Anda di halaman 1dari 11

PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE HOUSE OF RISK (HOR)


(Studi Kasus di PT. XYZ)

RISK MANAGEMENT IN THE SUPPLY CHAIN USING THE METHOD OF


HOUSE OF RISK (HOR)
(CASE STUDY : PT. XYZ)

Cahya Kusnindah1), Yeni Sumantri2), Rahmi Yuniarti 3)


Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail : cahya.shine@gmail.com1), yeni@ub.ac.id2), rahmi_yuniarti@ub.ac.id3)

Abstrak

PT. XYZ merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang produksi, perdagangan
serta distribusi garam. Dalam setiap aktivitas bisnis, perusahaan mempunyai suatu risiko, untuk itu
dibutuhkan pengelolaan risiko agar aliran supply chain perusahaan dapat berjalan baik. Penelitian ini
bertujuan untuk dapat mengetahui risiko-risiko serta agen risiko yang dapat terjadi pada aliran supply chain
perusahaan, dan merancang strategi penanganan yang dapat digunakan untuk mengurangi timbulnya agen
risiko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu House of Risk (HOR) untuk dapat menentukan
prioritas dari strategi penanganani. Pada identifikasi risiko, menggunakan metode pengembangan Supply
Chain Operation Reference (SCOR). Hasil penelitian menunjukkan terdapat 46 risiko dengan 27 agen risiko
yang telah teridentifikasi. Berdasarkan hasil identifikasi, dipilih 6 agen risiko yang akan dilakukan
perancangan strategi penanganan. Terdapat 13 strategi penanganan yang diusulkan untuk dapat
mengurangi probabilitas timbulnya agen risiko dalam supply chain perusahaan.

Kata kunci : Supply chain management, House of Risk (HOR), Pengembangan SCOR, Struktur SCRIS,
Manajemen Risiko.

1. Pendahuluan divisi pada suatu perusahaan manufaktur


Semakin ketatnya persaingan terutama (Pujawan, 2005).
dalam sektor industri, perusahaan dituntut Setiap aktivitas bisnis perusahaan
untuk berkompetisi menjadi perusahaan yang mempunyai suatu risiko. Menurut Walters,
lebih unggul. Dalam perusahaan, Supply Chain 2006 risiko merupakan ancaman yang mungkin
Management (SCM) merupakan suatu hal yang terjadi untuk mengacaukan aktivitas normal
sangat penting untuk diperhatikan karena atau menghentikan sesuatu yang telah
melibatkan semua elemen yang berpartisipasi direncanakan. Berdasarkan penelitian oleh
dalam suatu pergerakan usaha, mulai dari Hendricks dan Singhal (2003) diketahui bahwa
pemasok (supplier), perusahaan manufaktur, gangguan pada supply chain berdampak negatif
hingga customer. dalam jangka panjang terhadap perusahaan dan
Secara umum semua kegiatan yang terkait banyak perusahaan yang tidak mampu pulih
dengan aliran material, aliran informasi, dan secara cepat dari dampak negatif tersebut.
aliran finansial di sepanjang supply chain PT. XYZ merupakan Badan Usaha Milik
adalah kegiatan-kegiatan dalam cakupan SCM. Negara (BUMN) dimana merupakan
Beberapa kegiatan utama yang masuk dalam perusahaan yang bergerak dibidang produksi,
klasifikasi SCM adalah: kegiatan merancang perdagangan serta distribusi garam. Dibidang
produk (product development), kegiatan pembuatan garam, PT. XYZ memproduksi tiga
mendapatkan bahan baku (procurement), jenis garam, yaitu: Produk turunan garam,
kegiatan merencanakan produksi dan Garam curai, dan Garam industri. PT. XYZ
persediaan (planning & control), kegiatan sebagai perusahaan BUMN, dituntut untuk
melakukan produksi (production), dan kegiatan dapat memenuhi kebutuhan garam dalam
melakukan pengiriman (distribution). negeri. Selain itu PT. XYZ harus mampu
Klasifikasi kegiatan tersebut biasanya tercermin bersaing dengan berbagai perusahaan garam
dalam bentuk pembagian departemen atau swasta yang menghasilkan garam dengan

661
kualitas baik dan harga yang murah. Menurut mendorong timbulnya risiko. Oleh karena itu
Sekjen Perhimpunan Petani dan Nelayan dengan mengurangi agen risiko berarti dapat
Sejahtera Indonesia (PPNSI) Riyono Abdullah mengurangi timbulnya beberapa kejadian
(2012) mengatakan jumlah kebutuhan garam risiko.
dalam negeri masih belum dapat terpenuhi Dengan menggunakan metode tersebut,
dengan optimal. Dapat diketahui dimana maka akan diharapkan akan memberikan
kebutuhan garam yang dapat terpenuhi yaitu manfaat kepada perusahaan yaitu dapat
hanya sebesar 1.200.000 ton pertahun, padahal mengetahui risiko yang dapat timbul pada
kebutuhan garam nasional sebesar 2.637.100 aliran supply chain perusahaan dan dapat
setahunnya. mengetahui strategi penanganan yang dapat
PT. XYZ perlu menciptakan aliran supply dilakukan dalam menangani risiko yang terjadi.
chain yang handal (robust) terhadap berbagai
macam gangguan atau risiko yang bisa 2. Metode Penelitian
menyebabkan gagalnya tujuan yang hendak Pada penelitian ini, tahap penelitian dibagi
dicapai oleh perusahaan yakni memproduksi menjadi tiga tahap, yaitu tahap identifikasi
garam sebanyak-banyaknya dengan kualitas awal, tahap pengumpulan dan pengolahan data,
yang baik sehingga dapat memenuhi harapan dan tahap analisa dan kesimpulan.
dan meningkatkan kepuasan konsumen. Salah
satu kejadian risiko yang dialami oleh PT. XYZ 2.1 Tahap Identifikasi Awal
yaitu keterlambatan pengiriman produk kepada Pada tahap identiikasi awal meliputi:
pihak customer. Dimana produk yang a. Mengidentifikasi masalah dan studi
dikirimkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan pustaka sesuai dengan topik yang diambil
tanggal awal yang diinginkan oleh customer. b. Merumuskan masalah
Pihak perusahaan harus melakukan nogosiasi c. Menentukan tujuan peneliatan
kepada pihak customer mengenai tanggal d. Menentukan manfaat penelitian
pengiriman sesuai jumlah produk yang diminta
oleh customer. 2.2 Tahap Pengumpulan dan Pengolahan
Saat ini PT. XYZ belum melakukan Data
identifikasi risiko yang dapat terjadi pada setiap Tahapan pengumpulan dan pengolahan
aktivitas bisnis dalam perusahaan. Berdasarkan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
hal tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan sebagai berikut:
identifikasi risiko serta agen risiko yang dapat a. Pengumpulan data diperlukan dalam
memicu terjadinya suatu risiko, serta usulan peneliatian ini adalah data umum
strategi penanganan yang dapat diterapkan perusahaan yang meliputi sejarah
untuk memitigasi probabilitas timbulnya agen perusahaan, visi dan misi, struktur
risiko pada suatu supply chain perusahaan organisasi, proses produksi dan hasil
dengan menggunakan metode House of Risk produksi, serta data aktivitas bisnis
(HOR) untuk dapat menentukan prioritas dari perusahaan yang terdiri dari data aliran
strategi penanganani. Pada identifikasi risiko, pengadaan bahan baku, data aliran
menggunakan metode pengembangan Supply produksi dan data aliran pendistribusian
Chain Operation Reference (SCOR). yang ada pada perusahaan.
Pujawan dan Geraldin (2009) b. Pemetaan Aktiivitas Supply Chain untuk
mengembangkan model manajemen risiko mengetahui aliran supply chain pada PT.
rantai pasok menggunakan metode konsep XYZ dengan cara brainstrorming
House Of Quality (HOQ) dan Failure Models mengenai aliran supply chain pada pihak
and Effects Analysis (FMEA) untuk menyusun perusahaan.
suatu framework dalam mengelola risiko rantai c. Mengidentifikasi risiko yang berpotensi
pasok yang dikenal dengan istilah pendekatan muncul pada supply chain perusahaan,
House Of Risk (HOR). Pendekatan HOR dengan cara melakukan brainstrorming
bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dan mengenai risiko yang terjadi, sumber
merancang strategi penanganan untuk penyebab risiko, dimana risiko berada dan
mengurangi probabilitas kemunculan dari agen bagaimana risiko itu muncul. Tahap
risiko dengan memberikan tindakan pencegahan identifikasi risiko ini menggunakan metode
pada agen risiko. Agen risiko atau penyebab pengembangan dari SCOR yang membagi
risiko merupakan faktor penyebab yang aktivitas bisnis menjadi lima yaitu plan,

662
source, make deliver, dan return. produksi garam. Setelah selesai melakukan
Selanjutnya juga menggambarkan struktur perencanaan purchasing, pihak perusahaan
SCRIS yang berfungsi untuk mengetahui melakukan kontak dengan supplier untuk
keterkaitan antara risiko yang ada dengan melakukan order. Dalam tahap ini PT. XYZ
faktor agen risiko. melakukan kegiatan negosiasi dan kontrak
d. Melakukan penilaian risiko yaitu penelitian dengan supplier untuk melakukan purchasing
tingkat dampak (severity), penilaian yaitu garam bahan baku, bahan penunjang
peluang kemunculan (occurance) dan KLO3, dan bahan pengemas. Setelah proses
penilaian tingkat korelasi antara risiko dan penerimaan bahan/ barang dari supplier, maka
agen risiko. dilakukan inspeksi. Apabila bahan/ barang yang
e. Melakukan evaluasi risiko penentuan diterima dari supplier tidak terjadi reject, maka
peringkat risiko dan menentukan prioritas langsung masuk pada tahapan produksi.
agen risiko sehingga dapat diketahui agen Akantetapi jika terjadi reject atau cacat pada
risiko yang paling mempengaruhi supply bahan/ barang yang diterima, maka akan
chain perusahan. dikembalikan (return) ke supplier.
f. Perancangan strategi penanganan dan Bahan baku yang telah melalui proses
dipilih strategi penanganan atau aksi produksi dan telah menjadi produk garam
proaktif yang dapat diterapkan di PT. XYZ olahan selanjutnya dilakukan proses packaging
agar dapat mengurangi terjadinya agen lalu dilakukan inspeksi produk akhir. Setelah
risiko dalam supply chain serta aliran produk tersebut telah memenuhi spesifikasi dan
supply chain dalam perusahaan dapat kualitas yang telah ditetapkan maka produk
berjalan dengan baik. tersebut dikirim ke bagian gudang lalu dikirim
ke customer.
2.3 Tahap Penarikan Kesimpulan dan
Saran 3.2 HOR fase 1 (Fase Identifikasi Risiko)
Setelah diperoleh pemecahan masalah, HOR fase 1 merupakan tahapan awal dapat
maka langkah selanjutnya adalah menarik metode House Of Risk, dimana HOR fase 1 ini
kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik nantinya merupakan fase identifikasi risiko yang
dapat menjawab tujuan penelitian yang digunakan untuk menentukan agen risiko yang
dilakukan. Selain itu juga dapat memberikan harus diberikan prioritas untuk tindakan
saran untuk perusahaan dan penelitian pencegahan. Langkah-langkah dalam HOR fase
selanjutnya. 1 ini yaitu identifiaksi risiko dan penilaian
risiko yang meliputi penilaian tingkat dampak
3. Hasil dan Pembahasan (severity), penilaian tingkat kemunculan
Pada bagian ini akan menjelaskan (occurance), penilaian korelasi (correlation)
mengenai hasil dan pembahasan dari dan perhitungan nilai Aggregate Risk Potential
pengolahan data yang telah dilakukan. (ARP), sehingga dapat diketahui agen risiko
yang akan diberi tindakan pencegahan dengan
3.1 Pemetaan Aktivitas Supply Chain mengurutkan nilai ARP.
Pemetaan aktivitas supply chain perusahaan
dapat dilihat pada Gambar 1. Pada suatu supply 3.2.1 Penilaian Risiko
chain terdapat tiga aliran yaitu aliran material, Penilaian risiko meliputi penilaian
aliran finansial, dan aliran informasi. Aliran tingkat dampak (severity) dari kejadian risiko
material merupakan aliran baran/produk yang yang telah diidentifikasi, penilaian tingkat
mengalir dari hulu (upstream) ke hilir kemunculan kejadian (occurance) dari agen
(downstream). Pada aliran finansial/uang risiko, dan penilaian tingkat korelasi
mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan aliran (correlation) antara kejadian risiko dan agen
informasi bisa terjadi dari hulu ke hilir ataupun risiko.
sebaliknya. Identifikasi risiko pada supply chain
Alur supply chain dalam perusahaan dapat perusahaan didapatkan dari hasil wawancara
diawali dengan order dan negosiasi yang dengan pihak perusahaan yaitu Kepala Divisi
dilakukan dengan pihak customer. Setelah Pengadaan, Kepala Divisi Produksi Garam
melakukan negosiasi dan order dari customer Olahan, dan Kepala Divisi Pemasaran. Terdapat
diterima, PT. XYZ melakukan perencanaan 46 risiko yang diidentifikasi yang telah
purchasing untuk melakukan perencanaan dikonfirmasi kepada pihak perusahaan dengan

663
menggunakan metode SCOR yang telah dilakukan identifikasi agen risiko pada setiap
dikembangkan oleh Karningsih (2011) yang kejadian risiko yang ada, terdapat 27 agen
dikelompokkan berdasarkan plan, source, risiko yang telah diidentifikasi.
make, deliver, dan return. Selanjutnya

Supplier Logistic Provider Factory Customer

Negosiasi Order

Cecking
Stocking Level

Purchasing
Planning

Order Purchasing
Processing Order

Deliver Receive

NO

Return Inspection

Yes

Storage

Producing

No

Inspection

Yes

Packaging

Negoisasi Storage

Deliver Inspection

Return Factory
No
Accept
Manual Recheck

No Yes
Accept

Receive
Yes

Packaging

Negoisasi Storage

Deliver Dispose

Keterangan: Aliran Finansial


Aliran Informasi
Aliran Material

Gambar 1. Pemetaan Aktivitas Supply Chain

664
Selanjutnya untuk dapat melihat keterkaitan antar risiko yang ada beserta agen
keterkaitan antara risiko dengan agen risiko risikonya (Karningsih,2011).
yang ada dalam supply chain, yaitu dengan Berikut pada Gambar 2 menunjukkan
menggambarkan Struktur Supply Chain Risk keterkaitan risiko risiko dengan agen risiko,
Identification System (SCRIS). dan juga keterkaitan antar risiko yang dapat
Supply Chain Risk Identification System menyebabkan risiko lain dapat terjadi. Dengan
(SCRIS) merupakan pengembangan alat untuk demikian dapat menjadi acuan untuk membuat
membantu dalam pengidentifikasian risiko dan dan menerapkan strategi penanganan untuk
keterkaitan risiko yang ada dalam supply chain. menangani dampak yang ditimbulkan oleh
Struktur SCRIS menjelaskan risiko yang ada risiko yang terjadi.
pada setiap proses bisnis dan memperlihatkan

Return
= Level 0

Focal Organization SC Partner External Environment = Level 1

Nature Condition = Level 2


Communication Financial Customer Accident

= Kejadian Risiko
E42 E43 E44 E45 E46

= Agen Risiko

A1 A4 A5 A11 A14 A21 A22 A25 A26

Deliver

Focal Organization SC Partner External Environment

Operational Communication Financial Logistic Provider Nature Condition Accident

E35 E36 E37 E38 E39 E40 E41

A1 A2 A5 A8 A9 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A18 A19 A20 A21 A23 A24 A26

Make

Focal Organization SC Partner External Environment

Operational Communication Resources Financial Supplier Customer Nature Condition

E23 E24 E25 E26 E27 E28 E29 E30 E31 E32 E33 E34

A1 A2 A8 A9 A10 A11 A12 A4 A5 A6 A14 A7 A16 A17 A18 A21 A22 A27

Source

Focal Organization SC Partner External Environment

Operational Communication Financial Supplier Nature Condition Accident

E13 E14 E15 E16 E17 E18 E19 E20 E21 E22

A1 A2 A3 A5 A11 A12 A13 A14 A16 A17 A21 A23 A27

Plan

Focal Organization SC Partner External Environment

Operational Communication Resources Financial Customer Logistic Provider Governmental

E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 E11 12

A1 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9

Gambar 2. Struktur SCRIS

665
Keterangan: Lanjutan Tabel 1. Identifasi Risiko
Berikut pada Tabel 1 dan Tabel 2 Kode Kejadian Risiko
merupakan keterangan dari hasil risiko dan E41 Terjadi kecelakaan pada saat pengiriman
Koordinasi yang kurang berjalan dengan baik di dalam
agen risiko yang telah diidentifikasi. E42
perusahaan
E43 Biaya tambahan yang diluar perkiraan.
Tabel 1. Identifasi Risiko Adanya jumlah produk garam yang dikembalikan oleh
E44
Kode Kejadian Risiko` customer
Kesalahan perencanaan untuk maintenance pada peralatan E45 Terjadi bencana alam pada saat return
E1
produksi.
Keterlambatan perencanaan desain dan warna dari bahan E46 Terjadi kecelakaan pada saat return
E2
pengemas.
E3 Kesalahan pada perencanaan produksi Tabel 2. Identifasi Agen Risiko
Kesalahan perhitungan dalam perencanaan kebutuhan
E4 Kode Agen Risiko
garam tambang, bahan penunjang dan bahan pengemas
Kurangnya keterlibatan dan kepedulian pekerja dalam
E5 Kesalahan perencanaan pengiriman barang ke customer A1
mendukung kegiatan dalam perusahaan
Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan yang
E6 A2 Supplier tidak dapat memenuhi permintaan perusahaan
kurang baik.
A3 Sistem informasi pada supplier yang kurang tepat
Perencanaan jumlah sumber daya manusia yang akan
E7 A4 Ketidaktelitian dalam melakukan perencanaan
dipakai kurang tepat.
Sistem komunikasi internal perusahaan kurang berjalan
Perencanaan kemampuan sumber daya manusia yang A5
E8 dengan baik
dibutuhkan kurang tepat.
E9 Perencanaan anggaran yang akan digunakan kurang tepat Kesalahan dalam melakukan perhitungan kebutuhan
A6
jumlah sumber daya manusia
E10 Ketidakpastian order dari customer
Kesalahan dalam pengalokasian sumber daya manusia
Keterlambatan dalam perencanaan pemilihan dan A7
E11 yang tidak sesuai dengan kemampuannya
penggunaan alat transportasi/ penyedia logistik.
A8 Jumlah order dari customer yang tidak pasti
Perubahan kebijakan pemerintah mengenai pengadaan
E12 Ketidakpastian penyedia logistik untuk mengirimkan
barang A9
produk garam
Kesulitan mendapatkan garam tambang, bahan penunjang
E13 Kesalahan perencanaan maintenance pada peralatan
dan bahan pengemas sesuai dengan kebutuhan perusahaan A10
produksi
Terjadi kesalahan dalam proses pemeriksaan ketika bahan
E14 A11 Human error pada pekerja
baku datang
Koordinasi yang kurang berjalan dengan baik di dalam Garam tambang, bahan penunjang dan bahan pengemas
E15 A12 yang dibutuhkan oleh perusahaan tidak memenuhi
perusahaan
kebutuhan baik secara kualitas maupun kuantitas
E16 Adanya biaya tambahan yang diluar perkiraan.
Susah mendapatkan perusahaan pemasok bahan penunjang
Terjadi kerusakan garam tambang, bahan penunjang dan A13
E17 maupun bahan pengemas.
bahan pengemas yang dikirim oleh supplier
A14 Kondisi cuaca yang tidak mendukung
E18 Kualitas garam tambang yang tidak sesuai dari supplier.
Jumlah stock produk garam di gudang tidak mencukupi
Jumlah garam tambang, bahan penunjang dan bahan A15
permintaan dari customer
E19 pengemas yang dikirim oleh supplier tidak sesuai dengan
kebutuhan A16 Keterlambatan bahan baku
Ketidaktersediaannya bahan baku dari segi kuantitas yang Kenaikan harga pada biaya tak langsung seperti air
E20 A17
dibutuhkan perusahaan dari supplier maupun listrik
E21 Kondisi alam yang tidak mendukung di lokasi supplier A18 Terjadi penundaan pada proses produksi
E22 Terjadi kecelakaan pada aktivitas source A19 Keterlambatan penyelesaian produksi
A20 Terjadi penyusutan pada garam diatas batas toleransi 2%
E23 Terjadi kesalahan jumlah produk yang diproduksi
Kenaikan upah pada buruh kerja yang tidak tetap
E24 Penundaan jadwal proses produksi A21
(borongan)
E25 Terjadi kesalahan saat proses pengepakan Terjadi kesalahan saat melakukan inspeksi pada produk
A22
E26 Terjadi kerusakan mesin saat proses produksi berlangsung akhir garam halus beryodium
A23 Kondisi alat transportasi tidak layak
E27 Terjadi kecelakaan saat proses produksi
Koordinasi yang kurang berjalan dengan baik di dalam A24 Penundaan jadwal pengiriman
E28
perusahaan Kualitas garam halus beryodium yang diterima customer
Penempatan sumber daya manusia yang tidak tepat untuk A25
E29 yang tidak sesuai
pelaksanaannya A26 Kerusakan garam halus beryodium pada proses pengiriman
E30 Jumlah sumber daya manusia yang kurang memadai A27 Kerusakan bahan baku pada saat proses pengiriman
Biaya tambahan pada aktivitas make yang diluar
E31
perkiraan
Ketidakmampuan supplier dalam memenuhi permintaan Sebelum dilakukan penilaian, dilakukan
E32 garam tambang, bahan penunjang dan bahan pengemas
yang mendadak dari perusahaan
wawancara bersama pihak perusahaan untuk
E33 Adanya jumlah permintaan yang mendadak dari customer menyesuaikan kategori tingkat dampak
E34
Terjadi bencana alam (severity) dan tingkat kemunculan (occurance)
Tidak dapat mengirimkan produk garam kepada customer
dengan kondisi yang ada dalam perusahaan. Hal
E35 ini dilakukan agar hasil kuisioner yang dibuat,
dengan tepat waktu
Koordinasi yang kurang berjalan dengan baik di dalam sesuai dengan kondisi aktual diperusahaan.
E36
perusahaan
E37 Biaya tambahan yang diluar perkiraan.
Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel HOR
E38 Rusaknya produk garam pada saat pengiriman fase 1.
Tidak dapat mengirimkan produk garam sesuai dengan
E39
jumlah permintaan
E40 Terjadi bencana alam pada saat pengiriman

666
3.2.2 Perhitungan Nilai Aggregate Risk tingkat peluang kemunculan kejadian
Potential (ARP) (occurance) dari agen risiko, penilaian tingkat
Perhitungan nilai Aggregate Risk Potential korelasi (correlation) antara kejadian risiko dan
(ARP) digunakan untuk sebagai masukan untuk agen risiko, dan nilai Aggregate Risk Potential
menentukan prioritas agen risiko yang perlu (ARP). Pada Tabel 7 merupakan tabel HOR
untuk ditangani terlebih dahulu untuk diberikan fase 1 yang menunjukkan tahapan dalam HOR
tindakan pencegahan terhadap agen risiko. fase 1 yang digunakan untuk menentukan agen
Masing-masing nilai ARP didapat melalui risiko yang harus diberikan prioritas untuk
perhitungan dengan menggunakan rumus: tindakan pencegahan.
ARPj = Oj Si Rij (Pers.1)
Berikut contoh perhitungan ARP, dan 3.3 Evaluasi Risiko
semua hasil dari perhitungan ARP dapat dilihat Pada tahap ini merupakan evaluasi
pada tabel HOR fase 1. kejadian risiko yaitu untuk mengetahui agen
risiko mana yang akan diberi penanganan
ARP1 = 3 x [ 3 (3) + 1 (3 + 2 + 3 + 4 + 3 + 3 dengan menggunakan diagram pareto. Pada
+ 4 + 4 + 4) ] = 117 Gambar 2 merupakan diagram pareto ARP dari
ARP3 = 3 x [ 3 (2) + 1 (3 + 4) ] = 39 seluruh agen risiko yang ada, penggambaran
ARP5 = 3 x [ 9 (3 + 4 + 4 + 3 + 4 + 4) + 3 (2 diagram pareto tersebut bertujuan untuk
+ 2 + 2) + 1 (3 + 2 + 3 + 3 )] = 681 menentukan agen risiko mana yang akan
ARP7 = 2 x [ 9 (2 + 3) + 1 (3) ] = 96 diprioritaskan untuk ditangani.
ARP10 = 3 x [ 9 (3) + 1 (3) ] = 90
ARP15 = 4 x [ 9 (3) ] = 108 3.4 HOR Fase 2 (Fase Penanganan Risiko)
ARP17 = 2 x [ 9 (3) + 3 (3) ] = 72 Tahapan kedua dalam metode House Of
ARP19 = 4 x [ 9 (3) ] = 108 Risk yaitu HOR fase 2. Dalam HOR fase 2 ini
ARP21 = 4 x [ 9 (3 + 3 + 3 + 3) ] = 432 nantinya akan dipilih beberapa strategi
ARP23 = 2 x [ 9 (3 + 3) + 3 (3) ] = 126 penanganan yang dianggap efektif untuk
ARP25 = 2 x [ 9 (3) ] = 108 mengurangi probablitas dampak yang
ARP27 = 3 x [ 9 (3) + 1 (3 + 3) ] = 99 disebabkan oleh agen risiko. Langkah dalam
HOR fase 2 ini dimulai dengan perancangan
3.2.3 Tabel HOR Fase 1 strategi penanganan, mencari besar hubungan
Tabel HOR fase 1 merupakan output dalam antara strategi penanganan dengan agen risiko
tahapan awal HOR fase 1, dimana untuk yang ada, menghitung nilai Total Effectifness
mengetahui peringkat agen risiko yang ada. (TEk) dan Degree of Difficulty (Dk), dan terahir
Dalam tabel HOR fase 1 dapat diketahui nilai menghitung rasio Effectiveness To Difficulty
dari tingkat dampak (severity) dari kejadian (ETDk) untuk mengetahui ranking prioritas dari
risiko yang telah diidentifikasi, penilaian strategi yang ada.

Gambar 2. Diagram Pareto ARP

667
Tabel 3. HOR Fase 1
Penyebab Risiko (A)
Proses Risiko (E) A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16 A17 A18 A19 A20 A21 A22 A23 A24 A25 A26 A27 Severity
E1 1 3 1 3
E2 1 3 3 1 2
E3 1 9 1 3
E4 3 1 9 3
E5 9 2
Plan E6 9 3
E7 3 3 9 3 2
E8 3 3 9 2
E9 3 3 3 2
E10 9 2
E11 3 3 2
E12 2
E13 3 9 3 9 1 4
E14 9 3
E15 1 9 4
E16 3 3 9 3
E17 9 1 3
Source
E18 3 1 3 1 3 1 3
E19 9 3 3
E20 9 1 9 9 3 4
E21 3 3
E22 1 2
E23 1 1 9 3
E24 1 3 9 1 9 3
E25 1 9 3 3
E26 3 9 3 3
E27 1 3
Make E28 1 9 4
E29 3 1 9 3
E30 3 9 1 3
E31 1 9 9 3
E32 3 9 3 3
E33 1 9 3 3
E34 1 3
E35 1 9 3 9 1 1 1 9 1 9 9 9 3
E36 1 9 4
E37 9 3
Deliver E38 3 9 3 3
E39 1 1 1 3 9 2
E40 9 3
E41 3 3
E42 1 9 4
E43 3 9 3
Return E44 9 9 9 3
E45 1 3
E46 3 9 3
Occurance 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 4 3 4 3 2 4 2 3 3
ARP 117 180 39 198 681 96 96 441 99 90 366 384 106 396 108 108 72 108 108 81 432 108 126 108 54 63 99
Rangking 10 8 27 7 1 20 21 2 18 22 6 5 17 4 11 12 24 13 14 23 3 15 9 16 26 25 19

668
3.4.1 Perancangan Strategi Penanganan Lanjutan Tabel 4. Strategi Penanganan
Berdasarkan keenam agen risiko yang Strategi
No Agen Risiko Kode
Penanganan
ditunjukkan oleh diagram pareto maka akan
Memberikan
direkomendasikan beberapa rencana strategi reward,
penanganan yang dapat memungkinkan untuk punishment, dan
PA10
mengeliminasi atau menurunkan munculnya motivasi kerja
agen risiko tersebut. Berikut pada Tabel 4 kepada seluruh
karyawan
beberapa strategi yang dapat direkomendasikan
Melakukan
pada PT. XYZ berdasarkan agen risiko yang training rutin
telah dipilih, yaitu terdapat 13 strategi PA11
Human Error pada kepada semua
6.
penanganan yang dapat digunakan untuk pekerja pekerja
mengeliminasi atau menurunkan munculnya Memberikan
agen risiko. lingkungan kerja
yang nyaman dan PA12
bersih bagi
Tabel 4. Strategi Penanganan pekerja.
No Agen Risiko Strategi Penanganan Kode Melakukan
Membuat sistem pemilihan pekerja PA13
Sistem
informasi yang PA1 dengan lebih ketat
Komunikasi
terintegrasi
internal
1.
perusahaan Membuat SOP
untuk sistem 3.4.2 Korelasi Strategi Penanganan dengan
kurang berjalan PA2
dengan baik komunikasi dalam Agen Risiko
perusahaan Pada Tabel 5 merupakan hasil penilaian
Menjalin dari korelasi antara strategi penanganan dengan
komunikasi dengan agen risiko.
baik pada semua
PA3
pihak baik
customer dan Tabel 5. Hasil Penilaian Dari Korelasi
Jumlah Order supplier.
2. dari customer Mempererat
yang tidak pasti kerjasama dengan
petani garam agar
dapat mengatasi PA4
adanya permintaan
garam yang
meningkat
Kenaikan upah Membuat perjanjian
pada buruh kerja kerja diawal yang 3.4.3 Perhitungan Total Effectiveness dan
3 PA5 Hasil Penilaian Degree of Difficulty
yang tidak tetap disepakati oleh
(borongan) semua pihak Perhitungan Total Effectiveness dari
Memperluas semua strategi yang telah diusulkan
pengembangan
PA6 menggunakan rumus:
teknologi TEk= j ARPj Ejk k (Pers.2)
geomembran
Kondisi cuaca Melakukan Berikut contoh perhitungan Total
4. yang tidak pengembangan Effectiveness:
mendukung teknologi untuk TE1 = [ (681 x 9 ) + (441 x 3) ] = 7452
penyimpanan garam PA7 TE2 = [ (681 x 9) ] = 6129
agar memperkecil
TE5 = [ (432 x 9) + (384 x 1) ] = 4272
proses penyusutan
pada garam. TE6 = [ (384 x 9) ] = 3456
Garam tambang, Melakukan TE11 = [ (360 x 9) ] = 3240
bahan penunjang pemilihan supplier TE13 = [ (360 x 9) ] = 3240
PA8
dan bahan dengan lebih
pengemas yang selektif Hasil perhitungan Total Effectiveness dan
dibutuhkan oleh
5. Hasil Penilaian Degree of Difficulty, dapat
perusahaan tidak
memenuhi Membuat kontrak dilihat pada tabel HOR fase 2.
kerja kepada semua PA9
kebutuhan baik
secara kuaitas supplier
maupun kuantitas

669
3.4.4 Perhitungan Rasio Effectiveness To menunjukkan tindakan perusahaan yang akan
Difficulty memilih strategi yang dianggap efektif untuk
Berdasarkan perhitungan Total mengurangi probabilitas dari penyebab risiko.
Effectifness (TEk) dan penilaian Degree of Pemilihan strategi penanganan oleh perusahaan
Difficulty (Dk), maka selanjutnya dilakukan dapat dilihat berdasarkan ranking dengan
perhitungan Rasio Effectiveness To Difficulty melihat nilai ETD yang ada. Rangking ini
(ETD) dari strategi penanganan yang diusulkan. berfungsi untuk menunjukkan strategi
Perhitungan Rasio Effectiveness To Difficulty penanganan yang dapat diterapkan terlebih
(ETD) dari semua strategi penanganan yang dahulu. Urutan strategi penanganan yang dapat
diusulkan dengan menggunakan rumus: diterapkan yaitu menjalin komunikasi dengan
baik pada semua pihak baik customer dan
ETDk = (Pers.3)
supplier (PA3), memperluas pengembangan
Berikut contoh perhitungan Rasio teknologi geomembran (PA6),mempererat
Effectiveness To Difficulty. kerjasama dengan petani garam agar dapat
ETD1 = = 1863 mengatasi adanya permintaan garam yang
meningkat (PA4), membuat SOP untuk sistem
ETD2 = = 2043 komunikasi dalam perusahaan (PA2), membuat
ETD3 = = 4314 sistem informasi yang terintegrasi (PA1),
melakukan pengembangan teknologi untuk
ETD4 = = 2682 penyimpanan garam agar memperkecil proses
penyusutan pada garam (PA7), melakukan
ETD5 = = 1068 pemilihan supplier dengan lebih selektif (PA8),
Hasil perhitungan Rasio Effectiveness To membuat kontrak kerja kepada semua supplier
Difficulty (ETD) dari strategi penanganan yang (PA9), melakukan pemilihan pekerja dengan
diusulkan, dapat dilihat pada tabel HOR fase 2. lebih ketat (PA13), membuat perjanjian kerja
diawal yang disepakati oleh semua pihak (PA5),
3.4.5 Tabel HOR Fase 2 memberikan reward, punishment, dan motivasi
Tabel HOR fase 2 merupakan output dari kerja kepada seluruh karyawan. (PA10),
tahapan HOR fase 2, dimana dalam HOR fase 2 melakukan training rutin kepada semua pekerja
ini perusahaan dapat mengetahui strategi (PA11), dan memberikan lingkungan kerja yang
penanganan yang dianggap efektif untuk nyaman dan bersih bagi pekerja (PA12).
mengurangi probabilitas agen risiko. Pada Tabel
6 merupakan Tabel HOR fase 2 yang

Tabel 6. HOR Fase 2

670
4. Kesimpulan garam agar dapat mengatasi adanya
Dari hasil pengolahan data dan analisis permintaan garam yang meningkat (PA4),
data yang telah dilakuakan, terdapat beberapa membuat perjanjian kerja diawal yang
kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: disepakati oleh semua pihak (PA5),
1. Berdasarkan hasil penelitian awal, memperluas pengembangan teknologi
identifikasi risiko yang dilakukan geomembran (PA6), melakukan
menggunakan metode pengembangan pengembangan teknologi untuk
Supply Chain Operations Reference penyimpanan garam agar memperkecil
(SCOR) dengan lima aktivitas yaitu plan, proses penyusutan pada garam. (PA7),
source, make, deliver, dan return, melakukan pemilihan supplier dengan
diperoleh 46 risiko yang terjadi dalam lebih selektif (PA8), membuat kontrak
supply chain perusahaan yang masing- kerja kepada semua supplier (PA9),
masing terbagi yaitu: 12 risiko yang terjadi memberikan reward, punishment, dan
pada aktivitas plan, 10 risiko yang terjadi motivasi kerja kepada seluruh karyawan.
pada aktivitas source, 12 risiko yang (PA10), melakukan training rutin kepada
terjadi pada aktivitas make, 7 risiko yang semua pekerja (PA11), memberikan
terjadi pada aktivitas deliver, dan 5 risiko lingkungan kerja yang nyaman dan bersih
yang terjadi pada aktivitas return. bagi pekerja (PA12), Melakukan pemilihan
2. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pekerja dengan lebih ketat (PA13).
identifikasi agen risiko/ penyebab
terjadinya risiko-risiko tersebut dengan
Daftar Pustaka
melakukan wawancara kepada pihak
perusahaan yaitu Kepala Divisi Pengadaan,
Kepala Divisi Produksi Garam Olahan, dan Hendricks, K. dan Singhal, V. (2003) The Effect
Kepala Divisi Pemasaran, terdapat 27 agen of Supply Chain Glitches on Shareholder
risiko yang dapat menyebabkan terjadinya Wealth. Journal of Operation Management
risiko dalam supply chain perusahaan.
3. Berdasarkan hasil penilaian tingkat Karningsih, P. D. (2011) Development of a
dampak (severity) dari risiko dan penilaian Knowledge Based Supply Chain Risk
tingkat kemunculan kejadian (occurance) Identification System. Doctor Philosophy,
dari agen risiko, dapat diketahui besar nilai University of New South Wales.
Aggregate Risk Potential (ARP) yang
digunakan untuk menentukan prioritas Norrman, A dan Jansson, U. (2004) Ericsons
agen risiko mana yang perlu untuk proactive Supply Chains Risk Management
ditangani terlebih dahulu untuk diberikan Approach After a Serious sub-supplier
tindakan pencegahan. Dari hasil accident. International Journal of Physical
perhitungan ARP, terdapat enam agen Distribution & Logistic Management.
risiko yang memiliki nilai tertinggi yang
ditunjukkan oleh diagram pareto yang Pujawan, I Nyoman. (2009) House Of Risk: A
nantinya akan dilakukan perancangan Model For Proactive Supply Chain Risk
strategi penanganan agar dapat mengurangi Management. Business Process Management
dampak risiko yang terjadi dalam Journal. www.emerarldinsight.com/1463-
perusahaan, dimana terdapat 13 strategi 7154.htm
penanganan yang dapat digunakan untuk
mengeliminasi atau menurunkan Pujawan, I Nyoman. (2005) Supply Chain
munculnya agen risiko, yaitu membuat Manajemen, Surabaya; Guna Widya.
sistem informasi yang terintegrasi (PA1),
membuat SOP untuk sistem komunikasi Walters, D. (2006) Supply Chain Risk
dalam perusahaan (PA2), menjalin Manajement. London and Philadelphia Kogan
komunikasi dengan baik pada semua pihak Page Limited.
baik customer dan supplier (PA3),
mempererat kerjasama dengan petani

671

Anda mungkin juga menyukai