Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universita PGRI Adi Buana
Surabaya
Email : Salsasfa@gmail.com
Latar Belakang
Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik pada era globalisasi saat
ini, sebuah industri dituntut untuk memberikan produk yang tidak cacat dan
sesuai dengan spesifikasi. Proses produksi yang memperhatikan kualitas akan
menghasilkan produk yang bebas dari kerusakan. Hal ini dapat menghindarkan
pemborosan dan inefisensi sehingga biaya produksi per unit dapat ditekan dan
harga produk dapat menjadi lebih kompetitif. Menurut Sukardi dkk (2011),
perbaikan kualitas terhadap proses produksi harus dilakukan terus-menerus agar
meminimalisir kecacatan produk. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk
mengendalikan kualitas serta mengatasi banyaknya cacat produk yaitu dengan
metode six sigma (Pande dkk, 2002).
1. Pendahuluan
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor
industri yang berkontribusi banyak pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Menteri Perindustrian Saleh Husin pun menyatakan bahwa industri TPT
merupakan sektor prioritas yang mampu menciptakan lapangan kerja yang
banyak, memenuhi kebutuhan sandang, dan memiliki peranan yang
strategis dalam proses industrialisasi. Sebuah situs riset perusahaan
teknologi bernama Report Linker juga telah melakukan peramalan
mengenai pasar tekstil dan pakaian dari tahun 2013-2016. Pada grafik
yang dipaparkan lembaga tersebut dapat dilihat bahwa tiap tahunnya
terjadi kenaikan potensi dari pasar tekstil dan pakaian. Tren positif yang
dipaparkan oleh lembaga tersebut dapat menjadi sinyal positif bagi
pengusaha tekstil dan pakaian di Indonesia untuk terus berkembang dan
meningkatkan ekspor dengan tetap menjaga kualitas dari produk yang
dihasilkan sehingga dapat bersaing di pasar global.
2. Tujuan
- Mengetahui factor-faktor dan penyebab produk cacat
- Mengetahui metode-metode dalam Six Sigma yang digunakan untuk
pencegahan produk cacat
3. Rumusan Masalah
- Apa saja factor-faktor yang menyebabkan kecacatan pada suatu produk ?
- Cara apa saja yang digunakan untuk pencegahan suatu produk cacat
PEMBAHASAN
Tahap pertama Six Sigma DMAIC adalah define. Penelitian ini diarahkan untuk
mengurangi cacat (defect) pada produk nomor. Langkah awal dalam perbaikan
mutu produk ini adalah dengan mengetahui proses produksinya dan karakteristik
mutu yang kritis (CTQ).
Rekapitulasi CTQ dan jenis cacat
Tahap kedua yang dilakukan adalah tahap measure. Pada tahap ini dilakukan
pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur performansi proses sebelum
dilakukan perbaikan. Tahapan yang dilakukan pada tahap measure adalah
pembuatan peta kendali u serta perhitungan DPMO dan sigma quality level. Data
yang digunakan adalah data jumlah cacat dalam 15 hari. Pemeriksaan dilakukan
secara 100% inspection. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah produk yang
dihasilkan berbeda-beda setiap harinya. Oleh karena itu peta kendali yang dapat
digunakan adalah peta kendali u. Seperti telah disebutkan di atas, terdapat dua
kali pemeriksaan, yaitu sebelum dan setelah dilakukan proses steam.
Tahap ketiga pada metodologi DMAIC adalah analyze, dimana dilakukan dua
hal yaitu mengidentifikasi akar permasalahan dari cacat yang didapat pada tahap
measure dan membuat Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk
menentukan prioritas perbaikan yang akan dilakukan.
PENUTUP
Kesimpulan
Metoda Six Sigma DMAIC merupakan salah satu metode peningkatan mutu
yang cukup handal menurunkan cacat pada industri termasuk industri pakaian
jadi. Dengan proses yang berkelanjutan, diharapkan jumlah cacat akan semakin
kecil.
Saran
Sebaiknya sebelum memproduksi sesuatu barang banyak dilakukan
perancangan metode untuk mengurangi penjumlahan produk cacat. Karena
semakin banyak produk yang gagal akan produksi atau produk cacat maka
akan semakin besar cost.
DAFTAR PUSTAKA
IDENTITAS PENULIS