http://journal.feb.unmul.ac.id/index.php/INOVASI
Abstrak
Studi ini dilakukan dengan tujuan menguji fenomena underpricing emiten yang melakukan
penawaran umum perdana untuk mengetahui faktor penentu underpricing IPO saham. Sampel penelitian
ini diambil dari 204 emiten yang melaksanakan IPO selama periode 2010-2019. Pengujian dilakukan
dengan metode analisa regresi data panel. Dengan menggunakan beberapa proxy data keuangan dan
data non-keuangan, hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan IPO saham di Indonesia mengalami
fenomena underpricing. Hasil studi menunjukan yaitu data keuangan; ROA (return on assets) memiliki
dampak negatif dan signifikan dan financial leverage (debt to equity/DER) memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap IPO underpricing. Sedangkan, data non-keuangan yaitu pengaruh variabel
underwriter’s reputation memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap IPO underpricing.
Kata Kunci: Ipo; underpricing; return on assets; debt to equity; underwriter’s reputation
Abstract
This study examined underpricing phenomenon on IPO companies on the IDX to explore the
factors that affecting underpricing of IPO activities. The sample that is used was 204 firms that
performed IPOs on IDX in 2010-2019. This paper used panel regression method. Using several proxies
of financial data and non-financial data, the results consistently showed that IPOs in Indonesia were
underpriced. Our results showed that financial data, which is ROA (return on assets) was found negative
and significant; financial leverage (debt to equity/DER) was found negative significant effect to IPO
underpricing. As non-financial data, underwriter’s prestige variable is found to be negative and
necessary impact on IPO underpricing.
Keywords: Ipo; underpricing; return on assets; debt to equity; underwiter’s reputation
PENDAHULUAN
Dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, pasar modal memberi kontribusi tersendiri dalam
aspek keuangan dan investasi. Pasar saham bisa menjadi funding alternative untuk korporasi yang
membutuhkan modal usaha. Terdapat perbedaan bentuk pendanaan ekuitas pada perusahaan yaitu
berupa privately owned atau publicly traded. Go public merupakan salah satu momen penting pada
siklus bisnis suatu perusahaan. Peningkatan ekuitas dapat mendukung rencana masa depan perusahaan,
namun pada waktu yang bersamaan menjadi subjek penilaian publik.
Langkah awal menjadi perusahaan go public adalah melakukan kegiatan penawaran umum
perdana saham. Salah satu kondisi yang umumnya terjadi saat kegiatan penawaran umum saham adalah
underpricing. (Ibbotson, 1975) dan (ritter 1984), diantaranya, memberikan bukti yang meyakinkan
bahwa penawaran umum perdana, pada umummya, underpriced. Underpricing pada saat pelaksanaan
penawaran saham pertama kali merupakan keadaan ketika harga saat penawaran umum saham berada
dibawah dari harga saham saat diperjualbelikan pasar regular.
IPO underpricing merupakan kejadian yang umumnya pada yang sering terjadi bursa saham,
tanpa memandang bursa saham tersebut berada di ekonomi negara maju atau negara berkembang.
Banyak penelitian IPO underpricing yang dilakukan berulang kali dan diuji dengan data dari berbagai
pasar modal di dunia.
IPO UNDERPRICING
60 54
48
50
Emiten Underpricing
40 35 Underpricing (Non-
Keuangan)
30 22 22 23
20 Overpricing
17 17 15
20
7 7
10 2 2 4 Wajar
1
0 1 1 1 1 1
0 1
0 0 1
0
0
2010 2012 2014 2016 2018
Tahun
Kajian pustaka
Teori yang membahas mengenai IPO dilakukan oleh (Ibbotson, 1975) yang melakukan penelitan
dengan hasil yang menyebutkan bahwa murahnya harga sahm IPO disebabkan karena keinginan dari
pihak penjamin emisi dengan tujuan agar investor mendapatkan untung dan tetap tertarik untuk membeli
saham IPO pada kegiatan penawaran saham selanjutnya. Sejak itu teori IPO pun mulai dikenal oleh
akademisi dan peneliti.
Kondisi underpricing sering ditemukan dalam kegiatan IPO, sehingga terdapat penyimpangan
harga saham IPO di pasar perdana/pasar primer sering berada dibawah harga saham (closing price)
dihari pertama ketika saham tersebut mulai ditransaksikan di pasar reguler (Hanafi, 2004).
Widoatmojo (2004) mengemukakan underwriter adalah pihak memiliki akses informasi lebih
banyak dan menggunakan ketidakpahaman emiten IPO mengenai kondisi pasar dengan tujuan untuk
meminimalisir resiko kerugian dari kegiatan IPO, sehingga hal ini berdampak pada ketidakpastian harga
saham dipasar sekunder. Manurung (2013) melakukan penilaian underpricing dengan dua pendekatan;
pertama dengan membandingan harga IPO dengan harga intrinsik saham IPO, kedua adalah dengan
menghitung selisih dari closing price hari pertama saham IPO diperdagangkan dengan harga saham saat
pelaksanaan IPO.
Berdasarkan hasil beberapa penelitian terdahulu ditemukan informasi keuangan dan informasi
non-keuangan perusahaan yang memiliki dampak pada IPO underpricing. Faktor keuangan yang diuji
adalah rasio profitabilitas yaitu, Return on Asset (ROA) yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam
mengukur kapabilitas perusahaan memperoleh laba usa dengan mengelola asset perusahaannya (Ang,
2007). Dalam kaitannya dengan kegiatan IPO, perusahaan dengan rasio profitabilitas yang baik
cenderung mampu mengurangi ketidakpastian IPO sehingga berdampak pada menurunnya
underpricing. Selanjutnya, hipotesis yang dibuat adalah Return on Asset (ROA) diduga berpengaruh
negatif terhadap IPO underpricing.
Berdasarkan teori, kondisi financial leverage meramalkan resiko yang dimiliki suatu perusahaan
dan rasio ini menerangkan kondisi ketidakpastian yang akan dihadapi investor (KIM et al., 1993). Rasio
hutang atau Financial leverage yang memberi gambaran mengenai kapasitas dan kapabilitas suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban membayar hutangnya dengan modal usaha perusahaan. Ketika
perusahaan dengan kondisi hutang yang besar akan meningkatkan ketidakpastian saat pelaksanaan IPO
saham, sehingga pada akhirnya menaikkan tingkat underpricing. Pengukuran rasio financial leverage
diukur membandingkan rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) ((Pahlevi, 2014);
(Saputra & Suaryana, 2016); (Adhi Partama & Gayatri, 2019); (Setiawan, 2018)). Hipotesis dalam
kajian ini yaitu Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap IPO underpricing.
Faktor non-keuangan penelitian ini diantara lain; pihak underwriter atau penjamin emisi yang
mempunyai tanggung jawab serta kewajiban kepada regulator dan juga investor dengan tujuan
pelaksanaan kegiatan IPO terlaksana dengan baik serta menarik minat banyak investor untuk membeli
saham IPO (Manurung, 2013). Intervensi dari sisi penjamin emisi mempunyai dampak signifikan dalam
penetapan harga, likuiditas pasar dan proses stabilisasi harga di pasar sekunder. (Loughran & Ritter,
2002) berpendapat bahwa penjamin emisi berperan penting dalam kegiatan IPO khususnya reputasi
yang dimiliki.
Penilaian reputasi kinerja underwriter diukur menggunakan dummy variable, poin 1 untuk
menilai underwriter yang berada dalam data 20 most active IDX members by frequency dan poin 0
untuk menilai underwriter yang berada diluar kriteria tersebut. Penelitian dengan variabel reputasi
underwriter dilakukan oleh (Yolana & Martani, 2005), dan (Ratnasari & Hudiwinarsih, 2013), Safitri
(2013). Dugaan sementara variabel underwriter’s prestige berpengaruh negatif terhadap IPO
underpricing.
(Carter et al., 1998) mengemukakan perusahaan yang belum lama berdiri cenderung
meningkatkan terjadinya underpricing. Biasanya investor lebih menyukai dan percaya pada perusahaan
yang sudah lama beroperasi dan dikenal banyak masyarakat sehingga hal ini mampu menurunkan
kemungkinan underpricing. (Islam et al., 2010) menunjukan hasil usia perusahaan dan total asset
perusahaan memiliki dampak positif namun proporsi saham yang ditawakan dan kategori industri
memiliki dampak negatif terhadap IPO underpricing di Chittagong Stock Exchange. Hipotesis yang
dibentuk adalah lamanya perusahaan berdiri memiliki pengaruh negatif terhadap IPO underpricing.
Prosentase saham perdana yang dijual kepada masyarakat bisa dipakai untuk meneliti uncertainty
yang dihadapi oleh investor. Prosentase saham IPO yang rendah ke masyarakat memberi sinyal yang
menandakan banyaknya informasi private yang dimilki pemengang saham lama dan hal ini memberi
dampak positif kepada investor untuk jangka panjang. Semakin besar jumlah penawaran saham IPO,
semakin besar resiko dan tingkat underpricing. Studi yang dilakukan Putro dan Priantinah (2017), Maya
(2013) dan Retnowati (2013) memperlihatkan prosentase saham IPO memiliki dampak positif pada IPO
underpricing. Hipotesis yang dibuat dalam studi yaitu prosentase penawaran saham diduga memilki
berpengaruh positif terhadap IPO underpricing.
METODE
Informasi yang dipakai dalam kajian ini merupakan data sekunder yaitu informasi keuangan;
ROA (return on assets) dan DER (debt to equity ratio), faktor non-saham perdana serta IPO price dan
closing price dihari pertama ditransaksikan dipasar sekunder selama periode 2010-2019. Data-data
tersebut diambil dari prospectus dan factbook dari website Bursa Efek Indonesia. Fokus penelitian ini
pada emiten IPO pada sektor non-keuangan dan mengeliminasi emiten IPO yang memiliki rasio ROA
dan DER yang negatif. Terdapat 304 emiten ipo selama periode 2010-2019. Ditemukan sebanyak 272
emiten yang mengalami kondisi underpricing. Setelah mengeliminasi perusahaan IPO sektor keuangan
dan emiten IPO dengan rasio keuangan negatif diperoleh sample akhir sebanyak 204 emiten IPO.
Tabel 1. Data faktor keuangan dan faktor non-keuangan
No. Variabel pengukuran Simbol variabel Satuan Sumber
1 Return on Asset ROA Persen Prospektus Emiten
2 Financial Leverage DER Persen Prospektus Emiten
3 Reputasi Underwriter RU Dummy Fact book IDX
4 Umur Perusahaan AGE Tahun Prospektus Emiten
5 Prosentase Penawaran Saham PPS Persen Prospektus Emiten
Objek penelitian berfokus pada emiten ipo sektor non-keuangan selama periode 2010-2019.
Rumus perhitungan underpricing seperti yang dilampirkan oleh (Kunz & Aggarwal, 1994) yaitu:
𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐮𝐭𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐡𝟏 𝐝𝐢 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐬𝐞𝐤𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫 – 𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐚𝐰𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐧𝐚
U𝒏𝒅𝒆𝒓𝒑𝒓𝒊𝒄𝒊𝒏𝒈 =
𝐡𝐚𝐫𝐠𝐚 𝐩𝐞𝐧𝐚𝐰𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐝𝐚𝐧𝐚
Penelitian ini menguji determinan IPO underpricing di Bursa Saham Indonesia. Underpricing
saham IPO merupakan variabel terikat dan variabel bebas terdiri dari dua kelompok yakni variabel
keuangan; ROA (return on asset) dan DER (debt to equity) yang diambil dari prospektus masing-masing
emiten ipo dan variabel non-keuangan; umur perusaahan saat IPO dan prosentase penawaran saham IPO
kepada public yang bersumber dari prospektus juga. Sedangkan variabel reputasi penjamin emisi dalam
bentuk variabel dummy dinilai dari 20 most active idx members by frequency factbook IDX. Model
penelitian metode data panel tertera dibawah ini:
UPit = β0 - β1ROAit + β2DERit - β3RUit - β4AGEit + β5PPSit + ε it
Keterangan =
UP = Underpricing
ROA = Return on Assets pada tahun pelaksanaan IPO
DER = Debt to Equity pada tahun pelaksanaan IPO
RU = Reputasi Underwriter/Penjamin Emisi
AGE = Umur Perusahaan pada saat IPO
PPS = Prosentase Penawaran Saham IPO
Hatta, 2010), Retnowati (2013), (Kristiantari, 2013; Setiawan, 2018) yang mengemukakan usia
perusahaan saat pelaksanaan IPO tidak berpengaruh terhadap IPO Underpricing. Hasil ini berlawanan
dengan hipotesa penelitian.
Ukuran lama atau tidaknya perusahaan berdiri tidak memiliki dampak terhadap underpricing
karena usia perusahaan saja tidak dapat dijadikan ukuran untuk menilai capaian dan kualitas kinerja
perusahaan. Ketika dihadapkan dengan dunia bisnis yang ketat dengan kompetisi daya saing, perusahaan
yang baru beroperasi belum pasti mempunyai kinerja yang buruk jika dibandingkan dengan perusahaan
yang telah lama beroperasi/berdiri. Dengan demikian, umur suatu perusahaan tidak memiliki jaminan
akan kualitas yang baik dan kinerja keuangan yang sehat sehingga belum tentu bisa menjadi faktor
penentu tingkat underpricing. Namun variabel umur perusahaan memiliki koefisien regresi negatif
sesuai dengan hipotesa yang diawal kajian ini. Semakin lama umur perusahaan dalam beroperasi maka
akan dikenal oleh masyarakat sehingga menurunkan asimetri informasi dan investor akan cenderung
memiliki informasi yang memadai pada saat penawaran perdana dan kemungkinan underpricing akan
menurun.
Pengaruh persentase penawaran saham (PPS) dan underpricing (UP)
Hasil pengujian data panel didapatkan besarnya nilai sig PPS senilai 0.4666>0,05 (alpha 5%).
Sehingga dikatakan tidak terdapat pengaruh PPS terhadap underpricing. Hasil sejalan dengan penelitian
(Pahlevi, 2014), Suhardjo (2015), (Purwanti & Siregar, 2018), serta (Adhi Partama & Gayatri, 2019)
dimana prosentase penawaran saham tidak memiliki dampak terhadap IPO underpricing. Hal ini tidak
mendukung hipotesa pada awal pembahasan.
Prosentase penawaran saham tidak memberikan efek signifikan terhadap IPO underpricing
dikarenakan investor tidak berorientasi pada proporsi banyak atau tidaknya jumlah saham yang
ditawarkan melainkan pada besarnya nilai saham IPO tersebut. Harga saham saat IPO akan menetapkan
besaran profit yang akan diperoleh, semakin rendah harga ketika IPO maka semakin tinggi antusiasme
investor pada saham IPO yang akan memiliki pengaruh pada tingginya underpricing.
Variabel prosentase penawaran saham memiliki koefisien positif sejalan dengan hipotesa
penelitian. Rendahnya saham yang dijual ke publik mengisyaratkan data atau informasi pribadi yang
disimpan para pemegang saham lama karena ada kemungkinan perusahaan masih memberikan return
yang tinggi dalam jangka panjang. Hal ini dihubungkan dengan agency theory dan signaling theory yang
mengatakan semakin banyak prosentase saham IPO, maka semakin besar pula uncertainty risk pada
emiten IPO. Sedikitnya prosentasi saham yang dijual ke publik memberi sinyal bahwa perusahaan
menyimpan banyak informasi rahasia (private) yang disimpan oleh pemegang saham lama. Banyaknya
outstanding IPO shares ke publik, semakin besar pula tingkat level IPO underpricing.
SIMPULAN
Literatur ini bertujuan untuk menelaah determinan IPO underpricing di Bursa Saham Indonesia.
Dari teori, prosedur dan uraian data yang telah dikaji maka hasil akhir yang disimpulkan adalah:
Faktor keuangan dalam penelitian ini yaitu rasio ROA pengaruh negatif dan signifikan; rasio DER
memiliki pengaruh positif signifikan terhadap underpricing saham IPO. Dilihat dari informasi keuangan
yang dimiliki perusahaan yaitu rasio probitabiltas (return on asset/ROA) dan rasio utang/financial
leverage (DER) pada emiten IPO memiliki pengaruh pada besar kecilnya underpricing saham IPO.
Faktor non-keuangan pada studi ini yaitu underwriter’s prestise, lamanya umur perusahaan saat
pelaksanaan IPO dan prosentase offering shares menunjukan hasil bahwa penjamin emisi yang memiliki
kinerja dan tercermin dari reputasinya dampak negatif dan berpengaruh signifikan pada tingkat
underpricing dimana penjamin emisi yang reputable dianggap lebih sukses dalam pelaksanaan IPO.
Namun, umur perusahaan saat IPO dan prosentase offering shares tidak memiliki efek yang signifikan
terhadap underpricing saham IPO.
Kajian ini masih bisa ditambahkan variabel bebas lainnya sebagai untuk mengukur pengaruhnya
terhadao variabel terikat. Studi ini menggunakan faktor keuangan hanya ROA dan DER saja, untuk
penelitian selanjutnya bisa menambahkan faktor keuangan lainnya.
Literarur ini mengkaji underpricing pada seluruh industri perusahaan yang terdapat di Bursa
Saham Indonesia. Untuk kajian selanjutnya bisa mengelompokkan beberapa sektor/industri tertentu atau
mengelompokkan emiten IPO yang berada pada main board (papan utama) atau development board
(papan pengembangan) agar bisa melihat fenomena dan tingkat underpricing lebih jelas
DAFTAR PUSTAKA
Adhi Partama, I. G. N., & Gayatri, G. (2019). Analisis Determinan Underpricing Saham di Bursa Efek
Indonesia. E-Jurnal Akuntansi. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v26.i03.p23
Ang, R. (2007). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide To Indonesian Capital
Market ). In Mediasoft Indonesia.
Boulton, T. J., Smart, S. B., & Zutter, C. J. (2011). Earnings quality and international IPO underpricing.
Accounting Review. https://doi.org/10.2308/accr.00000018
Carter, R. B., Dark, F. H., & Singh, A. K. (1998). Underwriter reputation, initial returns, and the long-
run performance of IPO stocks. Journal of Finance. https://doi.org/10.1111/0022-1082.104624
Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Ibbotson, R. G. (1975). Price performance of common stock new issues. Journal of Financial Economics.
https://doi.org/10.1016/0304-405X(75)90015-X
Isfaatun, E., & Hatta, A. (2010). ANALISIS INFORMASI PENENTU HARGA SAHAM SAAT
INITIAL PUBLIC OFFERING. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis. https://doi.org/10.35760/eb.
Islam, M. A., Ali, R., & Ahmad, Z. (2010). An Empirical Investigation into the Underpricing of Initial
Public Offerings in the Chittagong Stock Exchange. International Journal of Economics and
Finance. https://doi.org/10.5539/ijef.v2n4p36
KIM, J. ‐B, KRINSKY, I., & LEE, J. (1993). MOTIVES FOR GOING PUBLIC AND
UNDERPRICING: NEW FINDINGS FROM KOREA. Journal of Business Finance &
Accounting. https://doi.org/10.1111/j.1468-5957.1993.tb00659.x
Kristiantari, I. D. A. (2013). Analisis Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada
Saat Penawaran Perdana Di Bursa Efek Indonesia. Journal of Chemical Information and
Modeling. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Kunz, R. M., & Aggarwal, R. (1994). Why initial public offerings are underpriced: Evidence from
Switzerland. Journal of Banking and Finance. https://doi.org/10.1016/0378-4266(93)00016-I
Lestari, F., & Sulasmiyati, S. (2017). PENGARUH INFORMASI KEUANGAN TERHADAP
UNDERPRICING (Studi Pada Perusahaan Yang Melaksanakan IPO Pada Bursa Efek Indonesia
Tahun 2012). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya.
Loughran, T., & Ritter, J. R. (2002). Why Don’t Issuers Get Upset About Leaving Money on the Table
in IPOs? Review of Financial Studies. https://doi.org/10.1093/rfs/15.2.413
Manurung, A.H. 2013. Initial Public Offering (IPO): Konsep, Teori, dan Proses. PT Adler Haymans
Manurung Press, Jakarta.
Maya, R. (2013). Pengaruh Kondisi Pasar, Persentase Saham Yang Ditawarkan, Financial Leverage,
Dan Profitabilitas Terhadap Underpricing Saham Yang IPO di BEI Periode 2007-2011, 1–24.
Pahlevi, R. W. (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham pada penawaran
saham perdana di bursa efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis.
https://doi.org/10.20885/jsb.vol18.iss2.art8
Purwanti, P., & Siregar, E. I. (2018). ANALISIS FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
TINGKAT UNDERPRICING PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK
Copyright@2020; Inovasi - pISSN: 0216-7786 - eISSN: 2528-1097
221
INOVASI – 16 (2), 2020
214-222
Patricia Diana*
Universitas Multimedia Nusantara, Jalan Scientia Boulevard, Tangerang, Banten, Indonesia
*patricia@umn.ac.id
82
ANALISIS FENOMENA UNDERPRICING SEBAGAI STRATEGI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA
Oleh: DIANA
(Underwriter), profesi penunjang (akuntan public, dapat diperoleh akan lebih besar dengan persentase
konsultan hukum, notaris, penilai dan biro admin- penyerahan saham yang lebih kecil dibandingkan
istrasi efek. Selain itu, perusahaan perlu memper- dengan saat IPO. Tingkat underpricing yang tinggi
siapkan dokumen persyaratan meliputi: pendapat saat IPO cenderung akan mengalami penurunan
hasil pemeriksaan konsultan hukum laporan keu- saat right issue (Gumanti dan Alkaf, 2011).
angan auditan, laporan penilai, anggaran dasar pe- Fenomena underpricing dapat dipengaruhi
rusahaan, prospektus dan proyeksi keuangan. berbagai faktor. Ukuran perusahaan merupakan
Dilanjutkan dengan penyampaian permohonan skala operasional perusahaan yang umumnya
penyampaian ke BEI dan kemudian setelah dil- diukur berdasarkan jumlah sumber daya yang di-
akukan penelaahan akan dilanjutkan dengan pen- miliki perusahaan. Semakin besar ukuran perus-
yampaian pernyataan pendaftaran ke Otoritas Jasa ahaan, semakin banyak sumber daya yang dimiliki
Keuangan (OJK). Jika semua proses telah dilalui untuk terus beroperasi sehingga kemampuan perus-
maka BEI akan melakukan proses penawaran saham ahaan bertahan dimasa depan serta prospek
kepada publik dan selanjutnya pencatatan serta perkembangan perusahaan semakin besar. Hal ini
perdagangan aktif di BEI. dapat menarik minat investor karena emiten dinilai
Saham perusahaan pertama kali akan diperjual- mampu memberikan pengembalian di masa depan.
belikan pada pasar perdana yang selanjutnya akan Oleh karena itu, semakin tinggi ukuran perusahaan,
ditransaksikan lebih luas pada pasar sekunder. semakin tinggi underpricing yang mungkin terjadi.
Perbedaan harga saham pada pasar perdana yang Penelitian pada perusahaan IPO di Indonesia peri-
lebih rendah dari harga pada hari pertama di pasar ode 2013-2016 menunjukkan bahwa ukuran perus-
sekunder inilah yang dikenal dengan fenomena un- ahaan memiliki pengaruh positif signifikan ter-
derpricing. Jika kondisi sebaliknya yang terjadi, hadap underpricing (Mayasari, Yusuf, Yulianto,
maka dikenal dengan istilah overpricing. Selama ta- 2018). Hal ini didukung oleh data perusahaan IPO
hun 2016 – 2019, rata-rata jumlah perusahaan yang periode 2008-2011 yang menghasilkan simpulan
mengalami underpricing sebanyak 90,5% dari jumlah yang sama (Retnowati, 2013). Selain itu, penelitian
perusahaan yang melakukan IPO setiap tahunnya. pada perusahaan IPO di 36 negara secara inter-
Kondisi underpricing memberikan keuntungan nasional mengemukakan bahwa Perusahaan
dari sisi investor maupun emiten. Semakin tinggi dengan sumber daya tinggi akan mampu mencip-
underpricing yang terjadi, maka semakin besar capital takan manajemen resiko yang lebih memadai se-
gain yang dapat diperoleh investor karena investor hingga akan memiliki nilai underpricing yang lebih
dapat memperjualbelikan saham dengan harga tinggi (Baker, Thomas, Braga-Alves dan Morey,
yang lebih tinggi dengan dari harga pada saat sa- 2021).
ham dibeli di pasar perdana kepada investor lainnya Penjamin emisi (underwriter) memiliki peranan
di pasar sekunder. IPO yang melibatkan investor in- penting dalam proses IPO suatu perusahaan. Lem-
stitusional yang bergerak dalam bidang pengelolaan baga yang diperbolehkan melakukan penjaminan
dana sebagai investor yang diizinkan memiliki sa- emisi adalah sekuritas yang telah mendapat izin
ham sebelum saham tersebut IPO, akan mampu dari OJK dan BEI. Penjamin emisi adalah pihak yang
meningkatkan nilai underpricing pada pasar primer. membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
Keberadaan investor seperti ini juga akan berdam- penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan
pak pada peningkatan minat sehingga terjadi pen- atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang
ingkatan capital gain di pasar sekunder (Gupta, tidak terjual. Penjamin emisi yang bereputasi mem-
Singh dan Surendra, 2020). Hal ini disebabkan ka- iliki kemampuan dalam menilai saham suatu perus-
rena public menilai bahwa investor institusional ini ahaan dan menentukan harga yang tepat atas saham
memiliki pengetahuan, pertimbangan dan sumber tersebut. Ketepatan harga IPO akan sesuai dengan
daya yang baik dalam menilai kualitas saham suatu tingkat harga penawaran investor sehingga mampu
emiten sehingga saham emiten dinilai memiliki meningkatkan minat investor di pasar sekunder.
prospek yang tinggi di masa depan. Kondisi under- Kondisi ini akan mendorong terjadinya peningkatan
pricing juga menjadi alternatif bagi emiten karena harga yang lebih tinggi dari harga di pasar primer
dengan melakukan underpricing di saat IPO, maka sehingga menyebabkan tingkat underpricing yang
akan meningkatkan kemungkinan perusahaan lebih besar. Untuk perusahaan IPO di Indonesia
mampu menentukan harga saham yang lebih tinggi ditemukan bahwa reputasi underwriter ini tidak
pada saat penerbitan saham kembali di waktu yang memiliki pengaruh terhadap underpricing. Hal ini
berbeda (right issue) sehingga jumlah dana yang terjadi pada perusahaan IPO periode 2009-2013
83
JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 14 NO 2 – MEI 2022– Halaman 82-93
(Rosyidah, 2014), periode 1995-2007 (Rachmadhanto mempengaruhi aktivitas pasar bursa pada periode
dan Raharja, 2014), serta periode 2007-2013 (Kur- tahun yang digunakan dalam penelitian. Rumusan
niawan dan Septianti, 2015). Namun untuk reputasi masalah yang digunakan dalam penelitian sebagai
underwriter ini memiliki pengaruh pada perus- berikut:
ahaan IPO periode 2005-2010 (Safitri, 2013) dan peri- 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh
ode 2010–2014 (Jeanne dan Eforis, 2016). positif terhadap strategi underpricing?
Salah satu persyaratan dokumen saat perus- 2. Apakah Reputasi Underwriter berpengaruh
ahaan IPO adalah penyampaian laporan keuangan positif terhadap strategi underpricing?
auditan untuk periode terakhir tahun sebelum pe- 3. Apakah Reputasi Auditor berpengaruh pos-
rusahaan IPO. Laporan audit ini haruslah melibat- itif terhadap strategi underpricing?
kan auditor independen. Semakin tinggi kualitas 4. Apakah Profitabilitas (ROE) berpengaruh
dan reputasi auditor yang digunakan, akan men- positif terhadap strategi underpricing?
dorong semakin tingginya kepercayaan public ter-
hdapa informasi yang tertuang dalam laporan keu- KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN
angan. Akurasi dan ketepatan data keuangan HIPOTESIS
emiten akan mampu mengurangi ketidakpastian di- Kajian Literatur
masa depan sehingga mampu meningkatkan minat Teori Sinyal
investor untuk melakukan investasi sehingga Teori sinyal merupakan penjelasan yang meng-
berdampak pada peningkatan kemungkinan under- gambarkan perilaku ketika terdapat dua pihak, baik
pricing yang terjadi (Safitri, 2013). individual maupun institusi yang memiliki akses
Tujuan utama berinvestasi adalah memperoleh berbeda terhadap suatu informasi. Pihak pertama
pengembalian. Perusahaan atau emiten yang sebagai pemberi informasi menentukan metode dan
mampu memberika pengembalian adalah perus- media penyampaian informasi sedangkan pihak
ahaan yang secara keuangan memiliki kemmapuan lainnya sebagai penerima menginterpretasikan
menghasilkan pendapatan. Hal ini dapat terukur maksud dari infromasi yang diterimanya (Connely,
melalui rasio profitabilitas perusahaan yaitu Return Certo, Ireland dan Reutzel, 2010). Laporan keu-
on Equity (ROE). Semakin tinggi nilai ROE menun- angan merupakan salah satu media penyampaian
jukkan semakin tinggi kemmapuan perusahaan akuntansi dalam akuntansi. Sedangkan untuk pe-
mengelola dana yang diperoleh dari pemegang sa- rusahaan yang melakukan IPO, penyampaian infor-
ham untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. masi kepada investor dapat melalui prospectus dan
Peningkatan laba akan meningkatkan kemampuan laporan lainnya yang menjadi persyaratan IPO.
perusahaan membagikan dividen yang merupakan Akses informasi antara perusahaan dengan pihak
bentuk pengembalian kepada pemegang saham. eksternal juga dapat memunculkan asimetri infor-
Hal ini mendorong minat investor untuk berinves- masi. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin mem-
tasi sehingga kemungkinan terjadinya underpricing itigasi asimetri informasi, akan cenderung memilih
semakin tinggi. Pertumbuhan laba terutama dalam pendanaan dengan utang daripada ekuitas yang sa-
bentuk perolehan kas akan mampu meningkatkan lah satunya adalah penerbitan saham (Ahmad, Hun-
kemungkinan terjadinya underpricing (Sitompul, jra, Qureshi dan Hanif, 2021).
Purwohedi dan Warokkah, 2017). Penerapan teori sinyal yang berdampak pada
Underpricing sebagai salah satu strategi yang terjadinya underpricing menggunakan asumsi
dilakukan oleh perusahaan saat melakukan IPO di- bahwa manajer atau pihak internal perusahaan
pengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa Penelitian mengetahui lebih banyak tentang kualitas internal
terdahulu terkait underpricing dilakukan oleh Vona perusahaan dibandingkan dengan investor.
dan Nadia (2018), Budianto (2018), Jeanne dan Eforis Keterbatasan informasi yang dimiliki investor inilah
(2016), Yohandes (2017). Hasil temuan yang di- yang menyebabkan investor kesulitan dalam
peroleh masih sangat beragam sehingga penelitian penilaian kualitas dari saham emiten yang akan
ini berusaha memperkaya temuan tentang fenom- dibelinya. Oleh karena itu, perusahaan dengan
ena underpricing tersebut. Selain itu, penelitian ter- kualitas tinggi akan melakukan strategi underpricing
dahulu umumnya menggunakan periode penelitian untuk memberikan sinyal kepada investor (Pa-
dalam kurun waktu 2 sampai 3 tahun. Sedangkan paiaonnou dan Karagozoglu, 2017). Hal serupa ter-
dalam penelitian ini, rentang tahun penelitian yang jadi pada perusahaan yang memiliki afiliasi bisnis di
digunakan cukup panjang yaitu 2015 hingga 2019 Cina yang berusaha memberikan sinyal positif
dengan tujuan untuk menemukan kecenderungan kepada investor dengan cara memperbesar
underpricing pada berbagai kondisi ekonomi yang kecukupan modal dari pemegang saham terdahulu
84
ANALISIS FENOMENA UNDERPRICING SEBAGAI STRATEGI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA
Oleh: DIANA
dengan tujuan agar investor memiliki kepercayaan yang dilakukan oleh Utamaningsih (2014) yang
kepada perusahaan yang pada akhirnya dapat men- menyatakan bahwa saham dengan underpricing
gurangi jumlah underpricing saat perusahaan yang tinggi akan mampu memberikan pengem-
melakukan IPO (Wang, Wan dan Yiu, 2018). balian yang tinggi pada 30 hari perdagangan per-
tamanya di pasar sekunder, walaupun untuk
Underpricing perdagangan jangka panjang tidak berlaku.
Kondisi penerbitan saham underpricing terjadi
saat harga saham yang ditentukan di pasar perdana Ukuran Perusahaan
saat perusahaan melakukan IPO lebih rendah Pengukuran skala suatu perusahaan dapat dil-
dibandingkan harga saham tersebut pada hari per- akukan berdasarkan beberapa dasar, salah satunya
tama diperdagangkan di pasar sekunder. Penentuan menggunakan jumlah aset yang dimiliki perus-
nilai underpricing ini umumnya diukur ahaan. Aset merupakan sumber daya perusahaan
menggunakan initial return. Semakin besar under- yang digunakan untuk menghasilkan manfaat baik
pricing yang terjadi akan memberikan peluang bagi dari kegiatan operasional maupun non operasional
investor untuk memperoleh capital gain yang makin bagi perusahaan. Berdasarkan Pernyataan Standar
besar. Akuntansi Keuangan (PSAK) 1, aset dikelompokkan
Stategi underpricing dilakukan oleh perusahaan menjadi aset lancar dan tidak lancar. Semakin besar
untuk berbagai tujuan. Underpricing digunakan se- jumlah aset yang dimiliki perusahaan, maka se-
bagai sinyal atas kualitas perusahaan yang diharap- makin tinggi produktifitas yang dapat dihasilkan
kan akan mendorong reaksi positif pasar terutama oleh perusahaan. Selain itu, kecukupan aset dinilai
saat pasar melakukan penawarn saham kembali mampu menurunkan resiko likuiditas yang mung-
(right issues). Strategi underpricing saat IPO ini di- kin terjadi pada perusahaan.
harapkan dapat mengurangi biaya tidak langsung Berdasarkan peraturan OJK nomor
berupa opportunity loss pada saat penawaran per- 53/POJK.04/2017, klasifikasi ukuran perusahaan
dana dengan memperkecil kemungkinan underpric- sebagai berikut:
ing pada saat perusahaan menerbitkan saham kem- 1. Jumlah aset kurang dari 50milyar rupiah
bali (Gumanti dan Alkaf, 2011). Opportunity loss tergolong berukuran kecil
yang dimaksud adalah tingginya underpricing yang 2. Jumlah aset antara 50milyar hingga 250mi-
terjadi, menyebabkan perusahaan kehilangan kes- lyar rupiah tergolong berukuran menengah
empatan untuk memperoleh dana yang lebih besar 3. Jumlah aset lebih dari 250milyar rupiah ter-
saat IPO karena keuntungan kenaikan harga golong besar
didapatkan oleh investor di pasar sekunder dan Semakin besar jumlah aset yang dimiliki perus-
tidak berhubungan dengan dana yang diperoleh ahaan mengindikasikan bahwa kemampuan ber-
oleh perusahaan. Namun underpricing saat IPO akan tahan dan peningkatan kemampuan menciptakan
memberikan kesan kepada investor bahwa saham laba dimasa depan semakin besar sehingga akan
diterbitkan pada harga rendah sehingga diharapkan mendorong minat investor untuk berinvestasi. Hal
dapat meningkatkan minat investor saat dilakukan ini menyebabkan pembetukan harga di pasar
penerbitan saham kembali. Peningkatan minat ini sekunder akan menjadi lebih besar dari harga di
akan menyebabkan oversubscribe yang mendorong pasar perdana sehingga menghasilkan nilai under-
terjadinya peningkatan harga dari saham yang dita- pricing yang semakin besar. Hal ini juga terjadi pada
warkan. Perusahaan yang berencana untuk perusahaan di India. Perusahaan yang memiliki
melakukan penerbitan saham kembali dalam jangka ukuran lebih besar dan yang merupakan bagian afil-
waktu 1 tahun, cendderung akan menerapkan nilai iasi dari suatu grup bisnis, akan cenderung memiliki
underpricing yang lebih besar saat melakukan IPO nilai underpricing lebih tinggi daripada perusahaan
(Cook dan Officer, 1996). berskala kecil dan privat (Ghosh, 2005).
Bagi investor, penerapan strategi underpricing
juga dapat memberi dampak positif. Investor yang Reputasi Underwriter
memiliki kesempatan untuk membeli saham Pada proses IPO, salah satu pihak yang cukup
dipasar perdana akan memiliki peluang mem- berperan adalah penjamin emisi (underwriter). Un-
peroleh keuntungan jika melakukan penjualan sa- derwriter merupakan pihak yang mengadakan kon-
hamny di psar sekunder. Semakin tinggi underpring trak dengan emiten untuk membantu emiten dalam
yang terjadi, semakin besar nilai keuntungan yang penentuan harga sahamya. Perusahaan penjamin
dapat diperoleh. Hal ini juga terbukti dari penelitian emisi haruslah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan
85
JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 14 NO 2 – MEI 2022– Halaman 82-93
(OJK) untuk dapat memberikan jasanya. Jasa penja- tinggi reputasi auditor yang digunakan dalam
minan emisi terbagi menjadi 2 jenis yaitu: mengaudit laporan keuangan yang disajikan dalam
1. Kesanggupan terbaik prospectus saat perusahaan akan melakukan IPO,
Underwriter bertindak sebagai agen penjual dari akan mendorong kepercayaan public sehingga
saham milik emiten saat IPO dan tidak ber- memungkinkan peningkatan nilai underpricing yang
tanggung jawab jika terdapat saham yang tidak terjadi.
terjual, sedangkan
2. Kesanggupan penuh Return on Equity (ROE)
Underwriter memastikan semua saham IPO laku ROE merupakan salah satu pengukuran rasio
terjual dan bertanggung jawab jika terdapat sa- profitabilitas. ROE menunjukkan kemampuan
ham yang tidak terjual. pengelolaan dana yang disetorkan oleh investor da-
Underwriter bereputasi memiliki pengalaman lam menghasilkan laba bagi perusahaan. Laba ini di-
dalam penentuan minat investor sehingga kemam- harapkan dapat dikembalikan kepada investor di
puan prediksi harga yang ditetapkan pada pasar masa yang akan datang. Semakin tinggi kemam-
primer akan sesuai dengan minat investor. Kes- puan perusahaan menghasilkan profit, akan se-
esuaian ini akan mendorong minat investor kembali makin besar minat investor untuk berinvestasi se-
di pasar sekunder sehingga menciptakan nilai un- hingga mampu meningkatkan harga di pasar
derpricing yang lebih tinggi. Semakin tinggi reputasi sekunder yang berdampak pada peningkatan nilai
underwriter yang dapat mempengaruhi peningkatan underpricing. Peenelitian mengenai pengaruh profit-
nilai underpricing juga dikemukan oleh Gunawan abilitas terhadap underpricing ini juga dilakukan
dan Halim (2012) serta Rachmadhanto dan Raharja oleh Vonna dan Nadia (2018) dan Budianto (2018)
(2014). Hubungan yang positif antara reputasi un- yang memperoleh hasil yang sama.
derwriter dan tingkat underpricing ini juga terjadi
pada perusahaan yang melakukan IPO di United Pengembangan Hipotesis
States (Walker, 2008). Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, maka
perumusan hipotesis sebagai berikut:
Reputasi Auditor 1. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif
Perusahaan yang melakukan IPO maupun yang terhadap underpricing
telah terdaftar di BEI setelah melakukan IPO, di- 2. Reputasi underwriter berpengaruh positif
wajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan terhadap underpricing
yang telah di audit oleh auditor eksternal. Pengklas- 3. Reputasi auditor berpengaruh positif ter-
ifikasian Kantor Akuntan Publik (KAP) umumnya hadap underpricing
dilakukan dengan mengelompokkan menjadi 2 4. ROE berpengaruh positif terhadap under-
yaitu KAP yang berafiliasi dengan 4 KAP besar pricing
dunia (Big four)dan yang tidak berafiliasi dgn 4 KAP
besar dunia. KAP Big Four dinilai memiliki standar Model Penelitian
audit yang bertaraf internasional sehingga diharap-
kan mampu menghasilkan opini yang lebih tepat.
Selain itu, KAP Big Four juga diperingkat berdasar-
Ukuran Perusahaan
kan jumlah klien dan besarnya penghasilan yang di-
(Size)
peroleh. Hal ini mendorong asumsi bahwa auditor
Reputasi Underwriter Under-
dri KAP Big Four memiliki kompetensi tambahan
(RU) pricing
yang diperoleh dari banyak pelatihan, prosedur dan Reputasi Auditor (RA)
rumerasi yang lebih tinggi sehingga mendorong (UP)
tingkat independensi yang dimiliki. Return on Equity (ROE)
Berdasarkan data dari 60 negara berkembang,
ditemukan bahwa perusahaan yang diaudit oleh au-
ditor bereputasi (KAP Big Four) akan lebih mudah Gambar 1. Model Penelitian
mengakses pendanaan internasional maupun pen-
danaan dari pemerintah (Beisland, Mersland dan METODE PENELITIAN
Strom, 2018). Selain itu, ketepatan prediksi investor Penelitian merupakan causal study yang ber-
akan tingkat pengembalian dari suatu perusahaan tujuan memberikan bukti empiris hubungan sebab
akan lebih tepat jika laporan keuangannya diaudit akibat antar variabel independen dan dependen.
oleh auditor bereputasi (Hussainey, 2009). Semakin Objek yang digunakan adalah perusahaan yang
86
ANALISIS FENOMENA UNDERPRICING SEBAGAI STRATEGI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA
Oleh: DIANA
melakukan IPO periode 2015 – 2019. Daftar perus- Rata-rata total ekuitas dihitung dengan cara se-
ahaan yang melakukan IPO diperoleh berdasarkan bagai berikut:
IDX Quarterly Statistics.
Total equity t + Total equity t-1
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = …(4)
2
Populasi dan sampel penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan
Tenik Analisis Data
yang IPO selama periode 2015-2019. Sampling
Tenik analisis data menggunakan regresi liner
menggunakan metode purposive sampling dengan
berganda dengan menggunakan SPSS 25. Kualitas
kriteria yaitu perusahaan tidak melakukan penerbi-
data juga akan mellaui uji asumsi klasik dan nor-
tan waran, bukan merupakan sektor keuangan,
malitas. Uji hipotesis akan menggunakan persa-
mengalami underpricing, memiliki informasi pro-
maan regresi sebagai berikut:
porsi underwriter dengan porsi yang berbeda,
laporan keuangan berakhir pada 31 Desember dan UP = α + 𝛽1 SIZE + 𝛽2 RU + 𝛽3 RA + 𝛽4 ROE + Ɛ … (5)
menggunakan mata uang Rupiah sebagai mata uang
pelaporan serta mengalami laba.
Keterangan:
UP : Underpricing / nilai Initial Return
Variabel Penelitian
α : Konstanta regresi
Variabel dependen yang digunakan adalah un-
β1 , β2, β3, β4 : Koefisien regresi
derpricing yang diukur dengan menggunakan initial
SIZE : Ukuran perusahaan
return. Initial return menunjukkan nilai selisih harga
RU : Reputasi Underwriter
per lembar saham di pasar primer dengan harga per
RA : Reputasi Auditor
lembar saham pada hari pertama di pasar sekunder.
ROE : Return on Equity
Perhitungan initial return sebagai berikut:
Closing Price - Offering Price HASIL DAN PEMBAHASAN
𝐼𝑛𝑖𝑡𝑖𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 = x 100% …..(1)
Offering Price Berikut merupakan penjabaran kriteria pemili-
han sampel yang digunakan:
Variabel independen pertama yang digunakan
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan
Tabel 1. Kriteria Pengambilan Sampel
diukur dengan logaritma total aset dengan rumus
No Kriteria Jumlah
sebagai berikut:
1 Perusahaan yang melakukan IPO
182
𝑆𝐼𝑍𝐸 = 𝐿𝑛 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡) …………………… (2) pada periode 2015 - 2019
2 Perusahaan tidak menerbitkan
Variabel independen kedua yang digunakan 136
waran selama periode 2015 – 2019
adalah reputasi underwriter. Variabel ini
menggunakan pengukuran dummy dimana 1 diberi- 3 Perusahaan bukan termasuk da-
127
kan kepada underwriter yang termasuk dalam per- lam sektor keuangan / perbankan
ingkat 20 most active brokerage house monthly sesuai 4 Perusahaan mengalami kondisi
120
dengan tanggal perusahaan IPO. Sedangkan untuk underpricing
underwriter yang tidak termasuk dalam peringkat 5 Perusahaan yang memiliki porsi
akan diberikan nilai 0. Daftar peringkat diperoleh penjaminan yang berbeda untuk 109
melalui IDX Statistik yang diterbitkan oleh BEI. setiap underwriter
Variabel independen ketiga adalah reputasi au- 6 Perusahaan yang menyusun
ditor yang juga diukur menggunakan dummy. laporan keuangan yang memiliki
90
Angka 1 diberikan jika perusahaan menggunakan periode 1 Jan – 31 Dec dalam pro-
auditor yang berasal dari KAP Big 4 untuk mengau- spectus yang diterbitkan
dit laporan keuangan yang diterbitkan dalam 7 Menggunakan mata uang Rupiah
85
prospektusnya. Jika tidak maka akan mendapat sebagai mata uang pelaporan
angka 0. 8 Perusahaan mencatatkan laba
Variabel independen keempat yaitu Return on pada laporan keuangan yang 72
Equity (ROE) yang dihitung dengan rumus: diterbitkan dalam prospektusnya
Total perusahaan yang dapat
Net Income 72
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = ………. (3) digunakan sebagai sampel
Average Total Equity
87
JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 14 NO 2 – MEI 2022– Halaman 82-93
Gambar 2. Grafik Reputasi Underwriter Berdasarkan Tabel 3, maka diketahui bahwa hanya
variabel Underpricing yang tidak terdistribusi secara
88
ANALISIS FENOMENA UNDERPRICING SEBAGAI STRATEGI PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA
Oleh: DIANA
normal sehingga dilakukan pengamatan terhadap Berdasarkan grafik diketahui bahwa titik-titik me-
grafik histogram pada variabel tersebut dan disim- nyebar di atas dan dibawah nilai 0 pada sumbu Y
pulkan bentuk grafik merupakan moderate positive serta tidak membentuk pola tertentu sehingga
skewness sehingga dilakukan tranformasi data ke da- disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas yaitu
lam bentuk SQRT(x). tidak ada kesamaan variance dari residual satu
Setelah dilakukan transformasi data, maka dil- pengamatan ke pengamatan yang lain.
akukan pengujian normalitas kembali dan diperoleh
nilai signifikansi Kolmogorof Smirnov senilai 0,881 Uji Hipotesis
yang bernilai lebih besar dari 0,05 sehingga disim- Sebelum menguji signifikansi variabel inde-
pulkan data terdistribusi normal. Berikut merupa- penden dengan variabel dependen, maka dilakukan
kan hasil uji normalitas setelah dilakukan transfor- terlebih dahulu uji koefisien determinasi dengan
masi data: hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Kolmogorv Smirnov tahap II Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Determinasi
Monte Sig 0.881 Model R R Square Adjusted Std
Carlo 95% confi- Lower bound 0.875 R Square Error
(2- dence inter- 1 0,438 0,192 0,144 0.23567
tailed) val Upper Bound 0.887
Berdasarkan tabel 5, dapat disimpulkan korelasi an-
Uji Kualitas Data tar variabel independen dalam penelitian dengan
Uji kualitas data pertama yang dilakukan ada- variabel dependen sebesar 43,8% yang tergolong da-
lah uji multikolonieritas dengan hasil sebagai beri- lam korelasi sedang. Selain itu, kemampuan varia-
kut: bel independen dalam menjelaskan variabel de-
Tabel 6. Hasil Uji Multikolonieritas penden sebesar 14,4% sedangkan sisanya senilai
No Variabel Tolerance VIF 85,6% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.
1 Size 0,862 1,160 Berikut tabel hasil uji keseluruhan data:
2 RU 0,941 1,062 Tabel 8. Hasil Uji F
3 RA 0,854 1,170 Sum of df Mean F Sig
4 ROE 0,991 1,009 Squares Square
Keterangan: Regres- 0,885 4 0,221 3,984 0,006
SIZE : Ukuran perusahaan sion
RU : Reputasi Underwriter Resid- 3,721 67 0,056
RA : Reputasi Auditor ual
ROE : Return on Equity Total 4,606 71
Berdasarkan tabel 4, terlihat bahwa seluruh var- Berdasarkan tabel 6, nilai signifikansi diperoleh
iabel memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan sebesar 0,006 yang berada di bawah nilai 0,05 se-
nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga disimpulkan hingga disimpulkan bahwa seluruh variabel inde-
tidak terjadi multikolonieritas yaitu tidak memiliki penden dalam penelitian secara simultan
korelasi antar variabel independen. mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, nilai
Uji lainnya yang dilakukan adalah uji heteroske- F sebesar 3,984 yang lebih besar dari nilai F table
dastisitas menggunakan grafik scatterplot dengan menunjukkan bahwa model penelitian sudah tepat
hasil sebagai berikut: dan dapat diguankan untuk memprediksi variabel
dependen. Untuk uji hipotesis t, maka disajikan da-
lam tabel sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Uji t
Variabel Standard- t Sig
ized Coef-
ficients
(Constant) -2,672 0,009
Size 0,403 3,405 0,001
RU 0,088 0.781 0,437
RA 0,000 -0,001 0,999
Gambar 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas
ROE 0,098 0,893 0,375
89
JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 14 NO 2 – MEI 2022– Halaman 82-93
audit yang diberikan. Hal ini menandakan bahwa adalah variabel yang mempengaruhi nilai underpric-
sebagian besar KAP yang digunakan merupakan ing. Untuk variabel lainnya yaitu reputasi under-
KAP yang masih memiliki standar penjaminan in- writer, reputasi auditor, dan Return on Equity (ROE)
ternasional yang cukup baik. Bahkan secara kese- tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai under-
luruhan, sebanyak 93% perusahaan telah pricing. Analisis tentang tidak berpengaruhnya rep-
menggunakan KAP yang memiliki afiliasi inter- utasi underwriter disebabkan karena sebagian besar
nasional. Hal inilah yang diindikasikan menyebab- sampel bahkan hampir keseluruhan sampel dalam
kan penggunaan auditor yang dilakukan oleh pe- penelitian melakukan kontrak yang bersifat full com-
rusahaan yang melakukan IPO tidak berpengaruh mitment dengan penjamin emisi sehingga kecender-
terhadap nilai underpricing. Berdasarkan analisis ungan untuk menetapkan harga yang lebih rendah
pula, nilai underpricing yang jauh di bawah rata- saat IPO semakin besar yang dapat berdampak pada
rata terjadi pada perusahaan sampel yang menga- peningkatan harga dipasar sekunder sehingga po-
lokasikan dana hasil IPO untuk pelunasan utang. tensi terjadinya underpricing semakin besar. Se-
Oleh karena itu, reputasi auditor tidak dangkan tidak berpengaruhnya reputasi auditor
mempengaruhi underpricing karena mayoritas KAP dapat disebabkan karena sebagian besar perusahaan
yang digunakan memiliki standar kualitas inter- yang menjadi sampel menggunakan auditor dari
nasional dan tergolong dalam peringkat 20 KAP be- KAP non Big Four dan walaupun demikian, KAP
sar. non Big Four yang digunakan ini sebagian besar
Variabel ROE, memiliki koefisien bernilai posi- meruapkan KAP yang masih terdaftar dalam per-
tif dengan nilai sebesar 0,098 sehingga menandakan ingkat 20 KAP besar berdasarkan nilai pendapatan
bahwa setiap kenaikan nilai ROE akan berdampak yang dimiliki. Selain itu, hamper keseluruhan sam-
pada kenaikan nilai underpricing sebesar 0,098. Ber- pel menggunakan KAP yang memiliki afiliasi
dasarkan hasil uji t pada table 7 juga dihasilkan nilai dengan KAP internasional. Hal ini menandakan
signifikansi sebesar 0,375 yang lebih besar dari 0,05 bahwa hasil audit yang dihasilkan cukup dapat di-
sehingga disimpulkan bahwa variabel ROE tidak andalkan karena memiliki penjaminan mutu ber-
berpengaruh signifikan terhadap underpricing atau taraf internasional. Variabel ROE dalam penelitian
Ha4 ditolak. Nilai rata-rata underpricing pada perus- ini juga tidak berpengaruh signifikan karena inves-
ahaan yang memiliki ROE di atas rata-rata senilai tor lebih menitikberatkan pembuatan keputusan in-
41,7% sedangkan nilai underpricing pada perus- vestasinya pada propek perusahaan dimasa yang
ahaan yang memiliki ROE di bawah rata-rata akan datang berdasarkan nilai aset yang dimiliki.
senilai 49%. Hal ini menandakan bahwa tidak ter- Penilaian ini diprediksi umum berlaku pada perus-
dapat perbedaan signifikan pada nilai underpricing ahaan yang baru mencatatkan sahamnya di bursa.
berdasarkan kondisi ROE perusahaan. Selain itu, Keterbatasan penelitian ini adalah data sampel
perusahaan dengan ROE yang tinggi maupun ren- perusahaan yang mencatatkan sahamnya pada peri-
dah memiliki rata-rata nilai total aset yang tidak ode 2015 hingga 2019 saja sehingga periode penga-
berbeda secara signifikan. Hal ini mengindikasikan matan terjadi untuk 5 tahun. Memperpanjang peri-
bahwa perusahaan dengan nilai aset yang besar ode pengamatan dapat menambah akurasi dan ke-
maupun kecil pada tahun sebelum melakukan mampuan generalisasi dari hasil penelitian yang
penawaran perdana memiliki kemampuan yang dihasilkan. Selain itu, penambahan variabel
tidak berbeda secara signifikan dalam pengelolaan penelitian dapat dilakukan untuk meningkatkan ke-
dana pemegang sahamnya untuk menghasilkan mampuan model dalam menjelaskan variabel de-
profit. Hal ini dapat menyebabkan ROE tidak ber- penden. Berdasarkan data, ditemukan bahwa perus-
pengaruh terhadap underpricing karena investor ahaan yang memiliki nilai underpricing yang rendah
menilai prospek perusahaan pada perusahaan yang umumnya adalah perusahaan yang memiliki
baru melakukan penawaran umum lebih pada perencanaan penggunaan dana hasil IPO untuk
ketersediaan asetnya. Sebagian besar sampel yang pembayaran utang. Maka penambahan variabel lev-
digunakan juga memiliki proporsi saldo laba erage baik sebagai variabel independen maupun
terbesar dalam ekuitas sehingga mengindikasikan moderating dapat dilakukan untuk memperdalam
kinerja perusahaan periode lalu. hasil penelitian.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil uji statistik, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan
91
JURNAL AKUNTANSI KONTEMPORER (JAKO) – VOL 14 NO 2 – MEI 2022– Halaman 82-93
93
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
ABSTRAK
Underpricing adalah fenomena yang terjadi pada sebagian besar harga saham yang IPO di BEI.
Underpricing dihindari oleh perusahaan karena perusahaan tidak memperoleh dana maksimal, di
lain pihak para investor mengharapkan terjadinya underpricing agar memperoleh initial return
yang besar. Peristiwa underpricing penting untuk diamati karena melibatkan banyak faktor.
Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh reputasi penjamin emisi, reputasi KAP, ukuran
perusahaan, financial leverage, persentase saham pemilik lama dan tujuan penggunaan dana
terhadap tingkat underpricing.Penelitian dilaksanakan pada perusahaan IPO di BEI tahun 2010-
2014. Jumlah sampel 69 perusahaan menggunakan metode purposive sampling. Data diperoleh
dari prospektus serta laporan keuangan perusahaan. Teknik analisis penelitian ini adalah
menggunakan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
ukuran perusahaan serta financial leverage berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing,
sedangkan reputasi penjamin emisi, reputasi KAP, persentase saham pemilik lama serta tujuan
penggunaan dana tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing.
Kata kunci: underpricing, IPO, BEI
ABSTRACT
Underpricing is phenomena in huge a part of stock price IPO in Indonesia Stock Exchange (IDX).
Underpricing avoid by companies because doesn’t earn maximum fund, in the other hand
investors expect underpricing to earn initial return. Underpricing phenomena important
researched because involve many factors. Aims of research determine effect of underwriter
reputation, public accountant office reputation, size of company, financial leverage, last owner’s
stock percentage and aims of using IPO’s fund to underpricing . Research in companies IPO at
IDX period 2010-2014. Amount of sampel are 69 companies, used purposive sampling method.
Data from prospectus and financial report. Analysis technique used for research is multiple linear
regression analysis. Based on research, found size of companies and financial leverage effect
negative to underpricing, meanwhile the underwriter reputation, public accountant office
reputation, last owner’s stock percentage and aims of using IPO’s fund to underpricing doesn’t
effect to underpricing.
Keywords: underpricing, IPO, IDX
2205
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
PENDAHULUAN
sangat penting bagi perekonomian di sebuah negara. Bursa Efek Indonesia (BEI)
sebagai pasar modal adalah lokasi ideal untuk bertransaksi antar pihak
membutuhkan dana dengan pihak lain yang memiliki kelebihan jumlah dana serta
modal, diantaranya meminjam kepada bank, menerbitkan surat utang, serta dapat
prospektus yang bertujuan untuk memberikan informasi yang luas serta detail bagi
perusahaan, kegiatan bisnis perusahaan serta berbagai hal penting yang akan
IPO merupakan salah satu bagian penting dari perkembangan perusahaan dan
mengungkapkan bahwa terlebih dahulu harga saham pada kegiatan IPO telah
2206
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
disepakati, di sisi lain harga saham yang terbentuk di pasar sekunder akan
disepakati sesuai mekanisme pasar yang berlangsung saat itu. Menurut Emilia,
dkk (2008), underpricing terjadi akibat terlalu rendahnya harga saham IPO yang
disepakati, di lain pihak harga saham di pasar sekunder telah mampu menjelaskan
keadaan yang seimbang. Bila harga suatu saham IPO lebih rendah daripada harga
yang terbentuk di pasar sekunder, dapat dikatakan bahwa harga saham itu
Gambar 1.
Persentase Rata–Rata Underpricing Perusahaan yang IPO di BEI periode
2010 – 2014
Sumber : Data diolah, 2016
sedangkan rata- rata underpricing terendah terjadi pada tahun 2011 yakni hanya
underpricing terjadi pada perusahaan yang melaksanakan IPO di BEI. Hal ini
menjadi indikasi yang kuat bahwa sebagian besar perusahaan yang melaksanakan
2207
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
yang terlalu besar sebenarnya dihindari oleh perusahaan. Hal tersebut karena bila
perusahaan sehingga perusahaan harus menyiapkan segala hal yang dapat menjadi
faktor penentu suksesnya IPO perusahaan, seperti memilih penjamin emisi yang
sehingga pada saat IPO semakin dikenal oleh masyarakat luas, memperhatikan
emisi tidak memiliki pengaruh terhadap initial return. Ratnasari dan Hudiwinarsih
2208
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
Penelitian ini tidak melibatkan perusahaan yang melaksanakan IPO di BEI yang
keuangan yang banyak menyimpan dana pihak ketiga sehingga berbeda dengan
sektor lain.
saham pemilik lama, dan tujuan penggunaan dana berpengaruh negatif terhadap
pemilik lama serta tujuan penggunaan dana berpengaruh negatif terhadap tingkat
empiris mengenai teori asimetri informasi dan teori sinyal yang dikaitkan dengan
2209
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
IPO.
ada untuk memberikan sinyal kepada pihak lain mengenai suatu keadaan, baik
sinyal mengenai keadaan negatif maupun sinyal keadaan positif. Titman dan
Ketika suatu pihak dengan pihak lainnya memiliki jumlah informasi yang
dengan tujuan menawarkan efek pada kalangan masyarakat luas sesuai tata cara
keadaan pasar dan segala hal pada saat penawaran cenderung lebih mampu
2210
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
perusahaan.
Peraturan OJK No. IX.A.2 Tahun 2009 mengenai tata cara pendaftaran
suatu penawaran umum terdapat beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh
dokumen, tahap exposure and building, tahap penawaran umum serta tahap
yang dimaksud adalah harga saham yang ditransaksikan pada pasar sekunder
perdana. Zheng dan Stangeland (2007) menemukan bahwa underpricing saat IPO
Prasanti dan Putra (2015) menemukan tingkat underpricing yang dialami semakin
pasar dari IPO, kelebihan permintaan, harga penawaran dan financial leverage
underpricing IPO. Sahoo dan Rajib (2012) menemukan bahwa tingkat pemesanan
2211
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
menangani IPO dengan baik. Pemilihan penjamin emisi yang memiliki reputasi
baik merupakan suatu sinyal bahwa IPO perusahaan ditangani oleh pihak
tinggi memiliki pengalaman, informasi serta pengetahuan akan kondisi pasar yang
rendah apabila reputasi penjamin emisi semakin tinggi, hal ini dikarenakan
penjamin emisi berani mematok harga lebih tinggi akibat reputasi yang tinggi
underpricing yang rendah. Hendrajaya (2005), Wibowo (2005) serta Indriani dan
peluang yang lebih besar untuk dimanfaatkan jasa untuk memeriksa laporan
keuangan perusahaan yang siap melaksanakan IPO. Memilih KAP yang diketahui
memiliki reputasi tinggi merupakan salah satu strategi yang bisa dilaksanakan
oleh perusahaan yang akan melaksanakan IPO. Holland dan Horton (1993)
2212
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
yang terbalik antara reputasi auditor dan initial return yang didapat pada saat IPO.
perusahaan oleh masyarakat dan tersedianya informasi yang lebih banyak tentang
melakukan kegiatan usaha dengan lebih baik. Carter dan Manaster (1990)
mengungkap bahwa total aset yang dimiliki perusahaan dianggap telah mampu
dimiliki, baik aset lancar dan aset tetap. Siregar dan Utama (2005) mengungkap
menyediakan informasi kepada investor dalam jumlah yang banyak. Putra dan
2213
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
dihindari oleh calon investor karena pihak investor takut untuk menginvestasikan
perusahaan untuk menurunkan harga saham saat IPO untuk menarik investor agar
memiliki sedikit risiko sehingga dapat menarik minat investor untuk berinvestasi.
hipotesis bahwa:
adalah suatu pilihan, tidak merupakan suatu keharusan. Menurut Leland dan Phyle
ditahan menunjukkan terdapat informasi private yang dimiliki oleh pihak pemilik
sebelum IPO dapat menjadi indikasi bahwa semakin kecil ketidakpastian yang
2214
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
Perusahaan yang dana hasil IPO sebagian besar digunakan untuk berekspansi
cenderung disukai oleh masyarakat. Sisi lain dari hal tersebut, perusahaan yang
dana hasil IPO sebagian besar akan digunakan membayar utang cenderung
dihindari oleh investor. Perusahaan yang menjabarkan penggunaan dana hasil IPO
dana hasil IPO digunakan untuk kegiatan yang meningkatkan kegiatan usaha
hipotesis bahwa :
METODE PENELITIAN
Gambar 2.
Desain Penelitian
Sumber: Data diolah, 2016
2215
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
IPO di BEI periode 2010-2014. Jenis data penelitian ini yaitu data kualitatif serta
kuantitatif. Data kualitatif terdiri atas data reputasi penjamin emisi serta data
reputasi KAP yang digunakan oleh perusahaan yang melaksanakan IPO. Data
underpricing.
dari website resmi perusahaan, website resmi BEI, serta Indonesian Capital
sebagai cara menentukan sampel yang diambil dalam penelitian ini. Menurut
2216
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
Tabel 1.
Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Jumlah perusahaan IPO di BEI tahun 2010 – 2014 123
2 Perusahaan dengan data tidak lengkap (4)
3 Perusahaan termasuk dalam sektor keuangan (20)
4 Perusahaan tidak mengalami underpricing (21)
5 Data outlier (9)
Jumlah Sampel Penelitian 69
Sumber : Data diolah, 2016
berdasarkan adanya perhitungan initial return Kunz dan Aggarwal (1994) dengan
rumus:
Keterangan:
Up = initial return saham tiap perusahaan
Pt0 = harga pada saat IPO
Pt1 = harga saham saat penutupan di hari pertama pasar sekunder
Reputasi penjamin emisi dan reputasi KAP diukur dengan intensitas suatu
variabel dummy. Skala 1 diberikan kepada penjamin emisi maupun KAP yang
2217
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
IPO. Financial leverage dapat diukur dengan menghitung DER Kasmir (2010):
........................................................................................... …...(2)
Keterangan:
DER = Debt to Equity Ratio
Total debt = total utang yang dimiliki perusahaan
Equity = total modal yang dimiliki perusahaan
penggunaan dana telah tersedia dan dapat diketahui dari prospektus yang
ini digunakan agar dapat mengetahui arah serta pengaruh variabel independen
pada variabel dependen. SPSS (Statistic Package for Social Science) versi 20
(Wirawan, 2002:267):
Keterangan:
Y = Tingkat Underpricing
a = Nilai Konstanta
b1-b6 = Koefisien Regresi Variabel Independen
X1 = Reputasi Penjamin Emisi
X2 = Reputasi KAP
X3 = Ukuran Perusahaan
X4 = Financial Leverage
X5 = Persentase Saham Pemilik Lama
X6 = Tujuan Penggunaan Dana
E = Standard Error
2218
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
dilaksanakan uji asumsi klasik agar dapat dipastikan kelayakan suatu model
heteroskedastisitas dilakukan untuk memenuhi uji asumsi klasik. Selain itu juga
beberapa variabel penelitian yaitu reputasi penjamin emisi (X1), reputasi KAP
(X2), ukuran perusahaan (X3), financial leverage (X4), persentase saham pemilik
lama (X5), tujuan penggunaan dana (X6) serta tingkat underpricing (Y). Tabel 2
Tabel 2.
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Minimum Maksimum Rata-rata Standar Deviasi
Y 0,35% 70,10% 25,10% 21,74%
X1 0 1 0,46 0,50
X2 0 1 0,48 0,50
X3 (dalam Rp juta) 22.185 7.343.200 1.637.222 1.498.641
X4 6,81% 1477,31% 223,75% 238,06%
X5 56,60% 90,00% 76,92% 9,72%
X6 27,65% 100,00% 85,97% 19,04%
Sumber: Data diolah, 2016
2219
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
underpricing tertinggi sebesar 70,10% serta nilai standar deviasi sebesar 21,74%.
nilai sebesar 0,46 adalah rata- rata reputasi penjamin emisi berarti 46% dari total
rendah. Nilai standar deviasi reputasi penjamin emisi sebesar 0,502. Nilai sebesar
0,48 merupakan rata-rata reputasi KAP, berarti 48% dari total sampel
menggunakan jasa KAP bereputasi tinggi (top 5 KAP), sedangkan sisanya 52%
menggunakan KAP bereputasi rendah. Nilai standar deviasi reputasi KAP sebesar
0,50.
perusahaan adalah sebesar Rp. 1.637.222 juta. Ukuran perusahaan paling rendah
yakni sebesar Rp. 22.185 juta sedangkan perusahaan dengan ukuran perusahaan
paling besar yakni Rp. 7.343.200 juta. Nilai standar deviasi ukuran perusahaan
leverage paling rendah yaitu 6,81% sedangkan nilai financial leverage paling
2220
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
tinggi yaitu 1477,31% serta nilai standar deviasi financial leverage sebesar
238,06%.
masih dimiliki oleh pemilik terdahulu setelah dilaksanakan IPO. Nilai persentase
saham pemilik lama paling rendah yakni 56,60%, nilai persentase saham pemilik
lama paling tinggi yakni 90,00%. Nilai rata-rata persentase saham pemilik lama
sebesar 76,92%, sedangkan nilai standar deviasi persentase saham pemilik lama
sebesar 9,72%.
tujuan penggunaan dana paling rendah yakni 27,65% sedangkan nilai tujuan
penggunaan dana paling tinggi yakni 100,00%. Nilai rata-rata tujuan penggunaan
dana adalah 85,97%, sedangkan nilai standar deviasi tujuan penggunaan dana
Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) agar diketahui normal atau tidaknya suatu data.
Data berdistribusi normal bila taraf signifikansi diatas α=0,05. Berdasarkan Tabel
3., didapat nilai signifikansi Asymp. Sig. (2-Tailed) 0,802 > 0,05 sehingga
2221
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
Tabel 3.
Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 69
Mean 0,000
Normal Parameters A,B Std. 18,479
Deviation
Absolute 0,777
Most Extreme Differences Positive 0,772
Negatif 0,777
Kolmogorov-Smirnov Z 0,644
Asymp. Sig. (2-Tailed) 0,802
Sumber: Data diolah, 2016
autokorelasi ini. Gejala autokorelasi tidak terjadi bila nilai Durbin Watson (DW
test) terletak diantara nilai du dan 4- du. Tabel 4 menunjukkan hasil uji autokorelasi
nilai D-W terletak diantara du dan 4 - du (1,803 < 2,064 < 2,198) sehingga model
Tabel 4.
Hasil Uji Autokorelasi
R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Square Estimate Watson
0,527a 0,277 0,208 19,35% 2,064
Sumber: Data diolah, 2016
antar variabel independen. Model regresi baik ketika model regresi bebas dari
gejala multikolinearitas. Bila nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, maka model
menunjukkan bahwa nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, sehingga model regresi
2222
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
Tabel 5.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Collinearity Statistics Keterangan
Tolerance VIF
X1 0,952 1,051 Tidak ada multikolinearitas
X2 0,951 1,052 Tidak ada multikolinearitas
X3 0,813 1,229 Tidak ada multikolinearitas
X4 0,906 1,103 Tidak ada multikolinearitas
X5 0,827 1,209 Tidak ada multikolinearitas
X6 0,899 1,113 Tidak ada multikolinearitas
Sumber : Data diolah, 2016
dalam suatu model regresi. Uji Glejser dilakukan guna mengetahui terjadi atau
saat tingkat signifikansi > 0,05. Model regresi yang baik merupakan model regresi
dalam penelitian ini mempunyai tingkat signifikansi > 0,05 sehingga model
Tabel 6.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) -0,162 0,646 -0,251 0,802
X1 0,253 0,149 0,206 1,697 0,095
X2 0,205 0,149 0,167 1,377 0,173
X3 2,05 x 10-14 0,000 0,050 0,379 0,706
X4 0,000 0,000 -0,183 -1,475 0,145
X5 0,005 0,008 0,084 0,648 0,519
X6 0,005 0,004 0,165 1,320 0,192
2223
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
yang bertujuan mengetahui pengaruh reputasi penjamin emisi (X1), reputasi KAP
(X2), ukuran perusahaan (X3), financial leverage (X4), persentase saham pemilik
lama (X5) dan tujuan penggunaan dana (X6) terhadap tingkat underpricing (Y)
Tabel 7.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 68,300 20,724 3,296 0,002
X1 7,971 4,789 0,184 1,664 0,101
X2 -7,627 4,783 -0,177 -1,595 0,116
X3 -3,890 x 10-12 0,000 -0,268 -2,241 0,029
X4 -0,018 0,010 -0,197 -1,738 0,087
X5 -0,348 0,265 -0,156 -1,312 0,194
X6 -0,070 0,130 -0,062 -0,542 0,590
Sig. F hitung : 0,002
Adjusted R2 : 0,208
Sumber : Data diolah, 2016
leverage, persentase saham pemilik lama serta tujuan penggunaan dana secara
2224
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
Tabel 7. memberikan hasil uji t dengan dua sisi, namun dalam penelitian
ini digunakan uji satu sisi sehingga reputasi penjamin emisi memiliki nilai
tingkat underpricing tidak dipengaruhi oleh reputasi penjamin emisi. Temuan ini
tidak sesuai dengan Hendrajaya (2005), Wibowo (2005), Kristiantari (2013) serta
dipengaruhi negatif dan signifikan oleh reputasi penjamin emisi. Penelitian ini
penelitian Wiguna dan Yadnyana (2015) juga menemukan bahwa initial return
penjamin emisi bisa saja disebabkan oleh kecenderungan investor yang menilai
IPO memiliki kompetensi yang sama. Penjamin emisi tidak terlalu dijadikan
pertimbangan oleh para investor saat mengambil keputusan dalam membeli saham
emisi yang digunakan jasanya oleh perusahaan, maka penjamin emisi tersebut
2225
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
Tabel 7. menunjukkan hasil uji t dengan dua sisi, namun dalam penelitian
ini digunakan uji satu sisi sehingga reputasi KAP memiliki nilai signifikansi
initial return dipengaruhi negatif signifikan oleh reputasi auditor. Penelitian ini
sesuai dengan penelitian Ekadjaja dan Wendy (2009) serta Kristiantari (2013)
KAP tidak berpengaruh bisa saja disebabkan oleh pandangan calon investor yang
menilai bahwa semua KAP yang telah memiliki izin serta dipilih menjadi
bahwa seluruh KAP memiliki kompetensi yang sama membuat KAP yang
memiliki reputasi dengan KAP yang tidak memiliki reputasi sepadan dipikiran
tercermin dalam laporan keuangan yang baik sehingga tugas KAP sebagai
Tabel 7. menunjukkan hasil uji t dengan dua sisi, namun dalam penelitian
ini digunakan uji satu sisi sehingga ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi
Kristiantari (2013), Putra dan Damayanthi (2013), serta Saputra dan Suaryana
2226
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
dipengaruhi secara negatif oleh ukuran perusahaan. Hasil penelitian ini mmeberi
underpricing. Jumlah aset besar berarti memiliki sumber daya yang lebih banyak
melalui produk, jasa maupun aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Bila
akan ragu lagi ingin memiliki saham perusahaan karena aktivitas perusahaan telah
Tabel 7. menunjukkan hasil uji t dengan dua sisi, namun dalam penelitian
ini digunakan uji satu sisi sehingga financial leverage memiliki nilai signifikansi
underpricing dipengaruhi negatif oleh adanya financial leverage. Hasil temuan ini
berbeda dengan Wibowo (2005) serta Saputra dan Suaryana (2016) yang telah
dengan arah negatif. Mengacu pada hasil penelitian maka semakin tinggi financial
leverage maka tingkat underpricing semakin rendah. Penelitian ini menambah dan
2227
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
DER yang besar, hal ini disebabkan karena perusahaan sedang giat-giatnya
mencari dana untuk menunjang kegiatan usaha perusahaan salah satunya dengan
cara berhutang. Cara lain menambah modal perusahaan adalah melaksanakan IPO,
sehingga perusahaan yang IPO cenderung memiliki DER yang besar, namun
dilain sisi memiliki kemampuan untuk mengembangkan usaha dengan baik. Hal
tersebut dapat berdampak pada keputusan calon investor untuk berinvestasi pada
ingin memiliki saham perusahaan tersebut, hal tersebut akan berdampak pada
berkurangnya underpricing.
Tabel 7. menunjukkan hasil uji t dengan dua sisi, namun dalam penelitian
ini digunakan uji satu sisi sehingga persentase saham pemilik lama memiliki nilai
dengan level signifikansi dapat disimpulkan bahwa hipotesis ditolak. Hal ini
lama bisa jadi disebabkan oleh luputnya perhatian calon investor akan pemilik
investor lebih fokus harga saham yang ditetapkan pada saat IPO sehingga
walaupun jumlah saham yang ditahan pemilik lama dalam jumlah yang besar
Tabel 7. menunjukkan hasil uji t dengan dua sisi, namun dalam penelitian
ini digunakan uji satu sisi sehingga tujuan penggunaan dana memiliki nilai
2228
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
dana. Hasil temuan ini tidak sesuai dengan Kristiantari (2013) yang menemukan
oleh calon investor yang percaya kepada perusahaan bahwa dana hasil IPO akan
digunakan sebaik-baiknya oleh perusahaan tanpa perlu tahu klasifikasi lebih rinci
akan digunakan untuk apa dana IPO tersebut. Perusahaan yang telah memiliki
nama di masyarakat, akan lebih dipercaya oleh calon investor sehingga calon
investor yakin bahwa perusahaan akan menggunakan dana hasil IPO secara
ukuran perusahaan dan financial leverage namun penelitian ini tidak berhasil
penjamin emisi, reputasi KAP, persentase saham pemilik lama serta tujuan
penggunaan dana.
faktor tersebut dapat mengoptimalkan potensi keuntungan yang akan diraih oleh
2229
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
perusahaan dari kegiatan IPO karena tingkat underpricing dapat ditekan. Bagi
sampai 1 tahun setelah IPO, hal tersebut dapat lebih mencerminkan keadaan pasar
yang sesungguhnya. Selain itu pengukuran reputasi penjamin emisi dapat dengan
metode lain yaitu pemeringkat oleh pihak ketiga seperti majalah maupun lembaga
performa induk atau perusahaan lain di grup yang sama serta telah terdaftar di
BEI.
REFERENSI
Baron, D.P. 1982. A Model of The Demand for Investment Bank Advising and
Distribution Services for New Issues. Journal of Finance, 37 (4), pp: 955-
976.
Beatty, R.P. 1989. Auditor Reputation and The Pricing of Initial Public Offerings.
The Accounting Review, 64(4), pp: 693-707.
Carter, Richard and Manaster, Steven. 1990. Initial Public Offering and
Underwriter Reputation. Journal of Financial, 45 (4), pp: 1045-1067.
Ekadjaja, Agustin dan Wendy The. 2009. Analisis Atas Faktor – Faktor Penyebab
Underpricing Saham Perdana pada Perusahaan Trading yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Tahun 2000- 2007. Jurnal Akuntansi, 9 (2), pp: 111-
130.
Emilia, Lucky Sulaiman, dan Roy Sembel. 2008. Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Initial Return 1 Hari, Return 1 Bulan, dan Pengaruh
terhadap Return 1 Tahun Setelah IPO. Journal of Applied Finance and
Accounting, 1(1), pp: 116-140.
2230
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Grinbalt, Mark and Hwang, Chuan Yang. 1989. Signaling and The Pricing of New
Issues. Journal of Finance, 44(2), pp: 393 - 420.
Hary Wiguna, I Gd Nandra dan Ketut Yadnyana. 2015. Analisis Faktor – Faktor
yang Memengaruhi Initial Return pada Penawaran Saham Perdana. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 4(12), pp: 921 - 946.
Holland and Horton. 1993. Initial Public Offerings on The Unlisted Securities
Market: The Impact of Profesional Advisor. Accounting and Business
Research, 24(93), pp: 19-34.
Indriani, Susi and Sri Marlia. 2014. The Evidence of IPO Underpricing In
Indonesia 2009-2013. Review Of Integrative Business and Economics
Research, 4(1), pp: 299-316.
Junaeni, Irawati dan Rendi Agustian. 2013. Analisis Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada Perusahaan yang
Melakukan Initial Public Offering di BEI. Jurnal Ilmiah Widya, 1(1), pp:
52-59.
Kunz, Roger M. and Aggarwal. 1994. Why Initial Public Offerings are
Underpriced : Evidence from Switzerland. Journal of Banking & Finance,
18 (4), pp:705-723.
2231
Gusti Ayu Sri Kartika dan I Made Pande Dwiana Putra. Faktor …
Mahendra Putra, Made Agus dan I.G.A. Eka Damayanthi. 2013. Pengaruh Size,
Return on Assets dan Financial leverage pada Tingkat Underpricing
Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 4(4), pp: 128-140.
Otoritas Jasa Keuangan. 2009. Peraturan No. IX.A.2 Tata Cara Pendaftaran
dalam Rangka Penawaran Umum. Jakarta.
Saputra, Anom Cahaya dan I.G.N Suaryana. 2016. Pengaruh Umur Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Return on Assets dan Financial leverage pada
Underpricing Penawaran Umum Perdana. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 15(2), pp: 1201-1227.
Siregar, Silvia Veronica N.P. dan Utama, Siddharta. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Pengelolaan Laba (Earning Management). Disampaikan pada
Symposium Nasional Akuntansi VIII, Solo, 16-17 September 2005.
2232
ISSN: 2302-8556
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.19.3. Juni (2017): 2205-2233
2233