MATRIK
Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi
PENERAPAN SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI
GOOD DAY CAPPUCINNO
I.G.A Sri Deviyanti, Iman Supriadi
Redaksi Ahli :
Dr. Ir. Malikul Adil, MM.
Eko Budi Leksono, ST., MT.
Moch. Nuruddin, ST., MT.
Pregiwati Pusporini, ST., MT.
Ir. Hadi Suroso, M.Sc.
Redaksi Pelaksana :
Deny Andesta, ST., MT.
Said Salim Dahda, ST., MT.
Nina Aini Mahbubah, ST., MM., MT.
Sekretariatan :
Amalia Ratih Insani, S.Si.
Alamat Redaksi :
MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi
Program Studi Teknik Industri – Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Gresik
Jl. Sumatra 101 GKB Gresik 61121
Telp. : (031) 3951414
Fax. : (031) 3952585
Website : http://www.umg.ac.id
E-mail : teknik.industriunmuh@gmail.com dan matrik_ti@umg.ac.id
MAT R I K
Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi
Daftar Halaman
1. PENERAPAN SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN KUALITAS PROSES 67-74
PRODUKSI GOOD DAY CAPPUCINNO
I.G.A Sri Deviyanti, Iman Supriadi
5. 94-99
FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. XYZ
Siti Sopiah, Evi Yuliawati
7. 114-128
PERANCANGAN TAS SEKOLAH BERBASIS MODEL ERGONOMIC –
ANTHROPOMETRY GUNA PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI
TAS DI KABUPATEN GRESIK
Deny Andesta
PENERAPAN SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN KUALITAS
PROSES PRODUKSI GOOD DAY CAPPUCINNO
P enelitian ini menggambarkan bagaimana aplikasi metode Six Sigma digunakan untuk melakukan perbaikan
kualitas pada perusahaan manufaktur yang memproduksi produk Good day Cappucinno. Pendekatan DMAIC
dipakai untuk menganalisa dan melakukan perbaikan produk Good day Cappucinno karena tingginya variabilitas
dan cacat dibanding produk lain. Perbaikan kualitas di fokuskan pada proses yang mempengaruhi terjadinya cacat
yaitu pada sub proses mixing dan packing. Penentuan proyek Six Sigma didasarkan atas proses dan jenis cacat pada
setiap sub proses. Pendekatan FMEA mampu memberi rekomendasi perbaikan kualitas. Evaluasi dari hasil perbaikan
penting untuk dilakukan karena beberapa implementasi perbaikan kualitas tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Pelaksanaan perbaikan kualitas dengan Six Sigma perlu dilakukan secara serentak dan dilakukan penggambaran dan
pendefinisian yang sistematis dan keseluruhan agar pemetaan permasalahan kualitas dapat terlihat secara menyuluruh.
Usaha ini akan sangat membantu perusahaan didalam membentuk tim-tim Six Sigma di keseluruhan department dan
line produksi. Adanya usaha ini akan menyebabkan lingkungan kerja akan semakin kondusif dan budaya “peduli
kualitas” akan mudah terbentuk di perusahaan. Dalam perbaikan Good day Cappucinno di PT Santos Jaya Abadi
menunjukkan bahwa tidak semua rencana perbaikan mampu menurunkan DPMO atau meningkatkan nilai Sigma-
nya mungkin karena pelaksanaan perbaikan di lapangan tidak berjalan dengan baik atau kurang efektif. Oleh karena
itu penting bagi perusahaan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan langkah pelaksanaan perbaikan di
lapangan benar-benar berjalan dengan baik dan mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
67
yang penting yang perlu dilakukan secara sistematis dan bertujuan menstabilkannya dengan cara
guna mencapai hasil peningkatan kualitas. mengurangi atau menghilangkan variasi–variasi.
Langkah mengurangi cacat dan variasi dilakukan
Penelitian ini menggambarkan bagaimana
secara sistematis dengan mendefinisikan,
upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
mengukur, menganalisa, memperbaiki, dan
produk Good day Cappucinno di PT Santos
mengendalikannya. Langkah sistematis dalam
Jaya Abadi dengan menggunakan langkah kerja
Six Sigma dikenal dengan metode DMAIC. Team
DMAIC pada Six Sigma. Pendekatan yang
Six Sigma didalam menyelesaikan proyek yang
dilakukan adalah melakukan pengamatan awal
spesifik untuk dapat meraih level Six Sigma perlu
dan wawancara untuk menentukan proyek yang
berpedoman pada 5 fase pada DMAIC tersebut
akan dilakukan perbaikan. Hasilnya menunjukkan
(Paul, 1999).
bahwa, sub proses mixing dan packing merupakan
titik kritis (CTQ) yang menyebabkan terjadinya Fase Define (D) dilakukan pendefinisian proyek
cacat produk. Proyek perbaikan pada sub proses dan tujuan yang hendak dicapai berdasarkan
mixing dan packing inilah yang akan dipaparkan keinginan dan feedback pelanggan. CTQ (Critical
sebagai proyek yang menggambarkan bagaimana to Quality) adalah hal yang perlu didefinisikan
aplikasi langkah kerja DMAIC pada Six Sigma bisa berdasarkan input dari pelanggan terhadap
melakukan pencapaian tingkat kualitas yang lebih kualitas yang diinginkan terhadap produk. Fase
baik. Measure (M) akan memilih indikator kinerja dan
menentukan pengukuran baseline. Six Sigma team
Awalnya Six Sigma adalah konsep statistik yang
harus mengidentifikasi proses internal kunci yang
mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat
mempengaruhi CTQ dan perlu mengukur cacat yang
– pada level enam (six) sigma dengan 3.4 cacat
relevan dengan CTQ dan proses internal kunci-nya.
dari sejuta peluang (Brue, 2002). Konsep, alat,
Fase Analyze (A), dilakukan analisa yang mendalam
dan sistem Six Sigma telah berhasil dikembangkan
mengenai penyebab utama dari cacat yang terjadi.
oleh GE dan Allied Signal/Honeywell seperti big
Team Six Sigma perlu menemukan mengapa cacat
picture mapping, dan Failure Mode Effect Analysis
terjadi dari hasil identifikasi variable kunci yang
(FMEA). Kedepannya penambahan konsep, alat
menjadi penyebab timbulnya variasi pada proses.
dan sistem yang dibutuhkan pada Six Sigma akan
Fase Improve (I) akan melakukan upaya perbaikan
berperan meningkatkan usaha perbaikan proses dan
agar penyebab dari cacat tidak terjadi atau semakin
kualitas sesuai dengan kebutuhan para manager
tereduksi. Team Six Sigma perlu mengkonfirmasi
perusahaan.
variabel kunci, mengkuantifikasi efek dari CTQ ini,
Aplikasi Six Sigma berfokus pada cacat dan dan menjalankan proyek perbaikan. Fase Control
variasi, dimulai dengan mengidentifikasi unsur– (C), dilakukan agar team Six Sigma dan operator
unsur kritis terhadap kualitas (CTQ) dari suatu dapat memelihara peningkatan kualitas menuju
proses. Six Sigma menganalisa kemampuan proses kualitas level 6 (six). (Mayor, 2003)
METODE
68
Gambar 1. Metodologi penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN setiap proses maupun sub proses produksi Good day
Fase pendefinisian ( Define) Cappucinno. Adapun karakteristik kualitas produk
(CTQ) yang di hasilkan oleh setiap prosesnya dapat
Setiap produk memiliki karakteristik kualitas di bagi menjadi 2 ( dua ) bagian sesuai dengan
yang berbeda beda sesuai dengan standar tertentu jumlah proses produksinya,yaitu sub proses mixing
yang telah di tetapkan. Demikian pula pada dan packing seperti yang di tunjukkan pada tabel :
bagian atas produk Good day Cappucinno yang
di produksi oleh PT.SANTOS JAYA ABADI yang
menjadi focus penelitian tugas akhir ini, tentunya
juga mempunyai karakteristik kualitas tersendiri.
Berdasarkan metode yang di lakukan terhadap
pihak manajemen perusahaan di tetapkan beberapa
karakteristik kualitas tertentu yang ditemukan pada
69
Tabel 1 Karakteristik ( CTQ ) dari produk Good day Cappucinno
Proses Sub proses Karakteristik CTQ Kriteria cacat
Tingkat kerataan dari tiap Campuran tidak rata
Tabel 2.Jumlah Mixing dan penolakan pada proses produksi Good day Cappucinno Periode Januari s.d April
2011
Jenis penolakan
Jumlah Jumlah Campuran tdk Rasa tdk Kontaminasi
Periode
Mixing penolakan rata standart benda asing
I 61 3 2 1 0
II 58 2 1 0 1
Januari
III 61 4 3 1 0
IV 55 2 1 1 0
V 61 5 3 2 0
I 61 4 1 3 0
Februari
II 61 3 1 2 0
III 62 2 1 1 0
IV 61 3 2 1 0
I 61 5 3 2 0
II 61 4 1 3 0
Maret
III 39 1 0 0 1
IV 61 0 0 0 0
V 61 2 2 0 0
70
I 39 3 1 1 1
II 58 0 0 0 0
April
III 61 3 2 1 0
IV 39 1 0 1 0
V 39 2 2 0 0
Total 1061 49 26 20 3
Sumber : Data diolah
Tabel 3.Jumlah Produk cacat Good day Cappucinno Berdasakan jenis penolakan produk dalam satuan
renteng ( 10 sachet ) per minggu Periode Januari s.d April 2011
71
Periode Total Mixing cacat CTQ DPO DPMO Nilai sigma
Fase Analisa ( Analyze) atau 53,1%), posisi kedua adalah rasa tidak sesuai
Fase analyze merupakan fase mencari dan standart ( 20 campuan atau 40,8%) dan posisi ketiga
menetukan akar sebab dari suatu masalah. Masalah adalah kontaminasi benda asing ( 3 campuran atau
masalah yang timbul terkadang sangat kompleks 6,1%) sedangkan pada sub proses packing jenis
sehingga kita bingung mana yang akan kita cacat yang menduduki urutan pertama adalah berat
selesaikan.Diagram pareto dapat kita gunakan tidak sesuai standart ( 1261 renteng atau 50,5%),
untuk memprioritaskan masalah yang harus di posisi kedua adalah sealingan jelek ( 565 renteng
tangani dengan aturan pengelompokkan 80-20. atau 22,6%), posisi ketiga adalah Expt.date tidak
Selanjutnya akar utama suatu permasalahan dapat sesuai standart ( 421 renteng atau 16,8%) dan posisi
di analisis menggunakan diagram cause and effect ke empat adalah Gembos ( 252 renteng atau 10,1%)
yang akan mem breakdown secara detail sebab Setelah di lakukan brainstorming dengan pihak
sebab suatu masalah. manajemen, maka secara garis besar di ketahui apa
Berdasarkan diagram pareto jenis cacatyang saja sumber sumber penyebab dari cacat produk
menduduki urutan pertama adalah pada sub proses yang dapat di tunjukkan dalam sebuah diagram
mixing yaitu campuran tidak rata ( 26 campuran sebab akibat (cause and effect).
72
meningkatkan nilai kapabilitas sigma dari masing dalam bentuk usulan tindakan perbaikan untuk
masing proses maupun sub proses melaksanakan program peningkatan kualitas Six
Sixma. Tool yang akan digunakan dalam usulan
Fase meningkatkan ( Improve)
tindakan perbaikan adalah Failure Mode and Effect
Pada tahap perbaikan (improve) akan di buat Analyze (FMEA).tujuanya yaitu untuk mengetahui
rencana tindakan perbaikan dan peningkatan nilai RPN. Nilai RPN (Risk Priority Number) dapat
(action plan) untuk menghilangkan akar akar diperoleh yaitu dengan formulasi sebagai berikut:
penyebab dan mencegah penyebab penyebab Severity x Occurance x Detecbility
dapat terjadi kembali pada proses produksi yang
FMEA dilakukan dengan cara brainstorming
akan di lakukan.Dari hasil analisa sebelumnya
dengan pihak perusahaan yaitu pada bagian
di ketahui semua penyebab terjadinya cacat serta
Departemen Produksi, karena departemen ini
prioritas cacat yang akan di lakukan perbaikan dan
merupakan pihak yang berkompetensi dan
peningkatan.
mengetahui proses yang baik. Berdasarkan
Setelah sumber – sumber penyebab dari perhitungan FMEA, maka usulan prioritas tindakan
masalah teridentifikasi, maka perlu dilakukan perbaikanya dapat dilihat pada table berikut:
rencana tindakan perbaikan yang akan diwujudkan
Tabel 5. Usulan prioritas tindakan perbaikan berdasarkan FMEA
SCHEDULE
Performance
parameter Target MEI
metrics
I II III IV
DPO 0,000621 0,014262 0,012224 0,009137 0,005868
Sub proses
DPMO 621 14262 12224 9137 5868
Mixing
Sigma 4 3,69 3,75 3,86 4,02
DPO 0,000233 0,000986 0,000736 0,000519 0,00035
Sub proses
DPMO 233 986 736 519 350
Packing
Sigma 5 4,6 4,68 4,78 4,89
Sumber : Data diolah
73
Fase pengawasan ( Control) DAFTAR PUSTAKA
Control merupakan tahap opersional terakhir
dalam proyek peningkatan kualitas six sigma.
Brue, G., 2002, Six Sigma for Managers, Canary,
Dalam tahap ini di buat suatu mekanisme system
Jakarta.
control proses baik itu untuk mengontrol standar
spesifikasi maupun untuk mengontrol instruksi Emilasari, D., 2003, Sudi Perbaikan Kualitas
kerja sehingga setiap proses dan sub-proses baik terhadap Defect dengan Menggunakan Metode
mixing maupun packing dapat di kendalikan agar DMAIC di PT X, Tugas Akhir Jurusan Teknik
cacat yang terjadi tidak akan terulang lagi serta Industri ITS.
kondisi kegagalan nol (zero defect) yang merupakan Hendericks, C. and Kelbaugh, R., 1998,
target dari peningkatan kualitas Six Sigma dapat ``Implementing Six Sigma at GE’’, The Journal
tercapai.Alat yang paling umum di gunakan adalah for Quality and Participation, July/August.
diagram control.
Mayor, T., 2003, “Six Sigma comes to IT: targeting
KESIMPULAN perfection”, CIO Magazine, available at: www.
Aplikasi Six Sigma untuk meningkatkan kualitas cio.com/archive (accessed 24 January 2004).
penting dilakukan perusahaan agar peningkatan Murphy, T., 1998, ``Close enough to perfect’’,
daya saing produk semakin baik dalam era yang Ward’s Auto World, Vol. 34 No. 8, August.
semakin kompetitif dan dinamis ini. Aplikasi
tersebut perlu ditunjang oleh adanya metode dan Paul, L., 1999, ``Practice makes perfect’’, CIO
tools yang sistematis dan komprehensif agar Enterprise, Vol. 12 No. 7, Section 2, January 15.
pelaksanaan jalannya perbaikan berjalan dengan
baik dan memenuhi target yang hendak dicapai
seperti DMAIC, seven tools, dan FMEA.
Direkomendasikan, pelaksanaan perbaikan
kualitas dengan Six Sigma perlu dilakukan
secara serentak dan dilakukan penggambaran dan
pendefinisian yang sistematis dan keseluruhan
agar pemetaan permasalahan kualitas dapat
terlihat secara menyuluruh. Usaha ini akan sangat
membantu perusahaan didalam membentuk tim-
tim Six Sigma di keseluruhan department dan line
produksi. Adanya usaha ini akan menyebabkan
lingkungan kerja akan semakin kondusif dan
budaya “peduli kualitas” akan mudah terbentuk di
perusahaan.
Dalam perbaikan Good day Cappucinno di PT
Santos Jaya Abadi menunjukkan bahwa tidak semua
rencana perbaikan mampu menurunkan DPMO
atau meningkatkan nilai Sigma-nya mungkin
karena pelaksanaan perbaikan di lapangan tidak
berjalan dengan baik atau kurang efektif. Oleh
karena itu penting bagi perusahaan melakukan
evaluasi secara berkala untuk memastikan langkah
pelaksanaan perbaikan di lapangan benar-benar
berjalan dengan baik dan mengikuti prosedur yang
telah direncanakan.
74
PERBAIKAN KUALITAS PRODUKSI
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR-FAKTOR DOMINAN
(STUDI KASUS PADA PT. “X’’ DI KOTA AMBON)
ABSTRACT
N owadays, along with the development of human civilization, there are modern companies which appear in numbers. It happens
because of the development of technology and people’s skills as well. It is obviously will influence the production process and
implementation. And, in fact, there are some companies whose production outcomes are the same with the other ones. Consequently,
they compete to each other. In this thesis writing, the writer prefers the research on the effort of production quality improvement of
physical. The Analysis is done with the helping tools of quality control. The tools used are (1) Control Chart P, is to measure the
incompatibility for it does not support the specification (it is often called disabled parts) of some items in a group/subgroup which
is being checked; (2) Pareto Diagram, is to interpret problems of any levels; (3) Cause an Effect Diagram, is to show cause factors
and quality characteristic which is caused by those factors. The use of helping tools of quality control is chosen so as to the number
and the cause of damages can be figured-out and handled early and properly. Based on the calculation Control Chart P, the product
proportion which is rejected before the prevention is 8,34% from the total number of the disabled ones. On the contrary, the product
proportion after the prevention is 5,75%. It shows that there is reduction, that is 31,06% compared to the previous prevention.
σ = 59,42
78
4. Menentukan batas kontrol
BKA = X + 3σ 5.
= 500,76 + 3 (59,42)
= 679,02
BKB = X – 3σ
= 500,76 – 3 (59,42)
= 322,50 = 5,362981093
Kesimpulan : ”data seragam” ≈ 5,36
Kesimpulan : ”data sudah mencukupi”
(karena semua data berada dalam batas kontrol
atas dan bawah)
Tabel 3 : pencetakan Koran
Perhitungan batas-batas kendali untuk bagian yang cacat Dari peta kendali P di atas dapat dilihat
dari pencetakan koran fisik.
bahwa terdapat titik-titik di luar batas kendali,
yaitu 3 (tiga) titik di atas batas kendali atas.
Titik-titik yang berada di atas batas kendali
atas tersebut harus diketahui penyebabnya,
karena hal ini akan menyebabkan masalah
bagi perusahaan yang bersifat teknis. Keadaan
ini menunjukkan proses sudah berada di luar
batas kendali dengan persentase kerusakan
sebesar 8, 34% atau lebih besar dari standar
yang ditetapkan perusahaan yaitu 6%. Setelah
dilakukan perbaikan, maka menunjukkan
bahwa jumlah cacat tidak berada di atas atau
di bawah batas kendali, ini berarti bahwa
kecacatan dapat dikendalikan. Persentase
kecacatan ( P ) pada bulan November 2011
mengalami penurunan, yaitu menjadi 5,75%,
seperti terlihat pada gambar dibawah ini :
80
KESIMPULAN Gaspersz, Vincent, 1997. Manajemen Kualitas
Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan Penerapan Konsep-konsep Kualitas dan
bahwa: Manajemen Bisnis Total, Jakarta: PT Gramedia
1. Dari diagram Pareto sebelum penanggulangan Pustaka Utama
dapat diketahui bahwa 4 (empat) jenis cacat
yang sering terjadi saat pencetakan koran Gaspersz, Vincent, 1998. Statistical Process
fisik dari total jumlah yang diperiksa, jenis Control, Penerapan Teknik-Teknik Statistikal
cacat dengan kategori cetak kotor yang dalam Manajemen Bisnis Total, Jakarta: PT
menjadi masalah utama karena jenis cacat ini Gramedia Pustaka Utama.
yang paling banyak jumlahnya yaitu sebesar
87,85%, cacat dengan kategori kertas putus Gaspersz, Vincent 2002. Total Quality Management,
sebesar 6,75%, cacat dengan kategori terlipat Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
sebesar 3,45%, dan cacat dengan kategori
salah potong sebesar 1,95%. Goetsch, David L. dan Davis, Stanley B.,
2. Persentase jenis cacat setelah dilakukan 2006. Quality Management, Introduction to
penanggulangan dari total jumlah cacat Total Quality Management for Production,
yang diperiksa adalah cacat dengan kategori Processing, and Services, New Jersey: Prentice
cetak kotor sebesar 84, 90%, cacat dengan Hall.
kategori kertas putus sebesar 8,16%, cacat
dengan kategori terlipat sebesar 4,47%, dan Kaoru, Ishikawa, 1989. Teknik Penuntun
cacat dengan kategori salah potong sebesar Pengendalian Mutu (Guide to Quality Control),
2,47%. terjemahan Ir. Nawolo Widodo, Jakarta:
Medyatama Sarana Perkasa.
3. Urutan penyebab kecacatan terdiri dari
mesin, manusia, lingkungan, bahan baku,
dan metode atau cara kerja. Dari pengamatan Montgomery, Douglas C., 2001. Operations
yang dilakukan dan berdasarkan hasil yang Research for Production and Supply Chain
tergambar pada diagram sebab-akibat (fishbone Management, John Wiley & Sons Inc.
diagram) untuk masing-masing jenis cacat,
faktor yang paling besar penyebabnya Mizuno, Shigeru, 1993. Pengendalian Perusahaan
adalah faktor mesin dan manusia juga jika Secara Menyeluruh (Company – Wide Total
dilihat dari kecacatan yang sering terjadi Quality Control), terjemahan T. Hermaya, Edisi
pada umumnya disebabkan oleh kesalahan Seri Manajemen No. 151, Jakarta: Pustaka
manusia (human error). Binaan Pressindo.
Suhartini
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Email : ttitin63@yahoo.com
ABSTRAK
P T. X adalah sebuah perusahaan percetakan dimana sistem penjualan yang diterapkan di perusahaan adalah dengan
melakukan order desain yang ada ataupun menyerahkan proses desain kepada pihak perusahaan lain. Pemasaran
yang diterapkan kurang maksimal dikarenakan tidak ada SDM di posisi marketing sehingga menyebabkanya penurunan
penjualan. Dengan permasalahan yang ada dalam perusahaan maka penelitian ini menggunakan analisis SWOT yang
bertujuan menentukan strategi yang tepat khususnya strategi pemasaran sehingga nantinya diharapkan perusahaan
akan memperoleh keuntungan yang maksimal. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi yang digunakan
perusahaan adalah dengan memperbaiki sistem dan meningkatkan promosi sehingga dapat memperluas target pasar
dan juga mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan dengan tetap mempertahankan
hubungan baik kepada konsumen dan relasi bisnisnya.
82
2. Dapat mengetahui perencanaan strategi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pemasaran yang tepat bagi perusahaan. dengan menggunakan analisis SWOT, Gambar
berikut ini adalah tahapan dalam melakukan
METODE PENELITIAN penelitian.
PEMBAHASAN
Matriks IFE merupakan analisis lingkungan internal dimana variabel yang digunakan adalah variabel
internal yang terdiri kekuatan dan kelemahan perusahaan.
83
Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
Pada tabel 2 adalah matriks EFE merupakan analisis lingkungan internal dimana variabel yang
digunakan adalah variabel eksternal yang terdiri peluang dan ancaman bagi perusahaan.
84
Peluang (Opportunities) Strategi S – O Strategi W – O
Analisa Matriks IFE dan EFE matriks IFE dan EFE dimana untuk penentuan skor
Setelah dilakukan identifikasi faktor-faktor dari tiap variabel dan untuk skor tiap variabelnya
strategis internal dan eksternal pada PT. X maka dapat di untuk analisis tiap variabel akan diuraikan
didapatkan beberapa item penyusun untuk analisis seperti berikut ini.
Tabel 5 Faktor Strategi Internal
Faktor Strategi Internal
85
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggung jawab, 1. SDM yang dimiliki di bidang terteentu kurang
dan mampu memotivasi karyawannya 2. Skill yang dimiliki karyawan masih kurang dalam
2. Terbinanya suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan melakukan pekerjaan di bidang tertentu
gotong royong antara karyawan dan tim manajerial 3. Penggunaan dana investasi di perusahaan belum
3. Loyalitas karyawan yang tinggi terhadap perusahaan efisien
4. Pemasukan yang rutin dikarenakan penjualan produk yang 4. Realisasi biaya operasional lebih besar daripada
baik anggaran yang direncanakan
5. Tingkat Return On Asset (ROA) di perusahaan cukup tinggi 5. Sering terjadi kesalahan dalam proses produksi
tiap tahun 6. Jarangnya promosi yang dilakukan perusahaan
6. Proses produksi yang efektif dikarenakan mesin dalam
kondisi handal
7. Ketersediaan bahan baku yang cukup baik
8. Armada pemasaran telah memadai
9. Harga produk bersaing dengan tetap mementingkan kualitas
produk
1. Inovasi-inovasi dalam hal cara memasarkannya 1. Beberapa produk cetak mudah dibuat untuk
2. Tidak adanya kendala dalam hal penagihan piutang kepentingan pribadi
3. Tidak adanya kendala dalam hal pembayaran hutang 2. Harga kompetitor lebih murah untuk beberapa
kepada kreditur produk sejenis
4. Perluasan jalur pemasaran 3. Harga bahan baku meningkat
5. Mendapat kesempatan dari banyak rekan kerja dalam 4. Semakin banyak berdirinya usaha yang sejenis
hal mempromosikannya
86
Analisa Matriks SWOT meningkat dengan skor 0.37.
Setelah mengetahui posisi perusahaan di
3. Strategi yang digunakan dalam memperbaiki
kuadran SWOT yang terletak di kuadran satu
sistem dan meningkatkan promosi sehingga
dimana strategi yang paling sesuai adalah strategi
dapat memperluas target pasar dan juga
agresif dimana strategi ini adalah strategi yag
mempertahankan dan meningkatkan kualitas
menuju kemajuan dari perusahaan .
pelayanan terhadap pelanggan dengan tetap
Dari penyusunan strategi pada matriks SWOT mempertahankan hubungan baik kepada
yang diolah pada tabel diatas maka dihasilkan konsumen dan relasi bisnisnya.
beberapa alternatif strategi antara lain yaitu :
memperluas target pasar , mempertahankan
DAFTAR PUSTAKA
dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
pelanggan, meningkatkan kualitas produk, David, F R. 2010. Manajemen Strategis Salemba
menambah dan melakukan pelatihan terhadap sdm Empat. Jakarta.
, memperbaiki sistem manajemen, menetapkan Kotler, P. Gary, A. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran.
dan mempertahankan harga pasar yang bersaing, Erlangga. Jakarta.
meningkatkan promosi, meningkatkan kinerja
kerja karyawan , mempertahankan hubungan baik Ningrum, Hamardika, A. P. 2010. Analis Strategi
dengan konsumen Pemasaran Usaha Jasa Pembuatan Dan
Perbaikan Furniture UD. Suryani Furniture.
Analisa Matriks Space Skripsi Pada Departemen Manajemen. Fakultas
Setelah menentukan perencanaan strategi Ekonomi Dan Manajemen Bogor. IPB. Bogor.
dengan menggunakan Matriks SWOT dan
menentukan posisi strategi perusahaan dengan Purwanto, I. 2008. Manajemen Strategi. CV. Ryama
Matriks SPACE, maka diperoleh pilihan strategi Widya, Bandung.
yang tepat bagi perusahaan diantaranya yaitu Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik
: memperluas target pasar, mempertahankan Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka
dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap Utama. Jakarta.
pelanggan., memperbaiki sistem kerja,
meningkatkan promosi, mempertahankan Sutrisno. 2006. Analisis Pengaruh Nilai Konsumen
hubungan baik dengan konsumen dan relasi bisnis. Dan Perilaku Konsumen Terhadap Strategi
Pemasaran Produk Pasta Gigi Pepsodent Putih
Medium Di Area Pemasaran Surabaya. Its.
KESIMPULAN Surabaya.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan maka
dapat dikesimpulkan Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Andi.
1. Faktor internal yang paling mempengaruhi Yogyakarta.
perusahaan untuk kekuatannya yaitu
terbinanya suasana kerja yang bersifat
kekeluargaan dan gotong royong antara
karyawan dan tim manajerial menjadi
kekuatan utama yang dimiliki grafika
cemerlang dengan skor 0.28, dan untuk
kelemahan perusahaan yaitu SDM yang
dimiliki di bidang tertentu kurang dengan
skor 0.23.
2. Sedangkan untuk faktor eksternal perusahaan
yang paling mempengaruhi dalam hal peluang
yaitu mendapatkan kesempatan dari banyak
rekan kerja dalam hal mempromosikannya
dengan skor 0,38, dan untuk ancaman yang
dihadapi perusahaan yaitu Harga bahan baku
87
APLIKASI TEORI HIMPUNAN FUZZY DALAM PENENTUAN UKURAN
PEMESANAN YANG EKONOMIS
ABSTRAK
D alam dunia nyata, ketidakpastian banyak meliputi hal-hal yang berkaitan dengan proses pengambilan
keputusan. Termasuk pengambilan keputusan dalam penentuan ukuran pemesanan yang ekonomis.
Ketidak pastian permintaan yang sering terjadi dalam pengambilan keputusan ukuran pemesanan yang
ekonomis. Ketidakpastian yang dinyatakan dalam linguistik sangat tepat jika didekati dengan bentuk fuzzy.
Penentuan ukuran pemesanan yang ekonomis dalam keadaan fuzzy diselesai menggunakan aturan aritmaika
fuzzy akan menghasilkan himpunan fungsi keanggotaan ukuran pemesanan dan biaya persediaan. Dengan
menggunakan metode centroid untuk proses deffuzzifikasi dihasilkan ukuran pemesanan yang optimal
dengan biaya persediaan yang minimal. Dalam keadaan variabel permintaan konstan didapat ukuran
pemesanan yang ekonomis sebesar 300 unit dengan biaya persediaan sebesar Rp. 150.000,-. Jika variabel
permintaan dalam keadaan fuzzy dengan bentuk segitiga simetris didapat ukuran pemesanan sebesar 298
unit dan biaya persediaan sebesar Rp. 150.366,- Dan peningkatan dan akan mempengaruhi penentuan
ukuran pemesanan yang ekonomis dan biaya persediaan.
Kata kunci: Fuzzy, Metode Centroid, Deffuzzifikasi
90
Definisi 5. adalah nilai tengah permintaan dan D_u adalah
batas pemintaan. Derajat keanggotaan D_l dan
Dengan menggunakan konsep definisi 3, apabila
D_u adalah 0 dan derajat keanggotaan D_m
diberikan koefisien confidence α bilangan fuzzy
mencapai angka 1.
segitiga akan didefinisikan sebagai himpunan
dengan interval tertutup. Interval tersebut adalah Begitu halnya dengan biaya persediaan yang akan
berubah menjadi
r ̃_α=(r ̃_(α-L) ; r ̃_(α-U) )= {a+α(b-a);c-α(c-b) }
[0 ,1]
Definisi 6
Proses penegasan (de-fuzzifikasi) merupakan Jika ukuran pemesanan yang optimal tidak
proses keluaran dari suatu aturan-aturan fuzzy diikutkan dalam perhitungan maka didapat rumus
merupakan domain himpunan fuzzy yang harus
dapat dirubah menjadi suatu bilangan tegas (crisp).
Ada beberapa metode yang digunakan untuk proses
defuzzifikasi salah satu yang didigunakan pada Contoh Numerik
metode ini adalah metode pusat gravitasi (centre
of gravity) atau centroid yang meruapakan metode Jika diketahui biaya simpan sebesar Rp. 500/
yang paling terkenal dan efisien (Santanu Sinha unit/periode dan biaya pesan sebesar Rp. 22.500/
dan S. P. Sarmah). Pada metode ini bilangan tegas pesan. Jika permintaan tidak dapat dikehaui dengan
(crisp) diambil dengan caear mengambil titik pusat pasti tetapi dinyatakan dengan dengan estimasi /
daerah fuzzy. Untuk mendapatkannya, himpunan perkiraan yang berbentuk ucapan yang bersifat
fuzzy akan diubah menjadi bilangan tegas dengan subyektif seperti permintaan akan produk tersebut
rumusan kira-kira 1000 unit/tahun, tetapi tidak akan kurang
dari 800 unit/tahun dan tidak akan lebih dari 1200
unit/tahun. Permintaan digambarkan sebagai
bilangan fuzzy yang berbentuk segitiga sehingga
dapat digambarkan sebagai berikut
Dalam kaitan dengan penggunaan fuzzy pada
penentuan ukuran pemesanan yang ekonomis,
dengan variabel permintaan yang bersifat
deterministik akan diubah menjadi fuzzy
permintaan maka akan mengakibatkan berubahnya
bentuk ukuran pemesanan yang ekonomis menjadi
fuzzy ukuran pemesanan yang ekonomis Q~ . *
Fungsi keangotaan
91
terjadi per periode dapat dihitung dengan rumus (1)
sebesar Rp. 150.000. Tabel 1 Perbedaan EOQ dengan Permintaan konstan dan
Dengan menjadikan variabel permintaan lebih Fuzzy
realistis yaitu dengan menjadikan permintaan tidak EOQ Biaya persediaan
selalu konstan atau dalam keadaan ini adalah Variabel
pemintaan tidak dapat ditentukan dengan pasti atau Permintaan 300 unit Rp. 150.000,-
dengan gambaran permintaan yang bersifat Konstan
linguistik seperti yang telah disebutkan diatas, Variabel
maka penantuan ukuran pemesanan akan 298 unit Rp. 150.366,-
permintaan Fuzzy
menggunakan rumus (4) dan dengan menggunakan
fungsi keangotaan permintaan seperti pada (7) Analisa Sensitivitas
maka akan memunculkan fungsi keanggotaan
untuk ukuran pemesanan yang ekonomis dalam Pada bagian ini disajikan beberapa alternatif
bentuk fuzzy adalah keadaan variabel permintaan pada kondisi
fuzzy segitiga dengan keadaan dimana . Hasil
perhitungan pada tabel 2 dibandingkan antara
menggunakan aturan nilai titik tengah fuzzy dan
menggunakan aritmika fuzzy. Terlihat bahwa
dengan menggunakan perhitungan aritmatika fuzzy
menghasilkan biaya persediaan yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan menggunakan aturan
nilai tengah. Hanya pada pada keadaan nilai tengah
permintaan 1000 unit (sama dengan kondisi awal)
biaya persediaan lebih rendah dibanding dengan
mengunakan aritmaika fuzzy
92
Tabel 2. Perbandingan Perhitungan
ABSTRACT
G ood Performance of Supply Chain will produce efective supply chain and finally bring individual and overall
profit for the companies. The main characteristics that need to be owned by a supply chain is a infinite focus,
between flexibility and efficiency. Objective of this research is to determine the level of supply chain flexibility. The
first step in evaluation process is to determine the most important dimension of flexibility for the company. After that
followed by determining the parameters that affect the company’s supply chain flexibility for each dimension. the final
step is determine the level of supply chain flexibility.
The results showed that the level of supply chain flexibility is 86.09%, and the highest flexibility in the dimensions
of the delivery system is achieve with a value of flexibility are 92.92%, it indicates that the delivery system is very
flexible because if the value near 100% it expanding the space for companies to adapt with the changes in demand.
Keywords : Supply Chain Management, Flexibility Supply Chain, Dimension of Supply Chain
94
parameter yang terjadi. mencakup keseluruhan komponen dalam supply
chain adalah sebagai berikut sourcing (dimensi
sistem pengadaan), Product development (dimensi
METODE sistem pengembangan produk), production
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian (dimensi sistem produksi) and delivery (dimensi
ini adalah menentukan tingkat fleksibilitas sistem pengiriman). Kemudian dilanjutkan dengan
supply chain melalui dimensi dan parameter- menentukan parameter-parameter fleksibilitas yang
parameter yang berpengaruh terhadap kinerja relevan dengan dimensi fleksibilitas supply chain
supply chain perusahaan. Untuk mendukung perusahaan. Selanjutnya dilakukan pengambilan
dan mempermudah pencapaian tujuan tersebut data untuk menilai parameter-parameter tersebut.
telah dirumuskan beberapa langkah penyelesaian. Parameter-parameter yang mempengaruhi
Pertama-tama dilakukan penentuan dimensi fleksibilitas supply chain PT. XYZ yang dimulai
fleksibilitas supply chain yang akan diteliti. dari supplier sampai dengan customer dimunculkan,
Dimensi-dimensi fleksibilitas supply chain harus sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
mampu mencerminkan seluruh komponen tersebut.
Swafford et, al (2000) menyatakan dimensi-
dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun dapat
95
Tabel 2 Tabel Tingkat Kepentingan Dimensi dan Parameter Fleksibilitas Supply Chain PT. XYZ
96
requirement dan capability telah terjadi kesesuaian.
97
Gap positif berarti nilai requirement lebih besar sejumlah 4 parameter, ada yang bernilai 0 yaitu 10
dibandingkan capability yang ada, berarti perlu parameter dan ada juga yang bernilai positif yaitu
adanya peningkatan capability pada parameter sejumlah 11 parameter. Dari hasil pengolahan dapat
tersebut. Namun apabila nilai gap adalah negatif diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata gap terbobot
berarti nilai requirement lebih kecil dibandingkan adalah sebesar 0.0813 nilai ini menunjukkan bahwa
capability. Berdasarkan pengolahan data ada gap yang bernilai diatas nilai tersebut mendapatkan
beberapa nilai gap yang bernilai negatif yaitu prioritas untuk mendapatkan perbaikan.
99
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
PENERIMAAN MAHASISWA BARU PADA
UNIVERSITAS “WR. SUPRATMAN” SURABAYA
ABSTRAK
P enerimaan mahasiswa baru Universitas WR. Supratman Surabaya masih menggunakan cara manual dan melalui
proses yang memakan waktu. Hal ini terkadang masih terdapat kekurangan-kekurangan, seperti sering terjadinya
duplikasi data, keterlambatan laporan, dll. Oleh karena itu, perlu Perancangan Sistem Informasi Manajemen penerimaan
mahasiswa baru Universitas WR. Supratman Surabaya yang berguna meningkatkan mutu pelayanan dan pengolahan
data yang lebih baik serta memiliki keakuratan yang lebih tinggi. Penelitian ini menggambarkan prosedur Sistem
Penerimaan Mahasiswa Baru pada Universitas WR. Supratman Surabaya, kemudian menentukan file-file database
sampai atribut-atribut yang diperlukan pada sistem tersebut. Kemudian membuat suatu program pengolahan data
dengan mempergunakan bahasa Visual Foxpro 6.0 sebagai fasilitas penunjang Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
pada Universitas WR. Supratman Surabaya.
Kata Kunci : DFD, ERD, Normalisasi, Desain ( Input/Output, Kode ), Struktur Program
METODOLOGI
MULAI 1
Pengamatan Perancangan
Langsung Program Alpha
Gagal
Wawancara Pengujian
Program
Alpha
Berhasil
Kepustakaan
Perancangan
Program Beta
1 Gagal
Pengujian
Program
Beta
Berhasil
Program
Akhir
Kesimpulan
dan Saran
SELESAI
103
PEMBAHASAN mahasiswa baru dengan mengisi lembar
1. Data Flow Diagram (DFD) Usulan jawaban dan diserahkan kepada Tim
1.1 Diagram kontek Sistem Usulan Penyeleksi untuk pemeriksaan lembar jawaban
Pada saat calon mahasiswa ingin ujian seleksi guna mengetahui lulus tidaknya
mendaftar terlebih dahulu harus mengambil calon mahasiswa, kemudian tim penyeleksi
formulir pendaftaran di Panitia Penerimaan mengumumkan hasil saringan ujian seleksi
Mahasiswa Baru (PMB), kemudian panitia pada majalah dinding (mading) universitas.
PMB mencatat nomor formulir yang telah Setelah calon mahasiswa dinyatakan
diambil oleh calon mahasiswa lulus ujian seleksi maka bila ingin menjadi
Setelah calon mahasiswa mengambil mahasiswa harus mendaftar ulang dirinya
formulir pendaftaran kemudian mengisinya dan membayar biaya Dana Wajib Pendidikan
dan mengembalikan formulir tersebut serta (DWP) yang telah ditetapkan, kemudian
melengkapi syarat-syarat pendaftaran yang Panitia PMB memberikan bukti pembayaran
telah ditentukan pada panitia PMB, kemudian (kwitansi) kepada mahasiswa dan pada akhir
Panitia PMB memberikan kartu ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru Panitia PMB
kepada calon mahasiswa yang mengembalikan Mengeluarkan laporan pembayaran dan
dan melengkapi syarat-syarat pendaftaran. laporan jumlah mahasiswa baru yang kemudian
Sebelum Panitia PMB memberikan kartu diserahkan kepada Rektor.
ujian seleksi terlebih dahulu Panitia PMB Bagi calon mahasiswa yang telah
mencatat dan memberikan nomor ujian mendaftar ulang dirinya dan telah melakukan
seleksi pada kartu yang akan diberikan kepada pembayaran DWP yang telah ditetapkan,
calon mahasiswa sebagai kontrol dari calon dinyatakan sah sebagai mahasiswa Unipra dan
mahasiswa yang berhak untuk mengikuti kemudian Panitia PMB memberikan NPM dan
ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru dan Surat Keterangan Tanda Mahasiswa kepada
untuk selanjutnya Panitia PMB Mengeluarkan mahasiswa baru, yang untuk selanjutnya
laporan pendaftaran yang kemudian diserahkan BAAK yang akan memproses Kartu Tanda
kepada Rektor. Mahasiswanya (KTM). Hal ini dapat
Calon mahasiswa yang telah digambarkan seperti pada gambar 3 dibawah
mengembalikan dan melengkapi form ini :
pendaftaran harus mengikuti ujian seleksi
1. Formulir
2. Berkas Kelengkapan
3. Pembayaran DWP
PANITIA
PMB
1. Kartu Ujian Seleksi
2. Kwitansi
3. Lap. Pendftran
4. Lap. Pembyrn
5. Lap. Jml. Mhs. Baru
6. NPM & SKTM
1. Formulir L.J.T
2. Berkas Kelengkapan Tim
3. L.J.T Penyeleksi
4. Pembayaran DWP SIM Hasil Seleksi
Calon Penerimaan
Mahasiswa Mahasiswa
1. Kertu Ujian Seleksi Baru Hasil Seleksi
MADING
1. Kwitansi
2. NPM & SKTM Daftar Mhs . Baru
3. KTM
Mahasiswa BAAK
NPM & KTM
Keterangan :
1. L.J.T (Lembar Jawaban Test) REKTOR
2. NPM (Nomor Pokok Mahasiswa) 1. Lap. Pendftran
3. SKTM (Surat Keterangan Tanda Mahasiswa) 2. Lap. Pembyrn
4. KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) 3. Lap. Jml. Mhs. Baru
104
Gambar 3 Diagram Kontek Sistem Usulan selanjutnya panitia PMB mengumumkan
Sumber : Diolah hasil saringan ujian seleksi calon mahasiswa
baru tersebut pada majalah dinding (mading)
1.2 Diagram Nol Sistem Usulan universitas.
Pada saat calon mahasiswa ingin Setelah calon mahasiswa dinyatakan
mendaftar terlebih dahulu harus mengambil lulus ujian seleksi maka bila ingin menjadi
formulir pendaftaran di Panitia Penerimaan mahasiswa harus mendaftar ulang dirinya
Mahasiswa Baru (PMB), kemudian panitia dan membayar biaya Dana Wajib Pendidikan
PMB memasukkan data calon mahasiswa (DWP) yang telah ditetapkan, selanjutnya
yang mengambil formulir kedalam database panitia PMB memasukkan data mahasiswa
file formulir untuk pembuatan laporan jumlah yang membayar DWP kedalam database
formulir yang keluar dan kemudian diserahkan file bayar untuk pembuatan laporan calon
kepada Rektor. mahasiswa yang membayar DWP dan
Setelah calon mahasiswa mengambil kemudian diserahkan kepada Rektor, kemudian
formulir pendaftaran kemudian mengisinya Panitia PMB memberikan bukti pembayaran
dan mengembalikan formulir tersebut serta (kwitansi) kepada calon mahasiswa baru yang
melengkapi syarat-syarat pendaftaran yang telah telah membayar DWP.
ditentukan pada panitia PMB, kemudian panitia Bagi calon mahasiswa yang telah
PMB memasukkan data calon mahasiswa yang melakukan pembayaran DWP yang telah
mengembalikan formulir kedalam database ditetapkan, dinyatakan sah sebagai mahasiswa
file daftar untuk pembuatan laporan calon Unipra. Selanjutnya panitia PMB memasukkan
mahasiswa yang mengembalikan formulir. data calon mahasiswa yang telah melakukan
Setelah itu kemudian Panitia PMB memberikan pembayaran DWP kedalam database file
kartu ujian seleksi kepada calon mahasiswa mahasiswa untuk pemberian Nomor Pokok
yang mengembalikan dan melengkapi syarat- Mahasiswa (NPM) dan untuk pembuatan
syarat pendaftaran. Sebelum Panitia PMB laporan jumlah mahasiswa baru yang kemudian
memberikan kartu ujian seleksi terlebih dahulu diserahkan kepada Rektor. Setelah itu panitia
Panitia PMB mencatat dan memberikan nomor PMB memberikan Surat Keterangan Tanda
ujian seleksi pada kartu yang akan diberikan Mahasiswa (SKTM) kepada para mahasiswa
kepada calon mahasiswa sebagai kontrol dari baru, yang untuk selanjutnya BAAK yang
calon mahasiswa yang berhak untuk mengikuti akan memproses Kartu Tanda Mahasiswanya
ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru dan (KTM). Hal ini dapat digambarkan seperti
untuk selanjutnya Panitia PMB Mengeluarkan pada gambar 4 dibawah ini :
laporan pendaftaran yang kemudian diserahkan
kepada Rektor.
Calon mahasiswa yang telah mengembalikan
dan melengkapi form pendaftaran harus
mengikuti ujian seleksi calon mahasiswa baru
dengan mengisi lembar jawaban ujian seleksi
dan menyerahkannya kepada Tim Penyeleksi
untuk pemeriksaan lembar jawaban ujian
seleksi. Setelah tim penyeleksi memeriksa hasil
ujian seleksi para calon mahasiswa selanjutnya
Tim penyeleksi memberikan hasil ujian seleksi
para calon mahasiswa baru kepada panitia
PMB, kemudian panitia PMB memasukkan
data hasil koreksi ujian seleksi tersebut
kedalam database file seleksi untuk pembuatan
laporan hasil seleksi para calon mahasiswa
dan kemudian diserahkan kepada Rektor ,
105
1. Formulir 1.0 1. Formulir
Calon Proses
Panitia PMB
Mahasiswa Pengambilan
formulir
Data Formulir
1. Formulir
2. Berkas Kelengkapan
1.Kartu Ujian Seleksi 2.0
Proses
Pendaftaran 1.Kartu Ujian Seleksi
Data Pendaftaran
Daftar. dbf
Data Pendaftaran
L.J.T L.J.T
3.0
Proses Tim Seleksi
MADING
Seleksi
Pengumuman hasil Hasil ujian seleksi
ujian seleksi
Data Seleksi
Seleksi . dbf
Data Seleksi
Pembayaran
DWP Pembayaran DWP
1. Kwitansi 4.0
Mahasiswa Proses
Pembayaran
1. Kwitansi
Data Pembayaran
Pembayaran. dbf
Data Pembayaran
1. NPM 1. NPM
2. SKTM 2. SKTM
5.0.
Proses
Penerimaan Data Mahasiswa Baru
KTM Mhs Baru KTM
Keterangan :
1. L.J.T = Lembar Jawaban Test
2. SKTM = Surat Keterangan Tanda Mahasiswa
3. NPM = Nomor Pokok Mahasiswa
4. DWP = Dana Wajib Pendidikan
106
2. Entity Relationship Diagram (ERD)Usulan
Daftar ulang
MAHASISWA Menjadi BAYAR & Pembayaran
DWP
*nmp *no_daful
**no_daful **no_test
tgl_lhr no_kwt
jk dwp
warga Tgl_byr
agama transfer
sttus lain2
pkjn keter
kota ket2
almt lain1
asl_sklh ket4
tlp ket1
no_ijazah jml_uang
kota_sklh ket3
jrsn_asl
fak_asl
pkjn_ortu
nm_ortu
almt2
pddkn
kota2
tlp2
Sumber : Diolah
107
3. Tampilan Input
a. Menu_Utama.mpr
c. Form f_daftar.scx
108
d. Form f_test.scx
e. Form f_bayar.scx
109
4. Tampilan Output
a. Laporan r_formulir.frx
b. Laporanr_daftar.frx
c. Laporan r_test.frx
110
d. Laporan r_kwitansi.frx
e. Laporan r_bayar.frx
111
f. Laporan r_mhs.frx
113
PERANCANGAN TAS SEKOLAH BERBASIS MODEL ERGONOMIC –
ANTHROPOMETRY GUNA PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI TAS
DI KABUPATEN GRESIK
Deny Andesta
Program Studi Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Gresik
Email : deny.andesta@gmail.com
ABSTRAK
S alah satu sentra indusri kecil menengah yang potensial di Kabupaten Gresik adalah industri kerajinan tas. Tas
sekolah produksi sentra industri kecil menengah tersebut memiliki banyak kelemahan. Berdasarkan evaluasi
analisa anthropometri, dan biomechanical dengan software ergo-mannequin serta analisa subjektifitas pada tas sekolah
yang dipergunakan oleh siswa-siswi sekolah selama ini tidak ergonomis. Terdapat beberapa perubahan dan tambahan
yang sebaiknya dilakukan pada tas ransel yang diproduksi oleh industri kecil menengah agar menjadi ergonomis
seperti perancangan ulang tinggi tas menjadi 45 cm, lebarnya 33 cm, tebal tas : 16 cm, dengan genggaman tangan :
9.2 cm, handel = 10.8 x 4.7 cm dan penambahan penyangga yang juga berfungsi sebagai pengalir udara (airflow) pada
punggung.
Perumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Berkaitan dengan perancangan tas sekolah 1. Tinggi bahu dalam posisi duduk (D8)
yang ergonomi, maka diperlukan pengamatan dan 2. Lebar dari bahu (D15)
pengumpulan data-data yang diperlukan. Data
3. Lebar pinggul / pantat (D16)
anthropometri tubuh ini diperoleh dari pengukuran
siswa-siswi sekolah yang terdapat di daerah gresik. 4. Lebar telapak tangan (D22)
Dimensi tubuh yang diukur dalam penelitian ini Uji Keseragaman Data
merupakan dimensi tubuh yang diperlukan untuk Peta kontrol adalah suatu alat yang tepat guna
melakukan perancangan ulang ukuran geometri dalam menguji keseragaman data yang diperoleh
123
dari hasil pengamatan. Untuk membuat peta atas (BKA), batas kontrol bawah (BKB). Hasil uji
kontrol dihitung rata-rata (mean), batas kontrol keseragaman dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Keseragaman Data
Dimensi
No. N Rata-rata (cm) BKA (cm) BKB (cm) Keterangan
Tubuh
1. D8 45 828.9 891.9 765.9 Seragam
2. D15 45 387.67 414,4 360.94 Seragam
3. D16 45 331.9 385.5 278.3 Seragam
4. D22 45 58.48 64.75 52.21 Seragam
Pembuatan Tabel Anthropometri menganalisa kesesuaian antara geometri tas
Langkah selanjutnya adalah pembuatan sekolah dengan dimensi tubuh manusia. Hasil tabel
tabel anthropometri yang akan digunakan untuk anthropometri dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Tabel Percentile Anthropometri dimensi tubuh siswa sekolah
Lebar
Tinggi Bahu Lebar Lebar Telapak Tebal Perut
Percentiles Panggul
Duduk (cm) Bahu (cm) Tangan (cm) (cm)
(cm)
2.5 552.3400 376.1000 305.8430 55.3300 197.2200
5 554.6900 376.1300 308.8310 55.5000 198.4100
10 561.2000 376.5400 310.4420 55.6000 201.2200
50 612.4000 385.4000 335.2800 58.6000 219.4000
90 642.3600 401.6400 350.2780 61.5000 241.2800
95 647.6800 404.3600 358.8720 61.6700 244.8000
97.5
648.7350 404.6850 359.8535 61.8700 245.3950
Gambar 6. Penyangga dan airflow pada tas ransel sekolah.
Perancangan Ulang Tas Ransel Sekolah Dimensi tubuh yang di gunakan adalah tinggi
bahu duduk (TBD) dan tebal paha (TP)
Penelitian ini dikembangkan berdasarkan
penelitian – penelitian pendahuluan serta Persentil yang di gunakan adalah persentil
penelitian sejenis yang dilakukan oleh peneliti 2,5 = 55,2cm
lain yang berhubungan dengan faktor ergonomic-
Allowance yang di tambahkan adalah tinggi
anthropometry. Penelitian pendahuluan telah
sepatu = 2 cm
dilakukan oleh Mahbubah (2004) dengan
melakukan penelitian yang berkaitan dengan Pertimbangan pemilihan persentil. Ukuran
keingininan siswa sekolah terhadap tas sekolah, tas tidak boleh lebih tinggi dari tinggi bahu
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa selama badan. Hal ini di maksudkan agar pengguna
ini tas sekolah produksi sentra industri kecil di yang memiliki ukuran tubuh lebih pendek
Kabupaten Gresik memiliki banyak kelemahan dapat memakai tas dengan nyaman.
terutama dari segi desain produk berdasarkan data Jadi ukuran tas rancangan ulang = 55,2 – 11
keluhan – keluhan siswa yaitu tas sekolah mudah = 45 cm.
sobek, kurang nyaman dipakai, model monoton,
warnanya cepat pudar, serta menimbulkan nyeri b. Perancangan ulang lebar tas
pada bahu. Dimensi yang di gunakan adalah lebar
Perancangan ulang tas sekolah meliputi pinggang ( LP)
perancangan ulang ukuran geometris. Perancangan Persentil yang di gunakan adalah persentil
ulang dilakukan dengan mempertimbangkan hasil 50 = 33 cm
analisa dari kondisi awal.
Pertimbangan pemilihan persentil. Ukuran
a. Perancangan ulang tinggi tas tas tidak boleh lebih lebar dari lebar pinggang.
126
Hal ini di maksudkan apabila pengguna yang produk berdasarkan data keluhan – keluhan
mempunyai lebar pinggang kecil tetap dapat siswa yaitu tas sekolah mudah sobek,
memakai tas dengan nyaman dan apalagi kurang nyaman dipakai, model monoton,
buku yang mereka bawa saat ini sangat besar. warnanya cepat pudar, serta menimbulkan
nyeri pada bahu.
Jadi lebar tas rangsel adalah = 33 cm
3. Terdapat beberapa perubahan dan tambahan
c. Perancangan ulang tebal tas
yang sebaiknya dilakukan pada tas ransel
Disesuaikan dengan tebal buku yang yang diproduksi oleh industri kecil menengah
biasa mereka pakai. Buku yang mereka agar menjadi lebih ergonomis lagi dalam hal
gunakan saat ini cukup tebal dan juga sering :
membawa peralatan serta tugas sehingga
a. Perancangan ulang tinggi tas = 45 cm.
ukuran tas rangsel adalah 16 cm. Ini juga
perlu mempertimbangkan tebal perut. b. Perancangan ulang lebar tas = 33 cm.
d. Perancangan ulang genggaman tangan c. Perancangan ulang tebal tas : 16 cm
Dimensi tubuh yang digunakan adalah d. Perancangan ulang genggaman tangan = 9.2
panjang telapak tangan (D2), dalam hal ini cm
diambil untuk keliling genggaman tangan.
e. Perancangan ulang ruang dalam handel =
Persentil yang digunakan adalah persentil 5 10.8 x 4.7 cm
wanita = 8.7 cm.
f. Penambahan penyangga yang juga berfungsi
Allowance diberikan adalah tebal sarung sebagai pengalir udara pada punggung.
tangan = 0.5 cm.
Pertimbangan pemilihan persentil.
DAFTAR PUSTAKA
Untuk diameter genggaman tangan diambil
Annete, S.P. and Jen, A.H., 1994, The working
keliling genggaman tangan.
positions of school children, applied ergonomics,
e. Perancangan ulang ruang dalam handel 25(1), 63-64.
Dimensi tubuh yang digunakan untuk lebar Barroso, M.P., Arezes, P.M., Costa, L.G., Miguel,
pegangan tangan adalah lebar telapak tangan A.S., 2005., Anthropometric study of Portuguese
dan ruang untuk tinggi pegangan tangan worker, Internasional Journal of Industrial
adalah tebal telapak tangan. Ergonomics 35, 401-410.
Persentil yang digunakan adalah persentil Bendix, T., 1984, seated trunk posture at various
97.5 pria, lebar = 10.8 cm dan tinggi seat inclinations, seat heights and table height,
pegangan = 4.7 cm. Human Factor, 26(6), 695-703.
BPS., 2008, BPS dalam angka, Jakarta.
KESIMPULAN Fagarasanu, M and Kumar, S. “Measurement
instrument and Data Collection of Construct
Setelah dilakukan analisa dan interpretasi
and Bias in Ergonomics Research”. . 30
terhadap hasil pengolahan data, maka langkah
(2002). Page 355-369. Industrial Ergonomic.
terakhir yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penarikan kesimpulan Hong, Y., Li, J., Wong, A., & Robinson, P. 2000.
Effects of load carriage on heart rate, blood
1. Berdasarkan evaluasi analisa anthropometri,
pressure and energy expenditure in children.
serta analisa subjektifitas pada tas sekolah
Ergonomics, 43, 717-27.
yang dipergunakan oleh siswa-siswi sekolah
selama ini tidak ergonomis. Lloyd, R., & Cooke, C., 2000. The oxygen
consumption associated with unloaded
2. Tas sekolah yang diproduksi oleh sentra
walking and load carriage using two different
industri kecil di Kabupaten Gresik memiliki
backpack designs. European Journal of Applied
banyak kelemahan terutama dari segi desain
127
Physiology, 81, 486-92.
Mahbubah, Nina Aini, 2004, Perancangan
tas sekolah model ransel yang ergonomis
berdasarkan metode quality function deploymen.
Proceedings seminar nasional ergonomic 2, 9
oktober 2004, ISBN 979-97955, I-6, hal 373.
Murphy S., Buckle P., Stubbs, D. 2007. A cross-
sectional of self-reported back and neck pain
among English schoolchildren and associated
physical and psychological risk factors. Appl.
Ergon. 38, 797 – 804.
Nurmianto, E.,2004. Ergonomi: Konsep Dasar
dan Aplikasinya. Edisi Kedua, Guna Widya:
Surabaya.
Pietri, F., Leclerc, A., Boitel, L., Chastang, J.F.,
Morcet, J.-F. And Blondet, M., 2004, “Low-back
Pain in Commercial Travelers”, Scandinavian
Journal of Work, Environment and Health, 18,
pp. 52 – 58.
Tarwaka, Bakri,SHA (2004). Ergonomi untuk
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta
Waters, T.R., V. Putz-Anderson, A. Garg, and L.J.
Fine. 1993. Revised NIOSH Equation for the
Design and Evaluation of Manual Lifting Tasks.
Ergonomics 36(7):749-776.
Wignjosoebroto, Sritomo, Teknik Tata Cara dan
Pengukuran Kerja, Guna Widya, Jakarta, 1995.
Yanto, Evi situmorang, Herlina, Hotniar
Siringoringo, Baba Md Deros. (2008).
Mismatch between school furniture dimensions
and student’s anthropometry (A Cross-Sectional
Study in an Elementary School, Tangerang,
Indonesia). Proceedings of the 9th Asia Pacific
Industrial Engineering & Management Systems
Conference (APIEM 2008).
128
Volume XII Nomor 2, Maret 2012 ISSN 1693 - 5128
MAT R I K
Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi
INDEK SUBJEK
A Q
Anthropometri Quality Control
B S
Biomechanical Six Sigma
Strategi Pemasaran
D Struktur Program
Defective Supply Chain Management
Deffuzzifikasi SWOT
Desain
DFD
Dimension of Supply Chain
DMAIC
DPMO
E
ERD
Ergonomis
F
Fishbone
Flexibility Supply Chain
Fuzzy
K
Kepuasan Pelanggan
Kualitas Layanan
M
Metode Centroid
N
Normalisasi
P
Pareto
P-chart
MATRIK
ISSN 1693 - 5128
Lingkup Jurnal
MATRIK adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Teknik Industri - Universitas
Muhammadiyah Gresik sebagai wahana publikasi karya ilmiah atau penelitian, dibidang Manajemen,
Teknik Industri dan Produksi.
Bahasa
Bahasa yang dipergunakan dalam penulisan naskah adalah bahasa Indonesia dan Inggris yang baku.
Susunan Naskah
Urutan naskah dimulai dari judul, abstraksi atau abstract, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, dan daftar pustaka. Petulisan tanpa menggunakan nomor sub judul.
Judul menunjukkan isi, ditulis bold dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Dibawah judul dicantumkan
nama penulis tanpa gelar kesarjanaan, instansi asal penulis dan email.
Abstraksi atau abstract memuat permasalahan, metodologi dan hasil yang ditulis sebanyak 200 – 300
kata dan dilengkapi dengan keywords atau kata kunci sebanyak 3 – 6 kata yang dituliskan dibawahnya.
Pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, tinjauan pustaka, metodologi, tanpa
sub judul. Penulisan sumber referensi dalam teks dengan cara menuliskan didalam kurung : nama akhir
penulis dan tahun penerbitan dan nomor halaman dapat dituliskan jika dipandang perlu. Contoh : (Andesta,
2006 : 114), (Andesta, 2006 ; Deny : 2005)
Metode berisikan langkah-langkah penyelesaian penelitian.
Hasil dan pembahasan menguraikan hasil analisa kualitatif dan / atau kuantitatif dengan menekankan
pada jawaban atas permasalahan.
Kesimpulan berisi pernyataan singkat tentang hasil yang disarikan dari pembahasan dan menjawab tujuan.
Saran dapat dituliskan pada bagian akhir setelah kesimpulan.
Daftar Pustaka disusun berdasarkan alphabet sesuai nama akhir penulisnya (tanpa gelar akademik) baik
untuk penulis asing ataupun penulis Indonesia.
Contoh :
1. Buku : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), tahun, judul
buku, jilid, edisi, nama penerbit, kota.
2. Majalah : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), tahun, judul
tulisan, nama majalah, edisi, nama penerbit, kota.
3. Jurnal : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), judul tulisan,
nama jurnal, volume, nomor, tahun, nomor halaman.
Teknik Penulisan
Pengetikan naskah menggunakan jarak 1 spasi, lebar kertas 21 X 29,7 cm (A4), panjang tulisan 15 – 20
halaman. Jenis huruf Times New Roman : judul : 14 pt, isi : 11 pt, abstrak : 10 pt dan nama table / gambar
: 11 pt. Margin penulisan : atas 2.5 cm, kiri 2.5 cm, bawah 3.5 cm, kanan 2 cm, tanpa footnote. Gambar
merupakan gambar digital (hasil scanner) menyatu dengan teks. Penomoran untuk table (diatas table),
gambar (dibawah gambar) dengan normor urut.
Pengiriman Naskah
Naskah dikirim ke redaksi disertai dengan softcopy dan belum pernah dimuat dalam penerbitan lain.
Program Studi Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Gresik