Anda di halaman 1dari 68

Volume XII Nomor 2, Maret 2012 ISSN 1693 - 5128

MATRIK
Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi
PENERAPAN SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN KUALITAS PROSES PRODUKSI
GOOD DAY CAPPUCINNO
I.G.A Sri Deviyanti, Iman Supriadi

PERBAIKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR-


FAKTOR DOMINAN
(STUDI KASUS PADA PT. “X’’ DI KOTA AMBON)
Novita Irma Diana Magrib

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA


PERUSAHAAN
Suhartini

APLIKASI TEORI HIMPUNAN FUZZY DALAM PENENTUAN UKURAN PEMESANAN


YANG EKONOMIS
Said Salim Dahdah

FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. XYZ


Siti Sopiah, Evi Yuliawati

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENERIMAAN MAHASISWA


BARU PADA UNIVERSITAS “WR. SUPRATMAN” SURABAYA
Suwito Widodo, Dedy Kunhadi

PERANCANGAN TAS SEKOLAH BERBASIS MODEL ERGONOMIC –


ANTHROPOMETRY GUNA PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI TAS
DI KABUPATEN GRESIK
Deny Andesta

Program Studi Teknik Industri


Universitas Muhammadiyah Gresik

MATRIK Volume XII Nomor 2 Maret 2012 Halaman 67 - 128


MATRIK
ISSN 1693 - 5128

Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi


Volume XII Nomor 2, Maret 2012

Diterbitkan oleh : Program Studi Teknik Industri


Universitas Muhammadiyah Gresik

Penanggung Jawab : Dekan Fakultas Teknik


Pemimpin Redaksi : Ketua Program Studi Teknik Industri

Redaksi Ahli :
Dr. Ir. Malikul Adil, MM.
Eko Budi Leksono, ST., MT.
Moch. Nuruddin, ST., MT.
Pregiwati Pusporini, ST., MT.
Ir. Hadi Suroso, M.Sc.

Redaksi Pelaksana :
Deny Andesta, ST., MT.
Said Salim Dahda, ST., MT.
Nina Aini Mahbubah, ST., MM., MT.

Sekretariatan :
Amalia Ratih Insani, S.Si.

Alamat Redaksi :
MATRIK Jurnal Manajemen & Teknik Industri – Produksi
Program Studi Teknik Industri – Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Gresik
Jl. Sumatra 101 GKB Gresik 61121
Telp. : (031) 3951414
Fax. : (031) 3952585
Website : http://www.umg.ac.id
E-mail : teknik.industriunmuh@gmail.com dan matrik_ti@umg.ac.id

Diterbitkan tiap 6 (enam) bulan sekali (Maret dan September)


Volume XII Nomor 2, Maret 2012 ISSN 1693 - 5128

MAT R I K
Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi

Daftar Halaman
1. PENERAPAN SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN KUALITAS PROSES 67-74
PRODUKSI GOOD DAY CAPPUCINNO
I.G.A Sri Deviyanti, Iman Supriadi

2. PERBAIKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANG- 75-81


KAN FAKTOR-FAKTOR DOMINAN (STUDI KASUS PADA PT. “X’’ DI
KOTA AMBON)
Novita Irma Diana Magrib

3. ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN 82-87


PADA PERUSAHAAN
Suhartini

4. APLIKASI TEORI HIMPUNAN FUZZY DALAM PENENTUAN 88-93


UKURAN PEMESANAN YANG EKONOMIS
Said Salim Dahdah

5. 94-99
FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. XYZ
Siti Sopiah, Evi Yuliawati

6. PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENERIMAAN 100-113


MAHASISWA BARU PADA UNIVERSITAS “WR. SUPRATMAN”
SURABAYA
Suwito Widodo, Dedy Kunhadi

7. 114-128
PERANCANGAN TAS SEKOLAH BERBASIS MODEL ERGONOMIC –
ANTHROPOMETRY GUNA PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI
TAS DI KABUPATEN GRESIK
Deny Andesta
PENERAPAN SIX SIGMA PADA PENGENDALIAN KUALITAS
PROSES PRODUKSI GOOD DAY CAPPUCINNO

I.G.A Sri Deviyanti, Iman Supriadi


Jurusan Teknik Industri
Universitas WR.Supratman Surabaya
Email : srideviyanti@gmail.com
ABSTRAK

P enelitian ini menggambarkan bagaimana aplikasi metode Six Sigma digunakan untuk melakukan perbaikan
kualitas pada perusahaan manufaktur yang memproduksi produk Good day Cappucinno. Pendekatan DMAIC
dipakai untuk menganalisa dan melakukan perbaikan produk Good day Cappucinno karena tingginya variabilitas
dan cacat dibanding produk lain. Perbaikan kualitas di fokuskan pada proses yang mempengaruhi terjadinya cacat
yaitu pada sub proses mixing dan packing. Penentuan proyek Six Sigma didasarkan atas proses dan jenis cacat pada
setiap sub proses. Pendekatan FMEA mampu memberi rekomendasi perbaikan kualitas. Evaluasi dari hasil perbaikan
penting untuk dilakukan karena beberapa implementasi perbaikan kualitas tidak berjalan sesuai dengan rencana.
Pelaksanaan perbaikan kualitas dengan Six Sigma perlu dilakukan secara serentak dan dilakukan penggambaran dan
pendefinisian yang sistematis dan keseluruhan agar pemetaan permasalahan kualitas dapat terlihat secara menyuluruh.
Usaha ini akan sangat membantu perusahaan didalam membentuk tim-tim Six Sigma di keseluruhan department dan
line produksi. Adanya usaha ini akan menyebabkan lingkungan kerja akan semakin kondusif dan budaya “peduli
kualitas” akan mudah terbentuk di perusahaan. Dalam perbaikan Good day Cappucinno di PT Santos Jaya Abadi
menunjukkan bahwa tidak semua rencana perbaikan mampu menurunkan DPMO atau meningkatkan nilai Sigma-
nya mungkin karena pelaksanaan perbaikan di lapangan tidak berjalan dengan baik atau kurang efektif. Oleh karena
itu penting bagi perusahaan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan langkah pelaksanaan perbaikan di
lapangan benar-benar berjalan dengan baik dan mengikuti prosedur yang telah direncanakan.

Kata kunci: Six Sigma, DMAIC, DPMO

PENDAHULUAN perbaikan dan desain produk secara kontinu


Awal tahun 1980-an, metode Six Sigma mulai dengan memfokuskan pada desain kualitas dan
diperkenalkan aplikasinya pada perusahaan sejumlah tools kualitas yang baru bagi karyawan.
manufaktur oleh Motorola dan secara bertahap Pengembangan tools baru dan membuat kualifikasi
diaplikasikan juga pada sektor bisnis lain seperti Six Sigma yang praktis merupakan usaha awal bagi
perbankan, hotel, rumah sakit, migas, dan sektor Motorolla untuk memenangkan Malcolm Baldrige
lainnya (Mayor,2003). Tidak hanya Motorola, Award pada tahun 1988 (Hendricks and Kelbaugh,
tetapi masih banyak perusahaan besar seperti 1998).
General Electric, Texas Instruments, Allied Signal, Dalam konteks Indonesia, aplikasi Six
Eastman Kodak, Borg-Warner Automotive, Sigma relatif baru. Banyak perusahaan di
GenCorp, Navistar International and Siebe plc juga Indonesia mengaplikasikan Six Sigma karena
menerapkan Six Sigma (Murphy, 1998). perusahaan induk-nya di Amerika dan Eropa telah
Pendekatan Six Sigma didasarkan atas teori mengaplikasikannya seperti General Electric
kualitas Jepang seperti: Total Quality Management Indonesia, Caltex, dan perusahaan lainnya.
(TQM), Kaizen, dan Quality Control Cycle (QCC) Tidak hanya perusahaan barat yang mencoba
yang sering diaplikasikan pada proses manufaktur. menggunakan Six Sigma, tetapi juga perusahaan
Motorola mulai menerapkan Six Sigma pada Jepang menggunakannya tanpa meninggalkan
tahun 1982 ketika program peningkatan kualitas aplikasi peningkatan kualitas dasarnya, tidak
mulai diimplementasikan secara terfokus pada terkecuali perusahaan PT. Santos Jaya Abadi yang
proses manufaktur dengan target mereduksi biaya memproduksi product Good day Cappucinno.
kualitas sebesar setengahnya. Usaha mereduksi Langkah kerja DMAIC (Define, Measure, Action,
biaya merupakan titik awal untuk melakukan Improve, dan Control) merupakan langkah kerja

67
yang penting yang perlu dilakukan secara sistematis dan bertujuan menstabilkannya dengan cara
guna mencapai hasil peningkatan kualitas. mengurangi atau menghilangkan variasi–variasi.
Langkah mengurangi cacat dan variasi dilakukan
Penelitian ini menggambarkan bagaimana
secara sistematis dengan mendefinisikan,
upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas
mengukur, menganalisa, memperbaiki, dan
produk Good day Cappucinno di PT Santos
mengendalikannya. Langkah sistematis dalam
Jaya Abadi dengan menggunakan langkah kerja
Six Sigma dikenal dengan metode DMAIC. Team
DMAIC pada Six Sigma. Pendekatan yang
Six Sigma didalam menyelesaikan proyek yang
dilakukan adalah melakukan pengamatan awal
spesifik untuk dapat meraih level Six Sigma perlu
dan wawancara untuk menentukan proyek yang
berpedoman pada 5 fase pada DMAIC tersebut
akan dilakukan perbaikan. Hasilnya menunjukkan
(Paul, 1999).
bahwa, sub proses mixing dan packing merupakan
titik kritis (CTQ) yang menyebabkan terjadinya Fase Define (D) dilakukan pendefinisian proyek
cacat produk. Proyek perbaikan pada sub proses dan tujuan yang hendak dicapai berdasarkan
mixing dan packing inilah yang akan dipaparkan keinginan dan feedback pelanggan. CTQ (Critical
sebagai proyek yang menggambarkan bagaimana to Quality) adalah hal yang perlu didefinisikan
aplikasi langkah kerja DMAIC pada Six Sigma bisa berdasarkan input dari pelanggan terhadap
melakukan pencapaian tingkat kualitas yang lebih kualitas yang diinginkan terhadap produk. Fase
baik. Measure (M) akan memilih indikator kinerja dan
menentukan pengukuran baseline. Six Sigma team
Awalnya Six Sigma adalah konsep statistik yang
harus mengidentifikasi proses internal kunci yang
mengukur suatu proses yang berkaitan dengan cacat
mempengaruhi CTQ dan perlu mengukur cacat yang
– pada level enam (six) sigma dengan 3.4 cacat
relevan dengan CTQ dan proses internal kunci-nya.
dari sejuta peluang (Brue, 2002). Konsep, alat,
Fase Analyze (A), dilakukan analisa yang mendalam
dan sistem Six Sigma telah berhasil dikembangkan
mengenai penyebab utama dari cacat yang terjadi.
oleh GE dan Allied Signal/Honeywell seperti big
Team Six Sigma perlu menemukan mengapa cacat
picture mapping, dan Failure Mode Effect Analysis
terjadi dari hasil identifikasi variable kunci yang
(FMEA). Kedepannya penambahan konsep, alat
menjadi penyebab timbulnya variasi pada proses.
dan sistem yang dibutuhkan pada Six Sigma akan
Fase Improve (I) akan melakukan upaya perbaikan
berperan meningkatkan usaha perbaikan proses dan
agar penyebab dari cacat tidak terjadi atau semakin
kualitas sesuai dengan kebutuhan para manager
tereduksi. Team Six Sigma perlu mengkonfirmasi
perusahaan.
variabel kunci, mengkuantifikasi efek dari CTQ ini,
Aplikasi Six Sigma berfokus pada cacat dan dan menjalankan proyek perbaikan. Fase Control
variasi, dimulai dengan mengidentifikasi unsur– (C), dilakukan agar team Six Sigma dan operator
unsur kritis terhadap kualitas (CTQ) dari suatu dapat memelihara peningkatan kualitas menuju
proses. Six Sigma menganalisa kemampuan proses kualitas level 6 (six). (Mayor, 2003)
METODE

68
Gambar 1. Metodologi penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN setiap proses maupun sub proses produksi Good day
Fase pendefinisian ( Define) Cappucinno. Adapun karakteristik kualitas produk
(CTQ) yang di hasilkan oleh setiap prosesnya dapat
Setiap produk memiliki karakteristik kualitas di bagi menjadi 2 ( dua ) bagian sesuai dengan
yang berbeda beda sesuai dengan standar tertentu jumlah proses produksinya,yaitu sub proses mixing
yang telah di tetapkan. Demikian pula pada dan packing seperti yang di tunjukkan pada tabel :
bagian atas produk Good day Cappucinno yang
di produksi oleh PT.SANTOS JAYA ABADI yang
menjadi focus penelitian tugas akhir ini, tentunya
juga mempunyai karakteristik kualitas tersendiri.
Berdasarkan metode yang di lakukan terhadap
pihak manajemen perusahaan di tetapkan beberapa
karakteristik kualitas tertentu yang ditemukan pada
69
Tabel 1 Karakteristik ( CTQ ) dari produk Good day Cappucinno

Proses Sub proses Karakteristik CTQ Kriteria cacat
Tingkat kerataan dari tiap Campuran tidak rata

bubuk campuran Good


Mixing Mixing
day Cappucinno
Kesesuaian rasa Rasa tidak sesuai standar
Kontaminasi benda asing Kontaminasi benda asing
Packing Kesesuaian Exp. Date Nomor Exp. Date tidak sesuai
Kualitas potongan sachet Gembos
Kualitas sealing Sealing tidak rata / bocor
(Inspeksi Kesesuaian berat Berat terlalu maximal /
Packing
Visual dan timbangan minimal
berat)
Sumber : Data diolah
maka tahap berikutnya adalah menetapkan rencana
Fase pengukuran ( Measure) untuk mengumpulkan data yang di lakukan
pada tingkat proses. Data yang di gunakan
Tahap measure ini merupakan langkah dalam penelitian ini adalah data atribut berupa
operasional kedua dalam peningkatan kualitas data cacat produk yang merupakan data histories
six sigma. Pada tahap ini akan di lakukan perusahaan, yang di dapatkan selama proses
penetapan atau pemilihan karakteristik CTQ produksi.
yang berhubungan langsung dengan kebutuhan Data atribut ini meliputi data kecacatan
pelanggan, mengembangkan rencana pengumpulan yang terjadi pada setiapproses maupun sub proses.
data melalui pengukuran yang di lakukan pada Pengambilan data histories perusahaan untuk data
tingkat proses untuk di tetapkan sebagai baseline atribut ini telah di tentukan berdasarkan kondisi
kinerja ( performance baseline ) pada awal proyek dan kebijaksanaan dari manajemen perusahaan.
six sigma. Hasil pengumpulan data secara lengkap dapat di
Setelah di lakukan proses penetapan atau lihat sebagai berikut :
pemilihan karakteristik kualitas kunci ( CTQ ),

Tabel 2.Jumlah Mixing dan penolakan pada proses produksi Good day Cappucinno Periode Januari s.d April
2011
Jenis penolakan
Jumlah Jumlah Campuran tdk Rasa tdk Kontaminasi
Periode
Mixing penolakan rata standart benda asing
I 61 3 2 1 0
II 58 2 1 0 1
Januari

III 61 4 3 1 0
IV 55 2 1 1 0
V 61 5 3 2 0
I 61 4 1 3 0
Februari

II 61 3 1 2 0
III 62 2 1 1 0
IV 61 3 2 1 0
I 61 5 3 2 0
II 61 4 1 3 0
Maret

III 39 1 0 0 1
IV 61 0 0 0 0
V 61 2 2 0 0

70
I 39 3 1 1 1
II 58 0 0 0 0
April
III 61 3 2 1 0
IV 39 1 0 1 0
V 39 2 2 0 0
Total 1061 49 26 20 3
Sumber : Data diolah

Tabel 3.Jumlah Produk cacat Good day Cappucinno Berdasakan jenis penolakan produk dalam satuan
renteng ( 10 sachet ) per minggu Periode Januari s.d April 2011

Jenis penolakan produk


Jumlah Exp.
Jumlah Berat
Periode produk di Date Sealingan
produksi Gembos tidak
tolak tdk jelek
sesuai
sesuai
I 19500 218 40 33 42 103
II 18600 177 29 27 26 95
Januari III 19500 103 27 12 13 51
IV 17700 67 14 9 10 34
V 19500 107 18 7 31 51
I 19400 47 11 7 8 21
Februari II 19500 123 19 4 36 64
III 19800 134 17 10 42 65
IV 19500 74 14 11 13 36
I 19500 55 11 3 15 26
II 19500 76 13 5 29 29
Maret III 12600 30 6 4 9 11
IV 19500 119 23 15 21 60
V 19500 64 15 2 19 28
I 12600 324 61 4 70 189
II 18600 422 45 63 93 221
April III 19500 246 31 26 61 128
IV 12600 39 8 4 9 18
V 12600 74 19 6 18 31
Jumlah   2499 421 252 565 1261
Pengukuran baseline kinerja untuk program penelitian ini. Dalam program peningkatan kualitas
peningkatan kualitas six sigma ini di lakukan six sigma ini di tetapkan dengan menggunakan
dengan melakukan pengukuran pada tingkat satuan pengukuran DPMO ( Defect Per Million
proses dan sub proses. Dan agar pengukuran Opportunities ) dan tingkat kapabilitas Sigma. Dari
yang di lakukan terhadap baseline kinerja lebih data hasil pengukuran produk cacat dari data di
teliti, serta untuk mencapai tujuan dari program atas di tentukan baseline kinerja dari setiap proses
peningkatan kualitas six sigma, maka juga di dan sub-prosesnya.Adapun pengukuran baseline
lakukan pengukuran tehadap baseline kinerja pada kinerja dapat di lihat pada tabe berikut :
tiap tiap CTQ yang di pilih menjadi focus dari
Tabel 4. pengukuran baseline kinerja Periode Januari s.d April 2011

Periode Total cacat CTQ DPO DPMO Nilai sigma

Januari s.d April 2011 17868 113 4 0,001630299 1630,30 4,44

71
Periode Total Mixing cacat CTQ DPO DPMO Nilai sigma

Januari s.d April 2011 56 3 3 0,015294 15294,31 3,67

Fase Analisa ( Analyze) atau 53,1%), posisi kedua adalah rasa tidak sesuai
Fase analyze merupakan fase mencari dan standart ( 20 campuan atau 40,8%) dan posisi ketiga
menetukan akar sebab dari suatu masalah. Masalah adalah kontaminasi benda asing ( 3 campuran atau
masalah yang timbul terkadang sangat kompleks 6,1%) sedangkan pada sub proses packing jenis
sehingga kita bingung mana yang akan kita cacat yang menduduki urutan pertama adalah berat
selesaikan.Diagram pareto dapat kita gunakan tidak sesuai standart ( 1261 renteng atau 50,5%),
untuk memprioritaskan masalah yang harus di posisi kedua adalah sealingan jelek ( 565 renteng
tangani dengan aturan pengelompokkan 80-20. atau 22,6%), posisi ketiga adalah Expt.date tidak
Selanjutnya akar utama suatu permasalahan dapat sesuai standart ( 421 renteng atau 16,8%) dan posisi
di analisis menggunakan diagram cause and effect ke empat adalah Gembos ( 252 renteng atau 10,1%)
yang akan mem breakdown secara detail sebab Setelah di lakukan brainstorming dengan pihak
sebab suatu masalah. manajemen, maka secara garis besar di ketahui apa
Berdasarkan diagram pareto jenis cacatyang saja sumber sumber penyebab dari cacat produk
menduduki urutan pertama adalah pada sub proses yang dapat di tunjukkan dalam sebuah diagram
mixing yaitu campuran tidak rata ( 26 campuran sebab akibat (cause and effect).

Gambar 1. Diagram sebab akibat ( Cause and effect)


Berdasarkan diagram sebab akibat (cause and masing masing proses dan sub proses. Setelah
effect) di atas, sumber sumber penyebab cacat pada di ketahui nilai kapabilitas sigma dari masing
proses mixing dan packing secara umum terdiri masing proses maupun sub proses, maka di
dari Man ( manusia), Matherial (bahan baku), lakukan brainstorming dengan pihak manajemen
Motivation (motivasi), Machine (mesin) dan untuk menentukan kemungkinan apa yang
peralatan, Method (metode) Untuk mengetahui menyebabkan kapabilitas sigma dari suatu proses
sumber sumber dan penyebab permasalahan maupun sub proses sangat rendah dan apa akar dari
kualitas produk pada masing masing proses dan permasalahannya sehingga nantinya dapat tersusun
sub proses produksinya,maka akan di lakukan suatu rencana peningkatan kualitas (action plan)
analisa dengan methode FMEA.yaitu dengan cara untuk dapat menghilangkan dan mengurangi
menemukan semua variable penyebab cacat dari sumber permasalahan tersebut sehingga dapat

72
meningkatkan nilai kapabilitas sigma dari masing dalam bentuk usulan tindakan perbaikan untuk
masing proses maupun sub proses melaksanakan program peningkatan kualitas Six
Sixma. Tool yang akan digunakan dalam usulan
Fase meningkatkan ( Improve)
tindakan perbaikan adalah Failure Mode and Effect
Pada tahap perbaikan (improve) akan di buat Analyze (FMEA).tujuanya yaitu untuk mengetahui
rencana tindakan perbaikan dan peningkatan nilai RPN. Nilai RPN (Risk Priority Number) dapat
(action plan) untuk menghilangkan akar akar diperoleh yaitu dengan formulasi sebagai berikut:
penyebab dan mencegah penyebab penyebab Severity x Occurance x Detecbility
dapat terjadi kembali pada proses produksi yang
FMEA dilakukan dengan cara brainstorming
akan di lakukan.Dari hasil analisa sebelumnya
dengan pihak perusahaan yaitu pada bagian
di ketahui semua penyebab terjadinya cacat serta
Departemen Produksi, karena departemen ini
prioritas cacat yang akan di lakukan perbaikan dan
merupakan pihak yang berkompetensi dan
peningkatan.
mengetahui proses yang baik. Berdasarkan
Setelah sumber – sumber penyebab dari perhitungan FMEA, maka usulan prioritas tindakan
masalah teridentifikasi, maka perlu dilakukan perbaikanya dapat dilihat pada table berikut:
rencana tindakan perbaikan yang akan diwujudkan
Tabel 5. Usulan prioritas tindakan perbaikan berdasarkan FMEA

Priority Risk Priority Number Usulan tindakan perbaikan


1 320 Memberikan peringatan pada karyawan agar tidak melakukan
kesalahan dalam mengontrol
2 256 Menempatkan karyawan sesuai keahliannya
3 256 Memberikan training pada karyawan untuk memperbaiki hasil
kinerja
4 256 Ditetapkan kestabilan proses mixing dan packing
5 256 Memberikan pengarahan oleh supevisor pada karyawan
6 256 Memperbaiki cara kerja karyawan dalam proses mixing
maupun packing agar lebih berhati – hati
7 256 Dilakukan pengecekan secara ketat setiap material datang
8 252 Dilakukan pengecekan komposisi material sesuai dengan
standart
9 224 Dilakukan pengecekan level control setiap sebelum proses
produksi
10 90 Melakukan perawatan dan pembersihan mixer maupun mesin
packing secara preventif
Sumber : Data diolah
Setelah di lakukan tindakan perbaikan target yang di prioritaskan oleh perusahaan adalah
terhadap penyebab potensial terjadinya cacat produk 5 sigma , mengingat untuk mencapai tingat 6
pada 2 ( dua ) sub-proses yang di prioritaskan, sigma memerlukan waktu dan perbaikan secara
kemudian di lakukan target dari perusahaan untuk terus. Adapun hasil pengukurannya adalah sebagai
mencapai level sigma yang lebih tinggi. Adapun berikut :
Tabel 6. Scorecard sampai dengan bulan mei 2011

SCHEDULE
Performance
parameter Target MEI
metrics
I II III IV
DPO 0,000621 0,014262 0,012224 0,009137 0,005868
Sub proses
DPMO 621 14262 12224 9137 5868
Mixing
Sigma 4 3,69 3,75 3,86 4,02
DPO 0,000233 0,000986 0,000736 0,000519 0,00035
Sub proses
DPMO 233 986 736 519 350
Packing
Sigma 5 4,6 4,68 4,78 4,89
Sumber : Data diolah

73
Fase pengawasan ( Control) DAFTAR PUSTAKA
Control merupakan tahap opersional terakhir
dalam proyek peningkatan kualitas six sigma.
Brue, G., 2002, Six Sigma for Managers, Canary,
Dalam tahap ini di buat suatu mekanisme system
Jakarta.
control proses baik itu untuk mengontrol standar
spesifikasi maupun untuk mengontrol instruksi Emilasari, D., 2003, Sudi Perbaikan Kualitas
kerja sehingga setiap proses dan sub-proses baik terhadap Defect dengan Menggunakan Metode
mixing maupun packing dapat di kendalikan agar DMAIC di PT X, Tugas Akhir Jurusan Teknik
cacat yang terjadi tidak akan terulang lagi serta Industri ITS.
kondisi kegagalan nol (zero defect) yang merupakan Hendericks, C. and Kelbaugh, R., 1998,
target dari peningkatan kualitas Six Sigma dapat ``Implementing Six Sigma at GE’’, The Journal
tercapai.Alat yang paling umum di gunakan adalah for Quality and Participation, July/August.
diagram control.
Mayor, T., 2003, “Six Sigma comes to IT: targeting
KESIMPULAN perfection”, CIO Magazine, available at: www.
Aplikasi Six Sigma untuk meningkatkan kualitas cio.com/archive (accessed 24 January 2004).
penting dilakukan perusahaan agar peningkatan Murphy, T., 1998, ``Close enough to perfect’’,
daya saing produk semakin baik dalam era yang Ward’s Auto World, Vol. 34 No. 8, August.
semakin kompetitif dan dinamis ini. Aplikasi
tersebut perlu ditunjang oleh adanya metode dan Paul, L., 1999, ``Practice makes perfect’’, CIO
tools yang sistematis dan komprehensif agar Enterprise, Vol. 12 No. 7, Section 2, January 15.
pelaksanaan jalannya perbaikan berjalan dengan
baik dan memenuhi target yang hendak dicapai
seperti DMAIC, seven tools, dan FMEA.
Direkomendasikan, pelaksanaan perbaikan
kualitas dengan Six Sigma perlu dilakukan
secara serentak dan dilakukan penggambaran dan
pendefinisian yang sistematis dan keseluruhan
agar pemetaan permasalahan kualitas dapat
terlihat secara menyuluruh. Usaha ini akan sangat
membantu perusahaan didalam membentuk tim-
tim Six Sigma di keseluruhan department dan line
produksi. Adanya usaha ini akan menyebabkan
lingkungan kerja akan semakin kondusif dan
budaya “peduli kualitas” akan mudah terbentuk di
perusahaan.
Dalam perbaikan Good day Cappucinno di PT
Santos Jaya Abadi menunjukkan bahwa tidak semua
rencana perbaikan mampu menurunkan DPMO
atau meningkatkan nilai Sigma-nya mungkin
karena pelaksanaan perbaikan di lapangan tidak
berjalan dengan baik atau kurang efektif. Oleh
karena itu penting bagi perusahaan melakukan
evaluasi secara berkala untuk memastikan langkah
pelaksanaan perbaikan di lapangan benar-benar
berjalan dengan baik dan mengikuti prosedur yang
telah direncanakan.

74
PERBAIKAN KUALITAS PRODUKSI
DENGAN MEMPERTIMBANGKAN FAKTOR-FAKTOR DOMINAN
(STUDI KASUS PADA PT. “X’’ DI KOTA AMBON)

Novita Irma Diana Magrib


Program Studi Teknik Industri
Universitas Darussalam Ambon
Email : maynov8@yahoo.com

ABSTRACT

N owadays, along with the development of human civilization, there are modern companies which appear in numbers. It happens
because of the development of technology and people’s skills as well. It is obviously will influence the production process and
implementation. And, in fact, there are some companies whose production outcomes are the same with the other ones. Consequently,
they compete to each other. In this thesis writing, the writer prefers the research on the effort of production quality improvement of
physical. The Analysis is done with the helping tools of quality control. The tools used are (1) Control Chart P, is to measure the
incompatibility for it does not support the specification (it is often called disabled parts) of some items in a group/subgroup which
is being checked; (2) Pareto Diagram, is to interpret problems of any levels; (3) Cause an Effect Diagram, is to show cause factors
and quality characteristic which is caused by those factors. The use of helping tools of quality control is chosen so as to the number
and the cause of damages can be figured-out and handled early and properly. Based on the calculation Control Chart P, the product
proportion which is rejected before the prevention is 8,34% from the total number of the disabled ones. On the contrary, the product
proportion after the prevention is 5,75%. It shows that there is reduction, that is 31,06% compared to the previous prevention.

Keywords : Quality Control, Defective, P-chart, Pareto, Fishbone

PENDAHULUAN PT. “X”)


Penerapan pengendalian kualitas menjadi suatu Untuk tetap menjaga kualitas dan menghindari
proses yang sangat perlu diperhatikan bukan hanya terjadinya jumlah produk rusak yang besar pada
untuk jenis produk yang mempunyai nilai jual saat proses produksi berlangsung, perlu dilakukan
tinggi, tetapi berlaku juga bagi proses produksi pengendalian kualitas oleh PT. “X”. Pengendalian
untuk jenis usaha dengan sasaran produk untuk kualitas dimaksudkan untuk menekan menjadi
kebutuhan semua lapisan masyarakat seperti surat sekecil mungkin jenis-jenis kesalahan yang
kabar, contohnya salah satu surat kabar yang merupakan sebab terjadinya produk rusak. Apalagi
diproduksi oleh PT. “X” yang beredar di Kota jenis produk yang dihasilkan (surat kabar fisik)
Ambon. merupakan salah satu kebutuhan sumber informasi
PT. “X” adalah suatu perusahaan yang bagi sebagian besar masyarakat sehingga biasanya
bergerak di bidang percetakan bagi sebagian besar harus mempunyai standar kualitas yang baik.
masyarakat di kota Ambon. Selain itu PT. “X” juga
menerbitkan surat kabar (koran) atau sering disebut
TINJAUAN PUSTAKA
Harian Pagi yang terbagi dalam dua jenis, yaitu
surat kabar on line dan surat kabar fisik. Berdasarkan Pengendalian Kualitas
data perusahaan, pada saat pencetakan surat kabar Dengan semakin banyaknya perusahaan penerbit
fisik bahwa dalam satu kali periode pencetakan surat kabar yang berkembang di Kota Ambon
untuk kebutuhan harian sesuai permintaan sebanyak dewasa ini, maka bagi manajemen, kualitas produk
5.500 eksemplar, terjadi produk yang rusak (cacat) menjadi lebih penting dari sebelumnya. Kualitas
sebanyak 35 – 50 kg dimana dalam 1 kg terdapat 16 produk juga sangat penting bagi kelangsungan
eksemplar surat kabar (sumber : bagian pencetakan hidup perusahaan, karena konsumen menjadi
75
semakin kritis dalam memilih produk. Mereka 3. Dapat mencegah produk-produk yang
akan membandingkan antara biaya yang mereka kualitasnya di bawah standar bisa lolos
keluarkan dengan manfaat yang didapat dari produk masuk pasaran, sehingga tingkat kepuasan
tersebut. Persaingan yang ketat ini menjadikan konsumen bisa dipertahankan.
pengusaha semakin menyadari pentingnya kualitas 4. Dapat memberikan jaminan (assurance)
produk agar dapat bersaing dan mendapat pangsa dengan tingkat tertentu pada satu jenis
pasar yang lebih besar. produk.
Pengendalian kualitas merupakan salah satu 5. Dapat mempertahankan mutu produk.
teknik yang perlu dilakukan dalam proses produksi
untuk menghasilkan produk berupa barang atau Sebagaimana kita ketahui bahwa hubungan
jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan antara produsen dan konsumen sangat erat karena
serta memperbaiki kualitas produk yang belum keduanya saling membutuhkan, dimana pihak
sesuai standar yang telah ditetapkan dan sedapat produsen menuntut kualitas suatu produk yang
mungkin mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan sehingga keuntungan hasil penjualan
telah sesuai. produk tersebut dapat digunakan untuk perluasan
atau pengembangan usahanya. Sedangkan dari
Fungsi dan Tujuan Kualitas pihak konsumen membutuhkan produk yang
Pada dasarnya fungsi dari pengendalian mempunyai tingkat kualitas yang sesuai dengan
kualitas adalah melakukan pengawasan terhadap yang diharapkan serta harganya terjangkau, serta
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam konsumen itu sendiri akan merasa puas apabila bisa
suatu proses produksi, sehingga proses produksi mendapatkan produk yang relatif murah namun
itu bisa berjalan sebagaimana mestinya dan pada kualitas produk tersebut dapat diandalkan.
akhirnya bisa menghasilkan satu bentuk barang Dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian
yang mempunyai tingkat kualitas tertentu dengan kualitas adalah :
rencana yang ada.
1. Mengusahakan agar barang hasil produksi
Biasanya fungsi dari pengendalian kualitas dapat mencapai standar kualitas yang telah
dalam suatu perusahaan dapat diklasifikasikan ditetapkan.
sebagai berikut :
2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat
1. Memeriksa dengan teliti material-material menjadi sekecil mungkin.
yang masuk atau dibeli oleh perusahaan.
3. Mengusahakan agar biaya desain dari
2. Menjalankan prosedur pemeriksaan terhadap produk dan proses dengan menggunakan
proses manufacturing. mutu produksi tertetu dapat menjadi sekecil
3. Memeriksa dan menguji produk akhir. mungkin.
Selanjutnya berdasarkan uraian fungsi 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat
pengendalian kualitas di atas kiranya dapat diambil menjadi serendah mungkin.
suatu kesimpulan bahwa fungsi dari pengendalian Jadi, tujuan utama pengendalian kualitas adalah
kualitas adalah : untuk mendapatkan jaminan bahwa kualitas produk
1. Sebagai alat pengendali, yang dapat yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas
mengendalikan semua kegiatan tahapan yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya
proses produksi yang berhubungan yang ekonomis atau serendah mungkin.
dengan kualitas pada sasaran yang ada, Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan
sehingga kualitas barang itu sendiri bisa dari pengendalian produksi, karena pengendalian
dipertanggungjawabkan. kualitas merupakan bagian dari pengendalian
2. Sebagai alat indikator, yang dapat produksi. Pengendalian produksi baik secara
menunjukkan di tempat-tempat mana sering kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan
terjadi cacat dalam proses produksi, sehingga yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Hal ini
tingkat kesalahan yang ada dapat diperkecil. disebabkan karena semua kegiatan produksi yang
dilaksanakan akan dikendalikan, supaya barang
76
yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah yang bertujuan untuk menguji suatu teori untuk
ditetapkan, dimana penyimpangan-penyimpangan menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan
yang terjadi diusahakan serendah-rendahnya. statistik, untuk menunjukan hubungan antar
variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas
konsep, mengembangkan pemahaman, atau
Produk
mendeskripsikan banyak hal dan cenderung dipakai
Menurut Montgomery, Douglas C., (2001), faktor- untuk mengkaji objek berdasarkan pertanyaan-
faktor yang mempengaruhi pengendalian kualitas pertanyaan yang muncul.
perusahaan adalah :
Setelah data yang diperlukan terkumpul,
1. Kemampuan proses. kemudian dilakukan pengolahan data dengan
Batas-batas yang ingin dicapai haruslah menggunakan beberapa alat bantu, yaitu :
sesuai dengan kemampuan proses yang ada. 1. Check Sheet (Lembar Pemeriksaan).
Tidak ada gunanya mengendalikan suatu
Merupakan alat pengumpul dan penganalisis
proses dalam batas-batas yang melebihi
data yang disajikan dalam bentuk tabel
kemampuan dan kesanggupan proses yang
yang berisi nama dan jumlah barang yang
ada.
diproduksi dan jenis ketidaksesuaian beserta
2. Spesifikasi yang berlaku. dengan jumlah yang dihasilkannya.
Spesifikasi hasil produksi yang ingin dicapai 2. Peta kendali (Control Chart).
harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi
Peta kendali yang digunakan dalam penelitian
kemampuan proses dan keinginan atau
ini termasuk dalam jenis peta kendali atribut,
kebutuhan konsumen yang ingin dicapai
yaitu peta kendali P. Peta kendali P adalah
dari hasil produksi tersebut. Dalam hal ini
suatu alat untuk mengendalikan kualitas
haruslah dapat dipastikan dahulu apakah
yang didasarkan atas produk yang rusak
spesifikasi tersebut dapat berlaku dari kedua
karena tidak sesuai dengan spesifikasi.
segi yang telah disebutkan di atas sebelum
Peta kendali P berguna untuk membantu
pengendalian kualitas pada proses dapat
mendeteksi adanya penyimpangan dengan
dimulai.
cara menetapkan batas-batas kendali.
3. Tingkat ketidaksesuaian yang dapat diterima.
3. Diagram Pareto.
Tujuan dilakukan pengendalian suatu proses
Diagram Pareto digunakan untuk menyusun
adalah agar dapat mengurangi produk yang
jenis-jenis cacat dari produk yang dihasilkan.
berada di bawah standar seminimal mungkin.
Sebagai hasilnya adalah jenis-jenis cacat
Tingkat pengendalian yang dilakukan
yang paling dominan dapat ditemukan.
bergantung pada banyaknya produk yang
berada di bawah standar yang dapat diterima. 4. Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram).
4. Biaya Kualitas. Setelah diketahui masalah utama yang paling
dominan, maka dilakukan analisis faktor
Biaya kualitas sangat mempengaruhi tingkat
penyebab masalah/cacat produk dengan
pengendalian kualitas dalam menghasilkan
menggunakan fishbone diagram, sehingga
produk. Apabila ingin menghasilkan produk
dapat menganalisis faktor-faktor apa saja
yang berkualitas tinggi guna memuaskan
kebutuhan konsumen, maka dibutuhkan yang menjadi penyebab cacat pada produk.
biaya kualitas yang relatif besar. Setelah diketahui penyebab terjadinya
cacat produk, maka perusahaan dapat
mengambil tindakan untuk melakukan
METODE perbaikan terhadap kualitas produksi.
Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, digunakan tipe
kuantitatif - deskriptif yaitu suatu tipe penelitian
77
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 : Check sheet untuk jenis cacat dan banyaknya cacat yang terjadi pada saat pencetakan koran fisik (dalam
eksemplar) pada bulan Oktober 2011
No. Tanggal Jenis Cacat Jumlah Jumlah
Cetak Terlipat Salah Kertas Cacat yang
Kotor Potong Putus Diperiksa
1 3 Okt 2011 366 18 11 33 428 5928
2 4 Okt 2011 516 16 8 20 560 6060
3 5 Okt 2011 458 11 16 27 512 6012
4 6 Okt 2011 529 19 – 41 589 6089
5 7 Okt 2011 432 14 – 29 475 5975
6 10 Okt 2011 516 22 15 40 593 6093
7 11 Okt 2011 393 13 9 21 436 5936
8 12 Okt 2011 380 18 – 31 429 5929
9 13 Okt 2011 531 19 27 44 621 6121
10 14 Okt 2011 395 19 – 25 439 5939
11 17 Okt 2011 416 12 – 35 463 5963
12 18 Okt 2011 457 20 11 39 527 6027
13 19 Okt 2011 380 18 11 37 446 5946
14 20 Okt 2011 410 21 16 44 491 5991
15 21 Okt 2011 460 22 8 26 516 6016
16 24 Okt 2011 400 13 – 25 438 5938
17 25 Okt 2011 494 12 9 46 561 6061
18 26 Okt 2011 460 20 13 36 529 6029
19 27 Okt 2011 412 21 21 39 493 5993
20 28 Okt 2011 395 12 10 31 448 5948
21 31 Okt 2011 438 23 20 41 522 6022
Total 9238 363 205 710 10516 126016
Sumber : penelitian di lapangan

Pengujian Keseragaman dan Kecukupan Data


Tabel 2 : Perhitungan keseragaman dan kecukupan data
NO. X X2 ( X – X )2
1 428 183184 5294,2948
2 560 313600 3509,1519
3 512 262144 126,2948
4 589 346921 7785,9615
5 475 225625 663,6757
6 593 351649 8507,8662
7 436 190096 4194,1043
8 429 184041 5149,7710
9 621 385641 14457,1995
10 439 192721 3814,5329
11 463 214369 1425,9615
12 527 277729 688,4376
13 446 198916 2998,8662
14 491 241081 95,2948
15 516 266256 232,1995
16 438 191844 3939,0567
17 561 314721 3628,6281
18 529 279841 797,3900
19 493 243049 60,2427
20 448 200704 2783,8186
21 522 272484 451,0567
S 10516 5336616 70603,8095
X = 500,76
Hasil Perhitungan :
1. N = 21
2. X = 500,76
3. Standar Deviasi :

σ = 59,42
78
4. Menentukan batas kontrol
BKA = X + 3σ 5.
= 500,76 + 3 (59,42)
= 679,02
BKB = X – 3σ
= 500,76 – 3 (59,42)
= 322,50 = 5,362981093
Kesimpulan : ”data seragam” ≈ 5,36
Kesimpulan : ”data sudah mencukupi”
(karena semua data berada dalam batas kontrol
atas dan bawah)

Tabel 3 : pencetakan Koran
Perhitungan batas-batas kendali untuk bagian yang cacat Dari peta kendali P di atas dapat dilihat
dari pencetakan koran fisik.
bahwa terdapat titik-titik di luar batas kendali,
yaitu 3 (tiga) titik di atas batas kendali atas.
Titik-titik yang berada di atas batas kendali
atas tersebut harus diketahui penyebabnya,
karena hal ini akan menyebabkan masalah
bagi perusahaan yang bersifat teknis. Keadaan
ini menunjukkan proses sudah berada di luar
batas kendali dengan persentase kerusakan
sebesar 8, 34% atau lebih besar dari standar
yang ditetapkan perusahaan yaitu 6%. Setelah
dilakukan perbaikan, maka menunjukkan
bahwa jumlah cacat tidak berada di atas atau
di bawah batas kendali, ini berarti bahwa
kecacatan dapat dikendalikan. Persentase
kecacatan ( P ) pada bulan November 2011
mengalami penurunan, yaitu menjadi 5,75%,
seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 2 : Peta kendali P untuk bagian yang cacat


sesudah perbaikan

Gambar 1 :Peta kendali P untuk bagian yang cacat dari


79
Diagram Pareto
Tabel 5 : Jenis dan jumlah cacat dari pencetakan koran fisik pada bulan Oktober 2011.
No. Jenis Cacat Jumlah Kumulatif Persen Persen Rangking
Cacat Kumulatif
1 Cetak Kotor 9238 9238 87,85 87,85 1
2 Kertas Putus 710 9948 6,75 94,60 2
3 Terlipat 363 10311 3,45 98,05 3
4 Salah Potong 205 10516 1,95 100 4
Berdasarkan Tabel 5, maka dibuat sebuah diagram
pareto seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 4 : Diagram Pareto jenis dan jumlah


cacat sesudah penanggulangan

Gambar 3 : Diagram Pareto jenis dan jumlah cacat Fishbone Diagram
dari pencetakan koran
Dari hasil pengamatan pada gambar 4.3 maupun
tabel 4.3, dapat diketahui bahwa jenis cacat terbesar
yang terjadi dan merupakan masalah utamanya
saat pencetakan koran pada bulan Oktober 2011
adalah jenis cacat cetak kotor dengan jumlah
persentase cacat tersebut sebesar 87,85%. Setelah
dilakukan penanggulangan mengalami penurunan
dari (sebelum penanggulangan) 87,85% menjadi
84,90%, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5 : Diagram sebab-akibat untuk jenis cacat


cetak kotor

80
KESIMPULAN Gaspersz, Vincent, 1997. Manajemen Kualitas
Dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan Penerapan Konsep-konsep Kualitas dan
bahwa: Manajemen Bisnis Total, Jakarta: PT Gramedia
1. Dari diagram Pareto sebelum penanggulangan Pustaka Utama
dapat diketahui bahwa 4 (empat) jenis cacat
yang sering terjadi saat pencetakan koran Gaspersz, Vincent, 1998. Statistical Process
fisik dari total jumlah yang diperiksa, jenis Control, Penerapan Teknik-Teknik Statistikal
cacat dengan kategori cetak kotor yang dalam Manajemen Bisnis Total, Jakarta: PT
menjadi masalah utama karena jenis cacat ini Gramedia Pustaka Utama.
yang paling banyak jumlahnya yaitu sebesar
87,85%, cacat dengan kategori kertas putus Gaspersz, Vincent 2002. Total Quality Management,
sebesar 6,75%, cacat dengan kategori terlipat Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
sebesar 3,45%, dan cacat dengan kategori
salah potong sebesar 1,95%. Goetsch, David L. dan Davis, Stanley B.,
2. Persentase jenis cacat setelah dilakukan 2006. Quality Management, Introduction to
penanggulangan dari total jumlah cacat Total Quality Management for Production,
yang diperiksa adalah cacat dengan kategori Processing, and Services, New Jersey: Prentice
cetak kotor sebesar 84, 90%, cacat dengan Hall.
kategori kertas putus sebesar 8,16%, cacat
dengan kategori terlipat sebesar 4,47%, dan Kaoru, Ishikawa, 1989. Teknik Penuntun
cacat dengan kategori salah potong sebesar Pengendalian Mutu (Guide to Quality Control),
2,47%. terjemahan Ir. Nawolo Widodo, Jakarta:
Medyatama Sarana Perkasa.
3. Urutan penyebab kecacatan terdiri dari
mesin, manusia, lingkungan, bahan baku,
dan metode atau cara kerja. Dari pengamatan Montgomery, Douglas C., 2001. Operations
yang dilakukan dan berdasarkan hasil yang Research for Production and Supply Chain
tergambar pada diagram sebab-akibat (fishbone Management, John Wiley & Sons Inc.
diagram) untuk masing-masing jenis cacat,
faktor yang paling besar penyebabnya Mizuno, Shigeru, 1993. Pengendalian Perusahaan
adalah faktor mesin dan manusia juga jika Secara Menyeluruh (Company – Wide Total
dilihat dari kecacatan yang sering terjadi Quality Control), terjemahan T. Hermaya, Edisi
pada umumnya disebabkan oleh kesalahan Seri Manajemen No. 151, Jakarta: Pustaka
manusia (human error). Binaan Pressindo.

Nasution, A. Hakim, 2006. Manajemen Industri,


Yogyakarta: Andi Offset.
DAFTAR PUSTAKA
Prasetyo, Bambang dan Jannah, Lina Miftahul,
2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Ariani, Dorothea Wahyu, 2004. Pengendalian Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers.
Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitas dalam
Manajemen Kualitas), Yogyakarta: ANDI
Subana, H.M., dan Sudrajat, 2001. Dasar-Dasar
Yogyakarta.
Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia.
Assauri, Sofjan, 2004. Manajemen Pemasaran:
Dasar, Konsep dan Strategi, Jakarta; Rajawali Tague, Nancy R., 1995. The Quality Toolbox,
Pers. Wiscosin: OSQC Quality Press.

Feigenbaum, Armand V., 1991. Total Quality


Control, New York: MacGraw-Hill, Inc.
81
ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN
PADA PERUSAHAAN

Suhartini
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Email : ttitin63@yahoo.com

ABSTRAK

P T. X adalah sebuah perusahaan percetakan dimana sistem penjualan yang diterapkan di perusahaan adalah dengan
melakukan order desain yang ada ataupun menyerahkan proses desain kepada pihak perusahaan lain. Pemasaran
yang diterapkan kurang maksimal dikarenakan tidak ada SDM di posisi marketing sehingga menyebabkanya penurunan
penjualan. Dengan permasalahan yang ada dalam perusahaan maka penelitian ini menggunakan analisis SWOT yang
bertujuan menentukan strategi yang tepat khususnya strategi pemasaran sehingga nantinya diharapkan perusahaan
akan memperoleh keuntungan yang maksimal. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi yang digunakan
perusahaan adalah dengan memperbaiki sistem dan meningkatkan promosi sehingga dapat memperluas target pasar
dan juga mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap pelanggan dengan tetap mempertahankan
hubungan baik kepada konsumen dan relasi bisnisnya.

Kata kunci: SWOT, Strategi Pemasaran, Kualitas Layanan, Kepuasan Pelanggan

PENDAHULUAN sepakati, adapun komplain yang dilayani pada saat


Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan sebelum proses cetak di lakukan. Pemasaran kurang
yang melaksanakan konsep pemasaran yang maksimal dikarenakan tidak ada SDM di posisi
berorientasi kepada konsumen. Beberapa cara dalam marketing sehingga menyebabkanya penurunan
pemasaran jasa menyatakan bauran pemasaran penjualan.
jasa adalah seperangkat alat yang digunakan Dengan permasalahan yang tersebut maka
pemasar untuk menentukan karakteristik jasa yang menggunakan analisis SWOT yang merupakan
ditawarkan kepada pelanggan. Dimana unsur-unsur matching tool untuk membantu dalam menentukan
bauran pemasaran terdiri dari : product, price, strategi yang tepat khususnya strategi pemasaran
promotion, place, people, process, dan physical sehingga nantinya diharapkan perusahaan akan
evidence. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
menyusun strategi jangka panjang dan merancang
Perumusan Masalah
teknik jangka pendek.
Bagaimana menentukan faktor internal dan
PT. X adalah sebuah perusahaan bisnis
eksternal yang akan mempengaruhi strategi
percetakan dengan offset printing dan digital
perusahaan dan menentukan perencanaan strategi
printing dimana usaha tersebut sudah berdiri sejak
pemasaran yang tepat bagi perusahaan.
lama. Selama ini Sistem penjualan yang diterapkan
di perusahaan ini yaitu konsumen melakukan order Tujuan Penelitian
memberikan desain yang ada ataupun menyerahkan
1. Dapat menentukan faktor internal dan
proses desain kepada pihak perusahaan. Setelah
proses desain selesai maka akan di cetak dan hasil
eksternal apa saja yang akan mempengaruhi
cetak dapat diambil sesuai jangka waktu yang di strategi perusahaan.

82
2. Dapat mengetahui perencanaan strategi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pemasaran yang tepat bagi perusahaan. dengan menggunakan analisis SWOT, Gambar
berikut ini adalah tahapan dalam melakukan
METODE PENELITIAN penelitian.

Gambar 1 Metodologi Penelitian

PEMBAHASAN
Matriks IFE merupakan analisis lingkungan internal dimana variabel yang digunakan adalah variabel
internal yang terdiri kekuatan dan kelemahan perusahaan.

Tabel 1. Matriks IFE


No Internal Faktor Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strength)
1 Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggung jawab, dan mampu
memotivasi karyawannya 0,08 3 0,24
2 Terbinanya suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong
antara karyawan dan tim manajerial 0,08 3,5 0,28
3 Loyalitas karyawan yang tinggi terhadap perusahaan 0,07 3,17 0,22
4 Pemasukan yang rutin dikarenakan penjualan produk yang baik 0,07 3 0,21
5 Tingkat Return On Asset (ROA) di perusahaan cukup tinggi tiap tahun 0,07 2,83 0,19
6 Proses produksi yang efektif dikarenakan mesin dalam kondisi handal 0,07 2,83 0,19
7 Ketersediaan bahan baku yang cukup baik 0,07 3,17 0,22
8 Armada pemasaran telah memadai 0,07 3 0,21
9 Harga produk bersaing dengan tetap mementingkan kualitas produk 0,07 3,67 0,25
Jumlah 0.65 2,03
Kelemahan (Weaknesses)
10 SDM yang dimiliki di bidang tertentu kurang 0,07 3,33 0,23
11 Skill yang dimiliki karyawan masih kurang dalam melakukan pekerjaan di
bidang tertentu 0,07 1,67 0,11
12 Penggunaan dana investasi di perusahaan belum efisien 0,07 1,67 0,11
13 Realisasi biaya operasional lebih besar daripada anggaran yang direncanakan 0,07 2,33 0,16
14 Sering terjadi kesalahan dalam proses produksi 0,07 2,83 0,19
15 Jarangnya promosi yang dilakukan oleh perusahaan
0,07 2,83 0,19
Jumlah 0.42 1,02
Total 1,00 3.06

83
Eksternal Faktor Evaluation (EFE)
Pada tabel 2 adalah matriks EFE merupakan analisis lingkungan internal dimana variabel yang
digunakan adalah variabel eksternal yang terdiri peluang dan ancaman bagi perusahaan.

Tabel 2 Matriks EFE


No. Eksternal Faktor Bobot Rating Skor
Peluang (Opportunities)
1 Inovasi-inovasi dalam hal cara memasarkannya 0,12 3 0,36
2 Tidak adanya kendala dalam hal penagihan piutang 0,12 3 0,36
3 Tidak adanya kendala dalam hal pembayaran hutang kepada kreditur 0,12 3 0,36
4 Perluasan jalur pemasaran 0,13 2,83 0,36
5 Mendapat kesempatan dari banyak rekan kerja dalam hal mempromosikannya 0,12 3,17 0,38
Jumlah 0.61 1.82
Ancaman (Threats)
6 Beberapa produk cetak mudah dibuat untuk kepentingan pribadi 0,1 3,17 0,31
7 Harga kompetitor lebih murah untuk beberapa produk sejenis 0,09 3,17 0,28
8 Harga bahan baku meningkat 0,1 3,67 0,36
9 Semakin banyak berdirinya usaha yang sejenis 0,1 2,83 0,28
Jumlah 0.39 1.25
Total 1,00 3.08
Matriks SWOT lebih besar dibandingkan dengan faktor ancaman.
Setelah menentukan skor dari setiap variabel, Sedangkan untuk faktor eksternal nilai skor untuk
maka diketahui untuk skor total faktor internal faktor peluang sebesar 1.83 juga lebih besar dari
dengan total 3.06 dan skor total faktor eksternal faktor ancaman sebesar 1.25. Dari analisa tersebut
sebesar 3.08. Hal tersebut membuktikan bahwa maka perusahaan dapat memanfaatkan kekuatan
keduanya mempunyai nilai yang seimbang untuk dan peluangnya untuk menentukan strategi
menyusun strategi kedepannya. kedepannya. Setelah menganalisa hal tersebut
Dimana faktor kekuatan sebesar 2.04 dimana maka langkah selanjutnya adalah menentukan
nilai ini lebih besar dari pada skor faktor ancaman strategi SWOT.
dengan nilai skor 1.03, yang berarti faktor kekuatan

Tabel 3 Matriks SWOT


Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

1. Memiliki pimpinan yang berjiwa 1. SDM yang dimiliki di bidang


sosial, bertanggung jawab, dan mampu tertentu kurang
memotivasi karyawannya 2. Skill yang dimiliki karyawan
2. Terbinanya suasana kerja yang bersifat masih kurang dalam
kekeluargaan dan gotong royong antara melakukan pekerjaan di bidang
karyawan dan tim manajerial tertentu
3. Loyalitas karyawan yang tinggi 3. Penggunaan dana investasi di
terhadap perusahaan perusahaan belum efisien
4. Pemasukan yang rutin dikarenakan 4. Realisasi biaya operasional
penjualan produk yang baik lebih besar daripada anggaran
5. Tingkat Return On Asset (ROA) di yang direncanakan
perusahaan cukup tinggi tiap tahun 5. Sering terjadi kesalahan dalam
6. Proses produksi yang efektif proses produksi
dikarenakan mesin dalam kondisi 6. Jarangnya promosi yang
handal dilakukan oleh perusahaan
7. Ketersediaan bahan baku yang cukup
baik
8. Armada pemasaran telah memadai
9. Harga produk bersaing dengan tetap
mementingkan kualitas produk

84
Peluang (Opportunities) Strategi S – O Strategi W – O

1. Inovasi-inovasi dalam hal 1. Memperluas target pasar (S1,S4,S5,S6, 1. Melakukan pelatihan


cara memasarkannya S7,S8,S9,O1,O2,O3,O4,O5) terhadap SDM
2. Tidak adanya kendala 2. Mempertahankan dan meningkatkan (O2,O3,O4,W1,W2,W5)
dalam hal penagihan kualitas pelayanan terhadap pelanggan 2. Memperbaiki sistem
piutang (S1,S2,S3,S4,S9,O1,O4,O5) manajemen
3. Tidak adanya kendala 3. Meningkatkan kualitas produk (O1,O4,O5,W3,W4,W6)
dalam hal pembayaran (S6,S7,O1,O5)
hutang kepada kreditur
4. Perluasan jalur pemasaran
5. Mendapat kesempatan dari
banyak rekan kerja dalam
hal mempromosikannya
Ancaman (Threats) Strategi S – T Strategi W – T

1. Beberapa produk cetak 1. Menetapkan dan mempertahankan 1. Meningkatkan kinerja kerja


mudah dibuat untuk harga pasar yang bersaing karyawan (W2,W5,T1,T4)
kepentingan pribadi (S1,S4,S5,S6,S7,S9,T2,T3,T4) 2. Mempertahankan hubungan
2. Harga kompetitor lebih 2. Meningkatkan promosi baik dengan konsumen
murah untuk beberapa (S1,S4,S5,S8,S9,T1,T2,T4) (W6,T1,T4)
produk sejenis
3. Harga bahan baku
meningkat
4. Semakin banyak berdirinya
usaha yang sejenis

Matriks Space berdiri terlebih dahulu. Sedangkan untuk sumbu Y


Titik tengah dari sumbu X matriks SPACE menggambarkan kecepatan pertumbuhan industri
ditetapkan untuk nilai 0.50. Artinya sesuai dalam penjualan, diukur dalam prosentase.
dengan suatu divisi yang mempunyai pangsa
pasar setengah dari perusahaan pesaing yang

Tabel 4 Faktor Pembentuk Matriks Space


Posisi Startegis Internal Posisi Strategis Eksternal
Kekuatan Finansial Rating Stabilitas Lingkungan (ES) Rating
(FS)
Pemasukan rutin 4 Tingkat persaingan semakin tinggi -3
ROA cukup tinggi 4 Harga pesaing lebih murah -2
Penggunaan modal 1 Inflasi -3
Arus Kas Stabil 4 Perubahan teknologi -3
Total 13 Total -11
Keunggulan Kompetitif (CA) Rating Kekuatan Industri Rating
(IS)
Promosi yang jarang dilakukan -4 Inovasi cara pemasaran 3
Kesetiaan Konsumen -1 Kesempatan dari rekan kerja 5
Harga produk bersaing -2 Pertumbuhan pasar tinggi 4
Bahan baku mahal -2 Kondisi keuangan baik 3
Total -9 Total 15

Analisa Matriks IFE dan EFE matriks IFE dan EFE dimana untuk penentuan skor
Setelah dilakukan identifikasi faktor-faktor dari tiap variabel dan untuk skor tiap variabelnya
strategis internal dan eksternal pada PT. X maka dapat di untuk analisis tiap variabel akan diuraikan
didapatkan beberapa item penyusun untuk analisis seperti berikut ini.
Tabel 5 Faktor Strategi Internal
Faktor Strategi Internal

85
Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)
1. Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggung jawab, 1. SDM yang dimiliki di bidang terteentu kurang
dan mampu memotivasi karyawannya 2. Skill yang dimiliki karyawan masih kurang dalam
2. Terbinanya suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan melakukan pekerjaan di bidang tertentu
gotong royong antara karyawan dan tim manajerial 3. Penggunaan dana investasi di perusahaan belum
3. Loyalitas karyawan yang tinggi terhadap perusahaan efisien
4. Pemasukan yang rutin dikarenakan penjualan produk yang 4. Realisasi biaya operasional lebih besar daripada
baik anggaran yang direncanakan
5. Tingkat Return On Asset (ROA) di perusahaan cukup tinggi 5. Sering terjadi kesalahan dalam proses produksi
tiap tahun 6. Jarangnya promosi yang dilakukan perusahaan
6. Proses produksi yang efektif dikarenakan mesin dalam
kondisi handal
7. Ketersediaan bahan baku yang cukup baik
8. Armada pemasaran telah memadai
9. Harga produk bersaing dengan tetap mementingkan kualitas
produk

Tabel 6 Faktor Strategi Eksternal


Faktor Strategi Eksternal
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)

1. Inovasi-inovasi dalam hal cara memasarkannya 1. Beberapa produk cetak mudah dibuat untuk
2. Tidak adanya kendala dalam hal penagihan piutang kepentingan pribadi
3. Tidak adanya kendala dalam hal pembayaran hutang 2. Harga kompetitor lebih murah untuk beberapa
kepada kreditur produk sejenis
4. Perluasan jalur pemasaran 3. Harga bahan baku meningkat
5. Mendapat kesempatan dari banyak rekan kerja dalam 4. Semakin banyak berdirinya usaha yang sejenis
hal mempromosikannya

86
Analisa Matriks SWOT meningkat dengan skor 0.37.
Setelah mengetahui posisi perusahaan di
3. Strategi yang digunakan dalam memperbaiki
kuadran SWOT yang terletak di kuadran satu
sistem dan meningkatkan promosi sehingga
dimana strategi yang paling sesuai adalah strategi
dapat memperluas target pasar dan juga
agresif dimana strategi ini adalah strategi yag
mempertahankan dan meningkatkan kualitas
menuju kemajuan dari perusahaan .
pelayanan terhadap pelanggan dengan tetap
Dari penyusunan strategi pada matriks SWOT mempertahankan hubungan baik kepada
yang diolah pada tabel diatas maka dihasilkan konsumen dan relasi bisnisnya.
beberapa alternatif strategi antara lain yaitu :
memperluas target pasar , mempertahankan
DAFTAR PUSTAKA
dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
pelanggan, meningkatkan kualitas produk, David, F R. 2010. Manajemen Strategis Salemba
menambah dan melakukan pelatihan terhadap sdm Empat. Jakarta.
, memperbaiki sistem manajemen, menetapkan Kotler, P. Gary, A. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran.
dan mempertahankan harga pasar yang bersaing, Erlangga. Jakarta.
meningkatkan promosi, meningkatkan kinerja
kerja karyawan , mempertahankan hubungan baik Ningrum, Hamardika, A. P. 2010. Analis Strategi
dengan konsumen Pemasaran Usaha Jasa Pembuatan Dan
Perbaikan Furniture UD. Suryani Furniture.
Analisa Matriks Space Skripsi Pada Departemen Manajemen. Fakultas
Setelah menentukan perencanaan strategi Ekonomi Dan Manajemen Bogor. IPB. Bogor.
dengan menggunakan Matriks SWOT dan
menentukan posisi strategi perusahaan dengan Purwanto, I. 2008. Manajemen Strategi. CV. Ryama
Matriks SPACE, maka diperoleh pilihan strategi Widya, Bandung.
yang tepat bagi perusahaan diantaranya yaitu Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT Teknik
: memperluas target pasar, mempertahankan Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka
dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap Utama. Jakarta.
pelanggan., memperbaiki sistem kerja,
meningkatkan promosi, mempertahankan Sutrisno. 2006. Analisis Pengaruh Nilai Konsumen
hubungan baik dengan konsumen dan relasi bisnis. Dan Perilaku Konsumen Terhadap Strategi
Pemasaran Produk Pasta Gigi Pepsodent Putih
Medium Di Area Pemasaran Surabaya. Its.
KESIMPULAN Surabaya.
Berdasarkan analisa data yang dilakukan maka
dapat dikesimpulkan Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran. Andi.
1. Faktor internal yang paling mempengaruhi Yogyakarta.
perusahaan untuk kekuatannya yaitu
terbinanya suasana kerja yang bersifat
kekeluargaan dan gotong royong antara
karyawan dan tim manajerial menjadi
kekuatan utama yang dimiliki grafika
cemerlang dengan skor 0.28, dan untuk
kelemahan perusahaan yaitu SDM yang
dimiliki di bidang tertentu kurang dengan
skor 0.23.
2. Sedangkan untuk faktor eksternal perusahaan
yang paling mempengaruhi dalam hal peluang
yaitu mendapatkan kesempatan dari banyak
rekan kerja dalam hal mempromosikannya
dengan skor 0,38, dan untuk ancaman yang
dihadapi perusahaan yaitu Harga bahan baku
87
APLIKASI TEORI HIMPUNAN FUZZY DALAM PENENTUAN UKURAN
PEMESANAN YANG EKONOMIS

Said Salim Dahdah


Program Studi Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Gresik
Email : saidsalimdh@gmail.com

ABSTRAK

D alam dunia nyata, ketidakpastian banyak meliputi hal-hal yang berkaitan dengan proses pengambilan
keputusan. Termasuk pengambilan keputusan dalam penentuan ukuran pemesanan yang ekonomis.
Ketidak pastian permintaan yang sering terjadi dalam pengambilan keputusan ukuran pemesanan yang
ekonomis. Ketidakpastian yang dinyatakan dalam linguistik sangat tepat jika didekati dengan bentuk fuzzy.
Penentuan ukuran pemesanan yang ekonomis dalam keadaan fuzzy diselesai menggunakan aturan aritmaika
fuzzy akan menghasilkan himpunan fungsi keanggotaan ukuran pemesanan dan biaya persediaan. Dengan
menggunakan metode centroid untuk proses deffuzzifikasi dihasilkan ukuran pemesanan yang optimal
dengan biaya persediaan yang minimal. Dalam keadaan variabel permintaan konstan didapat ukuran
pemesanan yang ekonomis sebesar 300 unit dengan biaya persediaan sebesar Rp. 150.000,-. Jika variabel
permintaan dalam keadaan fuzzy dengan bentuk segitiga simetris didapat ukuran pemesanan sebesar 298
unit dan biaya persediaan sebesar Rp. 150.366,- Dan peningkatan dan akan mempengaruhi penentuan
ukuran pemesanan yang ekonomis dan biaya persediaan.
Kata kunci: Fuzzy, Metode Centroid, Deffuzzifikasi

PENDAHULUAN Pujawan, baik yang telah direncanakan maupun


yang tidak direncanakan. yang disebakan karena
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa
hal yang direncanakan biasanya dikarenakan
tingkat persediaan dalam perusahaan bernilai sangat
adanya sesuatu yang akan diantisipasi oleh
besar terhadap total aset yang dipunyai perusahaan
perusahaan seperti kenaikan harga, lamanya waktu
tersebut. Sehingga persediaan merupakan suatu
pemesanan atau pengiriman. Untuk penyebab
aset yang dipunyai oleh perusahaan yang jika
munculnya persediaan yang tidak direncanakan
tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
dikarenakan faktor yang ketidak pastian baik dari
peningkatan biaya-biaya produksi yang tidak
sisi luar perusahaan (permintaan, pasokan) atau
semestinya. Dalam hal ini manajemen persediaan
dari sisi operasi Internal. Banyak metode yang
yang baik memegang peranan yang penting
digunakan untuk merencanakan dan mengelola
dalam merencanakan dan mengelola persediaan
persediaan dengan baik. Metode-metode tersebut
dengan efektif dan efisien. Pengaruh dari
biasanya berakaitan dengan perencanan persediaan
manajemen persediaan yang kurang baik tidak
yang mana keputusan yang akan diambil salah
saja mempengaruhi produksi tetapi juga akan
satunya adalah penentuan ukuran pemesanan.
mempengaruhi fungsi-fungsi lain dalam sistem
Keputusan ukuran pemesanan secara langsung akan
perusahaan seperti pada finansial berpengaruh
berpengaruh terhadap tingkat persediaan yang ada,
pada Return on Investment (ROI) dan likuiditas,
sehingga perlu ditentukan suatu ukuran pemesanan
pada fungsi pemasaran akan berpengaruh pada
yang terbaik yaitu ukuran pemesanan yang dapat
penjualan dan pelayanan kepada pelanggan, dan
meminimalkan biaya persediaan dan meningkatkan
pada fungsi produksi sendiri akan berpengaruh
service level. Biaya persediaan yang minimal
pada efisiensi dan biaya produksi. Sebab- sebab
dapat dihasilkan dari ukuran pemesanan yang
munculnya persediaan ada beberapa hal menurut
ekonomis (Economic Order Quantity). Menurut
88
Tersine untuk menentukan ukuran pemesanan yang mempunyai pola tersebut digunakan angka fuzzy
ekonomis diperlukan data tentang permintaan, untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut
biaya persediaan dan lead time . Dengan asumsi sehingga memunculkan model fuzzy untuk
bahwa ketiga variabel tersebut diketahui atau dapat penentuan ukuran pemesanan yang ekonomis
dihitung dengan pasti. Pada kenyataannya asumsi atau yang dikenal dengan Fuzzy Economic Order
untuk ketiga variabel tersebut sangat jarang sekali Quantity. Dalam penelitian ini hanya digunakan
terjadi (Tersine). Banyak penelitian yang meneliti satu variabel, variabel permintaan, yang tidak dapat
tentang ketidakpastian dari variabel tersebut. diketahui dengan pasti sehingga akan dimodelkan
Vujosevic dkk dan Syed dkk. melakukan penelitian dalam bentuk bilangan fuzzy
jika biaya persediaan yaitu biaya pesan dan biaya
Economic Order Quantity
simpan, tidak diketahui dengan pasti. Nagoorgani
Model Penentuan pemesanan yang ekonomis
dkk meneliti tentang lead time yang tidak
klasik masih sering dikaji dalam beberapa penilitian.
diketahui dengan pasti. Dan beberapa penelitian
Selain model ini sederhana, model ini mampu untuk
yang kesemua variabelnya tidak diketahui
meminimalkan biaya persediaan. Beberapa asumsi
dengan pasti sepeti pada penelitian Chiang dkk.
yang digunakan dalam penggunaan model, yang
Ketidakpastian yang melingkupi variabel tersebut
berarti model ini akan dapat diimplemenatsikan
dapat disebabkan karena ketidakadaan informasi,
dengan baik jika asumsi –asumsi tersebut
atau kurangnya informasi sehingga dapat
terpenuhi. Salah satu asumsi tersebut adalah tingkat
menimbulkan ketidakjelasan, samar, atau informasi
permintaan produk diketahui konstan dan kontinyu.
yang didapat bermakna ganda atau mungkin
Hal ini menandakan bahwa tingkat permintaan
informasinya berupa linguistic (Zimmerman).
produk tersebut harus pasti. Secara grafis model ini
Seperti jika ingin ditentukan permintaan produk
dapat digambarkan sebagai berikut
baru atau jika perusahaan tidak mempunyai data
yang cukup untuk menentukan variabel tersebut.
Untuk mengatasi ketidapastian variabel yang

Biaya persediaan yang dihitung pada model Q = Ukuran Pemesanan


ini adalah biaya pesan dan biaya simpan. Biaya D = Tingkat permintaan
pembelian diabaikan, dikarenakan biaya tersebut
tidak bergantung pada frekuensi pemesanan Ukuran pemesanan yang ekonomis adalah
(Nasution). Rumusan Biaya Persediaan adalah dengan menentukan biaya persediaan yang minimal.
sebagai berikut Rumusan biaya tersebut dapat digambarkan seperti
pada tabel berikut
Q D
TIC = h.  + c.  = 2.h.c.D
2 Q
Dimana:
h = Biaya simpan per unit /satuan waktu
c = Biaya Pesan setiap kali pesan
89
1. Convex
2. Normalized fuzzy set
3. Piecewise Continuous
Definisi 3.
Misalkan r ̃adalah bilangan fuzzy, α-cut dari r ̃
dinotasikan dengan r ̃_α ̃adalah himpunan bilangan
nyata yang mana fungsi keanggotaan r ̃ tidak lebih
kecil dari α. Dapat dituliskan dalam bentuk
r ̃_α = {r | μ_(r ) ̃ (r) ≥ α, r R}

Gambar Hubungan biaya, jumlah dan biaya total Definisi 4


Dari gambar diatas biaya persediaan yang Support dari satu himpunan fuzzy adalah
minimal didapat pada keadaan biaya simpan sama sebuah himpunan bagian bilangan crisp (tegas) dari
dengan biaya pesan. Sehingga dapat dirumuskan himpunan dasar . Dapat dituliskan dalam bentuk
Ukuran pemesan yang ekonomis / Economic Order Supp ( r ̃) = {r | μ_(r ) ̃ (r) ≥ 0, r R}
Quantity sebagai berikut
Definisi 5
Fungsi keanggotaan Adalah suatu kurva yang
menunjukkan pemetaan nilai data input (domain)
Dalam keadaan data permintaan tidak diketahui ke nilai keanggotaannya dengan cara mendakati
dengan pasti atau bersifat estimasi subjektif, dengan suatu bentuk fungsi. Salah satu fungsi
perumusan penentuan ukuran pemesanan yang keanggotaan (kurva) adalah triangular/segitiga
ekonomis dapat dimodelkan dengan Fuzzy. (triangular fuzzy number). Bentuk kurva ini
seperti pada gambar, dimana r ditujukan dengan
Fuzzy (a,b,c) dimana a ≤ b ≤ c dan fungsi keanggotaan
Definisi 1. didefinisikan sebagi berikut :
Sebuah himpunan fuzzy didefinisikan sebagai
fungsi keanggotaan dari μ_(r ) ̃ (r) yang mana
memetakan masing-masing dan setiap elemen dari
ke rentang antara 0 sampai 1, atau dapat dituliskan
dengan μ_(r ) ̃ (r) → [0, 1]
Dimana adalah himpunan universal.
Diartikan secara sederhana, Himpunan
fuzzy adalah himpunan yang tidak mempunyai
batasan secara tegas . Disisi yang lain, Sebuah
himpunan fuzzy adalah himpunan yang memiliki
elemen dengan karakteristik seperti pada fungsi
keanggaotaan diatas.
Definisi 2.

Bilangan Fuzzy r ̃ adalah sebuah himpunan


fuzzy yang didefinisikan dalam yang mempunyai
tingkat keanggotaan μ_(r ) ̃, dimana dengan Gambar 3
asumsi
dimana, a,b,c R

90
Definisi 5. adalah nilai tengah permintaan dan D_u adalah
batas pemintaan. Derajat keanggotaan D_l dan
Dengan menggunakan konsep definisi 3, apabila
D_u adalah 0 dan derajat keanggotaan D_m
diberikan koefisien confidence α bilangan fuzzy
mencapai angka 1.
segitiga akan didefinisikan sebagai himpunan
dengan interval tertutup. Interval tersebut adalah Begitu halnya dengan biaya persediaan yang akan
berubah menjadi
r ̃_α=(r ̃_(α-L) ; r ̃_(α-U) )= {a+α(b-a);c-α(c-b) }
[0 ,1]
Definisi 6
Proses penegasan (de-fuzzifikasi) merupakan Jika ukuran pemesanan yang optimal tidak
proses keluaran dari suatu aturan-aturan fuzzy diikutkan dalam perhitungan maka didapat rumus
merupakan domain himpunan fuzzy yang harus
dapat dirubah menjadi suatu bilangan tegas (crisp).
Ada beberapa metode yang digunakan untuk proses
defuzzifikasi salah satu yang didigunakan pada Contoh Numerik
metode ini adalah metode pusat gravitasi (centre
of gravity) atau centroid yang meruapakan metode Jika diketahui biaya simpan sebesar Rp. 500/
yang paling terkenal dan efisien (Santanu Sinha unit/periode dan biaya pesan sebesar Rp. 22.500/
dan S. P. Sarmah). Pada metode ini bilangan tegas pesan. Jika permintaan tidak dapat dikehaui dengan
(crisp) diambil dengan caear mengambil titik pusat pasti tetapi dinyatakan dengan dengan estimasi /
daerah fuzzy. Untuk mendapatkannya, himpunan perkiraan yang berbentuk ucapan yang bersifat
fuzzy akan diubah menjadi bilangan tegas dengan subyektif seperti permintaan akan produk tersebut
rumusan kira-kira 1000 unit/tahun, tetapi tidak akan kurang
dari 800 unit/tahun dan tidak akan lebih dari 1200
unit/tahun. Permintaan digambarkan sebagai
bilangan fuzzy yang berbentuk segitiga sehingga
dapat digambarkan sebagai berikut
Dalam kaitan dengan penggunaan fuzzy pada
penentuan ukuran pemesanan yang ekonomis,
dengan variabel permintaan yang bersifat
deterministik akan diubah menjadi fuzzy
permintaan maka akan mengakibatkan berubahnya
bentuk ukuran pemesanan yang ekonomis menjadi
fuzzy ukuran pemesanan yang ekonomis Q~ . *

Rumusan akan beruabah menjadi

Gambar Derajat keanggotaan

Fungsi keangotaan

dimana D ̃ adalah bilangan fuzzy permintaan


diasumsikan fungsi keanggotaan merepresentasikan
kurva segitiga (triangular) simetris, dimana
sama besar. Sebuah bilangan fuzzy
D ̃ didefenisikan dengan support dengan Dengan variabel permintaan bersifat deterministik,
titik D_m merupakan maksimal derajat diasumsikan jika permintaan 1000 unit/periode,
keanggotaan. maka akan menghasilkan nilai ukuran pemesanan
Dimana dan , yang ekonomis (EOQ) jika digunakan rumus (2)
dimana D_m adalah batas bawah permintaan, adalah sebesar 300 unit. Biaya persediaan yang

91
terjadi per periode dapat dihitung dengan rumus (1)
sebesar Rp. 150.000. Tabel 1 Perbedaan EOQ dengan Permintaan konstan dan
Dengan menjadikan variabel permintaan lebih Fuzzy
realistis yaitu dengan menjadikan permintaan tidak EOQ Biaya persediaan
selalu konstan atau dalam keadaan ini adalah Variabel
pemintaan tidak dapat ditentukan dengan pasti atau Permintaan 300 unit Rp. 150.000,-
dengan gambaran permintaan yang bersifat Konstan
linguistik seperti yang telah disebutkan diatas, Variabel
maka penantuan ukuran pemesanan akan 298 unit Rp. 150.366,-
permintaan Fuzzy
menggunakan rumus (4) dan dengan menggunakan
fungsi keangotaan permintaan seperti pada (7) Analisa Sensitivitas
maka akan memunculkan fungsi keanggotaan
untuk ukuran pemesanan yang ekonomis dalam Pada bagian ini disajikan beberapa alternatif
bentuk fuzzy adalah keadaan variabel permintaan pada kondisi
fuzzy segitiga dengan keadaan dimana . Hasil
perhitungan pada tabel 2 dibandingkan antara
menggunakan aturan nilai titik tengah fuzzy dan
menggunakan aritmika fuzzy. Terlihat bahwa
dengan menggunakan perhitungan aritmatika fuzzy
menghasilkan biaya persediaan yang lebih kecil
jika dibandingkan dengan menggunakan aturan
nilai tengah. Hanya pada pada keadaan nilai tengah
permintaan 1000 unit (sama dengan kondisi awal)
biaya persediaan lebih rendah dibanding dengan
mengunakan aritmaika fuzzy

Dengan menggunakan menggunakan rumusan


(3) didapatkan hasil penegasan (defuzzifikasi) KESIMPULAN
untuk ukuran pemesanan yang ekonomis (EOQ) Permintaan yang bersifat tidak pasti dimana
dari fungsi keanggotaan (8) adalah 298,0412 ≈ 298 ketidak pastian permintaan tersebut gambarkan
unit. dalam keadaan liguistik, sehingga penentuan
Dengan data yang sama dapat dihitung fungsi ukuran pemesanan yang ekonomis dengan
keanggotaan untuk biaya persediaan bila variabel menggunakan model fuzzy. Hasil penentuan
permintaan dalam keadaan fuzzy dengan fuzzy ukuran pemesanan yang ekonomis lebih
menggunakan rumus (5) adalah sebesar 134.164,08 kecil dibandingkan dengan ukuran pemesanan
; 150.000 ; 164.316,77 dengan nilai defuzzifikasi yang ekonomis dengan permintaan telah diketahui
untuk biaya persediaan adalah sebesar Rp. dengan pasti. Pada penentuan biaya persediaan
150.365,8891 ≈ Rp. 150.366 juga terlihat perbedaan antara kedua keadaan
Tabel 1 menampilkan perbedaan ukuran pemesanan permintaan tersebut. Peningkatan nilai dan akan
yang ekonomis ( EOQ) dan biaya persediaan dalam mempengaruhi ukuran pemesanan yang ekonomis
keadaan variabel permintaan bersifat kontan dan dan biaya persediaan. Pengunaan aritmaika fuzzy
fuzzy. Terlihat perbedaan nilai EOQ dan biaya lebih menghasilkan biaya persediaan yang lebih
persediaan antara dalam keadaan permintaan kecil dibandingkan dengan penggunaan nilai
konstan dan fuzzy. Perbedaan EOQ pada keadaan tengah.
variabel permintaan konstan tidak jauh berbeda
dengan nilai EOQ jika pada keadaan variabel
permintaan dalam keadaan fuzzy. Begitu juga
dengan nilai biaya persediaan yang terpaut hanya
0.24%.

92
Tabel 2. Perbandingan Perhitungan

DAFTAR PUSTAKA without using α-cut method: A Comparative


Study,International Journal of Latest Trends in
1. De P. K., Rawat Apurva, (2011) A Fuzzy
Computing (E-ISSN: 2045-5364) Volume 2,
Inventory Model Without Shortages Using
Issue 1, 99-107
Triangular Fuzzy Number, Fuzzy information
Engineering, 1: 59-68 9. Zimmermann,H.-J. (2000), An application-
oriented view of modeling uncertaintyEuropean
2. Syed J K, Aziz L A (2007) Fuzzy inventory
Journal of Operational Research 122, 190 – 198
models without using signed-distance method.
Applied Mathematics and Information Sciences, 10. Tersine, Richard. J, (1994), Principle Of
1(2): 203-209 Inventory And Material Management, Edisi Ke-
4, Prantice Hall International Inc.
3. Pujawan I Nyoman, (2005) Supply Chain
Management, Guna Widya, Surabaya. 11. Kusumadewi, Sri., Purnomo. Hari, (2004)
Aplikasi Logika Fuzzy untuk Keputusan, Edisi
4. Nasution Arman Hakim, (1999), Perencanaan
Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta.
dan pengendalian Produksi, Guna Widya,
Surabaya 12. Mirko Vujosevic, Dobrila Petrovika, Radivoj
Petrovikb (1996) EOQ formula when inventory
5. Nagoorgani, A. , Maragtham, M. (2009), (Q
cost is fuzzy, International Journal Production
, r)Inventory Model with Fuzzy Lead Time,
Economics, 45, 499-504
International Journal Of Algorithms, Computing
And Mathematics, Vol. 2, No. 3, 85-92 13. Sinha, Santanu., Sarmah, S.P., (2008), An
application of fuzzy set theory for supply
6. Chiang J, Lee, H-M. Yao, J-S. (2005), Fuzzy
chain coordination, International Journal
Inventory With Backorder Defuzzification by
of Management Science and Engineering
Signed Distance Method. Journal of Information
Management ,Vol. 3 No. 1, pp. 19-32
Science And Engineering, 21, 637-694
7. Nagoor Gani, A., Mohamed Assarudeen, S. N.
, (2012), A New Operation on Triangular Fuzzy
Number for Solving Fuzzy Linear Programming
Problem, Applied Mathematical Sciences, Vol.
6, No. 11, 525 – 532
8. Palash Dutta, Hrishikesh Boruah , Tazid
Ali, (2011) Fuzzy Arithmetic with and
93
FLEKSIBILITAS SUPPLY CHAIN PADA PT. XYZ

Siti Sopiah, Evi Yuliawati


Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Email : evi_y_widodo@yahoo.com

ABSTRACT

G ood Performance of Supply Chain will produce efective supply chain and finally bring individual and overall
profit for the companies. The main characteristics that need to be owned by a supply chain is a infinite focus,
between flexibility and efficiency. Objective of this research is to determine the level of supply chain flexibility. The
first step in evaluation process is to determine the most important dimension of flexibility for the company. After that
followed by determining the parameters that affect the company’s supply chain flexibility for each dimension. the final
step is determine the level of supply chain flexibility.
The results showed that the level of supply chain flexibility is 86.09%, and the highest flexibility in the dimensions
of the delivery system is achieve with a value of flexibility are 92.92%, it indicates that the delivery system is very
flexible because if the value near 100% it expanding the space for companies to adapt with the changes in demand.
Keywords : Supply Chain Management, Flexibility Supply Chain, Dimension of Supply Chain

PENDAHULUAN supply chain perusahaan dengan fleksibilitas yang


Efisiensi menitikberatkan pada cost yang tinggi pula. Apabila tidak didukung oleh supplier
rendah dan utilitas yang tinggi (Lowest Possible dengan fleksibilitas yang tinggi maka tidak akan
Cost). Dari perspektif strategis, fleksibilitas rantai berhasil. Demikian pula dengan distributor dan
suplai memungkinkan perusahaan untuk merespon retailernya. Apabila tidak memiliki fleksibilitas
lebih cepat terhadap perubahan penawaran yang sebanding maka tidak akan tercapai tujuan
dan permintaan. Selain itu, perusahaan dengan untuk dapat mencapai kepuasan customer.
rantai pasokan yang fleksibel dapat menawarkan PT. XYZ merupakan perusahaan manufaktur.
produk baru lebih sering dengan pengembangan Perusahaan ini sangat membutuhkan fleksibilitas
produk waktu singkat. Hal ini akan membantu dari tiap komponen supply chain. Namun pada
perusahaan untuk membangun posisi kompetitif kenyataannya perusahaan ini belum mampu
yang unggul (Swafford et, al., 2006). Sehingga melakukan penerapan Supply Chain Management
dapat mengakomodasi fluktuasi yang terjadi pada secara konkrit pada perusahaannya, maka
komponen-komponen supply chain yaitu supplier, sedikitnya ada masalah yang belum terdeteksi di
distributor dan customer. dalam perusahaan terkait dengan masalah supply
Konteks supply chain tidak hanya fokus pada chain yang ada. Dan karena belum adanya Supply
faktor internal perusahaan namun juga faktor Chain Management yang konkrit, maka perusahaan
eksternal perusahaan yaitu komponen-komponen ini belum mengetahui tingkat fleksibilitas dari
lain dalam supply chain mulai dari supplier sampai supply chain yang ada. Oleh karena itu perlu adanya
dengan retailer. Untuk mencapai fleksibilitas yang pengukuran untuk mengukur tingkat fleksibilitas
tinggi, sebuah perusahaan tidak dapat berdiri sendiri supply chain guna mengetahui seberapa besar
tapi perlu dukungan dari semua komponen dalam kemampuan perusahaan untuk merespon perubahan

94
parameter yang terjadi. mencakup keseluruhan komponen dalam supply
chain adalah sebagai berikut sourcing (dimensi
sistem pengadaan), Product development (dimensi
METODE sistem pengembangan produk), production
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian (dimensi sistem produksi) and delivery (dimensi
ini adalah menentukan tingkat fleksibilitas sistem pengiriman). Kemudian dilanjutkan dengan
supply chain melalui dimensi dan parameter- menentukan parameter-parameter fleksibilitas yang
parameter yang berpengaruh terhadap kinerja relevan dengan dimensi fleksibilitas supply chain
supply chain perusahaan. Untuk mendukung perusahaan. Selanjutnya dilakukan pengambilan
dan mempermudah pencapaian tujuan tersebut data untuk menilai parameter-parameter tersebut.
telah dirumuskan beberapa langkah penyelesaian. Parameter-parameter yang mempengaruhi
Pertama-tama dilakukan penentuan dimensi fleksibilitas supply chain PT. XYZ yang dimulai
fleksibilitas supply chain yang akan diteliti. dari supplier sampai dengan customer dimunculkan,
Dimensi-dimensi fleksibilitas supply chain harus sehingga diperoleh hasil sebagai berikut :
mampu mencerminkan seluruh komponen tersebut.
Swafford et, al (2000) menyatakan dimensi-
dimensi fleksibilitas yang lebih umum namun dapat

Tabel 1 Tabel Parameter Fleksibilitas supply chain pada PT. XYZ


Parameter Dimensi Fleksibilitas
SISTEM PENGADAAN (SUPPLIER SYSTEM)
1.1 Supplier cadangan bahan penolong
1.2 Jumlah yang dapat dikirim oleh supplier bahan penolong
1.3 Sistem jadwal pengiriman supplier yang mudah
1.4 Memenuhi permintaan pengiriman yang mendesak
1.5 Jangka waktu yang dijanjikan oleh supplier bahan penolong
1.6 Supplier menggunakan berbagai sistem transportasi
SISTEM PRODUKSI (PRODUCTION SYSTEM)
2.1 Menambah jumlah produksi untuk setiap produk dalam produksinya
2.2 Menghasilkan berbagai produk yang berbeda
2.3 Menghasilkan jumlah yang sesuai permintaan
2.4 Kecepatan memperbaiki mesin yang rusak
2.5 Kapasitas penggunaan mesin
2.6 Penggunaan bahan baku yang sama dalam mesin
2.7 Penggunakan mesin yang sama untuk berbagai produk
SISTEM POLA PRODUK (PRODUCT DESIGN SYSTEM)
3.1 Menghasilkan dan merancang produk baru secara cepat
3.2 Membuat beraneka ragam rancangan produk yang berbeda
3.3 Menguji material secara cepat
3.4 Pengadaan material yang dibutuhkan untuk mendukung produk baru
3.5 Prosedur untuk menentukan pola produk
SISTEM PENGIRIMAN (DELIVERY SYSTEM)
4.1 Jumlah pengiriman yang sesuai dengan permintaan
4.2 Pengiriman produk yang beragam
4.3 Penggabungan produk yang berbeda dalam 1 kali kirim
4.4 Pengiriman permintaan yang mudah dan cepat (informasi yang mudah dan cepat)
4.5 Memenuhi permintaan lebih dari satu pendistribusi
4.6 Perubahan rencana pengiriman
4.7 Menggunakan berbagai sistem transportasi
Selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai dilakukan dengan menggunakan metode AHP
berikut : menghitung bobot dari setiap parameter (Analitycal Hierarcy Prosess). Secara umum hasil
fleksibiltas dengan menggunakan metode pembobotan bisa diinterpretasikan sebagai berikut
Analytical Hierarcy Process (AHP), kemudian :
menghitung gap terbobot antara kebutuhan dan
kemampuan fleksibilitas supply chain berdasarkan
parameter yang telah ditentukan. Dan yang
terakhir dilakukan pemetaan parameter-parameter
yang telah disesuaikan dengan kondisi perusahaan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pembobotan atau penentuan tingkat kepentingan

95
Tabel 2 Tabel Tingkat Kepentingan Dimensi dan Parameter Fleksibilitas Supply Chain PT. XYZ

Parameter Dimensi Bobot Bobot Urutan


Dimensi Parameter
SISTEM PENGADAAN 0.172
1.1 Supplier cadangan bahan penolong 0.103 17
1.2 Jumlah yang dapat dikirim oleh supplier
0.265 5
bahan penolong
1.3 Sistem jadwal pengiriman supplier yang
0.143 11
mudah
1.4 Memenuhi permintaan pengiriman
0.337 2
yang mendesak
1.5 Jangka waktu yang dijanjikan oleh
0.089 18
supplier bahan penolong
1.6 Supplier menggunakan berbagai sistem
0.063 23
transportasi
SISTEM PRODUKSI 0.360
2.1 Menambah jumlah produksi untuk
setiap produk yang berbeda dalam 0.135 13
setiap produksinya
2.2 Menghasilkan berbagai produk yang
0.105 16
berbeda
2.3 Menghasilkan jumlah yang sesuai
0.396 1
dengan permintaan
2.4 Kecepatan memperbaiki mesin yang
0.072 21
rusak
2.5 Kapasitas penggunaan mesin 0.058 24
2.6 Penggunaan bahan baku yang sama
0.167 10
dalam mesin
2.7 Penggunaan mesin yang sama untuk
0.087 19
berbagai produk
SISTEM POLA PRODUK 0.055
3.1 Menghasilkan dan merancang produk
0.285 4
baru secara cepat
3.2 Membuat berbagai macam rancangan
0.184 8
produk yang berbeda
3.3 Menguji material secara cepat 0.136 12
3.4 Pengadaan material yang dibutuhkan
0.314 3
untuk mendukung produk baru
3.5 Prosedur untuk menentukan pola
0.081 20
produk
SISTEM PENGIRIMAN 0.399
4.1 Jumlah pengiriman yang sesuai dengan
0.299 6
permintaan
4.2 Pengiriman produk yang beragam 0.135 14
4.3 Penggabungan produk yang berbeda
0.117 15
dalam 1 kali kirim
4.4 Pengiriman permintaan yang mudah
dan cepat (informasi yang mudah dan 0.214 7
cepat)
4.5 Memenuhi permintaan lebih dari satu
0.180 9
pendistribusi
4.6 Perubahan rencana pengiriman 0.069 22
4.7 Menggunakan berbagai sistem
0.057 25
transportasi
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai sehingga bisa dianggap bahwa gap adalah nilai
gap. Gap merupakan selisih yang terjadi antara penyimpangan diantara keduanya. Nilai ideal
requirement dan capability pada tiap parameter, dari gap itu sendiri adalah nol, yang berarti antara

96
requirement dan capability telah terjadi kesesuaian.

Tabel 3 Tabel Gap Terbobot dan Rankingnya


Requirement Capability Gap
Dimensi Urutan
terbobot terbobot terbobot
SISTEM PENGADAAN
Supplier cadangan bahan penolong 0.309 0.309 0.00 12
Jumlah yang dapat dikirim oleh supplier
0.883245 0.971755 - 0.08851 25
bahan penolong
Sistem jadwal pengiriman supplier yang
0.476619 0.476619 0.00 13
mudah
Memenuhi permintaan pengiriman yang
1.460221 0.898779 0.561442 2
mendesak
Jangka waktu yang dijanjikan oleh
0.267 0.267 0.00 14
supplier bahan penolong
Supplier menggunakan berbagai sistem
0.189 0.189 0.00 15
transportasi
SISTEM PRODUKSI
Menambah jumlah produksi untuk
setiap produk yang berbeda dalam setiap 0.54 0.360045 0.179955 4
produksinya
Menghasilkan berbagai produk yang
0.42 0.42 0.00 16
berbeda
Menghasilkan jumlah yang sesuai
1.848132 1.188 0.660132 1
dengan permintaan
Kecepatan memperbaiki mesin yang
0.264024 0.167976 0.096048 7
rusak
Kapasitas penggunaan mesin 0.174 0.154686 0.019314 11
Penggunaan bahan baku yang sama
0.723611 0.668 0.055611 9
dalam mesin
Penggunaan mesin yang sama untuk
0.348 0.348 0.00 17
berbagai produk
SISTEM POLA PRODUK
Menghasilkan dan merancang produk
0.664905 0.57 0.094905 8
baru secara cepat
Membuat berbagai macam rancangan
0.552 0.429272 0.122728 6
produk yang berbeda
Menguji material secara cepat 0.408 0.362712 0.045288 10
Pengadaan material yang dibutuhkan
0.837438 0.837438 0.00 18
untuk mendukung produk baru
Prosedur untuk menentukan pola produk 0.216027 0.216027 0.00 19
SISTEM PENGIRIMAN
Jumlah pengiriman yang sesuai dengan
1.068743 0.916 0.152743 5
permintaan
Pengiriman produk yang beragam 0.54 0.54 0.00 20
Penggabungan produk yang berbeda
0.389961 0.429039 - 0.03907 24
dalam 1 kali kirim
Pengiriman permintaan yang mudah dan
0.998738 0.784738 0.214 3
cepat (informasi yang mudah dan cepat)
Memenuhi permintaan lebih dari satu
0.66006 0.66006 0.00 21
pendistribusi
Perubahan rencana pengiriman 0.207 0.229977 - 0.02297 23
Menggunakan berbagai sistem
0.171 0.189981 - 0.01898 22
transportasi

97
Gap positif berarti nilai requirement lebih besar sejumlah 4 parameter, ada yang bernilai 0 yaitu 10
dibandingkan capability yang ada, berarti perlu parameter dan ada juga yang bernilai positif yaitu
adanya peningkatan capability pada parameter sejumlah 11 parameter. Dari hasil pengolahan dapat
tersebut. Namun apabila nilai gap adalah negatif diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata gap terbobot
berarti nilai requirement lebih kecil dibandingkan adalah sebesar 0.0813 nilai ini menunjukkan bahwa
capability. Berdasarkan pengolahan data ada gap yang bernilai diatas nilai tersebut mendapatkan
beberapa nilai gap yang bernilai negatif yaitu prioritas untuk mendapatkan perbaikan.

Tabel 4 Tabel Parameter-parameter dengan nilai gap terbobot diatas rata-rata


Dimensi Parameter Urutan
Sistem Pengadaan Memenuhi permintaan pengiriman yang mendesak 2
Menambah jumlah produksi untuk setiap produk dalam
4
Sistem Produksi produksinya
Menghasilkan jumlah yang sesuai permintaan 1
Kecepatan memperbaiki mesin yang rusak 7
Sistem Pola Menghasilkan dan merancang produk baru secara cepat 8
Membuat beraneka ragam rancangan produk yang
Produk 6
berbeda
Sistem Jumlah pengiriman yang sesuai dengan permintaan 5
Pengiriman permintaan yang mudah dan cepat (informasi
Pengiriman 3
yang mudah dan cepat)
nilai fleksibilitas 92.92%, kemudian Sistem Pola
Produk (Product Design System) yaitu dengan nilai
Selanjutnya untuk menentukan tingkat fleksibilitas
fleksibilitas 90.18%, dan Sistem Supplier (Supplier
supply chain dibutuhkan data-data sebagai berikut
System) yaitu dengan nilai fleksibilitas 86.81%, dan
:
paling rendah adalah Sistem Produksi (Production
Total Requirement terbobot adalah : 14.616724 System) yaitu dengan nilai fleksibilitas 76.58%.
Total Capability terbobot adalah : 12.584104
Total Gap terbobot adalah : 2.03262 KESIMPULAN
Pengukuran fleksibilitas supply chain pada PT.
Dan digunakan untuk menghitung tingkat XYZ menunjukkan bahwa dimensi yang paling
fleksibilitas supply chain : penting dan sangat berpengaruh bagi perusahaan
adalah dimensi sistem pengiriman (Delivery
Tingkat Fleksibiltas Supply Chain adalah System). Kemudian berturut-turut dimensi
sistem pola produk (Product Design System),
sistem pengadaan (Supplier System) dan dimensi
sistem produksi (Production System). Sedangkan
parameter yang memiliki nilai gap terbobot nol dan
negatif serta nilai gap terbobot dibawah nilai gap
terbobot rata-rata yakni 0.0813 dapat dikatakan
parameter-parameter yang berpengaruh terhadap
supply chain perusahaan.
Nilai fleksibilitas supply chain PT. XYZ adalah
86.09% yang artinya perusahaan dapat dianggap
Berdasarkan nilai tingkat fleksibilitas tersebut fleksibel, hal ini dilihat dari nilai kemampuan dan
supply chain PT. XYZ dapat dikatakan cukup permintaan internal secara umum. Fleksibilitas
fleksibel, hal ini nampak dari nilai-nilai kemampuan tertinggi terletak pada dimensi sistem pengiriman
dan permintaan yang ada sesuai pembahasan diatas (Delivery System) dengan nilai fleksibilitas 92.92%
terutama berkaitan dengan kemampuan intern ini berarti sistem pengiriman (Delivery System)
secara umum. Jika dikaji dari masing-masing perusahaan dapat beradaptasi dengan perubahan
dimensi, nilai fleksibilitas tertinggi berada pada permintaan yang terjadi.
Sistem Pengiriman (Delivery System) yaitu dengan
98
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Pujawan, N. (2005) Supply chain management,
edisi kedua, Guna Widya, Jakarta.
[2]. Pujawan, N. (2004) “Assessing supply chain
flexibility: a conceptual framework and case
study”, Int. J. Integrated Supply Management,
Vol. 1, No. 1, pp. 79-96.
[3]. Swafford, P., Ghosh, S. and Murthy, N.
(2000) “A model of global supply chain agility
and it impact on competitive performance”,
Proceedings of the 31st National DSI Meeting,
Orlando, Florida, November 2000, pp.1037–
1039.
[4]. Swafford, P., Ghosh, S. and Murthy, N. (2006)
“The antecedents of supply chain agility of a
firm: Scale development and model testing   ”,
Journal of Operations Management, Volume
24, Issue 2, January 2006, Pages 170-188
[5]. Duclos, L.K., Lummus, R.R. and Vokurka,
R.J. (2001) “A conceptual model of supply
chain flexibility”, DSI 2001 Proceedings.

99
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
PENERIMAAN MAHASISWA BARU PADA
UNIVERSITAS “WR. SUPRATMAN” SURABAYA

Suwito Widodo, Dedy Kunhadi


Jurusan Teknik Industri
Universitas WR. Supratman Surabaya
Email : nur.rafiansyah02@gmail.com

ABSTRAK

P enerimaan mahasiswa baru Universitas WR. Supratman Surabaya masih menggunakan cara manual dan melalui
proses yang memakan waktu. Hal ini terkadang masih terdapat kekurangan-kekurangan, seperti sering terjadinya
duplikasi data, keterlambatan laporan, dll. Oleh karena itu, perlu Perancangan Sistem Informasi Manajemen penerimaan
mahasiswa baru Universitas WR. Supratman Surabaya yang berguna meningkatkan mutu pelayanan dan pengolahan
data yang lebih baik serta memiliki keakuratan yang lebih tinggi. Penelitian ini menggambarkan prosedur Sistem
Penerimaan Mahasiswa Baru pada Universitas WR. Supratman Surabaya, kemudian menentukan file-file database
sampai atribut-atribut yang diperlukan pada sistem tersebut. Kemudian membuat suatu program pengolahan data
dengan mempergunakan bahasa Visual Foxpro 6.0 sebagai fasilitas penunjang Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru
pada Universitas WR. Supratman Surabaya.

Kata Kunci : DFD, ERD, Normalisasi, Desain ( Input/Output, Kode ), Struktur Program

PENDAHULUAN informasi manajemen penerimaan mahasiswa


baru pada Universitas WR. Supratman Surabaya,
Universitas WR. Supratman Surabaya selalu
dengan maksud berusaha untuk membantu dalam
menekankan kualitas kerja para pegawai, pelayanan
memberikan pelayanan dan pengolahan data yang
terhadap mahasiswa guna meningkatkan kualitas
baik berupa sistem komputerisasi yang mudah
sumber daya manusia, baik para tenaga pendidik
dimengerti dan diterapkan.
maupun para mahasiswanya sendiri. Berkaitan
dengan hal itu, berbagai sarana dan prasarana yang TINJAUAN PUSTAKA
terkait didalamnya baik sumber daya maupun 1. Sistem Informasi Manajemen
perangkat lainnya harus dipersiapkan untuk
mendukung tercapainya tujuan itu, khususnya Sistem Informasi Manajemen (Management
dalam memberikan pelayanan dengan sebaik- Information Sistem atau sering dikenal dengan
baiknya guna memberikan kepuasan kepada semua singkatan SIM) merupakan penerapan sistem
pihak. informasi didalam organisasi untuk mendukung
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua
Oleh karena itu sistem pengolahan data harus tingkatan manajemen.
diperhatikan, karena apabila sistem pengolahan
data tidak ditangani dengan serius dan profesional Dalam buku Jogiyanto Hartono (1999), Sistem
maka besar kemungkinan permasalahan- informasi manajemen digambarkan sebagai struktur
permasalahan pada pengolahan data akan muncul, pyramid, pada lapisan bawah disebut manajemen
yang mungkin akan menyulitkan pihak Universitas tingkat bawah (lower level management),
WR. Supratman Surabaya sendiri. terdiri dari sumber informasi yang mendukung
operasi sehari-hari dan pengawas, dapat meliputi
Maka dalam usaha memperbaiki pengolahan mandor dan pengawas. Level berikutnya disebut
data tersebut, maka perlu perancangan sistem
100
manajemen tingkat menengah (middle level lainnya. Masing-masing level dari pengolahan
management), terdiri dari sumber sistem informasi menyediakan data yang digunakan
informasi untuk membantu perencanaan taktis bagi tingkatan yang lebih rendah; tetapi data
dan pengambilan keputusan untuk pengawasan baru juga boleh diperkenalkan.
manajemen, meliputi manajer-manajer devisi Data merupakan suatu inputan
dan manajer cabang. Dan pada level tertinggi yang nantinya akan diproses melalui suatu
disebut manajemen tingkat atas (top level model dan seterusnya membentuk suatu
management) terdiri dari sumber informasi siklus dan menurut John Burch dalam buku
untuk mendukung strategi perencanaan Jogiyanto Hartono (1999) siklus ini disebut
dan perumusan kebijaksanaan oleh level- siklus informasi (information cycles).
level manajemen yang lebih tinggi, terdiri Adapun siklus tersebut dapat dilihat pada
dari direktur utama, direktur, dan eksekutif gambar 1 :

Gambar 1 Siklus Informasi


2. Data Flow Diagram (DFD) DFD merupakan alat yang digunakan pada
Dalam buku HM. Jogiyanto (1993), Data Flow metodelogi pengembangan sistem yang terstruktur
diagram adalah penggambaran suatu prosedur (Struktur Analis Design). DFD merupakan alat
sistem informasi dalam suatu bagan untuk mewakili yang popular, karena dapat menggambarkan arus
arus data dengan menggunakan simbol-simbol atau data didalam sistem dengan terstruktur dan jelas.
notasi tertentu. Penggunaan notasi dalam diagram 3. Entity Relationship Diagram (ERD)
arus ini sangat membantu sekali untuk memahami
Dalam buku Tavri D. Mahyusir (1989), Entity
suatu sistem pada semua tingkat kompleksitasnya.
Relationship Diagram (ERD) adalah suatu model
DFD sering digunakan untuk menggambarkan jaringan yang menggunakan susunan data yang
suatu sistem yang telah ada ataupun sistem yang diwujudkan dalam bentuk diagram. Jadi jelas
baru akan dikembangkan tanpa mempertimbangkan bahwa ERD berbeda dengan DFD yang
lingkungan fisik dimana data tersebut itu mengalir. merupakan suatu model jaringan fungsi data yang
101
menekankan pada struktur-struktur dan hubungan diberikan sebuah relasi R, atribut Y dan
data. ERD juga menguntungkan dalam perancangan R adalah bergantung fungsi pada atribut
suatu sistem, karena ERD memperlihatkan dari R jika hanya setiap nilai X dalam R
hubungan antara data store pada DFD, karena punya hubungan dengan tepat suatu nilai
hanya memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi Y dalam R (dalam setiap waktu).
sistem dan bukan pada data yang dibutuhkan.
2. Bentuk-bentuk normalisasi
4. Normalisasi
Dalam buku Tata Sutabri (2003);
Dalam buku Jogiyanto Hartono normalisasi dibagi ke dalam beberapa
(1999), proses normalisasi merupakan proses tingkatan-tingkatan, yaitu :
pengelompokan data elemen tabel-tabel yang
a. Bentuk tidak normal (Unnormalized
menunjukkan entitas dan relasinya, konsep yang
Form).
ada pada normalisasi :
Yaitu kumpulan data yang akan
1. Field atau atribut kunci
direkam, tidak ada keharusan
 Kunci Calon (Candidate Key), mengikuti format tertentu, dapat saja
merupakan satu atribut atau satu set data tidak lengkap atau terduplikasi.
atribut yang mengidentifikasi secara Data dikumpulkan apa adanya sesuai
unik suatu kejadian spesifik dari dengan kedatangannya.
entitas.
b. Bentuk normal ke satu ( 1NF / First
 Kunci Primer (Primary Key), Normal Form).
merupakan satu atribut atau
Yaitu memiliki ciri setiap data
satu set atribut yang tidak hanya
dibentuk dalam flat file (file datar/
mengidentifikasikan secara unik
rata), datadibentuk dalam satu
suatu kejadian spesifik, tetapi juga
record demi satu record dan nilai
mewakili setiap kejadian dari suatu
dari field-field yang berupa “atomic
entitas.
value”. dimana tidak ada file atribut
 Kunci Alternatif (Alternate Key), yang berulang atau bernilai ganda
merupakan kunci kandidat yang tidak (multi value).
dipakai sebagai kunci primer, kunci
c. Bentuk normal kedua ( 2NF ).
ini digunakan sebagai pengurutan
dalam penyusunan laporan. Mempunyai syarat yaitu bentuk data
yangtelah memenuhi kriteria bentuk
 Kunci Tamu (Foreign Key),
tidak normal kesatu. Atribut bukan
merupakan suatu atribut yang
kunci haruslah bergantung secara
melengkapi suatu hubungan yang
fungsi pada kunci utama (Primary
menunjuk kepada induknya, Foreign
Key), sehingga untuk membentuk
Key ditempatkan pada item “anak”
kedua haruslah ditentukan kunci
dan sama dengan Primary Key.
fieldnya. Kunci field haruslah unik
Hubungan antara item “induk”
dan dapat mewakili atribut lain yang
dengan “anak” adalah hubungan
menjadi anggotanya.
satu ke banyak (one to many
relationship). d. Bentuk normal ketiga (3NF / Third
normal form).
 Super Key, adalah himpunan dari
satu atau lebih entitas yang dapat Untuk menjadi normal ketiga
digunakan untuk mengidentifikasi maka relasi haruslah dalam bentuk
secara unik sebuah entitas dalam normal kedua dan semua atribut
entitas atau entity enterprise. bukan primer tidak punya hubungan
yang transitif. Dengan kata lain,
1. Ketergantungan fungsi
setiap atribut bukan kunci haruslah
Ketergantungan fungsi adalah bergantung hanya pada primary
102
key dan pada primery key secara perintah bahasa-bahasa Xbase lainnya. Dengan
menyeluruh. demikian bagi yang sudah terbiasa dengan dengan
bahasa pemrograman seperti dBASE III Plus akan
5. Microsoft Visual FoxPro
dapat pindah ke Visual FoxPro dengan mudah.
Microsoft Visual FoxPro, sering disingkat
Visual FoxPro menyediakan berbagai
Visual FoxPro, merupakan salah satu perangkat
fasilitas, sehingga pemrogram dalam membuat
lunak pendukung pemrograman visual. Visual
program aplikasi sistem informasi menjadi semakin
FoxPro merupakan perangkat lunak pemrograman
mudah dan cepat dan tentunya hasilnya lebih baik.
basis data (database).
Beberapa penggunaan Visual FoxPro antara lain :
Dalam buku Abdul Kadir (1998),
1. Mengolah data sederhana
pengertian database adalah suatu pengorganisasian
data dengan tujuan agar data dapat diakses dengan 2. Membuat program aplikasi sistem
mudah. Dimana pada kenyataannya, umumnya informasi sederhana yang berguna bagi
sebuah database terdiri atas sejumlah tabel. suatu perusahaan untuk melakukan
kegiatan rutinnya.
Dalam buku Djajasukma Tjahjadi (1994)
disebutkan bahwa Visual FoxPro sebenarnya 3. Membuat program aplikasi sistem
bukanlah pendatang baru, melainkan penerus informasi perusahaan besar (enterprise)
generasi sebelumnya (yakni FoxPro for DOS dan berbasis teknologi client/server.
FoxPro for Windows). Perintah-perintah dasar
yang digunakan oleh Visual FoxPro menyerupai

METODOLOGI

MULAI 1

Pengamatan Perancangan
Langsung Program Alpha

Gagal

Wawancara Pengujian
Program
Alpha

Berhasil

Kepustakaan
Perancangan
Program Beta

1 Gagal

Pengujian
Program
Beta

Berhasil

Program
Akhir

Kesimpulan
dan Saran

SELESAI

103
PEMBAHASAN mahasiswa baru dengan mengisi lembar
1. Data Flow Diagram (DFD) Usulan jawaban dan diserahkan kepada Tim
1.1 Diagram kontek Sistem Usulan Penyeleksi untuk pemeriksaan lembar jawaban
Pada saat calon mahasiswa ingin ujian seleksi guna mengetahui lulus tidaknya
mendaftar terlebih dahulu harus mengambil calon mahasiswa, kemudian tim penyeleksi
formulir pendaftaran di Panitia Penerimaan mengumumkan hasil saringan ujian seleksi
Mahasiswa Baru (PMB), kemudian panitia pada majalah dinding (mading) universitas.
PMB mencatat nomor formulir yang telah Setelah calon mahasiswa dinyatakan
diambil oleh calon mahasiswa lulus ujian seleksi maka bila ingin menjadi
Setelah calon mahasiswa mengambil mahasiswa harus mendaftar ulang dirinya
formulir pendaftaran kemudian mengisinya dan membayar biaya Dana Wajib Pendidikan
dan mengembalikan formulir tersebut serta (DWP) yang telah ditetapkan, kemudian
melengkapi syarat-syarat pendaftaran yang Panitia PMB memberikan bukti pembayaran
telah ditentukan pada panitia PMB, kemudian (kwitansi) kepada mahasiswa dan pada akhir
Panitia PMB memberikan kartu ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru Panitia PMB
kepada calon mahasiswa yang mengembalikan Mengeluarkan laporan pembayaran dan
dan melengkapi syarat-syarat pendaftaran. laporan jumlah mahasiswa baru yang kemudian
Sebelum Panitia PMB memberikan kartu diserahkan kepada Rektor.
ujian seleksi terlebih dahulu Panitia PMB Bagi calon mahasiswa yang telah
mencatat dan memberikan nomor ujian mendaftar ulang dirinya dan telah melakukan
seleksi pada kartu yang akan diberikan kepada pembayaran DWP yang telah ditetapkan,
calon mahasiswa sebagai kontrol dari calon dinyatakan sah sebagai mahasiswa Unipra dan
mahasiswa yang berhak untuk mengikuti kemudian Panitia PMB memberikan NPM dan
ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru dan Surat Keterangan Tanda Mahasiswa kepada
untuk selanjutnya Panitia PMB Mengeluarkan mahasiswa baru, yang untuk selanjutnya
laporan pendaftaran yang kemudian diserahkan BAAK yang akan memproses Kartu Tanda
kepada Rektor. Mahasiswanya (KTM). Hal ini dapat
Calon mahasiswa yang telah digambarkan seperti pada gambar 3 dibawah
mengembalikan dan melengkapi form ini :
pendaftaran harus mengikuti ujian seleksi
1. Formulir
2. Berkas Kelengkapan
3. Pembayaran DWP
PANITIA
PMB
1. Kartu Ujian Seleksi
2. Kwitansi
3. Lap. Pendftran
4. Lap. Pembyrn
5. Lap. Jml. Mhs. Baru
6. NPM & SKTM
1. Formulir L.J.T
2. Berkas Kelengkapan Tim
3. L.J.T Penyeleksi
4. Pembayaran DWP SIM Hasil Seleksi
Calon Penerimaan
Mahasiswa Mahasiswa
1. Kertu Ujian Seleksi Baru Hasil Seleksi
MADING

1. Kwitansi
2. NPM & SKTM Daftar Mhs . Baru
3. KTM
Mahasiswa BAAK
NPM & KTM

Keterangan :
1. L.J.T (Lembar Jawaban Test) REKTOR
2. NPM (Nomor Pokok Mahasiswa) 1. Lap. Pendftran
3. SKTM (Surat Keterangan Tanda Mahasiswa) 2. Lap. Pembyrn
4. KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) 3. Lap. Jml. Mhs. Baru

104
Gambar 3 Diagram Kontek Sistem Usulan selanjutnya panitia PMB mengumumkan
Sumber : Diolah hasil saringan ujian seleksi calon mahasiswa
baru tersebut pada majalah dinding (mading)
1.2 Diagram Nol Sistem Usulan universitas.
Pada saat calon mahasiswa ingin Setelah calon mahasiswa dinyatakan
mendaftar terlebih dahulu harus mengambil lulus ujian seleksi maka bila ingin menjadi
formulir pendaftaran di Panitia Penerimaan mahasiswa harus mendaftar ulang dirinya
Mahasiswa Baru (PMB), kemudian panitia dan membayar biaya Dana Wajib Pendidikan
PMB memasukkan data calon mahasiswa (DWP) yang telah ditetapkan, selanjutnya
yang mengambil formulir kedalam database panitia PMB memasukkan data mahasiswa
file formulir untuk pembuatan laporan jumlah yang membayar DWP kedalam database
formulir yang keluar dan kemudian diserahkan file bayar untuk pembuatan laporan calon
kepada Rektor. mahasiswa yang membayar DWP dan
Setelah calon mahasiswa mengambil kemudian diserahkan kepada Rektor, kemudian
formulir pendaftaran kemudian mengisinya Panitia PMB memberikan bukti pembayaran
dan mengembalikan formulir tersebut serta (kwitansi) kepada calon mahasiswa baru yang
melengkapi syarat-syarat pendaftaran yang telah telah membayar DWP.
ditentukan pada panitia PMB, kemudian panitia Bagi calon mahasiswa yang telah
PMB memasukkan data calon mahasiswa yang melakukan pembayaran DWP yang telah
mengembalikan formulir kedalam database ditetapkan, dinyatakan sah sebagai mahasiswa
file daftar untuk pembuatan laporan calon Unipra. Selanjutnya panitia PMB memasukkan
mahasiswa yang mengembalikan formulir. data calon mahasiswa yang telah melakukan
Setelah itu kemudian Panitia PMB memberikan pembayaran DWP kedalam database file
kartu ujian seleksi kepada calon mahasiswa mahasiswa untuk pemberian Nomor Pokok
yang mengembalikan dan melengkapi syarat- Mahasiswa (NPM) dan untuk pembuatan
syarat pendaftaran. Sebelum Panitia PMB laporan jumlah mahasiswa baru yang kemudian
memberikan kartu ujian seleksi terlebih dahulu diserahkan kepada Rektor. Setelah itu panitia
Panitia PMB mencatat dan memberikan nomor PMB memberikan Surat Keterangan Tanda
ujian seleksi pada kartu yang akan diberikan Mahasiswa (SKTM) kepada para mahasiswa
kepada calon mahasiswa sebagai kontrol dari baru, yang untuk selanjutnya BAAK yang
calon mahasiswa yang berhak untuk mengikuti akan memproses Kartu Tanda Mahasiswanya
ujian seleksi penerimaan mahasiswa baru dan (KTM). Hal ini dapat digambarkan seperti
untuk selanjutnya Panitia PMB Mengeluarkan pada gambar 4 dibawah ini :
laporan pendaftaran yang kemudian diserahkan
kepada Rektor.
Calon mahasiswa yang telah mengembalikan
dan melengkapi form pendaftaran harus
mengikuti ujian seleksi calon mahasiswa baru
dengan mengisi lembar jawaban ujian seleksi
dan menyerahkannya kepada Tim Penyeleksi
untuk pemeriksaan lembar jawaban ujian
seleksi. Setelah tim penyeleksi memeriksa hasil
ujian seleksi para calon mahasiswa selanjutnya
Tim penyeleksi memberikan hasil ujian seleksi
para calon mahasiswa baru kepada panitia
PMB, kemudian panitia PMB memasukkan
data hasil koreksi ujian seleksi tersebut
kedalam database file seleksi untuk pembuatan
laporan hasil seleksi para calon mahasiswa
dan kemudian diserahkan kepada Rektor ,
105
1. Formulir 1.0 1. Formulir
Calon Proses
Panitia PMB
Mahasiswa Pengambilan
formulir

1. Formulir Data Formulir


2. Berkas Kelengkapan
Formulir. dbf

Data Formulir
1. Formulir
2. Berkas Kelengkapan
1.Kartu Ujian Seleksi 2.0
Proses
Pendaftaran 1.Kartu Ujian Seleksi

Data Pendaftaran

Daftar. dbf

Data Pendaftaran

L.J.T L.J.T
3.0
Proses Tim Seleksi
MADING
Seleksi
Pengumuman hasil Hasil ujian seleksi
ujian seleksi
Data Seleksi

Seleksi . dbf

Data Seleksi
Pembayaran
DWP Pembayaran DWP
1. Kwitansi 4.0
Mahasiswa Proses
Pembayaran
1. Kwitansi

Data Pembayaran

Pembayaran. dbf

Data Pembayaran
1. NPM 1. NPM
2. SKTM 2. SKTM
5.0.
Proses
Penerimaan Data Mahasiswa Baru
KTM Mhs Baru KTM

Data Mahasiswa BAAK

Data Formulir Mahasiswa. dbf


Formulir. dbf

Data Pendaftaran Data Mahasiswa


Daftar. dbf
Data Seleksi 6.0.P
Seleksi . dbf Pembuatan Rektor
Laporan 1. Lap. Formulir Keluar
Data Pembayaran
2. Lap. Pendaftaran
Pembayaran. dbf 3. Lap. Hasil Seleksi
Data Mahasiswa 4. Lap. Pembayaran
Mahasiswa. dbf 5. Lap. Jml. Mhs. Baru

Keterangan :
1. L.J.T = Lembar Jawaban Test
2. SKTM = Surat Keterangan Tanda Mahasiswa
3. NPM = Nomor Pokok Mahasiswa
4. DWP = Dana Wajib Pendidikan

Gambar 4 Diagram Nol Sistem Usulan


Sumber : Diolah

106
2. Entity Relationship Diagram (ERD)Usulan

FORMULIR Mengembali- DAFTAR Mengikuti SELEKSI


kan formulir

*no_form *no_daftar *no_test


**no_form
nama nama1 **no_daftar
kls
Tgl_ambil fak nilai
jrsn
tgl_kembali ket
stat1
Tgl_test

Daftar ulang
MAHASISWA Menjadi BAYAR & Pembayaran
DWP

*nmp *no_daful
**no_daful **no_test
tgl_lhr no_kwt
jk dwp
warga Tgl_byr
agama transfer
sttus lain2
pkjn keter
kota ket2
almt lain1
asl_sklh ket4
tlp ket1
no_ijazah jml_uang
kota_sklh ket3
jrsn_asl
fak_asl
pkjn_ortu
nm_ortu
almt2
pddkn
kota2
tlp2

Gambar 5 Entity Relationship Diagram (ERD) Sistem Usulan

Sumber : Diolah

107
3. Tampilan Input
a. Menu_Utama.mpr

Gambar 6 Tampilan Menu Utama


Sumber : Display menu_utama.mpr
b. Form f_formulir.scx

Gambar 7 Tampilan Form Formulir


Sumber : Display f_formulir.scx

c. Form f_daftar.scx

Gambar 8 Tampilan Form Daftar


Sumber : Display f_daftar.scx

108
d. Form f_test.scx

Gambar 9 Tampilan Form Seleksi


Sumber : Display f_test.scx

e. Form f_bayar.scx

Gambar 10 Tampilan Form Bayar


Sumber : Display f_bayar.scx
f. Form f_mahasiswa.scx

Gambar 11 Tampilan Form Mahasiswa


Sumber : Display f_mahasiswa.scx

109
4. Tampilan Output
a. Laporan r_formulir.frx

Gambar 12 Tampilan Laporan Jumlah Formulir Keluar


Sumber : Display Laporan r_formulir.frx

b. Laporanr_daftar.frx

Gamber 13 Tampilan Laporan Jumlah Pendaftar


Sumber : Display Laporan r_daftar.frx

c. Laporan r_test.frx

Gambar 14 Tampilan Laporan Hasil Seleksi


Sumber : Display Laporan r_test.frx

110
d. Laporan r_kwitansi.frx

Gambar 15 Tampilan Laporan Kwitansi Pembayaran


Sumber : Display Laporan r_kwitansi.frx

e. Laporan r_bayar.frx

Gambar 16 Tampilan Laporan Jumlah Pembayaran


Sumber : Display Laporan r_bayar.frx

111
f. Laporan r_mhs.frx

Gambar 17 Tampilan Laporan Jumlah Mahasiswa Baru


Sumber : Display Laporan r_mhs.frx

5. Spesifikasi Sistem Komputer bahkan dihilangkan. Selain hal tersebut, proses


Perangkat Keras (Hardware) pengambilan keputusan juga akan lebih cepat dan
lebih akurat, karena fasilitas pembuatan laporan
Dalam pengoperasian sistem, telah tersedia sehingga laporan dapat dilakukan
diperlukan perangkat pembantu yang gunanya setiap saat.
adalah untuk memperlancar dan mempercepat
proses pengoperasian dari sistem yang Dengan adanya usulan sistem pengolahan
diajukan. Adapun perangkat tersebut adalah : data yang dirancang ini, maka beban kerja Panitia
penerimaan mahasiswa baru akan berkurang dan
 CPU : akan meningkatkan mutu pelayanan dibidang
o Processor : Intel Pentium IV, penerimaan mahasiswa baru di Universitas WR.
2.66 Ghz Supratman Surabaya.

o Hard Disk : Seagate 80 Gb


o Memory : 256 MB RAM DAFTAR PUSTAKA

o Floppy Disk Drive : 1.44 MB 1. Abdul Kadir [1998], Pemrograman Basis


Data dengan Visual FoxPro 5.0, Penerbit Andi
 Monitor : LG / SVGA Yogyakarta, Yogyakarta.
 Keyboard : Logitech 108 2. AMIK Andalan Jakarta [2003], “Sistem Basis
keys Data” Panduan materi mata kuliah Manajemen
 Printer : Lexmark Z-515 Basis Data, AMIK Andalan Jakarta.
3. Anjar Hariyanto [2004], “Perancangan Sistem
Informasi Manajemen Rawat Inap Pada Rumah
Perangkat Lunak (Software)
Sakit Islam Jakarta” Tugas Akhir, Teknik
Software yang digunakan dalam pembuatan Industri, Universitas Surapati, Jakarta
sistem saat ini adalah :
4. Budi Santoso [2004], Panduan Lengkap
 Sistem Operasi : Microsoft Window XP - Pemrograman Visual Foxpro, Penerbit Andi
SP2 Yogyakarta, Yogyakarta.
 Paket Program : Microsoft Visual 5. Djajasukma Tjahjadi [2004], Mengelola Data
Fox Pro 6.0 Dengan Visual FoxPro 8.0, Penerbit Andi
Yogyakarta, Yogyakarta.
6. HM. Jogiyanto [1993], Analisa dan Desain
KESIMPULAN
Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur,
Dengan adanya sistem pengolahan data Penerbit Andi Offset, Yogyakarta
yang baik, maka kesalahan-kesalahan mendasar
7. Gerald, Jerry Fitz [1992], Sistem Informasi
yang sering terjadi akan dapat dihindarkan dan
112
Manajemen I & II, Penerbit Pustaka Binawan,
Jakarta.
8. Jogiyanto Hartono [1998], Sistem Informasi
Manajemen, Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
9. Jogiyanto Hartono [1999], Pengenalan Komputer
: Dasar Ilmu Komputer, Pemrograman, Sistem
Informasi dan Intelegensi Buatan, Penerbit
Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
10. Jogiyanto Hartono [1999], Sistem Informasi dan
Intelegensi Buatan, Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
11. Khairul Fatikhin [2005], “Komputerisasi Sistem
Penerimaan Mahasiswa Baru Pada Madrasah
Aliyah As-Syafiiyah 02 Jakarta” Tugas Akhir,
AMIK Andalan Jakarta, Jakarta
12. Tavri D. Mahyusir [1989], Analisa Perancangan
Sistem Pengolahan Data, Penerbit PT. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
13. Tavri D. Mahyusir [1992], Pengolahan Data,
Penerbit PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
14. Tata Sutabri [2003], Sistem Informasi
Manajemen, Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
15. Tjahjadi Sukma Jaja [2004], Mengelola
Data Dengan Visual Foxpro 8.0, Penerbit :
Andi Yogyakarta, Percetakan : Andi Offset,
Yogyakarta.

113
PERANCANGAN TAS SEKOLAH BERBASIS MODEL ERGONOMIC –
ANTHROPOMETRY GUNA PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI TAS
DI KABUPATEN GRESIK

Deny Andesta
Program Studi Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Gresik
Email : deny.andesta@gmail.com

ABSTRAK

S alah satu sentra indusri kecil menengah yang potensial di Kabupaten Gresik adalah industri kerajinan tas. Tas
sekolah produksi sentra industri kecil menengah tersebut memiliki banyak kelemahan. Berdasarkan evaluasi
analisa anthropometri, dan biomechanical dengan software ergo-mannequin serta analisa subjektifitas pada tas sekolah
yang dipergunakan oleh siswa-siswi sekolah selama ini tidak ergonomis. Terdapat beberapa perubahan dan tambahan
yang sebaiknya dilakukan pada tas ransel yang diproduksi oleh industri kecil menengah agar menjadi ergonomis
seperti perancangan ulang tinggi tas menjadi 45 cm, lebarnya 33 cm, tebal tas : 16 cm, dengan genggaman tangan :
9.2 cm, handel = 10.8 x 4.7 cm dan penambahan penyangga yang juga berfungsi sebagai pengalir udara (airflow) pada
punggung.

Kata kunci : Anthropometri, Ergonomis, Biomechanical

PENDAHULUAN sekolah produksi sentra industri kecil menengah


tersebut memiliki banyak kelemahan terutama dari
Latar Belakang segi desain produk. Dan ini berdasarkan keluhan-
Pemerintah Indonesia mencanangkan keluhan konsumen siswa-siswi sekolah yaitu tas
2009 sebagai tahun industri kreatif dengan sekolah mudah sobek, kurang nyaman dipakai,
fokus pengembangan 14 sub sektor industri, model monoton, warnanya cepat pudar, serta
diantaranya sub sektor kerajinan, desain, riset menimbulkan nyeri pada bahu yang disebabkan
serta pengembangan sebagai upaya mengatasi tidak ergonomis.
dampak krisis ekonomi global yang terjadi tahun
Hal tersebut merupakan permasalahan serius
ini. Di Indonesia terdapat 50 juta industri, 49 juta
dan perlu dicari solusi agar sentra industri kecil di
atau 99 persen merupakan usaha kecil menengah
Kabupaten Gresik mampu menciptakan produk tas
(BPS, 2007). Salah satu sentra indusri kecil
sekolah yang berkualitas dengan mengakomodasi
menengah potensial di Kabupaten Gresik adalah
keinginan-keinginan konsumen sesuai
industri kerajinan tas yang merupakan usaha UKM
dengan prinsip-prinsip ergonomi agar mampu
dengan pertumbuhan positif (BPS 2008). UKM
meningkatkan daya saing serta meningkatkan
tersebut memproduksi berbagai macam produk tas,
area pemasaran dan mampu bertahan ditengan
diantaranya tas sekolah, tas kerja, dompet dan lain-
persaingan usaha yang semakin kompetitif.
lain. Dari berbagai macam produk yang dihasilkan
disentra industri tersebut, produk tas sekolah yang Selama ini perhatian pemerintah dalam
paling diminati konsumen. memajukan sentra industri kecil menengah tersebut
kurang komprehensif serta melakukan usaha
Penelitian yang dilakukan oleh Mahbubah
pembinaan yang hanya berfokus pada pemberian
(2004) dapat disimpulkan bahwa selama ini tas
modal. Berdasarkan penelitan awal dapat
114
diketahui bahwa modal bukan merupakan faktor dalam mengembangkan usaha kecil menengah.
kendala utama yang menjadi penyebab penurunan
4. Bagi peneliti diharapkan dapat menggunakan
omset pada sentra industri kecil. Keterbatasan
hasil penelitian ini dan mengembangkan model-
teknologi merupakan hambatan terbesar dalam
model penelitian ergonomis dimasa yang akan
pengembangan usaha.
datang.
Penelitan mengenai ergonomic anthropometry
serta pemanfaatan software ergo mannequin
untuk diaplikasikan pada usaha kecil menengah di TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia masih sangat jarang. Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa yunani
Tujuan Penelitian yaitu “ergo” yang berarti kerja dan “Nomos”
yang berarti hukum, aturan, prinsip atau
Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
kaidah. Dengan demikian ergonomi adalah
1. Melakukan analisa ketidaklayakan tas sekolah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
serta mengidentifikasi dampak ketidak layakan memanfaatkan informasi mengenai sifat,
terhadap tumbuh kembang siswa sekolah. kemampuan dan keterbatasan manusia untuk
merancang suatu sistem itu dengan baik, yaitu
2. Mengidentifikasi keinginan atau kebutuhan
mencapai tujuan yang diinginkan melalui
konsumen dalam perancangan tas sekolah yang
pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan
ergonomis.
nyaman.
3. Merancang dan membuat prototype tas sekolah
Fokus dari ergonomi adalah manusia
yang ergonomis berbasis perangkat lunak ergo-
dan interaksinya dengan produk, peralatan,
mannequin, guna meningkatkat kualitas dan
fasilitas, prosedur serta lingkungan yang
daya saing produk.
digunakan dalam bekerja dan hidup sehari-
hari. Perhatian utama dari ergonomi adalah
Manfaat Penelitian pada manusia dan bagaimana rancangan
suatu produk atau barang mempengaruhi
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini manusia yang menggunakannya. Ergonomi
adalah : yang juga disebut dengan “human factor”
1. Bagi konsumen yaitu siswa-siswi usia sekolah berusaha mencari perubahan terhadap produk
bisa menggunakan tas sekolah yang nyaman atau barang yang digunakan manusia agar
dipakai, praktis atau simpel, harga terjangkau, dapat meningkatkan kemampuan sekaligus
kualitasnya baik dengan model menarik dan mengatasi keterbatasan-keterbatasan manusia.
ergonomis sehingga mampu meminimalisir Pendekatan yang ada dalam disiplin
terhambatnya tumbuh kembang siswa sekolah ergonomi adalah penerapan secara sistematis
akibat tas yang kurang ergonomis. dari informasi yang relavan tentang
2. Bagi produsen pengrajin tas sekolah, mampu kemampuan, keterbatasan, karakteristik dan
mengembangkan usahanya untuk memenuhi perilaku manusia dalam perancangan, fasilitas
keinginan konsumen dalam merancang tas dan lingkungan kerja yang dipakai.
sekolah yang ENASE (efektif, nyaman, aman, Sedangkan menurut Sritomo
sehat, efisien) serta memproduksi tas sekolah Wignjosoebroto (1995, hal 57) pokok-pokok
yang ergonomis yang mampu meningkatkan kesimpulan mengenai disiplin ergonomi, yaitu
nilai jual dan daya saing dipasaran. sebagai berikut :
3. Bagi pengambil kebijakan, produk penelitian • Fokus perhatian ergonomi berkaitan dengan
ini diharapkan mampu mengembangkan potensi aspek manusia di dalam perancangan “Man-
daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal made Objects”, fasilitas dan lingkungan
dalam perencanaan dan pengembangan usaha kerja.
kecil menengah dan dijadikan format baku
• Tujuan utama dari ergonomi :
115
1. Memperbaiki performance seperti menambah pembentukan pembentukan kembali energi, akan
kecepatan kerja, akurasi, keselamatan kerja menurunkan efesiensi kerja dan hal inilah yang
dan mengurangi kesalahan menimbulkan adanya kelelahan.
2. Mengurangi waktu pelatihan biaya Pada kalelahan fisiologis sebenarnya merupakan
kelelahan yang semu karena hal ini timbul dari
3. Memperbaiki pendayagunaan SDM melalui
perasaan yang ada dalam pikiran seseorang, seperti
pengurangan tingkat ketrampilan yang
bosan, keadaan yang monoton, lingkungan yang
diperlukan
tidak cocok, tanggung jawab, kekhawatiran serta
4. Meminimalkan kerusakan peralatan yang konflik. Pikiran semacam inilah yang kemudian
disebabkan oleh human error disadari serta dianggap sebagai kelelahan otot.
5. Memperbaiki kanyamanan manusia dalam
bekerja. Anthropometri
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka Istilah Anthropometri berasal dari kata “anthro”
penelitian tentang ergonomi akan memerlukan yang berarti manusia dan ”metri” yang berarti
dukungan berbagai disiplin keilmuan seperti ukuran. Secara definitive anthropometri dapat
psikologi, anthropologi, faal atau anatomi dan dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan
tekhnologi (engineering). dengan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Sedangkan indicator diperlukannya ergonomi Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai
dalam sistem industri dapat disebutkan sebagai bahan pertimbangan-pertimbangan ergonomis
berikut : dalam proses perancangan (design) produk
maupun sistem kerja yang akan memerlukan
a. Pekerja sering membuat kesalahan dalam interaksi manusia (Wignjosoebroto, 1995). Data
pekerjaannya anthropometri yang berhasil diperoleh akan
b. Sering terjadi kecelakaan dalam diaplikasikan secara luas dalam hal:
melaksanakan pekerjaannya a. Perancangan areal kerja (work station,
c. Pekerja cepat mengalami kelelahan interior mobil, dan lain-lain)
d. Personal dan fatigue allowance terlalu tinggi b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin,
equipment, perkakas (tools) dan sebagainya
e. Banyak permintaan untuk pindah ke
pekerjaan lain c. Perancangan produk-produk konsumtif
(pakaian, meja / kursi, komputer, dan lain-
f. Kualitas produk rendah.
lain)
d. Perancangan lingkungan kerja fisik
Kelelahan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa data anthropometri akan menentukan bentuk,
kelelahan merupakan keadaan suatu individu, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan
dimana terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi dengan produk yang dirancang dan manusia yang
otot serta perlambatan gerakan aktivitas yang akan menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan
sedang dilakukanya. Hal ini dapat ditimbulkan oleh ini produk harus mampu mengakomodasikan
dua hal, yaitu akibat fisik (fosiologis atau kimia) dimensi tubuh manusia dari populasi terbesar
dan akibat kelelahan mental (psikologis). yang akan menggunakan produk hasil rancangan
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang tersebut, sekurang-kurangnya 90% - 95% dari
timbul karena adanya perubahan fisiologis dalam populasi yang menjadi target dalam pemakaian
tubuh manusia. Pada saat terjadi kegiatan, terjadi suatu produk. Rancangan produk yang dapat diatur
proses kimia dalam otot, antara lain penyediaan secara fleksibel jelas memberikan kemungkinan
energi yang diperlukan. Pada saat relaksasi, lebih besar bahwa produk tersebut akan mampu
cadangan tenaga akan dibentuk kembali. Jika dioperasikan oleh setiap orang meskipun ukuran
konsumsi energi melampaui kemampuan tubuh mereka berbeda-beda. Kemampuan
116
menyesuaikan (adjustability) suatu produk persentil yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th
merupakan suatu persyaratan yang sangat penting persentil) dari distribusi data anthropometri
dalam proses perancangan terutama untuk produk- yang ada. Hal ini diterapkan sebagai
produk yang berorientasi ekspor. contoh dalam penetapan jarak jangkauan
dari suatu mekanisme kontrol yang haru
dioperasikan oleh seorang pekerja. Secara
Penerapan Data Anthropometri dalam umum aplikasi data anthropometri untuk
Perancangan perancangan produk ataupun fasilitas kerja
Data anthropometri yang menyajikan akan menetapkan nilai 5-th persentil untuk
data ukuran dari berbagai macam anggota dimensi maksimal dan 95-th persentil untuk
tubuh manusia dalam persentil tertentu dimensi minimalnya.
akan sangat besar manfaatnya pada b. Prinsip perancangan produk yang bisa
saat suatu produk nantinya bisa sesuai dioperasikan di antara rentang ukuran
dengan ukuran tubuh manusia yang tertentu. Disini rancangan bisa diubah-
akan mengoperasikannya, maka prinsip- ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel
prinsip apa yang harus diambil di dalam dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki
aplikasi data anthropometri tersebut harus berbagai macam ukuran tubuh. Contoh yang
ditetapkan terlebih dahulu seperti diuraikan paling umum dijumpai adalah perancangan
berikut ini: kursi mobil yang dalam hal ini letaknya
a. Prinsip perancangan bisa digeser maju / mundur dan sudut
produk bagi individu dengan ukuran sandarannya pun bisa diubah-ubah sesuai
yang ekstrim disini rancangan produk dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya
dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran untuk mendapatkan rancangan yang fleksibel
produk, yaitu: semacam ini, data anthropometri yang umum
diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th
1) Bisa sesuai untuk ukuran persentil sampai dengan 95-th persentil.
tubuh manusia yang mengikuti
klasifikasi ekstrim dalam arti c. Prinsip perancangan produk dengan ukuran
terlalu besar atau kecil bila rata-rata. Dalam hal ini rancangan produk
dibandingkan dengan rata-ratanya. didasarkan terhadap rata-rata ukuran
manusia. Problem pokok yang dihadapi
2) Tetap bisa digunakan dalam hal ini justru sedikit sekali mereka
untuk memenuhi ukuran tubuh yang berada dalam ukuran rata-rata. Di sini
yang lain (mayoritas dari populasi produk dirancang dan dibuat untuk mereka
yang ada) yang berukuran sekitar rata-rata, sedangkan
Agar bisa memenuhi sasaran bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim
pokok tersebut maka ukuran yang akan dibuatkan rancangan tersendiri.
diaplikasikan ditetapkan dengan cara: Berkaitan dengan aplikasi data anthropometri
1) Untuk dimensi minimal yang diperlukan dalam proses perancangan produk,
yang harus ditetapkan dari suatu maka ada beberapa saran / rekomendasi yang bisa
rancangan produk umumnya diberikan sesuai dengan langkah-langkah sebagai
didasarkan pada nilai persentil berikut:
yang terbesar seperti 90-th, 95- 1) Pertama kali harus ditetapkan anggota tubuh
th, atau 99-th persentil. Contoh yang nantinya akan difungsikan untuk
konkrit pada kasus ini bisa dilihat mengoperasikan rancangan tersebut.
misalnya pada penetapan ukuran
minimal dari lebar dan tinggi pintu 2) Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam
darurat, kursi, dan lain-lain. proses perancangan tersebut, dan juga perlu
diperhatikan apakah perlu menggunakan data
2) Untuk dimensi maksimal yang harus structure body dimension atau functional
ditetapkan diambil berdasarkan nilai body dimension.
117
3) Tentukan populasi terbesar yang harus 6) Untuk setiap dimensi tubuh yang telah
diantisipasi, direkomendasikan dan menjadi diidentifikasikan, selanjutnya pilih nilai
target utama pemakai rancangan tersebut. ukuran dari tabel data anthropometri yang
Hal ini lazim dikenal sebagai “market sesuai. Aplikasikan data tersebut dan
segmentation”, seperti mainan anak-anak, tambahkan faktor kelonggaran (allowance)
peralatan rumah tangga untuk wanita dan bila diperlukan seperti halnya tambahan
lain-lain. ukuran oleh akibat tebalnya pakaian yang
harus dikenakan oleh operator, pemakaian
4) Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti,
sarung tangan dan lain-lain.
sebagai contoh apakah ukuran rancangan
tersebut untuk orang yang mempunyai Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data
ukuran ekstrim, rentang ukuran yang anthropometri untuk bisa diaplikasikan dalam
fleksibel atau ukuran rata-rata. berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja,
yaitu dapat dilihat pada gambar di bawah ini
5) Pilih persentase populasi yang harus diikuti
(Wignjosoebroto, 1995):
yaitu 90-th, 95-th, 99-th, atau nilai persentil
yang lain yang dikehendaki.

Gambar 1. Data anthropometri yang diperlukan untuk perancangan produk


Keterangan:
118
1 = Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar)
(dari lantai sampai dengan ujung kepala)
24 = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi
2 = Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak berdiri tegak, diukur dari lantai sampai
dengan telapak tangan yang terjangkau lurus
3 = Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak
ke atas (vertikal)
4 = Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak
25 = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi
(siku tegak lurus)
duduk tegak diukur seperti halnya no. 24
5 = Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan
dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar dalam gambar)
tidak ditunjukkan)
26 = Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke
6 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur depan diukur dari bahu sampai ujung jari
dari alas tempat duduk / pantat sampai tangan
dengan kepala)
Data anthropometri dibuat sesuai dengan
7 = Tinggi mata dalam posisi duduk ukuran tubuh laki-laki dan perempuan, harga rata-
8 = Tinggi bahu dalam posisi duduk rata (X ), standart deviasi (σx), secara persentil
tertentu (5-th, 95-th, dan sebagainya).
9 = Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak
lurus)
Biomekanika
10 = Tebal atau lebar paha
Dasar-dasar Biometika
11 = Panjang paha diukur dari pantat sampai
dengan ujung lutut Dalam gerakan pada sistem kerangka otot, otot
bereaksi terhadap tulang untuk mengendalikan
12 = Panjang paha yang diukur dari pantat gerak rotasi di sekitar sambungan tulang beberapa
sampai dengan bagian belakang dari lutut / sistem pengungkit menjelaskan hal tersebut. Dalam
betis sistem ini bertindak sebagai sistem mekanis yang
13 = Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam berfungsi untuk suplai energi kinetic dan gerakan
posisi berdiri ataupun duduk angular (Eko Nurmianto, 1996 ; hal 33-42).
14 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang a. Sistem Pengungkit I
diukur dari lantai sampai dengan paha Contoh Sistem Pengungkit I :
15 = Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi - Otot triceps menarik ulang untuk
berdiri ataupun duduk) menggerakkan siku
16 = Lebar pinggul / pantat - Otot Quadriceps menarik tibia melalui
17 = Lebar dari dada dalam keadaan membusung patella untuk menggerakkan lutut
(tidak tampak ditunjukkan dalam gambar) b. Sistem Pengungkit II
18 = Lebar perut Contoh Sistem Pengungkit II
19 = Panjang siku yang diukur dari siku sampai - Otot Biceps menarik radius untuk
dengan ujung jari-jari dalam posisi siku mengangkat siku
tegak lurus.
- Otot Bracialis menarik ulna untuk
20 = Lebar kepala mengangkat siku
21 = Panjang tangan diukur dari pergelangan - Otot Deltoid menarik humerus untuk
sampai dengan ujung jari mengangkat bahu
22 = Lebar telapak tangan
23 = Lebar tangan dalam posisi tangan Perbedaan Antara Gaya Statis dan Gaya Dinamis
terbentang lebar-lebar kesamping kiri kanan
Gaya otot dikeluarkan tanpa menghasilkan suatu
119
kerja, hal ini terjadi arena gerakan otot tersebut W = m.g
terhambat dalam suatu sistem kerja. Misalnya
Dimana : W = berat badan (newton)
mengangkat badan yang terlalu berat.
M = massa (kg)
Memanjang atau mendekatnya otot
menghasilkan suatu kerja atau dengan kata lain, g = gaya gravitasi (9,8 m/s2)
gaya otot dikeluarkan dan menghasilkan suatu Sehingga diperoleh :
kerja. Hal ini dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu : W = ( 20 kg ) ( 9,8 m/s2) = 196 N

a. Konsentris : memendeknya otot sambil tetap


menahan sesuatu tegangan Beban setiap tangan dapat dihitung sebagai
Misalnya : mengangkat beban (kerja positif) berikut :

b. Eksentris : memanjangnya otot sambil tetap ∑f=0


menahan suatu tegangan dan gerakannya - 196 + 2 RH = 0
berlawanan dengan tegangannya.
RH = 98 N
Misalnya : meletakkan kembali setelah
Untuk 50 persentil pria, memberikan jarak 17,2
mengangkat (kerja negatif)
cm. (dari siku kepusat gravitasi lengan bawah) dan
Otot dapat mengeluarkan gaya berlebihan pada 35,5 cm (jarak antara beban pusat gravitasi).
gerakan eksentris sedangkan untuk beban yang
Sedangkan massa lengan bawah adalah WF+H =
sama otot akan lebih aktif pada gerakan konsentris
15,7 N.
yang mana jauh lebih besar konsumsi gaya yang
dikeluarkan. Gaya reaksi dari siku (RE) dapat dihitung sebagai
berikut :
Untuk dasar dari analisa biomekanik untuk
hukum Newton. Hal tersebut sebagai dasar ∑F = 0
permodelan biomekanik, ketiga teori tersebut
-98N – 15,7 + RE = 0
untuk :
RE = 113,7 N
1. Suatu massa akan tetap dalam keadaan diam
atau bergerak kecuali bila ada gaya luar yang Sedangkan momen puntar pada siku dapat dihitung
bekerja padanya sebagai berikut :
2. Gaya sebanding dengan percepatan ∑M=0
3. Setiap gaya aksi akan menghasilkan reaksi yang (- 98 N) (0,355m) + (-15,7N) (0.172 m) +
sama besar tetapi arahnya berlawanan. ME = 0
Hukum tersebut digunakan secara luas dalam ME = 37,5 Nm
biomekanik untuk menggambarkan keadaan tubuh Perhitungan diatas dibuat dengan menggunakan
atau segmen. hukum Newton yang berkaitan dengan gaya reaksi
dan momen. Untuk posisi statis jumlah gaya dan
momen sama dengan nol sehingga dinamakan
Model Statis Satu Segmen (Single Segment Model
kondisi kesetimbangan.
Static)
Untuk menjelaskan model ini di berikan
contoh seorang operator yang memegang massa Model Statis Dua Segmen (Two Segmen Static
20 kg dengan menggunakan presentase 150,12 2 Model)
km di tentukan besar dan arah gaya serta momen Model ini berguna untuk menganalisa dua
pentingnya yang dialami persentil 5 kg karbon segmen tubuh dalam keadaan statis. Contoh pada
Berat badan dihitung dengan cara sebagai gambar Free Body Diagram, dimana diketahui RE
berikut : = 113,7 dan ME = 37,5 Nm. Untuk 50 percentil
pria diketahui massa lengan atas adalah 20,6 N.
120
Jarak siku dengan bahu : 32,9 cm dan jarak pusat tubuh manusia, ada umuran yang pendek, ada pula
gravitasi lengan atas dengan bahu : 13,2 cm. yang tinggi, serta ada orang yang kurus dan ada
yang gemuk.
∑F=0
Dalam melakukan desain atau perancangan
-RE – WuA + Rs = 0
sistem kerja yang ergonomis, perlu informasi yang
-113,7 – 20,6 + Rs = 0 lengkap mengenai kemampuan manusia dengan
Rs = 134,3 N segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk
mendapatkan informasi-informasi ini, telah banyak
∑M=0 dilakukan menurut empat kelompok besar sebagai
MS = (0,132 m) (20,6 N) + (0,329 m) berikut : (Iftikar Z. Sutalaksana, 1997 ; hal 64).
(113,7N) + (37,5 Nm) a. Penyelidikan tentang display
MS = 77,6 Nm Yang dimaksud display adalah bagian
dari lingkungan yang berkomunikasikan
Dimana Rs = Gaya yang dialami bahu
keadaannya pada manusia. Contohnya : kalau
kita ingin mengetahui berapa kecepatan
motor yang sedang kita kemudikan, maka
Desain Yang Sesuai dengan Kemampuan dan
dengan melihat jarum speedometer kita akan
Keterbatasan Manusia
mengetahui keadaan lingkungan dalam hal
Karena adanya kenyataan bahwa pada saat ini kecepatan motor.
melakukan kerja fisik seseorang banyak terlibat di
b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia
dalamnya, maka sebaiknya kita hindari hal seperti
dan proses pengendaliannya
beban statis, sikap kerja atau postur yang berlebihan
penggunaan tenaga secara berlebihan, konsentrasi Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-
beban kerja yang berlebihan, serta konsentrasi aktivitas manusia ketika bekerja dan
beban kerja hanya pada sejumlah bagian otot saja. kemudian mempelajari cara mengukur dari
Begitu juga dengan kerja mental usahakan agar setiap aktivitas tersebut, dimana penyelidikan
beban mental dapat kita tekan sekecil-kecilnya, ini banyak berhubungan dengan biomekanik.
bahkan apabila mungkin kita hilangkan.
c. Penyelidikan mengenai tempat kerja
Sejumlah konsep dasar perancangan kerja yang
Agar diperoleh tempat kerja yang baik,
ergonomi dapat diberikan sebagai berikut :
dalam arti kata sesuai dengan kemampuan
- Manusia bervariasi dan keterbatasan manusia, maka ukuran-
ukuran dari tempat kerja tersebut harus
- Manusia semakin berpendidikan
sesuai dengan tubuh manusia. Hal-hal yang
- Manusia menginginkan untuk menyampaikan bersangkutan dengan tubuh manusia ini
pendapatnya dipelajari dalam anthropometri.
- Kesehatan dan keamanan adalah penting d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik
- Transportasi dan komunikasi menyebabkan Yang dimaksud dengan lingkungan fisik
dunia terasa kecil disini meliputi ruangan dan fasilitas yang
- Mesin tekhnologi menjadi semakin canggih biasa digunakan oleh manusia, yang kedua-
duanya banyak mempengaruhi tingkah laku
- Terdapat perubahan spesialisasi kerja manusia.
- Pekerjaan-pekerjaan semakin berhubungan
Bila kita amati butir pertama diatas tentang METODE
manusia bervariasi, kelihatan bahwa pada dasarnya
suatu desain atau perancangan ditunjukkan pada Pada bagian ini berisi mengenai alur atau
manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda kerangka kerja yang terstruktur dan sistematis
satu sama lain. Sebagai contoh dapat ambil ukuran dalam melakukan penelitian, dimana terdiri dari
tahap-tahap yang saling terkait satu sama lainnya.
121
Lokasi Penelitian melakukan wawancara langsung pada siswa-
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik siswi dan pengrajin tas.
dengan cara purposive atau dipilih secara sengaja 3. Observasi
karena karakteristik wilayah yang dipilih sesuai
Metode pengumpulan data dengan jalan
dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini dipilih
melakukan pengamatan langsung pada
Desa Terate Kecamatan Gresik dengan alasan
obyek yang akan diteliti. Data anthropometri
bahwa daerah tersebut terdapat sentra industri kecil
dan dimensi tas diperoleh dengan mengukur
menengah pengrajin tas dan merupakan mayoritas
secara langsung.
pekerjaan masyarakat setempat. Penelitian ini
dilakukan di 3 (tiga) kecamatan yang ada di daerah Data yang diperlukan adalah dimensi
Gresik, yaitu Kecamatan Manyar, Kecamatan tas sekolah yang diproduksi dan
Gresik dan Kecamatan Kebomas. Pemilihan dipergunakan siswa-siswi sekolah, dan
lokasi penelitian ini dikarenakan pada daerah- keluhan-keluhannya. Data anthropometri
daerah tersebut banyak terdapat lembaga-lembaga diperlukan untuk merancang tas sekolah dan
pendidikan formal setingkat pra sekolah, sekolah mengevaluasi tas produksi ukm.
dasar hingga sekolah menengah. 5. Pengolahan Data
Langkah-langkah Pemecahan Masalah Data yang telah didapat, selanjutnya diolah.
Langkah-langkah pemecahan masalah dapat Data anthropometri dipergunakan sebagai acuan
diuraikan sebagai berikut : untuk melakukan evaluasi keergonomisan.
1. Pengamatan Awal 6. Analisa dan Interpretasi
Merupakan kegiatan untuk melihat real Menganalisa hasil pengolahan data. Dari
condition dari produk tas sekolah yang digunakan hasil pengolahan data didapat ukuran dan
siswa-siswi sekolah, meliputi pengamatan kepada dimensi tas yang sesuai dengan anthropometri.
bentuk desain dan keluhan-keluhan dari siswa. 7. Kesimpulan dan Saran
2. Perumusan Masalah Menyimpulkan hasil penelitian dan
Identifikasi permasalahan ergonomis pada tas memberikan rekomendasi desain baru.
yang digunakan siswa-siswi sekolah.
3. Tinjauan Pustaka
Melakukan literature review untuk memperoleh
landasan teori yang berubungan dengan
permasalahan yang diselesaikan
4. Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitian maka dalam pengumpulan data
mengunakan kaidah “snow ball”. Sesuai dengan
permasalah yang dijelaskan, maka pengumpulan
data akan bersifat konteks terfokus, dengan peneliti
sebagai utama. Pengumpulan data akan dilaksanaan
dengan cara sebagai berikut :
1. Survey, dilakukan pada tempat-tempat
penelitian di sentra-sentra industri tas dan
beberapa sekolah yang tersebar di tiga
kecamatan.
2. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan jalan
122
Pengamatan Awal

1. Bentuk desain tas


2. Keluhan siswa-siswi sekolah

Perumusan Masalah

Identifikasi permasalahan ergonomi pada tas

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

1. Dimensi tas sekolah yang dipakai dan keluhannya


2. Data Anthropometri

Pengolahan Data

1. Ukuran / dimensi anthropometri


2. Keseragaman data
3. Penetapan persentil
Analisa dan Interpretasi Data

1. Analisa dan evaluasi anthropometri tas


2. Perancangan tas yang ergonomis

Kesimpulan dan Rekomendasi

Gambar 2. Bagan Sistematika Penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN dari tas sekolah. Dimensi tubuh tersebut antara
Data Anthropometri Tubuh lain :

Berkaitan dengan perancangan tas sekolah 1. Tinggi bahu dalam posisi duduk (D8)
yang ergonomi, maka diperlukan pengamatan dan 2. Lebar dari bahu (D15)
pengumpulan data-data yang diperlukan. Data
3. Lebar pinggul / pantat (D16)
anthropometri tubuh ini diperoleh dari pengukuran
siswa-siswi sekolah yang terdapat di daerah gresik. 4. Lebar telapak tangan (D22)
Dimensi tubuh yang diukur dalam penelitian ini Uji Keseragaman Data
merupakan dimensi tubuh yang diperlukan untuk Peta kontrol adalah suatu alat yang tepat guna
melakukan perancangan ulang ukuran geometri dalam menguji keseragaman data yang diperoleh
123
dari hasil pengamatan. Untuk membuat peta atas (BKA), batas kontrol bawah (BKB). Hasil uji
kontrol dihitung rata-rata (mean), batas kontrol keseragaman dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Hasil Uji Keseragaman Data
Dimensi
No. N Rata-rata (cm) BKA (cm) BKB (cm) Keterangan
Tubuh
1. D8 45 828.9 891.9 765.9 Seragam
2. D15 45 387.67 414,4 360.94 Seragam
3. D16 45 331.9 385.5 278.3 Seragam
4. D22 45 58.48 64.75 52.21 Seragam
Pembuatan Tabel Anthropometri menganalisa kesesuaian antara geometri tas
Langkah selanjutnya adalah pembuatan sekolah dengan dimensi tubuh manusia. Hasil tabel
tabel anthropometri yang akan digunakan untuk anthropometri dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Tabel Percentile Anthropometri dimensi tubuh siswa sekolah
Lebar
Tinggi Bahu Lebar Lebar Telapak Tebal Perut
Percentiles Panggul
Duduk (cm) Bahu (cm) Tangan (cm) (cm)
(cm)
2.5 552.3400 376.1000 305.8430 55.3300 197.2200
5 554.6900 376.1300 308.8310 55.5000 198.4100
10 561.2000 376.5400 310.4420 55.6000 201.2200
50 612.4000 385.4000 335.2800 58.6000 219.4000
90 642.3600 401.6400 350.2780 61.5000 241.2800
95 647.6800 404.3600 358.8720 61.6700 244.8000
97.5
648.7350 404.6850 359.8535 61.8700 245.3950

Data Ukuran Tas ransel Sebelum Perancangan 2. Lebar tas ransel : 35 cm


Ulang
3. Tebal tas ransel : 14 cm
Adapun data ukuran geometris tas sekolah
4. Keliling pegangan tangan : 8,5 cm
sebelum perancangan ulang sebagai berikut :
5. Ruang untuk lebar telapak tangan : 20 cm
1. Tinggi tas ransel : 50 cm

Gambar 3. Tas yang diproduksi UKM


Pendeskripsian Posisi Tubuh penentuan posisi tubuh yang perlu diperbaiki
dan posisi tubuh yang sebaiknya digunakan saat
Pendeskripsian posisi tubuh berguna untuk
menggunakan tas ransel sekolah oleh siswa-siswi.
mengidentifikasi bagian tubuh yang mendapatkan
Dengan menggunakan software MannequinPro
gaya dan momen terbesar akibat posisi tubuh
10.2 maka didapatkan rekapitulasi bagian tubuh
tertentu. Informasi ini berguna sebagai dasar
yang mendapatkan gaya dan momen yang besar
124
akibat posisi tubuh tertentu. Dari perhitungan bahu, punggung, paha, lutut dan kepala. Posisi
MannequinPro dapat diketahui bahwa bagian tubuh tubuh dengan momen terbesar pada punggung
yang mendapatkan momen terbesar adalah leher, terjadi ketika berjalan.

Gambar 4. posisi 1 dan posisi 2 dari biomechanics dari software MannequinPro


Dari analisa momen pada MannequinPro dapat
diketahui berbagai akibat dan respon tubuh terutama
pungung dan tulang belakang dalam menerima dan
mengangkat beban tas ransel, hal ini ditentukan oleh
berat beban. Pada posisi 2 dimana punggung dalam
posisi terbungkuk dan posisi lengan atas dan bawah
yang menekuk akan menimbulkan momen terkecil,
dalam hal ini bernilai negatif dari gaya atau beban
yang diangkat sehingga saat itu didapat daya angkat
terbesar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
dengan membungkukkan badan dan menekuk
lengan akan memudahkan dalam mengangkat
beban tetapi dapat menyebabkan Back Injuries
atau rasa sakit pada tulang belakang bila dilakukan
secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang
relatif lama. Punggung dan tulang belakang yang
terlalu lama dan menerima beban yang terlalu berat
dikhawatirkan akan menimbulkan rasa sakit dan
kecelakaan kerja.
Gambar 5. Area yang sakit pada penggunaan tas
ransel
125
Tekanan pada punggung, pinggang dan leher hal tersebut akan mengakibatkan tidak adanya
dapat dikurangi dengan cara menambahkan aliran udara pada punggung siswa-siswi sekolah.
penyangga dan ketika punggung menerima Hal ini akan menambah panas pada punggung
tekan dari tas ransel yang cukub berat, akan pengguna tas ransel. Penambahan penyangga pada
mengakibatkan tubuh kecenderungan untuk punggung, juga mempertimbangkan aliran udara
mengimbangi dengan cara membukungkuk badan. seperti gambar dibawah ini.
Tas ransel akan lebih merapat pada punggung dan


Gambar 6. Penyangga dan airflow pada tas ransel sekolah.

Perancangan Ulang Tas Ransel Sekolah  Dimensi tubuh yang di gunakan adalah tinggi
bahu duduk (TBD) dan tebal paha (TP)
Penelitian ini dikembangkan berdasarkan
penelitian – penelitian pendahuluan serta  Persentil yang di gunakan adalah persentil
penelitian sejenis yang dilakukan oleh peneliti 2,5 = 55,2cm
lain yang berhubungan dengan faktor ergonomic-
 Allowance yang di tambahkan adalah tinggi
anthropometry. Penelitian pendahuluan telah
sepatu = 2 cm
dilakukan oleh Mahbubah (2004) dengan
melakukan penelitian yang berkaitan dengan  Pertimbangan pemilihan persentil. Ukuran
keingininan siswa sekolah terhadap tas sekolah, tas tidak boleh lebih tinggi dari tinggi bahu
menghasilkan suatu kesimpulan bahwa selama badan. Hal ini di maksudkan agar pengguna
ini tas sekolah produksi sentra industri kecil di yang memiliki ukuran tubuh lebih pendek
Kabupaten Gresik memiliki banyak kelemahan dapat memakai tas dengan nyaman.
terutama dari segi desain produk berdasarkan data  Jadi ukuran tas rancangan ulang = 55,2 – 11
keluhan – keluhan siswa yaitu tas sekolah mudah = 45 cm.
sobek, kurang nyaman dipakai, model monoton,
warnanya cepat pudar, serta menimbulkan nyeri b. Perancangan ulang lebar tas
pada bahu.  Dimensi yang di gunakan adalah lebar
Perancangan ulang tas sekolah meliputi pinggang ( LP)
perancangan ulang ukuran geometris. Perancangan  Persentil yang di gunakan adalah persentil
ulang dilakukan dengan mempertimbangkan hasil 50 = 33 cm
analisa dari kondisi awal.
 Pertimbangan pemilihan persentil. Ukuran
a. Perancangan ulang tinggi tas tas tidak boleh lebih lebar dari lebar pinggang.
126
Hal ini di maksudkan apabila pengguna yang produk berdasarkan data keluhan – keluhan
mempunyai lebar pinggang kecil tetap dapat siswa yaitu tas sekolah mudah sobek,
memakai tas dengan nyaman dan apalagi kurang nyaman dipakai, model monoton,
buku yang mereka bawa saat ini sangat besar. warnanya cepat pudar, serta menimbulkan
nyeri pada bahu.
 Jadi lebar tas rangsel adalah = 33 cm
3. Terdapat beberapa perubahan dan tambahan
c. Perancangan ulang tebal tas
yang sebaiknya dilakukan pada tas ransel
 Disesuaikan dengan tebal buku yang yang diproduksi oleh industri kecil menengah
biasa mereka pakai. Buku yang mereka agar menjadi lebih ergonomis lagi dalam hal
gunakan saat ini cukup tebal dan juga sering :
membawa peralatan serta tugas sehingga
a. Perancangan ulang tinggi tas = 45 cm.
ukuran tas rangsel adalah 16 cm. Ini juga
perlu mempertimbangkan tebal perut. b. Perancangan ulang lebar tas = 33 cm.
d. Perancangan ulang genggaman tangan c. Perancangan ulang tebal tas : 16 cm
 Dimensi tubuh yang digunakan adalah d. Perancangan ulang genggaman tangan = 9.2
panjang telapak tangan (D2), dalam hal ini cm
diambil untuk keliling genggaman tangan.
e. Perancangan ulang ruang dalam handel =
 Persentil yang digunakan adalah persentil 5 10.8 x 4.7 cm
wanita = 8.7 cm.
f. Penambahan penyangga yang juga berfungsi
 Allowance diberikan adalah tebal sarung sebagai pengalir udara pada punggung.
tangan = 0.5 cm.
 Pertimbangan pemilihan persentil.
DAFTAR PUSTAKA
 Untuk diameter genggaman tangan diambil
Annete, S.P. and Jen, A.H., 1994, The working
keliling genggaman tangan.
positions of school children, applied ergonomics,
e. Perancangan ulang ruang dalam handel 25(1), 63-64.
 Dimensi tubuh yang digunakan untuk lebar Barroso, M.P., Arezes, P.M., Costa, L.G., Miguel,
pegangan tangan adalah lebar telapak tangan A.S., 2005., Anthropometric study of Portuguese
dan ruang untuk tinggi pegangan tangan worker, Internasional Journal of Industrial
adalah tebal telapak tangan. Ergonomics 35, 401-410.
 Persentil yang digunakan adalah persentil Bendix, T., 1984, seated trunk posture at various
97.5 pria, lebar = 10.8 cm dan tinggi seat inclinations, seat heights and table height,
pegangan = 4.7 cm. Human Factor, 26(6), 695-703.
BPS., 2008, BPS dalam angka, Jakarta.
KESIMPULAN Fagarasanu, M and Kumar, S. “Measurement
instrument and Data Collection of Construct
Setelah dilakukan analisa dan interpretasi
and Bias in Ergonomics Research”. . 30
terhadap hasil pengolahan data, maka langkah
(2002). Page 355-369. Industrial Ergonomic.
terakhir yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
penarikan kesimpulan Hong, Y., Li, J., Wong, A., & Robinson, P. 2000.
Effects of load carriage on heart rate, blood
1. Berdasarkan evaluasi analisa anthropometri,
pressure and energy expenditure in children.
serta analisa subjektifitas pada tas sekolah
Ergonomics, 43, 717-27.
yang dipergunakan oleh siswa-siswi sekolah
selama ini tidak ergonomis. Lloyd, R., & Cooke, C., 2000. The oxygen
consumption associated with unloaded
2. Tas sekolah yang diproduksi oleh sentra
walking and load carriage using two different
industri kecil di Kabupaten Gresik memiliki
backpack designs. European Journal of Applied
banyak kelemahan terutama dari segi desain
127
Physiology, 81, 486-92.
Mahbubah, Nina Aini, 2004, Perancangan
tas sekolah model ransel yang ergonomis
berdasarkan metode quality function deploymen.
Proceedings seminar nasional ergonomic 2, 9
oktober 2004, ISBN 979-97955, I-6, hal 373.
Murphy S., Buckle P., Stubbs, D. 2007. A cross-
sectional of self-reported back and neck pain
among English schoolchildren and associated
physical and psychological risk factors. Appl.
Ergon. 38, 797 – 804.
Nurmianto, E.,2004. Ergonomi: Konsep Dasar
dan Aplikasinya. Edisi Kedua, Guna Widya:
Surabaya.
Pietri, F., Leclerc, A., Boitel, L., Chastang, J.F.,
Morcet, J.-F. And Blondet, M., 2004, “Low-back
Pain in Commercial Travelers”, Scandinavian
Journal of Work, Environment and Health, 18,
pp. 52 – 58.
Tarwaka, Bakri,SHA (2004). Ergonomi untuk
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan
Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta
Waters, T.R., V. Putz-Anderson, A. Garg, and L.J.
Fine. 1993. Revised NIOSH Equation for the
Design and Evaluation of Manual Lifting Tasks.
Ergonomics 36(7):749-776.
Wignjosoebroto, Sritomo, Teknik Tata Cara dan
Pengukuran Kerja, Guna Widya, Jakarta, 1995.
Yanto, Evi situmorang, Herlina, Hotniar
Siringoringo, Baba Md Deros. (2008).
Mismatch between school furniture dimensions
and student’s anthropometry (A Cross-Sectional
Study in an Elementary School, Tangerang,
Indonesia). Proceedings of the 9th Asia Pacific
Industrial Engineering & Management Systems
Conference (APIEM 2008).

128
Volume XII Nomor 2, Maret 2012 ISSN 1693 - 5128

MAT R I K
Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi
INDEK SUBJEK
A Q
Anthropometri Quality Control

B S
Biomechanical Six Sigma
Strategi Pemasaran
D Struktur Program
Defective Supply Chain Management
Deffuzzifikasi SWOT
Desain
DFD
Dimension of Supply Chain
DMAIC
DPMO

E
ERD
Ergonomis

F
Fishbone
Flexibility Supply Chain
Fuzzy

K
Kepuasan Pelanggan
Kualitas Layanan

M
Metode Centroid

N
Normalisasi

P
Pareto
P-chart
MATRIK
ISSN 1693 - 5128

Jurnal Manajemen & Teknik Industri - Produksi


Petunjuk Penulisan Naskah

Lingkup Jurnal
MATRIK adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Teknik Industri - Universitas
Muhammadiyah Gresik sebagai wahana publikasi karya ilmiah atau penelitian, dibidang Manajemen,
Teknik Industri dan Produksi.

Bahasa
Bahasa yang dipergunakan dalam penulisan naskah adalah bahasa Indonesia dan Inggris yang baku.

Susunan Naskah
Urutan naskah dimulai dari judul, abstraksi atau abstract, pendahuluan, metode, hasil dan pembahasan,
kesimpulan, dan daftar pustaka. Petulisan tanpa menggunakan nomor sub judul.
Judul menunjukkan isi, ditulis bold dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Dibawah judul dicantumkan
nama penulis tanpa gelar kesarjanaan, instansi asal penulis dan email.
Abstraksi atau abstract memuat permasalahan, metodologi dan hasil yang ditulis sebanyak 200 – 300
kata dan dilengkapi dengan keywords atau kata kunci sebanyak 3 – 6 kata yang dituliskan dibawahnya.
Pendahuluan berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, tinjauan pustaka, metodologi, tanpa
sub judul. Penulisan sumber referensi dalam teks dengan cara menuliskan didalam kurung : nama akhir
penulis dan tahun penerbitan dan nomor halaman dapat dituliskan jika dipandang perlu. Contoh : (Andesta,
2006 : 114), (Andesta, 2006 ; Deny : 2005)
Metode berisikan langkah-langkah penyelesaian penelitian.
Hasil dan pembahasan menguraikan hasil analisa kualitatif dan / atau kuantitatif dengan menekankan
pada jawaban atas permasalahan.
Kesimpulan berisi pernyataan singkat tentang hasil yang disarikan dari pembahasan dan menjawab tujuan.
Saran dapat dituliskan pada bagian akhir setelah kesimpulan.
Daftar Pustaka disusun berdasarkan alphabet sesuai nama akhir penulisnya (tanpa gelar akademik) baik
untuk penulis asing ataupun penulis Indonesia.
Contoh :
1. Buku : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), tahun, judul
buku, jilid, edisi, nama penerbit, kota.
2. Majalah : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), tahun, judul
tulisan, nama majalah, edisi, nama penerbit, kota.
3. Jurnal : nama akhir penulis, nama awal (disingkat), nama tengah (disingkat), judul tulisan,
nama jurnal, volume, nomor, tahun, nomor halaman.

Teknik Penulisan
Pengetikan naskah menggunakan jarak 1 spasi, lebar kertas 21 X 29,7 cm (A4), panjang tulisan 15 – 20
halaman. Jenis huruf Times New Roman : judul : 14 pt, isi : 11 pt, abstrak : 10 pt dan nama table / gambar
: 11 pt. Margin penulisan : atas 2.5 cm, kiri 2.5 cm, bawah 3.5 cm, kanan 2 cm, tanpa footnote. Gambar
merupakan gambar digital (hasil scanner) menyatu dengan teks. Penomoran untuk table (diatas table),
gambar (dibawah gambar) dengan normor urut.

Pengiriman Naskah
Naskah dikirim ke redaksi disertai dengan softcopy dan belum pernah dimuat dalam penerbitan lain.
Program Studi Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Gresik

Anda mungkin juga menyukai