1,2,3,4
Jl. T. Rizal Nurdin, Kelurahan Sihitang, Kota Padangsidimpuan
E-mail : Muhammadisa@iain-padangsidimpuan.ac.id1, Azwarhamid@iain-
padangsidimpuan.ac.id2, Sulaimanefendi@iain-padangsidimpuan.ac.id3,
Adenorasyikin@gmail.com4
Abstrak
Laba bersih dan utang perusahaan mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. adapun
data laporan keuangan triwulan perusahaan mengalami penurunan laba bahkan mengalami
kerugian, itulah salah satu indikator yang menyebabkan perusahaan mengalami kebangkrutan
atau dikeluarkan dari BEI. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi potensi kebangkrutan
dan menilai kondisi kesehatan PT Mitra Investindo Tbk dengan menggunakan analisis financial
distress metode Zmijewski.
Pembahasan penelitian ini menggunakan rasio keuangan yaitu Return On Asset, Debt to
Assets Ratio, Current Ratio dengan metode Zmijewski X-Score. Seperti yang diketahui mulai
banyaknya perusahaan-perusahaan yang harus memperbaharui sistem bisnis mereka demi
mencapai tujuan perusahaan. Terlebih lagi akibat Pandemi yang sedang melanda Dunia. Atas
dasar inilah peneliti berupaya membuktikan probabilitas terjadinya Financial Distress pada
perusahaan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan dan peneliti mengukur tingkat
Financial Distress dengan metode Zmijewski X-Score.
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder berupa laporan keuangan triwulan yang diperoleh dari website resmi Bursa Efek
Indonesia, www.idx.co.id. dari tahun 2010 triwulan I sampai tahun 2019 triwulan IV dengan
jumlah sampel sebanyak 40 sampel. Analisis data yang digunakan untuk mengukur tingkat
Financial Distress berdasarkan metode Zmijewski X-Score dengan rumus X = −4,3 − 4,5 X1 +
5,7 X 2 - 0,004 X 3 .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis rasio keuangan dalam
memprediksi kondisi Financial Distress berdasarkan metode Zmijewski X-Score dari tahun
2010 triwulan I sampai tahun 2015 triwulan III dikategorikan Sehat. Kemudian 2015 triwulan IV
berpotensi mengalami kebangkrutan. Pada tahun 2016 triwulan I sampai tahun 2019 triwulan
III dikategorikan Sehat. Akan tetapi tahun 2019 triwulan IV PT Mitra Investindo Tbk kembali
mengalami kebangkkrutan (Financial Distress).
Kata Kunci : Financial Distress (Zmijewski), Return On Asset, Debt to Assets Ratio,
Current Ratio.
Keywords: Financial Distress (Zmijewski), Return On Assets, Debt to Assets Ratio, Current
Ratio.
PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian yang tidak stabil mempengaruhi aktivitas maupun kinerja
perusahaan baik perusahaan kecil maupun besar yang bergerak dibidang manufaktur, jasa dan
dagang sehingga banyak perusahaan yang mengalami financial distress yang kemudian
mengalami kebangkrutan. Apabila perusahaan mengalami masalah dalam likuiditas yang
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan yang semakin menurun dalam memenuhi
kewajibannya kepada kreditur maka kesulitan keuangan (financial distress) akan terjadi
(Fahmi:2012).
Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan sebelum terjadinya
kebangkrutan ataupun likuidasi. Keadaan yang seperti ini perlu diwaspadai oleh investor
ataupun kreditur karena akan berpengaruh terhadap investasi maupun pinjaman yang hendak
diberikan. Fenomena lain dari financial distress adalah perusahaan cenderung mengalami
kesulitan dalam pengembalian utang yang ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan yang
semakin menurun dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur seperti
likuiditas dan solvabilitas. Untuk mengetahui kondisi perusahaan dilakukanlah analisis
terhadap laporan keuangan.
Tabel 1
Total Laba Bersih dan Total Utang Tahun 2010-2019
PT. Mitra Investindo Tbk (dalam rupiah)
Tahun Total Laba Bersih Total Utang
2010 7.058.787.686 79.417.209.721
2011 27.479.363.875 55.160.486.003
2012 22.090.674.433 53.730.999.117
2013 22.002.615.533 45.429.682.728
2014 7.609.223.732 88.898.918.712
2015 (179.560.694.653) 138.014.959.336
2016 (23.362.032.637) 142.275.119.991
2017 (23.354.360.657) 150.751.042.237
Berdasarkan Tabel I.1 dapat dilihat bahwa laba bersih yang diperoleh PT. Mitra
Investindo Tbk mengalami fluktuasi dari tahun 2010-2019. Tahun 2010 ke tahun 2011 laba
bersih mengalami kenaikan, kemudian pada tahun 2012 ke tahun 2015 mengalami penurunan
drastis secara berturut-turut bahkan perusahaan mengalami rugi bersih. Tahun 2016 ke tahun
2018 laba bersih perusahaan mengalami kenaikan secara berturut-turut, walaupun laba bersih
perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dan 2017 perusahaan tetap mengalami
kerugian dan 2018 mengalami laba bersih. Kemudian tahun 2019 perusahaan kembali
mengalami kerugian. Utang pada PT. Mitra Investindo Tbk juga mengalami fluktuasi dari tahun
2010-2019. Tahun 2010 ke tahun 2013 utang perusahaan mengalami penurunan, kemudian
tahun 2014 ke tahun 2017 utang perusahaan mengalami kenaikan secara berturut-turut yang
membuat utang menjadi lebih besar. Kemudian tahun 2018 ke tahun 2019 utang perusahaan
kembali mengalami penurunan.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa laba bersih dan utang perusahaan mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi yang terjadi kemungkinan diakibatkan oleh faktor-
faktor tertentu, baik faktor eksternal maupun faktor internal. Peneliti tertarik untuk
menganalisis kebangkrutan MITI dengan menggunakan metode Zmijewski. Karena metode
Zmijewski memiliki akurasi yang tinggi menggunakan analisis rasio keuangan yang mengukur
kinerja, solvabilitas dan likuiditas suatu perusahaan untuk model prediksinya. Adapun variabel
yang digunakan dalam persamaan model Zmijewski adalah Return On Assets, Debt to Assets
Ratio dan Current Ratio.
TINJAUAN TEORITIK
FINANCIAL DISTRESS
Financial distress adalah suatu pengukuran yang mengindikasikan kesulitan dalam
pengembalian hutang kepada kreditur dimana hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban perusahaan. Financial distress dimulai dari ketidakmampuan dalam
memenuhi kewajibannya termasuk kewajiban jangka pendeknya seperti kewajiban likuiditas
dan kewajiban solvabilitas. Yang ditandai (secara kasat mata) total nilai hutang melebihi total
aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif, yang ditandai secara umum
pemberhentian tenaga kerja, hilangnya pembayaran deviden dan arus kas kecil.
Menurut Irham Fahmi bahwa financial distress “dimulai dari ketidakmampuan dalam
memenuhi kewajiban-kewajibanya terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek yaitu
kewajiban likuiditas dan kewajiban solvabilitas” (Fahmi:2012). Financial distress dapat
mendorong pemegang saham untuk mengganti manajer perusahaan karena manajer
dianggap tidak mampu mengelola perusahaan dengan baik (Hutabarat:2020). Dapat
disimpulkan bahwa financial distress adalah suatu keadaan dimana perusahaan mengalami
kesulitan keuangan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang memicu terjadinya
kebangkrutan. Financial distress dapat diukur melalui laporan keuangan dengan cara
menganalisis laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu aktivitas yang
bersifat teknis berdasar pada metode dan prosedur-prosedur yang memerlukan penjelasan-
RETURN ON ASSET
Return on asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan, atau suatu ukuran tentang efesiensi manajemen.
Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikan dengan mengabaikan
sumber pendanaan dan biasanya rasio ini diukur dengan persentase. Rasio ini menunjukkan
produktivitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Semakin kecil rasio ini maka semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini
digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan (Kasmir:2012).
CURRENT RATIO
Current ratio (Rasio Lancar) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat
ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Aktiva lancar juga
merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu
tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan,
biaya dibayar dimuka, pendapatan yang harus diterima,, pinjaman yang diberikan dan aktiva
lancar lainnya (Kasmir & Jakfar:2015).
Current ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (Margin Of Safety) kreditor jangka
pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut
(Munawir:2007). Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu
menjamin akan dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau
distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang
relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat
perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment dalam persediaan
tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit untuk ditagih.
Current ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan mengemukakan total asset
lancar yang tersedia. Dengan kata lain, rasio ini menggambarkan seberapa besar jumlah
ketersediaan asset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban
lancar.
Perusahaan harus secara terus menerus memantau hubungan antara besarnya
kewajiban lancar dengan asset lancar. Hubungan ini sangat penting terutama untuk
mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan asset lancar. Perusahaan yang memiliki lebih banyak kewajiban lancar
dibanding asset lancar, maka biasanya perusahaan tersebut mengalami kesulitan likuiditas
ketika kewajiban lancarnya jatuh tempo (Hery:2015).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan
jenis data sekunder (Secondary data) yang bersumber dari laporan keuangan PT Mitra
Investindo Tbk (MITI) yang sudah di publikasikan di Bursa Efek Indonesia berupa laporan
keuangan yang sudah diaudit dan harga saham selama tahun 2010-2019. Populasi dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan pada PT Mitra Investindo Tbk dari tahun 2010
hingga tahun 2019.
Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 data laporan
keuangan (10 tahun x 4 triwulan = 40). Adapun sampel dari penelitian ini adalah seluruh
RETURN ON ASSETS
Return on assets (ROA) adalah laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap total
asetnya. Rasio ini digunakan untuk menilai kualitas dan kinerja perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari pemanfaatan aset yang dimilikinya.
Tabel 2
Return On Assets PT Mitra Investindo Tbk Periode 2010 – 2019
EBIT/Total Assets
Tahun Triwulan (%)
I II III IV
2010 0,01 0,01 0,01 0,06
2011 0,07 0,10 0,15 0,23
2012 0,03 0,02 0,08 0,15
2013 0,05 0,08 0,09 0,14
2014 0,01 0,03 0,11 0,02
2015 -0,01 -0,03 -0,04 -0,72
2016 -0,03 -0,06 -0,08 -0,10
2017 0,00 -0,01 -0,02 -0,10
2018 0,09 0,04 0,13 0,05
2019 -0,01 -0,02 -0,04 -1,54
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat dilihat perkembangan Return On Assets pada PT Mitra
Investindo Tbk dari triwulan I tahun 2010 sampai triwulan IV tahun 2019 tidak selalu
mengalami kenaikan. Dimana pada triwulan IV tahun 2011 terjadi Return On Assets tertinggi
yaitu sebesar 0,23 %. Dan R eturn On Assets terendah terjadi pada triwulan IV tahun 2019 yaitu
sebesar -1,54 %.
Data di atas menunjukkan Return On Assets yang negatif disebabkan oleh laba
perusahaan yang mengalami kerugian. Hal ini menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan secara keseluruhan belum mampu menghasilkan laba yang baik.
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dilihat perkembangan Debt to Assets Ratio pada PT
Mitra Investindo Tbk dari triwulan I tahun 2010 sampai triwulan IV tahun 2019 tidak selalu
mengalami kenaikan. Dimana pada Debt to Assets Ratio tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun
2019 yaitu sebesar 1,20 kali. Dan Debt to Assets Ratio terendah terjadi pada triwulan I tahun
2017 yaitu sebesar 0,18 kali.
Data di atas menunjukkan Debt to Assets Ratio semakin rendah, maka semakin baik
keuangan perusahaan karena aman bagi kreditur saat likuidasi. Sebaliknya semakin tinggi Debt
to Assets Ratio, maka jaminan berupa aset yang ada dan uang yang diberikan oleh kreditor
dalam jangka panjang semakin terjamin karena Rp.1 utang jangka panjang bisa dijamin oleh
Rp. 1 aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
CURRENT RATIO
Current ratio (CR) adalah membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Rasio ini untuk mengukur likuiditas perusahaan, namun difokuskan dalam jangka pendek.
Semua data diperoleh dari neraca perusahaan.
Tabel 4
Current Ratio PT Mitra Investindo Tbk Periode 2010 – 2019
Current Assets/Current Liabilities
Tahun Triwulan (Kali)
I II III IV
2010 1,22 1,26 1,20 1,27
2011 1,42 1,12 1,26 1,59
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat dilihat perkembangan Current Ratio pada PT Mitra
Investindo Tbk dari triwulan I tahun 2010 sampai triwulan IV tahun 2019 tidak selalu
mengalami kenaikan. Dimana pada Current Ratio tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2013
yaitu sebesar 3,91 kali. Dan Current Ratio terendah terjadi pada triwulan II tahun 2011 yaitu
sebesar 1,12 kali.
Data di atas menunjukkan Current Ratio yang sehat biasanya berkisar antara 1.5 dan 3.
Jika Current Ratio kurang dari 1 menandakan adanya masalah likuidasi di perusahaan.
Sebaliknya jika Current Ratio lebih dari 3 artinya perusahaan tidak menggunakan asetnya
secara efisien atau tidak mengelola modalnya dengan baik.
Berdasarkan Tabel 5 di atas terlihat bahwa perusahaan mengalami kondisi keuangan yang
berbeda-beda setiap tahun dan triwulannya. Nilai Zmijewski tertinggi dari tahun 2010 sampai
2019 adalah sebesar 9,478 pada triwulan IV tahun 2019 dan Zmijewski terendah yaitu sebesar
-3,448 pada triwulan III tahun 2014.
Berdasarkan Tabel 6 di atas, terlihat bahwa klasifikasi kondisi PT Mitra Investindo Tbk
dari Triwulan I tahun 2010 hingga triwulan III tahun 2015 perusahaan diprediksi sebagai
perusahaan sehat (tidak berpotensi bangkrut). Kemudian pada triwulan IV tahun 2015
perusahaan dikategorikan berpotensi mengalami bangkrut. Pada triwulan I tahun 2016 hingga
triwulan III tahun 2019 perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan sehat. Dan pada triwulan
IV tahun 2019 perusahaan kembali teridentifikasi dalam keadaan bangkrut.
Volume 01/Edisi 01 /Januari 2022 PROFJES | 28
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan pada PT Mitra Investindo Tbk
berpotensi mengalami kebangkrutan dikarenakan mulai banyaknya perusahaan-perusahaan
yang harus memperbaharui sistem bisnis mereka demi mencapai tujuan perusahaan. Terlebih
lagi akibat krisis Ekonomi yang sedang melanda Indonesia. Hal ini disebabkan oleh laba
operasi perusahaan yang bernilai negatif bahkan terjadinya tahap penurunan kondisi
keuangan perusahaan terus menerus.
Untuk menghindari terjadinya Financial Distress, pihak manajemen perusahaan perlu
mengambil tindakan untuk melakukan merger atau takeover, maksudnya agar perusahaan
mampu untuk membayar utang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik. Serta dapat
memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.
Analisis kebangkrutan yang sering digunakan adalah metode Altman Z-Score, Springate
dan Zmijewski. Analisis kebangkrutan tersebut dikenal memiliki tingkat akurasi yang tinggi,
selain caranya mudah keakuratan dalam menentukan prediksi kebangkrutan pun cukup
akurat. Menurut Mey tingkat akurasi prediksi financial distress dengan menggunakan metode
Springate dan Zmijewski memiliki tingkat akurasi yang tinggi sebesar 100% dibandingkan
metode Altman Z-Score dengan tingkat akurasinya sebesar 50%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada Bab sebelumnya mengenai “Analisis
Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada PT Mitra Investindo Tbk
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia”. Maka, kesimpulan dari penelitian adalah PT Mitra
Investindo Tbk yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 triwulan I sampai tahun 2015
triwulan III tidak mengalami financial distress (Sehat) berdasarkan metode Zmijewski X-Score.
Kemudian tahun 2015 triwulan IV mengalami financial distress berdasarkan metode Zmijewski
X-Score. Pada tahun 2016 triwulan I sampai tahun 2019 triwulan III tidak mengalami financial
distress (Sehat) berdasarkan metode Zmijewski X-Score. Dan mengalami financial distress
berdasarkan metode Zmijewski X-Score pada tahun 2019 triwulan IV yang Berpotensi
mengalami Kebangkrutan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus S. Irfani, Manajemen Keuangan Dan Bisnis Teori Dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka, 2020.
Asmadi Alsa. Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014.
Budi Rahardjo. Keuangan Dan Akuntansi Untuk Manajer Non Keuangan. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 20017.
Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2008.
Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an Dan Terjemahan. Bandung: PT Sygma
Examedia Arkanleema, 2014.
Francis Hutabarat, Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: IKAPI Banten, 2020.
Harmono. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus Dan
Riset Bisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.
Hery. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: CAPS, 2015.
ABSTRACT
Financial statements can be used as a basis for measuring the health of a company through existing
financial ratios. Financial conditions that decline in companies experiencing bankruptcy conditions
are often referred to as financial distress. The purpose of this study is to determine the liquidity ratio
(current ratio, quick ratio, cash ratio), profitability (return on assets, return on equity), leverage (debt
to assets ratio, debt to equity ratio) and activity (inventory turnover, total assets turn over) predicts
financial distress. This research was conducted on CV. Timorese Computer, Jalan Tompello No.23,
Oetete, Oebobo, Kupang, East Nusa Tenggara. This study uses a quantitative descriptive method. The
data analysis technique used in this research is secondary data and quantitative descriptive using
industry standards. The results of this study indicate that liquidity (current ratio, quick ratio, cash
ratio) experience financial distress, while profitability (return on assets, return on equity), leverage
(debt to assets ratio, debt to equity ratio) not experiencing financial distress as well as with activities
using the total assets turnover that results are not experiencing financial distress.
PENDAHULUAN
Perekonomian dewasa ini telah menimbulkan kesulitan yang sangat besar terhadap
perekonomian nasional terutama kemampuan dunia usaha dalam mengembangkan usahanya.
Kondisi ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi kegiatan, kinerja
maupun keuangan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan merupakan sumber informasi
perihal kondisi keuangan perusahaan, baik kondisi keuangan tahun berjalan maupun tahun-
tahun sebelumnya. Laporan Keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kesehatan suatu
perusahaan melalui rasio-rasio keuangan yang ada. Financial distress didefinisikan sebagai
1
Alumni IABI FISIP Tahun 2021
2 3
- Dosen IABI FISIP Undana
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 25
kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba dan
juga sebagai likuidasi perusahaan. Maka financial distress adalah keadaan perusahaan dimana
memiliki potensi untuk mengalami kebangkrutan karena perusahaan tidak mampu membayar
kewajiban-kewajibannya dan menghasilkan laba kecil yang memberikan dampak pada
perubahan modal sehingga perlu restrukturisasi pada perusahaan yang bersangkutan (Munawir,
2004:22).
Rasio-rasio keuangan yang sering digunakan untuk memprediksi kondisi financial
distress antara lain rasio likuiditas, profitabilitas, Leverage, dan aktivitas.
STUDI PUSTAKA
Laporan Keuangan
Laporan keuangan sudah merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan
melaporkan keuangan perusahaannya pada suatu periode tertentu. Hal yang dilaporkan
kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini.
Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan
sekarang dan kedepan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada baik kelemahan maupun
kekuatan yang dimilikinya (Kasmir, 2016:7).
Analisis Rasio Keuangan
Rasio keuangan ini hanya menyederhankan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos lainya. Dengan penyerdehanaan ini kita dapat
membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan
penilaian (Sofyan, 2013:297). Beberapa analisis rasio yang sering di gunakan yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang mempunyai kemampuan untuk mengelola perusahaan
untuk dapat memenuhi kewajiban atau untuk membayar hutang jangka pendeknya. Jika
perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya, maka perusahaan tersebut di nilai
sebagai perusahaan yang likuid. Rasio likuiditas menurut (Kasmir, 2016:134) terdiri dari:
Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio.
2. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 26
prusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio Profitabilitas menurut (Syamsuddin,
2011:61) secara umum terdiri dari: Return on Assets dan Return on Equity.
3. Financial Leverage Ratio
Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang. Rasio ini menggunakan utang dan modal untuk mengukur besarnya rasio
utang yang dimaksudkan, jadi dapat disimpulkan bahwa leverage digunakan oleh
suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva, modal serta menanggung
beban tetap melainkan juga untuk memperbesar penghasilan (Sofyan,2013:195).
Laverage Ratio menurut (Kasmir, 2016:157) terdiri dari: debt to asset ratio (debt
ratio), debt to equity ratio.
4. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan unuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula
dikatakan rasio ini digunakan untuk mengkur tingkat efisiensi (efektifitas)
pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efisiensi yang dilakukan misalnya di biro
penjualan sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya. (Kasmir, 2016:
177)
Aktivitas Rasio menurit (Kasmir, 2016:177) terdiri dari: Perputaraan Sediaan dan
Total Assets Turn Over.
Financial Distress
Financial distress adalah kondisi dimana perusahaan mengalami financial distress
didefinisikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk
menghasilkan laba dan juga sebagai likuidasi perusahaan (Munawir, 2004:22).
METODE PENELITIAN
Ruang Lingkup dan Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yaitu jenis penelitian yang dilakukan
terfokus pada suatu kasus tertentu dengan mengumpulkan data yang sesuai keadaan yang
sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya sehingga dapat memberikan perbandingan yang
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 27
cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui likuiditas, profitabilitas, leverage dan aktivitas
memprediksi kondisi financial distress pada CV. Timorese Computer Kota Kupang tahun
2017-2020.
Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptifkuantitatif
yang terdiri atas data dari CV. Timorese Computer Kota Kupang selama kurun waktu 2017-
2020.
Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdiri dari variabel independent dan variabel dependent.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Variabel Independent
Variabel independent pada penelitian ini adalah likuiditas, profitabilitas,
laverage, aktivitas.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Financial Distress.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif. Sumber data ada dua yaitu data
primer dan data sekunder.
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 28
atau informasi yang sudah ada pada perusahaan.
HASIL
Rekap Hasil Analisis Rasio dan Prediksi Rasio Keuagan Terhadap Financial Distressdisajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekap Analisis Rasio dan Prediksi Rasio Keuangan
CV.Timorese Computer Tahun 2021
Hasil Financial Distress
Hasil
Analisis
Prediks Standar
Rasio Keuangan Rasio 2017-
i Tahun Industri 2021
Tahun 2020
2021
2017-2020
Current Ratio 90.15% 70.70% 200% Ya Ya
Quick Ratio 27.52% 35.96% 150% Ya Ya
Cash Ratio 5.62% -5.35% 50% Ya Ya
Return on Assets 49.37% -16.78% 30% Tidak Ya
Return on Equity 57.32% -21,78% 40% Tidak Ya
Debt to Assets Ratio 20,25% 39,37% 35% Tidak Ya
Debt to Equity Ratio 30,24% 72,16% 90% Tidak Tidak
Perputaraan Sediaan 10.25 kali 0.80 kali 20 kali Ya Ya
Total Assets Turn
6.67 kali -0.27 kali 2 kali Tidak Ya
Over
Sumber: Hasil analisis dan prediksi rasio keuangan
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2017-2020 ada ada lima (5) rasio yang tidak
mengalami financial distress (Return on Assets, Return on Equity, Debt to Asset Ratio, Debt
to Equity Ratio, dan Total Assets Turn Over) dan pada tahun 2021 diprrediksi bahwa semua
rasio mengalami financial distress.
1. Rasio Likuiditas
Hasil penelitian menunjukkan likuiditas perusahaan yang ditunjukkan dalam current
ratio, quick ratio, cash ratio perusahaan mengalami financial distress karena keadaan tersebut
tidak sesuai dengan standar industri rasio. Hasil tersebut sesuai dengan teori Dewi (2018)
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 29
bahwa jika perusahaan memiliki persentase CR, QR, CSR yang rendah maka perusahaan
tersebut dapat dikatakan dalam kondisi financial distress. Dan hasil prediksi pada tahun 2021
ternyata perusahaan masih mengalami financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan
peneliti Noviandri (2015) yang menyatakan bahwa variabel current ratio berpengaruh terhadap
financial distress, berbeda dengan peneliti Carolina, et al (2017) yang menyatakan bahwa rasio
likuiditas tidak berepengaruh/tidak dapat digunankan untuk memprediksi financial distress.
Hasil penelitian ini dalam keadaan tidak sehat menurut standar rasio dikarenakan
komposisi aset lancar tidak cukup menutupi semua utang lancar maka perusahaan perlu
berupaya menaikan aset lancar sehingga, dapat untuk menutupi semua utang lancar dan tahun
2021 perusahaan tidak mengalami financial distress seperti yang diprediksikan.
2. Rasio Profitabilitas
Hasil penelitian menunjukan profitabilitas perusahaan yang ditunjukkan dalam return
on asset dan return on equity tidak mengalami financial distress karena sesuai atau memenuhi
standar industri rasio. Hasil tersebut sesuai dengan teori (Alexandri, 2008) bahwa apabila
persentase rasio ini meningkat atau lebih dari standar industri, berarti profitabilitas
perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang
dinikmati oleh pemilik perusahaan. Kemungkinan terjadinya financial distress akan semakin
rendah. Sebaliknya kemungkinan terjadinya financial distress apabila persentase semakin
rendah yang menunjukkan kinerja keuangan tidak baik dimana perusahaan tidak mampu
mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan sehingga profitabilitas
menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti Carolina, et al (2017) mengatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh atau dapat digunakan untuk memprediksi financial distress.
Tetapi, hasil prediksi pada tahun 2021 kedua rasio yang digunakan ternyata mengalami
financial distress karena adanya penurunan persentase dari ROA dan ROE yang besar di tahun
2020 sehingga hasil tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil prediksi.
Hasil penelitian ini dalam keadaan sehat pada tahun 2017-2020 menurut standar
rasio. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba bersih perusahaan
baik, yang didapatkan dari memanfaatkan aset dan juga ekuitas yang dimiliki, tetapi prediksi
tahun 2021 dalam keadaan tidak sehat dikarenakan adanya penurunan laba bersih yang cukup
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 30
besar sebagai akibat dari pandemi Covid- 19 maka perusahaan perlu berupaya menaikan laba
bersih walaupun perusahaan dalam keadaan sehat, sehingga terhindar dari kondisi financial
distress yang di prediksikan.
3. Financial Laverage
Hasil penelitian menunjukan laverage perusahaan yang ditunjukkan dalam debt to
asset ratio dan debt to equity ratio tidak mengalami financial disitress karena di bawah
standar industri rasio. Hasil tersebut sesuai dengan teori (Dewi 2018) bahwa semakin rendah
rasio maka kinerja keuangan perusahaan semakin baik dan terhindar dari financial distress.
Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Noviandri (2015) yang menyatakan bahwa utang
atau kewajiban yang besar pada perusahaan akan dapat mengalami kesulitan keuangan. Tetapi,
hasil prediksi pada tahun 2021 rasio DAR yang digunakan ternyata mengalami financial
distress karena adanya peningkatan persentase dari DAR yang besar di tahun 2020 sehingga hasil
tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil prediksi. Hasil penelitian ini dalam keadaan sehat
pada tahun 2017-2020 menurut standar rasio tetapi prediksi DAR tahun 2021 dalam keadaan
tidak sehat karena adanya peningkatan total hutang yang besar akibat dari pandemi Covid-19
maka perusahaan perlu berupaya memaksimalkan penjualan di tahun berikutnya agar tidak
bergantung pada hutang untuk membiayai aset.
4. Aktivitas
Hasil penelitian menunjukan aktivitas perusahaan yang ditunjukkan dalam perputaran
sediaan perusahaan mengalami financial distress karena keadaan tersebut tidak sesuai dengan
standar industri rasio. Hasil ini sesuai dengan teori (Kasmir 2016:177) bahwa jika hasil rasio
tinggi maka proses penjualan barang termasuk cepat dengan demikian kemungkinan barang
mengalami kerusakan atau tertinggal hingga usang berkurang, begitupun sebaliknya jika hasil
rasio rendah maka proses penjualan barang termasuk lambat dengan demikian kemungkinan
barang mengalami kerusakan atau tertinggal hingga usang bertambah. Sedangkan hasil
penelitian total asset turn over tidak mengalami financial distress karena keadaan tersebut
sesuai dengan standar industri rasio. Hasil ini sesuai dengan teori (Kasmir 2016:178) bahwa
semakin efektif pengelolaan perusahaan yang ditunjukkan maka perusahaan dianggap mampu
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 31
dalam mengatasi kesulitan keuangannya (financial distress). TATO memberikan pengaruh
yang besar terhadap jaminan situasi keuangan yang terjadi maupun kemampuan terhindar dari
financial distress. Hasil penelitian ini sejalan dengan peneliti Noviandri (2017) yang
menyatakan bahwa semakin tinggi rasio ini semakin efisien penggunaan aset, dan TATO
berpengaruh terhadap financial distress.
Tetapi, hasil prediksi pada tahun 2021 kedua rasio yang digunakan ternyata mengalami
financial distress di karenakan adanya penurunan persentase dari perputaran sediaan dan
TATO yang besar di tahun 2020 sehingga hasil tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil
prediksi.
Kedua rasio ini mempunyai hasil yang berbeda, dilihat dari hasil penelitian tersebut
yang paling efektif digunakan untuk menentukkan sebuah perusahaan mengalami financial
distress adalah TATO karena TATO dianggap menjadi tolak ukur akan efektifitas perusahaan
dalam mengelola keuangan terutama pada bagian aset.
Hasil penelitian ini dalam keadaan sehat menggunakan TATO menurut standar rasio
tetapi prediksi tahun 2021 dalam keadaan tidak sehat. Hal ini dikarenakan penjualan
perusahaan mengalami penurunan yang cukup besar sebagai akibat dari pandemi Covid-19 maka
perusahaan perlu berupaya menaikan penjualan sehingga terhindar dari kondisi financial
distress yang di prediksikan.
SIMPULAN
1. Rasio likuiditas perusahaan yang ditunjukkan dalam current ratio, quick ratio, cash ratio
perusahaan mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa
di tahun 2021 ternyata masih mengalami kesulitan keuangan.
2. Rasio profitabilitas yang ditunjukkan dalam return on asset dan return on equity tidak
mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa di tahun 2021
ternyata perusahaan mengalami distress.
3. Rasio laverage yang ditunjukkan dalam debt to asset ratio dan debt to equity ratio tidak
mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa di tahun 2021
ternyata perusahaan mengalami distress di rasio DAR.
4. Rasio aktivitas perusahaan lebih efektif menggunakan rasio total assets turn over dengan
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 32
hasil tidak mengalami financial distress dari tahun 2017-2020 dan memprediksi bahwa di
tahun 2021 ternyata perusahaan mengalami distress.
5. ROA menurun dikarenakan total asset dan total ekuitas yang dimiliki perusahaan tidak
dimanfaatkan secara baik sehingga menyebabkan penurunan laba atau bahkan kerugian.
DAFTAR PUSTAKA
Alexandri, Moh. Benny, 2008. Manajemen Keuangan Bisnis: Teori dan Soal. Bandung:
Penerbit Alfabet.
Dewi, Ni Luh Putu Ari, I. Dewa Made Endiana, and I. Putu Edy Arizona. 2019. "Pengaruh Rasio
Likuiditas, Rasio Leverage Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur." Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (Kharisma) 1.1
(2019): 322-333.
Kasmir, 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press. Kelima. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.
Munawir, S., 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Yogyakarta: Liberty.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)., 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Jakarta: Salemba Empat.
Jurnal Bisnis & Manajemen Vol. 14, No. 1, Januari 2022, Hal. 25 – 33 33
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas,
aktivitas, pertumbuhan terhadap terjadinya financil distress pada perusahaan manufaktur periode 2014-2016.
Teknik analisis datanya meggunakan PLS (Partial Least Square) yang bertujuan untuk memprediksi besar
pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio, ROA, ROE, NPM, Receviable
Turn Over, Growth Ratio terhadap financial distress yang dilihat dari nilai EPS bernilai negatif 2 tahun
berturut-turut. Hasil dari uji hipotesis bahwa rasio Likuiditas menunjukkan positive tidak signifikan terhadap
terjadinya financial distress sedangkan rasio solvabilitas dan rasio pertumbuhan menunjukan positive
signifikan kemudian rasio aktivitas dan profitabilitas menunjukkan bahwa negative signifikan terhadap
financial distress. Dilihat dari nilai R-Square kontribusi pengaruh likuiditas, solvabilitas, profitabilitas,
aktivitas, pertumbuhan terhadap financial distress sebesar 48,9 %.
Financial Ratio Analysis For Predicting Financial Distress In Manufacturing Companies Listed
In Indonesia Stock Exchange
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the effect of liquidity ratio, solvency, profitability, activity, growth
on the occurrence of financil distress in manufacturing companies for the period 2014-2016. The data
analysis technique uses PLS (Partial Least Square) which aims to predict the influence of Current Ratio,
Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio, ROA, ROE, NPM, Receivable Turn Over, Growth Ratio
to financial distress seen from EPS value is negative 2 years in a row. The results of the hypothesis testing
that the Liquidity ratio shows no significant positive to the occurrence of financial distress while the
solvency ratio and growth ratio show a significant positive then the activity and profitability ratios show
that the negative is significant to financial distress. from the value of R-Square the contribution of the effect
of liquidity, solvency, profitability, activity, growth on financial distress is 48.9%.
179
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Salah satu negara yang terkena efek dari terjadinya financial distress pada perusahaan
kondisi perekonomian tersebut adalah manufaktur periode 2014-2016 yang dilihat
Indonesia. Banyak hal yang ditimbulkan dari dari niali EPS dengan mengalami penurunan
kondisi ketidakstabilan yang terjadi di selama 2 tahun berturut-turut yang pada kali
Indonesia yang berdampak negatif pada ini pada penelitian tahun 2014-016 dengan
sektor-sektor vital perekonomian, khususnya menggunakan alat uji PLS sebgai alat untuk
perusahaan yang berada di Indonesia. Banyak melihat adanya pengaruh dari setiap variabel
perusahaan yang terkena dampak goncangan dalam memprediksi financial distress.
dari kondisi ketidakstabilan perekonomian di
Indonesia, tak terkecuali perusahaan manu B. LANDASAN TEORI
faktur. Perusahaan manufaktur merupa kan 1. Penelitian terdahulu
perusahaan terbanyak yang terdaftar di Bursa 1) Penelitian Ni Luh Made Ayu Widhiari,
Efek Indonesia. Perusahaan ini dapat Ni K Lely Aryani Merkusiawati (2015) yang
mendorong pertumbuhan perekonomian berjudul “pengaruh rasio likuiditas,
secara cepat dan stabil bagi keseluruhan leverage, operating capacity, dan sales
perekonomian Indonesia (World bank, 2016). growth terhadap financial distress”.
Selama periode 2014-2016 jumlah Populasinya adalah perusahaan manufaktur
perusahaan yang terdelisting dari Bursa Efek yang terdaftar di BEI 2010-2013 dan sampel
Indonesia berjumlah 20 perusahaan, diantara sebanyak 152 perusahaan dengan hasil rasio
nya 8 dari 20 perusahaan yang terdelisting likuiditas, operating capacity, dan sales
adalah perusahaan manufaktur. Banyak faktor growth berpengaruh negatif secara
yang menyebabkan perusahaan harus signifikan terhadap financial distress.
terdelisting dari Bursa Efek Indonesia dan sementara itu rasio leverage tidak mampu
terancam terkena financial distress. Salah satu mempengaruhi kemungkinan financial
faktornya meliputi penurunan kinerja distress pada perusahaan.
perusahaan yang ditandai dengan ketidak 2) Penelitian Muhammad Arif Hidayat,
cukupan modal, besarnya beban utang, dan Wahyu Merianto (2014) yang berjudul
bunga. Berikut data perusahaan manufaktur “prediksi financial distress perusahaan
yang teridikasi financial distress yang dilihat manufaktur di indonesia yang terdaftar di
dari Earning per share (EPS) pada tabel 1: BEI 2007-2012” variabel yang diteliti
(www.sahamok.com) likuiditas, leverage, aktivitas, dan
Bisa dilihat dari grafik gambar 1 profitabilitas dengan populasi seluruh
adalah hasil dari nilai EPS yang negatif pada perusahaan yang terdaftar di BEI 2007-
2 tahun berturut-turut dan penurunan paling 2012. dan sampel sebanyak 295 perusahaan
tajam terjadi pada tahun 2014 dengan dengan hasil rasio yang paling andal dalam
perusahaan kode ARGO dan pada tahun 2015 memprediksi financial distress di perusahaan
dengan kode perusahaan ARGO dan ditahun adalah rasio leverage, likuiditas, aktivitas
2016 dengan kode perusahaan ARGO karena sedangkan rasio profitabilitas adalah satu-
pada 3 tahun penelitian nilai EPS menunjuk satunya rasio yang tidak signifikan dalam
kan data minus setiap tahunnya. memprediksi financial distress.
Keterbaruan dalam penelitian ini
adalah dengan tujuan untuk menganalisa
pengaruh rasio likuiditas ,solvabilitas,
profitabilitas, aktivitas, pertumbuhan terhadap
180
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Tabel 1.
Earning per share (EPS)
Perusahaan yang Terindikasi Financial Distress
NO EMITEN EPS
181
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Gambar 1.
Perusahaan Yang terindikasi Financial Distress
3) Penelitian Deny Liana dan Sutrisno tagihan-tagihan, dan mencari dana. Tetapi,
(2014) yang berjudul “Analisis Rasio manajer keuanganpun harus mampu
Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi menginvestasikan dana, Mulyanto Nugroho
Financial Distress Perusahaan dkk (2017:1420) menyatakan membuat
Manufaktur”. Dengan variabel rasio keputusan investasi adalah untuk
likuiditas, profitabilitas, leverage dan mengoptimalkan penggunaan dan dan
pertumbuhan. Populasi yang digunakan pengembangan aset yang dimiliki oleh
seluruh perusahaan manufaktur 2009- perusahaan. Investasi juga untuk
2012 dengan sampel 81 perusahaan dan mendapatkan keuntungan di masa depan.
mendapatkan hasil rasio keuangan yang Investasi pada aset keuangan juga dapat
signifikan mempengaruhi financial dilakukan di pasar modal, berupa saham,
distress adalah rasio profitabilitas. obligasi dan lain-lain. Mengatur kombinasi
Sedangkan rasio leverage dan sumber dana yang optimal, serta
pertumbuhan tidak berpengaruh secar pendistribusian keuntungan (pembagian
signifikan terhadap financial distress, deviden) dalam rangka meningkatkan nilai
sementara likuiditas berpengaruh negatif perusahaan. Pengaturan kombinasi sumber
tetapi tidak signifikan. dana berikut kebijakan deviden merupakan
penentu besar kecilnya beban finansial dan
2. Manajemen Keuangan resiko finansial. Untuk memenuhi
Pada setiap perusahaan manajer kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus
keuangan mempunyai peranan penting mampu mencari sumber dana dengan
dalam perusahaan. Tugas manajer keuangan komposisi yang menghasilkan beban biaya
tidak hanya mencatat, membuat laporan, paling murah. Hal tersebut harus dapat
mengendalikan posisi kas, membayar diupayakan oleh manajer keuangan.
182
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
183
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Gambar 2.
Kerangka Konseptual
Rasio likuiditas
Rasio Aktivitas
Rasio Pertumbuhan
184
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
185
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
186
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Gambar 3.
Pengukuran Variable dengan Outer Loadings
Gambar 4.
Outer Loadings Dropping
Discriminant Validity
Tabel 2.
Nilai Discriminant Validity (Cross Loading)
Financial Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio
Distress Aktivitas Likuiditas Pertumbuhan Profitabilitas Solvabilitas
Current
0.0556 -0.164 1 0.02084 -0.008302 -0.0281
Ratio
DER 0.555 -0.2636 -0.02812 -0.063188 -0.774736 1
EPS 1 -0.4879 0.055569 0.036942 -0.643462 0.55499
ROE -0.6435 0.4194 -0.008302 0.090109 1 -0.7747
Receivable
-0.4879 1 -0.163987 -0.079098 0.419405 -0.2636
Turn Over
TAG 0.0369 -0.0791 0.02084 1 0.090109 -0.0632
187
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Nilai loading factor untuk setiap dihubungkan dengan variabel laten lainnya.
indikator dari masing-masing variabel laten Hal ini berarti bahwa setiap variabel laten
masih memiliki nilai loading factor yang memiliki discriminant validity yang baik.
paling besar dibanding nilai loading jika
Tabel 3.
Composite Reliability dan Average Variance Extracted
Composite
AVE
Reliability
Financial Distress 1.000000 1.000000
Dapat disimpulkan bahwa semua konstruk Evaluasi Inner Model Partial Least Square
memenuhi kriteria reliabel. Hal ini (PLS) diukur melalui nilai Q-Square
ditunjukkan dengan nilai composite reliability predictive relevance, untuk mengukur
di atas 0,70 sebagaimana kriteria yang seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh
direkomendasikan. Nilai AVE untuk masing- model dan juga estimasi parameternya.
masing konstruk memiliki nilai AVE di atas Pengujian goodness of fit menggunakan nilai
0,70, artinya semua variabel memiliki nilai predictive-relevance (Q2), dalam menilai
composite reliability yang tinggi dan baik. model dengan PLS dimulai dengan melihat R-
Square untuk setiap variabel dependen
Tabel 4.
Nilai R-Square
R Square Keterangan
Kontribusi pengaruh variabel
Rasio Aktivitas, Rasio
Likuiditas, Rasio
Pertumbuhan, Rasio
Financial Distress 0.489093 Profitabilitas, serta Rasio
Solvabilitas terhadap
Financial Distress adalah
sebesar 48.9%.
menunjukkan bahwa untuk variabel Financial Rasio Solvabilitas sebesar 0.489093 atau
Distress dipengaruhi oleh variabel variabel 48.9% dan 51.1% dijelaskan oleh variable
Rasio Aktivitas, Rasio Likuiditas, Rasio lain yang tidak diteli dalam penelitian ini.
Pertumbuhan, Rasio Profitabilitas, serta
188
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
Gambar 5.
Model path coefficients dengan bootstrapping
189
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
190
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
191
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam memprediksi adanya indikasi financial
perusahaan dijamin oleh rendahnya asset yang distress
dimiliki perusahaan sehingga perusahaan 4) Rasio Aktivitas terhadap Financial
akan mengalami Financial Distres. Distress adalah negative signifikan
artinya apabila Perusahaan yang
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI memiliki perputaran persediaan sangat
1. Kesimpulan lamban dapat mengakibatkan kerugian
Berdasarkan hasil penelitian yang menguji yang sangat cepat karena barang
analisis rasio keuangan untuk memprediksi tersebut dapat mengalami penyusutan
financial distress, maka selanjutnya dapat karena penyimpanan yang terlalu
ditarik simpulan sebagai berikut: lama. Secara tidak langsung Dapat
1) Rasio Likuiditas terhadap Financial diketahui pengelolaan persediaan telah
Distress adalah positif tidak signifikan dilakukan sangat tidak baik
artinya rasio tersebut digunakan untuk 5) Rasio Pertumbuhan terhadap
mengukur kemampuan perusahaan Financial Distress adalah positif
dalam memenuhi kemampuan signifikan Implikasi dalam penelitian
finansial dalam jangka pendek, namun ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
pada permasalahan ini likuiditas lebih perusahaan memiliki pengaruh dalam
kuat pada Current ratio rasio yang memprediksi financial distress. Rata-
secara definisi digunakan untuk rata pertumbuhan perusahaan per
mengukur kemampuan perusahaan tahun menunjukkan nilai yang positif.
dalam membayar kewajiban finansial Pertumbuhan perusahaan positif
jangka pendek menggunakan aktiva menunjukkan perusahaan mampu
lancar, maka kecenderungan tingginya menjaga kestabilan jumlah aset, serta
Current ratio berdampak sangat mempunyai kecendrungan dapat
lambat akan indikasi terjadinya mempertahankan kelangsungan usaha
Financial Distress nya ditengah kondisi perekonomian,
2) Rasio Solvabilitas terhadap Financial sehingga dapat menurunkan potensi
Distress adalah positif signifikan terjadinya kondisi financial distress
Hutang yang diproksikan dengan DER 2. Rekomendasi
dapat menyebabkan perusahaan Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan
mengalami kondisi financial distress. di atas maka dapat disampaikan beberapa
Berarti DER dapat memprediksi suatu saran yang didasarkan pada temuan
financial distress perusahaan. DER penelitian sebagai berikut:
merupakan perbandingan antara total 1) Bagi investor dan calon investor yang
utang dibagi dengan modal ingin menginvestasikan sahamnya
perusahaan. diharapkan lebih cermat dan teliti
3) Berdasarkan output inner model path dengan melihat terlebih dahulu kondisi
coefficients Rasio Profitabilitas perusahaan yang akan dipilih baik dari
terhadap Financial Distress adalah faktor internal maupun eksternal
negative signifikan artinya fungsi perusahaan..
rasio profitabilitas perusahaan 2) Disarankan bagi peneliti selanjutnya
merupakan salah satu dasar penilaian bahwa masih ada variabel lain yang
kondisi suatu perusahaan, untuk itu harus diperhatikan dalam penelitian
dibutuhkan suatu alat analisis untuk ini. Oleh karenaitu hendaknya
bisa menilainya agar mampu penelitian-penelitian lebih lanjut dapat
192
Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Manufaktur
Indira Shofia Maulida dkk
JIABI – Vol. 2 No. 1 Tahun 2018
193