a basis for measuring the health of a company through existing
financial ratios. Financial conditions that decline in companies experiencing bankruptcy conditions
are often referred to as financial distress. The purpose of this study is to determine the liquidity ratio
(current ratio, quick ratio, cash ratio), profitability (return on assets, return on equity), leverage (debt
to assets ratio, debt to equity ratio) and activity (inventory turnover, total assets turn over) predicts
financial distress. This research was conducted on CV. Timorese Computer, Jalan Tompello No.23,
Oetete, Oebobo, Kupang, East Nusa Tenggara. This study uses a quantitative descriptive method. The
data analysis technique used in this research is secondary data and quantitative descriptive using
industry standards. The results of this study indicate that liquidity (current ratio, quick ratio, cash
ratio) experience financial distress, while profitability (return on assets, return on equity), leverage
(debt to assets ratio, debt to equity ratio) not experiencing financial distress as well as with activities
using the total assets turnover that results are not experiencing financial distress.

Keywords: financial distress, liquidity, profitability, leverage, activity.

PENDAHULUAN
Perekonomian dewasa ini telah menimbulkan kesulitan yang sangat besar terhadap
perekonomian nasional terutama kemampuan dunia usaha dalam mengembangkan usahanya.
Kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan, kinerja
maupun keuangan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan merupakan sumber informasi
perihal kondisi keuangan perusahaan, baik kondisi keuangan tahun berjalan maupun tahun-
tahun sebelumnya. Laporan Keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu
perusahaan melalui rasio-rasio keuangan yang ada. Financial distress didefinisikan sebagai

1
Alumni IABI FISIP Tahun 2021
2 3
- Dosen IABI FISIP Undana

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 25
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba dan
juga sebagai likuidasi perusahaan. Maka financial distress adalah keadaan perusahaan dimana
memiliki potensi untuk mengalami kebangkrutan karena perusahaan tidak mampu membayar
kewajiban-kewajibannya dan menghasilkan laba kecil yang memberikan dampak pada
perubahan modal sehingga perlu restrukturisasi pada perusahaan yang bersangkutan (Munawir,
2004:22).
Rasio-rasio keuangan yang sering digunakan untuk memprediksi kondisi financial
distress antara lain rasio likuiditas, profitabilitas, Leverage, dan aktivitas.

STUDI PUSTAKA
Laporan Keuangan
Laporan keuangan sudah merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan
melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan
kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini.
Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan
sekarang dan kedepan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun
kekuatan yang dimilikinya (Kasmir, 2016:7).
Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan ini hanya menyederhankan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos lainya. Dengan penyerdehanaan ini kita dapat
membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan
penilaian (Sofyan, 2013:297). Beberapa analisis rasio yang sering di gunakan yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mempunyai kemampuan untuk mengelola perusahaan
untuk dapat memenuhi kewajiban atau untuk membayar hutang jangka pendeknya. Jika
perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya, maka perusahaan tersebut di nilai
sebagai perusahaan yang likuid. Rasio likuiditas menurut (Kasmir, 2016:134) terdiri dari:
Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio.
2. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 26
prusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio Profitabilitas menurut (Syamsuddin,
2011:61) secara umum terdiri dari: Return on Assets dan Return on Equity.
3. Financial Leverage Ratio
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang. Rasio ini menggunakan utang dan modal untuk mengukur besarnya rasio
utang yang dimaksudkan, jadi dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh
suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva, modal serta menanggung
beban tetap melainkan juga untuk memperbesar penghasilan (Sofyan,2013:195).
Laverage Ratio menurut (Kasmir, 2016:157) terdiri dari: debt to asset ratio (debt
ratio), debt to equity ratio.
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan unuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengkur tingkat efisiensi (efektifitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di biro
penjualan sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. (Kasmir, 2016:
177)
Aktivitas Rasio menurit (Kasmir, 2016:177) terdiri dari: Perputaraan Sediaan dan
Total Assets Turn Over.

Financial Distress
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami financial distress
didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk
menghasilkan laba dan juga sebagai likuidasi perusahaan (Munawir, 2004:22).

METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup dan Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yaitu jenis penelitian yang dilakukan
terfokus pada suatu kasus tertentu dengan mengumpulkan data yang sesuai keadaan yang
sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya sehingga dapat memberikan perbandingan yang

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 27
cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui likuiditas, profitabilitas, leverage dan aktivitas
memprediksi kondisi financial distress pada CV. Timorese Computer Kota Kupang tahun
2017-2020.

Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptifkuantitatif
yang terdiri atas data dari CV. Timorese Computer Kota Kupang selama kurun waktu 2017-
2020.

Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependent.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Variabel Independent
Variabel independent pada penelitian ini adalah likuiditas, profitabilitas,
laverage, aktivitas.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Financial Distress.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Sumber data ada dua yaitu data
primer dan data sekunder.

Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara, adalah melakukan tanya jawab langsung dengan responden dengan
terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan-pertanyaan terstruktur menurut
konsep atau variabel penelitian ini.
2. Observasi, adalah pengamatan langsung situasi atau keadaan aktivitas dan
kegiatan-kegiatan produksi oleh peneliti langsung pada objek penelitian.
3. Dokumentasi, adalah pengumpulan data informasi yang dilakukan dengan
pengambilan foto atau gambar pada saat pengumpulan data. Atau pengambilan dokumen

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 28
atau informasi yang sudah ada pada perusahaan.

Teknik Analisis Data


Data primer maupun data sekunder yang diperoleh hasil penelitian ditabulasi
menggunakan software excel. Deskriptif kuantitaif menggunakan rasio-rasio keuangan.

HASIL
Rekap Hasil Analisis Rasio dan Prediksi Rasio Keuagan Terhadap Financial Distressdisajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekap Analisis Rasio dan Prediksi Rasio Keuangan
CV.Timorese Computer Tahun 2021
Hasil Financial Distress
Hasil
Analisis
Prediks Standar
Rasio Keuangan Rasio 2017-
i Tahun Industri 2021
Tahun 2020
2021
2017-2020
Current Ratio 90.15% 70.70% 200% Ya Ya
Quick Ratio 27.52% 35.96% 150% Ya Ya
Cash Ratio 5.62% -5.35% 50% Ya Ya
Return on Assets 49.37% -16.78% 30% Tidak Ya
Return on Equity 57.32% -21,78% 40% Tidak Ya
Debt to Assets Ratio 20,25% 39,37% 35% Tidak Ya
Debt to Equity Ratio 30,24% 72,16% 90% Tidak Tidak
Perputaraan Sediaan 10.25 kali 0.80 kali 20 kali Ya Ya
Total Assets Turn
6.67 kali -0.27 kali 2 kali Tidak Ya
Over
Sumber: Hasil analisis dan prediksi rasio keuangan
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2017-2020 ada ada lima (5) rasio yang tidak
mengalami financial distress (Return on Assets, Return on Equity, Debt to Asset Ratio, Debt
to Equity Ratio, dan Total Assets Turn Over) dan pada tahun 2021 diprrediksi bahwa semua
rasio mengalami financial distress.
1. Rasio Likuiditas
Hasil penelitian menunjukkan likuiditas perusahaan yang ditunjukkan dalam current
ratio, quick ratio, cash ratio perusahaan mengalami financial distress karena keadaan tersebut
tidak sesuai dengan standar industri rasio. Hasil tersebut sesuai dengan teori Dewi (2018)

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 29
bahwa jika perusahaan memiliki persentase CR, QR, CSR yang rendah maka perusahaan
tersebut dapat dikatakan dalam kondisi financial distress. Dan hasil prediksi pada tahun 2021
ternyata perusahaan masih mengalami financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan
peneliti Noviandri (2015) yang menyatakan bahwa variabel current ratio berpengaruh terhadap
financial distress, berbeda dengan peneliti Carolina, et al (2017) yang menyatakan bahwa rasio
likuiditas tidak berepengaruh/tidak dapat digunankan untuk memprediksi financial distress.
Hasil penelitian ini dalam keadaan tidak sehat menurut standar rasio dikarenakan
komposisi aset lancar tidak cukup menutupi semua utang lancar maka perusahaan perlu
berupaya menaikan aset lancar sehingga, dapat untuk menutupi semua utang lancar dan tahun
2021 perusahaan tidak mengalami financial distress seperti yang diprediksikan.

2. Rasio Profitabilitas
Hasil penelitian menunjukan profitabilitas perusahaan yang ditunjukkan dalam return
on asset dan return on equity tidak mengalami financial distress karena sesuai atau memenuhi
standar industri rasio. Hasil tersebut sesuai dengan teori (Alexandri, 2008) bahwa apabila
persentase rasio ini meningkat atau lebih dari standar industri, berarti profitabilitas
perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang
dinikmati oleh pemilik perusahaan. Kemungkinan terjadinya financial distress akan semakin
rendah. Sebaliknya kemungkinan terjadinya financial distress apabila persentase semakin
rendah yang menunjukkan kinerja keuangan tidak baik dimana perusahaan tidak mampu
mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan sehingga profitabilitas
menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti Carolina, et al (2017) mengatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh atau dapat digunakan untuk memprediksi financial distress.
Tetapi, hasil prediksi pada tahun 2021 kedua rasio yang digunakan ternyata mengalami
financial distress karena adanya penurunan persentase dari ROA dan ROE yang besar di tahun
2020 sehingga hasil tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil prediksi.
Hasil penelitian ini dalam keadaan sehat pada tahun 2017-2020 menurut standar
rasio. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih perusahaan
baik, yang didapatkan dari memanfaatkan aset dan juga ekuitas yang dimiliki, tetapi prediksi
tahun 2021 dalam keadaan tidak sehat dikarenakan adanya penurunan laba bersih yang cukup

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 30
besar sebagai akibat dari pandemi Covid- 19 maka perusahaan perlu berupaya menaikan laba
bersih walaupun perusahaan dalam keadaan sehat, sehingga terhindar dari kondisi financial
distress yang di prediksikan.

3. Financial Laverage
Hasil penelitian menunjukan laverage perusahaan yang ditunjukkan dalam debt to
asset ratio dan debt to equity ratio tidak mengalami financial disitress karena di bawah
standar industri rasio. Hasil tersebut sesuai dengan teori (Dewi 2018) bahwa semakin rendah
rasio maka kinerja keuangan perusahaan semakin baik dan terhindar dari financial distress.
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Noviandri (2015) yang menyatakan bahwa utang
atau kewajiban yang besar pada perusahaan akan dapat mengalami kesulitan keuangan. Tetapi,
hasil prediksi pada tahun 2021 rasio DAR yang digunakan ternyata mengalami financial
distress karena adanya peningkatan persentase dari DAR yang besar di tahun 2020 sehingga hasil
tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil prediksi. Hasil penelitian ini dalam keadaan sehat
pada tahun 2017-2020 menurut standar rasio tetapi prediksi DAR tahun 2021 dalam keadaan
tidak sehat karena adanya peningkatan total hutang yang besar akibat dari pandemi Covid-19
maka perusahaan perlu berupaya memaksimalkan penjualan di tahun berikutnya agar tidak
bergantung pada hutang untuk membiayai aset.

4. Aktivitas
Hasil penelitian menunjukan aktivitas perusahaan yang ditunjukkan dalam perputaran
sediaan perusahaan mengalami financial distress karena keadaan tersebut tidak sesuai dengan
standar industri rasio. Hasil ini sesuai dengan teori (Kasmir 2016:177) bahwa jika hasil rasio
tinggi maka proses penjualan barang termasuk cepat dengan demikian kemungkinan barang
mengalami kerusakan atau tertinggal hingga usang berkurang, begitupun sebaliknya jika hasil
rasio rendah maka proses penjualan barang termasuk lambat dengan demikian kemungkinan
barang mengalami kerusakan atau tertinggal hingga usang bertambah. Sedangkan hasil
penelitian total asset turn over tidak mengalami financial distress karena keadaan tersebut
sesuai dengan standar industri rasio. Hasil ini sesuai dengan teori (Kasmir 2016:178) bahwa
semakin efektif pengelolaan perusahaan yang ditunjukkan maka perusahaan dianggap mampu

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 31
dalam mengatasi kesulitan keuangannya (financial distress). TATO memberikan pengaruh
yang besar terhadap jaminan situasi keuangan yang terjadi maupun kemampuan terhindar dari
financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Noviandri (2017) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi rasio ini semakin efisien penggunaan aset, dan TATO
berpengaruh terhadap financial distress.
Tetapi, hasil prediksi pada tahun 2021 kedua rasio yang digunakan ternyata mengalami
financial distress di karenakan adanya penurunan persentase dari perputaran sediaan dan
TATO yang besar di tahun 2020 sehingga hasil tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil
prediksi.
Kedua rasio ini mempunyai hasil yang berbeda, dilihat dari hasil penelitian tersebut
yang paling efektif digunakan untuk menentukkan sebuah perusahaan mengalami financial
distress adalah TATO karena TATO dianggap menjadi tolak ukur akan efektifitas perusahaan
dalam mengelola keuangan terutama pada bagian aset.
Hasil penelitian ini dalam keadaan sehat menggunakan TATO menurut standar rasio
tetapi prediksi tahun 2021 dalam keadaan tidak sehat. Hal ini dikarenakan penjualan
perusahaan mengalami penurunan yang cukup besar sebagai akibat dari pandemi Covid-19 maka
perusahaan perlu berupaya menaikan penjualan sehingga terhindar dari kondisi financial
distress yang di prediksikan.

SIMPULAN
1. Rasio likuiditas perusahaan yang ditunjukkan dalam current ratio, quick ratio, cash ratio
perusahaan mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa
di tahun 2021 ternyata masih mengalami kesulitan keuangan.
2. Rasio profitabilitas yang ditunjukkan dalam return on asset dan return on equity tidak
mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa di tahun 2021
ternyata perusahaan mengalami distress.
3. Rasio laverage yang ditunjukkan dalam debt to asset ratio dan debt to equity ratio tidak
mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa di tahun 2021
ternyata perusahaan mengalami distress di rasio DAR.
4. Rasio aktivitas perusahaan lebih efektif menggunakan rasio total assets turn over dengan

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 32
hasil tidak mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa di
tahun 2021 ternyata perusahaan mengalami distress.
5. ROA menurun dikarenakan total asset dan total ekuitas yang dimiliki perusahaan tidak
dimanfaatkan secara baik sehingga menyebabkan penurunan laba atau bahkan kerugian.

DAFTAR PUSTAKA
Alexandri, Moh. Benny, 2008. Manajemen Keuangan Bisnis: Teori dan Soal. Bandung:
Penerbit Alfabet.

Dewi, Ni Luh Putu Ari, I. Dewa Made Endiana, and I. Putu Edy Arizona. 2019. "Pengaruh Rasio
Likuiditas, Rasio Leverage Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur." Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (Kharisma) 1.1
(2019): 322-333.

Kasmir, 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press. Kelima. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.

Munawir, S., 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Yogyakarta: Liberty.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)., 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Jakarta: Salemba Empat.

Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 33
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan


Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2014-2016

Indira Shofia Maulida1,Srie Hartutie Moehaditoyo2, Mulyanto Nugroho3


Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas 17 Agustus Surabaya
e-mail. Indira.shofia@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas,
aktivitas, pertumbuhan terhadap terjadinya financil distress pada perusahaan manufaktur periode 2014-2016.
Teknik analisis datanya meggunakan PLS (Partial Least Square) yang bertujuan untuk memprediksi besar
pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio, ROA, ROE, NPM, Receviable
Turn Over, Growth Ratio terhadap financial distress yang dilihat dari nilai EPS bernilai negatif 2 tahun
berturut-turut. Hasil dari uji hipotesis bahwa rasio Likuiditas menunjukkan positive tidak signifikan terhadap
terjadinya financial distress sedangkan rasio solvabilitas dan rasio pertumbuhan menunjukan positive
signifikan kemudian rasio aktivitas dan profitabilitas menunjukkan bahwa negative signifikan terhadap
financial distress. Dilihat dari nilai R-Square kontribusi pengaruh likuiditas, solvabilitas, profitabilitas,
aktivitas, pertumbuhan terhadap financial distress sebesar 48,9 %.

Kata Kunci : Rasio Keuangan, Financial Distress, Laporan Keuangan

Financial Ratio Analysis For Predicting Financial Distress In Manufacturing Companies Listed
In Indonesia Stock Exchange

ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the effect of liquidity ratio, solvency, profitability, activity, growth
on the occurrence of financil distress in manufacturing companies for the period 2014-2016. The data
analysis technique uses PLS (Partial Least Square) which aims to predict the influence of Current Ratio,
Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio, ROA, ROE, NPM, Receivable Turn Over, Growth Ratio
to financial distress seen from EPS value is negative 2 years in a row. The results of the hypothesis testing
that the Liquidity ratio shows no significant positive to the occurrence of financial distress while the
solvency ratio and growth ratio show a significant positive then the activity and profitability ratios show
that the negative is significant to financial distress. from the value of R-Square the contribution of the effect
of liquidity, solvency, profitability, activity, growth on financial distress is 48.9%.

Keyword : Financial Ratio, Financial Distress, Financial Statements

A. LATAR BELAKANG perlambatan yang lebih cepat dari yang


Pada tahun 2015 laju perekonomian diperkirakan. Hal ini berakibat pada kegiatan
global mengalami ketidakstabilan. Menurut impor maupun ekspor di China yang
IMF (International Monitery Bank) pada mencerminkan melemahnya investasi dan
Januari 2016, dalam World Economic aktivitas manufaktur. Kondisi tersebut dapat
Outlook, pertumbuhan perekonomian di memicu ketidakstabilan perekonomian baik
China mengalami perkembangandan dinegara maju maupun negara berkembang.

179
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Salah satu negara yang terkena efek dari terjadinya financial distress pada perusahaan
kondisi perekonomian tersebut adalah manufaktur periode 2014-2016 yang dilihat
Indonesia. Banyak hal yang ditimbulkan dari dari niali EPS dengan mengalami penurunan
kondisi ketidakstabilan yang terjadi di selama 2 tahun berturut-turut yang pada kali
Indonesia yang berdampak negatif pada ini pada penelitian tahun 2014-016 dengan
sektor-sektor vital perekonomian, khususnya menggunakan alat uji PLS sebgai alat untuk
perusahaan yang berada di Indonesia. Banyak melihat adanya pengaruh dari setiap variabel
perusahaan yang terkena dampak goncangan dalam memprediksi financial distress.
dari kondisi ketidakstabilan perekonomian di
Indonesia, tak terkecuali perusahaan manu B. LANDASAN TEORI
faktur. Perusahaan manufaktur merupa kan 1. Penelitian terdahulu
perusahaan terbanyak yang terdaftar di Bursa 1) Penelitian Ni Luh Made Ayu Widhiari,
Efek Indonesia. Perusahaan ini dapat Ni K Lely Aryani Merkusiawati (2015) yang
mendorong pertumbuhan perekonomian berjudul “pengaruh rasio likuiditas,
secara cepat dan stabil bagi keseluruhan leverage, operating capacity, dan sales
perekonomian Indonesia (World bank, 2016). growth terhadap financial distress”.
Selama periode 2014-2016 jumlah Populasinya adalah perusahaan manufaktur
perusahaan yang terdelisting dari Bursa Efek yang terdaftar di BEI 2010-2013 dan sampel
Indonesia berjumlah 20 perusahaan, diantara sebanyak 152 perusahaan dengan hasil rasio
nya 8 dari 20 perusahaan yang terdelisting likuiditas, operating capacity, dan sales
adalah perusahaan manufaktur. Banyak faktor growth berpengaruh negatif secara
yang menyebabkan perusahaan harus signifikan terhadap financial distress.
terdelisting dari Bursa Efek Indonesia dan sementara itu rasio leverage tidak mampu
terancam terkena financial distress. Salah satu mempengaruhi kemungkinan financial
faktornya meliputi penurunan kinerja distress pada perusahaan.
perusahaan yang ditandai dengan ketidak 2) Penelitian Muhammad Arif Hidayat,
cukupan modal, besarnya beban utang, dan Wahyu Merianto (2014) yang berjudul
bunga. Berikut data perusahaan manufaktur “prediksi financial distress perusahaan
yang teridikasi financial distress yang dilihat manufaktur di indonesia yang terdaftar di
dari Earning per share (EPS) pada tabel 1: BEI 2007-2012” variabel yang diteliti
(www.sahamok.com) likuiditas, leverage, aktivitas, dan
Bisa dilihat dari grafik gambar 1 profitabilitas dengan populasi seluruh
adalah hasil dari nilai EPS yang negatif pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2007-
2 tahun berturut-turut dan penurunan paling 2012. dan sampel sebanyak 295 perusahaan
tajam terjadi pada tahun 2014 dengan dengan hasil rasio yang paling andal dalam
perusahaan kode ARGO dan pada tahun 2015 memprediksi financial distress di perusahaan
dengan kode perusahaan ARGO dan ditahun adalah rasio leverage, likuiditas, aktivitas
2016 dengan kode perusahaan ARGO karena sedangkan rasio profitabilitas adalah satu-
pada 3 tahun penelitian nilai EPS menunjuk satunya rasio yang tidak signifikan dalam
kan data minus setiap tahunnya. memprediksi financial distress.
Keterbaruan dalam penelitian ini
adalah dengan tujuan untuk menganalisa
pengaruh rasio likuiditas ,solvabilitas,
profitabilitas, aktivitas, pertumbuhan terhadap

180
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Tabel 1.
Earning per share (EPS)
Perusahaan yang Terindikasi Financial Distress

Terindikasi Financial Distress

NO EMITEN EPS

2014 2015 2016


1 KBRI 2.02 -17.93 -8.2
2 NIKL -35.21 -34.21 9.07
3 KRAS -118.1 -297.35 -94.51
4 SMCB 87.22 22.85 -20.88
5 IKAI -33.16 136.22 -29.7
6 KIAS 5.87 -10.16 -4.75
7 ALMI 3.16 -87.04 -97.45
8 GDST -1.7 -6.73 3.66
9 JKSW -64.21 -153.98 5.17
10 JPRS -9.24 -29.32 -25.33
11 PSDN -21.27 -32.66 -11.55
12 KICI 34.08 -94.21 -0.88
13 IMAS -46.36 -16.54 -81.47
14 ADMG -77.13 -91 -97.31
15 ARGO -1124.2 -476.66 -435.97
16 ESTI -39.43 -75.11 24.05
17 HDTX -62.35 -84.17 -51.85
18 MYTX -48.82 -81.25 -56.67
19 POLY -398.31 -104.46 -69.48
20 SSTM -10.97 -8.94 -3
21 TFCO -11.91 -4.97 7.78
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017 Diolah Oleh Peneliti

181
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Gambar 1.
Perusahaan Yang terindikasi Financial Distress

3) Penelitian Deny Liana dan Sutrisno tagihan-tagihan, dan mencari dana. Tetapi,
(2014) yang berjudul “Analisis Rasio manajer keuanganpun harus mampu
Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi menginvestasikan dana, Mulyanto Nugroho
Financial Distress Perusahaan dkk (2017:1420) menyatakan membuat
Manufaktur”. Dengan variabel rasio keputusan investasi adalah untuk
likuiditas, profitabilitas, leverage dan mengoptimalkan penggunaan dan dan
pertumbuhan. Populasi yang digunakan pengembangan aset yang dimiliki oleh
seluruh perusahaan manufaktur 2009- perusahaan. Investasi juga untuk
2012 dengan sampel 81 perusahaan dan mendapatkan keuntungan di masa depan.
mendapatkan hasil rasio keuangan yang Investasi pada aset keuangan juga dapat
signifikan mempengaruhi financial dilakukan di pasar modal, berupa saham,
distress adalah rasio profitabilitas. obligasi dan lain-lain. Mengatur kombinasi
Sedangkan rasio leverage dan sumber dana yang optimal, serta
pertumbuhan tidak berpengaruh secar pendistribusian keuntungan (pembagian
signifikan terhadap financial distress, deviden) dalam rangka meningkatkan nilai
sementara likuiditas berpengaruh negatif perusahaan. Pengaturan kombinasi sumber
tetapi tidak signifikan. dana berikut kebijakan deviden merupakan
penentu besar kecilnya beban finansial dan
2. Manajemen Keuangan resiko finansial. Untuk memenuhi
Pada setiap perusahaan manajer kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus
keuangan mempunyai peranan penting mampu mencari sumber dana dengan
dalam perusahaan. Tugas manajer keuangan komposisi yang menghasilkan beban biaya
tidak hanya mencatat, membuat laporan, paling murah. Hal tersebut harus dapat
mengendalikan posisi kas, membayar diupayakan oleh manajer keuangan.

182
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Menurut Sutrisno (2012:3) 4. Rasio Keuangan


pengertian manajemen keuangan adalah : “ a. Menurut Harahap (2016:297) rasio
Manajemen keuangan atau sering disebut keuangan adalah angka yang
pembelanjaan dapat diartikan sebagai diperoleh dari hasil perbandingan dari
semua aktivitas perusahaan yang satu pos laporan keuangan dengan
berhubungan dengan usaha-usaha pos lainnya yang mempunyai
mendapatkan dana perusahaan dengan hubungan yang relevan dan
biaya yang murah serta usaha untuk signifikan.
menggunakan dan mengalokasikan dana b. Manfaat analisis rasio keuangan
tersebut secara efisien”. sangat penting. Rasio keuangan dapat
digunakan untuk mengevaluasi
3. Laporan keuangan kondisi keuangan perusahaan dan
a. Menurut Mamduh M.Hanafi dan Abdul kinerjanya. Dengan membandingkan
Halim dalam buku Analisis Laporan rasio keuangan perusahaan dari tahun
Keuangan (2016:63), Laporan Keuangan ke tahun dapat dipelajari komposisi
adalah laporan yang diharapkan bisa perubahan dan dapat ditentukan
memberi informasi mengenai perusaha apakah terdapat kenaikan atau
an, dan digabungkan dengan informasi penurunan kondisi dan kinerja
yang lain, seperti industri, kondisi perusahaan selama waktu tersebut.
ekonomi, bisa memberikan gambaran
yang lebih baik mengenai prospek dan 1. Jenis-Jenis Rasio
risiko a. Rasio Likuiditas adalah rasio yang
b. Tujuan analisa laporan keuangan adalah digunakan untuk mengukur seberapa
sebagai berikut: likuidnya suatuperusahaan. Caranya
1. Screening Analisa dilakukan dengan adalah dengan membandingkan
tujuan untuk mengetahui situasi dan komponen yang ada di neraca, yaitu
kondisi perusahaan dari laporan total aktiva lancar dengan total passiva
keuangan taanpa pergi langsung ke lancar (utang jangka pendek).
lapangan b. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang
2. Understanding Memahami perusahan, menunjukkan kemampuan perusahaan
kondisi keuangan dan hasil usahanya dalam memenuhi segala kewajibannya
3. Forecasting Analisa dilakukan untuk baik jangka pendek maupun jangka
meramalkan kondisi keuangan panjang apabila perusahaan dilikuidasi.
perusahaan dimas yang akan datang c. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang
4. Diagnosis Analisa dimaksudkan untuk digunakan untuk mengukur
melihat kemungkinan adanya kemampuan suatu perusahaan dalam
masalah-masalah yang terjadi, baik mendapatkan laba. Perhatian ditekan
dalam manajemen, operasi, keuangan kan pada rasio ini karena hal ini
atau masalah-masalah lain dalam berkaitan erat dengan kelangsungan
perusahaan. hidup perusahaan
5. Evaluation Analisa dilakukan umnuk d. Rasio Aktivitas adalah rasio yang
menilai prestasi manajemen dalam digunakan untuk mengukur efisiensi /
mengelola perusahaan efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya.

183
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

e. Rasio Pertumbuhan adalah Rasio tersebut akan sulit mendapatkan sumber


pertumbuhan yang dijelaskan oleh pembiayaan. Kesulitan yang dihadapi
Irham Fahmi (2015:137) menyebutkan perusahaan akan menghambat kinerja
sebagai berikut:Rasio pertumbuhan perusahaan dan dapat memicu financial
yaitu rasio yang menguukur seberapa distress.
besar kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan posisinya didalam 3. Kerangka Konseptual
industri dan dalam perkembangan Kerangka konseptual penelitian
ekonomi secara umum. menurut sugiyono (2017:58) merupakan
uraian sistematis tentang teori (dan bukan
2. Financial Distress sekedar pendapat pakar atau penulis buku)
Kondisi financial distress suatu dan hasil-hasil penelitian yang relevan
perusahaan didefinisikan sebagai kondisi dengan variabel yang diteliti. Berapa
dimana hasil operasi perusahaan tidak jumlah kelompok teori yang perlu
cukup untuk memenuhi kewajiban perusaha dikemukakan/dideskripsikan, akan tergan
an. Financial distress adalah konsep luas tung pada luasnya permasalahan dan secara
yang terdiri dari beberapa situasi di mana teknik tergantung pada jumlah variabel
suatu perusahaan menghadapi masalah yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian
kesulitan keuangan. terdapat 3 variabel independen dan 1
Prediksi Financial Distress Peneliti- dependen, maka kelompok teori yang perlu
peneliti terdahulu yang melakukan dideskripsikan ada 4 kelompok teori, yaitu
penelitian tentang financial distress kelompok teori yang berkenaan dengan 3
menggunakan salah satu dari beberapa variabel dan 1 dependen. Oleh karena itu,
metode yang bisa digunakan untuk semakin banyak variabel yang diteliti, maka
memprediksi suatu perusahaan berada akan semakin banyak teori yang perlu
dalam kondisi financial distress, salah dikemukakan. Kerangka konseptual dapat
satunya adalah metode EPS digunakan dilihat pada gambar 2
karena perusahaan yang mengalami kondisi

Gambar 2.
Kerangka Konseptual

Rasio likuiditas

Rasio solvabilitas Financial


Distress
Rasio Profitabilitas

Rasio Aktivitas

Rasio Pertumbuhan

184
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

4. Hipotesis nilai negative selama 2 tahun berturut


H1 : terdapat pengaruh signifikan rasio turut
likuiditas terhadap terjadinya
financial distress suatu perusahaan Variabel Bebas (Independent Variabel)
H2 : terdapat pengaruh signifikan rasio (X)
solvabilitas terhadap terjadinya a. Rasio Likuiditas (X1)
financial distress suatu perusahaan Current asset to total asset (CA/TA).
H3 : terdapat pengaruh signifikan rasio Current asset to total asset (CA/TA)
profitabilitas terhadap terjadinya mengukur besarnya asset lancar yang
financial distress suatu perusahaan dimiiki perusahaan terhadap total
H4 : terdapat pengaruh signifikan rasio asset. Rumus :
aktivitas terhadap terjadinya
financial distress suatu perusahaan
H5 : terdapat pengaruh signifikan rasio b. Rasio solvabilitas (X2)
pertumbuhan terhadap terjadinya Rasio Total Utang Terhadap Total
financial distress suatu perusahaan Aset, dapat menggunakan rumus :
D
C. Metode Rasio Total Utang Terhadap Total
Sampel penelitian ini dilakukan dengan Ekuitas, dapat menggunakan rumus:
purposive sampling yang dimaksud dengan
purposive sampling adalah pengambilan
c. Rasio profitabilitas (X3)
sampel secara sengaja sesuai dengan
NPM (net profit margin), dapat
persyaratan sampel yang diperlukan.dalam
menggunakan rumus :
bahasa sederhana purposive sampling itu
dapat dikatakan sebagai secara sengaja
mengambil sampel tertentu (jika orang ROA (return on asset), dapat
maka berarti orang-orang tertentu) sesuai menggunakan rumus :
persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri,
kriteria) sampel (jangan lupa yang
mencerminkan populasinya). Kriteria yang ROE (return on equity), dapat
dipertimbangkan dalam pengambil an menggunakan rumus :
sampel penelitian ini adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar
selama tahun 2014-2016 d. Rasio Aktivitas dan (X4)
2. Perusahaan manufaktur yang Receivable Turnover digunakan untuk
menerbitkan laporan keuangan selama mengukur kemampuan perusahaan
tahun 2014-2016 dalam mengelola dana yang tertanam
3. Perusahaan manufaktur yang dalam piutang yang berputar pada
Terindikasi Financial Distress, dimana suatu periode tertentu. Rumusnya
menunjukkan nilai negative pada sebagai berikut:
tingkat profitibilitas perusaha an Receivable Turnover = Penjualan
khususnya Earnings Per Share (EPS) Kredit / Piutang Rata-rata
4. Perusahaan manufaktur dengan e. Rasio Pertumbuhan (X5)
profitibilitas perusahaan khususnya Total asset growth (TAG). Total asset
Earnings PerShare (EPS) mengalami growth (TAG) dapat mengukur sejauh
mana sebuah perusahaan dapat

185
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

meningkatkan total aset yang dimiiki


yang akan digunakan dalam 4. Terdapat dua output dalam analisis PLS
meningkatkan jumlah pendapatan. yaitu: Outer Model danInner Model.
Rumus : 1. Outer Model : untuk mengukur Uji
Validity dan Reliability instrument.
a. Uji Validity (melalui Convergent
Validity dan Discriminant Validity)
Variabel Terikat (Dependent Variabel) b. Uji Reliabliity (menggunakan
Financial Distress (Y1) Composite Reliability dan Average
Financial distress diproksikan pada Variance Extracted atau AVE).
atau earning per share (EPS) di mana menurut 2. Inner Model : digunakan untuk
Garrison dan Noreen (2013:787) rumus untuk mengetahui pengaruh antar variabel dan
menghitung EPS suatu perusahaan adalah Uji Hipotesis.
dengan membagi earning after tax (EAT) a. Menilai R-Square (menggunakan
yang tersedia untuk pemegang saham biasa Smart-PLS untuk mengukur
dengan jumlah saham biasa yang beredar pengaruh antar variabel) , Uji T-
selama satu tahun. Adapun rumus perhitungan Startistik
laba per lembar saham atau earning per share b. Pengujian Hipotesis melalui Uji T
(EPS) adalah sebagai berikut: Statistik : untuk menilai besarnya
earning per share (EPS) = laba bersih / pengaruh langsung, tidak langsung
jumlah saham yang beredar. dan pengaruh total.
Teknik Analisis Data D. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Menurut Ghozali (2016:27) PLS juga 1. Uji Reliabilitas dan Uji Validitas
merupakan pendekatan alternatif yang Validitas adalah suatu ukuran yang
bergeser dari pendekatan SEM berbasis menunjukkan bahwa variabel yang diukur
covariance menjadi berbasis varian. SEM memang benar-benar variabel yang hendak
yang berbasis kovarian umumnya menguji diteliti oleh peneliti dan reliabilitas
kualitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat merupakan ukuran yang menujukkan bahwa
predictive model. PLS merupakan metode alat ukur yang digunakan dalam penelitian
yang powerfull Ghozali(2016:37) karena mempunyai keandalan sebagai alat ukur
tidak didasarkan pada banyak asumsi fungsi diantaranya di ukur melalui konsistensi hasil
program PLS : pengukuran dari waktu ke waktu jika
1. Dapat mengelola data dalam skala kecil. fenomena yang diukur tidak berubah. Berikut
2. Mengabaikanasumsi-asumsi penelitian adalah uji Validitas dan Reliabilitas.
misalnya: uji asumsi klasik (uji normalitas, Evaluasi Outer Model Partial Least Square
linearitias,heteroskedastisitas, autokorelasi) (PLS)
dan multikolonieritas. Terdapat tiga kriteria di dalam penggunaan
3. Uji validitas dan reliabilitas lebih mudah teknik analisis data dengan Smart
untuk dibaca, selanjutnya apabila terdapat PLS untuk menilai outer model yaitu :
hasil pengukuran indikatordata tidak valid, Convergent Validity, Discriminant Validity,
maka indikator data dimaksud langsung Composite Reliability.
dapat dikeluarkan atau di drop dari
persamaan.

186
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Gambar 3.
Pengukuran Variable dengan Outer Loadings

Gambar 4.
Outer Loadings Dropping

Discriminant Validity
Tabel 2.
Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)
Financial Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio
Distress Aktivitas Likuiditas Pertumbuhan Profitabilitas Solvabilitas
Current
0.0556 -0.164 1 0.02084 -0.008302 -0.0281
Ratio
DER 0.555 -0.2636 -0.02812 -0.063188 -0.774736 1
EPS 1 -0.4879 0.055569 0.036942 -0.643462 0.55499
ROE -0.6435 0.4194 -0.008302 0.090109 1 -0.7747
Receivable
-0.4879 1 -0.163987 -0.079098 0.419405 -0.2636
Turn Over
TAG 0.0369 -0.0791 0.02084 1 0.090109 -0.0632

187
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Nilai loading factor untuk setiap dihubungkan dengan variabel laten lainnya.
indikator dari masing-masing variabel laten Hal ini berarti bahwa setiap variabel laten
masih memiliki nilai loading factor yang memiliki discriminant validity yang baik.
paling besar dibanding nilai loading jika

Tabel 3.
Composite Reliability dan Average Variance Extracted

Composite
AVE
Reliability
Financial Distress 1.000000 1.000000

Rasio Aktivitas 1.000000 1.000000

Rasio Likuiditas 1.000000 1.000000

Rasio Pertumbuhan 1.000000 1.000000

Rasio Profitabilitas 1.000000 1.000000

Rasio Solvabilitas 1.000000 1.000000

Dapat disimpulkan bahwa semua konstruk Evaluasi Inner Model Partial Least Square
memenuhi kriteria reliabel. Hal ini (PLS) diukur melalui nilai Q-Square
ditunjukkan dengan nilai composite reliability predictive relevance, untuk mengukur
di atas 0,70 sebagaimana kriteria yang seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh
direkomendasikan. Nilai AVE untuk masing- model dan juga estimasi parameternya.
masing konstruk memiliki nilai AVE di atas Pengujian goodness of fit menggunakan nilai
0,70, artinya semua variabel memiliki nilai predictive-relevance (Q2), dalam menilai
composite reliability yang tinggi dan baik. model dengan PLS dimulai dengan melihat R-
Square untuk setiap variabel dependen

Tabel 4.
Nilai R-Square
R Square Keterangan
Kontribusi pengaruh variabel
Rasio Aktivitas, Rasio
Likuiditas, Rasio
Pertumbuhan, Rasio
Financial Distress 0.489093 Profitabilitas, serta Rasio
Solvabilitas terhadap
Financial Distress adalah
sebesar 48.9%.

menunjukkan bahwa untuk variabel Financial Rasio Solvabilitas sebesar 0.489093 atau
Distress dipengaruhi oleh variabel variabel 48.9% dan 51.1% dijelaskan oleh variable
Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio lain yang tidak diteli dalam penelitian ini.
Pertumbuhan, Rasio Profitabilitas, serta

188
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Gambar 5.
Model path coefficients dengan bootstrapping

Path Coefficient menunjukkan tingkat Hasil penelitian yang menunjukkan


signifikasi dan hubungan antar variabel. bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan
Dengan kriteria sebagai berikut : terhadap financial distress. Hal ini
a) Apabila t hitung > t tabel, yaitu lebih dikarenakan bahwa pada perusahaan sampel
besar dari 1,96 maka hipotesis diterima perusahaan memiliki kemampuan mendanai
b) Apabila t hitung ≤ t tabel, yaitu lebih operasional perusahaan dalam memenuhi
kecil dari 1,96 maka hipotesis di tolak kewajiban (utang) jangka pendek dengan
hutang lancar yang dimilikinya. Oleh karena
2. Pembahasan itu perusahaan mengelola hutang lancar
H1 : Tidak terdapat pengaruh signifikan dengan aktiva yang dimiliknya dengan baik
rasio likuiditas terhadap Financial sehingga tidak terjadi financial distress
Distress Disisi lain Perusahaan yang
Rasio Likuiditas terhadap Financial mengalami kondisi financial distress pada
Distress adalah positif tidak signifikan artinya umumnya memiliki jumlah hutang yang
rasio tersebut digunakan untuk mengukur hampir sama besar dengan total aktiva dan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi memiliki ekuitas negatif. Jumlah utang yang
kemampuan finansial dalam jangka pendek, tinggi akan dibebankan biaya bunga yang
namun pada permasalahan ini likuiditas lebih tinggi sementara total aktiva yang dimiliki
kuat pada Current ratio rasio yang secara tidak mampu menjamin hutang menyebabkan
definisi digunakan untuk mengukur nilai buku ekuitas perusahaan negatif.
kemampuan perusahaan dalam membayar Leverage yang tinggi telah mengindikasikan
kewajiban finansial jangka pendek suatu kondi financial distress perusahaan
menggunakan aktiva lancar, namun dalam apabila tidak segera diatasi kemungkinan
penelitian ini Current ratio tidak memiliki perusahaan mengalami kebangkrutan semakin
pengaruh Likuiditas umumnya dinilai dari besar.
kemampuan perusahaan membayar hutang Penelitian (2014), Deny liana dan
lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki. Sutrisno (2014) yang berjudul “Analisis Rasio

189
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi hasil pengembalian yang diperoleh dari


Financial Distress Perusahaan Manufaktur”. penjualan dan investasi. Profitabilitas juga
Dengan variabel yang digunakan likuiditas, mempunyai arti penting dalam usaha
profitabilitas, leverage, pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya
mengambil populasi dari perusahaan dalam jangka panjang, karena profitabilitas
manufaktur periode 2009-2012 yang memiliki menunjukkan apakah badan usaha tersebut
sampel sebanyak 81 perusahaan dengan mempunyai prospek yang baik di masa yang
didapatkan hasil menunjukkan rasio keuangan akan datang. Dengan demikian setiap badan
yang signifikan mempengaruhi financial usaha akan selalu berusaha meningkatkan
distress adalah profitabilitas yang diukur profitabilitasnya, karena semakin tinggi
dengan net profit magin (NPM). Financial tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka
leverage dan pertumbuhan tidak berpengaruh kelangsungan hidup badan usaha tersebut
secara signifikan terhadap financial distress, akan lebih terjamin demikian sebaliknya
sementara likuiditas berpengaruh negatif apabila semakin rendah tingkat profitabilitas
tetapi tidak signifikan. suatu badan usaha maka kelangsungan hidup
H2 : Terdapat pengaruh signifikan rasio badan usaha tersebut akan semakin tinggi
solvabilitas terhadap Financial perusahaan tersebut dalam kondisi tidak baik
Distress atau terindikasi Financial Distress
Rasio Solvabilita sterhadap Financial Hasil output inner model path
Distress adalah positif signifikan Hutang yang coefficients lebih cenderung pada Return on
diproksikan dengan DER dapat menyebabkan equity secara arti return on equity merupakan
perusahaan mengalami kondisi financial rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
distress. Berarti DER dapat memprediksi perusahaan mengelola modal sendiri (net
suatu financial distress perusahaan. DER worth) secara efektif, mengukur tingkat
merupakan perbandingan antara total utang keuntungan dari investasi yang telah
dibagi dengan modal perusahaan. Rasio DER dilakukan pemilik modal sendiri atau
menunjukkan seberapa besar modal pemegang saham perusahaan, namun hasil
perusahaan dibiayai oleh hutang. Perusahaan statistic dapat diartikan bahwa pengelolaan
dalam memperoleh sumber dana akan perusahaan modal sendiri (net worth) pada
memilih sumber dana yang risikonya kecil perusahaan manufaktur yang terindikasi
dan akan meningkatkan pengelolaan Financial Distress tidak mampu dikelolah
perusahaan sehingga memperoleh keuntungan secara efektif.
yang tinggi. Disisi lain penelitian bertolak
H3 : Terdapat pengaruh signifikan rasio belakang dengan penelitian yang dilakukan
profitabilitas terhadap Financial oleh Muhamad Arif Hidayat, Wahyu rianto
Distress (2014) yang berjudul “prediksi financial
Berdasarkan output inner model path distress perusahaan manufaktur di Indonesia
coefficients Rasio Profitabilitas terhadap dengan variabel yang diteliti likuiditas,
Financial Distress adalah negative signifikan leverage, aktivitas dan profitabilitas pemilihan
artinya fungsi rasio profitabilitas perusahaan populasi seluruh perusahaan yang terdaftra di
merupakan salah satu dasar penilaian kondisi Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007-2012
suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu dan sampel sebanyak 295 perusahaan dengan
alat analisis untuk bisa menilainya. Alat hasil rasio yang paling andal dalam
analisis yang dimaksud salah satunya ratio memprediksi financial distress di suatu
profitabilitas dimana berfungsi untuk perusahaan adalah rasio leverage, rasio
mengukur efektifitas manajemen berdasarkan likuiditas, dan rasio aktivitas. sedangkan rasio

190
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

profitabilitas merupakan satu-satunya memprediksi financial distress. dan hasil


financial ratios yang tidak signifikan dalam penelitian menunjukan bahwa sekitar 18%
memprediksi financial distress, dan hasil perusahaan manufaktur di indonesia sedang
penelitian menunjukan bahwa sekitar 18% mengalami financial distress.
perusahaan manufaktur di indonesia sedang H5 : Terdapat pengaruh signifikan rasio
mengalami financial distress. pertumbuhan terhadap Financial
H4 : Terdapat pengaruh signifikan rasio Distress
aktivitas terhadap Financial Distress Rasio Pertumbuhan terhadap
Rasio Aktivitas terhadap Financial Financial Distress adalah positif signifikan
Distress adalah negative signifikan artinya Implikasi dalam penelitian ini menunjukkan
apabila Perusahaan yang memiliki perputaran bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki
persediaan sangat lamban dapat mengakibat pengaruh dalam memprediksi financial
kan kerugian yang sangat cepat karena barang distress. Rata-rata pertumbuhan perusahaan
tersebut dapat mengalami penyusutan karena per tahun menunjukkan nilai yang positif.
penyimpanan yang terlalu lama. Secara tidak Pertumbuhan perusahaan positif menunjukkan
langsung Dapat diketahui pengelolaan perusahaan mampu menjaga kestabilan
persediaan telah dilakukan sangat tidak baik. jumlah aset, serta mempunyai kecendrungan
minimnya kecepatan dari pergantian dapat mempertahankan kelangsungan usaha
persediaan, dimana semakin rendah nya ditengah kondisi perekonomian, sehingga
pergantian persediaan, maka semakin rendah dapat menurunkan potensi terjadinya kondisi
biaya yang dapat dihemat sehingga laba financial distress
perusahaan menurun dan pada dasarnya suatu Disisi lain menjelaskan bahwa
perusahaan yang baik adalah apabila semakin cepat Pertumbuhan Aset, semakin
persediaan barang yang dijual/diproduksi besar kebutuhan dana dimasa mendatang,
cepat berganti sehingga biaya penyimpanan semakin mungkin perusahaan menahan
serta tingkat kerusakan barang semakin pendapatan, bukan membayarkannya sebagai
rendah yang dapat menyebabkan kenaikan deviden sehingga jauh dekat dengan
laba perusahaan, sehingga Inventory Turn Financial Distress dan serta pada tingkat
Over mampu dikatakan sebagai factor yang pertumbuhan asset yang tinggi akan
akan mengindikasikan perusahaan mengalami bergantung pada sumber dana eksternal
Financial Distress dikarenakan sumber dana internal tidak
Penelitian ini sejalan dengan hasil mencukupi untuk mendukung tingkat
Muhamad Arif Hidayat, Wahyu Merianto pertumbuhan aset yang tinggi bagi perusahaan
(2014) yang berjudul “prediksi financial dengan demikian untuk perusahaan pada
distress perusahaan manufaktur di Indonesia tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
dengan variabel yang diteliti likuiditas melakukan ekspansi dengan cara mengguna
,leverage, aktivitas dan profitabilitas kan dana eksternal berupa hutang. Terjadinya
pemilihan populasi seluruh perusahaan yang peningkatan aset yang diikuti peningkatan
terdaftra di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun hasil operasi akan semakin menambah
2007-2012 dan sampel sebanyak 295 kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan
perusahaan dengan hasil rasio yang paling apabila hal tersebut terbalik maka semakin
andal dalam memprediksi financial distress di menurun kepercayaan pihak luar. Dengan
suatu perusahaan adalah rasio leverage,rasio menurunnya kepercayaan pihak luar (kreditur)
likuiditas,dan rasio aktivitas, sedangkan rasio dengan perusahaan, maka proporsi hutang
profitabilitas merupakan satu-satunya akan semakin rendah dari pada modal sendiri.
financial ratios yang tidak signifikan dalam Hal ini didasarkan pada kurangnya percaya

191
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam memprediksi adanya indikasi financial
perusahaan dijamin oleh rendahnya asset yang distress
dimiliki perusahaan sehingga perusahaan 4) Rasio Aktivitas terhadap Financial
akan mengalami Financial Distres. Distress adalah negative signifikan
artinya apabila Perusahaan yang
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI memiliki perputaran persediaan sangat
1. Kesimpulan lamban dapat mengakibatkan kerugian
Berdasarkan hasil penelitian yang menguji yang sangat cepat karena barang
analisis rasio keuangan untuk memprediksi tersebut dapat mengalami penyusutan
financial distress, maka selanjutnya dapat karena penyimpanan yang terlalu
ditarik simpulan sebagai berikut: lama. Secara tidak langsung Dapat
1) Rasio Likuiditas terhadap Financial diketahui pengelolaan persediaan telah
Distress adalah positif tidak signifikan dilakukan sangat tidak baik
artinya rasio tersebut digunakan untuk 5) Rasio Pertumbuhan terhadap
mengukur kemampuan perusahaan Financial Distress adalah positif
dalam memenuhi kemampuan signifikan Implikasi dalam penelitian
finansial dalam jangka pendek, namun ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
pada permasalahan ini likuiditas lebih perusahaan memiliki pengaruh dalam
kuat pada Current ratio rasio yang memprediksi financial distress. Rata-
secara definisi digunakan untuk rata pertumbuhan perusahaan per
mengukur kemampuan perusahaan tahun menunjukkan nilai yang positif.
dalam membayar kewajiban finansial Pertumbuhan perusahaan positif
jangka pendek menggunakan aktiva menunjukkan perusahaan mampu
lancar, maka kecenderungan tingginya menjaga kestabilan jumlah aset, serta
Current ratio berdampak sangat mempunyai kecendrungan dapat
lambat akan indikasi terjadinya mempertahankan kelangsungan usaha
Financial Distress nya ditengah kondisi perekonomian,
2) Rasio Solvabilitas terhadap Financial sehingga dapat menurunkan potensi
Distress adalah positif signifikan terjadinya kondisi financial distress
Hutang yang diproksikan dengan DER 2. Rekomendasi
dapat menyebabkan perusahaan Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan
mengalami kondisi financial distress. di atas maka dapat disampaikan beberapa
Berarti DER dapat memprediksi suatu saran yang didasarkan pada temuan
financial distress perusahaan. DER penelitian sebagai berikut:
merupakan perbandingan antara total 1) Bagi investor dan calon investor yang
utang dibagi dengan modal ingin menginvestasikan sahamnya
perusahaan. diharapkan lebih cermat dan teliti
3) Berdasarkan output inner model path dengan melihat terlebih dahulu kondisi
coefficients Rasio Profitabilitas perusahaan yang akan dipilih baik dari
terhadap Financial Distress adalah faktor internal maupun eksternal
negative signifikan artinya fungsi perusahaan..
rasio profitabilitas perusahaan 2) Disarankan bagi peneliti selanjutnya
merupakan salah satu dasar penilaian bahwa masih ada variabel lain yang
kondisi suatu perusahaan, untuk itu harus diperhatikan dalam penelitian
dibutuhkan suatu alat analisis untuk ini. Oleh karenaitu hendaknya
bisa menilainya agar mampu penelitian-penelitian lebih lanjut dapat

192
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018

menambah variabel-variabel yang Information Technology Vol 95,


dapat memengaruhi financial distress, No.6, Tahun 2017,Hal 1418-1431
disarankan juga untuk peneliti
selanjutnya agar menggunakan model Ni Luh danNi K. 2015. Pengaruh Rasio
analisis yang berbeda. likuiditas, Leverage, operating
capacity, dan sales growth terhadap
REFERENSI finacial distress E-Jurnal Akutansi
Universitas Udayana 11.2(2015):
Deny Liana, Sutrisno, 2014. Analisis Ratio 456-469
Keuangan Untuk Meperidiksi
kondisi Financial Distress Perusaha Sugiyono (2017). Metode penelitian kuantitat
an Manufaktur Jurnal Studi kualitatif dan R&D.Alfabeta
Manajemen dan Bisnis Vol 1 No. 2
Tahun 2014:52-62 Sutrisno. (2012). Manajemen Keuangan
Teori, Konsep dan Aplikasi (8th ed.)
Fahmi, Irham.2013 Analisis Laporan Yogyakarta:Ekonisia.
Keuangan, Cetakan Ke-3.Bandung :
Alfabeta.

Ghozali Imam, 2016, Metode Alternatif


Dengan Partial Lease Squares (PLS).
Semarang :Badan Penerbit Undip

Hanafi, Mamduh M. 2016. Manajemen


Keuangan.Edisi kedua, Cetakan
pertama. Yogyakarta: BPFE

Harahap, Sofyan Safitri.2016. Analisis Kritis


Atas Laporan Keuangan. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persada.

Muhammad Arif Hidayat, Wahyu


Merianto,2014 Prediksi Financial
Distress Pderusahaan Manufaktur di
Indonesia Diponegoro Journal Of
Accounting Volume 3, Nomor 3,
Tahun 2014, Halaman 1-11

Mulyanto Nugroho dkk. 2017 The System of


Invesment Decision Making Through
Analysis of Stock Portofolio
Performance Based Single Index
Model (Comparison Study of Shariah
Stock and Conventional Stock)
Journal of Theoretical and Applied

193

Anda mungkin juga menyukai