Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN METODE STATISTICAL PROSES CONTROL (SPC)

DALAM MENGIDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB UTAMA


KECACATAN PADA PROSES PRODUKSI PRODUK ABC
Nanih Suhartini
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Gunadarma
Jalan Margonda Raya No. 100 Pondok Cina Depok-16424
nanihnoor@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak
Produk ABC merupakan salah satu produk yang banyak digunakan oleh konsumen
karena memiliki konstruksi yang lebih aman, nyaman untuk digunakan. Akan tetapi, jumlah
kecacatan produk ABC lebih banyak dari tipe produk lainnya. Berdasarkan data dari bagian
pengendalian kualitas PT. XYZ menunjukan bahwa produk ABC memiliki hasil akhir yang tidak
sesuai dengan standar dan kualitas yang telah ditentukan. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengidentifikasi jenis cacat yang sering terjadi dan mengidentifikasi faktor penyebab utama
kecacatan yang terjadi pada produk ABC menggunakan metode SPC. Ada tujuh alat yang
digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab utama kecacatan pada proses produksi
produk ABC. Tujuh alat tersebut terdiri dari lembar periksa, diagram pareto, diagram sebab
akibat, diagram pencar, diagram alir, histogram, dan peta kendali. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kecacatan pada produk ABC yang paling sering terjadi yaitu blister inner
linner bead. Faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan pada produk ABC terjadi karena
faktor metode, faktor mesin, faktor lingkungan, dan faktor manusia.

Kata kunci: faktor penyebab cacat, kualitas produk, metode SPC, peta kendali, produk cacat

Abstract
ABC products are one of the products that are widely used by consumers because they
have safer, more comfortable construction to use. However, the number of ABC product defects
is more than other types of products. Based on data from the quality control department of PT.
XYZ ABC showed that the product have an end result that is not in accordance with the
standards and quality that has been determined. The purpose of this study is to identify the types
of defects that often occur, and identify the main causes of disability that occur in ABC products
using the SPC method. There are seven tools used to identify the main causes of disability in the
production process of ABC products. The seven tools consist of observation sheets, pareto
diagram, control chart, cause and effect diagram, scatter diagram, flow chart, and control
chart. The results showed that the most frequent defects that occur in ABC products are the
blister inner linner bead. Factors that cause disability in ABC products occur due to method
factors, machine factors, environmental factors, and human factors.

Keywords: control chart, defective product, factors that cause defects, product quality, SPC
method

10 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 25 No. 1 April 2020


PENDAHULUAN kerja yang panas, karena pengaruh umur
mesin dan peralatan pendukung menyebabkan
Dalam menghadapi persaingan yang semakin menurunnya produktivitas akan kualitas
semakin ketat, maka perusahaan dituntut CPE film yang dihasilkan. Klasifikasi produk
untuk dapat menghasilkan produk yang ber- cacat dibagi menjadi dua yaitu kecacatan
kualitas tinggi, sesuai dengan standar yang mayor dan kecacatan minor. Kecacatan mayor
telah ditetapkan oleh perusahaan dan merupakan tingkat kecacatan yang ber-
permintaan konsumen. Oleh karena itu, pengaruh besar terhadap penurunan kualitas
perusahaan harus melaksanakan kegiatan produk dan jika dilakukan perbaikan tidak
pengendalian kualitas secara terus menerus sepenuhnya menjadi produk dengan kualitas
terhadap produk yang dihasilkannya. Salah baik. Kecacatan minor merupakan kecacatan
satu penyebab tidak tercapai tujuan pada produk barang yang bersifat ringan serta
perusahaan ialah kualitas produk yang tidak berpengaruh besar terhadap penurunan
dihasilkan tidak baik. Kurang optimalnya barang, kecacatan yang terjadi tidak dirasakan
penggunaan faktor-faktor produksi dapat penurunan kualitasnya pada konsumen.
menyebabkan turunnya kualitas dari produk Pengaruh produk cacat pada perusahaan ber-
yang dihasilkan. Di samping itu dengan dampak pada biaya kualitas, dan kepuasaan
rendahnya kualitas yang dimiliki oleh suatu pelanggan.
produk maka akan berdampak pada jumlah Ada delapan dimensi kualitas yang
cacat produk yang tinggi. Oleh karenanya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan
perusahaan harus dapat mengendalikan produk strategis dan analisis, terutama untuk produk
cacat perusahaan dengan terus menjaga dan manufaktur. Dimensi pertama adalah kinerja,
mengembangkan kualitas produk. yaitu karakteristik operasi pokok dari produk
Produk cacat merupakan barang atau inti. Kedua, ciri-ciri atau keistimewaan
jasa yang dibuat dalam proses produksi tambahan, yaitu karakteristik sekunder atau
namun memiliki kekurangan sehingga nilai pelengkap. Ketiga, kehandalan, yaitu
atau kualitasnya kurang baik atau kurang kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
sempurna. Hal ini berarti juga tidak sesuai atau gagal pakai. Keempat, kesesuaian dengan
dengan standar kualitas yang ditetapkan. spesifikasi, yaitu sejauh mana karakteristik
Produk cacat yang terjadi selama proses desain dan operasi memenuhi standar-standar
produksi mengacu pada produk yang tidak yang telah ditetapkan sebelumnya. Kelima,
diterima oleh konsumen. Penyebab timbulnya daya tahan, yaitu berkaitan dengan berapa
masalah, yaitu kesalahan operator dalam lama produk tersebut dapat terus digunakan.
mengontrol proses kerja pembuatan CPE film, Keenam, serviceability yang meliputi
kejadian dalam lingkungan yaitu suhu ruang kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah

Suhartini. Penerapan Metode Statistical… 11


https://doi.org/10.35760/tr.2020.v25i1.2565
direparasi, penanganan keluhan yang kualitas pada perusahaan sesuai dengan
memuaskan. Ketujuh, estetika, yaitu daya kebutuhan pelanggan [5].
tarik produk terhadap panca indera. Penelitian menggunakan metode SPC
Kedelapan, kualitas yang dipersepsikan yaitu dalam mengendalikan kualitas suatu produk
citra dan reputasi produk serta tanggung telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil
jawab perusahaan terhadapnya [1]. penelitian dengan mengimplementasikan metode
Salah satu metode dalam mengendalikan SPC pada produk kertas bobbin menunjukkan
atau mengolah kualitas adalah metode bahwa jenis kecacatan produk kertas rokok
Statistical Proses Control (SPC) yang yang paling dominan yaitu wrinkle (42.11 %).
merupakan suatu teknik untuk memastikan Pada peta kendali p terlihat bahwa jumlah
setiap proses yang digunakan agar produk kecacatan produk kertas rokok bobbin masih
yang dikirimkan kepada konsumen memenuhi dalam batas kendali yang artinya bahwa
standar kualitas [2]. Metode SPC adalah banyaknya cacat yang terjadi masih dapat
kumpulan dari alat kualitas yang digunakan dikendalikan. Dengan mengimplementasikan
untuk pemecahan masalah sehingga tercapai metode SPC, perusahaan dapat mengetahui
kestabilan proses dan peningkatan kapabilitas dan menganalisis produk yang cacat serta
dengan pengurangan variasi [3]. Metode SPC mengetahui penyebab dari kecacatan produk
memberikan cara-cara pokok dalam pengambilan tersebut [6].
sampel produk, pengujian serta evaluasi dan Penelitian lain menggunakan metode
informasi di dalam data digunakan untuk SPC dalam pengendalian kualitas kertas.
mengendalikan dan meningkatkan proses Kecacatan produk yang banyak terjadi ter-
pembuatan. Untuk menjamin proses produksi dapat pada kecacatan wavy. Terjadinya
dalam kondisi baik dan stabil serta produk kecacatan wavy disebabkan oleh 4 faktor,
yang dihasilkan selalu dalam daerah standar, yaitu terkait dengan mesin, manusia, metode
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap hal-hal dan lingkungan. Penyebab terjadinya kecacatan
yang berhubungan dalam rangka menjaga dan wavy dari faktor mesin adalah tidak
memperbaiki kualitas produk sesuai dengan dilakukannya perawatan secara terjadwal.
harapan [4]. Dengan metode SPC didapatkan Perawatan dilakukan jika ditemui terjadinya
rencana untuk menanggulangi masalah cacat kerusakan mesin. Terjadinya kecacatan wavy
yang terjadi, yaitu perusahaan harus me- dari faktor sumber daya manusia disebabkan
lakukan perawatan berkala pada mesin, oleh adanya operator yang belum ber-
memperhatikan kondisi operator pada saat pengalaman, kurang mendapatkan pelatihan,
bekerja, serta menyeleksi ketat material yang atau terjadinya kesalahan operator dalam
diterima dari supplier. Penanggulangan tersebut memasukkan data. Turn over karyawan yang
diharapkan akan meningkatkan pengendalian tinggi menyebabkan perlunya pelatihan

12 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 25 No. 1 April 2020


dilakukan secara rutin bagi operator. dan kualitas yang telah ditentukan. Adapun
Kecacatan wavy dari faktor metode terjadi tujuan dari penelitian ini adalah meng-
karena prosedur operasional baku tidak identifikasi jenis cacat yang sering terjadi,
dijalankan dengan baik dan benar. Adapun dan mengindentifikasi faktor penyebab utama
dari faktor lingkungan, kecacatan wavy terjadi kecacatan yang terjadi pada produk ABC
karena suhu ruangan yang dingin dan menggunakan metode SPC.
menyebabkan ruangan kerja yang lembab [7].
Penelitian mengenai pengendalian METODE PENELITIAN
kualitas biji kakao menggunakan metode SPC
telah dilakukan oleh Suryaningrat, Novijianto, Langkah pertama dalam melakukan
dan Faidah. Beberapa faktor penyebab mutu penelitian adalah menentukan tujuan penelitian
biji kakao beragam adalah minimnya sarana yaitu mengurangi produk cacat. Langkah
pengolahan, lemahnya pengawasan mutu, selanjutnya mencari referensi dan studi
serta penerapan teknologi pengolahan biji literatur metode untuk mengurangi produk
kakao yang belum berorientasi pada mutu. cacat. Studi literatur berisikan studi perusahaan
Kriteria mutu biji kakao meliputi aspek fisik, dan studi pustaka. Studi perusahaan di-
cita rasa, kebersihan, keseragaman dan gunakan untuk mengetahui pemahaman suatu
konsistensi, sangat ditentukan oleh tahapan produk ABC, sedangkan studi pustaka
proses produksinya. Tahapan proses pengolah- digunakan untuk memahami tentang metode
an dan spesifikasi alat dan mesin yang pengendalian kualitas meng-gunakan metode
digunakan untuk menjamin kepastian mutu SPC. Langkah selanjutnya dalam penelitian
harus didefinisikan secara jelas. Proses adalah menetapkan batasan masalah di-
fermentasi sangat menentukan mutu produk gunakan untuk mengetahui permasalahan
akhir kakao, karena pada proses ini terjadi kualitas produk ABC, sehingga memudahkan
pembentukan calon cita rasa yang khas [8]. dalam penyelesaian permasalahan yang ada
Produk ABC merupakan salah satu dalam proses produksi tersebut. Rumusan
produk dari PT. XYZ yang banyak digunakan masalah dalam penelitian ini adalah bagai-
oleh konsumen karena memiliki konstruksi mana meminimalisir kecacatan yang terjadi
yang lebih nyaman dan aman untuk di- pada produk ABC menggunakan metode SPC
gunakan. Akan tetapi, jumlah kecacatan serta tindakan perbaikan apa yang tepat untuk
produk ABC lebih banyak dari tipe produk mengurangi kecacatan.
lainnya. Berdasarkan data yang didapatkan Langkah selanjutnya merupakan
dari bagian pengendalian kualitas PT. XYZ identifikasi hasil produksi yang menghasilkan
menunjukan bahwa produk ABC memiliki produk ABC. Hasil produksi tersebut di-
hasil akhir yang tidak sesuai dengan standar periksa pada bagian pemeriksaan di bidang

Suhartini. Penerapan Metode Statistical… 13


https://doi.org/10.35760/tr.2020.v25i1.2565
quality control. Pada proses pemeriksaan gunakan lembar pemeriksaan, menentukan
tersebut akan diketahui ada yang produk baik, sejauh mana ketidaksesuaian dengan meng-
Good (G) atau produk rusak, Not Good (NG) gunakan histogram, menentukan jenis ter-
atau disebut juga produk cacat. Setelah besar dengan menggunakan diagram pareto,
pemeriksaan, produk yang baik akan di- menentukan penyebab kecacatan dilakukan
kirimkan ke konsumen dan produk cacat menggunakan diagram sebab akibat. Langkah
dilakukan analisis atau perbaikan dengan tekahir yaitu melakukan usulan tindakan
metode SPC. perbaikan dalam mengatasi produk cacat
Metode SPC ini digunakan menentukan tersebut. Prosedur penelitian dapat dilihat
jumlah dan jenis ketidaksesuian dengan meng- pada Gambar 1.

Latar belakang dan Studi literatur


perumusan masalah
Ruang lingkup
Tujuan penelitian penelitian

Identifikasi proses produksi

Identifikasi produk ABC

Implementasi Metode SPC :


 Lembar periksa,
 Diagram pareto ,
 Histogram,
 Diagram Sebab Akibat,
 Diagram Pencar,
 Diagram Alir,
 Peta Kendali

Analisis

Rekomendasi

Gambar 1. Prosedur Penelitian

14 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 25 No. 1 April 2020


Tabel 1. Lembar Periksa
Jenis Cacat
Periode Jumlah Mold Jumlah
Produksi Blister Bladder BUT Kotor Kecacatan
I/L Bead Bare I/L Mark Side Side
1 6224 45 9 10 21 6 91
2 7106 48 3 15 42 6 114
3 6381 51 7 10 43 3 114
4 6764 65 7 12 30 1 115
5 6800 67 14 15 11 10 117
6 7085 74 18 11 6 3 112
7 6383 43 7 10 16 8 84
8 7127 72 7 8 12 3 102
9 7095 60 12 6 23 2 103
10 6603 55 7 18 10 4 94
11 6325 43 23 6 3 11 86
12 6887 56 40 11 11 3 121
13 7030 63 10 20 6 7 106
14 6461 42 10 16 19 15 102
15 6224 57 24 13 6 11 111
16 7106 74 35 10 7 9 135
17 6712 67 39 13 14 1 134
18 7863 71 29 9 4 14 127
19 8560 44 34 1 12 7 98
20 7375 48 24 12 10 7 101
21 6372 41 37 18 14 8 118
22 7517 46 7 8 20 10 91
23 7295 66 17 17 13 6 119
24 6746 42 14 13 16 5 90
25 7096 66 8 9 5 6 94
26 6383 42 10 20 6 13 91
27 6549 40 26 10 4 7 87
28 6621 41 11 7 4 18 81
29 6269 75 10 11 17 11 124
30 6237 42 14 13 16 5 90
Jumlah 1646 513 352 421 220 3152

HASIL DAN PEMBAHASAN jenis cacat yang terjadi. Jumlah produk yang diamati
adalah 205.218 unit, dengan jumlah produk yang
Lembar Periksa mengalami kecacatan 3.152 unit. Ada lima jenis cacat
Lembar pemeriksaan merupakan langkah yang muncul dari hasil pengamatan, yaitu blister
awal menentukan kejadian atau permasalahan inner linner bead, bare inner linner, bladder
apa yang akan diteliti dan menentukan kapan mark, BUT side, dan mold kotor side. Jenis
data tersebut akan diambil dan berapa lama. cacat yang paling banyak terjadi dari kelima jenis
Lembar periksa ini terdiri atas periode pengamatan, cacat tersebut, yaitu blister inner linner bead dengan
jumlah produk yang diproduksi, jenis cacat jumlah cacat 1.646 unit atau 0,522%. Lembar
yang terjadi, dan jumlah kecacatan dari jenis- periksa selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Suhartini. Penerapan Metode Statistical… 15


https://doi.org/10.35760/tr.2020.v25i1.2565
Diagram Pareto mold kotor side yaitu 220 unit dengan
Pengolahan data diagram pareto di- persentase sebesar 7% dan persentase
mulai dengan membuat tabel yaitu jenis kumulatif sebesar 100%.
kerusakan yang terdapat pada produk ABC.
Frekuensi pada diagram pareto yaitu angka Histogram
atau bilangan yang menunjukan seberapa kali Langkah berikutnya adalah menyusun
suatu kecacatan yang muncul dalam proses histogram, yaitu grafik yang menampilkan
pemeriksaan, total kumulatif yaitu jumlah berbagai periode waktu dalam bentuk batangan.
keseluruhan atau gabungan dari kecacatan Tinggi dari masing-masing batang men-
satu sama lain, presentase keseluruhan dan cerminkan relasi langsung dari harga instrumen
presentase kumulatif. banyaknya cacat pada periode waktu tertentu
Diagram pareto dari jenis kecacatan dan nilai dari indikator. Penghitungan untuk
yang terjadi pada produk ABC dapat dilihat masing-masing indikator dilakukan secara
pada Gambar 2. Berdasarkan Gambar 2, jumlah terpisah, sebab untuk interval waktu tertentu
blister inner linner bead yaitu 1.646 unit penghitungan histogram dengan tipe indikator
dengan persentase sebesar 52,2% dan yang berbeda membutuhkan nilai harga yang
persentase kumulatif sebesar 52,2%. Jumlah berbeda pula. Pada histogram di Gambar 3
bare inner linner yaitu 513 unit dengan menunjukkan jumlah cacat tertinggi yaitu
persentase sebesar 16,3% dan persentase jenis cacat blister I/L bead dan jenis cacat
kumulatif sebesar 68,5%. Jumlah BUT side terendah yaitu mold kotor side. Hasil lengkap
yaitu 421 unit dengan persentase sebesar dari histogram pada langkah ini ada pada
13,24% dan persentase kumulatif sebesar Gambar 3.
81,9%. Jumlah bladder mark yaitu 352 unit
dengan persentase sebesar 11,2% dan
persentase kumulatif sebesar 93%. Jumlah

Gambar 2. Diagram Pareto Jenis Cacat

16 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 25 No. 1 April 2020


Gambar 3. Histogram Jenis Cacat produk ABC

Diagram Sebab akibat leader quality control, dan operator.


Diagram sebab akibat terdapat dua Penyebab kecacatan pada blister inner linner
bagian utama yaitu kepala ikan yang di- bead dipengaruhi oleh empat faktor dominan
gambarkan sebagai akibat atau permasalahan yaitu manusia, mesin, metode, dan lingkungan.
utama yang ditimbulkan dan tulang ikan yang Faktor material tidak berpengaruh terhadap
digambarkan sebagai faktor-faktor penyebab kecacatan yang terjadi. Langkah selanjutnya
dari terjadinya masalah yang ada. Tulang ikan adalah menggabungkan kedua faktor tersebut
digambarkan dari mulai tulang primer sebagai baik faktor dominan yang menjadi akar
penyebab umum sampai diketahui penyebab permasalahan dengan faktor penunjang men-
khusus yang digambarkan dengan tulang jadi sebuah ringkasan sehingga membentuk
sekunder dan seterusnya. Kecacatan yang diagram sebab akibat dari permasalahan
paling sering terjadi yaitu blister inner linner masing-masing.
bead atau yang disebut dengan gelembung Faktor pertama adalah manusia. Operator
pada bead dalam yang dikemukan oleh pihak merupakan faktor umum dalam menjalankan
kepala produksi, leader quality control, dan suatu proses produksi untuk menghasilkan
operator yang bekerja. Wawancara lebih suatu produk. Hal tersebut memperlihatkan
lanjut dilakukan dengan bertanya mengenai bahwa operator memberikan kontribusi ter-
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cacat besar terhadap terjadinya kecacatan produk.
gelembung pada bead dalam tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
Berdasarkan hasil wawancara, terdapat empat wawancara yang dilakukan, terdapat dua
faktor penunjang yang mempengaruhi yaitu faktor penunjang yang berpengaruh terhadap
manusia, mesin, metode dan lingkungan. kecacatan yang terjadi yaitu kurangnya
Faktor penunjang diperoleh berdasarkan hasil konsentrasi dan sikap operator yang ingin
wawancara lebih lanjut yang dilakukan ada cepat menyelesaikan pekerjaannya. Faktor
pihak terkait antara lain kepala produksi, penunjang pertama adalah kurangnya

Suhartini. Penerapan Metode Statistical… 17


https://doi.org/10.35760/tr.2020.v25i1.2565
konsentrasi pada operator, hal ini disebabkan metode. Metode kerja yang diterapkan
karena operator terkadang mengobrol dengan perusahaan mempunyai pengaruh yang besar
operator lainnya pada saat jam kerja ber- terhadap kelancaran proses produksi. Metode
langsung. Penyebab dari operator yang meng- ini diterapkan dalam perusahaan untuk meng-
obrol yaitu operator merasakan kejenuhan atur semua bagian yang terlibat dalam proses
dalam melakukan pekerjaan yang monoton produksi. Apabila metode yang digunakan tepat
dan berulang. Faktor penunjang kedua adalah dan dijalankan secara disiplin dan konsisten
sikap dari operator yang ingin cepat maka akan dapat mengurangi jumlah produk
menyelesaikan pekerjaannya, hal ini di- cacat. Apabila metode yang diterapkan tidak
sebabkan karena kurangnya sikap disiplin berjalankan dengan benar maka yang di-
pada operator dan juga diakibatkan dari kurang- lakukan oleh PT. XYZ adalah mengumpulkan
nya pengawasan terhadap kinerja operator. laporan-laporan yang berkaitan dengan kegiatan
Faktor selanjutnya adalah mesin. Mesin produksi dilapangan pada setiap tahapan
adalah faktor penunjang dalam melakukan proses produksi. Berdasarkan hasil wawancara
kegiatan suatu perusahaan manufaktur. Peranan yang dilakukan, hanya terdapat satu faktor
mesin ini dapat membantu pekerjaan sehingga penunjang yang berpengaruh terhadap
dapat diselesaikan dengan cepat. Namun ada kecacatan yang terjadi yaitu operator yang
kalanya faktor mesin ini dapat menghambat tidak sesuai dengan prosedur. Hal ini di-
berlangsungnya proses produksi apabila mesin sebabkan karena karena sikap kurang disiplin
mengalami gangguan ataupun kerusakan. operator dalam melakukan pekerjaan.
Oleh karena itu, mesin dapat memberikan Faktor terakhir atau keempat yaitu
kontribusi terhadap terjadinya kecacatan lingkungan. Lingkungan kerja perlu di-
produk. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhatikan bagi kenyamanan para pekerja.
wawancara yang dilakukan, terdapat dua Lingkungan selalu mempengaruhi produktifitas
faktor penunjang yang berpengaruh terhadap dalam suatu proses produksi dan lainnya.
kecacatan yang terjadi yaitu kurangnya presisi Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan,
mesin dan mesin yang kotor. Faktor terdapat dua faktor penunjang yang ber-
penunjang pertama adalah kurangnya presisi pengaruh terhadap kecacatan yang terjadi
mesin, hal ini disebabkan karena pemakaian yaitu kebisingan dan udara panas. Hal ini
mesin yang digunakan terus menerus dalam disebabkan karena suara yang bersumber dari
proses produksi. Faktor penunjang kedua mesin pada saat proses produksi berlangsung.
adalah mesin yang kotor, hal ini disebabkan Faktor penunjang kedua adalah udara panas.
karena debu di dalam ruangan yang menempel Suhu di tempat kerja menjadi panas akibat
pada mesin. panas yang dikeluarkan oleh mesin-mesin
Faktor selanjutnya yang ketiga adalah yang sedang beroperasi, sehingga diperlukan

18 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 25 No. 1 April 2020


sirkulasi udara yang baik dengan cara Berdasarkan hasil ringkasan faktor
menambah ventilasi udara pada tempat- dominan dan penunjang timbulnya kecacatan
tempat tertentu. Suhu di dalam ruangan di blister inner linner bead, maka dapat di-
dalam pabrik 38°C pada area mixing, dan simpulkan penyebab-penyebab tersebut
dalam produk mentah dicetak dengan suhu kemudian dijadikan dasar dalam melakukan
178°C selama kira-kira 8 menit tergantung tindakan perbaikan kualitas sebagai masukan
ukuran produk tersebut. Hal ini disebabkan bagi pembuatan diagram sebab akibat.
karena sirkulasi udara di dalam ruangan yang Gambar 4 menunjukan diagram sebab akibat
kurang baik. kecacatan blister inner linner bead.

Gambar 4. Diagram Sebab Akibat

Gambar 5. Diagram Pencar

Suhartini. Penerapan Metode Statistical… 19


https://doi.org/10.35760/tr.2020.v25i1.2565
Diagram Pencar meningkat jumlah kecacatan. Gambar 5
Diagram pencar atau scatter diagram merupakan diagram pencar dari jenis
dipakai untuk melihat korelasi dari suatu kecacatan yang terjadi pada produk ABC.
faktor penyebab yang berkesinambungan Diagram Alir
terhadap faktor lainnya. Langkah-langkah Langkah keenam dari metode SPC ini
yang diperlukan dalam membuat diagram adalah membuat diagram alir. Diagram alir
pencar adalah melakukan pengumpulan data dibuat untuk menjelaskan setiap langkah
sepasang data x sebagai jumlah kecacatan dan dalam menjalankan proses operasionalnya.
y sebagai presentase kecacatan yang akan Pada permasalahan ini adalah mempermudah
dihubungkan kemudian data tersebut di- dalam menganalisis proses dan men-
masukkan ke dalam sebuah tabel. Diagram dokumentasikan proses sebagai standar
pencar terdapat korelasi positif antara presentase pedoman produksi dalam rangka mengurangi
cacat dengan jumlah cacat, hal tersebut tingkat kecacatan suatu produk yang
terlihat dari grafik yang bergerak dari kiri diproduksi. Diagram alir ini dimulai dari
bawah menuju kanan atas. Diagram pencar gudang bahan baku kemudian proses produksi
tersebut menyatakan adanya pengaruh jumlah sampai dengan barang jadi disimpan di
produksi terhadap jumlah kecacatan maka gudang barang jadi. Diagram alir pada
semakin banyak jumlah produksi maka semakin penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Storeman
Memindahkan
Produk Akhir yang
Diperbaiki Gudang
Barang Jadi

Goods reception
Memindahkan
Tempat Proses Tempat QC Produk Akhir ke
Produksi Tempat Sementara

Memindahkan Tempat Tempat Barang


Gudang Barang ke Area barang G dan Good
Bahan Baku Penerimaan NG

Gambar 6. Diagram Alir

20 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 25 No. 1 April 2020


Peta Kendali Peta kendali p mempunyai manfaat untuk
Langkah terakhir yaitu mengetahui membantu pengendalian kualitas produksi
penyimpangan data produk cacat yang serta dapat memberikan informasi mengenai
melebihi batas toleransi yang ditetapkan kapan dan dimana perusahaan harus me-
perusahaan. Oleh karena itu, selanjutnya akan lakukan perbaikan kualitas. Dalam pembuatan
dianalisis kembali untuk mengetahui sejauh peta kendali p terdapat langkah-langkah
mana produk cacat yang terjadi masih dalam perhitungan. Berikut ini merupakan langkah-
batas kendali statistika melalui grafik kendali. langkah untuk membuat peta kendali p.

1. Menghitung presentase kerusakan (P)


135
P  0,000657908
205196
2. Menghitung garis pusat (CL)
3152
CL  p   0,0005104
205196
3. Menghitung batas kendali atas (UCL)

0,0005104 (1  0,0005104)
UCL  0,0005104  3  0,0006597
205196
4. Menghitung batas kendali bawah (LCL)

0,0005104 (1  0,0005104)
LCL  0,0005104  3  0,0003610
205196

Setelah dilakukan pengolahan data dari item dalam kelompok yang terdapat
menggunakan peta kendali p pada jumlah dalam inpeksi. Dengan demikian peta kendali
masalah atau cacat setiap hari maka diperoleh p berfungsi untuk mengendalikan jumlah item
nilai proporsi kecacatan setiap hari, nilai batas yang tidak memenuhi syarat spesifikasi
kendali tengah, batas kendali atas dan batas kualitas yang dihasilkan dalam suatu proses.
kendali bawah. Jika ukuran subgrup setiap Berdasarkan hasil perhitungan yang telah
kali observasi naik atau lebih banyak, maka dilakukan diketahui bahwa batas atas cacat
batas-batas kendali menjadi lebih rendah. (UCL) sebesar 0,0006597 dan nilai batas
Keuntungan menggunakan peta p adalah meng- bawah (LCL) sebesar 0,0003610. Peta kendali
ukur jumlah ketidaksesuaian atau penyimpangan p dapat dilihat pada Gambar 7.

Suhartini. Penerapan Metode Statistical… 21


https://doi.org/10.35760/tr.2020.v25i1.2565
Gambar 7. Peta Kendali

KESIMPULAN DAN SARAN [2] D. W. Ariani, Manajemen Kualitas.


Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,
Berdasarkan hasil identifikasi meng- 1999.
gunakan metode SPC, kecacatan pada produk [3] D. C. Montgomery, Pengantar
ABC yang paling sering terjadi yaitu blister Pengendalian Kualitas Statistik.
inner linner bead. Faktor-faktor yang Yogyakarta: Gajah Mada University
menyebabkan kecacatan pada ABC terjadi Press, 1991.
karena faktor metode, faktor mesin, faktor [4] M. I. Hasan, Pokok-Pokok Materi
lingkungan, dan faktor manusia. Statistik 1 (Statistik Deskriptif) Edisi
Penelitian lanjutan yang perlu di- Kedua. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
lakukan adalah dengan menambah jumlah [5] H. Kartika, “Analisis Pengendalian
data masa lalu yang digunakan dalam Kualitas Produk CPE Film Dengan
identifikasi kualitas suatu produk. Selain itu, Metode Statistical Process Control pada
pada penelitian selanjutnya dapat meng- PT. MSI,” Jurnal Ilmiah Teknik Industri,
gunakan metode lain dalam mengendalikan vol. 1, no.1, hal. 50 – 58, 2013.
kualitas hasil produksi. [6] Yudianto, L. Parinduri, dan B. Harahap,
“Penerapan Metode Statistical Process
DAFTAR PUSTAKA Control dalam Mengendalikan Kualitas
Kertas Bobbin (Studi Kasus: PT. Pusaka
[1] D. D. Bedworth dan J. E. Bailey, Prima Mandiri),” Buletin Utama Teknik,
Integrated Production Control Systems: vol. 14, no. 2, hal. 106 – 111, 2019.
Management, Analysis, Design. New [7] V. Devani dan F. Wahyuni,
York: John Wiley & Sons Inc., 1982. “Pengendalian Kualitas Kertas dengan

22 Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa Volume 25 No. 1 April 2020


Menggunakan Statistical Process Control
di Paper Machine 3,” Jurnal Ilmiah
Teknik Industri (JITI), vol. 15, no. 2, hal.
87 – 93, 2016.
[8] I. B. Suryaningrat, N. Novijianto, dan N.
Faidah, “Application of Statistical
Process Control (SPC) Method on Cocoa
Beans Processing,” Jurnal
Agroteknologi, vol. 9, no. 1, hal. 45 – 53,
2015.

Suhartini. Penerapan Metode Statistical… 23


https://doi.org/10.35760/tr.2020.v25i1.2565

Anda mungkin juga menyukai