RANDI SUSILO
1904020005
Industri saat ini sangat berkembang pesat, baik industri manufaktur maupun
industri jasa. Salah satu industri manufaktur yang masih bertahan sampai saat ini
yaitu industri batako. Batako merupakan salah satu produk untuk industri
bangunan berbentuk bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau
sejenisnya, air dan agregat, dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak merugikan
sifat beton itu (Fauziah, 2017).
Kompetitor yang banyak mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat
ketat antar pemilik usaha dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Maka dari
itu pemilik usaha juga tentunya harus terus- menerus berusaha meningkatkan
kualitas usahanya untuk meminimalisasi ketidaksesuaian, pemborosan, dan
meningkatkan efisiensi dari keseluruhan proses produksi
(Aditya & Siregar, 2013).
CV XYZ merupakan industry kecil menengah yang memproduksi bahan
bangunan yaitu batako berdiri sejak Oktober 2017 yang berlokasi di Jatipuro
Karanganyar, memiliki 28 karyawan yang bekerja selama 8 jam. Untuk saat ini
produk batako yang dihasilkan hanya di distribusikan ke kota Banda Aceh dan
Aceh Besar. Dalam proses pembuatan batako terdapat masalah yang terjadi yaitu
terdapat batako yang tidak memenuhi standar (defect). Adapun beberapa defect
yang ada yaitu sompel, retak, patah dan lain-lain. Adanya produk-produk defect
tersebut mengharuskan pihak industri untuk memproduksi batako lainnya agar
pemesanan dapat terpenuhi. Hal ini menyebabkan terdapat pemborosan waktu dan
bahan baku. Sehingga memerlukan waktu dan bahan baku tambahan dalam proses
produksinya. Pemborosan tersebut menyebabkan pemilik usaha harus
mengeluarkan biaya tambahan.
Bagi Perusahaan :
Bagi Penulis :
Pada state of the art ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu sebagai
panduan penulis untuk penelitian yang akan dilakukan yang kemudian akan
menjadi acuan dan perbandingan dalam melakukan penelitian ini. Dalam
state of the art ini akan terdapat beberapa jurnal.
Penelitian pertama dari Deni Hamdani pada tahun 2020 dengan judul
Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Seven Tools Pada PT
X. Penelitian ini berupaya untuk menelaah proses evaluasi dan peningkatan
standar kualitas produksi. PT X yang bergerak di bidang konveksi dipilih
sebagai konteks pada penelitian ini. Analisis didasarkan pada aplikasi seven
tools yang terdiri dari flow chart, check sheet, histogram, control chart,
scatter diagram, fishbone diagram dan diagram pareto. Berdasarkan telaah
atas 85.996 produk, dapat diidentifikasi 4 jenis kecacatan yang diperoleh
pada check sheet yaitu cacat jahitan, cacat warna sablon, pola tidak sesuai
dan juga cacat gosong dengan presentase kerusakan 135,5% dari total
kerusakan sebanyak 5.716 dan jumlah produksi sebanyak 85.996 unit.
Presentase kerusakan tertinggi yaitu pada bulan Januari 2019 dimana
kerusakan yang terjadi yaitu sebesar 10,9% yaitu sebanyak 398 unit dari
total produksi sebanyak 3.662. Sedangkan presentase kerusakan paling
rendah yaitu terjadi pada bulan April yaitu sebanyak 4,5% yaitu sebanyak
194 dari total produk sebanyak 4279 unit. Dilihat dari diagram paretto, dari
keempat jenis kecacatan, yang paling tinggi presentasenya yaitu Cacat
gosong. Cacat gosong mencapai angka 33.88% dan itu merupakan jumlah
presentase tertinggi dari semua jenis cacat karena tidak ada yang menginjak
angka 30% selain cacat gosong. Selain itu tingkat kecacatan yang kedua
yaitu dari warna sablon yang menginjak angka 28.11%, sedangkan untuk
pola yaitu menginjak angka 23,78, dan yang terakhir cacat jahitan yaitu
sebesar 14.23%.
Penelitian kedua dari Iswandi Idris1, Ruri Aditya Sari, Wulandari &
Uthumporn, U pada tahun 2016 dengan judul Pengendalian Kualitas Tempe
Dengan Metode Seventools. Penelitian ini dilaksanakan di Pabrik tempe
Industri Kecil Menengah (IKM) Ramli dijalan Jermal 14 Kecamatan Medan
Denai Kelurahan Denai. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini dengan menggunakan metode seven tools mengikut metode
Kusnadi (2012) dan Yamit (2010) adalah sebagai berikut data kecacatan
dengan Check Sheet, flow chart, membuat distribusi frekuensi dengan
histogram, membuat control chart, menganalisa scatter diagram dan
menganalisa penyebab dengan fishbone. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa data jenis ketidaksesuaian produk cacat dimbil
sampel sebanyak 120 dengan 20 kali pengambilan, sehingga dapat dihitung
jumlah produk cacat sebanyak 242, untuk setiap proses pembuatan tempe
maka digunakan dengan menggunakan flow chart.
Penelitian kelima dari Indah Nursyamsi & Ade Momon pada tahun
2022 dengan judul Analisa Pengendalian Kualitas Menggunakan Metode
Seven Tools untuk Meminimalkan Return Konsumen di PT. XYZ.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan merencanakan perencanaan
perbaikan menggunakan metode Quality Control Circle (QCC)
denganxmenggunakan Seven Tools. Seven Tools yang digunakan terdiri dari
checksheet, run chart, histogram, scatter diagram, diagram pareto, cause and
effect diagram (fishbonexdiagram), dan control chart. Penelitian dilakukan
dengan metode wawancara bersama pihak yang terlibat dengan objek dan
permasalahan. Data penelitian yang diambil merupakan data historis
perusahaan tahun 2020. Hasil penelitian menunjukan adanya cacat produk
dapat disebabkan karena berbagai macam faktor seperti manusia, mesin,
iklim atau cuaca dan metode penyimpanan. Kriteria cacat yang sering terjadi
di perusahaan yaitu produk rusak karena patah, produk berkarat, dan ukuran
produk tidak sesuai. Dilihat dari kriteria cacat tersebut, perbaikan yang dapat
dilakukan yaitu dengan memberikan saran untuk mengatasi masalah
sehingga dapat mengurangi return yang terjadi di perusahaan.