1 Februari 2021
ABSTRAK
Persaingan bisnis yang semakin kompleks membuat perusahaan tidak terlepas dari suatu risiko yang dapat
mengganggu berjalannya sistem secara normal. Dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, PT Barata tidak
lepas dari risiko yang bisa mengganggu keseimbangan sistem. PT Barata Indonesia memproduksi berbagai
varian produk. permasalahan rantai pasokan produksi Bogie S2HD9C yang kompleks sehingga
mempengaruhi kinerja rantai pasok. Oleh karena itu perlu dilakukan manajemen risiko rantai pasok dalam
mengelola aktivitas rantai pasok untuk mengurangi dampak terjadinya risiko. Penelitian ini menggunakan
metode House of Risk dengan pendekatan GSCOR untuk dapat meminimalisasi terjadinya risiko dan
potensi kejadian risiko yang dapat terjadi pada proses bisnis perusahaan. Hasil identifikasi dengan tools
why why analysis dan perhitungan dari metode house of risk, teridentifikasi 82 risk event dan 22 risk agent
dan 22 tindakan minimalisasi risiko. Dari 22 risk agent diprioritaskan 10 risk agent berdasarkan nilai ARP
terbesar pada perhitungan HOR1 dan 10 tindakan minimalisasi risiko pada HOR2 berdasarkan nilai
Effectiveness to Difficulty Ratio terbesar. Berdasarkan hasil analisis 10 prioritas tindakan minimalisasi
risiko dari perhitungan HOR2 diperoleh 5 strategi mitigasi risiko yaitu, 1) mengimplementasikan strategi
pengembangan SDM, 2) melakukan keterbukaan informasi dan pendekatan berfokus pada pelanggan, 3)
Penetapan kebijakan pemilihan pemasok yang bersertifikasi hijau, 4) perencanaan pengadaan inverter, 5)
Komunikasi yang baik dengan pihak ketiga dan mitrayek).
Kata kunci: supply chain risk management, GSCOR, HOR 1, HOR 2 why why analysis, house of
risk
ABSTRACT
In carrying out its business processes, PT Barata Indonesia requires raw material supply and services from
related partners to be able to complete work on time. But increasingly complex business competition makes
the company inseparable from a risk that can disrupt the normal operation of the system. Therefore supply
chain risk management is needed in managing supply chain activities to reduce the impact of the risk. This
study uses the House of Risk (HOR) method with the GSCOR approach to minimize the occurrence of risks
and potential risk events that can occur in the company's business processes. The results of the
identification with the tools why why analysis and the calculation of the house of risk method, identified 82
risk events, 22 risk agents and 22 risk minimization actions. Of the 22 risk agents, 10 risk agents are
prioritized based on the largest ARP value in the calculation of HOR1 and 10 risk minimization actions on
HOR2 based on the greatest value of Effectiveness to Difficulty Ratio. Based on the results of the analysis
of 10 priority risk minimization actions from the calculation of HOR2 obtained 5 risk mitigation strategies
namely, 1) implementing the HR development strategy, 2) conducting information disclosure and a
customer-focused approach, 3) Determining supplier selection policies that are green certified, 4)
procurement planning inverter, 5) Good communication with third parties and partnersek).
Keywords: risk, supply chain risk management, green supply chain management, why why analysis, house
of risksk
DOI: https://dx.doi.org/10.24853/jisi.8.1.1-11
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X
2
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 8 N0.1 Februari 2021
3
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X
4
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 8 N0.1 Februari 2021
management order, transportasi, dan yaitu tahap HOR1 dan HOR2. Pada tahap
distribusi. Proses yang terlibat diantaranya HOR1, Penilaian severity dilakkukan dengan
adalah meminimalkan penggunaan skala likert yaitu rentang skala 1-5, nilai 5
material pengemasan dan penjadwalan menunjukkan dampak yang ekstrim.
pengiriman untuk mengurangi pemborosan Sedangkan penilaian occurance dilakukan
bahan bakar. dengan skala likert yaitu rentang skala 1-5,
e) Green Return : Return yaitu proses nilai 1 menunjukkan risiko hampir tidak
pengembalian atau menerima pernah terjadi dan nilai 5 menunjukkan risiko
pengembalian produk karena berbagai tersebut sering terjadi.
alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain Pada tahap HOR1 akan dilakukan
penjadwalan transportasi dan penarikan perhitungan nilai Agregat Risk Potential
produk untuk meminimalisir pemborosan (ARP) untuk mengetahui nilai terbesar antar
bahan bakar. masing-masing risk agent yang selanjutnya
akan digunakan sebagai acuan untuk
ditentukan risk agent mana yang akan di olah
3. METODE PENELITIAN pada HOR2. Berikut cara untuk menghitung
nilai ARP.
METODE PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan melalui ARPj = Oj ∑i Si Rij (Persamaan 1)
brainstorming dan penyebaran kuesioner
kepada pihak perusahaan. Penelitian ini Dimana : Oj = Kemungkinan terjadinya agen
bersifat exploratori explanatori. Penelitian
risiko j
exploratori dilakukan untuk memperoleh
keterangan, informasi, data mengenai hal-hal Si = Kerugian yang ditimbulkan
yang belum diketahui sedangkan explanatori kejadian risiko
dilakukan melalui kuesioner berdasarkan hasil Rij = Korelasi antara agen risiko
penelitian terdahulu dengan brainstorming.
Penyebaran kuesioner dilakukan melalui tiga Setelah penilaian severity dan occurance
tahapan. Kuesioner tahap pertama digunakan dilakukan, maka selanjutnya akan dilakukan
untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas penilaian korelasi antara risk event dan risk
proses produksi Bogie S2HD9C dan penentuan agent dengan nilai 0, 1, 3, dan 9.
potensi kejadian risiko berdasarkan hipotesis Setelah nilai ARP diketahui dan telah
hasil dari penelitian terdahulu yang sesuai ditetapkan risiko mana yang akan di olah pada
dengan kondisi perusahaan berdasarkan HOR2. Pada tahap HOR2, akan dilakukan
elemen bisnis SCOR. Kuesioner tahap kedua penentuan strategi mitigasi risiko berdasarkan
dilakukan untuk mengidentifikasi potensi hasil prioritas nilai Agregat Risk Potential
kejadian risiko pada setiap elemen bisnis (ARP) yang diperoleh dari perhitungan HOR1.
SCOR beserta tingkat severity dan occurance.
Tahap ketiga digunakan untuk menganalisis Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
risiko dengan tujuan untuk memperoleh skor memperoleh dan mengetahui strategi apa yang
penilaian terhadap setiap masing-masing dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kejadian dan potensi kejadian risiko. suatu risiko yaitu dengan melakukan
Responden penelitian ditentukan perhitungan antara nilai ARP dengan nilai
berdasarkan teknik purposive sampling yang korelasi antara risk agent dan tindakan
merupakan cara pengambilan sampel yang minimalisasi risiko serta tingkat kesulitan
sesuai dengan persyaratan sampel yang pengimplementasian suatu tindakan
diperlukan. Berdasarkan teknik purposive minimalisasi risiko.
sampling maka responden penelitian adalah
para manajer divisi yang dianggap ahli pada
bidangnya sesuai dengan elemen bisnis SCOR Tek = ∑j ARPj Ejk (Persamaan 2)
yaitu plan, source, make, delivery, return.
Dimana :
PENILAIAN RISIKO Tek = Total efektifitas tindakan pencegahan
Penilaian risiko dilakukan melalui 2 tahap Si = Nilai aggregate risk potential
5
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X
Ejk = Korelasi antara tindakan pencegahan (k) return menjadi 25 potensi di aktivitas plan, 13
dengan agen risiko (j) potensi di aktivitas source, 23 potensi di
Setelah dilakukan perhitungan, maka aktivitas make, 17 potensi di aktivitas delivery
akan diketahui nilai Effectiveness to Difficulty dan 4 potensi di aktivitas return. Potensi
Ratio (ETD) terbesar hingga terkecil. Dari nilai kejadian risiko peneliti peroleh dari beberapa
tersebut akan ditentukan prioritas tindakan peneliti terdahulu yaitu : (Kusnindah, 2012;
minimalisasi risiko yang akan dilakukan data Sherlywati, 2016; Ulfah dkk, 2016; Rizqiah,
2017; Praja, 2017; Trenggonowati, 2017;
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Ummi dkk, 2017; Azari, 2018). Berikut tabel
3.1 merupakan potensi risiko dan kejadian
PEMETAAN AKTIVITAS PEKERJAAN risiko yang telah diidentifikaada.
output HOR fase 1 dalam tahapan awal,
Pemetaan aktivitas pekerjaan dipetakan dimana untuk mengetahui peringkat agen
berdasarkan model Supply Chain Operations risiko yang ada. Berdasarkan hasil identifikasi
Reference (SCOR) yang berguna untuk risk agent menggunakan metode why why
menggolongkan aktivitas yang terjadi dalam analysis dari 82 potensi kejadian risiko,
pekerjaan pembuatan bogie S2HD9C diperoleh 22 agen risiko yang nantinya dari ke-
berlangsung yaitu plan, source, make, delivery, 22 agen risiko tersebut akan dijadikan
return. Dalam setiap pekerjaan yang dilakukan pedoman untuk menentukan tindakan
pada elemen bisnis SCOR, potensi risiko dan minimalisasi terjadinya agen risiko yang
kejadian risiko dapat muncul dan terjadi kapan ditentukan oleh responden penelitian yang ahli
saja. Berikut ini merupakan pemetaan potensi dibidangnya. Tabel 1. Menunjukkan Risk
risiko dan kejadian risiko yang dapat terjadi di event dan Risk Agent hasil pemetaan
perusahaan berdasarkan elemen bisnis SCOR. berdasarkan perhitungan menggunakan HOR
1.
HOR FASE 1 (FASE IDENTIFIKASI Dalam hal ini perusahaan menetapkan
RISIKO) 10 prioritas agen risiko tertinggi melalui proses
brainstorming antara peneliti dengan pihak
HOR fase 1 merupakan tahapan awal dapat perusahaan untuk dilakukan tindakan
metode House Of Risk, dimana HOR fase 1 ini minimalisasi. Berikut 10 prioritas agen risiko
merupakan fase identifikasi risiko yang yang akan ditindaklanjuti pada HOR2. 1)
digunakan untuk menentukan agen risiko yang Kinerja karyawan buruk, 2) Kebutuhan
harus diberikan prioritas untuk tindakan pelanggan tak pasti, 3) Pemasok baru, 4) Spek
pencegahan. Langkah-langkah dalam HOR yang diperlukan khusus, 5) Perusahaan belum
fase 1 ini yaitu identifiaksi risiko dan penilaian menerapkan kebijakan lingkungan, 6) Belum
risiko yang meliputi penilaian tingkat dampak ditetapkannya kewajiban terkait pemilihan jasa
(severity), penilaian tingkat kemunculan dengan spesifikasi lingkungan, 7)
(occurance), penilaian korelasi dan Penginisiasian alat minimasi polusi udara
perhitungan nilai Aggregate Risk Potential (debu) mahal, 8) Jadwal pengiriman tak pasti,
(ARP), sehingga dapat diketahui agen risiko 9) Proses membutuhkan daya (energi) besar,
yang akan diberi tindakan pencegahan dengan 10) Kurang sadarnya karyawan akan limbah
mengurutkan nilai ARP. yang dihasilkan.
Identifikasi risiko pada supply chain Sepuluh agen risiko yang telah
perusahaan didapatkan dari hasil wawancara ditentukan selanjutnya akan dilakukan
dan penyebaran kuesioner dengan pihak pengolahan pada tahap HOR 2 untuk dapat
perusahaan yaitu pada divisi PPIC (plan), dilakukan tindakan minimalisasi risiko yang
pengadaan (source), produksi (make), tepat untuk perusahaan.
pengiriman (delivery) dan quality control
(return). Terdapat 82 potensi risiko
terkonfirmasi dari 143 potensi risiko dari
penelitian terdahulu yang terdiri dari 34
potensi di aktivitas plan, 25 potensi di aktivitas
source, 42 potensi di aktivitas make, 27 potensi
di aktivitas delivery dan 15 potensi di aktivitas
6
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 8 N0.1 Februari 2021
7
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X
8
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 8 N0.1 Februari 2021
pengembangan karyawan (Sabyan, 2018) yaitu dalam ketersediaan bahan baku dan keamanan
: 1) Metode pelatihan, seperti : simulasi, produk serta lingkungan.
konfrensi, studi kasus dan bermain peran, Usulan strategi keempat terkait dengan
2) Metode under study adalah tindakan minimalisasi risiko kedelapan dan
mempersiapkan karyawan untuk melaksanakan kesepuluh yaitu (P17) dan (P11). Perencanaan
pekerjaan atau menempati suatu posisi jabatan pengadaan alat minimasi polusi udara (debu)
tertentu. Konsep understudy merupakan suatu sejak dini dan penambahan inverter untuk
teknik perencanaan karyawan yang menjaga stabilitas kinerja menjadi salah satu
berkualifikasi untuk meneempati posisi strategi yang penting untuk mengurangi risiko
manajer, 3) Metode job rotation adalah lingkungan yang muncul di perusahaan dan
melibatkan perpindahan karyawan dari satu berjalannya proses produksi secara lancar
pekerjaan ke pekerjaan lainnya, 4) Metode (Kurniawan, 2018). Dengan adanya strategi
coaching counseling adalah suatu prosedur perencanaan tersebut diharapkan dampak
pengajaran pengetahuan dan keterampilan lingkungan berupa polusi dan beban energi
karyawan. Berdasarkan strategi mitigasi di listrik di perusahaan yang terkait dengan
atas, maka perusahaan direkomendasikan tindakan (P11) dapat di minimalisir.
untuk menerapkan empat metode
pengembangan SDM yaitu pelatihan, 5. KESIMPULAN
understudy, job rotation, dan coaching Berdasarkan hasil prioritas risk agent
counseling. menggunakan model House of Risk 1 diperoleh
Usulan strategi mitigasi kedua yang 10 urutan terbesar sebagai prioritas risk agent
terkait dengan tindakan minimalisasi risiko berdasarkan nilai Agregate Risk Potential
kedua yaitu (P1). Hal tersebut berkaitan (ARP) yaitu kinerja karyawan buruk (A3),
dengan kebutuhan dari pelanggan. Oleh karena kebutuhan pelanggan yang tak pasti (A1),
itu salah satu pendekatan yang sesuai adalah pemasok baru (A6), spek yang diperlukan
konsep customer relationship management pelanggan khusus (A5), perusahaan belum
(CRM). Customer Relationship Management menerapkannya (Kebijakan Lingkungan)
(CRM) merupakan suatu strategi pengelolaan (A15), belum ditetapkannya kewajiban terkait
hubungan dimana perusahaan berfokus pada pemilihan jasa dengan spesifikasi lingkungan
pelanggan (Pradita, 2018). Dalam pengertian (A21), penginisiasian alat meminimasi polusi
lain mengatakan bahwa CRM adalah sebuah udara debu mahal (A17), jadwal pengiriman
sistem informasi terintegrasi yang digunakan yang tak pasti (A19), proses membutuhkan
untuk merencanakan, menjadwalkan dan daya (energi) besar (A11), dan kurang
mengendalikan kegiatan-kegiatan sebelum sadarnya karyawan akan limbah yang
penjualan dan sesudah penjualan dalam sebuah dihasilkan (A12).
organisasi. Berdasarkan hasil perhitungan
Usulan strategi ketiga terkait dengan perencanaan strategi minimalisasi risiko pada
tindakan minimalisasi risiko kedua, keempat, HOR 2 diperoleh 10 prioritas tindakan
dan keenam yaitu (P6), (P15), dan (P5). Maka minimalisasi risiko yaitu melakukan training
salah satu pendekatan yang sesuai adalah berkala untuk semua operator (P3),
konsep Supplier Relationship Managemen menetapkan kebijakan terkait pemilihan
(SRM). Menurut Browne (2004), Supplier pemasok material (P6), melakukan update
Relationship Management (SRM) merupakan permintaan pelanggan secara berkala (P1),
pendekatan yang komprehensif untuk menentukan dan memastikan pemasok untuk
mengelola interaksi antara perusahaan dengan dapat memenuhi kriteria keamanan produk dan
organisasi yang memasok barang dan jasa lingkungan (P15), memasukkan kriteria untuk
yang digunakan perusahaan (Nyamasege dan pemilihan jasa pengiriman dengan kepemilikan
Biraori, 2015). Tujuan dari SRM adalah sertifikasi lingkungan (P21), mencari bahan
menjadikan proses antar perusahaan dan baku pengganti dari vendor lokal dengan
pemasok lebih efektif dan efisien. Sehingga kualitas yang sama (P5), melakukan
dengan diterapkannya metode ini perusahaan monitoring dan konfirmasi sebelum produk
dapat mendapatkan pemasok yang sesuai siap di kirim jauh hari sebelumnya (P19),
dengan kriteria yang telah ditentukan baik perencanaan pengadaan alat minimasi debu
(P17), memberikan himbauan kepada seluruh
9
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI P-ISSN: 2355-2085
Website: http://jurnal.umj.ac.id/index.php/jisi E-ISSN: 2550-083X
10
JISI: JURNAL INTEGRASI SISTEM INDUSTRI Volume 8 N0.1 Februari 2021
Gula. Tesis. Teknik Industri. Institut Teknologi Cilegon. 3 (1a), 1-7 Retrieved April 5,
Sepuluh Nopember Surabaya. 2018.
Sabyan, H. 2018. Penerapan Metode House of Ulfah, M., Mohammad, S. M., Sukardi., &
Risk (HOR) pada Pengelolaan Risiko Septa, R. 2016. Analisis dan perbaikan
Rantai Pasok Perusahaan Furniture di manajemen risiko rantai pasok gula
PT. CBO. Skripsi. Teknik Industri. rafinasi dengan pendekatan House of
Universitas Muhammadiyah Gresik. Risk. Jurnal. Universitas sultan ageng
Sherlywati. 2016. Pengelolaan Risiko Rantai tirtayasa Cilegon, Banten. 1 (26), 87-
Pasok Sebagai Keunggulan Bersaing 103. Retrieved April 5, 2018
Perusahaan. Maranata Economics & Ummi, N., Akbar, G., & Muhammad, R. 2017.
Bussiness Conference 2016. Fakultas Identifikasi risiko pembuatan kue gipang
Ekonomi. Universitas Kristen sebagai makanan tradisional khas
Maranatha. Banten dengan metode House of Risk
Slack, N., Chambers, S., & Johnston, R. 2010. (HOR). Jurnal. Universitas sultan ageng
Operations Management (6th ed.). tirtayasa Banten. 1 (3c), 342-350.
London: Prentice Hall. Retrieved April 5, 2018.
Trenggonowati, D. L. 2017. Analisis penyebab Waters, D. 2007. Supply Chain Risk
risiko dan mitigasi risiko dengan Management : Vulnerability and
menggunakan metode House of Risk Resilience in Logistics. London: Kogan
pada divisi pengadaan PT XYZ. Jurnal. Page Limited.
Universitas sultan ageng tirtayasa Waters, D. 2009. Supply Chain Management
(2nd ed.). London: Palg
11