ABSTRACT
This study aims to analyze the financial performance of PT. Bank Mega Syariah uses a
liquidity ratio proxied by the Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio
(CAR), Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE). This type of research is
descriptive quantitative by analyzing then describing the results to describe the bank's
financial performance. This research uses secondary data, namely the financial
statements of PT. Bank Mega Syariah from the 2013-2021 period. The results found that
in terms of the Financing to Deposit Ratio (FDR) it was found that PT. Bank Mega
Syariah experienced fluctuations, but in 2015 in the second and third quarters with a
ratio of 104.19% and 102.89%. Analysis of Capital Adequacy Ratio (CAR) obtained that
PT. Bank Mega Syariah has a very good CAR. In the ROA analysis, there are several
unhealthy conditions in accordance with the provisions issued by Bank Indonesia, namely
in 2016.
Keywords: FDR, CAR, ROA, ROE
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Mega Syariah
dengan menggunakan rasio likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit
Ratio (FDR), Capital Adequancy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA) Dan Renturn on
Equity (ROE). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menganalisis
selanjutnya dideskripsikan hasil tersebut guna menggambarkan kinerja keuangan bank.
Penelitian menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan PT. Bank Mega Syariah
dari periode 2013-2021. Hasil yang ditemukan bahwa Dari segi Financing to Deposit
Ratio (FDR) diperoleh hasil bahwa PT. Bank Mega Syariah mengalami fluktuasi, namun
di tahun 2015 pada triwulan kedua dan ketiga dengan rasio sebesar 104,19 % dan 102,89
%. Analisis Capital Adequancy Ratio (CAR) diperoleh bahwa PT. Bank Mega Syariah
memiliki CAR yang sangat baik. Analisis ROA terdapat beberapa kondisi yang tidak
sehat sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu pada tahun
2016 triwulan 3 dan 4, tahun 2017 dan 2021 pada triwulan ke 4. ROA adalah kondisi
yang menggambarkan kemampuan dari PT. Bank Mega Syariah dalam menghasilkan
laba dengan menggunakan asset yang dimiliki. Sedangkan dalam analisis ROE diperoleh
bahwa kondisinya PT. Bank Mega Syariah dikategorikan tidak sehat.
Kata Kunci: FDR, CAR, ROA, ROE
PENDAHULUAN
Kinerja adalah hasil output yang dihasilkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Setiap perusahaan termasuk bank akan berusaha secara maksimal untuk menghasilkan
kinerja yang baik guna mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak yang mempunyai
kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Dalam menghasilkan kinerja yang baik, bank
harus dapat menciptakan kondisi internal yang kuat, manajamen dan tata kelola yang baik.
Kinerja perusahaan dapat terlihat dalam laporan keuangan disajikan, untuk itu diperlukan
analisis dalam membaca dan menganalisis laporan keuangan tersebut. Perkiraan yang
menjadi perhatian banyak pihak dalam laporan keuangan perusahaan adalah laba. Laba yang
diperoleh perusahaan sering dijadikan sebagai tolak ukur terkait dengan aktivitas operasional
dan keberlanjutan perusahaan tersebut dimasa yang datang (Harmono, 2014:23). Laba
169
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
dengan kinerja mempunyai pengaruh yang signifikan, artinya jika perusahaan tersebut
memperoleh laba yang maksimal, maka biasanya dikatakan perusahaan tersebut mempunyai
kinerja yang baik.
Permasalahan yang sering terjadi dimana masih terdapat perusahaan yang kurang
mampu mengelola assetsnya dengan baik sehingga tidak mampu menghasilkan laba yang
maksimal. Perusahaan seharusnya dapat mengelola asset yang digunakan dalam
operasionalnya secara efektif, efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang maksimal.
Dengan kondisi seperti, maka perusahaan dapat memberikan informasi terkait dengan
kinerjanya. Kinerja yang mengalami peningkatan akan menunjukkan kepada paa pihak yang
berkepentingan bahwa perusahaan tersebut telah telah menjalankan operasional perusahaan
dengan menggunakan modal secara maksimal. Dengan informasi ini tentu pihak-pihak yang
berkepentingan seperti investor, masyarakat, kreditur akan menjadikannya sebagai referensi
dalam pengambilan keputusan (Sartono, 2010:104). Berikut ini data tentang perkembangan
asset dan perolehan laba dari PT. Bank Mega Syariah:
Tabel 1 Perkembangan Aset dan Laba (dalam Ribuan Rupiah)
Tahun Asset (Rp.) Laba (Rp.)
2012 5.564.662.066,00 53.866.660,00
2013 8.163.668.180,00 184.871.633,00
2014 9.121.575.543,00 149.539.953,00
2015 7.044.587.889,00 17.396.222,00
2016 5.559.819.466,00 12.223.583,00
2017 6.135.241.922,00 110.729.286,00
2018 7.034.299.832,00 72.555.165,00
2019 7.336.342.210,00 46.577.070,00
Sumber: Laporan Keuangan diolah dalam Penelitian ini
Tabel diatas memperlihatkan kondisi penggunaan asset dalam menghasilkan laba pada
PT. Bank Mega Syariah, dimana masih terdapat ketidakseimbangan antara peningkatan atau
penurunan jumlah asset dengan peningkatan atau penurunan jumlah laba yang dihasilkan.
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan perhitungan rasio keuangan
diantaranya rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas. Rasio likuiditas merupakan
perhitungan yang berguna untuk melihat bagaimana kemampuan Bank Mega Syariah dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek (Umam, 2013: 25). Dalam penelitian ini digunakan
Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai pengukuran rasio likuiditas, sebagai surat Edaran
Bank Indonesia tentang matrik penetapan komponen penilaian bank secara umum.
Financing to Deposit Ratio adalah analisis yang digunakan untuk mengukur posisi jumlah
pembiayaan yang disalurkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri. Rasio
Solvabilitas adalah pengukuran kinerja keuangan bank yang bertujuan untuk melihat
bagaimana kemampuan Bank Mega Syariah dalam menggunakan modal sendiri dan modal
pinjaman. Pengukuran yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah
perhitunan yang dilakukan terhadap modal dan aktiva tertimbang menurut risiko yang
didasarkan pada ketentuan kewajiban penyedia modal minimum yang berlaku (Taswan,
2010:59). Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memperoleh profit dalam periode tertentu. Rasio yang digunakan adalah
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
0
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Return On Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA) yaitu dengan melihat penggunaan
modal sendiri dan asset dalam menghasilkan profit (Tanor, Subijono, & Alenxander, 2015).
Kelemahan dan kekuatan bank akan diketahui dengan menganalisis laporan keuangan
melalui rasio keuangan. Hasil analisis tersebut juga bermanfaat bagi bank sendiri sebagai
alat evaluasi untuk mempertahankan dan memperbaiki kinerja dimasa yang akan datang.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Mega Syariah dengan
menggunakan rasio likuiditas yang diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR),
Rasio solvabilitas diproksikan dengan Capital adequancy ratio (CAR), rasio profitabilitas
diproksikan dengan Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE). Periode
pengamatan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2013 s.d 2021.
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
1
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
sebagai alat evaluasi untuk perbaikan terhadap aktivitas operasioal bank agar senantiasa
dapat tetap bersaing dan bertahan ditengah kondisi persaingan yang begitu kompetitit saat
ini. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan terhadap aktivitas manajemen dalam
mengoperasikan bisnis suatu bank untuk periode akuntansi tertentu. Pengukuran kinerja
dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh
bank. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses kajian yang dilakukan secara kritis
terhadap review data, mengukur dan meghitung, menganalisis, menginterpretasikan dan
memberikan solusi terhadap keuangan bank pada periode tertentu. Tujuan pengukuran
kinerja diantaranya untuk mengetahui tingkat likuiditas suatu bak, tingkat solvabilitas,
mengetahui tingkat rentabilitas, mengetahui tingkat stabilitas (Munawir, 2012:31).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja dilakukan atas hasil capaian kerja
yang dijalankan oleh pihak manajemen bank guna untuk melakukan perbaikan kedepannya
agar dapat bersaing dengan bank lainnya.
Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas diartikan sebagai rasio yang menunjukkan kapabilitas bank dalam
melunasi kewajiban-kewajibannya untuk jangka pendek, artinya rasio yang memberikan
gambaran terkait dengan bagaimana kemampuan bank membayar utang jangka pendek
sesuai dengan jatuh tempo (Hery, 2016:149). Selanjutnya Prastowo (2011:83) menyatakan
rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar
utang jangka pendek kepada kreditor. Rasio likuiditas dapat disebut juga rasio modal kerja
yang bertujuan untuk mengukur kemampuan bank memenuhi utang jangka pendeknya pada
saat ditagih oleh kreditur. Tujuan dan manfaat rasio likuiditas diantaranya mengukur
kekuatan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek, mengukur kapasitas bank
dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan total asset lancar,
mengetahui kemampuan dalam membayar utang jangka pendek dengan menggunakan aset
sangat lancar, menaksir skala uang kas bank dalam membayar utang lancar, perencanaan
finansial di masa depan terutama yang berhubungan dengan perencanaan kas dan kewajiban
lancar.
Dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas yaitu rasio yang mengukur tingkat likuid
suatu bank. Rasio likuiditas dilakukan dengan membandingkan seluruh komponen yang ada
pada aktiva lancar dengan komponen di utang jangka pendek. Dalam penelitian ini rasio
likuiditas yang digunakan adalah Financial to Deposit Ratio (FDR). Pada bank konvesional
dinamakan dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank dibandingkan dengan
jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya pembiayaan yang diberikan kepada nasabah, pihak bank harus mampu
mengimbanginya dengan sesegera mungkin dapat memenuhi kebutuhan pihak deposan yang
akan melakukan penarikan dana. Semakin besar pembiayaan yang disalurkan kepada
nasabah, maka akan mengakibatkan semakin meningkat pula pendapatan yang akan
diperoleh sebab pendapatan tersebut akan naik maka laba juga akan mengalami kenaikan.
Financial to Deposit Ratio (FDR) merupakan salah satu indikator yang menentukan kondisi
likud atau tidaknya bank, kondisi FDR bank harus berada pada posisi minimal 75 % dan
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
2
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
maksimal 110 %. Kasmir (2015:319) rasio Financial to Deposit Ratio (FDR) dihitung
dengan menggunakan rumus:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐹𝐷𝑅 = 𝑥 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡 + 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menurut Fahmi (2011:174) suatu analisis yang bertujuan untuk
menganalisis kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajibannya dengan tepat waktu
sesuai dengan jatuh tempo. Selanjutnya Sudana (2011:21) rasio solvabilitas yaitu mengukur
bagaimana kemampuan bank dalam membayar utang dalam pembelanjaannya. Aktivitas
bank digerakkan atas dasar penggunaan modal baik modal sendiri maupun modal asing
(pinjaman). Rasio solvabilitas bank adalah analisis untuk mengukur kemampuan bank
dalam mencari sumber-sumber pendanaan yang akan digunakan untuk membiayai
aktivitasnya. Rasio ini juga akan melihat kondisi kekayaan bank dan bagaimana tingkat
efisiensi bagi pihak manajemen (Kasmir, 2015:229).
Dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur bagaimana
bank menggunakan utang-utangnya dalam aktivitas pembiayaan serta mengukur
kemampuan pihak bank untuk membayarkan utang-utang tersebut sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Dalam penelitian ini rasio solvabilitas digunakan perhitungan Capital
Adequancy Ratio (CAR). Capital Adequancy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yaitu
kewajiban bank daam menyediakan modal minimal sebesar persentase tertentu atas Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dengan kata lain bahwa
CAR merupakan gambaran tentang kemampuan dari bank syariah dalam memenuhi
kecukupan modalnya. Modal merupakan salah satu faktor penting dalam menjalankan dan
mengembangkan perusahaan, CAR menunjukkan kuat tidaknya bank dalam menangung
risiko dari setiap aktiva produktif yang beresiko, jika perusahaan memiliki CAR yang tinggi
berarti bank tersebut membuat kemampuan yang kuat dalam menanggung risiko. Bank
Indonesia membuat ketentuan tentang bank yang dinyatakan sehat jika bank tersebut
memiliki CAR minimal 8 %. Rumus yang digunakan untuk menghitung CAR adalah:
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐶𝐴𝑅 = 𝑥 100 %
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 (𝐴𝑇𝑀𝑅)
Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan bank
dalam memperoleh keuntungan pada periode tertentu. Bank yang mampu menghasilkan
target laba yang ditentukan dengan menggunakan aktiva modal yang dimiliki, maka bank
tersebut berarti mempunyai tingkat rentabilitas yang baik. Rasio rentabilitas bertujuan untuk
menggambarkan kemampuan bank dalam menghasilkan profit untuk periode tertentu dan
mengukur tingkat efektivitas pihak manajemen dalam menjalankan aktivitas operasional
bank. Rasio rentabilitas digunakan juga untuk mengukur kesehatan keuangan dan
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
3
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan pihak
manajemen bank mengelola modal yang dimiliki untuk dalam memperoleh keuntungan.
Ketentuan yang digunakan untuk menentukan peringkat ROE suatu bank adalah Surat
Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP/2004 yang menyebutkan bahwa: peringkat 1 jika
memperoleh laba sangat tinggi; peringkat 2, jika perolehan labanya lebih dari 12,5 %;
peringkat 3 jika memperolah laba berkisar diantara 5 % sampai 12,5 %; peringkat 4, jika
perolehan labanya lebih rendah atau mengalami kerugian (dibawah 5 %); peringkat 5, jika
mengalami kerugian (ROE negative). Rumus yang digunaka untuk menghitu ROE adalah:
Rasio Keuangan
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
4
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
METODE PENELITIAN
Penelitian termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha untuk memecahkan permasalahan yang ada melalui data-data dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang dilakukan adalah rasio likuiditas yang
diproksikan dengan Financing to Deposit Ratio (FDR), rasio solvabilitas yang diproksikan
dengan Capital Adequancy Ratio (CAR) dan rasio rentabilitas yang dihitung dengan Return
On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). Penelitian menggunakan data sekunder yaitu
data laporan keuangan triwulan PT. Bank Mega Syariah dari tahun 2013-2021. Laporan
keuangan tersebut akan dianalisis dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas dan
rentabilitas. Rasio likuiditas dilakukan dengan Financing to Deposite Ratio (FDR) yang
rumusnya:
Total Pembiayaan
FDR = × 100
Total Deposit + Equity
Rasio solvabilitas dianalisis dengan Capital Adequancy Ratio (CAR) melalui rumus:
Modal
CAR = X 100%
ATMR
Rasio Profitabilitas digunakan analisis Return On Assets (ROA) dan Return On Equity
(ROE), yang rumusnya adalah :
Laba Sebelum Pajak
ROA = × 100
Rata − Rata Total Aset
Laba setalah pajak
ROE = X 100%
Rata − rata modal
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
5
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Penilaian
Periode Total
DPK Rasio (%) Standar OJK
Pembiyaan
Tahun Triwulan
1 131.791 176.402 84,90 Sehat
2 120.091 157.387 81,48 Sehat
2013
3 114.582 184.195 83,00 Sehat
4 68.113 92.034 83,08 Sehat
1 52.798 72.188 79,20 Sehat
2 39.027 52.379 92,09 Cukup sehat
2014
3 36.097 41.005 88,03 Cukup sehat
4 33.275 37.438 88,88 Cukup sehat
1 30.813 31.008 98,37 Cukup sehat
2 27.875 26.754 104,19 Kurang sehat
2015
3 28.228 37.435 102,89 Kurang sehat
4 41.907 54.596 93,97 Cukup sehat
1 37.859 49.630 95,53 Cukup sehat
2 35.652 109.921 35,68 Sangat sehat
2016
3 33.504 47.020 90,50 Cukup sehat
4 39.552 52.251 93,61 Cukup sehat
1 39.441 122.016 35,21 Sangat sehat
2 36.011 47.938 94,92 Cukup sehat
2017
3 34.132 44.525 98,86 Cukup sehat
4 58.634 69.532 98,49 Cukup sehat
1 200.307 218.979 95,85 Cukup sehat
2 210.734 229.583 95,97 Cukup sehat
2018
3 2.722.903 2.784.792 98,13 Cukup sehat
4 343.812 370.995 95,24 Cukup sehat
1 379.903 399.404 97,56 Cukup sehat
2 405.194 430.813 96,06 Cukup sehat
2019
3 427.347 476.688 91,57 Cukup sehat
4 663.112 738.294 91,05 Cukup sehat
1 714.799 768.327 94,26 Cukup sehat
2 770.967 843.568 92,49 Cukup sehat
2020
3 903.590 967.700 94,35 Cukup sehat
4 1.262.978 1.399.721 90,88 Cukup sehat
1 1.388.428 1.409.202 99,23 Cukup sehat
2 1.601.370 1.658.857 97,12 Cukup sehat
2021
3 1.649.393 1.679.933 98,77 Cukup sehat
4 2.035.915 2.163.724 94,53 Cukup sehat
Sumber: Data diolah
Rasio FDR menggambarkan tingkat pertumbuhan pembiayaan pada PT. Bank Mega
Syariah dengan pertumbuhan sumber pendanaan dari dana pihak ketiga. Tingkat FDR harus
mampu distabilkan oleh pihak bank agar tidak mengganggu berjalannya akivitas
pembiayaan. Tingkat ketersediaan dana harus menjadi perhatian yang penting bagi pihak
bank agar aktivitas pembiayaan dapat berjalan dengan lancar. Hasil analisis rasio FDR yang
diperoleh dari laporan keuangan PT. Bank Mega Syariah di tahun 2015 pada triwulan kedua
dan ketiga dengan rasio sebesar 104,19 % dan 102, 89 %. Kondisi memperlihatkan bahwa
penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak bank melebihi ketersediaan dana dana pihak
ketiga. Hal ini dari sisi bagi hasil yang akan diterima oleh bank akan semakin meningkat,
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
6
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
namun jika dilihat dari sisi likuiditas akan mengkhawatirkan karena bank tidak memiliki
kecukupan dana untuk pemenuhan permintaan dana.
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
7
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Sesuai kriteria yang ditetapkan BI bahwa jika rasio CAR yang dihasilkan oleh bank
lebih dari 11 % maka bank tersebut dikatakan sangat sehat. Artinya PT. Bank Mega Syariah
mempunyai kecukupan cadangan modal sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam ketentuan
Bank Indonesia.
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
8
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Return on Assets (ROA) menggambarkan tentang kemampuan dari PT. Bank Mega
Syariah dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang dimiliki dalam
menjalankan usahanya. ROA yang tinggi akan menggambarkan bahwa bank dapat
menggunakan assetnya dalam menghasilkan laba dengan baik. Hasil perhitungan ROA yang
dilakukan pada PT. Bank Mega Syariah dinyatakan tidak sehat pada tahun 2016 triwulan ke
3 dan ke 4, pada tahun 2017 dan tahun 2021 semester ke 4. Hal ini mengindikasikan bahwa
Bank Mega Syariah mengalami penurunan laba dari pemanfaatan asset yang ada. Artinya
terjadinya ketidakseimbangan antara penggunaan asset dengan total laba yang dihasilkan.
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 17
9
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa tahun kondisi PT. Bank Mega
Syariah dinyatakan tidak sehat dari segi perolehan laba bersih dari penggunaan modal
sendiri. Artinya PT. Bank Mega Syariah kurang mampu memaksimalkan modal sendirinya
dalam menoperasionalkan aktivitas perusahaan sehingga tidak mampu menghasilkan laba
yang maksimal.
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 18
0
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
perolehan laba bersih dengan total modal sendiri yang bersumber dari setoran modal pemilik.
Pengelolaan yang baik dari manajamen bank akan menunjukkan kemampuannya dalam
mengembalikan modal yang disetorkan oleh pemilik terhadap perusahaan. Perusahaan yang
mampu menghasilkan ROE yang tinggi mengindikasikan bahwa pihak manajemen dapat
mengelola modal pemilik dalam menghasilkan laba bersih.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, M. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Menggunakan Du Pont
System pada PT.Indosat,Tbk. Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI), 2(2),
117-126.
Fahmi, I. (2011). Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, I. (2013). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, I. (2015). Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab. Bandung:
Alfabeta.
Harmono. (2014). Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Hery. (2016). Mengenal dan Memahami Dasar-Dasar Laporan Keuangan. Jakarta: PT.
Grasindo.
Jumingan. (2006). Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Satu. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Munawir. (2012). Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Pandia, F. (2012). Manajemen Dana Kesehatan bank. Jakarta: Rineka Cipta.
Prastowo, D. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: YKPN.
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 18
1
Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI) Volume 7 nomor 1, Juni 2023
Budi Gautama Siregar & Aswadi Lubis: Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Mega Syariah 18
2